Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Coccydynia atau coccygodynia adalah nyeri pada daerah coccyx.
Coccydynia ditandai dengan rasa tidak nyaman atau nyeri pada tulang ekor yang
bertambah saat duduk yang lama, bersandar ketika duduk, berdiri dalam jangka
waktu yang lama dan berdiri setelah duduk.
Angka kejadian coccydynia belum pernah dilaporkan secara pasti,
namun diperkirakan sekitar 1% dari total kejadian nyeri tulang belakang. Ada
beberapa faktor yang dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya coccydynia
antara lain obesitas dan gender. Wanita lima kali lebih berisiko terkena
coccydynia dibanding pria. Remaja dan dewasa lebih berisiko dibandingkan
anak-anak. Namun, penyebab utama terjadinya coccydynia adalah trauma
eksternal dan internal. Trauma eksternal biasanya terjadi karena jatuh terduduk
yang mengakibatkan dislokasi dan patahnya tulang coccyx. Karena lokasi
anatomisnya, tulang coccyx menjadi rentan terjadi trauma internal dalam proses
melahirkan

pervaginam,

terutama

proses

melahirkan

yang

sulit

atau

menggunakan instrumen tertentu. (Lirette,2014)


Meskipun coccydynia merupakan suatu diagnosis klinis, pemeriksaan
pencitraan juga bernilai untuk membantu evaluasi dan menegakkan diagnosis.
Pada pemeriksaan radiologis dapat membedakan perbedaan morfologi antara
individu normal dan penderita coccydynia. Pemeriksaan pencitraan lanjutan

seperti MRI juga dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis namun jarang
dilakukan. Biasanya MRI dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa banding
seperti kordoma.
Terapi nonbedah seperti obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan
beberapa analgesik lainnya masih menjadi terapi baku emas untuk coccydynia.
Terapi nonbedah lainnya yang juga dapat dilakukan antara lain penggunaan
bantal duduk berbentuk donat, mengurangi frekuensi duduk, mengatur posisi
postur ketika beraktivitas dan fisioterapi. Terapi bedah dapat dilakukan pada
keadaan individu yang tetap mengeluh nyeri pada tulang ekor walaupun terapi
nonbedah sudah dilakukan secara adekuat. Terapi bedah yang sering dilakukan
adalah coccygectomy. (Patel, 2008)
Coccygectomy

merupakan

prosedur

operasi

yang

kontroversial.

Beberapa ahli melaporkan hasil yang memuaskan namun ada juga yang tidak
menyarankan untuk dilakukan tindakan tersebut. Sebuah penelitian di Wanzhou
Medical College Cina telah melakukan penelitian terhadap 31 pasien
coccydynia dari bulan Mei 2002 hingga Januari 2010. Pasien-pasien tersebut
telah menjalani tindakan coccygectomy dan hasilnya layak dipertimbangkan
untuk dilakukan. (Shao Wen, 2011)
Islam mendukung ikhtiar manusia untuk sembuh dari penyakitnya
dengan mencari pengobatan yang sesuai dengan penyakitnya. Salah satu metode
menyembuhkan penyakit adalah dengan tindakan bedah atau yang biasa dikenal
dengan operasi. Bedah merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan

cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani.
Pada prinsipnya syariat islam menganjurkan belajar ilmu kedokteran dan
mempraktekkannya karena untuk tujuan kemaslahatan manusia, bermanfaat bagi
mereka dan kesehatan tubuh mereka. Jika salah satu cara yang mesti dilakukan
adalah dengan operasi maka termasuk dalam anjuran tersebut. (Muhammad,
2008) Di antara ayat yang dapat dijadikan dalil pembolehan terhadap bentuk
operasi medis adalah :

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (QS. Al-Maidah (5) ;
32)
Berdasarkan hal inilah penulis berharap skripsi ini dapat membantu
dalam

memahami

secara

komprehensif

mengenai

manfaat

tindakan

coccygectomy pada penderita coccydynia ditinjau dari ilmu kedokteran dan


syariat agama Islam.
1.2. Permasalahan
a) Apakah coccygectomy merupakan terapi utama dalam menangani keluhan
pada pasien coccydynia?
b) Apakah coccygectomy dapat mengurangi gejala nyeri pada pasien
coccydynia?
c) Bagaimanakah pandangan Islam tentang tindakan pembedahan dan
pembuangan organ?
1.3. Tujuan
1.3.1.

Tujuan Umum
Mengetahui manfaat coccygectomy pada penderita coccydynia ditinjau
dari kedokteran dan Islam.

1.3.2. Tujuan Khusus


a) Mengetahui dan dapat menjelaskan tentang coccygectomy sebagai
terapi utama dalam menangani keluhan pada pasien coccydynia.
b) Mengetahui dan dapat menjelaskan tentang manfaat coccygectomy
dalam mengurangi gejala pada penderita coccydynia ditinjau dari
ilmu kedokteran.
c) Mengetahui dan dapat menjelaskan tentang manfaat coccygectomy
pada penderita coccydynia ditinjau dari pandangan Islam.

1.4. Manfaat
a) Bagi Penulis
Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan sebagai dokter muslim di
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI dan menambah pengetahuan
mengenai manfaat coccygectomy pada penderita coccydynia ditinjau dari
kedokteran dan Islam. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam
menulis ilmiah dan berpikir logis serta aplikatif dalam memecahkan
masalah ilmiah serta menambah pengetahuan mengenai hukum Islam
dalam penerapannya dibidang kedokteran sehingga mendukung terciptanya
dokter muslim yang baik.
b) Bagi Masyarakat
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
menambah wawasan mengenai manfaat coccygectomy pada penderita
coccydynia ditinjau dari kedokteran dan Islam.
c) Bagi Universitas YARSI
Penulisan skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta
menjadi sumber kepustakaan bagi civitas akademika khususnya mengenai
manfaat coccygectomy pada penderita coccydynia ditinjau dari kedokteran
dan Islam.

Вам также может понравиться