Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PUSKESMAS
SINABOI
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
No. Revisi :
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
PENGERTIAN
PERSARATAN
TANGGUNG
JAWAB
WEWENANG
URAIAN TUGAS
PUSKESMAS
SINABOI
Tanggal Terbit :
No. Revisi :
Halaman :
Ditetapkan oleh :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN
PERSARATAN
TANGGUNG
JAWAB
WEWENANG
URAIAN TUGAS
Dan lain-lain.
b) Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
pasien mengenai :
Program diet.
Pengobatan yang perlu di lanjutkan dan cara
penggunaannya.
Pentingnya pemeriksaan ulang di puskesmas,
dan institusi pelayanan kesehatan lainnya.
Cara hidup sehat, seperti pengaturan
istirahat, makanan bergizi atau bahan
pengganti sesuai dengan keadaan social
ekonomi.
c) Melatih pasien menggunakan alat bantu yang
dibutuhkan, seperti:
Rollstoel.
Tonggkat penyangga.
Protesa.
d) Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan
keperawatan di rumah, misalnya :
Merawat luka.
Melatih anggota gerak.
Pengaturan diet.
20.Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas
pengganti secara liisan maupun tertulis, pada saat
penggantian secara lisan maupun tertulis, pada saat
pergantian dinas.
PUSKESMAS
SINABOI
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
No. Revisi :
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
PENGERTIAN
PERSARATAN
TANGGUNG
JAWAB
dilakukan.
WEWENANG
URAIAN TUGAS
PUSKESMAS
SINABOI
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN
No. Revisi :
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
PERSARATAN
TANGGUNG
JAWAB
WEWENANG
URAIAN TUGAS
PUSKESMAS
SINABOI
No. Revisi :
Halaman :
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
1.
2.
3.
4.
Direktur.
Ka. Bid Pelayanan Medik dan Keperawatan.
Ka. Sub. Bid Keperawatan.
Seluruh unit pelayanan keperawatan/ kebidanan.
PUSKESMAS
SINABOI
No. Revisi :
Halaman :
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN
TUJUAN
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Pakaian Kerja :
1. Bahan
Blus / atasan : Politeron Tipis
Celana
: Politeron Tebal
2. Warna Dasar
UNIT TERKAIT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Perawat/Bidan
Perawat/Bidan
Perawat/Bidan
Perawat/Bidan
Perawat/Bidan
Perawat/Bidan
di
di
di
di
di
di
PUSKESMAS
SINABOI
No. Revisi :
Halaman :
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
SK Direktur No.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
UNIT TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. Revisi :
Halaman :
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. Persiapan :
1. Jadwal dinas bulan bersangkutan.
2. Format pertukaran jaga shift.
3. Anecdot note / buku catatan pribadi.
B. Pelaksanaan :
1. Perawat yang berkepentingan untuk tukar jaga/dinas
melakukan pendekatan kepada sejawatnya yang
setara untuk menukar dinas.
2. Menyampaikan kepada Kepala Ruangan terkait latar
belakang kebutuhan untuk tukar jaga.
3. Kepala Ruangan untuk mempertimbangkan orang
yang akan mengganti tugas perawat yang
berkepentingan.
4. Kepala Ruangan melakukan klarifikasi kepada
perawat/bidan pengganti.
5. Kepala Ruangan memberikan keputusan dan
mencatat tukar jaga tersebut pada buku pertukaran
jaga.
6. Kedua perawat/bidan sebagai kedua pihak yang
sudah sepakat untuk tukar jaga/dinas mendatangani
buku pertukaran dinas.
7. Kepala rungan mencatat pertukaran dinas pada
anecdot note, disimpan kembali pada tempatnya.
UNIT TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. Revisi :
Halaman :
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. Hak Klien/Pasien :
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertip dan
peraturan yang berlaku di Puskesmas.
2. Mendapat penjelasan secara lengkap tentang
tindakan medis/ keperawatan yang akan dilakukan
sekurang-kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan
medis/Keperawatan.
b. Tujuan tindakan medis/keperawatan yang
dilakukan.
c. Alternative tindakan lain dan risikonya.
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan, dan
f. Perkiraan biaya perawatan.
3. Mendapat pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
4. Mendapat pelayanan medis yang bermutu sesuai
dengan standar profesi kedokteran dan berdasarkan
kebutuhan medis tanpa diskriminasi.
5. Mendapat asuhan keperawatan/ kebidanan tanpa
diskriminasi.
6. Menyetujui/ memberikan izin atas tindakan yang
akan dilakukan sehubungan dengan penyakit yang
dideritanya.
7. Menolak tindakan medis/keperawatan yang hendak
dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung
jawabnya sendiri sesuadah mendapat informasi
yang jelas tentang penyakitnya.
8. Mendapatkan resume keperawatan dan pendidikan
kesehatan sebelum pulang dari Puskesmas.
9. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
10.Mengajukan usul dan saran untuk perbaikan kepada
Puskesmas.
11.Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama dalam perawatan.
12.Menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan
yang dianutnya selama tidak menggangu klien/
pasien lain.
B. Kewajiban Klien/Pasien :
1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang data diri dan masalah kesehatannya.
2. Mematuhi tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Puskesmas selama dirawat.
3. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter/ perawat/
bidan sehubungan dengan penyakit yang
dideritanya.
4. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/ perjanjian
yang telah dibuatnya.
5. Melunasi semua imbalan jasa atas pelayanan yang
diterimanya selama dalam masa perawatan.
UNIT TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
1.
2.
3.
4.
5.
Direktur.
Ka. Bid Pelayanan Medik dan Keperawtan.
Ka. Bid Pelayanan Penunjang.
Ka. Bid Sarana dan Prasarana.
Seluruh unit pelayanan keperawatan/kebidanan.
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
No. Revisi :
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. Persiapan alat.
1) Tempat tidur dalam keadaan siap pakai.
2) Meja/kursi.
3) Berkas catatan Rekam Medik dan alat tulis.
4) Alat untuk pemeriksaan terdiri dari :
Senter.
Tensimeter/Stetoscop.
Thermometer.
Timbangan.
Spatel Lidah.
B. Pelaksanaan.
1) Menerima pasien dan keluarga dengan ramah dan
penuh perhatian.
2) Melakukan anamnesa dan di catat dalam catatan
Rekam Medik.
3) Mengukur tekanan darah/ suhu/ berat badan dan
dicatat dalam catatan perawat.
4) Merumuskan masalah, membuat rencana,
melaksanakan tindakan dan membuat evaluasi
keperawatan.
5) Menyerahkan berkas catatan Rekam Medik pasien
kepada dokter yang bertugas.
6) Mencatat nama dan alamat yang jelas pada register
harian.
UNIT TERKAIT
1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
PUSKESMAS
SINABOI
No. Revisi :
Halaman :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. Persiapan alat.
1) Tempat tidur dalam keadaan siap pakai.
2) Meja/kursi.
3) Berkas catatan Rekam Medik dan alat tulis.
B. Pelaksanaan.
1) Menerima pasien dan keluarga dengan ramah dan
penuh perhatian.
2) Melakukan anamnesa dan dicatat dalam catatan
Rekam Medik.
3) Menyerahkan berkas catatan Rekam Medik pasien
kepada dokter yang bertugas.
4) Mencatat nama dan alamat yang jelas pada register
harian.
UNIT TERKAIT
1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
3. Unit Penunjang Medik.
PUSKESMAS
SINABOI
No. Revisi :
Halaman :
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A.
1)
2)
3)
4)
Persiapan alat.
Tempat tidur dalam keadaan siap pakai.
Meja/kursi.
Berkas catatan Rekam Medik dan alat tulis.
Peralatan untuk pemeriksaan terdiri dari :
Timbangan bayi.
Timbangan dewasa.
Senter.
Stetoscop.
Thermometer.
Centi meter/meteran.
5) Buku catatan medik.
B. Pelaksanaan.
1) Menerima pasien dan keluarga dengan ramah dan
penuh perhatian.
2) Melakukan anamnesa dan dicatat dalam catatan Rekam
Medik.
3) Mengukur tekanan darah/ suhu/ berat badan dan
UNIT TERKAIT
1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
3. Unit Penunjang Medik.
PUSKESMAS
SINABOI
No. Revisi :
Halaman :
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. Persiapan alat.
1) Tempat tidur dalam keadaan siap pakai.
2) Meja/kursi.
3) Berkas catatan Rekam Medik dan alat tulis.
4) Peralatan untuk pemeriksaan terdiri dari:
Senter.
Tensimeter/Stetoscop.
Dopler/Stetoscop Bidan.
Timbangan
Pita LILA
Sentimeter
B. Pelaksanaan.
1) Menerima pasien dan keluarga dengan ramah dan
penuh perhatian.
2) Melakukan anamnesa dan dicatat dalam catatan Rekam
Medik.
3) Mengukur tekanan darah/ suhu/ berat badan dan
dicatat dalam catatan kebidanan.
4) Melakukan pemeriksaan : palpasi dan auskultasi pada
ibu hamil, dan dicatat dalam catatan kebidanan.
5) Petugas memberikan penyuluhan gizi bumil, penting
nya pemeriksaan kehamilan rutin sesuai umur
kehamilan.
6) Merumuskan masalah, membuat rencana,
melaksanakan tindakan dan membuat evaluasi.
7) Menyerahkan berkas catatan Rekam Medik pasien
kepada dokter yang bertugas.
8) Mencatat nama dan alamat yang jelas pada register
harian.
UNIT TERKAIT
1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
3. Unit Penunjang Medik.
PUSKESMAS
SINABOI
No. Revisi :
Halaman :
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. Persiapan alat.
1) Tempat tidur dalam keadaan siap pakai.
2) Meja/kursi.
1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
3. Unit Penunjang Medik.
PUSKESMAS
SINABOI
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
No. Revisi :
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. Persiapan alat.
1) Tempat tidur/meja periksa pasien dalam keadaan
siap pakai.
2) Timbangan bayi dan alat pengukur.
3) Tensimeter bayi/ Termometer/ Stetoscop/ Senter /
Spatel Lidah.
4) Refleksi Hammer.
5) Kain kassa steril dan kapas dalam tempatnya.
6) Sarung tangan steril dalam tempatnya.
7) Korentang dalam tempatnya.
8) Gunting verband, plester.
9) Barakskorat.
10)
Masker.
11)
Lampu penghangat.
12)
Alcohol (70%)/ Betadhin/ Yodium 2%.
13)
Perangkat alat untuk pertolongan keadaan
darurat.
14)
Oksigen lengkap siap pakai.
15)
Alat pengisap lender.
16)
Obat injeksi yang di perlukan (Luminal/
Aminophilin).
17)
Spuit Disposible.
18)
Alat tenun : Pakaian bayi lengkap (popok, baju,
gurita, selimut, seprei, perlak, stiklaken).
19)
Ember bertutup untuk alat tenun bekas pakai.
20)
Berkas catatan Rekam Medik lengkap dengan
pengkajian keperawatan.
21)
Buku register.
B. Pelaksanaan :
1) Perawat memakai barakskort dan masker (bila
perlu).
2) Perawat menerima pasien dengan sikap ramah dan
penuh kasih saying.
3) Memeriksa identitas bayi antara lain : tanda
pengenal, jenis kelamin, nomor register ibu dan
anak, nama orang tua, alamat orang tua.
4) Meneliti kelengkapan catatan Rekam Medik bayi
termasuk sidik jari kaki bayi dan sidik jari ibu.
5) Bila ada data yang kurang jelas atau tidak sesuai
segera tanyakan kepada perawat yang menghantar.
6) Bayi dibaringkan di temapt tidur/ meja priksa yang
UNIT TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
3. Unit Penunjang Medik.
No. Revisi :
Halaman :
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. Persiapan Alat :
1) Tempat tidur/meja periksa pasien dalam keadaan
siap pakai.
2) Timbangan bayi dan alat pengukur.
3) Tensimeter bayi/ Termometer/ Stetoscop/ Senter /
Spatel Lidah.
4) Refleksi Hammer.
5) Perangkat alat untuk pertolongan keadaan darurat
(Emergency).
6) Spuit Disposible.
7) Set alat pemasaang infus lengkap dengan cairan
yang diperlukan.
8) Oksigen lengkap dengan nasal kanule dan siap
pakai.
9) Obat-obat injeksi yang diperlukan untuk Emergency.
10)
Kassa dan kapas steril/korentang dalam
tempatnya.
11)
Plester/gunting verband.
12)
Alat pengisap lender.
13)
Berkas catatan Rekam Medik lengkap dengan
pengkajian keperawatan.
14)
Buku register.
B. Pelaksanaan :
1) Perawat menerima pasien dengan sikap ramah dan
penuh kasih sayang.
UNIT TERKAIT
1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
3. Unit Penunjang Medik.
PUSKESMAS
SINABOI
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
No. Revisi :
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. Persiapan Alat :
1) Tempat tidur/meja periksa pasien dalam keadaan
siap pakai.
2) Berkas catatan medic pasien.
3) Peralatan untuk pemeriksaan fisik dan pertolongan
pertama :
Tensimeter/Stetoscop.
Thermometer.
Timbangan dewasa.
Refleksi hammer.
Senter.
Spatel Lidah.
Kassa dan kapas steril/korentang dalam
tempatnya.
Plester/Gunting verband.
Oksigen lengkap dengan Nasal kanule/Face
B. Pelaksanaan
1) Perawat menerima pasien dengan sikap ramah dan
penuh kasih sayang.
2) Perawat melakukan pendekatan kepada pasien dan
keluarga, dengan memberikan penjelesan mengenai
maksud dan tujuan perawatan.
3) Melakukan orientasi ruangan dan peraturan-peraturan
yang berlaku di Puskesmas kepada pasien dan keluarga
(bila pasien dalam keadaan sadar dan keadaan umum
baik. Jika keadaan umum jelek, orientasi dilaksanakan
kepada keluarga setelah pertolongan diberikan.
4) Membaringkan pasien di tempat tidur/meja periksa.
5) Melakukan pengkajian : pemeriksaan fisik secara
keseluruhan sesuai format pengkajian.
6) Menimbangkan berat badan dan mengukur tinggi badan
dicatat dalam catatan keperawatan (bila keadaan
umum pasien baik).
7) Mengukur tekanan darah/suhu/nadi/pernafasan dan
dicatat dalam catatan keperawatan.
8) Merumuskan masalah keperawatan, membuat
perencanaan dan melaksanakan tindakan keperawatan.
9) Melaporkan pasien kepada dokter jaga untuk
mendapatkan pengobatan.
10)
Melaksanakan tindakan kolaborasi : sesuai
instruksi yang diberikan dokter.
11)
Memindahkan pasien ke kamar perawatan
apabila keadaan pasien tidak kritis.
12)
Pasien tetap dikamar tindakan apabila keadaan
kritis dan dilakukan observasi.
13)
Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan.
14)
Mencatat data pasien kedalam buku register dan
melengkapi dokumen keperawatan.
UNIT TERKAIT
1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
3. Unit Penunjang Medik.
PUSKESMAS
SINABOI
PENCEGAHAN INFEKSI
No. Dokumen :
No. Revisi :
Halaman :
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
1.
2.
3.
4.
5.
PUSKESMAS
SINABOI
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
No. Revisi :
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
PROSEDUR
A. PERSIAPAN
1. Adanya Anexdote Note ( catatan pribadi ).
2. Adanya format penilaian kinerja.
B. PELAKSANAAN
1. Identifikasi penyebab kesalahan :
a. Umum : Kesalahan oleh karna faktor diluar
manusia (sarana dan prasarana)
b. Khusus : Kesalahan oleh karna faktor manusianya
sendiri (keterampilan, pengetahuan dan
kemampuan).
2. Identifikasi tingkat kesalahan :
1) Terlambat datang.
2) Memalsukan daftar hadir dengan memalsukan
tanda tangan.
3) Pulang lebih awal.
4) Tidak mengisi daftar hadir.
5) Tidak berpakaian dinas.
6) Tidak ramah dan tidak sopan terhadap pasien,
sesama perawat atau dengan tim kesehatan lain.
7) Memanggil pasien tidak sesuai namanya.
8) Tidak memperkenalkan diri kepada pasien baru.
9) Tidak memelihara hubungan baik antar sesama
perawat atau dengan tim kesehatan lain.
b.Pelanggaran Sedang :
1) Mengulang pelanggaran ringan yang telah
diperingatkan lebih dari 3 kali tetapi kurang dari
5 kali.
2) Selalu tidak berpakaian dinas.
3) Sering meninggalkan tempat kerja untuk
kepentingan pribadi.
4) Sering izin dengan alasan yang tidak benar.
5) Kurang jujur, kurang tertib dan kurang cermat
dalam perkerjaan.
6) Kurang memberi contoh yang baik dalam
berprilaku sehari-hari.
7) Kurang bertanggung jawab dalam pemiliharaan
barang-barang pasien.
8) Melakukan tindakan negatif dengan membaalas
dendam kepada teman/ orang lain dilingkungan
kerja.
9) Bertindak selaku perentara untuk mendapatkan
pekerjaan orang lain dengan maksud
mendapatkan keuntungan sendiri.
10)
Menjual obat kepada pasien.
11)
Menyalahgunakan pengetahuan dan
keterampilan.
12)
Melakukan tindakan diluar kewewenangan
kecuali bersifat emergency.
c.Pelanggaran Berat :
1) Mengulang pelangaran ringan yang telah
diperingatkan lebih dari 5 kali tetapi tidak
berakibat fatal.
2) Mengulang pelangaran sedang yang telah
diperingatkan lebih dari 3 kali tetapi kurang dari
5 kali.
3) Mengulang pelanggaran sedang yang telah
diperingatkan kurang dari 3 kali tetapi berakibat
fatal.
4) Salah memberikan obat dan terapi kepada
pasien.
5) Menganggu kehormatan/martabat Negara dan
pemerintah.
6) Menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan
pribadi.
7) Menyalahgunakan barang, uang dan surat
berharga milik Negara.
8) Memperjualbelikan, memiliki dan menggunakan
dokumen serta surat berharga milik Negara
secara tidak sah.
3. Tata cara penaganan pelanggaran etik profesi
keperawatan :
1. Perawat yang melanggar etik profesi
keperawatan dipanggil oleh kepala ruangan
untuk dimintai keterangan.
2. Kepala ruangan mengumpulkan bukti-bukti telah
terjadi pelanggaraan etik profesi keperawatan.
3. Kepala ruangan mengadakan pertemuan
diruangannya dengan seluruh perawat yang ada
untuk memecahkan masalah pelanggaran etik
profesi keperawatan.
4. Jika tidak bisa diselesaikan, dilaporkan secara
tertulis kepada Staf II Profesi Keperawatan untuk
di tindak lanjuti.
5. Kepala ruangan yang melanggar etik profesi
keperawatan akan dipanggil dan dimintai
keterangan oleh Staf II Profesi Keperawatan.
6. Staf II Profesi Keperawatan mengumpulkan buktibukti telah terjadi pelanggaran etik profesi
keperawatan.
UNIT TERKAIT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Direktur.
Ka. Bid Pelayanan Medik dan Keperawatan.
Ka. Sub. Bid Keperawatan.
Staf II Profesi keperawatan.
Kepegawaian.
Bagian Keuangan.
Seluruh unit pelayanan keperawatan.
PUSKESMAS
SINABOI
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN
No. Revisi :
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. PERSIAPAN
1. Adanya Anexdote Note ( catatan pribadi ).
2. Adanya format penilaian kinerja.
B. PELAKSANAAN
1. Identifikasi penyebab kesalahan :
a. Umum : Kesalahan oleh karna faktor diluar
manusia (sarana dan prasarana)
b. Khusus : Kesalahan oleh karna faktor manusianya
sendiri (keterampilan, pengetahuan dan
kemampuan).
2. Identifikasi tingkat kesalahan :
a. Kesalahan ringan
1) Pelanggaran terhadap suatu standar kuarang
fasilitas.
b. Pelanggaran khusus
1) Kesalahan ringan
a. Teguran lisan maksimal 3 kali oleh Ka.Ru
dengan bukti catatan surat pernyataan
ditandatangani yang bersangkutan.
b. Lakukan pembinaan khusus yang terkait
dengan kesalahan maksimal 3 kali.
c. Adanya kesepakatan evaluasi 2 minggu.
d. Adanya evaluasi setelah 1 bulan.
e. Bila evaluasi tidak menunjukan perubahan
maka kesalahan ringan dikategorikan ke
kesalahan sedang.
2) Kesalahan sedang
a. Teguran tertulis oleh Ka. Ru.
b. Laporan secara tertulis kepada Ka. Ru dan
ka. Sub Bidang keperawatan.
c. Lakukan peminaan khusus oleh Ka. Sub
Bidang Keperawatan.
d. Adanya kesepakatan evaluasi maksimal 1
bulan dengan monitoring rutin.
e. Adanya evaluasi setelah 1 bulan.
f. Bila tidak ada perubahan di kategorikan
kesalahan berat.
3) Kesalahan berat
a. Berikan teguran tertulis dari Ka. Sub
Bidang Keperawatan diketahui oleh
Direktur.
b. Melakukan pembinaan selama 1 tahun.
c. Berikan sanksi sesuai dengan PP 30 tahun
1980, sanksi diberikan oleh langsung oleh
Direktur.
d. Bila dalam 2 tahun dari pembinaan tidak
terjadi perubahan maka dilakukan alih
profesi.
e. Apabila yang bersangkutan pegawai
kontrak/ honor dapat diberhentikan
langsung.
UNIT TERKAIT
4. Kasubbang. Keuangan.
5. Seluruh unit pelayanan keperawatan.
PUSKESMAS
SINABOI
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN
TUJUAN
No. Revisi :
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Bentuk Sanksi :
Teguran Lisan
Bentuk Sanksi :
Surat Peringatan
I
Bentuk Sanksi :
Surat peringatan
II
Surat peringatan
III
Bentuk Sanksi :
Pemutusan
Hubungan kerja
UNIT TERKAIT
PUSKESMAS SINABOI
1.
2.
3.
4.
5.
Jl. Sei-Bakau
Standar Operasional
Prosedur
(Kebidanan)
PUSKESMAS
SINABOI
PERSALINAN AMAN
Nomor Dokumen :
Tanggal Terbit :
Nomor Revisi :
Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi
PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. PERSIAPAN ALAT
B. KRITERIA PELAKSANAAN
1. Semua bidan dalam melaksanakan pertolongan
persalinan aman sesuai dengan prosedur tetap.
2. Mengawasi dan evaluasi proses persalinan dibuat
partograf.
3. Selama melahirkan, suami/keluarga (1 orang)
diijinkan untuk mendampingi dengan catatan tidak
menganggu pelaksanaan perawatan.
4. Pasien diberi penjelasan tentang lamanya
persalinan.
KALA I
1. Fase laten tidak lebih dari 8 jam, his akan akan semakin
sakit dan semakin kuat. Selama fase ini jalan lahir akan
membuka perlahan-lahan.
II
dan gejala kala II atau pembukaan lengkap.
Ibu ingin mengejan
Perineum menonjol
Vulva dan anus membuka
Meningkatnya peengeluaran darah lendir
Kepala telah turun didasar panggul
penolong
empat jari menghadap dada).
Sementara tangan kiri memegang lengan dan
bahu bayi bagian anterior pada saat badan dan
lengan lahir.
Posisi jari tangan kiri pada dada bayi, setelah
badan lengan bahu, tangan kiri menyusuri
punggung kearah bokong dan tungkai kiri
diantara dua lutut (selipkan jari telunjuk tangan
kiri diantara diantara kedua lutut bayi). Kemudian
letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi
kepala lebih rendah dari badan.
Bayi yang basah dan licin diletakan diperut ibu
yang sudah dialasi dengan handuk / kain yang
kering. Keringkan bayi dan tutupi kepala serta
tubuhnya dengan handuk/ kainkering tersebut.
KALA III
Perintahkan kepetugas lain untuk member suntikan
oksitosin 10u/ 1amp.
Jepit tali pusat dengan menggunakan klem, kira-kira 3
cm dari pangkal tali pusat. Lakukan urutan pada tali
pusat kearah ibu dan pasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama. Pegang tali pusat diantara 2 klem
menggunakan tangan kiri, potong tali pusat diantara
kedua klem.
Lama persalinan kala III : 5 s/d 10 menit.
Pindahkan klem 5 cm dari vulva.
Tegangkan tali pusat dengan hati-hati.
Selama kontraksi, tangan kiri menahan uterus kearah
dorso cranial pada daerah suprapubis. Alasan :
penekanan uterus pada daerah suprapubis akan
mencegah terjadinya invertio uteri.
Pertahankan penegangan sampai tampak tanda-tanda
pelepasan plasenta.
Ketika plasenta lepas, anjurkan ibu untuk meneran.
Bila tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta, jangan
melakukan tarikan pada tali pusat.
Bila dalam waktu 15 menit belum ada tanda-tanda
plasenta lepas, ulangi pemberian oksitosin 10u/ 1 amp.
Setelah plasenta lahir, tangan kiri melakukan massage
pada fundus uteri.
Kontrol plasenta apakah sudah lengkap atau belum.
Kontrol pendarahan, jalan lahir apakah ada robekan.
Jahit robekan sesuai kebutuhan.
Pasien dirapikan ( diseka / dimandikan ).
Alat-alat dirapikan, direndam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit lalu dicuci.
Catatan semua tindakan.
PUSKESMAS
SINABOI
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi
PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1. Anamnesa.
2. Periksa keadaan umum ( monitor vital sign ), melakukan
palpasi dan pemeriksaan dalam.
3. Dengankan denyut jantung jani, hitung dan catat.
4. Monitor his, detak jantung janin, perdarahan
pervaginam.
5. Periksa laboratorium rutin.
6. Memberikan penjelasan supaya bed rest total.
7. Kolaborasi dengan dokter.
8. Penatalaksanaan sesuai umur kehamilan.
Umur kehamilan >37 minggu
Tunggu terjadi proses persalinan, bilasampai 6
RUANG LINGKUP
Kamar bersalin
Ruang perawatan
PUSKESMAS
SINABOI
ABORTUS IMMINENS
Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi
PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
PUSKESMAS
SINABOI
ABORTUS INCOMPLETE
Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi
PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1. Perbaiki KU
2. Kosongkan uterus melalui tindakan curettage, informed
consent diperlukan sebelum melakukan tindakan
curretage.
3. Methylergometri maleat 3x1 5 hari.
4. Amoxyicillin 4x500 5 hari.
Pasca curettage pasien dirawat sehari.
Pasien abortus dapat diberikan cuti sakit paling
lama 2 minggu.
Jaringan konsepsi dapat dikirim ke lab PA
(Patologi Anatomi) bila memungkinkan.
PUSKESMAS
SINABOI
MISSED ABORTION
Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi
PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
PUSKESMAS
SINABOI
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi
PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
PUSKESMAS
SINABOI
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi
PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Penanganan umum
PUSKESMAS
SINABOI
EKLAMSIA
Nomor Dokumen :
Nomor Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi
PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Penanganan kejang
1. Beri obat anti konvulsan
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang
3. Oksigen 4-5 1/ menit
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
5. Baringkan pasien pada sisi kiri untuk menghindari
resiko aspirasi
6. Setelah kejang aspirasi mulut dan tenggorokan jika
diperlukan.
ANTI KONVULSAN
1. MgSO4
Cara pemberian MgSO4:
a. Dosis awal :
1) MgSO4 4 gr I.V sebagai larutan 20% atau 40%
selama 5 menit
2) Segera diberikan larutan MgSO4 6 gr dilarutkan
dalam cairan infus RL 500 ml diberikan sekma 6
jam (untuk MgSO4 40 %, maka 10cc IV dan 15cc
b.
c.
d.
e.
drip)
3) Jika kejang berulang setelah 15 menit berikan mg
SO4 2 gr IV selama 2 menit.
Dosisi pemeliharaan
1) MgSO4 1-2 gr per jam perinfus
2) Lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam
pasca persalinan atau kejang berakhir
Berikan MgSO4 bila
1) Frekuensi pernapasan > 16 X/mnt
2) Reflek patela (+)
3) Urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
Hentikan pemberian MgSO4 jika:
1) RR < 16 X/mnt
2) Rfeleks patela (-)
3) Urin < 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
Antidotum
1) Jika terjadi henti nafas lakukan ventilas
2) Beri kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan
10%) pelan-pelan sampai napas mulai lagi
2. DIAZEPAM
a. Diazepam digunakan hanya jika MgSO4 tidak ada
b. Pemberian intravena
c. Dosis awal
1) Diazepam 20mg IV pelan-pelan selama 20 menit
2) Jika kejang berulang dosis awal
d. Dosis pemeliharaan :
1) Diazepam 40 mg dalam larutan RL 500 cc
perinfus
2) Jangan berikan dosis > 100mg/ 24 jam
e. Pemberian melalui rektum :
1) Jika pemberian IV tidak dimungkinkan diazepam
dapat diberikan per rektal dengan dosis awal 20
mg dengan semprit 10 ml tanpa jarum.
2) Jika konvulsi dalam 10 menit beri tambahan 10
mg/ jam tergantung pada berat pasien dan
respon klinik.
No. Dokumen :
No. revisi : B
Tanggal Terbit :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
Halaman :
PROSEDUR
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Kunjungan baru
Identitas penderita :
Catat : Nama kecil ibu hamil, nama suami, umur, alamat,
pekerjaan ibu/suami.
Anamnesis :
- Keluhan utama : alasan datang ke klinik
- Riwayat haid : HPHT, siklus, perkiraan persalinan
( rumus Naegele : hari + 7, bulan 3, tahun + 1 )
- Riwayat perkawinan : berapa kali perkawinan dan
lamanya.
- Riwayat obstetri : mengenai kehamilan, persalinan
dan nifas.
- GravidaParitasAbortus.Anak
hidup..
- Umur anak kecil
- Macam persalinan terdahulu, penyulit.
- Riwayat keluarga/ penyakit keturunan : misalnya
kembar DM.
- Riwayat penyakit berat/ operasi yang pernah
diderita.
- Riwayat imunisasi yang pernah diterima.
- Riwayat KB yang pernah dan akan dilakukan. Berapa
anak yang diinginkan.
- Riwayat lain : sosial ekonomi, pendidikan.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : sesak, pucat, gizi.
Tanda Vital : tekanan darah, berat badan, tinggi badan, nadi,
suhu pernapasan.
Kelainan badan dan anggota badan : udem, pincang, kejang.
Pemeriksaan Obstetri :
( inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi )
Abdomen : bentuk dan arah pembesaran ( membujur,
melintang ), tinggi pembesaran,
Penentuan Diagnosis :
Gravid..Para.Abortus.Umur.Hamil..Bulan,
AnakHidup, intra uterin, letak anak ( kepala, sungsang,
lintang )
Belum / inpartu kalaberapa jam in perlu dengan kelainan
: Inertia uteri, Anemia, Pre Eklampsia dll.
Temuan lain / kelainan lain, missal : penyakit jantung, DM,
Hipertensi dsb.
Kunjungan Ulang :
Kunjungan ulang pelayanan antenetal dianjurkan minimal 4
DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
1. Bagian kebidanan.
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. PERSALINAN RUANGAN
1. Ruangan yang cukup hangat, dengan sirkulasi udara
yang baik sebagai tempat persalinan.
2. Sumber air bersih yang mengalir.
3. Kamar mandi yang bersih.
4. Ruangan yang cukup untuk ibu berjalan-jalan selama
proses persalinan.
5. Ruangan yang bersih untuk perawatan bayi baru
lahir.
6. Cahaya atau penerangan yang cukup akan
dibutuhkan baik siang maupun malam.
B. PERSIAPAN PASIEN
1. Baju pasien diganti dengan baju khusus untuk
dipakai diruang persalinan.
2. Mengosongkan kandung kencing.
3. Pemeriksaan darah rutin.
4. Penjelasan pada pasien.
a. Memberikan informasi dan penjelasan tentang
tatacara proses persalinan normal yang akan
dilakukan.
b. Memberikan informasi dan penjelasan tentang
hasil diagnosis pasien.
c. Memberikan informasi tentang alternatif tindakan
DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
2. Bagian pediantri
3. Bidang perawatan
4. Bagian kebidanan.
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
IV.
VI.
VII.
VIII.
Menilai Perdarahan
40.Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel
keibu maupun kejanin dan selaput ketuban untuk
memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan
utuh. Meletakan plasenta kedalam kantung plastic
atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan
masase selama 15 detik mengambil tindakan yang
sesuai.
41.Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan
perineum dan segera menjahit laserasi yang
mengalami perdarahan aaktif.
X.
DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT
1. Bagian Pediantri
2. Bidang perawatan
3. Bagian kebidanan.
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. Persiapan Pasien
1. Pasang infus line
2. Baringkan pasien pada posisi litotomi dimeja tindakan
3. Asapsis daerah genitalia.
B. Persiapan Alat
1. Mempersiapkan alat-alat termasuk sendok forceps
piper neagele gunting episiotomi, partus set, jahit set,
oksigen dan alat resusitasi bayi.
2. Menyiapkan obat-obatan yang diperlukan durante
tindakan.
C. Persiapan Penolong
1. Memakai jas, topi, masker
2. Cuci tangan dan memakai sarung tangan steril.
D. Persiapan Tim
1. Menyiapkan dokter anastesi dan dokter anak
2. Menyiapkan paramedis kebidanan
3. Dilakukan di VK kamar tindakan.
Jenis Persalinan Sungsang Pervaginam adalah :
a. Persalinan spontan (Spontananeous breech)
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri
(Cara Brach)
b. Persalinan yang dibantu (assisted breech delivery, parial
breech extraction)
c. Ekstraksi sungsang (total breech extraction)
Janin dilahirkan seluruhnya dengan jasa penolongan.
A. PERSALINAN SUNGSANG CARA BRACIT
1. Ibu dalam posisi linotomi, penolong berdiri didepan
vulva saat ada his ibu dipimpin mengejan.
2. Saat bokong membuka vulva, lakukan epsisotomi
(dengan anestesi lokal sebelumnya).
3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram
dengan cara kedua ibu jari penolong sejajar sumbu
panggul, sedangkan jari-jari lain memegang belakang
punggul.
4. Pada waktu tali pusat lahir dan teregang, segera
kendorkan tali pusat tersebut.
5. Kaki, bokong dan badan janin diangkat dengan kedua
DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT
1. Bagian Anestesi
2. Bagian Perinatologi
3. Bagian Obstetri Ginekologi
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. Persiapan Pasien
1. Pasang infus line
2. Baringkan pasien pada posisi litotomi dimeja tindakan.
B. Persiapan Alat
1. Mempersiapkan alat-alat termasuk vakum set, gunting,
episiotomi, partus set, jait set dan alat resusitasi bayi.
2. Menyiapkan obat-obatan yang diperlukan durante
tindakan.
Standar Peralatan Ekstraksi yaitu :
1. Mangkuk (CUP)
Mangkuk ini digunakan untuk membuat kapuk
suksedancum buatan sehingga mangkuk dapat
4. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan
tempat penampungan cairan yang ikut terseret cairan
ketuban.
5. Pompa Penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun
listrik.
DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT
1. Bagian Anak
2. Bagian Obstetri Ginekologi
3. Kamar tindakan VK/ICU/UGD/UP3 (sesuai kebutuhan)
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. Persiapan Pasien
1. Pasang infus line
2. Baringkan pasien pada posisi litotomi dimeja tindakan.
B. Persiapan Alat
1. Mempersiapkan alat-alat termasuk vakum set, gunting,
DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT
1.
2.
3.
4.
Bagian Anestesi
Bagian Anak
Bagian Obstetri Ginekologi
Kamar tindakan VK/ICU/UGD (sesuai kebutuhan)
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
KEBIJAKAN
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 22
minggu sehingga melahirkan.
Perdarahan antepartum dapat berasal dari :
1. Kelainan Plasenta
Plasenta Previa : Plasenta yang terletak didekat atau menutupi baik
sebagian atau keseluruhan dari ostium uteri internum.
Solusio plasenta : lepasnya plasenta dari dinding uterus yang terjadi lebih
awal sebelum lahirnya janin.
Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya :
- Insesio vilamentosa
- Rupture sinus margenalis
- Plasenta sirkumvalva
- Vasa previa apabila pembuluh darah dari janin menutupi ostium uteri
internum.
2. Tidak bersumber pada kelahiran plasenta :
Varises pecah
Erosion porsionis uteri
TUJUAN
1. Mengetahui penyebab perdarahan antepartum
2. Memberikan perawatan yang utama dan kegawatdaruratan pada pasien
dengan perdarahan antepartum dan memilih perawatan secara konservatif
atau aktif.
3. Mengenali komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin.
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENANGANAN
UMUM
PLASENTA PREVIA
Terapi Konservatif
Tujuannya supaya janin tidak lahir premature.
Syarat-syarat terapi konnservatif :
- Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti.
- Belum ada tanda-tanda inpartu.
- Keadaan umum ibu cukup baik (Hemodinamik Stabik)
- Janin masih hidup.
Dilakukan rawat inap tirah baring
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implansi
plasenta, profil biofisik, letak presentasi janin dan usia
kehamilan.
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta
masih berada disekitar ostium uteri internam. Maka
dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu
dilakukan opservasi dan konseling untuk kemungkinan
mengahdapi keadaan gawat darurat.
Bila pendarahan berhenti dan waktu untuk mencapai usia
kehamilan 37 minggu masih lama, pasien dapat
dipulangkan untuk rawat jalan 1 minggu sekali.
PENANGANAN
KHUSUS
Terapi Aktif
Perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus
segera ditandatangani secara aktif tanpa memandang
matusirtas janin.
Dapat dilakukan dengan 2 cara :
PENYULIT
DOKUMEN
TERKAIT
UNIT
TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
Syok hemoragik
Anemia
DIC
Gawat janin
Prematuritas
Sepsis
Emboli
PENGELOLAAN PERDARAHAN
PASCA PERSALINAN
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
mengatasi komplikasinya.
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah / mengatasi syok
3. Mengganti darah yang kurang.
DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT
1. Apotik
PUSKESMAS
SINABOI
PROSEDUR
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
PENANGANAN UMUM
Segera buat perencanaan untuk mengatasi masalah :
- Ibu dibaringkan pada sisi kiri
- Pasang infus dan berikan cairan terbatas (NaCI
fisiologik atau RL)
- Diberikan oksigen dengan masker 4-6 L/menit
- Observasi nadi, tekanan darah dan perbafasan.
Nilai perubahan kardiovaskuler yang terjadi.
Buat perencanaan tatalaksana untuk membatasi
perubahan tersebut.
Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
prognosis dan manajemen.
Adanya kenaikan volume darah dan curah jantung sampai
50% pada awal trimester ke-3.
Atasi segera gagal jantung akut :
- Posisi setengah duduk
- Berikan O2 (dengan masker) 6 liter/menit
- Obat-obatan : Morfin, nitrogliselin, furosemid IV,
digoksin
- Torniket, bila perlu flebotomi.
Gagal jantung
Kausa gagal jantung dalam kehamilan :
- Hipertensi
- Anemia
- Penyakit jantung.
UNIT TERKAIT
1.
2.
3.
4.
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
PENANGANAN UMUM
Segera buat perencanaan untuk mengatasi masalah :
- Ibu dibaringkan pada sisi kiri
- Pasang infus dan berikan cairan terbatas (NaCI fisiologik)
- Diberikan oksigen dengan masker 4-6 L/menit
- Observasi nadi, tekanan darah dan perbafasan.
PENANGANAN KHUSUS
- Berikan therapy inhalasi kortikosterid, Brokodilator dan
aminofilin.
- Suntikan kartison : Betametrasol (Terbutaline 2,5 mg oral
setiap 4-6 jam atau 250 mg setiap 15 menit dalam 3
dosis) untuk menghilangkan spasme bronkus.
- Pemeriksaan fotothoraks dan laboratorium.
- Gunakan alat monitor fungsi vital.
- Bila perlu lakukan perawatan intensif.
PERSALINAN
UNIT TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
NIFAS NORMAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
PENGELOLAAN
Riwayat Ibu :
Riwayat Persalinan
Riwayat Sosial
Pemeriksaan Fisik :
Umum (Verises, edema, refleks)
Payudara
Perut
Vagian
Lokhea
Miksi dan defekasi
Oedem atau pembengkakan pada tungkai
Pemeriksaan Laboratorium :
Riwayat Bayi
Nilai Apgar
Menyusui
Buang air besar
Tidurnya
Pemeriksaan Fisik :
Panjang badan
Berat badan
Suhu
Denyut jantung
Refleks
Aktivitas
Kulit
Mata
Tali pusat
Skining untuk ketidaknormalan.
PENANGANAN
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada
ibu :
Kebersihan diri
Istirahat
Latihan
Gizi
Perawatan
Hubungan perawat/rumah tangga
Keluarga berencana
PENYULIT
PEBRIS PUERPERALIS
Kenaikan suhu badan askiler sampai 38 C atau lebih.
PUSKESMAS
SINABOI
RETENSIO URIN
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
seseorang
untuk
1. ANAMNESIS
1. Adanya ketidakmampuan mengeluarkan urin setelah
lebih dari 6 jam partus pervaginam atau setelah lebih
dari 6 jam pasca pemasangan kateter menetao.
2. Adanya keluhan kencing sedikit tidak lempis.
3. Adanya keluhan perut bagian bawah yang bertambah
besar disertai nyeri.
2. PEMERIKSAAN FISIK
1. Masa pada daerah suprasimpisis.
2. Kadang didapatkan nyeri tekan.
3. Masa tersebut cendrung pada daerah mediana.
PENYULIT
UNIT TERKAIT
1. Poliklinik.
2. UDG Obgin.
3. Bangsal Genekologi.
PUSKESMAS
SINABOI
HISTEREKTOMI VAGINAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
1. Mengangkat Uterus
2. Mencegah pendarahan massif atau kehilangan darah yang
tak perlu
3. Mencegah kontaminasi bakteri pada daerah operasi
dengan menggunakan teknik asepsis yang ketat
4. Mengembalikan anatomi normal pada tingkat yang
mungkin
5. Mempertahankan atau memperbaiki fungsi dan untuk
mencegah disfungsi post operatif
6. Mendeteksi dan mengoreksi penyakit dan abnormality
lain.
PETUGAS
PELAKSANAAN
PROSEDUR
posterior.
13.Buka plika vesiko uterine secara tajam.
14.Kenali lig cardinal kanan dan kiri.
15.Bebaskan para metrium secara bertahap, mulai dari anteri
uterina sampai kompleks tuba, jahit dengan poliglagtin no
1.
16.Kenali compleks tuba dan ovarium.
17.Dilakukan reperiotonealisasi dengan tunggul kompleks
tuba.
18.Dilakukan kolporafi anterior dengan diseksi sub mukosa
vagina.
19.Buat jahitan U sepanjang para vaginal untuk mendekatkan
paravaginal sebagai sling dengan chomic no O.
20.Jahit tutup mukosa vagina dengan polyglactin no 2-0.
21.Dengan bantuan jarum kosong, keluarkan sisa benang
pada tunggul ligemrent kardionale kanan dan kiri vagina.
22.Tutup tunggul vagina.
23.Dilakukan kolpoperineorafi.
24.Pasang batas inciss pada komisura posterior vagina.
25.Pasang kocher pada vagina.
26.Buat incis sebagai batas diseksi mukosa vagina.
27.Jahit mlevatorani supaya menyatu dimedian dengan
chomic no O.
28.Jahit tutup mukosa vagina dan perineum dengan
polyglactin 2-0 lujur sub kutikuler.
29.Pasang kateter no 14.
30.Pasang kassa getedir pada vagina.
31.Tindakan sekesai.
UNIT TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
ABORTUS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
PENYULIT
UNIT TERKAIT
1. Kamar bersalin
PUSKESMAS
SINABOI
KONTRASEPSI ORAL
No. Dokumen :
No. revisi : B
Tanggal Terbit :
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
Kontrasepsi
oral
adalah
kontrasepsi
berupa
pil
yang
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
KONTRASEPSI SUNTIK
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
KONTRASEPSI SUSUK
No. Dokumen :
No. revisi : B
Halaman :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Pencabutan
- Pasien mencuci seluruh tangan lengan dengan sabun dan
air mengalir.
- Pasien tidur berbaring.
- Pakai sarung tangan steril.
- Asepsis dan antisepsis daerah tindakan.
- Pasang doek steril.
- Raba tempat pencabutan, suntikkan anestesi lidokain
pada tempat insis.
- Metode pencabutan menggunakan metode standar atau
teknik U.
- Dorong ujung kapsul kearah insisi, setelah kapsul tanpak,
jepit dengan klem dan tarik perlahan.
- Ulangi pada kapsul lainnya.
- Luka insisi dapat ditutup dengan band aid.
DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi : B
Halaman :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Waktu penggunaan :
- Setiap waktu dalam sirkus haid, dapat dipastikan tidak
hamil.
- Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau
setelah 4 minggu paska persalinan.
- Segera setelah nifas.
Pemasangan :
- Kosongkan kandung kencing.
- Penderita posisi litotomi.
- Asepsi dan antisepsi genetalia eksterna.
- Pasang spekulum, asepsis portio dan mulut rahim,
gunakan tenakulum untuk menjepit serviks.
- Masukan sonde uterus,tentukan kedalaman dan arah
uterus.
- Pasang AKDR copper T 380 A.
- Unruk tipe yang lain menyesuaikan sesuai petunjuk
pemakai.
Pencabutan :
- Kosongkan kandungan kencing.
- Penderita posisi litotomi.
- Asepsis dan antisepsis genetalia eksterna.
- Pasang spekulum, untuk melihat serviks dan benang
AKDR.
- Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptic 23 kali.
- Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks.
- Jepit benang didekat serviks dengan menggunakan klem
lurus atau lengkung.
- Bila benang putus saat ditarik, masukan klem atau atau
alat pencabut AKDR kedalam kavum uteri untuk menjepit
AKDR itu sendiri.
DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT
PUSKESMAS SINABOI
Jl. Sei-Bakau
Standar Operasional
Prosedur
(Penyakit Dalam)
PUSKESMAS
SINABOI
DIABETES MELITUS
No. Dokumen
Tanggal Terbit :
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
DIAGNOSIS
II.
III.
IV.
DM gestasional
Terdiri dari :
1. Diagnosa DM
2. Diagnosa komplikasi DM
3. Diagnosa penyakit penyerta
4. Pemantauan pengendalian DM
Anamnesis
1. Keluhan khas DM : poliuria, pilodipsia, polifagia,
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya.
2. Keluhan tidak khas DM : lemah, kesemutan, gatal mata
kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada
wanita.
Faktor risiko DM tipe 2 :
1. Usia > 45 tahun
2. Berat badan lebih > 110% berat badan idaman atau
2
indeks massa tubuh
(IMT) > 23 kg/m
Panduan Pelayanan Medik PAPDI
1. Hipertensi (TD > 140/90 mmHg)
2. Riwayat DM dalam garis keturunan
3. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat,
atau BB lahir bayi > 4.000 gram
4. Riwayat DM gestasional
5. Riwayat toleransi gula terganggu (TGT) atau glukosa
darah puasa terganggu (GDPT)
6. Penderita penyakit jantung kroner, tuberculosis,
hipertiroidisme
7. Kolesterol HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida >
250 mg/dL.
Pemeriksaan Fisik Lengkap, termasuk :
1. Tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar
pinggang
2. Tanda neuropati
3. Mata ( virus, lensa mata retina )
4. Keadaan kaki ( termasuk rabaan nadi kaki ), kulit dan
kuku.
Kriteria diagnostic DM dan gangguan toleransi glukosa :
1. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) > 200
mg/dL, atau
2. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) > 126 mg/dL,
atau
3. Kadar glukosa plasma > 200 mg/dL pada 2 jam sesudah
beban glukosa 75 gram pada TTGO.
Diagnose Banding
Hiperglikemia reaktif, toleransi glukosa terganggu (TGT),
glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Hb Leukosit, hitung jenis leukosit, laju endap darah
2. Glukosa darah puasa 2 jam sesudah makan
3. Urinalisis rutin, proteinuria 24 jam CCT ukur, kreatinin
4. SGPT, Albumin/Globulin
5. Kolesterol Total, Kolesterol LDL, Kolesterol HDL,
trigliserida
6. AC
7. Albuminiri mikro
Pemeriksaan penunjang lain :
EKG, foto toraks, funduskopi
TATA LAKSANA
keterampilan,
kesehatan.
cara
mempergunakan
fasilitas
perawatan
Perencanaan Makanan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi :
Karbohidrat 60-70% protein 10-15%, dan lemak 20-25%
Jumlah kandungan kolesterol disarankan <300 mg/hari.
Diusahakan lemak basal dari sumber asam lemak tidak jenuh
(MUFA = Mono Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi PUFA
(Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah
kandungan serat + 25 gr/hr, diutamakan serat larut.
Jumlah Kalori Basal perhari :
Waktu penggunaan :
- Setiap waktu dalam sirkus haid, dapat dipastikan tidak
hamil.
- Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau
setelah 4 minggu paska persalinan.
- Segera setelah nifas.
- Ganti cara tetapi masih dalam perlindungan kontrasepsi
sebelumnya.
Pemasangan :
- Kosongkan kandung kencing.
- Penderita posisi litotomi.
- Asepsi dan antisepsi genetalia eksterna.
- Pasang spekulum, asepsis portio dan mulut rahim,
gunakan tenakulum untuk menjepit serviks.
- Masukan sonde uterus,tentukan kedalaman dan arah
uterus.
- Pasang AKDR copper T 380 A.
- Unruk tipe yang lain menyesuaikan sesuai petunjuk
pemakai.
Pencabutan :
- Kosongkan kandungan kencing.
- Penderita posisi litotomi.
- Asepsis dan antisepsis genetalia eksterna.
- Pasang spekulum, untuk melihat serviks dan benang
AKDR.
- Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptic 23 kali.
- Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks.
- Jepit benang didekat serviks dengan menggunakan klem
DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
TUBERKULOSIS PARU
No. Dokumen
Tanggal Terbit :
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
1.
2.
3.
4.
5.
DIAGNOSIS
Kasus paru
Kambuh (relaps)
Drop-out / default
Gagal terapi
Kronis
Radiologis :
Imuno Serkologis :
Laboratorium : LED
Mikrobiologis : BTA sputum, kultur resistensi sputum terhadap
M.tuberculosis.
TATA LAKSANA
Terapi
Terapi umum : istirahat, stop merokok, hindari polusi, tata
laksana komorbiditas, nutrisi, vitamin
Medikamentosa obat anti TB ( OAT ) :
Kategori 1 : untuk
Penderita baru TB Paru, sputum BTA positif
Penderita TB Paru, sputum BTA negatif, rantogen positif
dengan kelainan paru luas
Penderita TB Ekstra Paru berat diterapi dengan
2 RHZE / 4RH 2RHZE / 4R3H3 2RHZE / 6HE
Kategori 2 : untuk
Penderita kambuh
Penderita gagal
Penderita after default
Diterapi dengan :
- 2 RHZE / 1 RHZE / 5 RHE
- 2 RHZE / 1 RHZE / 5 R3H3E3
Kategori 3 : untuk
Penderita baru TB paru, sputum BTA negatif, rontgen
positif dengan kelainan paru luas
Penderita TB Ekstra Paru ringan diterapi dengan :
- 2 RHZ / 4 RH
- 2 RHZ / 4 R3H3
- 2 RHZ / 6 HE
Kategori 4 : untuk
Penderita TB kronis
Diterapi dengan :
- H seumur hidup,
- Bila mampu : OAT Lini kedua
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Dubia : tergantung derajat berat, kepatuhan
sensitivitas bakteri, gizi, status imun, komorbiditas.
PUSKESMAS
SINABOI
pasien,
ARTRITIS REUMATOID
No. Dokumen
Tanggal Terbit :
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
DIAGNOSIS
TATA LAKSANA
Terapi
Penyuluhan
Proteksi sendi, terutama pada stadium akut
Obat antiinlamasi non-steroid
Obat remetif (DMARD), misalnya :
- Klorokuin dengan dosis 1x250 mg/hari
- Metotreksat dosis 7,5-20 mg sekali seminggu
- Salazopirin dosis 3-4 x 500 mg/hari
- Garam emas per oral dosis 3-9 mg/hari, atau
Komplikasi
Deformitas sendi ( bouonnierre, swan neck, deviasi
ulnar )
Sindrom terowongan karpal.
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Tanggal Terbit :
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis
memenuhi :
WHO
1997
untuk
DBD
harus
Derajat
1. Demam disertai gejala knstiusional yang tidak khas,
manifestasi
perdarahan
hanya
berupa
uji
torniquetpositif dan/ mudah memar
2. Derajat 1 disertai pendarahan spontam
3. Terdapat kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah atau
hipotensi, disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah
Diagnosis Banding
Demam akut lain yang bermanifestasi trombositopenia.
Pemeriksaan Penunjang
HB, HT, Lekosit, Trombosit, Serologi Dengue.
TATA LAKSANA
Terapi
Nonfarmakologis : tirah baring, makanan lunak
Farmakologis
Simtomatis : antipiretik parasetamol bila demam
Tatalaksana terinci dapat dilihat pada lampiran protokol
tatalaksana DBD
- Cairan intravena : Ringer Laktat atau ringer asetat
4-6 jam/kolf koloid / plasma ekspander pada DBD
stadium III atau IV bila diperlukan.
- Tranfusi trambosit dan komponen darah sesuai
indikasi.
- Pertimbangan heparinisasi pada DBD stadium III
atau IV dengan koagulasi intravaskuler diseminata (
KID ).
Komplikasi
Renjatan, pendarahan, KID
PUSKESMAS
SINABOI
DEMAM TIFOID
No. Dokumen
Tanggal Terbit :
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
DIAGNOSIS
TATA LAKSANA
Terapi
Nenfarmakologis : tirah baring, makan lunak rendah serat
Farmakologis :
Simtomatis
Antimikroba
- Pilihan utama : Kloramfenikol 4 x 500 mg sampai
dengan 7 hari bebas demam.
Alternatif lain :
- Tiamfenikol 4 x 500 mg ( komplikasi hematologi
lebih rendah dibandingkan kloramfenikol ).
- Kotrimoksazol 2x2 tablet selama 2 minggu.
- Ampisilin dan amoksilin 50-150 mg/kg selama 2
minggu.
- Sefalosporin generasi III yang terbukti efektif adalah
seftriakson 3-4 gram dalam dekstosa 100 cc selam
paralitik, pankreatitis.
Ekstra Intestinal : kardiovaskular (kegagalan sirkulasi
parifer, miokkarditis, trombosis, tromboflebitis), hematologik
(anemia hemolitik, trombositopenia, KID), paru (pneumonia,
empiema, pleuritis), hepatobilier (hepatitis, kolesistitis), ginjal
(glomerulonefritis,
pielonefritis,
perinefritis),
tulang
(osteomielitis, periostitis, spondilitis, artritis), neuropsikiatrik
(toksik tifoid).
PUSKESMAS
SINABOI
MALARIA
No. Dokumen
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Amodiaquin
Hari I : 4 tablet ( 600 mg )
Hari II : 4 tablet ( 600 mg )
Hari III : 2 tablet ( 600 mg )
III.
Malaria berat
Artesunate IV/IM 2,4 mg/kg BB diberikan pada jam ke0, 12, 24, dilanjutkan satu kali perhari.
Drip kina HCI 500 mg ( 10 mg/kg BB ) dalam 250-500
ml D5% diberikan 6-8 jam ( maksimum 2000 mg )
dengan pemantauan EKG dan kadar gula darah tiap 812 jam sampai pasien dapat minum obat per oral atau
sampai hitung parasit malaria sesuai target ( total
pemberian parenteral dan per oral selama 7 hari
dengan dosis per oral 10 mg/kgBB/24 jam diberikan 3
kali sehari ).
Pebgobatan dengan kina dapat dikombinasikan dengan
tetrasiklin 94 mg/kgBB diberikan 4 kali sehari atau
doksisiklin 3 mg/kgBB sekali sehari.
Perhatian :
SP tidak boleh diberikan pada bayi dan ibu hamil. Primakuin
tidak boleh diberikan pada ibu hamil, bayi dan penderita
defesiensi G6PD. Klorokuin tidak boleh diberikan dalam
keadaan perut kosong. Pada pemberian kini parenteral, bila
obat sudah diterima selama 48 jam tetapi belum ada
perbaikan dan atau terdapat gangguan fungsi ginjal, maka
dosis selanjutnya diturukan sampai 30-50%. Kortikosteroid
merupakan kontraindikasi pada malaria serebral.
Pemantauan pengobatan :
Hitung parasit minimal tiap 24 jam, target hitung parasi pada
HI 50% H0 dan H3 < 25% H0. Pemeriksaan diulang sampai
dengan tidak ditemukan parasit malaria dalam 3 kali berturut
turut.
Pencegahan :
Klorokuin basa 5mg/kgBB, maksimal 300mg/minggu diminum
tiap minggu sejak 1 minggu sebelum masuk daerah endemik
sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan daerah
endemik atau doksisiklin 1,5 mg/kgBB/hari dimulai 1 (satu)
hari sebelum pergi ke daerah endemis malaria hingga 4
minggu setelah meninggalkan daerah endemis.
PUSKESMAS
SINABOI
HIPERTENSI
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
TATA LAKSANA
Komplikasi
Hipeterofi ventrikel kiri, proteinuria dan gangguan fungsi
ginjal, aterosklerosis pembuluh darah, retinovati, strok atau
TIA, infark miokard, angina pectoris, gagal jantung.
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
Nefrokalsinosis
Lokasi batu : batu ginjal, batu ureter, batu vesika
Jenis batu : asam urat, kalsium, struvite
TATA LAKSANA
Terapi
Nonfarmakologis :
Batu kalsium : kurangi asupan garam dan protein hewani
Batu urat : diet rendah asam urat
Minum banyak ( 2,5 1/hari ) bila fungsi ginjal masih baik
Farmakologis :
Antispasmodic bila ada kolik
Antimikroba bila ada infeksi
Batu kalsium : kalsium sitrat
Batu urat : alopurinol
Bedah
Pielotomi
ESWL
Nefrostomi
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
Anamnesis :
ISK bawah: frekuensi, disuria terminal, polakisuria, nyeri
suprapubik.
ISK atas : nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan
muntah, hematuria.
DIAGNOSIS
TATA LAKSANA
Nonfarmakologis :
Banyak minum bila fungsi ginjal masih baik
Menjaga hygiene genitalia eksterna
Farmakologis :
Antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada, bila hasil
tes resistensi kuman sudah ada, pemberian antimikroba
disesuaikan.
Komplikasi
Batu saluran kemih, obstruksi saaluran kemih, sepsis, infeksi
kuman yang multiresisten, gangguan fungsi ginjal.
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Stadium 3 :
- Berat badan turun > 10 %
- Diare yang tidak diketahui penyebab, > 1 bulan
- Demam berkepanjangan ( intermitena atau konsten ),
> 1 bulan
- Kondidiasis oral
- Oral hairy leucoplakia
- Tuberculosis paru
- Infeksi bakteri berat ( pneumonia, piomiositis )
Stadium 4 :
- HIV wasting syndrome
- Pneumonia pnewnocystis carinii
TATA LAKSANA
Toksoplasma sarebral
Kriptosporidiosis dengan diare > 1bulan
Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa atau
kelenjar getah bening ( misalnya retinitis CMV )
Infeksi herpes simpleks, mukokutan ( >1 bulan ) atau
visceral
Progressive multifacal leucoencephalopathy
Mikosis endemic diseminata
Kondidiasis esophagus, trakea, dan bronkus
Mikrobakteriosois salmonella non-tifosa
Tuberculosis ekstrapulmonar
Limfoma
Sarcoma Kaposi
Ensefalopati HIV
Terapi
Konseling
Terapi suportif
Terapi infeksi oportunistik dan pencegahan infeksi
oportunistik
Terapi antiretrovirus kombinasi, efek samping dan
penanganannya
Vaksinasi pada penderita HIV / AIDS
Terapi pasca paparan HIV ( post-exposure prophylaxis )
Penatalaksanaan infeksi HIV pada kehamilan
Penatalaksanaan koinfeksi HIV dengan hepatitis C dan
hepatitis B
Komplikasi
Infeksi oportunistik, kanker terkait HIV, dan manifestasi HIV
pada orang lain
PUSKESMAS
SINABOI
ASMA BRONKIAL
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
TATA LAKSANA
4.
5.
6.
7.
8.
PUSKESMAS
SINABOI
ULKUS PEPTIKUM
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
TATA LAKSANA
Tanpa komplikasi
Suportif : nutrisi
Memperbaiki / menghindari faktor resiko
Pemberian obat-obatan : antasida, antagonis reseptor H2,
proton pumpinhibitor, pemberian obat-obatan untuk
meningkat asam empedu, prokinetik, pemberian obat
untuk eradikasi kuman helicobacter pylori, pemberian
obat-obatan untuk meningkat faktor defensif.
Dengan komplikasi
Pada
tukak
peptik
yang
berdarah
dilakukan
penatalaksanaan umum atau suportif sesuai dengan
penatalaksanaan hematemesis melena secara umum.
Penatalaksanaan / tindakan khusus
Tindakan / terapi hemastatik per endoskopik dengan
adrenalin dan ekoksisklerol atau fibrinogen thrombin atau
tindakan hemostatik dengan heat probe atau terapi laser
atau terapi koagulasi listrik atau bipolar probe.
Pemberian obat somastotatin jangka pendek.
Terapi embolisasi arteri melalui arteriografi.
Terapi bedah atau operasi, bila setelah semua pengobatan
tersebut dilaksanakan tetap masuk dalam keadaan gawat I
s.d I maka pasien masuk dalam indikasi operasi.
PUSKESMAS
SINABOI
DISPEPSIA
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
TATA LAKSANA
Terapi
Suportif : nutrisi
Pengobatan empirik selama 4 minggu
Pengobatan berdasarkan etiologi
Komplikasi
Tergantung etiologi dispepsia.
PUSKESMAS
SINABOI
SIROSIS HATI
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
TATA LAKSANA
Terapi
Istirahat cukup
Diet seimbang ( tergantung kondisi klinis )
Roboransia
Mengatasi komplikasi
Komplikasi
Hipertensi portal, peritonitis bakterial spontan, ensefalopati
hepatikum.
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Diangnosis Banding
Hepatitis akibat obat, hepatitis alkoholik, penyakit saluran
empedu, leptospirosis.
TATA LAKSANA
Terapi
Tirah baring, diet seimbang, pengobatan suportif.
Komplikasi
Hepatitis fulminan,
kronik.
kolestatis
berkepanjangan,
hepatitis
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
Perlemakan hati.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium seperti pada hepatitis akut
USG hati
Biaopsi hati
TATA LAKSANA
Terapi
Hepatitis B kronik : lamivudin
Hepatitis C kronik : interferon +ribavirin
Komplikasi
Sirosis hati, karsinoma hepatoseluler
Prognosis
20% akan berkembang menjadi sirosis hati.
PUSKESMAS SINABOI
JL. SEI BAKAU
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
( Anak Dan Perinatologi )
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
Pemenuhan nutrisi pada bayi berat lahir cukup atau pada bayi
kecil baik secara oral atau parenteral.
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
Ruang Kebinanan
RESUSITASI NEONATUS
PUSKESMAS
SINABOI
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Persiapan Alat
1. Periksa kelengkapan alat
2. Lakukan pemasangan alat sesuai dengan fungsinya
3. Lakukan pengujian peralatan yang ada, untuk menjaga
keselamatan bayi
UNIT TERKAIT
Ruang kebidanan
PUSKESMAS
SINABOI
JL. Sei Bakau
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
1.
2.
3.
4.
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. PERSIAPAN ALAT
1. 2 Air DTT hangat :
- 1 untuk membasahi dan menyabuni
- 1 untuk membilas
2. Washlap kering dan basah
3. Sabun bayi
4. Kassa steril
5. 1 set pakaian bayi
B. PELAKSANAAN / PROSEDUR PERAWATAN TALI PUSAT
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat
3. Siapkan 1 set baju yang tersusun rapi, yaitu celana,
baju, bedong yang sudah digelar
UNIT TERKAIT
Ruang kebidanan
PUSKESMAS
SINABOI
MEMANDIKAN BAYI
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. PERSIAPAN ALAT
1. Waskom yang berisi air hangat
2. Handuk bersih
3. Washap
4. Sabun mandi
5. Kapas lembab ( yang telah diseduh dengan air masak )
6. Minyak baby ( baby oil ) / minyak telon
7. Peralatan perawatan tali pusat
B. CARA MEMANDIKAN BAYI
UNIT TERKAIT
Ruang kebidanan
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
bayi,
untuk
menentukan
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
A. PERSIAPAN ALAT
1. ALAT
Timbangan bayi
Buku catatan
Kain pengalas timbangan
B. PELAKSANAAN
1. Perawat / bidan mencuci tangan
2. Timbangan diberi kain pengalas
3. Timbangan disetel dengan angka penunjuk pada angka
nol
4. Selimut dan pakaian bayi dibuka, dibaringkan diatas
ranjang
5. Hasil berat badan dicatat pada buku
6. Bayi dirapikan dan dibaringkan kembali ketempat tidur
7. Alat alat dibersihkan
8. Perawat / bidan cuci tangan
Ruang kebidanan
MEMERAS ASI
PUSKESMAS
SINABOI
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
Ruang kebidanan
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
Ruang kebidanan
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Risiko infeksi.
Anamnesis
- Umur ibu
- Hari pertama haid terakhir
- Riwayat persalinan sebelumnya
- Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
- Kenaikan berat badan selama hamil
- Aktivitas, penyakit yang diderita, dan obat obatan
yang diminum selama hamil.
Pemeriksaan fisis
- Berat badan < 2500 gram
- Tanda prematuritas ( bila bayi kurang bulan )
- Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan ( bila bayi
kecil untuk masa kehamilan )
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan skor Ballard
- Tes kocok ( shake test ) dianjurkan bayi kurang bulan
- Darah rutin, glukosa darah
- Bila perlu ( tergantung klinis ) dan fasilitas tersedia,
diperiksa kader elektrolit dan analisis gas darah
- Foto rontgen dada diperlukan pada bayi baru lahir
dengan umur kehamilan kurang bulan dan
mengalami sindrom gangguan napas.
USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <
35 minggu, dimulai pada umur 3 hari dan dilanjutkan sesuai
hasil yang didapat.
TATA LAKSANA
Pemberian vitamin K
- Injeksi I mg IM sekali pemberian, atau
- Per oral 2 mg 3 kali pemberian ( saat lahir, umur 3
10 hari, dan umur 4 6 minggu ).
Mempertahankan suhu tubuh normal
- Gunakan salah satu cara menghangatkan dan
mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak
kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,
incubator, atau ruangan hangat yang tersedia di
fasilitas kesehatan.
- Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan
tangan dingin.
- Ukur suhu tubuh.
Pemberian umum
- ASI merupakan pilihan utama
- Apabila bayi mendapatkan ASI, pastikan bayi
menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun,
perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
- Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan
beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut
turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
- Pemberian minum minimal 8x / sehari. Apabila bayi
masih menginginkan dapat diberikan lagi ( ad libitum
).
- Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskuler
dan respirsi yang tidak stabil, fungsi usus belum
berfungsi / terdapat anomaly mayor saluran cerna,
NEC, IUGR berat dan berat lahir < 1000 g.
- Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu
dengan segera ditingkatkan selama tidak ditemukan
tanda dehidrasi dan kadar natrium serta glukosa
normal.
Bayi sakit :
- Pemberian minum awal : < 10 ml/ kg/ hari
- Selanjutnya minim ditingkatkan jika memberikan
toleransi yang baik, tambahan 3 5 ml, interval 3
jam, setiap > 8 jam.
CAMPAK
PUSKESMAS
SINABOI
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Anamnesis
- adanya demam tinggi terus menerus 38,50C atau
lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata
merah dan silau bila terkena cahaya ( fotofobia ),
seringkali diikuti diare.
- Pada hari ke 4 5 demam timbul ruam kulit,
didahului oleh suhu yang meningat lebih tinggi dari
semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang
demam.
- Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah
parah sehingga anak mengalami sesak nafas atau
dehidrasi. Adanya kulit kehitaman dan bersisik
( hiperpigmentasi ).
Pemeriksaan fisik
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10 12 hari, terdiri
dari 3 stadium :
- Stadium prodromal : berlangsung 2-4 hari, ditandai
dengan demam yang diikuti dengan batuk, pilek,
faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan
konjungtivitis.
Tanda
patognomonik
timbulnya
enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut
bercak Koplik.
- Stadium erupsi : ditandai dengan timbulnya ruam
makulopapuler yang bertahan selama 5-6 hari.
Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut belakang
telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan
akhirnya ke ekstremitas.
- Stadium penyembuhan ( konvalesens ) : setelah 3
hari ruam berangsur angsur menghilang sesuai
urutan timbulnya ruam kulit menjadi kehitaman dan
TATA LAKSANA
Medikamentosa
Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan
apabila terjadi infeksi sekunder, antikonvulsi apabila
terjadi kejang, dan pemberian vitamin A.
Tanpa komplikasi :
- Tirah baring ditempat tidur
- Vitamin A 100.000 IU, apabila disertai malnutrisi
dilanjutkan 1500 IU tiap hari
- Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai.
Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran
pasien dan ada tidaknya komplikasi.
Indikasi rawat
Pasien dirawat ( di ruang insolasi ) bila :
- Hipereksia ( suhu > 39.00C )
- Dehidrasi
- Kejang
- Asupan oral sulit
- Adanya komplikasi
Pemantauan dan Konsultasi
- Pada
kasus
campak
dengan
komplikasi
bronkopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau
terhadap adanya infeksi tuberculosis ( TB ) laten.
Pantau gejala klinis serta lakukan uji tuberculin
setelah 1 3 bulan penyembuhan.
- Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk,
konsultasi pada Divisi Nutrisi dan Metabolik.
Faktor risiko terjadinya komplikasi
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan
anak berumur lebih kecil.
- Diare dapat diikuti dehidrasi
- Otitis media
- Laringotrakeobronkitis ( croup )
- Bronkopneumonia
- Ensefalitis akut, terjadi pada 2-10/10.000 kasus
dengan angka kematian 10-15%
- Subacute sclerosing panencephalitis ( SSPE ) : suatu
proses dengeneratif susunan saaraf pusat dengan
gejala karateristik terjadi deteriorisasi tingkah laku
dan intelektual yang diikuti dengan kejang.
Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap, timbul
beberapa tahun setelah infeksi dan merupakan salah
satu komplikasi campak awitan lambat. Terjadinya
pada 1/25.000 kasus, menyebabkan kerusakan otak
progresif dan fatal.
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Anamnesis
- Riwayat imunisasi
- Adanya paparan terhadap infeksi
- Adanya gejala :
Nyeri menelan
Nyeri telinga
Batuk, sesak napas
Muntah, diare
Nyeri / menangis waktu buang air kecil
Pemeriksaan fisik
- Ukur suhu tubuh
Etilogi
Etiologi tersering adalah :
- Infeksi saluran kemih
Setiap pemeriksaan urinalisis positif dianggap
sebagai tersangka ISK yang merupakan indikasi
untuk memulai pengobatan dengan antibiotic.
Diagnosis pasti ditegakkan bila hasil biakan urine
positif.
Pada pemeriksaan urinalisis terdapat nitrit (+),
leukosit esterase (+).
Pada pemeriksaan mikroskopik terhadap leukosit
> 10/1pb atau bakteri, perwarnaan gram (+).
-
Pneumonia
Pneumonia bacterial bila demam 390C atau leukosit >
20.000/ul.
Catatan :
Pada anak dengan suhu 390C disertai hitung jenis
leukosit tidak
terlalu
tinggi,
kemungkinan
pneumonia dapat disingkirkan.
Umur dapat dipakai sebagai prediksi penyebab
pneumonia.
Pneumonia oleh virus paling banyak dijumpai
pada umur 2 tahun pertama.
Foto dada seringkali tidak slalu membantu dalam
menentukan diagnosis pneumonia.
Pneumonia dan
bakteremia jarang terjadi
bersamaan ( <3% ).
Meningitis
Bayi/anak tampak sakit berat
Pemeriksaan fisik : letargik, kaku kuduk, dan
muntah. Diagnosis ditegakkan dengan fungsi
lumbal.
Pemeriksaan penunjang
- Bila anak terlihat sakit berat diperlukan pemeriksaan
laboratorium termasuk darah lengkap, urinalisis, dan
biakan urine.
- Leukosit
>
15.000/1
meningkatkan
risiko
bakteremia menjadi 3-5 %, bila > 20.000/1 risiko
menjadi 8-10%.
- Untuk mendeteksi bakteremia tersembunyi hitung
neutrofil absolut lebih sensitif dari hitung leukosit
atau batang absolut.
- Hitung absolut netrofil > 10.000 1 meningkatkan
risiko bakteremia menjadi 8-8%.
- Pemeriksaan biakan darah dianjurkan karena 6-10%
anak dengan baktermia dapat berkembang menjadi
infeksi bakteri yang berat, terutama pada anak yang
terlihat sakit berat.
TATA LAKSANA
Medikamentosa
- Anak yang tidak tampak sakit tidak perlu
pemeriksaan laboratorium maupun dirawat dan tidak
perlu diberi antibiotik.
- Apabia dari anamnesis, pemeriksan fisik, dan
laboratorium menunjukan hasil risiko tinggi untuk
terjadinya bakteremia tersembunyi, harus segera di
berikan antibiotik setelah pengambilan sediaan untuk
biakan.
- Catatan : terutama bila hitung leukosit > 15.000/1
atau hitung total neutrofil absolute > 10.000/1.
- Pemberian
antibiotik
secara
empirik
harus
memperhitungkan
kemungkinan
peningkatan
resistensi bakteri.
Antibiotik pilihan
Secara empiric antara lain :
- Amoksisilin 60-100 mg/kgbb/hari, atau
Indikasi rawat
- Anak dengan risiko rendah dan orangtua yang
kooperatif dapat berobat jalan dengan pengamatan
setiap hari sampai demam turun.
- Demam sebagai predicator bakteremia tersembunyi.
- 39,0 39,40C : < 2%
39,4 40,00C : 2-3%
40,0 40,50C : 3-4%
40,50C : 4-5%
DEMAM TIFOID
PUSKESMAS
SINABOI
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Anamnesis
- Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai
suhu tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu
kedua demam terus menerus tinggi.
- Anak sering mengigau ( delirium ), malaise, letargi,
anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut, diare atau
konstipase, muntah, perut kembung.
- Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan
kesadaran, kejang, dan ikterus.
Pemeriksaan fisik
Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat
dengan komplikasi. Kesadaran menurun, delirium, sebagian
besar anak mempunyai lidah tifoid yaitu dibagian tengah
kotor dan bagian pinggir hiperemis, meteorismus,
hepatomegali lebih sering dijumpai dari pada splenomegali.
Kadang-kadang terdengar ronki pada pemeriksaan paru.
Pemeriksaan penunjang
Darah tepi perifer :
- Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi
sumsum tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus.
- Leucopenia, namun jarang kurang dari 3000/1.
- Limfositosis relative.
- Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat.
Pemeriksaan serologi :
- Serologi Widal : kenaikan titer S.typhi O 1:200 atau
kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens.
- Kadar 1gM dan 1gD ( typhi-dot).
Pemeriksaaan biakan salmonela :
- Biakan darah terutama pada
minggu
1-2
dari
perjalanan penyakit.
Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu
ke-4.
Pemeriksaan radiologik :
- Foto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi
pneumonia.
- Foto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi
intraintetinal seperti perforasi usus atau perdarahan
saluran cerna.
- Pada perforasi usus tampak :
Distribusi udara tak merata
Airfluid level
Bayangan radiolusen di daerah hepar
Udara bebas pada abdomen.
TATA LAKSANA
Antibiotik
- Kloramfenikol ( drug of choice ) 50-100 mg/kgbb/hari,
oral atau IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari.
- Amoksisilin 100 mg/kgbb/hari, oral atau intervena,
selama 10 hari.
- Kotrimoksasol 6 mg/kgbb/hari, intervena atau
intramuscular, sekali sehari, selama 5 hari.
- Sefiksim 10 mg/kgbb/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis,
selama 10 hari.
Bedah
Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus :
Suportif
- Demam tifoid ringan dapat dirawat dirumah
- Tirah baring
- Isolasi memadai
- Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi
Indikasi rawat
Demam tifoid berat harus dirawat inap rumah sakit.
- Cairan dan kalori
- Terutama pada demam tinggi, muntah,atau diare,
bila perlu asupan cairan dan kalori diberikan melalui
sonde lambung.
- Pada ensefalopati, jumlah kebutuhan cairan dikurangi
Diet
- Makanan tidak berserat dan mudah dicerna
- Setelah demam reda, dapat segera diberikan
makanan yang lebih padat dengan kalori cukup.
Pemantauan
Terapi
- Evaluasi demam dengan memonitor suhu. Apabila
pada hari ke 4-5 setelah pengobatan demam tidak
reda, maka harus segera kembali dievaluasi adakah
komplikasi, sumber infeksi lain, resistensi S. typhi
terhadap antibiotik, atau kemungkinan salah
menegakkan diagnosis.
- Pasien dapat dipulangkan apabila tidak demam
selama 24 jam tanpa antipiretik , nafsu makan
membaik, klinis perbaikan, dan tidak dijumpai
komplikasi. Pengobatan dapat dilanjutkan dirumah.
Penyulit
- Intraintestinal : oerforasi usus atau perdarahan
saluran cerna : suhu menurun, nyeri abdomen,
muntah, nyeri tekan pada palpasi, bising usus
menurun sampai menghilang, defance musculaire
positif, dan pekak hati menghilang.
- Ekstraintestinal : tifoid ensefalopati, hepatitis tifosa,
meningitis, pneumonia, syok septic, pielonerfritis,
endokarditis, esteomielitis, dll.
PUSKESMAS
SINABOI
DIARE AKUT
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1
minggu. Riskesda 2007 : diare merupakan penyebab
kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4
tahun.
DIAGNOSIS
Anamnesis
- Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari,
warna dan konsentrasi tinja, lendir dan darah dalam
tinja.
- Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran
menurun, buang air kecil terakhir, demam, sesak,
kejang, kembung.
- Jumlah cairan yang masuk selama diare.
- Jenis makanan dan minuman yang diminum selama
diare, mengkomsumsi maknanan yang tidak biasa.
- Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum.
Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital.
- Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau
lemah/ latergi / koma, rasa haus, turgor kulit
abdomen menurun.
Tanda tambahan : ubun-ubun besar, kelopak mata,
air mata, mukosa bibir, mulut dan lidah.
Berat badan.
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit, seperti napas cepat dan dalam ( asidosis
metabolik ), kembung ( hipokalemia, kejang hipo atau
hipernetremia ).
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria
berikut :
Tanpa dehidrasi ( kehilangan cairan < 50% berat
badan )
- Tidak ditemukan tanda utama dan tanda
tambahan
- Keadaan umum baik, sadar
- Ubun-ubun besar dan tidak cekung, mata
tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan
bibir basah
- Turgor abdomen baik, bising usus normal
- Akral hangat
Dehidrasi ringan sedang/tidak berat ( kehilangan
cairan 5-10% berat badan ).
- Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2
atau lebih tanda tambahan
- Keadaan umum gelisah atau cengeng
- Ubun ubun besar sedikit cekung, mata
sedikit cekung, air mata kurang, mukosa
mulut dan bibir sedikit kering.
- Tugor kurang, akral hangat
Dehidrasi berat ( keehilangan cairan > 10% berat
badan )
- Apabila didapatkan 2 tanda utama tambah
dengan 2 atau lebih tanda tambahan
- Keadaan umum lemah, letargi atau koma
- Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat
cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut dan
bibir sangat kering
- Turgor sangat kurang dan akral dingin
- Pasien harus rawat inap
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare
akut, keculai apabila ada tanda intoleransi laktosa
dan kecurigaan amubiasis.
- Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja :
Makroskopis : konsistensi, warna, lendir,darah,
TATA LAKSANA
bau
Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada
diare akut.
- Analisis gas darah dan elektrolit bila secara
klinis dicurigai adanya gangguan kesimbangan
asam basa dan lektrolit.
tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikitsedikit tapi sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah
serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
Medikamentosa
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotic
- Antiparasit
Edukasi, orangtua diminta untuk membawa kembali
anaknya ke Pusat Pelayanan Kesehatan bila
ditemukan hal sebagai berikut : demam, tinja
berdarah, makan atau minum sedikit, sangat haus,
diare makin sering atau belum membaik dalam 3
hari. Orang tua dan pengasuh diajarkan cara
menyiapkan oralit secara benar. Langkah promotif /
preventif :
- ASI tetap diberikan
- Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum
makan
- Kebersihan lingkungan, buang air besar dijamban
- Immunisasi campak
- Memberikan makanan penyapihan yang benar
- Penyediaan air minum yang bersih
- Selalu memasak makanan.
PUSKESMAS
SINABOI
HEPATITIS AKUT
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Anamnesis
- Anamnesis ditujukan terhadap adanya gejala klasik
hepatitis akut. Pembedaan penyebab hepatitis akut
akibat virus hepatotropik hanya dapat dketahui
dengan pemeriksaan serologi atau pun PCR.
- Manifestasi hepatitis A akut bervariasi dari
asimptomatik, manifestasi ringan tidak khas, gejala
khas yang klasik sampai hepatitis fulminan.
- Anak dapat dicurigai menderita hepatitis A apabila
ada gejala sistemik yang berhubungan dengan
saluran cerna dan ditemukan faktor risiko misalnya
pada keadaan adanya outbreak atau diketahui
adanya sumber penularan. Onset hepatitis A
biasanya terjadi secara tiba tiba, dimulai dengan
keluhan sistemik yang tidak khas serperti demam,
malaise, nause, emesis, anorexia, dan rasa tidak
nyaman pada perut. Gejala prodromal seringkali
ringan dan tidak diketahui pada bayi dan anak.
Ikterus pada anak seringkali tidak begitu tampak dan
sexing hanya bisa dideteksi dengan pemeriksaan
petanda serologi.
- Hepatitis akut pada beberapa dapat didahului dengan
Pemeriksaan fisik
- Dapat ditemukan ikterus, hepatomegali, nyeri tekan
diabdomen kuadran kanan atas akibat meregangnya
capsula hepatis.
- Kadang ditemukan demam.
Pemeriksaan penunjang
- Adanya hepatitis akut ditunjukkan dengan adanya
transaminase yang meingkat terutama ALT dan
mungkin disertai adanya kadar bilirubin yang
meningkat terutama pada adanya kolestasis.
- Untuk menemukan virus mana yang bertanggung
jawab terhadap hepatitis akut adalah dengan
melakukan pemeriksaan serologi yang dapat
menunjukan akut dan khas untuk masing-masing
virus.
- Hepatitis akut virus A:1gM anti HVA positif, hepatitis
akut virus B : 1gM anti HBc positif, anti HCS dan
RNA virus hepatitis C. berikut adalah petanda
diagnostik dari masing masing virus hepatitis.
TATA LAKSANA
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Anamnesis
- Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak
tinggi, selama 2-7 hari.
- Disertai lesu, tidak mau makan, dan muntah.
- Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri
otot, dan nyeri perut.
- Diare kadang-kadang dapat ditemukan.
- Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan
kulit dan mimisan.
Pemeriksaan fisik
- Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi,
facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan
sendi, nyeri tenggorokan dengan fering hiperemis,
nyeri dibawah lekung jga kanan. Gejala penyerta
tersebut lebih mencolok pada DD dari pada DBD.
- Sedangkan hepatomegali dan kelainan fungsi hati
lebih sering ditemukan pada DBD.
- Perbedaan antara DD dan DBD adalah pada DBD
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
menyebabkan perembesan plasma, hipovolemia dan
syok.
- Perembesaan plasma mengakibatkan ekstravasasi
cairan kedalam rongga pleura dan rongga peritoneal
selama 24-48 jam.
- Fase kritis sekitar hari ke-3 hingga ke-5 perjalanan
penyakit. Pada saat ini suhu turun, yang dapat
merupakan awal penyembuhan pada infeksi ringan
namun pada DBD berat merupakan tanda awal syok.
- Perdarahan dapat berupa petekie, epistaksis, melena
ataupun hematuria.
Tanda tanda syok
- Anak gelisah, sampai terjadi penurunan kesadaran,
sianosis
- Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang kadang
tidak teraba
- Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg
- Akral dingin, capillary refill menurun
- Dieresis menurun sampai anuria
Apabila syok tidak dapat segera diatasi, akan terjadi
komplikasi berupa asidosismetabolik dan perdarahan hebat.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
- Darah perifer, kadar hemoglobin, leukosit dan hitung
jenis, hematokrit, trombosit. Pada apusan darah
perifer juga dapat dinilai limfosit plasma biru.
Peningkatan 15 % menunjang diagnosis DBD.
- Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibis dilakukan saat
fase akut dan fase konvalesens.
- Pemeriksaan radiologis.
kriteria Klinis
TATA LAKSANA
Suportif
- Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat
peningkatan permeabilitas kapiler dan perdarahan.
- Kunci keberhasilan terletak pada kemampuan untuk
mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase
syok disebut time of fever differvesence dengan
baik.
- Cairan intravena diperlukan, apabila
(1) Anak terus menerus muntah, tidak mau minum,
demam
tinggi,
dehidrasi
yang
dapat
mempercepat terjadinya syok,
(2) Nilai hematokrit cenderung meningkat pada
pemeriksaan berkala.
DBD disertai syok (Sindrom Syok Dengue, derajat III
dan IV)
- Penggantian volume plasma segera, cairan intravena
larutan ringer laktat 10-20 ml/kgbb secara bolus
diberikan dalam waktu 30 menit. Apabila syok belum
teratasi tetap diberikan ringer laktat 20 ml/kgbb
ditambah koloid 20-30 ml/kgbb/jam, maksimal 1500
ml/hari.
- Pemberian cairan 10 ml/kgbb/jam tetap diberikan 1-4
jam pasca syok. Volume cairan diturunkan menjadi 7
ml/kgbb/jam, selanjutnya 5ml dan 3ml apabila tanda
vital dan dieresis baik.
- Jumlah urin 1 ml/kgbb/jam merupakan indikasi bahwa
sirkulasi membaik.
- Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48
jam setelah syok teratasi.
- Oksigen 2-4 l/menit pada DPD syok.
- Koreksi asidosis metabolic dan elektrolit pada DBD
syok.
- Indikasi pemberian darah.
Terdapat perdarahan secara klinis
- Setelah pemberian cairan kristaloid dan koloid, syok
menetap, hematokrit turun, diduga setelah terjadi
perdarahan, berikan darah segar 10 ml/kgbb.
- Apabila kadar hematokrit tetap > 40 vol%, maka
berikan darah dalam volume kecil.
- Plasma segar beku dan suspensi trombosit berguna
untuk koreksi gangguan koagulopati atau koagulasi
intravaskuler desiminata (KID) pada syok berat yang
menimbulkan perdarahan massif.
- Pemberian tranfusi suspensi trombosit pada KID
harus selalu disertai plasma segar untuk mencegah
perdarahan lebih hebat.
DBD ensefalopati
Pada ensefalopati cenderung terjadi edema otak dan
alkalosis, maka bila syok telah teratasi, cairan diganti
dengan cairan yang tidak mengandung HCO3 dan jumlah
cairan segera dikurangi. Larutan ringer laktat segera ditukar
dengan larutan NaCL (0.9%) ; glukosa (5%) = 3:1.
Pemantauan
Pemantauan selama perawatan
Tanda klinis, apakah syok telah teratasi dengan baik,
adakah pembesaran hati, tanda perdarahan saluran cerna,
PUSKESMAS
SINABOI
KEJANG DEMAM
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Anamnesis
- Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang.
- Suhu sebelum /saat kejang, frekuensi dalam 24 jam,
interval, keadaan anak pasca kejang, penyebab
demam diluar infeksi susunan saraf pusat (gejala
infeksi saluran nafas akut/ISPA, infeksi saluran
kemih/ISK, otitis media akut / OMA,dll).
- Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan
epilepsi dalam keluarga.
- Singkirkan penyebab kejang yang lain ( misalnya
diare / muntah yang mengakibatkan gaggguan
elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia,
asupan
kurang
yang
dapat
menyebabkan
hipoglikemia ).
Pemeriksaan fisik
- Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran,
suhu tubuh : apakah terdapat demam.
- Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, bruzinski I
dan II, kernique, laseque.
- Pemeriksaan nervus cranial.
- Tanda peningkatan tekanan intracranial : ubun-ubun
reflek
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi
untuk mencari penyebab demam atau kejang.
Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap,
gula darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah,
urin atau feses.
- Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menegakkan/ menyingkirkan kemungkinan diagnosis
meningitis karena menifestasi klinisnya tidak jelas.
Jika yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu
dilakukan fungsi lumbal.
Fungsi lumbal dianjurkan pada :
- Bayi usia kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan
- Bayi usia 12-18 bulan : dianjurkan
Bayi usia > 18 bulan tidak rutin dilakukan
- Pemeriksaan
elektroensefalografi
(EEG)
tidak
direkomendasikan. EKG masih dapat dilakukan pada
kejang demam yang tidak khas, misalnya : kejang
demam kompleks pada anak berusia lebih dari 6
tahun atau kejang demam fokal.
- Pencitraan (CT-scan atau MRI kepala) dilakukan
hanya jika ada indikasi, misalnya :
- Kelainan
neurologi
fokal
yang
menetap
(hemiparesis) atau kemungkinan adanya lesi
structural diotak (mikrosefali, spastisitas)
- Terdapat tanda peningkatan tekanan intracranial
( kesadaran menurun, muntah berulang, UUB
membonjol, paresis nervus VI, edema papil ).
TATA LAKSANA
Medikamentosa
Pengobatan pada medikamentosa saat kejang dapat dilihat
pada algoritme tatalaksana kejang. Saat ini lebih
diutamakan pengobatan profilaksis intermiten pada saat
demam berupa :
- Antipiretik
- Anti kejang
- Pengobatan jangka panjang / rumatan
Indikasi rawat
- Kejang demam kompleks
Hiperpireksia
Usia dibawah 6 bulan
Kejang demam pertama kali
Terdapat kelainan neurologis.
PUSKESMAS
SINABOI
KESULITAN MAKAN
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Anamnesis
- Riwayat antenatal dan perinatal
- Riwayat atopi atau kesulitan makan pada anak
- Riwayat penyakit sebelumnya
Pemeriksaan fisik
- Dimulai dengan pengukuran antropometris, termasuk
lingkar kepala
- Penilaian pertumbuhan sejak lahir dengan melihat
kurva pertumbuhannya
- Abnormalitas kraniofasial, tanda penyakit sistemik,
dan atopi harus dicari
- Pemeriksaan neurologis menyeluruh harus dilakukan
sebagai evaluasi perkembangan psikomotor
Pemeriksaan penunjang
- Tidak diindikasi pada anak dengan pemeriksaan fisik
normal, memiliki kurva pertumbuhan yang normal,
dan hasil penilaian perkembangan normal.
- Kolik dan muntah kadang-kadang
- Alergi susu sapi dikonfirmais dengan skin test dan
tes radioallergosorbent kurang dapat dipercaya
( level of evidence I).
- GER konfirmasi dengan pemeriksaan saluran
cerna atas dengan kontras dapat memperlihatkan
gambaran bolus saat melewati orofaring dengan
TATA LAKSANA
Langkah Promotif/Preventif
- Manajemen laktasi yang benar
- Pengenalan makanan padat sesuai usia
- Pemilihan makanan yang sesuai dengan tahapan
perkembangan bayi
- Jadwal pemeberian makanan yang fleksibel sesuai
dengan keadaan lapar dan haus yang berkaitan
dengan pengosongan lambung
- Hindari makan dengan paksaan.
Perhatikan kesukaan (like) dan ketidak sukaan (dislike),
penerimaan
(acceptance)
dan
ketidakcocokan
(allergy/intolarence).
PUSKESMAS
SINABOI
MALARIA
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Anamnesis
- Pasien berasal dari daerah endemis malaria, atau
riwayat berpergian ke daerah endemis malaria.
- Lemah, nausea, muntah, tidak ada nafsu makan,
nyeri punggung, nyeri daerah perut, pucat, mialgia,
dan antralgia.
- Malaria infeksi tunggal pada pasien non-imun terdiri
atas beberapa serangan demam dengan interval
tertentu (paroksisme), diselengi periode bebas
demam. Sebelum demam pasien merasa lemah,
nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau
muntah.
- Pada pasien dengan infeksi majemuk/campuran
(lebih dari satu jenis plasmodium atau infeksi
berulang dari satu jenis plasmodium), demam terus
menerus (tanpa interval).
- Pada pejamu yang imun gejala klinisnya menimal.
- Periode paroksisme terdiri atas stadium dingin (cold
stage), stadium demam (hot stoge), dan stadium
berkeringat (sweating stage).
- Paroksismejarang dijumpai pada anak, stadium
dingin seringkali bermanifestasi sebagai kejang.
Pemeriksaan fisik
- Pada malaria ringan dijumpai anemia, muntah atau
diare, ikterus, dan hepato-splenomegali.
- Malaria berat adalah malaria yang disebabkan oleh
p.falciparum, disertai satu atau lebih kelainan
sebagai berikut :
- Hiperparasitemia, bila > 5% eritrosit dihinggapi
parasit
- Malaria serebral dengan kesadaran menurun
- Anemia berat, kadar hemoglobin <7 g/dl
- Perdarahan
atau
koagulasi
intravaskuler
diseminata
- Ikterus, kadar bilirubin serum > 50 mg/dl
- Hipoglikemia, kadang-kadang akibat terapi kuinin
- Gagal ginjal, kadar kreatinin serum >3g/dl dan
diuresis <400ml/24 jam
- Hiperpireksia
- Edem paru
- Syok, hipotensi, gangguan asam basa
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan hapus darah tepi :
- Tebal : ada tidaknya Plasmodium
- Tipis : identifikasi spesies Plasmodium/tingkat
parasitemia
- Pemeriksaan
penunjang
lain
sesuai
dengan
komplikasi yang terjadi.
TATA LAKSANA
Medikamentosa
- Untuk semua spesies Plasmodium, kecuali P.
Falciparum yang resisten terhadap klorokuin :
- Klorokuin sulfat oral, 25 mg/kgbb terbagi dalam 3
hari yaitu 10 mg/kgbb pada hari ke-1 dan 2, serta
5 mg/kgbb pada hari ke-3
- Kina
dihidrokloroidnintravena
1
mg/garam/kgbb/dosis dalam 10cc/kgbb larutan
dekstrosa 5% atau larutan NaCL 0.9, diberikan
perinfus dalam 4 jam, diulangi tiap 8 jam dengan
dosis yang sama sampai terapi oral dapat dimulai.
Keseluruhan pemberian obat adalah 7 hari dengan
dosis total 21 kali.
- Plasmodium falciparum yang resisten terhadap
klorokuin
- Regimen alternative
- Pencegahan relaps
Suportif
- Pemberian cairan, nutrisi, tranfusi darah
- Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskule dan
jaringan dan pemberian oral atau parenteral
- Pelihara keadaan nutrisi
- Tranfusi darah pack red cell 10 ml/kgbb atau whole
blood 20 ml/kgbb apabila anemia dengan Hb <
7,lg/dl
- Bila terjadi perdarahan, diberikan komponen darah
yang sesuai
- Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit
- Pertahankna fungsi sirkulasi dengan baik, bila perlu
pasang CVP. Dialysis peritoneal dilakukan pada gagal
ginjal
- Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu diberikan
oksigen
- Apabila terjadi gagal napas perlu berikan oksigen
- Pertahankan kadar gula darah normal.
Antipiretik
Diberikan apabila demam >390C, kecuali pada riwayat
kejang demam dapat diberikan lebih awal.
Indikasi rawat
Semua kasus malaria berat atau dengan komplikasi harus
dirawat.
Pemantauan
Efektifitas pengobatan antimalaria dinilai berdasarkan
respon klinis dan pemeriksaan parasitologis.
- Kegagalan
pengobatan
dini,
bila
penyakit
berkembang menjadi
- Malaria berat hari ke- 1,2,3 dan dijumpai
parasitemia, atau/parasitemia hari ke-3 dengan
suhu aksila > 37,50C.
- Secara klinis dan parasitologis :
- Adanya malaria berat setelah hari ke-3 dan
parasitemia
- Adanya parasitemia pada hari ke-7,14,21 dan 28
- Suhu aksila < 37,50C tanpa ada akriteria
kegagalan pengobatan dini, atau
- Parasitemia dan suhu aksila > 37,5 0C pada hari ke
4-28 tanpa ada kriteria kegagalan pengobatan
dini.
- Respon klinis dan parasitologis memadai, apabila
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Anamnesis
Untuk memperkuat dengan asma, anamnesis harus
dilakukan dengan cermat agar didapatkan riwayat penyakit
yang tepat mengenai gejala sulit bernapas, mengi, atau
dada terasa berat yang bersifat episodik dan berkaitan
dengan musim, serta adanya riwayat asma atau penyakit
atopi pada anggota keluarga. Pertanyaan berikut ini sangat
berguna dalam pertimbangan diagnosis asma :
- Apakah anak mengalami serangan mengi atau
serangan mengi berulang ?
- Apakah anak sering terganggu oleh batuk pada
malam hari ?
- Apakah anak mengalami gejala mengi, dada terasa
berat, batuk setelah terpajan alergen atau polutan ?
- Apakah jika mengalami pilek, anak membutuhkan
>10 hari untuk sembuh ?
- Apakah gejala klinis membaik setelah pemberian
pengobatan antiasma ?
Pola gejala harus dibedakan apakah gejala tersebut timbul
pada saat infeksi virus atau timbul tersendiri di antara
batuk pilek biasa. Pencetus yang spesifik dapat berupa
aktivitas, emosi, debu, makanan / minuman, pajanan
terhadap hewan berbulu, perubahan suhu lingkungan atau
cuaca, aroma parfum yang kuat atau aerosol, asap rokok,
atau adap dari perapian. Derajat berat ringannya gejala
harus ditentukan untuk mengarahkan pengobatan yang
akan diberikan.
Pemeriksaan fisik
- Kesadaran
- Suhu tubuh
- Sesak napas, apakah terdapat sesak napas
- Tanda gagal napas
- Tanda infeksi penyerta/komplikasi
- Penilaian derajat serangan asma : ringan /sedang
/berat /mengancam jiwa.
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan fungsi
paru
peak
flow
meter,
spirometer
Analisis gas darah : pada asma dapat terjadi asidosis
respirratorik dan metabolik
Darah lengkap dan serum elektrolit.
TATA LAKSANA
oral.
Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat
dipulangkan dengan dibekali obat -agonis (hirupan
atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama 24-48
jam. Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien
kontrol ke klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk
evaluasi ulang tata laksana.
Ancaman henti napas, hipoksemia tetap terjadi
walaupun sudah diberi oksigen (kadar Pao 2<60
mmHg dan/atau PaCO2, 45 mmHg). Pada ancaman
henti napas diperlukan ventilasi mekanik.
PUSKESMAS
SINABOI
TALASEMIA
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Anamnesis
- Pucat yang lama (kronis)
- Terlihat kuning
- Mudah infeksi
- Perut membesar akibat hepatosplenomegali
- Pertumbuhan terhambat/pubertas terlambat
- Riwayat tranfusi berulang
- Riwayat keluarga yang menderita talasemia
Pemeriksaan fisik
- Anemia/pucat
- Ikterus
- Facies cooley
- Hepatospenomegali
- Gizi kurang/buruk
- Perawatan pendek
- Hiperpigmentasi kulit
- Pubertas terlambat
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
- Darah tepi lengkap :
- Hemoglobin
- Sediaan apus darah tepi (mikrositer, hipokrom,
anisositosis,
poikilositosis,
sel
eritrosit
muda/normoblas, fragmentosit, sel target).
- Indeks eritrosit : MCV, MCH, dan MCHC menurun,
RDW meningkat. Bila tidak menggunakan cell
counter, dilakukan uji resistensi osmotic I tabung
(fragilitas).
- Konfirmasi dengan analisis hemoglobin menggunakan :
- Elektroforesis hemoglobin : tidak ditemukannya
HbA dan meningkatnya HbA2 dan HbF
- Jenis
Hb
kualitatif
menggunakan
elektroforesis cellulose acetate
- Hb A2 kuantitatif menggunakan metode
mikrokolom
- Hb F menggunakan alkali denaturasi
medifikasi betke
- HbH badan inkulasi menggunakan pewarnaan
supravital (retikulosit)
Metode HPLC (beta short variant biorad) : analisis kualitatif
dan kuantitatif.
TATA LAKSANA
Transfusi darah
Prinsipnya : pertimbangkan matang-matang sebelum
memberikan tranfusi darah. Tranfusi darah pertama kali
diberikan bila :
- Hb < 7 g/dL yang diperiksa 2 kali berturutan dengan
jarak 2 minggu
- Hb > g/dL disertai gejala klinis :
Perubahan muka/facies cooley
- Gangguan tumbuh kembang
- Fraktur tulang
PUSKESMAS
SINABOI
TUBERKULOSIS
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala umum dari penyakit TB pada anak tidak khas.
- Nafsu makan kurang
- Berat badan sulit naik, menetap, atau malah turun
- Demam subfebris berkepanjangan
- Pembesaran kelenjar superficial didaerah leher,
aksila, inguinal atau tempat lain
- Keluhan respiratorik berupa batuk kronik lebih dari 3
minggu atau nyeri dada
- Gejala gastrointestinal seperti diare persisten yang
tidak sembuh dengan pengobatan baku atau perut
membesar karena cairan atau teraba massa dalam
perut.
Keluhan spesifik organ dapat terjadi bila TB mengenai organ
ekstrapulmonal, seperti :
- Benjolan dipunggung (gibbus), sulit membungkuk,
pincang atau pembengkakan sendi
- Bila mengenai susunan saraf pusat, dapat terjadi
gejala iritabel, leher kaku, muntah-muntah, dan
kesadaran menurun
- Gambaran
kelainan
kulit
yang
khas
yaitu
skrofuloderma
- Limfadenopati multiple didaerah colli, aksila atau
inguinal
- Lesi flikten di mata.
Pemeriksaan fisik
Pada sebagian besar kasus TB, tidak dijumpai kelainan fisik
yang khas.
- Antropometri : gizi kurang dengan grafik berat badan
dan tinggi badan pada posisi di daerah bawah atau di
bawah P5.
- Suhu subfebris dapat ditemukan pada sebagian
pasien.
TATA LAKSANA
Medikamentosa
Terapi TB terdiri dari dua fase, yaitu :
- Fase intensif : 3-5 OAT selama 2 bulan awal.
- Fase lanjutan dengan paduan 2 OAT (INH-rifampisin)
hingga 6-12 bulan. Pada anak, obat TB diberikan secara
harian (daily) baik pada fase intensif maupun fase
lanjutan.
- TB paru : INH, rifampisin, dan pirazinamid selama 2
adanya TB koroid.
Pemantauan
Terapi
- Respons klinis, dilihat dari perbaikan keluhan awal.
Respons yang nyata biasanya terjadi dalam 2 bulan
awal (fase intensif). Setelah itu perbaikan klinis tidak
lagi sedramatis fase intensif.
- Evaluasi radiologis, dilakukan pada akhir pengobatan,
kecuali jika ada perburukan klinis. Jika gambaran
radiologis juga memburuk, evaluasi kepatuhan
minum obat, dan kemungkinan kuman TB resisten
obat. Terapi TB dimulai lagi dari awal dengan paduan
4 OAT.
- Efek samping OAT jarang dijumpai pada anak jika
dosis dan cara pemberiannya benar.
- Jika timbul ikterus OAT dihentikan, dan dilakukan uji
fungsi hati.
- Dalam pemberian terapi dan profilaksis TB evaluasi
dilakukan tiap bulan. Bila pada evaluasi profilaksis TB
timbul gejala klinis TB, profilaksis diubah menjadi
terapi TB.
Tumbuh kembang
Pertumbuhan pasien akan mengalami perbaikan nyata.
Data berat badan dicatat tiap bulan dan dimasukan dalam
grafik tumbuh untuk memantau pola tumbuh pasien selama
menjalani terapi. Walau berat badan belum mencapai ideal,
namum pola grafiknya sudah menaik dan memasuki pita
diatasnya, sudah dinilai sebagai respons yang baik.
TB anak umumnya tidak menular, sehingga pasien TB anak
tidak perlu dikucilkan, agar tidak menganggu aspek
kembang dan kejiwaan pasien.
KIE untuk orangtua pasien
- Pengobatan TB berlangsung lama, minimal 6 bulan,
tidak boleh terputus, dan harus kontrol teratur tiap
bulan.
- Obat rifampisin dapat menyebabkan cairan tubuh
berwarna merah.
- Secara umum obat sebaiknya diminum dalam
keadaan perut kosong yaitu 1 jam sebelum
makan/minum susu, atau 2 jam setelah makan.
Khusus untuk rifampisin harus diminum dalam
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
TUJUAN
menegakkan
diagnosa
dan
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
Defenisi :
Adanya suatu nyeri didaerah perut kanan bawah yang
mendadak, menetap, disertai dengan febris, mual dan
muntah.
PROSEDUR
Kriteria diagnosa.
Anamnesis.
Nyeri perut kanan bawah menetap, biasanya.
Disertai mual dan muntah.
Pemeriksaan fisik.
Tanda-tanda pentonitis lokal abdomen.
Kanan bawah.
Rectal touchere : nyeri tekan darah.
Lingkaran rectum jam : appendicitis akut.
Diagnosis banding.
Kelainan ginekologis KET kanan, adnexitis/
Diverticulitis.
Batu Uretra.
DHF.
Pemeriksaan penunjang.
Laboratorium : leucosit, diff comf, thrombosit.
Rontgen : Appendicogram, EKG, Thoraks foto.
Konsultasi : spesialis Bedah.
Perawatan Rumah Sakit : harus dirawat segera.
Therapi.
Tempat pelayanan.
Penyulit.
Perforasi appendik dengan peritonitis umum.
Abses appendik.
Infiltrate Appendik.
Informed consent : perlu (tertulis).
Standar therapy : spesialis bedah.
Lama perawatan : 3-3 hari.
Masa pemulihan : 5-7 hari pasca bedah.
Out put : sembuh total.
PA : Apabila ada keragunan, preparat dapat dikirim
untuk permintaan Patologi Anatomi.
Otopsi / Risalah rapat.
DOKUMEN
TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
TUJUAN
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR
Ekstraksi gigi
beberapa gigi.
adalah
tindakan
pencabutan
gigi
atau
Kriteria Persiapan :
- Persiapan alat untuk odontektomi.
- Persiapan pasien.
- Pasien yang datang kepoliklinik gigi dan mulut harus
membawa kartu status yang sudah ada tanda
pelunasan/stempel dari keuangan.
- Pasien dipanggil dan dipersilahkan duduk di dental
chair senyaman mungkin untuk pasien dan operator.
Penatalaksanaan :
- Tindakan aseptik intra oral dengan betadine sol 10%
- Dilakukan anestesi lokal dengan menggunakan
pehacain secara blok anastesi atau infiltrasi
- Setelah teranestesi dilakukan pelepasan gingival
yang
melekat
dengan
menggunakan
bein,
selanjutnya gigi diungkit dengan bein pada daerah
mesial dan distal gigi
- Dilakukan luksasi arah buko-lingual atau palate bukal
dengan menggunakan tang cabut. Pada ekstraksigigi
anterior ditambah dengan gerakan rotasi
- Setelah terasa goyang baru dilakukan pencabutan
gigi
- Bekas luka pencabutan ditutup dengan tampon dan
kassa steril + betadine
- Instruksi post ekstraksi dan pemberian resep.
DOKUMEN
TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR
Kriteria Persiapan :
- Persiapan alat.
- Persiapan pasien.
- Pasien yang datang kepoliklinik gigi dan mulut harus
membawa kartu status yang sudah ada tanda
pelunasan/stempel dari keuangan.
- Pasien dipanggil dan dipersilahkan duduk di dental
chair senyaman mungkin untuk pasien dan operator.
Penatalaksanaan :
- Ekskavasi jaringan karies
- Preparasi kavitas
- Pembersihan kavitas
- Perlindungan pulpa
- Penumpatan
- Pemolesan.
DOKUMEN
TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR
Kriteria Persiapan :
- Persiapan alat.
- Persiapan pasien.
- Pasien yang datang kepoliklinik gigi dan mulut harus
membawa kartu status yang sudah ada tanda
pelunasan/stempel dari keuangan.
- Pasien dipanggil dan dipersilahkan duduk di dental
chair senyaman mungkin untuk pasien dan operator.
Penatalaksanaan :
- Pemberian bahan aseptik betadine sol 10%
- Pembersihan karang gigi
- Pembersihan stain
- Pengolesan bahan aseptik betadine sol 10%
- Asuhan pasca tindakan dan pemberian resep.
DOKUMEN
TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR
Kriteria Persiapan :
- Persiapan alat.
- Persiapan pasien.
- Pasien yang datang kepoliklinik gigi dan mulut harus
membawa kartu status yang sudah ada tanda
pelunasan/stempel dari keuangan.
- Pasien dipanggil dan dipersilahkan duduk di dental
chair senyaman mungkin untuk pasien dan operator.
Penatalaksanaan :
- Ekskavasi jaringan karies
- Preparasi kavitas
- Pembersihan kavitas
- Perlindungan dentin
- Penumpatan
- Penyinaran
- Pemolesan.
DOKUMEN
TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR
Kriteria Persiapan :
- Persiapan alat.
- Persiapan pasien.
- Pasien yang datang kepoliklinik gigi dan mulut harus
membawa kartu status yang sudah ada tanda
pelunasan/stempel dari keuangan.
- Pasien dipanggil dan dipersilahkan duduk di dental
chair senyaman mungkin untuk pasien dan operator.
Penatalaksanaan :
DOKUMEN
TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
TANGGUNG
JAWAB
KEBIJAKAN
DOKUMEN
TERKAIT
Statistik,
PUSKESMAS
SINABOI
Prosedur
Prosedur
Prosedur
Prosedur
PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
TANGGUNG
JAWAB
KEBIJAKAN
DOKUMEN
TERKAIT
Pendidikan
berkelanjutan
bagi
staf
medis
direncanakan secara terprogram.
Pendidikan berkelanjutan diusulkan berdasarkan
analisis kebutuhan pelayanan medis Puskesmas.
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR
DOKUMEN
TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR
DOKUMEN
TERKAIT
kepentingan Puskesmas.
Panitia PSDM mengusulkan kepada Direktur untuk
menunjuk staf Puskesmas sebagai pelatih /
narasumber.
Panitia PSDM menetapkan jadwal, peserta, pelatih
dan materi pelatihan.
Pelatih menyerahkan makalah pelatihan kepada
panitia PSMD 3 hari sebelum jadwal pelatihan.
Pelatih PSDM membuat dan mengedarkan undangan
pelatihan 2 hari sebelum jadwal pelatihan.
Panitia
PSDM
menyiapkan
segala
keperluan
pelatihan.
Panitia PSDM melaporkan kegiatan pelatihan kepada
Direktur.
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR
DOKUMEN
TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR
DOKUMEN
TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR
DOKUMEN
TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR
DOKUMEN
TERKAIT
Surat tugas
Sertifikat
Makalah seminar
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
TANGGUNG
JAWAB
KEBIJAKAN
DOKUMEN
TERKAIT
SK Direktur.
Panitia dan Komite Medik.
SOTK.
Panitia dan Komite Medik.
Rencana kerja : panitia panitia dan Komite Medik.
Prosedur.
Quality assurance terstruktur, audit medik, death
Conference, study kasus dan visite besar.
Daftar hadir.
Notulen.
Laporan hasil kegiatan.
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR
Pelayanan Medis.
Daftar hadir
Jadwal visite besar
Laporan visite besar
DOKUMEN
TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR
Kasus kematian.
DOKUMEN
TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
RUANG LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR
DOKUMEN
TERKAIT
Daftar hadir
Notulen
Laporan studi kasus
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
UNIT
ORGANISASI
Puskesmas Sinaboi.
MISI
NASOKOMIAL
MISI JABATAN
Melaksanakan
Profesional.
TUGAS POKOK
URAIAN
JABATAN
program
PIN
menuju
Rumah
Sakit
TANGGUNG
JAWAB
WEWENANG
Ketua
panitia
pengendali
infeksi
nasokomial
bertanggung jawab kepada Ketua Komite Medik.
Ketua
panitia
pengendali
infeksi
nasokomial
bertanggung jawab terhadap kelancaran seluruh
kegiatannya.
Memberikan
usulan
pengembangan
cara
pengendalian infeksi nasokomial.
Menyelenggarakan pertemuan dan koordinasi dengan
unit lain yang terkait baik intern maupun ekstern
Puskesmas.
Menyelenggarakan survey yang berkaitan dengan
penyakit nasokomial.
Menyelenggarakan kegiatan penyuluhan.
Menyelenggarakan pertemuan (rapat) intern panitia.
HUBUNGAN
KERJA
Ketua SMF
Kepala Intalasi
Kepala Seksi dan Kepala ruangan dalam lingkungan
Puskesmas dan Intalasi terkait di luar Puskesmas.
KONDISI KERJA
PERANGKAT
KERJA
BAHAN KERJA
Petunjuk Tehnis.
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
VISI
FILOSOFI
STRATEGI
Peningkatan
kualitas
SDM
menjadi
tenaga
professional dalam bidangnya masing-masing.
Memperluas cakupan pelayanan pada segmen pasar
menengah dan atas.
Pengembangan sarana dan fasilitas pelayanan medis,
penunjang medis yang diarahkan untuk unggulan
kesehatan ibu dan anak sertapenyakit degeneratif.
Efektifitas dan efisiensi dana dalam pengelolaan
keuangan Puskesmas.
MOTTO
KEBIJAKAN
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi
Halaman
TANGGUNG
JAWAB
Kepala Puskesmas :
Mensahkan dan mempertanggung jawabkan segala
kebijakan yang telah diambil.
Komite Medik :
Menyusun dan mengawasi pelaksanaan mutu
pelayanan dan etika.
KEBIJAKAN
DOKUMEN
TERKAIT
PUSKESMAS
SINABOI
Ka.SMF :
Mengkoordinir operasional dimasing-masing SMF.
SMF + dokter asisten pembantu
Sebagai pelaksana kebijakan dan prosedur pelyanan
medis.
Struktur organisasi
Uraian tugas
SK Komite : - Komite Medik
- Panitia
Rencana kerja Komite untuk mengadakan pertemuan.
No. revisi
Halaman
UNIT
ORGANISASI
Puskesmas Sinaboi.
MISI
ORGANISASI
MISI JABATAN
TUGAS POKOK
URAIAN TUGAS
TANGGUNG
JAWAB
WEWENANG
KORELASI
JABATAN
PERSYARATAN
JABATAN
Direktur
SMF
Instalasi instalasi
HUBUNGAN
KERJA
Direktur
Ketua SMF
Kepala Instalasi
Kepala Ruangan
Unit kerja lain di Puskesmas
KONDISI KERJA
PERANGKAT
KERJA
Peraturan daerah
Kebijakan direktur
BAHAN KERJA
PUSKESMAS
SINABOI
URAIAN TUGAS
DOKTER UMUM
No. Dokumen
No. revisi
Halaman
Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
Sekretaris SMF.
UNIT
ORGANISASI
Puskesmas Sinaboi.
MISI
ORGANISASI
MISI JABATAN
TUGAS POKOK
URAIAN TUGAS
TANGGUNG
JAWAB
WEWENANG
KORELASI
JABATAN
PERSYARATAN
JABATAN
HUBUNGAN
KERJA
KONDISI KERJA
PERANGKAT
KERJA
BAHAN KERJA
SK. Direktur
PUSKESMAS
SINABOI
No. revisi :
Halaman :
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN
RUANG
LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR