Вы находитесь на странице: 1из 273

URAIAN TUGAS

Keperawatan untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan


keperawatan
1. Menyusun rencana kerja Kepala Ruangan.
2. Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan
pelayanan keperawatan diruang rawat yang
bersangkutan.
3. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan
dari segi jumlah maupun kualifikasi untuk di ruang
rawat, koordinasi dengan Kepala Pengawas< Staf II
Profesi Keperawatan dan Kepala Sub Bidang
Keperawatan.
4. Mengataur dan Mengkoordinasikan seluruh kegiatan
pelayanan di ruang rawat, melalui kerja sama
dengan petugas lain yang bertugas di ruang
rawatnya.
5. Menyusun jadwal/daftar dinas tenaga keperawatan
dan tenaga lain sesuai kebutuhan pelayanan dan
peraturan yang berlaku di puskesmas.
6. Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan
baru/tenaga lain yang akan kerja di ruang rawat.
7. Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa
keperawatan yang menggunakan ruang rawatnya
sebagai lahan praktek.
8. Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya
meliputi : penjelasan tenaga peraturan Puskesmas,
tata tertip ruang rawat, fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari.
9. Membimbing tenaga keperawatan untuk
melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan
sesuai standar.
10.Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu
dengan Staf Keperawatan dan petugas lain yang
bertugas di ruang rawatnya.
11.Memberi kesempatan/ijin kepada Staf Keperawatan
untuk mengikuti kegiatan ilmiah/penataran dengan
koordinasi Kepala Sub Bidang Keperwatan.
12.Mengupayakan pengadaan peralatan dan obatobatan sesuai kebutuhan bedasarakan
ketentuan/kebijakan puskesmas.
13.Mengatur dan menkoordinasikan pemiliharaan alat
agar selalu dalam keadaan siap pakai.
14.Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi
dokter, khususnya bila adaperubahan program
pengobatan pasien.
15.Mengelompokkan pasien dan mengatur
penempatannya di ruang rawat menurut tingkat

kegawatan, infeksi/non infeksi, untuk kelancaran


pemberian asuhan keperawatan.
16.Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan
pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain
secara tepat dan benar. Hal ini penting untuk
tindakan keperawatan.
17.Member motivasi kepada petugas dalam memilihara
kebersihan lingkungan ruang rawat.
18.Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien
diruang rawat.
19.Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan
makanan pasien berdasarkan macam dan jenis
makan pasien.
20.Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian
makanan pasien sesuai dengan program diitnya.
21.Menyimpan berkas catatan medic pasien dalam
masa perawatan di ruang rawatnya dan selanjutnya
mengembalikan berkas tersebut kebagian Medical
Record bila pasien keluar/pulang dari ruang rawat
tersebut.
22.Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan
asuhan keperawatan serta kegiatan lainnya di ruang
rawat, disamapaikan kepada atasannya.
23.Membimbing siswa/mahasiswa keperawatan yang
menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan
praktek.
24.Memberi penyuluhan kesehatan kepada
pasie/keluarga sesuai kebutuhan dasar dalam batas
wewenangnya.
25.Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada
saat pergantian dinas.
26.Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan
keperawatan yang ditentukan.
27.Mengawasi dan menilai siswa/mahasiswa
keperawatan untuk memperoleh pengalaman
belajar sesuai tujuan program bimbingan yang telah
ditentukan.
28.Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan
yang berada di bawah tanggung jawabnya.
29.Mengawasi, mengendalikan dan menilai
pendayagunaan tenaga keperawatan, peralatan dan
obat-obatan.
30.Mengawasi dan menilai Mutu Asuhan Keperawatan
sesuai setandaryang berlaku secara mandiri
berkoordinasi dengan Staf I Asuhan Keperawatan.

PUSKESMAS
SINABOI

JL. Sei Bakau

URAIAN TUGAS PERAWAT PELAKSANA


UNIT RAWAT INAP
No. Dokumen :

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP. 19680127 200012 1 001

PENGERTIAN

Seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan


wewenang untuk melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan di unit rawat inap (bangsal).

PERSARATAN

1. Pendidikan : berijazah pendidikan formal


keperawatan/kebidanan dari semua jenjang pendidikan
yang disahkan oleh pemerintah/yang berwewenang.
2. Kursus/Pelatihan :3. Pengalaman Kerja :-

4. Kondisi fisik : Sehat jasmani dan rohani.

TANGGUNG
JAWAB

1. Kebenaran dan ketetapan dalam memeberikan asuhan


keperawatan sesuai setandar.
2. Kebenaran dan ketetapan dalam mendokumentasikan
pelaksanan asuhan keperawatan/kegiatan lain yang
dilakukan.

WEWENANG

1. Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan.


2. Memeberi asuhan keperawatan kepada pasien/keluarga
pasien sesuai kemampuan dan batas
kewewenangannya.

URAIAN TUGAS

1. Memilihara kebersihan ruang rawat inap dan


lingkungannya.
2. Menerima pasien baru sesuai prosedue dan ketentuan
yang berlaku.
3. Memilihara peralatan keperwatan dan medis agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
4. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan
diagnosa keperawatan, sesuai batas
kewewenangannya.
5. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan
kemampuannya.
6. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai
kebutuhan dan batas kemampuannya, antara lain :
a) Melaksanakan tindkan pengobatan sesuai program
pengobatan.
b) Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya mengenai penyakitnya.
7. Melatih/membantu pasien untuk melekukan latihan
gerak.
8. Melakukan tindakan darurat kepada pasien yang
dirawat (panas tinggi, kolaps, pendarahan, keracunan,
henti nafas & henti jantung), sesuai protap yang
berlaku. Selanjutnya segera melapor tindakan yang
telah dilakukan kepada dokter ruang rawat/dokter jaga.
9. Melaksanakan evaluasi tindakan keperwatan sesuai
batas kemampuannya.
10.Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan
tindakan yang tepat berdasarkan hasil observasi
tersebut, sesuai batas kemampuannya.
11.Berberan serta dengan anggota tim kesehatan dalam

membahas kasus dan upaya meningkatkan Mutu


Asuhan Keperwatan.
12.Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur
secara bergilir sesuai jadwal dinas.
13.Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh
Kepala Ruang Rawat.
14.Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang
keperawatan, antara lain melalui pertemuan ilimiah dan
penataran atas izin/persetujuan atasan.
15.Melaksanakan system pencatatan dan pelaporan
asuhan keperawatan yang tepat dan benar sesuai
setandar Asuhan Keperawatan (SAK).
16.Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas
penganti secara lisan maupun tertulis, pada saat
pegantian dinas.
17.Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
pasien mengenai:
a) Program diet.
b) Pengobatan yang perlu di lanjutkan.
c) Pentingnya pemeriksaan ulang di puskesmas, atau
instutusi kesehatan lain.
d) Cara hidup sehat, seperti pengaturan istirahat,
makanan yang bergizi atau bahan pengganti sesuai
dengan keadaan social ekonomi.
18.Menlatih pasien menggunakan alat bantu yang
dibutuhkan, seperti :
a) Rollstoel.
b) Tongkat penyangga.
c) Protesa.
19.Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan
keperawatan di rumah misalnya :
a) Merawat luka.
b) Melatih anggota gerak.
20.Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi :
a) Menyediakan formulir untuk penyelesaian
adminstratif, seperti :
Surat izin pulang.
Surat keterangan istirahat sakit.
Petunjuk diet.
Resep obat untuk di rumah, jika di perlukan.
Surat rujukkan atau pemeriksaan ulang.
Dan lain-lain.

PUSKESMAS
SINABOI

JL. Sei Bakau

URAIAN TUGAS PERAWAT PELAKSANA


UNIT GAWAT DARURAT
No. Dokumen :

Tanggal Terbit :

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh :

PROSEDUR
TETAP

Kepala Puskesmas Sonaboi

PELAYANAN
KEPERAWATAN

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP. 19680127 200012 1 001

PENGERTIAN

Seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan


wewenang untuk melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan di Unit Gawat Darurat.

PERSARATAN

1. Pendidikan : berijazah pendidikan formal


keperawatan/kebidanan dari semua jenjang pendidikan
yang disahkan oleh pemerintah/yang berwewenang.
2. Kursus/Pelatihan : Memiliki sertifikat khusus Perawatan
Gawat Darurat.
3. Pengalaman Kerja : sebagai Pelaksana Perawatan 2-3
tahun.
4. Kondisi fisik : Sehat jasmani dan rohani.

TANGGUNG
JAWAB

1. Kebenaran dan ketetapan dalam memeberikan asuhan


keperawatan sesuai setandar.
2. Kebenaran dan ketetapan dalam mendokumentasikan
pelaksanaan asuhan keperawatan/kegiatan lain yang
dilakukan.

WEWENANG

1. Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan.


2. Memeberikan asuhan keperawatan kepada
pasien/keluarga pasien sesuai kemampuan dan batas
kewenangannya.

URAIAN TUGAS

1. Menyiapkan peralatan keperawatan/medis di Unit


Gawat Darurat untuk kelancaran pelayanan kepada
pasien.
2. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan
yang berlaku.
3. Memilihara peralatan perawatan/medis agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
4. Member orientasi kepada pasien tentang gawat darurat
dan lingkungannya , peraturan/tata tertib yang berlaku,
fasilitas yang ada dan cara penggunaannya.
5. Melakukan pengkajian dan menentukan diagnose
keperawatan sesuai dengan kemampuannya, dengan
cara:

a) Mengobservasikan keadaan pasien (tanda vital,


kesadaran, keadaan mental dan keluhan utama).
b) Melaksanakan anammesa.
6. Menyususn rencana keperawatan sesuai batas
kemampuannya.
7. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai batas
kemampuannya, antara lain:
a) Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program
pengobatan.
b) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien
dan keluarganya.
8. Melatih/membantu pasien yang melakukan latihan
gerak.
9. Membantu merujuk pasien kepada instutusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu sesuai instruksi dokter.
10.Melakukan tindakan kedaruratan kepada pasien gawat
darurat sesuai Protap yang berlaku.
11.Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai
batas kemampuannya.
12.Melakukan observasi kondisi pasien, selanjutnya
melakukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil
observasi tersebut sesuai batas kemampuannya.
13.Berperan serta membahas kasus dalam upaya
meningkatkan Mutu Asuhan Keperawatan di Unit Gawat
Darurat.
14.Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur
secara bergilir sesuai jadwal dinas.
15.Menciptakan dan memilihara suasana kerja yang baik
antara pasien dan keluarganya sehingga tercipta
ketenangan.
16.Mengikuti pertemuan berkala yang di adakan oleh
dokter penanggung jawab Unit Gawat Darurat atau
kepala ruangan.
17.Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang
keperawatan antara lain melalui pertemuan ilmiah dan
penataran atas izin atasan.
18.Melaksanakan system pencatatan dan pelaporan
Asuhan Keperawatan yang tepat dan benar sesuai
standar.
19.Menyiapakan pasien yang akan pulang meliputi :
a) Menyediakan formulir untuk penyelesaian
adminstratif, seperti :
Surat izin pulang.
Petunjuk diet.
Resep obat untuk di rumah, jika di perlukan.
Surat rujukkan atau pemeriksaan ulang.

Dan lain-lain.
b) Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
pasien mengenai :
Program diet.
Pengobatan yang perlu di lanjutkan dan cara
penggunaannya.
Pentingnya pemeriksaan ulang di puskesmas,
dan institusi pelayanan kesehatan lainnya.
Cara hidup sehat, seperti pengaturan
istirahat, makanan bergizi atau bahan
pengganti sesuai dengan keadaan social
ekonomi.
c) Melatih pasien menggunakan alat bantu yang
dibutuhkan, seperti:
Rollstoel.
Tonggkat penyangga.
Protesa.
d) Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan
keperawatan di rumah, misalnya :
Merawat luka.
Melatih anggota gerak.
Pengaturan diet.
20.Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas
pengganti secara liisan maupun tertulis, pada saat
penggantian secara lisan maupun tertulis, pada saat
pergantian dinas.

PUSKESMAS
SINABOI

JL. Sei Bakau

URAIAN TUGAS PERAWAT PELAKSANA


UNIT RAWAT JALAN
No. Dokumen :

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP. 19680127 200012 1 001

PENGERTIAN

Seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan


wewenang untuk melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan di unit rawat jalan (Poliklinik).

PERSARATAN

1. Pendidikan : berijazah pendidikan formal


keperawatan/kebidanan dari semua jenjang pendidikan
yang disahkan oleh pemerintah/yang berwewenang.
2. Kursus/Pelatihan :3. Pengalaman Kerja :4. Kondisi fisik : Sehat jasmani dan rohani.

TANGGUNG
JAWAB

1. Kebenaran dan ketetapan dalam memeberikan asuhan


keperawatan sesuai setandar.
2. Kebenaran dan ketetapan dalam mendokumentasikan
pelaksanan asuhan keperawatan/kegiatan lain yang

dilakukan.
WEWENANG

1. Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan.


2. Memeberi asuhan keperawatan kepada pasien/keluarga
pasien sesuai kemampuan dan batas
kewewenangannya.

URAIAN TUGAS

1. Menyiapkan fasilitas dan lingkungan poliklinik untuk


kelancaran pelayanan serta memudahkan pasien dalam
menerima pelayanan dengan cara :
a) Mengawasi kebersihan lingkungan.
b) Mengatur tata ruang poliklinik agar memudahkan
dan mempelancar pelayanan yang diberikan kepada
pasien.
c) Memeriksa persiapan peralatan yang diperlukan
dalam memberikan pelayanan.
2. Mengkaji kebutuhan pasien dengan cara :
a) Mengamati keadaan pasien (tanda vital, kesadaran,
keadaan mental dan keluhan utama).
b) Melaksanakan anammese sesuai batas kemampuan
dan kewenangannya, meliputi :
Alasan kunjungan ke Poliklinik.
Saat dirasakan tumbulnya keluhan.
Riwayat keluhan.
Upaya yang telah dilakukan laboratorium
sesuai kebutuhan.
c) Menyiapakan bahan pemeriksaan laboratorium
sesuai kebutuhan.
3. Membantu pasien selama pemeriksaan dokter, antara
lain :
a) Memberikan penjelasan kepada pasien tentang
tindakan pemeriksaan yang dilakukan.
b) Menyiapkan pasien untuk tindakan pemeriksaan,
dengan cara :
Mengatur posisi pasien.
Menciptakan rasa aman dan nyaman selama
tindakan pemeriksaan berlangsung.
4. Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program
pengobatan yang ditentukan oleh dokter.
5. Memberi penyuluhan kesehatan secara
perorangan/kelompok sesuai kebutuhan dengan cara :
a) Memberi penjelasan kepada pasien/keluaraganya
secara perorangan tentang hasil pemeriksaan
diagnosa, pengobatan yang diberikan, tindak lanjut
perawatan dan pengobatan yang diberikan, tindak

lanjut perawatan dan pengobatan dirumah, sebatas


wewenang dan kemampuannya.
b) Memberi penyuluhan kesehatan kepada pengunjung,
secara kelompok pada saat menunggu untuk
memperoleh pelayanan kesehatan , bila
memungkinkan.
6. Merujuk pasien kepada anggota tim kesehatan lain
sesuai dengan kebutuhan untuk pemeriksaan
diagnostik, tindakan pengobatan dan perawatan
lanjutan.
7. Melaksanakan system pencatatan dan pelaporan sesuai
kebutuhan yang berlaku di Poliklinik, dengan cara :
a) Mencatat asuhan keperawatan yang diberikan,
reaksi dan keadaan pasien.
b) Memilihara buku registerdan kartu berobat pasien.
c) Berperan serta dalam pembuatan laporan harian
dan bulanan mengenai pelaksanaan asuhan
keperawatan dan kegiatan lain di Poliklinik.
8. Memilihara peralatan medis keperawatan dalam
keadaan siap pakai, dengan cara :
a) Membersihkan dan menyiapkan alat-alat yang telah
digunakan.
b) Menyiapkan alat secara lengkap dalam keadaan siap
pakai.
c) Bekerja secara kooperatif dengan anggota tim
kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada
pasien di Poliklinik dengan cara menciptakan dan
memilihara hubungan kerja yang baik antara
anggota tim.
9. Menyarankan kunjungan ulang, terutama pasien yang
pertama kali berkunjung, sesuai program pengobatan.
10.Melaporkan adanya temuan penyakit infeksi atau
menular kepada dokter/atasannya untuk tindakan
selanjutnya.
11.Melaksanakan tugas sore, malam dan hari libur secara
bergilir apabila dibutuhkan.
12.Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh
penanggung jawab unit rawat jalan/poliklinik.
13.Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang
keperawatan, antara lain melalui pertemuan ilmiah.
14.Melaksanakan system pencatatan dan pelaporan
asuhan keperawatan yang tepat dan benar, sesuai
Standar Asuhan Keperawatan.

PUSKESMAS
SINABOI

JL. Sei Bakau

URAIAN TUGAS PERAWAT PELAKSANA


KAMAR BERSALIN
No. Dokumen :

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP. 19680127 200012 1 001
Seorang bidan yang diberi wewenang dan ditugaskan di
Kamar Bersalin.

PERSARATAN

1. Pendidikan : berijazah pendidikan formal kebidanan dari


semua jenjang pendidikan yang disahkan oleh
pemerintah/yang berwewenang.
2. Kursus/Pelatihan :3. Pengalaman Kerja :4. Kondisi fisik : Sehat jasmani dan rohani.

TANGGUNG
JAWAB

1. Kebenaran dan ketetapan dalam memeberikan asuhan


keperawatan sesuai setandar.
2. Kebenaran dan ketetapan dalam mendokumentasikan
pelaksanan asuhan keperawatan/kegiatan lain yang
dilakukan.

WEWENANG

1. Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan.


2. Memeberi asuhan keperawatan kepada pasien/keluarga
pasien sesuai kemampuan dan batas
kewewenangannya.

URAIAN TUGAS

1. Menyiapkan peralatan keperawatan/media untuk


kelancaran pemberian pelayanan kepada pasien.
2. Menerima pasien yang akan bersalin.
3. Melakukan anammese/pengkajian keperawatan dan
menentukan diagnosa keperawatan sesuai batas
kemampuannya.
4. Menyusun rencana keperawatan sesuai batas
kemampuannya.
5. Melakukan tindakan kedaruratan pada pasien gawat
sesuai Protap antara lain :
a) Penanggulangan kasusu.
b) Kolaps/shock reaksi alergi.
c) Pendarahan pada kehamilan (toxemia gravidarum).
d) Kejang (eklampsia).
Kemudian segera melaporkan tindakan yang telah
dilakukan kepada dokter.
6. Memberi bimbingan persalinan sesuai kondisi dan
kebutuhan pasien.
7. Memberi pertolongan persalinan normal.
8. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai batas
kemampuannya.
9. Membantu merujuk pasien kepada petugas kesehatan
atau instutusi pelayanan kesehatan lain yang lebih
mampu untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang
tidak dapat ditanggulanginya.

10.Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai


batas sesuai batas kemampuannya.
11.Memantau dan menilai keadaan pasien antara lain :
a) Proses persalinan.
b) Keadaan plasenta.
c) Keadaan bayi.
d) Pendarahan sesudah persalinan.
12.Merawat dan meneliti bayi lahir, mencatat identitasnya,
antara lain :
a) Memberi label (nama ibu, nomor register ibu dan
cap jari tangan kanan ibu, serta cap jari kaki kiri dan
kanan bayi).
b) Nilai APGAR.
13.Memberitahukan kepada ibu/keluarganya dengan
mempertimbangkan aspek psikologis, mengenai
keadaan bayi, khususnya bila ada kelainan/catat.
14.Memberi penyuluhan kesehatan kepada
pasien/keluarganya antara lain mengenai :
a) Kebersihan perorangan.
b) Keluarga berencana.
c) Perawatan payudara.
d) Perawatan masa nifas.
e) Perawatan bayi/tali pusat.
15.Merujjuk ibu dan bayinya keruang rawat disertai berkas
MR melalui serah terima baik lisan maupun tertulis.
16.Memberi bimbingan kepada siswa/mahasiswa
pendidikan keperawatan yang menggunakan kamar
bersalin sebagai lahan praktek.
17.Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang
keperawatan antara lain melalui pertemuan ilmiah dan
penataran atas izin atasan.
18.Melaksanakan system pencatatan dan pelaporan
asuhan keperawatan sesuai standar.
19.Melaksanakan serah terima tugas saat pergantian dinas
secara tertulis maupun lisan.
20.Melaksankan serah terima tugas kepada petugas
penggantian secara lisan maupun tertulis pada saat
pergantian dinas.

PUSKESMAS
SINABOI

HAK DAN KEWAJIBAN PERAWAT DAN BIDAN


No. Dokumen :

JL. Sei Bakau

No. Revisi :

Halaman :

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
Hak adalah kekuasaan/kewenangan yang dimiliki oleh
seseorang atau suatu badan huukum untuk mendapatkan
atau memutuskan untuk berbuat sesuatu.
Kewajiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau yang
harus dilakukan oleh seseorang atau suatu badan hokum.

TUJUAN

1. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, perawat,


bidan dan puskesmas.

KEBIJAKAN

1. Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik No


YM.00.03.2.6.956 tentang berlakunya hak dan
kewajiban perawat dan bidan di Puskesmas.
2. Undang-Undang Praktik Keperawatan No. 23 Tahun
1992.

PROSEDUR

A. Hak Perawat dan Bidan


1. Memperoleh perlindungan hukum dan profesi dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
dan Standar Operasional Prosedur (SOP).
2. Mengembangkan diri melalui kemampuan
sepesialisasi sesuai latar belakang pendidikannya.
3. Menolak keingian klien/pasien yang bertentangan
dengan praturan perundangan serta standar profesi
dan kode etik profesi.
4. Mendapatkan informasi lengkap dan jujur dari klien /
pasien dan atau keluargannya.
5. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan
otonomi profesi.
6. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan
perkembangan IPTEK dalam bidang keperawatan/
kebidanan/ kesehatan secara terus menerus.
7. Diperlukan adil dan jujur oleh puskesmas maupun
klien/ pasien dan atau keluarganya.

8. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko


kerja yang berkaitan dengan tugasnya.
9. Diikut sertakan dalam penyusunan/ penetapan
kebijakan pelayanan kesehatan di Puskesmas.
10.Diperhatikan prevasinya dan berhak menuntut
apabila nama baiknya dicemarkan oleh klien/ pasien
dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lain.
11.Menolak pihak lain yang member anjuran /
permintaan tertulis untuk melakukan tindakan yang
bertentangan dengan perundang-undangan, standar
profesi dank ode etik profesi.
12.Mendapatkan penghargan sesuai dengan prestasi,
dedikasi yang luar biasa dan atau bertugas didaerah
terpencil dan rawan.
13.Menerima imbalan jasa profesi yang proporsional
sesuai dengan ketentuan / praturan yang berlaku.
14.Memperoleh kesempatan mengembangkan karir
sesuai dengan bidang profesinya.
15.Menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan
yang dianutnya selama tidak menganggu klien /
pasien, perawat/ bidan atau tenaga kesehatan
lainnya.
B. Kewajiban Perawat dan Bidan :
1. Mematuhi semua peraturan Puskesmas dengan
hubungan hukum antara perawat dan bidan dengan
pihak Puskesmas.
2. Mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak
Puskesmas.
3. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian
yang telah dibuatnya.
4. Memberikan pelayanan/ asuhan keperawatan/
kebidanan sesuai standar profesi, standar praktik
keperawatan, kode etik, dan SOP serta kebutuhan
klien/pasien.
5. Standar profesi, standar praktik, kode etik
ditetapkan oleh organisasi profesi dan merupakan
pedoman yang harus diikuti oleh setiap tenaga
keperawatan.
6. Menghormati hak-hak klien/ pasien dan profesi lain
sesuai dengan ketentuan / praturan yang berlaku.
7. Merujuk klien/ pasien kepada perawat lain/ tenaga
kesehatan/ fasilitas pelayanan kesehatan lain yang
mempunyai keahlian/ kemampuan yang lebih baik.
8. Apabila tidak mampu melakukan sesuatu
pemeriksaan/ tindakan atau klien/ pasien dengan

penyulit, bidan wajib merujuk klien/ pasien kepada


bidan lain/ dokter yang mempunyai keahlian/
kemampuan yang lebih baik.
9. Memberikan kesempatan kepada klien/ pasien agar
senantiasa dapat berhubungan dengan keluarganya
dan dapat menjalankan ibadah sesuai agama/
keyakinanya sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan pelayanan kesehatan.
10.
Bidan wajib memberi kesempatan kepada klien/
pasien untuk didampingi suami/ keluarga.
11.
Berkerjasama dengan tenaga medis/ kesehatan
lain yang terkait dalam membrikan pelayanan
kesehatan/ asuhan kebidanan kepada klien / pasien.
12.
Bidan wajib berkerja sesuai standar profesi serta
berdasarkan hak otonomi profesi.
13.
Memberikan informasi yang adekuat tentang
tindakan keperawatan/ kebidanan kepada klien/
pasien dan atau keluarganya sesuai dengan batas
kewenangannya.
14.
Bidan wajib meminta persetujuan tetulis (inform
Concent) atas tindakan yang akan dilakukan.
15.
Membuat dokumentasi asuhan keperawatan/
kebidanan secara akurat dan berkesinambungan.
16.
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan/
kebidanan dan kepuasan klien/ pasien.
17.
Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan IPTEK keperawatan/ kebidanan
secara terus menerus dalam meningkatkan
profesionalisme.
18.
Melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan kecuali bila ia yakin ada orang lain
yang bertugas dan mampu melakukannya.
19.
Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang klien/pasien bahkan juga setelah klien/
pasien tersebut meninggal, kecuali jika diminta
keterangannya oleh yang berwenang.

UNIT TERKAIT

1.
2.
3.
4.

Direktur.
Ka. Bid Pelayanan Medik dan Keperawatan.
Ka. Sub. Bid Keperawatan.
Seluruh unit pelayanan keperawatan/ kebidanan.

PUSKESMAS
SINABOI

PERFORMAN TENTANG KEPERAWATAN


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN

TUJUAN

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
Adalah penampilan seorang Tenaga Keperawatan dalam
menjalankan tugas sehari-hari sebagai seorang Tenaga
Perawat di bidang Pelayanan Keperawatan Puskesmas Sinaboi.

1. Tenaga Keperawatan terlihat rapi.


2. Meningkatkan percaya diri seorang Tenaga
Keperawatan dalam memberikan Pelayanan
Keperawatan/ kebidanan.
3. Menunjukan identitas sebagai Tenaga Keperawatan di
Puskesmas Sinaboi.

KEBIJAKAN

Dilaksanakan oleh Tenaga Keperawatan selama memberikan


Pelayanan Keperawatan/ Kebidanan di Puskesmas Sinaboi.

PROSEDUR

Pakaian Kerja :
1. Bahan
Blus / atasan : Politeron Tipis
Celana
: Politeron Tebal
2. Warna Dasar

Blus warna putih.


Celana warna putih.
3. Model (Terlampir)
Wanita (kerudung)
Blus lengan panjang, belah depan memakai
resleting jepang, berkrah.
Panjang blus 15 cm diatas lutut.
Memakai jilbab model sarung warna putih polos.
Celana panjang.
Wanita (Tidak kerudung)
Blus, panjang lengan 3/4, belah depan memakai
resleting Jepang, berkrah.
Panjang blus 15 cm diatas lutut.
Memakai kap warna putih.
Celana panjang
Pria
Atasan kemeja lengan pendek berwarna putih.
Celana panjang warna putih.
4. Sepatu
Wanita
Sepatu Pantopel, warna hitam.
Hak sepatu memakai karet, tinggi 2-3 cm.
Pria
Sepatu warna hitam.
Hak sepatu memakai karet, tinggi 2-3 cm.
5. Penampilan
Kebersihan : kuku pendek, tidak kotor dan tidak
memakai warna (kutek).
Aksesoris : jam tangan atau jam saku, cincin
kawin, anting/ subang kecil.
Rambut :
Wanita :
Panjang rambut bagi yang memakai kap/jilbab
diatas krah baju, bila panjang disanggul, rambut
bersih, rapid an tidak dicat warna yang
menyolok.
Pria :
Rambut tidak gondrong, rapi dan bersih.

UNIT TERKAIT

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perawat/Bidan
Perawat/Bidan
Perawat/Bidan
Perawat/Bidan
Perawat/Bidan
Perawat/Bidan

di
di
di
di
di
di

Instalasi Rawat Jalan.


Instalasi Rawat Inap.
UGD.
Kamar Operasi.
Kebidanan.
HCU.

PUSKESMAS
SINABOI

MUTASI TENAGA KEPERAWATAN


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
Perpindahan tenaga keperawatan dari suatu ruangan ke
ruangan lain dilingkungan Sub Bidang Keperawatan
berdasarkan kemampuan dan keterampilan profesionalisme
keperawatan.

1. Membantu agar perawat mendapat pengetahuan


tentang jenis dan cara pelayanan di masing-masing unit
pelayanan.
2. Mengurangi kejenuhan bertugas di satu unit kerja
dalam jangka waktu tertentu.
3. Meningkatkan kerjasama sesama profesi.

SK Direktur No.

1. Kepala Sub Bidang Keperawatan bersama Staf II Profesi


Keperawatan membuat analisa kebutuhan mutasi

2.

3.

4.
5.
6.
7.

UNIT TERKAIT

dengan pertimbangan sebagai berikut :


a. Kemampuan dan keterampilan perawat.
b. Latar belakang pendidikan perawat.
c. Pengembangan pelayanan Puskesmas.
d. Kebutuhan perawat di ruang rawatan.
Sub Bidang Keperawatan menginformasikan agenda
mutasi sesuai dengan aturan yang disepakati dengan
perinsip The Right Man In The Right Place.
Sub Bidang Keperawatan menetapkan alur mutasi dari
unit kerja dengan tuntutan keterampilan yang komplek
(ruang tenang ke ruang akut).
Sub Bidang Keperawatan menetapkan formasi mutasi.
Sub Bidang Keperawatan membuat usulan keputusan
kepada Direktur.
Direktur menerbitkan surat keputusan mutasi.
Mutasi dilaksankan setiap 3 bulan sekali dan wajib
dilaksanakan semua perawat pelaksana, sehingga
diharapkan dalam jangka waktu 1 tahun semua perawat
pelaksana bias mengetahui Janis dan cara pelayanan di
masing-masing unit pelayanan baik rawat jalan, rawat
inap maupun rawat darurat.

1. Sub Bidang Keperawatan (Staf II Profesi Keperawatan).


2. Urusan Kepegawaian.
3. Keuangan.

PUSKESMAS
SINABOI

MENGKOORDINIR PERTUKARAN DINAS STAF


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
Suatu kegiatan yang insidentil dilakukan oleh Kepala Ruangan
untuk mengatur kembali tugas staf yang karena suatu hal,
staf tidak dapat melaksanakan tugas sesuai dengan jadwal
dinas pada bulan terkait yang telah tersusun.

TUJUAN

1. Agar tugas dan tanggung jawab staf yang tidak bisa


bertugas dapat dialihkan kepada staf lain.
2. Agar pelayanan keperawatan tetap berjalan sesuai
dengan rencana.

KEBIJAKAN

1. Setiap pertukaran jaga harus diketahui dan seizin


Kepala Ruangan.
2. Perawat yang berkepentingan dapat mencari pengganti

sendiri dan setara dengan jabatannya.

PROSEDUR

A. Persiapan :
1. Jadwal dinas bulan bersangkutan.
2. Format pertukaran jaga shift.
3. Anecdot note / buku catatan pribadi.
B. Pelaksanaan :
1. Perawat yang berkepentingan untuk tukar jaga/dinas
melakukan pendekatan kepada sejawatnya yang
setara untuk menukar dinas.
2. Menyampaikan kepada Kepala Ruangan terkait latar
belakang kebutuhan untuk tukar jaga.
3. Kepala Ruangan untuk mempertimbangkan orang
yang akan mengganti tugas perawat yang
berkepentingan.
4. Kepala Ruangan melakukan klarifikasi kepada
perawat/bidan pengganti.
5. Kepala Ruangan memberikan keputusan dan
mencatat tukar jaga tersebut pada buku pertukaran
jaga.
6. Kedua perawat/bidan sebagai kedua pihak yang
sudah sepakat untuk tukar jaga/dinas mendatangani
buku pertukaran dinas.
7. Kepala rungan mencatat pertukaran dinas pada
anecdot note, disimpan kembali pada tempatnya.

UNIT TERKAIT

Seluruh Unit Pelayanan Keperawatan.

PUSKESMAS
SINABOI

HAK DAN KEWAJIBAN KLIEN/PASIEN


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
Hak adalah kekuasaan /kewnangan yang dimiliki oleh
seseorang atau suatu badan hukum untuk mendapatkan atau
memutuskan untuk berbuat sesuatu.
Kewaajiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau yang
harus dilakukan oleh seseorang atau suatu badan hukum.

TUJUAN

1. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, perawat,

bidan dan puskesmas.

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Praktik Keperawatan No.23 Tahun


1992.

PROSEDUR

A. Hak Klien/Pasien :
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertip dan
peraturan yang berlaku di Puskesmas.
2. Mendapat penjelasan secara lengkap tentang
tindakan medis/ keperawatan yang akan dilakukan
sekurang-kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan
medis/Keperawatan.
b. Tujuan tindakan medis/keperawatan yang
dilakukan.
c. Alternative tindakan lain dan risikonya.
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan, dan
f. Perkiraan biaya perawatan.
3. Mendapat pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
4. Mendapat pelayanan medis yang bermutu sesuai
dengan standar profesi kedokteran dan berdasarkan
kebutuhan medis tanpa diskriminasi.
5. Mendapat asuhan keperawatan/ kebidanan tanpa
diskriminasi.
6. Menyetujui/ memberikan izin atas tindakan yang
akan dilakukan sehubungan dengan penyakit yang
dideritanya.
7. Menolak tindakan medis/keperawatan yang hendak
dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung
jawabnya sendiri sesuadah mendapat informasi
yang jelas tentang penyakitnya.
8. Mendapatkan resume keperawatan dan pendidikan
kesehatan sebelum pulang dari Puskesmas.
9. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
10.Mengajukan usul dan saran untuk perbaikan kepada
Puskesmas.
11.Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama dalam perawatan.
12.Menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan
yang dianutnya selama tidak menggangu klien/
pasien lain.

B. Kewajiban Klien/Pasien :
1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang data diri dan masalah kesehatannya.
2. Mematuhi tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Puskesmas selama dirawat.
3. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter/ perawat/
bidan sehubungan dengan penyakit yang
dideritanya.
4. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/ perjanjian
yang telah dibuatnya.
5. Melunasi semua imbalan jasa atas pelayanan yang
diterimanya selama dalam masa perawatan.

UNIT TERKAIT

PUSKESMAS
SINABOI

JL. Sei Bakau

1.
2.
3.
4.
5.

Direktur.
Ka. Bid Pelayanan Medik dan Keperawtan.
Ka. Bid Pelayanan Penunjang.
Ka. Bid Sarana dan Prasarana.
Seluruh unit pelayanan keperawatan/kebidanan.

MENERIMA PASIEN DI POLIKLINIK


PENYAKIT DALAM
No. Dokumen :

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

PELAYANAN
KEPERAWATAN

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001

PENGERTIAN

Menerima pasien yang datang berobat ke Poliklink Penyakit


Dalam untuk mendapatkan Pelayanan Kesehatan Penyakit
Dalam.

TUJUAN

Pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai


kebutuhannya.

KEBIJAKAN

Dilaksanakan pada setiap pasien yang berobat di Poliklinik


Penyakit Dalam.

PROSEDUR

A. Persiapan alat.
1) Tempat tidur dalam keadaan siap pakai.
2) Meja/kursi.
3) Berkas catatan Rekam Medik dan alat tulis.
4) Alat untuk pemeriksaan terdiri dari :
Senter.
Tensimeter/Stetoscop.
Thermometer.
Timbangan.
Spatel Lidah.
B. Pelaksanaan.
1) Menerima pasien dan keluarga dengan ramah dan
penuh perhatian.
2) Melakukan anamnesa dan di catat dalam catatan
Rekam Medik.
3) Mengukur tekanan darah/ suhu/ berat badan dan
dicatat dalam catatan perawat.
4) Merumuskan masalah, membuat rencana,
melaksanakan tindakan dan membuat evaluasi
keperawatan.
5) Menyerahkan berkas catatan Rekam Medik pasien
kepada dokter yang bertugas.
6) Mencatat nama dan alamat yang jelas pada register
harian.

UNIT TERKAIT

1. Rekam Medik.
2. Keuangan.

3. Unit Penunjang Medik.

PUSKESMAS
SINABOI

MENERIMA PASIEN DI POLIKLINIK GIGI


No. Dokumen :

JL. Sei Bakau

No. Revisi :

Halaman :

Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001

PENGERTIAN

Menerima pasien yang datang berobat ke Poliklinik Gigi untuk


mendapatkan Pelayanan Kesehatan Gigi.

TUJUAN

Pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai


kebutuhannya.

KEBIJAKAN

Dilaksanakan pada setiap pasien yang berobat di Poliklinik


Gigi.

PROSEDUR

A. Persiapan alat.
1) Tempat tidur dalam keadaan siap pakai.
2) Meja/kursi.
3) Berkas catatan Rekam Medik dan alat tulis.
B. Pelaksanaan.
1) Menerima pasien dan keluarga dengan ramah dan
penuh perhatian.
2) Melakukan anamnesa dan dicatat dalam catatan
Rekam Medik.
3) Menyerahkan berkas catatan Rekam Medik pasien
kepada dokter yang bertugas.
4) Mencatat nama dan alamat yang jelas pada register
harian.

UNIT TERKAIT

1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
3. Unit Penunjang Medik.

PUSKESMAS
SINABOI

MENERIMA PASIEN DI POLIKLINIK ANAK


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001

PENGERTIAN

Menerima pasien yang datang berobat ke Poliklinik Anak untuk


mendapatkan Pelayanan Kesehatan Anak.

TUJUAN

Pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai


kebutuhannya.

KEBIJAKAN

Dilaksanakan pada setiap pasien yang berobat di Poliklinik


Anak.

PROSEDUR

A.
1)
2)
3)
4)

Persiapan alat.
Tempat tidur dalam keadaan siap pakai.
Meja/kursi.
Berkas catatan Rekam Medik dan alat tulis.
Peralatan untuk pemeriksaan terdiri dari :
Timbangan bayi.
Timbangan dewasa.
Senter.
Stetoscop.
Thermometer.
Centi meter/meteran.
5) Buku catatan medik.
B. Pelaksanaan.
1) Menerima pasien dan keluarga dengan ramah dan
penuh perhatian.
2) Melakukan anamnesa dan dicatat dalam catatan Rekam
Medik.
3) Mengukur tekanan darah/ suhu/ berat badan dan

dicatat dalam catatan perawat.


4) Menimbang berat badan anak/bayi dan mengukur
lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar perut bayi dan
dicatat dalam catatan keperawatan.
5) Merumuskan masalah, membuat rencana,
melaksanakan tinadakan dan membuat evaluasi
keperawatan.
6) Menyerahkan berkas catatan Rekam Medik pasien
kepada dokter yang bertugas.
7) Mencatat nama dan alamat yang jelas pada register
harian.

UNIT TERKAIT

1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
3. Unit Penunjang Medik.

PUSKESMAS
SINABOI

MENERIMA PASIEN DI POLIKLINIK KEBIDANAN


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLY


NIP.19680127 200012 1 001

PENGERTIAN

Menerima pasien yang datang berobat ke Poliklinik Kebidanan


untuk mendapatkan Pelayanan Kesehatan Kebidanan.

TUJUAN

Pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai


kebutuhannya.

KEBIJAKAN

Dilaksanakan pada setiap pasien yang berobat di Poliklinik


Kebidanan.

PROSEDUR

A. Persiapan alat.
1) Tempat tidur dalam keadaan siap pakai.
2) Meja/kursi.
3) Berkas catatan Rekam Medik dan alat tulis.
4) Peralatan untuk pemeriksaan terdiri dari:
Senter.
Tensimeter/Stetoscop.
Dopler/Stetoscop Bidan.
Timbangan
Pita LILA
Sentimeter
B. Pelaksanaan.
1) Menerima pasien dan keluarga dengan ramah dan

penuh perhatian.
2) Melakukan anamnesa dan dicatat dalam catatan Rekam
Medik.
3) Mengukur tekanan darah/ suhu/ berat badan dan
dicatat dalam catatan kebidanan.
4) Melakukan pemeriksaan : palpasi dan auskultasi pada
ibu hamil, dan dicatat dalam catatan kebidanan.
5) Petugas memberikan penyuluhan gizi bumil, penting
nya pemeriksaan kehamilan rutin sesuai umur
kehamilan.
6) Merumuskan masalah, membuat rencana,
melaksanakan tindakan dan membuat evaluasi.
7) Menyerahkan berkas catatan Rekam Medik pasien
kepada dokter yang bertugas.
8) Mencatat nama dan alamat yang jelas pada register
harian.
UNIT TERKAIT

1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
3. Unit Penunjang Medik.

PUSKESMAS
SINABOI

MENERIMA PASIEN DI POLIKLINIK BEDAH UMUM


No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001

PENGERTIAN

Menerima pasien yang datang berobat ke Poliklinik Bedah


Umum untuk mendapatkan Pelayanan Kesehatan Bedah
Umum.

TUJUAN

Pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai


kebutuhannya.

KEBIJAKAN

Dilaksanakan pada setiap pasien yang berobat di Poliklinik


Bedah Umum.

PROSEDUR

A. Persiapan alat.
1) Tempat tidur dalam keadaan siap pakai.
2) Meja/kursi.

3) Berkas catatan Rekam Medik dan alat tulis.


4) Peralatan untuk pemeriksaan terdiri dari:
Senter.
Tensimeter/Stetoscop.
Thermometer.
Timbangan.
Spatel Lidah.
B. Pelaksanaan.
1) Menerima pasien dan keluarga dengan ramah dan
penuh perhatian.
2) Melakukan anamnesa dan dicatat dalam catatan
Rekam Medik.
3) Mengukur tekanan darah/ suhu/ berat badan dan
dicatat dalam catatan perawat.
4) Merumuskan masalah, membuat rencana,
melaksanakan tinadakan dan membuat evaluasi
keperawatan.
5) Menyerahkan berkas catatan Rekam Medik pasien
kepada dokter yang bertugas.
6) Mencatat nama dan alamat yang jelas pada register
harian.
UNIT TERKAIT

1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
3. Unit Penunjang Medik.

PUSKESMAS
SINABOI

JL. Sei Bakau

MENERIMA PASIEN BAYI BARU MASUK


DI RUANG RAWAT INAP
No. Dokumen :

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001

PENGERTIAN

Menerima pasien Bayi yang baru masuk keruang perawatan


rawat inap untuk mendapatkan pelayanan keperawatan.

TUJUAN

Pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai


kebutuhannya.

KEBIJAKAN

Dilaksanakan pada setiap pasien Bayi yang masuk ke ruang


perawatan untuk rawat inap.

PROSEDUR

A. Persiapan alat.
1) Tempat tidur/meja periksa pasien dalam keadaan
siap pakai.
2) Timbangan bayi dan alat pengukur.
3) Tensimeter bayi/ Termometer/ Stetoscop/ Senter /
Spatel Lidah.
4) Refleksi Hammer.
5) Kain kassa steril dan kapas dalam tempatnya.
6) Sarung tangan steril dalam tempatnya.
7) Korentang dalam tempatnya.
8) Gunting verband, plester.
9) Barakskorat.
10)
Masker.
11)
Lampu penghangat.
12)
Alcohol (70%)/ Betadhin/ Yodium 2%.
13)
Perangkat alat untuk pertolongan keadaan
darurat.
14)
Oksigen lengkap siap pakai.
15)
Alat pengisap lender.
16)
Obat injeksi yang di perlukan (Luminal/
Aminophilin).
17)
Spuit Disposible.
18)
Alat tenun : Pakaian bayi lengkap (popok, baju,
gurita, selimut, seprei, perlak, stiklaken).
19)
Ember bertutup untuk alat tenun bekas pakai.
20)
Berkas catatan Rekam Medik lengkap dengan
pengkajian keperawatan.
21)
Buku register.
B. Pelaksanaan :
1) Perawat memakai barakskort dan masker (bila
perlu).
2) Perawat menerima pasien dengan sikap ramah dan
penuh kasih saying.
3) Memeriksa identitas bayi antara lain : tanda
pengenal, jenis kelamin, nomor register ibu dan
anak, nama orang tua, alamat orang tua.
4) Meneliti kelengkapan catatan Rekam Medik bayi
termasuk sidik jari kaki bayi dan sidik jari ibu.
5) Bila ada data yang kurang jelas atau tidak sesuai
segera tanyakan kepada perawat yang menghantar.
6) Bayi dibaringkan di temapt tidur/ meja priksa yang

dilengkapi dengan lampu penghangat.


7) Melakukan pemeriksaan fisik bayi secara lengkap
dari kepala saampai kaki, apakah ada kelainan dan
dicatat dalam lembaran pengakjian keperawatan,
bila ada kelaianan segera dilaporkan kepada orang
tuanya dan Kepala Ruangan/ Supervisor jaga.
8) Membersihkan/merawat tali pusat.
9) Menimbang berat bada, mengukur panjang, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar perut, mengukuur
tekanan darah, nadi, suhu dan dicatat dalam catatan
keperawatan.
10)
Membersihkan dan bila perlu mengganti pakaian
bayi dan bayi di baringkan ditempat tidur dalam
posisi sesuai kebutuhan.
11)
Mengobservasi keadaan umum bayi/ suhu/ nadi/
pernafasan/ warna kulit, secara teratur sesuai
dengan waktu yang ditentukan dan hasilnya dicatat
dalam catatan keperawatan.
12)
Memberikan penjelasan kepada keluarga :
keadaan fisik bayi dan peraturan-peraturan yang
berlaku di Puskesmas.
13)
Membuat evaluasi tindakan keperawatan.
14)
Mencatat identitas bayi dalam buku regites
ruangan.
15)
Bayi yang datang tanpa tanda pengenal harus
dikaji lebih teliti dan beritahu kepada Kepala
Ruangan/ Supervisor jaga.

UNIT TERKAIT

PUSKESMAS
SINABOI

JL. Sei Bakau

1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
3. Unit Penunjang Medik.

MENERIMA PASIEN ANAK BARU MASUK


DI RUANGAN RAWAT INAP
No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001

PENGERTIAN

Menerima pasien Anak yang baru masuk keruang perawatan


rawat inap untuk mendapatkan pelayanan keperawatan.

TUJUAN

Pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai


kebutuhannya.

KEBIJAKAN

Dilaksanakan pada setiap pasien Anak yang masuk keruang


perawatan untuk rawat inap.

PROSEDUR

A. Persiapan Alat :
1) Tempat tidur/meja periksa pasien dalam keadaan
siap pakai.
2) Timbangan bayi dan alat pengukur.
3) Tensimeter bayi/ Termometer/ Stetoscop/ Senter /
Spatel Lidah.
4) Refleksi Hammer.
5) Perangkat alat untuk pertolongan keadaan darurat
(Emergency).
6) Spuit Disposible.
7) Set alat pemasaang infus lengkap dengan cairan
yang diperlukan.
8) Oksigen lengkap dengan nasal kanule dan siap
pakai.
9) Obat-obat injeksi yang diperlukan untuk Emergency.
10)
Kassa dan kapas steril/korentang dalam
tempatnya.
11)
Plester/gunting verband.
12)
Alat pengisap lender.
13)
Berkas catatan Rekam Medik lengkap dengan
pengkajian keperawatan.
14)
Buku register.
B. Pelaksanaan :
1) Perawat menerima pasien dengan sikap ramah dan
penuh kasih sayang.

2) Perawat melakukan pendekatan kepada anak dan


keluarga, dengan memberikan penjelesan mengenai
maksud dan tujuan perawatan, sesuai tingkat
perkembangan serta kemampuan berkomunikasi.
3) Melakukan orientasi ruangan dan peraturanperaturan yang berlaku di Puskesmas kepada pasien
dan keluarga (bila pasien dalam keadaan sadar dan
keadaan umum baik. Jika keadaan umum jelek,
orientasi dilaksanakan kepada keluarga setelah
pertolongan diberikan.
4) Membaringkan pasien di tempat tidur/meja periksa.
5) Melakukan pengkajian : pemeriksaan fisik secara
keseluruhan sesuai format pengkajian.
6) Menimbangkan berat badan dan mengukur tinggi
badan dicatat dalam catatan keperawatan.
7) Mengukur tekanan darah/suhu/nadi/pernafasan dan
dicatat dalam catatan keperawatan.
8) Merumuskan masalah keperawatan, membuat
perencanaan dan melaksanakan tindakan
keperawatan.
9) Melaporkan pasien kepada dokter jaga untuk
mendapatkan pengobatan.
10)
Melaksanakan tindakan kolaborasi : sesuai
instruksi yang diberikan dokter.
11)
Memindahkan pasien ke kamar perawatan
apabila keadaan pasien tidak kritis.
12)
Pasien tetap dikamar tindakan apabila keadaan
kritis dan dilakukan observasi.
13)
Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan.
14)
Mencatat data pasien kedalam buku register dan
melengkapi dokumen keperawatan.

UNIT TERKAIT

1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
3. Unit Penunjang Medik.

PUSKESMAS
SINABOI

JL. Sei Bakau

MENERIMA PASIEN BARU MASUK


DI RUANGAN RAWAT INAP
No. Dokumen :

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001

PENGERTIAN

Menerima pasien baru yang baru masuk keruang perawatan


rawat inap untuk mendapatkan pelayanan keperawatan.

TUJUAN

Pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai


kebutuhannya.

KEBIJAKAN

Dilaksanakan pada setiap pasien baru yang masuk keruang


perawatan untuk rawat inap.

PROSEDUR

A. Persiapan Alat :
1) Tempat tidur/meja periksa pasien dalam keadaan
siap pakai.
2) Berkas catatan medic pasien.
3) Peralatan untuk pemeriksaan fisik dan pertolongan
pertama :
Tensimeter/Stetoscop.
Thermometer.
Timbangan dewasa.
Refleksi hammer.
Senter.
Spatel Lidah.
Kassa dan kapas steril/korentang dalam
tempatnya.
Plester/Gunting verband.
Oksigen lengkap dengan Nasal kanule/Face

Mask siap pakai.


Infus set lengkap dengan cairan yang
diperlukan.
Penghisap lender/Suction Pump.
EKG lengkap (khusus untuk paien lengkap).

B. Pelaksanaan
1) Perawat menerima pasien dengan sikap ramah dan
penuh kasih sayang.
2) Perawat melakukan pendekatan kepada pasien dan
keluarga, dengan memberikan penjelesan mengenai
maksud dan tujuan perawatan.
3) Melakukan orientasi ruangan dan peraturan-peraturan
yang berlaku di Puskesmas kepada pasien dan keluarga
(bila pasien dalam keadaan sadar dan keadaan umum
baik. Jika keadaan umum jelek, orientasi dilaksanakan
kepada keluarga setelah pertolongan diberikan.
4) Membaringkan pasien di tempat tidur/meja periksa.
5) Melakukan pengkajian : pemeriksaan fisik secara
keseluruhan sesuai format pengkajian.
6) Menimbangkan berat badan dan mengukur tinggi badan
dicatat dalam catatan keperawatan (bila keadaan
umum pasien baik).
7) Mengukur tekanan darah/suhu/nadi/pernafasan dan
dicatat dalam catatan keperawatan.
8) Merumuskan masalah keperawatan, membuat
perencanaan dan melaksanakan tindakan keperawatan.
9) Melaporkan pasien kepada dokter jaga untuk
mendapatkan pengobatan.
10)
Melaksanakan tindakan kolaborasi : sesuai
instruksi yang diberikan dokter.
11)
Memindahkan pasien ke kamar perawatan
apabila keadaan pasien tidak kritis.
12)
Pasien tetap dikamar tindakan apabila keadaan
kritis dan dilakukan observasi.
13)
Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan.
14)
Mencatat data pasien kedalam buku register dan
melengkapi dokumen keperawatan.

UNIT TERKAIT

1. Rekam Medik.
2. Keuangan.
3. Unit Penunjang Medik.

PUSKESMAS
SINABOI

PENCEGAHAN INFEKSI
No. Dokumen :

No. Revisi :

Halaman :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
Upaya agar tidak terjadi infeksi baik terhadap diri sendiri,
orang lain dan lingkungan akibat terpapar oleh darah dan
cairan penderita.

TUJUAN

1. Mencegah infeksi umum.


2. Melindungi diri dari penyebaran penyakit.
3. Meminimalkan risiko penyebaran penyakit yang
berbahaya seperti Hepatitis B dan HIV/AIDS kepala
pasien, petugas kesehatan, termasuk petugas
kebersihan dan rumah tangga.

KEBIJAKAN

1. Setiap melakukan satu tindakan harus sesuai prosedur.


2. Setiap perawat harus memisahkan sampah medis dan
sampah non medis.

PROSEDUR

1. Melindungi diri sendiri selaku petugas kesehatan :


a) Psinsip bahwa setiap orang (pasien dan petugas

kesehatan) harus dianggap berpotensi menularkan


penyakit.
b) Cuci tangan adalah prosedur paling praktis dan
mencegah kontaminasi silang.
c) Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh setiap
kulit yang luka, selaput lendir (mukosa),darah dan
cairan tubuh lainnya (secret).
d) Gunakanlah pelindung barier seperti kaca mata
(goggles), masker, celemek (apron) pada setiap kali
melakukan kegiatan pelayanan yang diantisipasi
dapat terkena pecikan atau terkena darah dan
cairan-cairan tubuh pasien.
e) Selalu melakukan tindakan/prosedur menurut
langkah yang aman seperti tidak membengkokkan
jarum dengan tangan, memegang alat medik dan
memproses sampah medik dengan benar.
2. Pengelolaan Pembuangan Sampah :
a) Sampah yang tidak terkontaminasi di buang
ketempat bak sampah biasa.
b) Sampah medik yang terkontaminasi dengan darah
atau cairan tubuh rendam dengan cairan bayclean
(1:9) dengan menggunakan sarung tangan, sebelum
dibuang ketempat pembuangan sampah.
c) Setelah membuang sampah yang berpotensi infeksi,
sarung tangan, tangan petugas dan tempat sampah
harus dicuci.
3. Proses Dokumentasi.

UNIT TERKAIT

1.
2.
3.
4.
5.

Ruang Rawat Inap.


Ruang Rawat Jalan.
Ruang Bersalin.
Unit Gawat Darurat.
Kamar Operasi.

PUSKESMAS
SINABOI

JL. Sei Bakau

SISTEM PENGELOLAAN PELANGGARAN


DISIPLIN DAN ETIKA 1
No. Dokumen :

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
Suatu cara yang digunakan untuk menilai pelanggaran disiplin
dan etika yang tidak sesuai dengan standar dan praturan yang
berlaku.

1. Memperbaiki kinerja staf


2. Meningkatkan kinerja staf
3. Sebagai dasar pembinaan staf

Undang-Undang Praktik Keperawatan No. 23 Tahun 1992.

PROSEDUR

A. PERSIAPAN
1. Adanya Anexdote Note ( catatan pribadi ).
2. Adanya format penilaian kinerja.
B. PELAKSANAAN
1. Identifikasi penyebab kesalahan :
a. Umum : Kesalahan oleh karna faktor diluar
manusia (sarana dan prasarana)
b. Khusus : Kesalahan oleh karna faktor manusianya
sendiri (keterampilan, pengetahuan dan
kemampuan).
2. Identifikasi tingkat kesalahan :
1) Terlambat datang.
2) Memalsukan daftar hadir dengan memalsukan
tanda tangan.
3) Pulang lebih awal.
4) Tidak mengisi daftar hadir.
5) Tidak berpakaian dinas.
6) Tidak ramah dan tidak sopan terhadap pasien,
sesama perawat atau dengan tim kesehatan lain.
7) Memanggil pasien tidak sesuai namanya.
8) Tidak memperkenalkan diri kepada pasien baru.
9) Tidak memelihara hubungan baik antar sesama
perawat atau dengan tim kesehatan lain.
b.Pelanggaran Sedang :
1) Mengulang pelanggaran ringan yang telah
diperingatkan lebih dari 3 kali tetapi kurang dari
5 kali.
2) Selalu tidak berpakaian dinas.
3) Sering meninggalkan tempat kerja untuk
kepentingan pribadi.
4) Sering izin dengan alasan yang tidak benar.
5) Kurang jujur, kurang tertib dan kurang cermat
dalam perkerjaan.
6) Kurang memberi contoh yang baik dalam
berprilaku sehari-hari.
7) Kurang bertanggung jawab dalam pemiliharaan
barang-barang pasien.
8) Melakukan tindakan negatif dengan membaalas
dendam kepada teman/ orang lain dilingkungan
kerja.
9) Bertindak selaku perentara untuk mendapatkan
pekerjaan orang lain dengan maksud
mendapatkan keuntungan sendiri.
10)
Menjual obat kepada pasien.
11)
Menyalahgunakan pengetahuan dan

keterampilan.
12)
Melakukan tindakan diluar kewewenangan
kecuali bersifat emergency.
c.Pelanggaran Berat :
1) Mengulang pelangaran ringan yang telah
diperingatkan lebih dari 5 kali tetapi tidak
berakibat fatal.
2) Mengulang pelangaran sedang yang telah
diperingatkan lebih dari 3 kali tetapi kurang dari
5 kali.
3) Mengulang pelanggaran sedang yang telah
diperingatkan kurang dari 3 kali tetapi berakibat
fatal.
4) Salah memberikan obat dan terapi kepada
pasien.
5) Menganggu kehormatan/martabat Negara dan
pemerintah.
6) Menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan
pribadi.
7) Menyalahgunakan barang, uang dan surat
berharga milik Negara.
8) Memperjualbelikan, memiliki dan menggunakan
dokumen serta surat berharga milik Negara
secara tidak sah.
3. Tata cara penaganan pelanggaran etik profesi
keperawatan :
1. Perawat yang melanggar etik profesi
keperawatan dipanggil oleh kepala ruangan
untuk dimintai keterangan.
2. Kepala ruangan mengumpulkan bukti-bukti telah
terjadi pelanggaraan etik profesi keperawatan.
3. Kepala ruangan mengadakan pertemuan
diruangannya dengan seluruh perawat yang ada
untuk memecahkan masalah pelanggaran etik
profesi keperawatan.
4. Jika tidak bisa diselesaikan, dilaporkan secara
tertulis kepada Staf II Profesi Keperawatan untuk
di tindak lanjuti.
5. Kepala ruangan yang melanggar etik profesi
keperawatan akan dipanggil dan dimintai
keterangan oleh Staf II Profesi Keperawatan.
6. Staf II Profesi Keperawatan mengumpulkan buktibukti telah terjadi pelanggaran etik profesi
keperawatan.

7. Pertemuan dilakukan diruangan Staf II Profesi


Keperawatan untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
8. Jika tidak bisa diselesaikan, dilaporkansecara
tertulis kepada Kepala Sub Bidang Keperawatan.
9. Jika masalah tidak bisa diselesaikan, yang
bersangkutan akan dibuatkan berita acara oleh
Kepala Sub Bidang Keperawatan diteruskan
kepada Kepala Bidang Pelayanan Medik dan
Keperawatan guna dibuatkan sanksi atas
pelanggaran tersebut.
10.Selanjutnya akan dibuatkan SK Direktur.
11.SK sanksi pelanggaran disampaikan kepada yang
bersangkutan dan tembusan kepada baagian
yang terkait.
12.Untuk pelanggaran ringan dikenakan sanksi
pencabutan sementara SIPP paling lama 6
(enam) bulan dan dilakukan pembinaan dan
evaluasi selama 6 (enam) bulan.
13.Untuk pelanggaran sedang dikenakan sanksi
pencabutan sementara SIPP paling lama 1 (satu)
tahun dan dilakukan pembinaan dan evaluasi
selama 1 (satu) tahun.
14.Untuk pelanggaran berat dikenakan sanksi
pencabutan sementara SIPP paling lama 3 (tiga)
tahun dan dibebas tugaskan.
15.Jika setelah dilakukan pembinaan dan evaluasi
tidak terjadi perubahan, maka dilakukan alih
profesi.
16.Apabila yang bersangkutan pegawai kontrak/
honor dapat diberhentikan langsung.

UNIT TERKAIT

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Direktur.
Ka. Bid Pelayanan Medik dan Keperawatan.
Ka. Sub. Bid Keperawatan.
Staf II Profesi keperawatan.
Kepegawaian.
Bagian Keuangan.
Seluruh unit pelayanan keperawatan.

PUSKESMAS
SINABOI

JL. Sei Bakau

SISTEM PENGELOLAAN PELANGGARAN


DISIPLIN DAN ETIKA
No. Dokumen :

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
Suatu cara yang digunakan untuk menilai pelanggaran disiplin
dan etika yang tidak sesuai dengan standar dan praturan yang
berlaku.

TUJUAN

1. Memperbaiki kinerja staf


2. Meningkatkan kinerja staf
3. Sebagai dasar pembinaan staf

KEBIJAKAN

1. Setiap pelangaran disiplin dan etika profesi dikelola


secara obyektif berdasarkan suatu system .
2. Setiap pelanggaran harus mengacu pada setandar.

PROSEDUR

A. PERSIAPAN
1. Adanya Anexdote Note ( catatan pribadi ).
2. Adanya format penilaian kinerja.
B. PELAKSANAAN
1. Identifikasi penyebab kesalahan :
a. Umum : Kesalahan oleh karna faktor diluar
manusia (sarana dan prasarana)
b. Khusus : Kesalahan oleh karna faktor manusianya
sendiri (keterampilan, pengetahuan dan
kemampuan).
2. Identifikasi tingkat kesalahan :
a. Kesalahan ringan
1) Pelanggaran terhadap suatu standar kuarang

dari 3 kali dan tidak merugikan pasien secara


moral dan materil.
2) Pelanggaran etika profesi tidak lebih dari 2
kali tetapi menimbulakn komplain langsung
dari pasien, keluarga, masyarakat atau
profesi.
3) Kesalahan merugikan institusi tetapi tidak
signifikan atau tidak berat.
b. Kesalahan sedang
1) Pelanggaran terhadap satu standar lebih dari
3 kali tetapi kurang dari 5 kali.
2) Merugikan pasien secara material dan moral
tetapi tidak berakibat fatal dan tidak
menimbulkan kecacatan permanen atau
kematian.
3) Merugikan instansi secara moral dan material
tetapi tidak menimbulkan opini buruk
terhadap masyarakat luas.
4) Mendapatkan komplain langsung dari pasien,
masyarakat baik lisan atau tertulis tetapi tidak
berdampak luas.
5) Pelanggaran etika etika profesi lebih dari 2
kali kurang dari 5 kali, tidak menimbulkan
opini buruk di msyarakat, organisasi dan
profesi.
c. Kesalahan berat
1) Pelanggaran terhadap satu standar lebih dari
5 kali tetapi tidak berakibat fatal.
2) Pelanggaran terhadap satu standar 1 kali
tetapi berakibat fatal bagi pasien ataupun
institusi.
3) Menimbulkan opini msyarakat berdampak
buruk terhadap profesi dan organisasi.
4) Mendapatkan complain langsung dari pasien,
masyarakat baik lisan atau tertulis tetapi tidak
berdampak luas.
5) Pelanggaran terhadap sikap atau etika profesi
lebih dari 5 kali atau 1 kali tetapi berakibat
buruk.
3. Pengelolaan kesalahan
a. Pelanggaran secara umum dikelola oleh Ka Ru/
Kasub Bidang Keperawatan dengan mengadakan
prosedur yang jelas serta menyediakan alat dan

fasilitas.
b. Pelanggaran khusus
1) Kesalahan ringan
a. Teguran lisan maksimal 3 kali oleh Ka.Ru
dengan bukti catatan surat pernyataan
ditandatangani yang bersangkutan.
b. Lakukan pembinaan khusus yang terkait
dengan kesalahan maksimal 3 kali.
c. Adanya kesepakatan evaluasi 2 minggu.
d. Adanya evaluasi setelah 1 bulan.
e. Bila evaluasi tidak menunjukan perubahan
maka kesalahan ringan dikategorikan ke
kesalahan sedang.

2) Kesalahan sedang
a. Teguran tertulis oleh Ka. Ru.
b. Laporan secara tertulis kepada Ka. Ru dan
ka. Sub Bidang keperawatan.
c. Lakukan peminaan khusus oleh Ka. Sub
Bidang Keperawatan.
d. Adanya kesepakatan evaluasi maksimal 1
bulan dengan monitoring rutin.
e. Adanya evaluasi setelah 1 bulan.
f. Bila tidak ada perubahan di kategorikan
kesalahan berat.
3) Kesalahan berat
a. Berikan teguran tertulis dari Ka. Sub
Bidang Keperawatan diketahui oleh
Direktur.
b. Melakukan pembinaan selama 1 tahun.
c. Berikan sanksi sesuai dengan PP 30 tahun
1980, sanksi diberikan oleh langsung oleh
Direktur.
d. Bila dalam 2 tahun dari pembinaan tidak
terjadi perubahan maka dilakukan alih
profesi.
e. Apabila yang bersangkutan pegawai
kontrak/ honor dapat diberhentikan
langsung.

UNIT TERKAIT

1. Kabid. Yanmed dan Keperawatan.


2. Ka. Subbid. Keperawatan.
3. Kasubbang. Kepegawaian.

4. Kasubbang. Keuangan.
5. Seluruh unit pelayanan keperawatan.

PUSKESMAS
SINABOI

JL. Sei Bakau

PEDOMAN KETENTUAN SANKSI TERHADAP KELALAIAN


DILINGKUNGAN KEPERAWATAN
No. Dokumen :

Tanggal Terbit :
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
KEPERAWATAN
PENGERTIAN

TUJUAN

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas Sonaboi

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
Suatu pedoman dalam menentukan sanksi yang akan
diberikan dilingkungan keperawatan dilihat dari tingkat
kesalahan / kelalaian.

1. Memberi pedoman kepada manajemen sesuai dengan


tingkatan dalam struktur Puskesmas dalam
memberikan sanksi sehubungan dengan kesalahan
yang dillakukan oleh karyawan.

2. Meningkatkan disiplin karyawan.

KEBIJAKAN

SOP Sistem Pengelolaan Pelanggaran Disiplin dan Etika Revisi


A NO.445/YMK/SOP-SAK/2010/.

PROSEDUR
Bentuk Sanksi :

Kesalahan yang dilakukan :


1. Meninggalkan pekerjaan sebelum waktunya tanpa
mengikuti prosedur yang berlaku.
2. Tidak mengisi Absen.
3. Bercanda, bermain, rebut dalam bekerja.
4. Mendapatkan keluhan dari pasien atau pengunjung.
5. Memakai sendal jepit pada jam kerja (kecuali ruangan
khusus).
6. Berjualan ditempat kerja untuk kepentingan pribadi /
kelompok.
7. Melakukan kesalahan administrasi yang tidak
mengakibatkan kerugian finasial baik terhadap
Puskesmas maupun pasien, keluaraga dan tamu.
8. Tidak memakai tanda pengenal/ label nama pegawai.
9. Berpakaian tidak sesuai dengan uniform yang
ditetapkan oleh Puskesmas.
10.Berbicara kasar terhadap pasien, keluarga dan petugas
baik langsung maupun tidak langsung.
11.Memakai perhiasan yang mencolok.
12.Terlambat datang lebih dari 3x dalam satu bulan dan
atau pulang lebih awal dari waktu yang telah ditetapkan
tanpa alasan yang syah.
13.Dengan sengaja melalaikan kewajiban dalam
memberikan askep sesuai kebutuhan pasien.

Teguran Lisan

Bentuk Sanksi :
Surat Peringatan
I

Masa berlaku teguran lisan : 3 bulan


Kesalahan yang dilakukan :
1. Selama masa berlakunya teguran lisan, karyawan
melakukan pelanggaran yang sama atau yang lain.
2. Mencatat absen orang lain atau menyuruh agar
absennya diisi oleh orang lain.
3. Tidak taat, termasuk melalaikan atau menolak
mengerjakan tugas yang diberikan.
4. Ceroboh, tidak teliti dan atau lalai dalam bekerja
sehingga merugikan Puskesmas, pasien, keluarganya
dalam tamu.
5. Tidak masuk kerja atau meninggalkan tugas tanpa
pemberitahuan dan izin atasan.

Bentuk Sanksi :
Surat peringatan
II

Surat peringatan
III

Bentuk Sanksi :
Pemutusan
Hubungan kerja

6. Melaksanakan tugas tidak sesuai SOP.


Masa berlakunya SP I : 6 bulan
Kesalahan yang dilakukan :
1. Selama masa berlakunya surat peringatan I, karyawan
melakukan pelanggaran yang sama masuk dalam
kategori lisan dan SP I.
2. Merusak atau menghancurkan barang inventaris
Puskesmas atau perlengkapan milik sesama pegawai
dengan berbagai cara.
3. Dua hari (2) dalam satu bulan kalender atau empat (4)
hari dalam lima bulan kalender tidak masuk kerja tanpa
izin atasan.
4. Menjalni cuti melebihi batas waktu yang telah diizinkan.
5. Meminta tips ( imbalan ) dan atau hadiah dari pasien,
keluarganya, sesama pegawai, maupun tamu.
6. Menunjukan ketidakmampuan dalam pekerjaan
walaupun sudah 3 kali dicoba pada tindakan/ baagian
yang sama.
Masa berlakunya SP II : 6 bulan
Kesalahan yang dilakukan :
1. Selama masa berlakunya surat peringatan II, karyawan
melakukan pelanggaran yang masuk dalam kategori SP
II.
2. Dengan sengaja memalsukan aplikasi dan atau sesuatu
dokumen/ catatan Puskesmas.
3. Dengan sengaja meembatasi hasil pekerjaan
(memperlambat, menunda pekerjaan yang menjadi
tugasnya ).
4. Meelakukan tingkah laku yang tidak bermoral dan atau
perbuatan tidak senonoh dalam tempat kerja.
5. Mengancam, menakut-nakuti atau memaksa atasannya
dan atau sesama karyawan untuk melakukan perbuatan
dengan maksud melanggar hukum.
6. Memiliki dan menyimpan senjata api yang tidak
berhubunngan dengan pekerjaan ditempat kerja.
7. Melakukan perilaku yang tidak jujur dan bekerjasama
untuk melakukan kejahatan (ex : memungut
pembayaran / biaya rawat pasien diluar peraturan yang
ada).
8. Tidak menghormati atasan dan sesama rekan kerja
serta tidak menjaga kesopanan, kesusilaan norma
pergaulan yang berlaku ditengah masayarakat.

Masa berlakunya SP III : 1 tahun


Kesalahan yang dilakukan :
1. Selama berlakunya SP III, melakukan pelanggaran yang
masuk dalam kategori SP I, SP II, SP III.
2. Tidak masuk selama 5 (lima) hari berturut-turut tanpa
ada pemberitahaun dan izin atasan.
3. Menderita penyakit sehingga yang bersangkutan tidak
dapat melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya
selama 3 bulan berturut-turut.
4. Melakukan penipuan, pencurian dan penggelapan
barang/ uang milik Puskesmas atau milik teman sekerja
atau milik pasien, keluarganya dan tamu.
5. Memberikan keterangan palsu atau dipalsukan
sehingga merugikan puskesmas atau pasien.
6. Mabuk, meminum-minuman keras, madat, memakai
obat bius dan atau menyalahgunakan obat terlarang
atau obat-obatan perangsang lainnya ditempat kerja
yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan.
7. Melakukan perjudian dilingkungan kerja.
8. Melakukan tindak kejahatan misalnya menyerang,
mengintimidasi atau menipu Puskesmas atau teman
sekerja dan memperdagangkan barang terlarang baik
dalam lingkungan puskesmas maupun diluar lingkungan
puskesmas.
9. Membujuk pimpinan atau teman sekerja untuk
melakukan perbuatan yang merugikan puskesmas atau
yang bertentangan dengan hukum atau kesusilaan
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
10.Membongkar atau membocorkan rahasia Puskesmas
atau mencemarkan nama baik Puskesmas yang
harusnya dirahasiakan kecuali kepentingan Negara.
11.Membocorkan rahasia pasien atau mencemarkan nama
baik pasien.
12.Berkelahi atau membuat kekacauan/ keonaran didalam
Puskesmas.
13.Setelah 3 (tiga) kali berturut-turut tetap menolak untuk
mentaati perintah atau penugasan yang layak
sebagaimana tercantum dalam perjanjian kerja atau
peraturan Puskesmas.

UNIT TERKAIT

PUSKESMAS SINABOI

1.
2.
3.
4.
5.

Ka Bid Yan Med dan Kep


Ka Subbid Keperawatan
Ka Subbag. Kepegawaian
Kepala ruangan
Seluruh Jajaran Keperawatan

Jl. Sei-Bakau

Standar Operasional
Prosedur
(Kebidanan)

PUSKESMAS
SINABOI

PERSALINAN AMAN

JL. Sei Bakau

Nomor Dokumen :

Tanggal Terbit :

Nomor Revisi :

Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi

PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Persalinan aman adalah persalinan yang memenuhi unsure 3B


yaitu Bersih alat, Bersih tempat, Bersih tangan penolong.

TUJUAN

Agar ibu dan bayi dalam keadaan kondisi yang sehat,


terhindar dari bahaya infeksi.

KEBIJAKAN

Semua ibu bersalin mendapat pelayanan persalinan sesuai


standar persalinan aman.

PROSEDUR

A. PERSIAPAN ALAT
B. KRITERIA PELAKSANAAN
1. Semua bidan dalam melaksanakan pertolongan
persalinan aman sesuai dengan prosedur tetap.
2. Mengawasi dan evaluasi proses persalinan dibuat
partograf.
3. Selama melahirkan, suami/keluarga (1 orang)
diijinkan untuk mendampingi dengan catatan tidak
menganggu pelaksanaan perawatan.
4. Pasien diberi penjelasan tentang lamanya
persalinan.

KALA I
1. Fase laten tidak lebih dari 8 jam, his akan akan semakin
sakit dan semakin kuat. Selama fase ini jalan lahir akan
membuka perlahan-lahan.

2. Fase aktif pembukaan 4cm hingga 10cm, his kuat dan


rasa sakit akan bertambah. Pembukaan serviks
akanlebih cepat kalau tak terjadi komplikasi. Fase aktif
tidak boleh berlangsung 6 jam lebih. Serviks/ jalan lahir
harus sudah membuka lengkap (10cm).
ASUHAN SAYANG SELAMA KALA I
1. DUKUNGAN EMOSINAL
Kelahiran seorang bayi akan mempengaruhi kondisi
emosional seluruh keluarga, jadi usahakan agar suami
atau aanggota keluarga lain dilibatkan dalam proses
persalinan. Usahakan agar mereka melihat, mendengar
dan membantu. Ibu akan merasa nyeri dan menderita
jika ia khuatir proses-proses persalinannya.
2. PENGATURAN POSISI
Anjurkan ibu dalam proses persalinan untuk
mendapatkan posisi yang paling nyaman. Ia bisa
berjalan, duduk jongkok, berlutut dan berbaring.
Berjalan, duduk atau jongkok akan membantu proses
penurunan kepala bayi. Anjurkan ibu agar tidak
berbaring dan terlentang .alasan : tekanan uterus
terhadap pembuluh-pembuluh darah akan menurunkan
suplei darah dan oksigen ke janin. Pemeriksaan DJJ akan
dilakukan diantara dua his.
3. CAIRAN
Anjurkan ibu untuk minum cairan nuutrisi atau air biasa
selama proses persalinan. Cairan akan member tenaga
dan mencegah dehidrasi yang dapat mempengaruhi
his. Alasan : dehidrasi akan membuat ibu lelah dan
menurunkan kekuatan his atau membuat his tidak
teratur.
4. KEBERSIHAN
Infeksi yang terjadi selama proses peralinan akan
meningkatkan kematian atau penyakit atau ibu maupun
janin. Penolong persalinan harus mencuci kedua
tangannya sesering mungkin dan menggunakan alat
alat steril / DTT. Alasan : pencegahan infeksi paling
aman penting bagi ibu, janin dan penolong.
5. BAB
Bila memungkinkan anjurkan ibu untuk BAB sebelum
pesalinan kala II. Rectum yang penuh menyebabkan ibu
tidak nyaman, kadang-kadang membutuhkan klisma,
bila mengalami konstipasi saat proses persalinan
dimulai, jangan diberikan klisma bila kepala janin belum
engaged ( turun kerongga panggul ). Alasan : saat ibu

mengejan, mengosongkan rectumnya, selaput ketuban


dapat pecah dan resiko terjadinya tali pusat
menumbung.
6. BAK
Ibu dalam proses persalinan Harus berkemih setiap 2
jam / lebih sering bila mungkin. Alasan : kandung kemih
yang penuh akan menghambat penurunan kepala janin
dan membuat ibu tidak nyaman.
KALA
Tanda

II
dan gejala kala II atau pembukaan lengkap.
Ibu ingin mengejan
Perineum menonjol
Vulva dan anus membuka
Meningkatnya peengeluaran darah lendir
Kepala telah turun didasar panggul

Lama persalinan kala II : Primi 2 jam, Multi 1 jam. Posisi


meneran yang baik adalah posisi setengah duduk dengan
bahu dan punggung ditopang oleh seorang anggota keluarga.
Beri semangat kepada ibu untuk meneran ia harus mengingat
untuk :
1. Membuka mulut dan merentangkan kedua kaki.
2. Menarik dagunya kearah dada.
3. Tidak mengangkatkan bokong.
Saat kepala lahir, tangan kanan menekan
perineum dan tangan kiri menahan kepala
supaya tidak terlalu cepat defleksi untuk
mencegah terjadinya robekan jalan lahir. Setelah
kepala lahir, usap mulut, hidung dan mata bayi
dengan kassa steril. Tunggu kepala menggadakan
rotasi.
Setelah rotasi, setelah kepala berputar
menghadap kearah salah satu paha ibu, pegang
dengan kedua tangan pada masing-masing sisi
kepala bayi. Tangan kanan harus selalu diatas
.lakukan tarikan hati-hati kearah bawah hingga
bahu anterior tampak dibawah arcus pubis.
Kemudian arahkan kepala bayi keatas hingga
bahu belakang dapat dilahirkan.
Setelah bahu belakang dilahirkan, tangan kanan
menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian
posterior dengan posisi ibu jari dileher (bagian
bawah kepala) empat jari lainnya pada bahu dan
dada/ panggul bayi (bila kepala bayi menghadap

penolong
empat jari menghadap dada).
Sementara tangan kiri memegang lengan dan
bahu bayi bagian anterior pada saat badan dan
lengan lahir.
Posisi jari tangan kiri pada dada bayi, setelah
badan lengan bahu, tangan kiri menyusuri
punggung kearah bokong dan tungkai kiri
diantara dua lutut (selipkan jari telunjuk tangan
kiri diantara diantara kedua lutut bayi). Kemudian
letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi
kepala lebih rendah dari badan.
Bayi yang basah dan licin diletakan diperut ibu
yang sudah dialasi dengan handuk / kain yang
kering. Keringkan bayi dan tutupi kepala serta
tubuhnya dengan handuk/ kainkering tersebut.

KALA III
Perintahkan kepetugas lain untuk member suntikan
oksitosin 10u/ 1amp.
Jepit tali pusat dengan menggunakan klem, kira-kira 3
cm dari pangkal tali pusat. Lakukan urutan pada tali
pusat kearah ibu dan pasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama. Pegang tali pusat diantara 2 klem
menggunakan tangan kiri, potong tali pusat diantara
kedua klem.
Lama persalinan kala III : 5 s/d 10 menit.
Pindahkan klem 5 cm dari vulva.
Tegangkan tali pusat dengan hati-hati.
Selama kontraksi, tangan kiri menahan uterus kearah
dorso cranial pada daerah suprapubis. Alasan :
penekanan uterus pada daerah suprapubis akan
mencegah terjadinya invertio uteri.
Pertahankan penegangan sampai tampak tanda-tanda
pelepasan plasenta.
Ketika plasenta lepas, anjurkan ibu untuk meneran.
Bila tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta, jangan
melakukan tarikan pada tali pusat.
Bila dalam waktu 15 menit belum ada tanda-tanda
plasenta lepas, ulangi pemberian oksitosin 10u/ 1 amp.
Setelah plasenta lahir, tangan kiri melakukan massage
pada fundus uteri.
Kontrol plasenta apakah sudah lengkap atau belum.
Kontrol pendarahan, jalan lahir apakah ada robekan.
Jahit robekan sesuai kebutuhan.
Pasien dirapikan ( diseka / dimandikan ).
Alat-alat dirapikan, direndam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit lalu dicuci.
Catatan semua tindakan.

PUSKESMAS
SINABOI

PENANGANAN KETUBAN PECAH DINI


Nomor Dokumen :

Nomor Revisi :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :

Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi

PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Penanganan ketuban pecah dini adalah tindakan yang


diberikan kepada ibu hamil lebih dari 20 minggu terjadi
pengeluaran air ketuban dan belum dalam persalinan.

TUJUAN

Mengantisipasi keadaan ibu hamil dengan tujuan supaya tidak


terjadi keadaan lebih fatal.

KEBIJAKAN

Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil atau ibu hamil resiko


tinggi.

PROSEDUR

1. Anamnesa.
2. Periksa keadaan umum ( monitor vital sign ), melakukan
palpasi dan pemeriksaan dalam.
3. Dengankan denyut jantung jani, hitung dan catat.
4. Monitor his, detak jantung janin, perdarahan
pervaginam.
5. Periksa laboratorium rutin.
6. Memberikan penjelasan supaya bed rest total.
7. Kolaborasi dengan dokter.
8. Penatalaksanaan sesuai umur kehamilan.
Umur kehamilan >37 minggu
Tunggu terjadi proses persalinan, bilasampai 6

jam belum terjadi persalinan lakukan induksi


( lihat protocol persalinan ), bila induksi gagal
lakukan SC
Umur kehamilan 28-36 minggu
a. Memberikan dexamethason 5mg im, diulang
12 jam selama 2 hari.
b. Observasi vital sign dan denyut jantung janin.
c. Memberi antibiotic.
d. Memberikan tokolitik
e. Tunggu partus spontan
Umur kehamilan 24-27 minggu persalinan harus
segera diakhiri, informed consent.

RUANG LINGKUP

Kamar bersalin
Ruang perawatan

PUSKESMAS
SINABOI

ABORTUS IMMINENS
Nomor Dokumen :

Nomor Revisi :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :

Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi

PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Adalah ancaman pengakhiran kehamilan ditandai dengan


pendarahan pervaginam ostium masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan.

TUJUAN

Mengantisipasi keadaan ibu hamil dengan tujuan supaya tidak


terjadi keadaan yang lebih fatal.

KEBIJAKAN

Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil atau ibu hamil resiko


tinggi.

PROSEDUR

a. Tirah baring, tidur baring merupakan unsur penting


dalam pengobatan karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanis.
b. Preparat progesterone 2-3x 1 tab setiap 8-12 jam.
c. Multivitamin.

PUSKESMAS
SINABOI

ABORTUS INCOMPLETE
Nomor Dokumen :

Nomor Revisi :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :

Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi

PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Adalah sebagian konsepsi telah keluar dari vakum uteri,


sebagian lagi masih tertinggal.

TUJUAN

Mengantisipasi keadaan ibu hamil dengan tujuan supaya tidak


terjadi keadaan yang lebih fatal.

KEBIJAKAN

Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil atau ibu hamil resiko


tinggi.

PROSEDUR

1. Perbaiki KU
2. Kosongkan uterus melalui tindakan curettage, informed
consent diperlukan sebelum melakukan tindakan
curretage.
3. Methylergometri maleat 3x1 5 hari.
4. Amoxyicillin 4x500 5 hari.
Pasca curettage pasien dirawat sehari.
Pasien abortus dapat diberikan cuti sakit paling
lama 2 minggu.
Jaringan konsepsi dapat dikirim ke lab PA
(Patologi Anatomi) bila memungkinkan.

PUSKESMAS
SINABOI

MISSED ABORTION
Nomor Dokumen :

Nomor Revisi :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :

Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi

PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Adalah abortus dimana embrio atau fetus telah meninggal


dalam kandungan, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya
masih tertahan dalam kaandungan selama 8 minggu atau
lebih.

TUJUAN

Mengantisipasi keadaan ibu hamil dengan tujuan supaya tidak

terjadi keadaan yang lebih fatal.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

PUSKESMAS
SINABOI

Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil atau ibu hamil resiko


tinggi.

1. Untuk pemeriksaan laboratorium lakukan pemeriksaan


CTBT.
2. Jika kadar haemoglobin rendahan darah segar.
3. Dilatasi dengan misoprostol 2 tablet sublingual,
evaluasi 6 jam, bila sudah ada pembukaan dilanjutkan
dengan kuretase.

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Nomor Dokumen :

Nomor Revisi :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :

Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi

PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Adalah keadaan dimana penderita muntah-muntah yang


berlebihan lebih dari 10 x dalam 24 jam atau setiap saat
sehingga menganggu kesehatan penderita.

TUJUAN

Mengantisipasi keadaan ibu hamil dengan tujuan supaya tidak


terjadi keadaan yang lebih fatal.

KEBIJAKAN

Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil atau ibu hamil resiko


tinggi.

PROSEDUR

1. Segera penderita dirawat, berikan cairan per infus


( glucose 5-10% dan NACL fisiologik)
2. Obat anti emetic, iv perinfus. Penerita dipuaskan
sampai muntah telah berkurang, diukur jumlah muntah
dan cairan yang diberikan dan diuresis dalam 24 jam.
Ukur balance cairan setiap hari.
3. Diet lunak
4. Multi vitamin
Lama perawatan :
Tergantung dengan penyulit yang telah didapat.

PUSKESMAS
SINABOI

PRE EKLAMSI BERAT


Nomor Dokumen :

Nomor Revisi :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :

Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi

PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001

PENGERTIAN

Preklampsia adalah patologi kehamilan yang ditandai dengan


TRIAS gejala yakni : hipertensi, oedema dan proteinuria yang
terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai segera
setelah persalinan.
Preeklampsia berat : Disebut preeclampsia berat jika terdapat
satu atau lebih keadaan berikut ini.
a.
b.
c.
d.
e.

Tekanan darah sistolik > 170 mmHg


Tekanan darah diastolic > 110 mmHg atau
Kenaikan tekanan sistolik > 60 mmHg
Kenaikan tekanan diastolic > 30 mmHg
Protein uria > 5 gr/1/24 jam atau + 4 dalam
pemeriksaan kualitatif
f. Oligouria < 500 ml/ 24 jam
g. Nyeri kepala yang berat
h. Edema yang massif
i. Edema paru
j. Gangguan visus dan cerebral
k. Nyeri epigastrium/ nyeri juadran atas abdomen,
muntah-muntah
l. Terdapat syndrome HELLP (Haemolysis, Elevated Liver
Enzymes and Low platelet count).

TUJUAN

Mengantisipasi keadaan ibu hamil dengan tujuan supaya tidak


terjadi keadaan yang lebih fatal.

KEBIJAKAN

Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil atau ibu hamil resiko


tinggi.

PROSEDUR

Penanganan umum

Jika tekanan distolik lebih dari 110 mmHg, berikan obat


antihipertensi, samapi tekanan diastolic diantara 90-100
mmHg
1. Pasang infuse dengan jarum ukuran besar
2. Ukur keseimbangan cairan, jaringan sampai overload
3. Pasang kateter urin untuk memantau pengeluaran urin
dan proteinurine
4. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/ jam
a. Hentikan pemberian MgSO4 dan berikan cairan IV
(Na C1 0.9 % atau RL) dengan kecepatan tetesan 1
liter/8 jam.

b. Pantau kemungkinan edema paru


5. Observasi tanda-tanda vital dan denyut jantung janin
tiap jam
6. Jika terjadi edema paru berikan injeksi furosemid 40 mg
IV sekali saja.

PUSKESMAS
SINABOI

EKLAMSIA

Nomor Dokumen :

Nomor Revisi :

JL. Sei Bakau

Tanggal Terbit :

Ditetapkan :
Kepala
Puskesmas Sonaboi

PROSEDUR
TETAP
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Adalah kejang atau koma yang menyertai keadaan


preeclampsia.

TUJUAN

Mengantisipasi keadaan ibu hamil dengan tujuan supaya tidak


terjadi keadaan yang lebih fatal.

KEBIJAKAN

Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil atau ibu hamil resiko


tinggi.

PROSEDUR

Penanganan kejang
1. Beri obat anti konvulsan
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang
3. Oksigen 4-5 1/ menit
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
5. Baringkan pasien pada sisi kiri untuk menghindari
resiko aspirasi
6. Setelah kejang aspirasi mulut dan tenggorokan jika
diperlukan.
ANTI KONVULSAN
1. MgSO4
Cara pemberian MgSO4:
a. Dosis awal :
1) MgSO4 4 gr I.V sebagai larutan 20% atau 40%
selama 5 menit
2) Segera diberikan larutan MgSO4 6 gr dilarutkan
dalam cairan infus RL 500 ml diberikan sekma 6
jam (untuk MgSO4 40 %, maka 10cc IV dan 15cc

b.

c.

d.

e.

drip)
3) Jika kejang berulang setelah 15 menit berikan mg
SO4 2 gr IV selama 2 menit.
Dosisi pemeliharaan
1) MgSO4 1-2 gr per jam perinfus
2) Lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam
pasca persalinan atau kejang berakhir
Berikan MgSO4 bila
1) Frekuensi pernapasan > 16 X/mnt
2) Reflek patela (+)
3) Urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
Hentikan pemberian MgSO4 jika:
1) RR < 16 X/mnt
2) Rfeleks patela (-)
3) Urin < 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
Antidotum
1) Jika terjadi henti nafas lakukan ventilas
2) Beri kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan
10%) pelan-pelan sampai napas mulai lagi

2. DIAZEPAM
a. Diazepam digunakan hanya jika MgSO4 tidak ada
b. Pemberian intravena
c. Dosis awal
1) Diazepam 20mg IV pelan-pelan selama 20 menit
2) Jika kejang berulang dosis awal
d. Dosis pemeliharaan :
1) Diazepam 40 mg dalam larutan RL 500 cc
perinfus
2) Jangan berikan dosis > 100mg/ 24 jam
e. Pemberian melalui rektum :
1) Jika pemberian IV tidak dimungkinkan diazepam
dapat diberikan per rektal dengan dosis awal 20
mg dengan semprit 10 ml tanpa jarum.
2) Jika konvulsi dalam 10 menit beri tambahan 10
mg/ jam tergantung pada berat pasien dan
respon klinik.

PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE


PUSKESMAS
SINABOI

No. Dokumen :

No. revisi : B

Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Halaman :

PROSEDUR

PENGERTIAN

TUJUAN

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
Pemeriksaan antenetal adalah pemeriksaan terencana dan
berkesinambungan pada ibu hamil untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Memberikan penyuluhan dan tindakan/intervensi agar
kehamilan berjalan sesuai dengan yang diharapkan
- Setiap ibu hamil dan menyusui agar dapat memelihara
kesehatan sebaik mungkin.
- Setiap ibu hamil dapat memeliharakan bayi sehat tanpa
gangguan apapun dengan cara yang terpilih dan kemudian
hari dapat merawat baayinya dengan baik.
- Menjaring kehamilan resiko tinggi dan mengupayakan
pengelolaan selanjutnya sehingga ibu hamil tidak jatuh
pada keadaan penyulit atau komplikasi yang berat atau
sampai meninggal

KEBIJAKAN

Persiapan Antenatal harus dilakukan secara matang dengan


mempersiapkan ruangan maupun alat-alat yang akan dipakai
sehingga dapat dilakukan pemeriksaan sebaik mungkin
dengan perhatian khusus pada aspek sayang ibu dan
pencegah infeksi.

PROSEDUR

Kunjungan baru
Identitas penderita :
Catat : Nama kecil ibu hamil, nama suami, umur, alamat,

pekerjaan ibu/suami.
Anamnesis :
- Keluhan utama : alasan datang ke klinik
- Riwayat haid : HPHT, siklus, perkiraan persalinan
( rumus Naegele : hari + 7, bulan 3, tahun + 1 )
- Riwayat perkawinan : berapa kali perkawinan dan
lamanya.
- Riwayat obstetri : mengenai kehamilan, persalinan
dan nifas.
- GravidaParitasAbortus.Anak
hidup..
- Umur anak kecil
- Macam persalinan terdahulu, penyulit.
- Riwayat keluarga/ penyakit keturunan : misalnya
kembar DM.
- Riwayat penyakit berat/ operasi yang pernah
diderita.
- Riwayat imunisasi yang pernah diterima.
- Riwayat KB yang pernah dan akan dilakukan. Berapa
anak yang diinginkan.
- Riwayat lain : sosial ekonomi, pendidikan.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : sesak, pucat, gizi.
Tanda Vital : tekanan darah, berat badan, tinggi badan, nadi,
suhu pernapasan.
Kelainan badan dan anggota badan : udem, pincang, kejang.
Pemeriksaan Obstetri :
( inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi )
Abdomen : bentuk dan arah pembesaran ( membujur,
melintang ), tinggi pembesaran,
Penentuan Diagnosis :
Gravid..Para.Abortus.Umur.Hamil..Bulan,
AnakHidup, intra uterin, letak anak ( kepala, sungsang,
lintang )
Belum / inpartu kalaberapa jam in perlu dengan kelainan
: Inertia uteri, Anemia, Pre Eklampsia dll.
Temuan lain / kelainan lain, missal : penyakit jantung, DM,
Hipertensi dsb.
Kunjungan Ulang :
Kunjungan ulang pelayanan antenetal dianjurkan minimal 4

kali selama kehamilan dengan interval sebagai berikut :


- Sebelum 27 minggu sekali sebulan.
- Kehamilan 28 minggu sampai 35 minggu 2 kali
sebulan.
- Kehamilan > 36 minggu sekali seminggu.
Pemeriksaan :
- Anamnesis : keluhan utama
- Pemeriksaan fisik : berat badan, tekanan darah,
tinggi fundus uteri, DJJ dan pemeriksaan yang
dikaitkan dengan keluhan yang ada.
Pemberian Medikamentosa :
Pemberian roborantia dan tablet besi : bagi setiap ibu hamil
- Vitamin B complex.
- Vitamin C.
- Sulfas ferrosus.
Pemberian obat penyulit kehamilan :
- Obat muntah : Perfenasin, Metoclopramid.
- Obat pusing : Paracetamol, Antalgin.
- Obat untuk preeclampsia : Diazepam.
- Obat untuk kontraksi ( Braxton hicks ) : Papaverin.
- Obat udem : Furosemide, HCT.
- Obat untuk penyulit lain : Antibiotika, dll.
Pemeriksaan Immunisasi :
- Vaksinasi dasar dengan Tektanus Toksoid 0,5 ccm,
diberikan 2 kali dengan selang waktu 4 minggu,
pada kedatangan yang pertama kali.
- Vaksinasi penguat ( Booster ) diberikan sekali pada
kehamilan berikutnya bila telah lebih 3 tahun dari
vaksinasi dasar.
- Suntikan dapat diberikan pada kunjungan pertama
atau paling lambat 2 minggu sebelum saat perkiraan
persalinan.
Penyuluhan kesehatan ibu hamil :
- Cara hidup sehat.
- Pentingnya pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali.
- Makanan sehat ibu hamil dan bayi.
- Proses laktasi dan manfaat ASI.
- Pemeliharaan payudara dan persiapan menyususi
( Breast Care ).
- Pengenalan kehamilan resiko tinggi.

Proses persalinan resiko tinggi.


Proses persalinan dan rawat gabung, dirawat inap.
Manfaat KB bagi kesejahteraan keluarga.

Indikasi Rawat Inap :


- Ibu hamil dengan tanda-tanda ancaman keguguran (
abortus imminens ), keguguran (abortus
inkompletus), ancaman persalinan prematur.
- Ibu hamil dengan kehamilan diluar kandungan.
- Ibu hamil dengan kasus patologik dirawat pada umur
kehamilan 38 minggu.
- Ibu hamil yang dangan tanda inpartu.
- Ibu hamil dengan preeclampsia berat / Eklampsia.
- Ibu hamil dengan hidramnion disertai sesak.
- Ibu hamil dengan pendarahan apapun penyebabnya.
- Ibu hamil dengan anemnia gravis.
- Ibu hamil dengan kehamilan janin intra uterin (IUFD).

DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT

PUSKESMAS
SINABOI

Catatan medis pasien.

1. Bagian kebidanan.

PERSIAPAN PERSALINAN NORMAL


No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY

NIP.19680127 200012 1 001


PENGERTIAN

Persalinan normal adalah suatu proses dimana janin cukup


bulan, dengan presentasi belakang kepala, masuk melalui
jalan lahir sesuai kurva partograf normal dan lahir secara
spontan melalui vagina.

TUJUAN

Untuk dapat melaksanakan persalinan kala satu, kala dua,


kala tiga dan empat secara fsiologis, menggunakan partograf
sebagai alat pemantau proses persalinan dan mengenal
penyulit secara komplikasi yang timbul selama proses
persalinan.

KEBIJAKAN

Persiapan persalian normal harus dilakukan secara matang


dengan mempersiapkan ruangan maupun alat-alat yang akan
dipakai sehingga dapat dilakukan perslinan sebaik mungkin
dengan perhatian khusus pada aspek sayang ibu dan
pencegah infeksi.

PROSEDUR

A. PERSALINAN RUANGAN
1. Ruangan yang cukup hangat, dengan sirkulasi udara
yang baik sebagai tempat persalinan.
2. Sumber air bersih yang mengalir.
3. Kamar mandi yang bersih.
4. Ruangan yang cukup untuk ibu berjalan-jalan selama
proses persalinan.
5. Ruangan yang bersih untuk perawatan bayi baru
lahir.
6. Cahaya atau penerangan yang cukup akan
dibutuhkan baik siang maupun malam.
B. PERSIAPAN PASIEN
1. Baju pasien diganti dengan baju khusus untuk
dipakai diruang persalinan.
2. Mengosongkan kandung kencing.
3. Pemeriksaan darah rutin.
4. Penjelasan pada pasien.
a. Memberikan informasi dan penjelasan tentang
tatacara proses persalinan normal yang akan
dilakukan.
b. Memberikan informasi dan penjelasan tentang
hasil diagnosis pasien.
c. Memberikan informasi tentang alternatif tindakan

medis lain yang tersedia serta resikonya apabila


persalian yang normal sulit dilakukan.
d. Memberikan informasi tentang prognosis
persalinan yang akan dilakukan.
e. Memberikan kesempatan pada pasien dan
keluarganya untuk mendapatkan penjelasan
ulang.
C. PERSIAPAN PENOLONG
1. Baju bersih untuk penolong persalinan.
2. Periksa dalam vagina ulang untuk menilai kemajuan
persalinan.
3. Melengkapi catatan medis dan partograf.
D. PERSIAPAN ALAT
1. Sarung tangan steril dan kapas sublimat.
2. Partus set dan jahit set.
3. Sabun dan deterjen.
4. Larutan klorin 0,5 %.
5. Laenec atau fatalphone.
6. Formulir fartograf.
7. Alat suntik steril 5cc.
8. 1 ampul oksistosin.
9. 1 ampul metal ergometrin.
10.2 ampul lidokain 1 %.
11.Jarum dan benang jahit episiotomi ( Chomic catgut
3,0 ).
12.Tempat palsenta.

DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT

PUSKESMAS
SINABOI

Catatan medis pasien.

2. Bagian pediantri
3. Bidang perawatan
4. Bagian kebidanan.

TEKNIK PERSALINAN NORMAL

No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Persalinan normal adalah suatu proses dimana janin cukup


bulan, dengan presentasi belakang kepala, masuk melalui
jalan lahir sesuai kurva partograf normal dan lahir secara
spontan melalui vagina.

Untuk dapat melaksanakan persalinan kala satu, kala dua,


kala tiga dan empat secara fsiologis, menggunakan partograf
sebagai alat pemantau proses persalinan dan mengenal
penyulit secara komplikasi yang timbul selama proses
persalinan.

Menggunakan srandart APN / APD

I.Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua


1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua :
Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat
pada rectum dan/atau vaginanya.
Perineum menonjol.
Vulva vagina dan sfingter anal membuka.
II.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan


2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan
esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosis
10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali
pakai didalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemak plastik yang
bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah
siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air
bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan

dengan handuk satu kali pakai / pribadi yang bersih.


5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi.
Memakai sarung tangan disinfeksi atau steril untuk
semua pemeriksaan dalam.
6. Menghisap oksitosis kedalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril )dan meletakannya kembali dipartus sewadah
disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
menkontaminasi tabung suntik.
III.

Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin


Baik.
7. Membersihkan vulva dan verineum, menyekanya
dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan
menggunakan kapas/kassa yang sudah dibasahi air
disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum
atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara
menyeka dari atas kebelakang. Membuang kapas /
kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
Mengganti sarung tangan dengan benar didalam
larutan dekontaminasi (langkah 9).
8. Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pebukaan servik sudah lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasikan sarung tangan dengan cara
mencelup tangan yang masih memakai sarung
tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan tebalik serta
merendamnya didalam larutan klorin 0,5 selama 10
menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).
10.Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah
kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal (100-800X/menit).
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan
dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada patograf.

IV.

Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses


Pimpinan Menekan
11.Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam


posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan
pedoman persalianan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana
mereka dapat mendukung dan member semangat
kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12.Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi
ibu untuk meneran. ( pada saat ada his, bantu ibu
dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman ).
13.Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran.
Memimbing ibu untuk meneran saat ibu
mempunyai keinginan untuk meneran.
Mendukung untuk memberi semangat atas usaha
ibu untuk meneran.
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman
sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring
melentang).
Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara
kontraksi.
Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan
member semangat kepada ibu.
Menganjurkan hidrasi per oral.
Menilai DJJ setiap lima menit.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum
akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2
jam) mneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1
jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
V.

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


14.Jika kepala bayi telah terlihat di vulva 5-6 cm,
meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
15.Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian,
dibawah bokong ibu.
16.Membuka partus set.
17.Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan.

VI.

Menolong Kelahiran Bayi

18.Saat kepala bayi terlihat divulva 5-6 cm, melindungi


perincum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,
meletakan tangan yang lain dikepala bayi dan
lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat
pada kepala bayi, membiyarkan kepala keluar
perlahan-lahan menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.
19.Dengan lembut mengusap muka, mulut dan hidung
bayi dengan kain, / kassa yang bersih.
20.Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi dan kemudian
meneruskan segera proses kelahiran bayi :
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,
mengklemnya didua tempat, dan memegangnya.
21.Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
Lahirnya Bahu.
22.Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
tempatkan kedua tangan dimasing-masing sisi muka
bayi, mengajurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menarikannya kearah
bawah dan kearah luar hingga bahu anterior muncul
dibawah arkus publis dan kemudian dengan lembut
menarik keatas dan kearah luar untuk melahirkan
bahu posterior
Lahirnya Badan dan Tungkai.
23.Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusuri tangan
mulai tangan mulai kepala bayi yang berada dibagian
bawah kearah perineum tangan, membiarkan bahu
dan lengan posterior lahir ketangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran-kelahiran siku dan tangan
bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian
bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan,
menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
24.Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan
yang ada diatas (anterior) dari punggung kearah kaki
bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki
lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dan dengan
hati-hati membantu melahirkan kaki.

VII.

Penangan Bayi Baru Lahir


25.Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan
bayi keatas perut ibu dengan posisi kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat
terlalu pendek, letakkan bayi ditempat yang
memungkinkan).
26.Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan
badan bayi kecuali bagian tali pusat.
27.Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm
dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat
mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem
kedua 2cm dari klem tersebut.
28.Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi
bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara
dua klem tersebut.
29.Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,
menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat
terbuka, jika bayi kesulitan bernafas, harus
mengambil tindakan yang sesuai.
30.Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan
ibu untuk memeluk bayinya untuk memulai
pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

VIII.

Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga


Oksitosin
31.Meletakan kain yang bersih dan kering melakukan
palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan
adanya bayi kedua.
32.Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33.Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi,
memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha
kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya
terlebih dahulu.
Pemegangan Tali Pusat Terkendali
34.Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm
dari vulva.
35.Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada diperut
ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan
tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dengan
klem tangan yang lain.
36.Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian
melakukan penegangan kearah bawah pada tali pusat
dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan

arah pada bagian bawah uterus dengan cara


menekan uterus kearah atas dan belakang ( dorsokronia) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversior uteri, jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, menghentikan pemegangan tali
pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau
seseorang anggota keluarga untuk melakukan
rangsangan puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37.Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk
meneran sambil menarik tali pusat kearah bawah dan
kemudian kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir
sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada
uterus.
Jika tali pusta bertambah panjang, pindahkan
klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari kurva.
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan
penegangan tali pusat selama 15 menit :
- Mengurangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
- Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi
kandung kemih dengan menggunakan teknik
aseptik jika perlu.
- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
- Mengulangi penegangan tali pusat selama 15
menit berikutnya.
- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam
waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
38.Jika plasenta terlihat di intoitus vagina, melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua
tangan, memegang dengan kedua tangan dan hatihati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin, dengan lembut perlahan dan perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung
tangan disefeksi tingkat tinggi atau steril dan
memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem
atau forsep disinfeksi tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Masase Uterus
39.Setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
melakukan masase uterus, meletakkan telapak
tangan difundus dan melakukan masase dengan
gerakkan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus menjadi keras).


IX.

Menilai Perdarahan
40.Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel
keibu maupun kejanin dan selaput ketuban untuk
memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan
utuh. Meletakan plasenta kedalam kantung plastic
atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan
masase selama 15 detik mengambil tindakan yang
sesuai.
41.Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan
perineum dan segera menjahit laserasi yang
mengalami perdarahan aaktif.

X.

Malakukan Prosedur Pasea Persalinan


42.Menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi
dengan baik. Mengevaluasi perdarahan per vagina.
43.Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung
tangan kedalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua
tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan
dengan kain yang bersih dan kering.
44.Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi
atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingat
tinggi dengan simpul mati disekeliling tali pusat
sekitar 1 cm dari pusat.
45.Mengikat satu lagi simpul mati dibagian tali pusat
yang berseberangan dengan simpul mati yang
pertama.
46.Melepaskan klem bedah dan meletakannya didalam
larutan klorin 0,5%.
47.Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian
kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih
dan kering.
48.Menganjurkan ibu untuk mulai pemberian ASI.
49.Mengajarkan pada ibu/ keluarga bagaimana
melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi
uterus.
50.Mengevaluasi kehilangan darah.
51.Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung
kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama
pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam
kedua pasca persalinan.
Memeriksa suhu tubuh ibu sekali setiap jam selam

dua jam pertama pasca persalinan.


Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan
yang tidak normal.
Kebersihan dan Keamanan
52.Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan
membilas peralatan setelah didekontaminasi.
53.Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi
kedalam tempat sampah yang sesuai.
54.Membersihkan ibu dengan menggunakan air
disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan
ketuban, lender, dan darah, membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
55.Memastikan bahwa ibu nyaman.Membantu ibu
membersihkan ASI. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minum dan makanan yang
diinginkan.
56.Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk
melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas
dengan air bersih.
57.Mecelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan
klorin 0,5% dan membalikan bagian kedalam keluar
dan merendamnya didalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
58.Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air
mengalir.
Dokumentasi
59.Melengkapi partograf (bagian depan dan belakang).

DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT

Catatan medis pasien.

1. Bagian Pediantri
2. Bidang perawatan
3. Bagian kebidanan.

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR TINDAKAN PERSALINAN


SUNGSANG PERPAGINAM
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

TUJUAN

Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong


sebagai bagian terendah.
Dikenal beberapa macam letak sungsang yaitu :
1. Letak bokong (Frank breech )
2. Letak sungsang sempurna ( Complete breech )
3. Letak sungsang tidak sempurna ( Incomplete breech ).

a. Memberikan pelayanan persalinan sungsang


b. Memilih persalinan sungsang akan diakhiri dengan
pervaginam atau parabdominal.

c. Mengenali komplikasi persalinan sungsang.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Sebelum tindakan persalinan sungsang dilakukan,


dipertimbangkan secara matang indikasinya dengan resiko
yang mungkin terjadi.

A. Persiapan Pasien
1. Pasang infus line
2. Baringkan pasien pada posisi litotomi dimeja tindakan
3. Asapsis daerah genitalia.
B. Persiapan Alat
1. Mempersiapkan alat-alat termasuk sendok forceps
piper neagele gunting episiotomi, partus set, jahit set,
oksigen dan alat resusitasi bayi.
2. Menyiapkan obat-obatan yang diperlukan durante
tindakan.
C. Persiapan Penolong
1. Memakai jas, topi, masker
2. Cuci tangan dan memakai sarung tangan steril.
D. Persiapan Tim
1. Menyiapkan dokter anastesi dan dokter anak
2. Menyiapkan paramedis kebidanan
3. Dilakukan di VK kamar tindakan.
Jenis Persalinan Sungsang Pervaginam adalah :
a. Persalinan spontan (Spontananeous breech)
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri
(Cara Brach)
b. Persalinan yang dibantu (assisted breech delivery, parial
breech extraction)
c. Ekstraksi sungsang (total breech extraction)
Janin dilahirkan seluruhnya dengan jasa penolongan.
A. PERSALINAN SUNGSANG CARA BRACIT
1. Ibu dalam posisi linotomi, penolong berdiri didepan
vulva saat ada his ibu dipimpin mengejan.
2. Saat bokong membuka vulva, lakukan epsisotomi
(dengan anestesi lokal sebelumnya).
3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram
dengan cara kedua ibu jari penolong sejajar sumbu
panggul, sedangkan jari-jari lain memegang belakang
punggul.
4. Pada waktu tali pusat lahir dan teregang, segera
kendorkan tali pusat tersebut.
5. Kaki, bokong dan badan janin diangkat dengan kedua

tangan penolong dan disesuaikan dengan sumbu


panggul ibu (melengkung ventro-kranial kearah perut
ibu) sehingga berturut-turut lahir pusat, dada, bahu
dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.
Prosedur bantuan pada persalinan sungsang cara Bracht ini
adalah episiotomi dan kalau perlu boleh dilakukan dorongan
kristeller.
B. PERSALINAN SUNGSANG YANG DIBANTU (ASSISTED
BREECH DELIVERY/ PARTIAL BREECH EXTRACTION)
Terdapat 3 tahap prinsip persalinan sungsang dengan
bantuan, yaitu:
1. Tahap I, pertolongan bokong sampai tulang belikat
terdapat pada vulva (disini pertolongan sesuai dengan
cara Bracht).
2. Tahap II, mengeluarkan bahu dan tangan sesuai
dengan letak bahu dan letak janin.
3. Tahap III, mengeluarkan kepala sesuai dengan posisi
kepala janin.
Ad 1. Seperti pada pesalinan sungsang cara Bracht
Ad 2. Mengeluarkan bahu dan lengan janin.
a. Cara Muller
Apabila kedua lengan berada didepan badan janin maka
persalinan cara muller dapat dilakukan, prinsip cara
muller adalah mengeluarkan lengan depan terlebih
dahulu dengan badan janin ditarik kearah yang
berlawanan jika lengan belum keluar, keluarkan lengan
dengan cara mengusap lengan atas janin dengan dua
jari tangan penolong berfungsi sebagai spalk. Setelah
lengan keluar, angkat kedua kaki bayi kedepan
berlawanan dengan letak bahu belakang sehingga
lengan belakang keluar.
b. Cara klasik
Klasik terutama dilakukan bila kedua lengan tidak cara
berada didepan janin, misalnya pada keadaan lengan
menjungkit/lengan tengkuk. Prinsip peneluaran lengan
secara klasik adalah bahwa lengan jenis diletakkan
pada panggung bagian belakang karena daerah ini lebih
luas dibandingkan dengan panggung bagian depan.
Angkat kedua kaki janin sesuai dengan posisi bahu
depan. Dengan dua jari telusuri lengan atas yang
berlawanan (belakang) dan usap lengan atastersebut
dengan tujuan mengeluarkan lengan belakang. Setelah
keluar, pegang kedua kaki dengan tangan dan lain dan

ayun (kebawah kemuadian keatas lagi) sehingga bahu


dapat menjadi bahu belakang, dengan demikian kedua
kaki berada pada daerah yang berlawanan dengan
bahu. Cara ini dilakukan bila lengan janin dalam
keadaan menjungkit pada keadaan lengan tengkuk,
diupayakan agar lengan janin menjadi lengan
menjungkit ( keluar dari daerah tengkuk) dengan cara
memutar badan janin menjahui lengan tengkuk.
c. Cara lovset
Karena memutar bahu janin dengan cara klasik pada
umumnya sukar dan berat, maka lovset mengajukan
cara untuk memutar bahu yang lebih mudah, yaitu
dengan cara kedua tangan penolong mencengkam dan
dengan kedua ibu jari sejajar dan berdekatan dengan
punggung janin kemudian diputar sesuai dengan tujuan
tindakkan yang dikehendaki.
Ad.3. Melahirkan kepala yang tertinggal (after coming head)
Sebelum melakukan tindakan, lakukan peserta dalam
vagina untuk mengetahui posisi dagu janin sebagai titik
penunjuk (point of direction).
a. Cara mauriceau (vet-smelie)
Pada cara mauriceau ini kepada janin diupayakan
agar tetap dalam keadaan fleksi secara pemutaran
kepala janin tersebut sesuai dengan putaran paksi
dalam.
Teknik pelaksanaan
- Tangan operator yang berhadapan dengan muka
janin ditempatkan dibawah janin (untuk menopang
badan janin) dengan kedua kaki janin berada dikiri
dan kanan lengan operator tersebut. Jari tengah
operator dimasukan kedalam mulut atau
ditempatkan diatas maksila janin. Sedang jari
telunjuk dan jari manis mencekam fossa kanina.
Posisi tangan operator ini berfungsi untuk
memastikan agar kepala janin tetap dalam keadaan
fleksi (kalau perlu operator jongkok). Selain itu
tangan operator ini juga dapat mengadakan putaran
paksi dalam kepada janin sesuai penurunan janin
dalam panggul.
- Tangan operator yang lain mencengkam bahu janin
dari arah punggung dan digunakan terutama untuk
mengadakan traksi.

DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT

Setelah putaran paksi selesai. Dilakukan teraksi


sampai aksiput lahir dibawah simpisis. Badan janin
sedikit demi sedikit dielevasi keatas dengan
suboksiput sebagai hiponukleon.
Seringkali diperlukan tekanan diatas simfisis
langsung pada kepala janin (deSnoo) untuk
membantu pengeluaran kepala janin tersebut.

Rekam Medis Pasien.

1. Bagian Anestesi
2. Bagian Perinatologi
3. Bagian Obstetri Ginekologi

PUSKESMAS
SINABOI

PERSIAPAN TINDAKAN EKSTRAKSI


VAKUM
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Persiapan tindakan ekstraksi vakum adalah hal-hal yang harus


disiapkan sebelum dilakukan tindakan ekstraksi vakum.

TUJUAN

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan ibu dan janin


sehingga angka morbilitas dan mortalitas ibu dan janin dapat
ditekan serendah mungkin.

KEBIJAKAN

Persiapan tindakan ekstraksi vakum harus dilakukan secara


matang dan dipertimbangkan secara teliti indikasinya dengan
resiko yang mungkin terjadi.

PROSEDUR

A. Persiapan Pasien
1. Pasang infus line
2. Baringkan pasien pada posisi litotomi dimeja tindakan.
B. Persiapan Alat
1. Mempersiapkan alat-alat termasuk vakum set, gunting,
episiotomi, partus set, jait set dan alat resusitasi bayi.
2. Menyiapkan obat-obatan yang diperlukan durante
tindakan.
Standar Peralatan Ekstraksi yaitu :
1. Mangkuk (CUP)
Mangkuk ini digunakan untuk membuat kapuk
suksedancum buatan sehingga mangkuk dapat

mencekam kepala janin.


Rantai Penghubung
Rantai penghubung tersebut dari logam dan berfungsi
menghubungkan mangkuk dengan pemegang.
3. Pipa Penghubung
Terbuat dari karet atau plastik yang kendur, tidak akan
berkerut tekanan negatif. Pipa penghubung berfungsi
sebagai penghubung tekanan negative mangkuk
dengan botol.
2.

4. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan
tempat penampungan cairan yang ikut terseret cairan
ketuban.
5. Pompa Penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun
listrik.

DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT

Rekam Medis Pasien.

1. Bagian Anak
2. Bagian Obstetri Ginekologi
3. Kamar tindakan VK/ICU/UGD/UP3 (sesuai kebutuhan)

PUSKESMAS
SINABOI

PERSIAPAN TINDAKAN EKSTRAKSI


FORSEPS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Persiapan tindakan ekstraksi forsept adalah hal-hal yang harus


disiapkan sebelum dilakukan tindakan ekstraksi forseps.

TUJUAN

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan ibu dan janin


sehingga angka morbilitas dan mortalitas ibu dan janin dapat
ditekan serendah mungkin.

KEBIJAKAN

Persiapan tindakan ekstraksi forseps harus dilakukan secara


matang dan dipertimbangkan secara teliti indikasinya dengan
resiko yang mungkin terjadi.

PROSEDUR

A. Persiapan Pasien
1. Pasang infus line
2. Baringkan pasien pada posisi litotomi dimeja tindakan.
B. Persiapan Alat
1. Mempersiapkan alat-alat termasuk vakum set, gunting,

episiotomi, partus set, jait set dan alat resusitasi bayi.


2. Menyiapkan obat-obatan yang diperlukan durante
tindakan.
C. Persiapan Tim
1. Menyiapkan dokter anastesi dan anak
2. Menyiapkan paramedic kebidanan.

DOKUMEN
TERKAIT

UNIT TERKAIT

Rekam Medis Pasien.

1.
2.
3.
4.

Bagian Anestesi
Bagian Anak
Bagian Obstetri Ginekologi
Kamar tindakan VK/ICU/UGD (sesuai kebutuhan)

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR TETAP PENGELOLAAN


PERDARAHAN ANTEPARTUM
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

KEBIJAKAN
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 22
minggu sehingga melahirkan.
Perdarahan antepartum dapat berasal dari :
1. Kelainan Plasenta
Plasenta Previa : Plasenta yang terletak didekat atau menutupi baik
sebagian atau keseluruhan dari ostium uteri internum.
Solusio plasenta : lepasnya plasenta dari dinding uterus yang terjadi lebih
awal sebelum lahirnya janin.
Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya :
- Insesio vilamentosa
- Rupture sinus margenalis
- Plasenta sirkumvalva
- Vasa previa apabila pembuluh darah dari janin menutupi ostium uteri
internum.
2. Tidak bersumber pada kelahiran plasenta :
Varises pecah
Erosion porsionis uteri

Polypus servisis uteri


Kelainan faktor pembekuan darah

TUJUAN
1. Mengetahui penyebab perdarahan antepartum
2. Memberikan perawatan yang utama dan kegawatdaruratan pada pasien
dengan perdarahan antepartum dan memilih perawatan secara konservatif
atau aktif.
3. Mengenali komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin.

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR TETAP PENGELOLAAN


PERDARAHAN ANTEPARTUM
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENANGANAN
UMUM

Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat karena


pendarahan antepartum merupakan komplikasi yang
dapat membahayakan ibu dan janin.
Setiap kasus perdarahan antepartum memerlukan rawat
inap dan penatalaksanaan segera.
Lakukan restorasi cairan dan darah sesuai dengan
keperluan untuk memenuhi depisit cairan dan tingkat
gawat darurat yang terjadi. Berikan resusitasi cairan
ringer laktat atau saline dengan kateter intravena no 16
atau 18.
Dapat diberikan O2 pada semua pasien dengan hipotensi
untuk menghindari hipoksia pada janin.
Dilakukan pemeriksaan laboraturium terutama darah rutin

(Hb, Lekosit, Trombosit) dapat ditambahkan pemeriksaan


ureum, creatinin, dan elektriolit (Na, K, CI) apabila akan
dilakukan operasi cito untuk kepentingan anestesi.
Tegakkan diagnosis kerja secara cepat dan akurat
Pemantaun keadaan janin harus terus menerus dilakukan.
Tindakan konservatif dilakukan selama kondisi masih
memungkinkan dan mengacu pada upaya untuk
memperbesar kemungkinan hidup bayi dikandungan.
Pada kondisi yang sangat gawat. Keselamatan ibu
merupakan pertimbangan yang paling utama.
DIC harus disingkirkan terutama pada kasus janin mati,
apabila terjadi koagulopati dikoreksi secara cepat dengan
fresh frozen plasma. Apabila telah dilakukan koreksi maka
persalinan segera dimulai.

PLASENTA PREVIA
Terapi Konservatif
Tujuannya supaya janin tidak lahir premature.
Syarat-syarat terapi konnservatif :
- Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti.
- Belum ada tanda-tanda inpartu.
- Keadaan umum ibu cukup baik (Hemodinamik Stabik)
- Janin masih hidup.
Dilakukan rawat inap tirah baring
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implansi
plasenta, profil biofisik, letak presentasi janin dan usia
kehamilan.
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta
masih berada disekitar ostium uteri internam. Maka
dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu
dilakukan opservasi dan konseling untuk kemungkinan
mengahdapi keadaan gawat darurat.
Bila pendarahan berhenti dan waktu untuk mencapai usia
kehamilan 37 minggu masih lama, pasien dapat
dipulangkan untuk rawat jalan 1 minggu sekali.

PENANGANAN
KHUSUS

Terapi Aktif
Perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus
segera ditandatangani secara aktif tanpa memandang
matusirtas janin.
Dapat dilakukan dengan 2 cara :

PENYULIT

DOKUMEN
TERKAIT
UNIT
TERKAIT

PUSKESMAS
SINABOI

Perabdominal (Seetio Cesaria)


Pervaginam pada plasenta letalis margenalis dengan
pembukaan 3 cm dengan presentasi kepala dengan
melakukan amniotomi dan akselerasi dengan infus
oksitosin.
Pada persalinan pervaginam :
- Dilakukan amniotomi dan diikuti pemberian oksitosin
(apabila tidak disertai adanya his)
- Apabila pembukaan lengkap atau hampir lengkap,
kepala sudah turun II III-IV.

Syok hemoragik
Anemia
DIC
Gawat janin
Prematuritas
Sepsis
Emboli

Rekam Medis Pasien.

1. Unit Gawat Darurat


2. Poliklinik Antenetal
3. Ruang Perawatan Antenetal.

PENGELOLAAN PERDARAHAN
PASCA PERSALINAN
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Usaha untuk menghentikan perdarahan pasca persalinan dan

mengatasi komplikasinya.

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah / mengatasi syok
3. Mengganti darah yang kurang.

Pengelolaan perdarahan harus dilakukan dengan cepat dan


tepat dengan melibatkan seluruh tenaga dan fasilitas yang
ada.

1. ABC (Airway Breathing Circulation)


- Ajak bicara dan awasi pasien
- Monitor tanda vital
- Ingatlah adanya respon konpesasi yang baik dari
penderita sehingga mengurangi penilaian /
kewaspadaan dari penolong
- Pasang infus dengan IV kateter ukuran besar
(no.16/18)
- Guyur dengan cairan kristaloid
- Priksa darah rutin, crossmatch, bila dimungkinkan
periksa studi koagulasi.
2. Menilai fundus (bersamaan dengan langkah 1)
- Bila fundus lembek, mulailah dengan kompresi
bimanual.
- Eksplorasi uterus untuk menyingkirkan kemungkinan
sisa plasenta, jendalan darah, inversion uteri atau
rupture uteri
3. Kosongkan kandung kemih dapat membantu penilaian dan
melakukan langkah-langkah dalam penatalaksanaan
perdarahan post partum.
4. Bila uterus masih tetap lembek. Mulailah intervensi
menggunakan obat-obatan.
5. Bila uterus masih tetap lembek dan uterus belum
dieksplorasi lakukanlah sekarang untuk menyingkirkan
jendalan darah, ruptura uteri atau inverssio uteri.
6. Bila uterus masih lembek dan pendarahan masih tetap
berlanjut, berikan:
- Injeksi ergot 0,25 mg IM atau 0,125 mg IV (maksimum
tiap 5 menit)
Jumlah kumulatif maksimum 1,25 mg
Dapat menghambat usaha untuk eksplorasi uterus
oleh karena timbul kontraksi tetani.
7. Bila uterus sudah kuat kontraksinya dan pendarahan
masih berlanjut, eksplorasi traktus genital dibawah :

Analgesia harus diberikan secara cepat


Penerangan yang baik dan daerah paparan harus jelas
Bila ada leserasi vagina atau serviks lakukan tindakan
penjahitan yang sesuai.
8. Bila pendarahan berlanjut dan berasal dari uterus yang
berkontraksi kuat, lakukanlah penilaian faktor-faktor
koagulasi bila nilai pembekuan darah abnormal. Koreksi
dengan FFP (Fresh Fronzen Plasma), bila pembekuan darah
normal :
- Persiapkan Operasi
- Singkirkan kemungkinan rupture uteri atau bekas
operasi yang tidak adekuat.
- Siapkan untuk pengikatan uterinal / hipogastrika.

DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT

Rekam Medis Pasien.

1. Apotik

PUSKESMAS
SINABOI

HAMIL DENGAN PENYAKIT


JANTUNG
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

PROSEDUR

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

TUJUAN

Ibu hamil dengan penyakit jantungmerupakan salah satu


penyebab kematian ibu oleh karena perubahan fisiologik ibu
hamil, persalinan dan nifas akan meningkatkan konflikasi dan
derajat penyakit tersebut.

Memberikan penatalaksanaan dini pada ibu hamil dengan


penyakit jantung.
Melakukan rencana persiapan penatalaksanaan persalinan
dan nifas ibu hamil dengan penyakit jantung.
Mendeteksi faktor-faktor resiko dan penyulit selama
kehamilan, persalinan dan nifas dari penyakit jantungnya.

KEBIJAKAN

Dengan pemantauan melekat dan asuhan selama hamil,


persalinan dan nifas dapat mencegah kematian ibu.

PROSEDUR

PENANGANAN UMUM
Segera buat perencanaan untuk mengatasi masalah :
- Ibu dibaringkan pada sisi kiri
- Pasang infus dan berikan cairan terbatas (NaCI
fisiologik atau RL)
- Diberikan oksigen dengan masker 4-6 L/menit
- Observasi nadi, tekanan darah dan perbafasan.
Nilai perubahan kardiovaskuler yang terjadi.
Buat perencanaan tatalaksana untuk membatasi
perubahan tersebut.
Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
prognosis dan manajemen.
Adanya kenaikan volume darah dan curah jantung sampai
50% pada awal trimester ke-3.
Atasi segera gagal jantung akut :
- Posisi setengah duduk
- Berikan O2 (dengan masker) 6 liter/menit
- Obat-obatan : Morfin, nitrogliselin, furosemid IV,
digoksin
- Torniket, bila perlu flebotomi.
Gagal jantung
Kausa gagal jantung dalam kehamilan :
- Hipertensi
- Anemia
- Penyakit jantung.

UNIT TERKAIT

1.
2.
3.
4.

Bagian obstetri dan genekologi


Penyakit jantung
Anestesi
Keperawatan.

PUSKESMAS
SINABOI

HAMIL DENGAN ASMA


No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

TUJUAN

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon


trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan
manisfestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah baik secara spontan maupun
sebagai hasil pengobatan.

Memberikan penatalaksanaan dini pada ibu hamil dengan


asma.
Melakukan rencana persiapan penatalaksanaan persalinan
dan ibu hamil dengan asma.
Mendeteksi faktor-faktor resiko dan penyulit selama
persalinan, kehamilan dan nifas yang dapat menimbulkan
serangan asma.

KEBIJAKAN

Dengan pemantauan mekat dan asuhan pada ibu selama


hamil persalinan dan nifas dapat mencegah kematian ibu.

PROSEDUR

PENANGANAN UMUM
Segera buat perencanaan untuk mengatasi masalah :
- Ibu dibaringkan pada sisi kiri
- Pasang infus dan berikan cairan terbatas (NaCI fisiologik)
- Diberikan oksigen dengan masker 4-6 L/menit
- Observasi nadi, tekanan darah dan perbafasan.
PENANGANAN KHUSUS
- Berikan therapy inhalasi kortikosterid, Brokodilator dan
aminofilin.
- Suntikan kartison : Betametrasol (Terbutaline 2,5 mg oral
setiap 4-6 jam atau 250 mg setiap 15 menit dalam 3
dosis) untuk menghilangkan spasme bronkus.
- Pemeriksaan fotothoraks dan laboratorium.
- Gunakan alat monitor fungsi vital.
- Bila perlu lakukan perawatan intensif.
PERSALINAN

UNIT TERKAIT

Selama proses persalinan obat asma tetap diberikan.


Jika diberikan analgesik untuk persalinan digunakan
analgesik yang Non-histamine narcoties seperti fantanyl.
Persalinan dilakukan dengan peringan kala II
Bila terjadi perdarahan postfartum gunakan uterotonika
selain prostaglandin F2a.

1. Bagian obstetri dan genekologi


2. Penyakit dalam
3. Keperawatan.

PUSKESMAS
SINABOI

NIFAS NORMAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

TUJUAN

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta


dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil.

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun


fisikologik.
Melaksanakan skilling yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluaraga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat.
Memberikan pelayanan keluarga berencana.

KEBIJAKAN

Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi


masa nifas dapat mencegah beberapa kematian dini.

PROSEDUR

PENGELOLAAN
Riwayat Ibu :
Riwayat Persalinan
Riwayat Sosial
Pemeriksaan Fisik :
Umum (Verises, edema, refleks)
Payudara
Perut
Vagian

Lokhea
Miksi dan defekasi
Oedem atau pembengkakan pada tungkai
Pemeriksaan Laboratorium :
Riwayat Bayi
Nilai Apgar
Menyusui
Buang air besar
Tidurnya
Pemeriksaan Fisik :
Panjang badan
Berat badan
Suhu
Denyut jantung
Refleks
Aktivitas
Kulit
Mata
Tali pusat
Skining untuk ketidaknormalan.
PENANGANAN
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada
ibu :
Kebersihan diri
Istirahat
Latihan
Gizi
Perawatan
Hubungan perawat/rumah tangga
Keluarga berencana

PENYULIT

PEBRIS PUERPERALIS
Kenaikan suhu badan askiler sampai 38 C atau lebih.

PUSKESMAS
SINABOI

RETENSIO URIN
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Retensio urin adalah ketidakmampuan


mengeluarkan air kemih secara spontan.

TUJUAN

1. Menentukan diagnosis retensio urin.


2. Melakukan pengelolaan retensio urin.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

seseorang

untuk

1. ANAMNESIS
1. Adanya ketidakmampuan mengeluarkan urin setelah
lebih dari 6 jam partus pervaginam atau setelah lebih
dari 6 jam pasca pemasangan kateter menetao.
2. Adanya keluhan kencing sedikit tidak lempis.
3. Adanya keluhan perut bagian bawah yang bertambah
besar disertai nyeri.
2. PEMERIKSAAN FISIK
1. Masa pada daerah suprasimpisis.
2. Kadang didapatkan nyeri tekan.
3. Masa tersebut cendrung pada daerah mediana.

PENYULIT

UNIT TERKAIT

Rekam Medis Pasien.

1. Poliklinik.
2. UDG Obgin.
3. Bangsal Genekologi.

PUSKESMAS
SINABOI

HISTEREKTOMI VAGINAL
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Histerektomi vaginal adalah prosedur operasi pengangkatan


uterus melalui vaginal.

TUJUAN

1. Mengangkat Uterus
2. Mencegah pendarahan massif atau kehilangan darah yang
tak perlu
3. Mencegah kontaminasi bakteri pada daerah operasi
dengan menggunakan teknik asepsis yang ketat
4. Mengembalikan anatomi normal pada tingkat yang
mungkin
5. Mempertahankan atau memperbaiki fungsi dan untuk
mencegah disfungsi post operatif
6. Mendeteksi dan mengoreksi penyakit dan abnormality
lain.

PETUGAS
PELAKSANAAN

Tenaga Medis dibagian Obstetri dan Ginekologi Puskesmas


Sinaboi.

PROSEDUR

1. Kelainan jinak uterus


1. Mioma uteri
a. Dengan
perdarahan
yang
banyak
yang
menyebabkan anemia.
b. Dengan dismenorea sekunder.
c. Dengan keluhan rasa tidak nyaman, urinary
frekuensi atau obstruksi.
d. Dengan terapi konservatif gagal.
e. Sebesar hamil 12-14 minggu.
2. Perdarahan uterus disfungsional
Histeretomi hanya diidikasikan untuk kasus perdarahan
yang berulang, berat, dan tidak respon terhadap terapi
harnormal dan kuretase endometrium.
3. Adenomiosis dengan terapi konservatif gagal.
4. Prolapsus uterus dengan gejala relaksasi dinding
vagina.
5. Obstetrik : perdarahan post partum yang tidak
terkontrol, reptur uteri dan kehamilan abdominal.
2. Neoplasma
1. Cervical intraepithelial neoplasia yang sudah tidak
menginginkan anak.
2. Stadium awal kangker serviks invasive.
3. Hyperplasia adenamotosa endometrium.
4. Penyakit trophoblas dengan peningkatan kadar HCG
yang persisten setelah hemoterapi.
HISTEKTOMI TOTAL PADA PROLAPS UTERI + SISTOKEL +
REKTOKEL
1. Penderita tidur litotomi diatas meja operasi, dapat dengan
anestesi regional atauoun total.
2. Asepsis & antisepsis vulva dan sakitnya.
3. Pasang doek steril kecuali daerah tindakan.
4. Buang urin melalui kateter nelaton.
5. Pasang jahitan kegel pada rahim mayus kanan dan kiri
serta pada foochele, tautkan dengan doek operasi.
6. Pasang speculum, jepit portio dengan 2 buah tenakulum.
7. Tarik portio untuk penilaian ulang derajat prolaps uteri.
8. Dilakukan soundase.
9. Infrehasil larutan adrenalin 1 amp dalam 20 cc NaCL sub
mukosa vagina.
10.Incisis segitiga pada vagina anterior dilanjutkan sirkuler
melingkari serviks uteri.
11.Pisahkan mukosa vagina anterior urinaria secara tumpul
atau tajam sampai tercapai plika vesiko urinaria.
12.Pisahkan mukosa vagina posterium sampai cavum
douglasi terbuka, perleter secara tajam, pasang spekulum

posterior.
13.Buka plika vesiko uterine secara tajam.
14.Kenali lig cardinal kanan dan kiri.
15.Bebaskan para metrium secara bertahap, mulai dari anteri
uterina sampai kompleks tuba, jahit dengan poliglagtin no
1.
16.Kenali compleks tuba dan ovarium.
17.Dilakukan reperiotonealisasi dengan tunggul kompleks
tuba.
18.Dilakukan kolporafi anterior dengan diseksi sub mukosa
vagina.
19.Buat jahitan U sepanjang para vaginal untuk mendekatkan
paravaginal sebagai sling dengan chomic no O.
20.Jahit tutup mukosa vagina dengan polyglactin no 2-0.
21.Dengan bantuan jarum kosong, keluarkan sisa benang
pada tunggul ligemrent kardionale kanan dan kiri vagina.
22.Tutup tunggul vagina.
23.Dilakukan kolpoperineorafi.
24.Pasang batas inciss pada komisura posterior vagina.
25.Pasang kocher pada vagina.
26.Buat incis sebagai batas diseksi mukosa vagina.
27.Jahit mlevatorani supaya menyatu dimedian dengan
chomic no O.
28.Jahit tutup mukosa vagina dan perineum dengan
polyglactin 2-0 lujur sub kutikuler.
29.Pasang kateter no 14.
30.Pasang kassa getedir pada vagina.
31.Tindakan sekesai.

UNIT TERKAIT

1. Instalasi bedah sentral


2. Ruang instansi post operatif

PUSKESMAS
SINABOI

ABORTUS
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Abortus adalah ancaman atau pegeluaran hasil konsepsi,


sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai
batasan digunakan sebagai kehamilan kurang 20 minggu atau
berat badan janin kurang dari 500 gram.

TUJUAN

Memberi pedoman pada petugas tentang langkah-langkah


dalam menentukan diagnosa dan pengelolaan abortus,
sehingga tindakan yang dilakukan jelas dan dapat
dipertanggung jawabkan.

KEBIJAKAN

1. Pengelolaan pasien sesuai diagnosis, dirawat diruang


perawatan setelah ada persetujuan dari dokter.
2. Selama perawat dan observasi dicatat setiap
perkembangan.

PROSEDUR

1. Dokter yang merawat melakukan anamnesis dan


pemeriksaan fisik.
2. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada abortus
imminens, abortus habitualis dan missed abortion.
3. Konsultasi.
4. Pengelolaaan.
RITERIA
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai jaringan hasil
konsepsi.
3. Rasa sakit atau kram perut didaerah atas simfisis.
4. Abortus imminens.
5. Abortus insipien.
6. Abortus inkompletus.
7. Abortus komletus.
8. Missed abortion biasanya didahuli oleh tanda-tanda
abortus imminens dan kemudian menghilang secara
spontan atau setelah pengobatan.
9. Abortus habitualis adalah keadaan terjadi abortus tiga
kali berturut-turut.
10.Diagnosis banding.

PENYULIT

Rekam Medis Pasien.

UNIT TERKAIT

1. Kamar bersalin

PUSKESMAS
SINABOI

KONTRASEPSI ORAL
No. Dokumen :

No. revisi : B

Tanggal Terbit :

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Kontrasepsi

oral

adalah

kontrasepsi

berupa

pil

yang

mengandung ostrogen dan progestrogen, atau progesterone


saja yang diminum setiap hari.

TUJUAN

Mencegah kehamilan dengan mencegah ovulasi dan


mengentalkan lendir serviks sehingga hanya sedikit sperma
yang dapat melaluinya. Selain itu motilitas tuba terganggu
dan dengan sendirinya transpormasi telur akan terganggu.

KEBIJAKAN

Prosedur tetap sub sebagian fasilitas, endokrinologi dan


reproduksi, bagian obstetri dan genekologi Puskesmas sinaboi.

PROSEDUR

DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT

Setiap saat selagi haid, untuk menyakinkan kalau


perempuan tersebut tidak hamil.
Hari pertama haid ke 7 siklus haid.
Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu
menggunakan metode kontrasepsi lain (kondom) mulai
hari ke 8 sampai 14 atau tidak menggunakan hubungan
seksual sampai menghabiskan paket pil tersebut.
Setelah melahirkan.
Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi dan ingin
menggantikan pil kombinasi, pil dapat segera diberi tanpa
perlu menunggu haid.

Rekam Medis Pasien.

Poliklinik KB Puskesmas Sinaboi.

PUSKESMAS
SINABOI

KONTRASEPSI SUNTIK
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

PROSEDUR

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal yang


mengandung ostrogen dan progesterone, atau progesterone
saja yang diberikan cara injeksi intra muskuler.

TUJUAN

Mencegah kehamilan dengan mencegah ovulasi, membuat


lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu, perubahan pada

KEBIJAKAN

Prosedur tetap sub sebagian fasilitas, endokrinologi dan


reproduksi, bagian obstetri dan genekologi Puskesmas sinaboi.

PROSEDUR

DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT

Setiap saat selagi haid, untuk menyakinkan kalau


perempuan tersebut tidak hamil.
Hari pertama haid ke 7 siklus haid.
Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu
menggunakan metode kontrasepsi lain (kondom) mulai
hari ke 8 sampai 14 atau tidak menggunakan hubungan
seksual sampai menghabiskan paket pil tersebut.
Setelah melahirkan.
Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi dan ingin
menggantikan pil kombinasi, pil dapat segera diberi tanpa
perlu menunggu haid.

Rekam Medis Pasien.

Poliklinik KB Puskesmas Sinaboi.

PUSKESMAS
SINABOI

KONTRASEPSI SUSUK
No. Dokumen :

No. revisi : B

Halaman :

Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Kontrasepsi Susuk adalah kontrasepsi hormonal berbentuk


batang yang terbuat dari kapsul silatis (karet elastis) berongga
atau berpori yang dipasang pada lengan dibawah kulit.

TUJUAN

Mencegah kehamilan dengan mengentalkan lendir serviks,


sehingga menghambat penetrasi sperma, menganggu
pematangan
folikel,
menggangu
pematangan
folikel,
menganggu proses pertumbuhan endometrium menekan
ovulasi.

KEBIJAKAN

Prosedur tetap sub sebagian fasilitas, endokrinologi dan


reproduksi, bagian obstetri dan genekologi Puskesmas sinaboi.

PROSEDUR

Waktu mulai menggunakan implant :


- Siklus haid hari ke 2 2 sampai hari ke 7.
- Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal diyakini tidak
terjadi kehamilan.
Pemasangan
- Pasien mencuci seluruh tangan yang lebih jarang
digunakan (lengan kiri)
- Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8cm diatas
lipatan siku.
- Tentukan sisi yang akan dibuat dan tempat keenam kapsul
yang akan dipasang, atau sesuai jenis susuk.
- Buka bungkus setrik alat tanpa menyentuh alat-alat
didalamnya.
- Buka kemasan steril implant dan letakkan seluruh kapsul
dalam mangkuk steril.
- Pakai sarung tangan steril.
- Asepsi dan antisepsi daerah tindakan.
- Pasang doek steril.
- Anestesi dengan lidokain pada tempat insisi.

Buat insisi dengan secukupnya dengan skapel.


Masukkan ujung trokar melalui luka insisi, buat pola
seperti kipas.
Masukkan trokar perlahan-lahan, masukan kapsul kedalam
trokar kemudian dorong dengan pendorong sampai terasa
tahanan.
Raba ujung kapsul untuk memastikan kapsul sudah keluar
seluruhnya dari trokar.
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar 15 derajat mengikuti
pola seperti kipas.
Lakukan dengan kapsul berikutnya dengan cara yang
sama sampai seluruh kapsul terpasang.
Pasti ujung kapsul yang terdekat sedikitnya 5 mm dari tepi
insisi.
Setelah semua terpasang, tutup luka insisi dengan band
aid

Pencabutan
- Pasien mencuci seluruh tangan lengan dengan sabun dan
air mengalir.
- Pasien tidur berbaring.
- Pakai sarung tangan steril.
- Asepsis dan antisepsis daerah tindakan.
- Pasang doek steril.
- Raba tempat pencabutan, suntikkan anestesi lidokain
pada tempat insis.
- Metode pencabutan menggunakan metode standar atau
teknik U.
- Dorong ujung kapsul kearah insisi, setelah kapsul tanpak,
jepit dengan klem dan tarik perlahan.
- Ulangi pada kapsul lainnya.
- Luka insisi dapat ditutup dengan band aid.

DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT

Wanita Usia Reproduksi.

Poliklinik KB Puskesmas Sinaboi.

PUSKESMAS
SINABOI

KONTRASEPSI DALAM RAHIM


No. Dokumen :
Tanggal Terbit :

No. revisi : B

Halaman :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Kontrasepsi dalam rahim adalah kontrasepsi yang digunakan


didalam rahim yang berbentuk kecil, kerangka dari plastik
yang fileksibel, berbentuk huruf T atau yang lain, diselubungi
kawat halus yang terbuat dari tembaga.

TUJUAN

Mencegah kehamilan dengan cara menghambat kemampuan


sperma masuk ketuba falopi, mempengaruhi fertilasis,
endokrinologi dan reproduksi, bagian obstetri dan ginekologi
Puskesmas Sinaboi.

KEBIJAKAN

Prosedur tetap sub sebagian fasilitas, endokrinologi dan


reproduksi, bagian obstetri dan genekologi Puskesmas sinaboi.

PROSEDUR

Waktu penggunaan :
- Setiap waktu dalam sirkus haid, dapat dipastikan tidak
hamil.
- Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau
setelah 4 minggu paska persalinan.
- Segera setelah nifas.

Ganti cara tetapi masih dalam perlindungan kontrasepsi


sebelumnya.

Pemasangan :
- Kosongkan kandung kencing.
- Penderita posisi litotomi.
- Asepsi dan antisepsi genetalia eksterna.
- Pasang spekulum, asepsis portio dan mulut rahim,
gunakan tenakulum untuk menjepit serviks.
- Masukan sonde uterus,tentukan kedalaman dan arah
uterus.
- Pasang AKDR copper T 380 A.
- Unruk tipe yang lain menyesuaikan sesuai petunjuk
pemakai.
Pencabutan :
- Kosongkan kandungan kencing.
- Penderita posisi litotomi.
- Asepsis dan antisepsis genetalia eksterna.
- Pasang spekulum, untuk melihat serviks dan benang
AKDR.
- Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptic 23 kali.
- Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks.
- Jepit benang didekat serviks dengan menggunakan klem
lurus atau lengkung.
- Bila benang putus saat ditarik, masukan klem atau atau
alat pencabut AKDR kedalam kavum uteri untuk menjepit
AKDR itu sendiri.

DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT

Wanita Usia Reproduksi.

Poliklinik KB Puskesmas Sinaboi.

PUSKESMAS SINABOI
Jl. Sei-Bakau

Standar Operasional
Prosedur
(Penyakit Dalam)

PUSKESMAS
SINABOI

DIABETES MELITUS
No. Dokumen
Tanggal Terbit :

No. revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit


metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia akibat efek pada :
1. Kerja insulin (resistensi insulin) dihati (peningkatan
produksi glukosa hepatik) dan dijaringan perifer (otot
dan lemak).
2. Sekresi insulin oleh sel beta pancreas
3. Atau keduanya.
Klasifikasi Diabetes Melitus (DM)
I.
DM tipe I (destruksi sel B, umumnya diikuti defsiensi
insulin absolute)
Immune-mediated
Iniopatik

DIAGNOSIS

II.

DM tipe 2 (bervariasi mulai dari predominal resistensi


insulin dengan defesinsi insulin relative sampai
predominal defek sekretorik dengan resistensi insulin)

III.

Tipe spesifik lain :


Defek genitik pada fungsi sel B
Defek genitik pada kerja insulin
Penyakit eksokrin pancreas
Endokrinopati
Diinduksi obat atau zat kimia
Infeksi
Bentuk tidak lazim dari immune mediated DM
Sindrom ginetik lain, yang kadang berkaitan dengan
DM

IV.

DM gestasional

Terdiri dari :
1. Diagnosa DM
2. Diagnosa komplikasi DM
3. Diagnosa penyakit penyerta
4. Pemantauan pengendalian DM
Anamnesis
1. Keluhan khas DM : poliuria, pilodipsia, polifagia,
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya.
2. Keluhan tidak khas DM : lemah, kesemutan, gatal mata
kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada
wanita.
Faktor risiko DM tipe 2 :
1. Usia > 45 tahun
2. Berat badan lebih > 110% berat badan idaman atau
2
indeks massa tubuh
(IMT) > 23 kg/m
Panduan Pelayanan Medik PAPDI
1. Hipertensi (TD > 140/90 mmHg)
2. Riwayat DM dalam garis keturunan
3. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat,
atau BB lahir bayi > 4.000 gram
4. Riwayat DM gestasional
5. Riwayat toleransi gula terganggu (TGT) atau glukosa
darah puasa terganggu (GDPT)
6. Penderita penyakit jantung kroner, tuberculosis,

hipertiroidisme
7. Kolesterol HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida >
250 mg/dL.
Pemeriksaan Fisik Lengkap, termasuk :
1. Tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar
pinggang
2. Tanda neuropati
3. Mata ( virus, lensa mata retina )
4. Keadaan kaki ( termasuk rabaan nadi kaki ), kulit dan
kuku.
Kriteria diagnostic DM dan gangguan toleransi glukosa :
1. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) > 200
mg/dL, atau
2. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) > 126 mg/dL,
atau
3. Kadar glukosa plasma > 200 mg/dL pada 2 jam sesudah
beban glukosa 75 gram pada TTGO.
Diagnose Banding
Hiperglikemia reaktif, toleransi glukosa terganggu (TGT),
glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Hb Leukosit, hitung jenis leukosit, laju endap darah
2. Glukosa darah puasa 2 jam sesudah makan
3. Urinalisis rutin, proteinuria 24 jam CCT ukur, kreatinin
4. SGPT, Albumin/Globulin
5. Kolesterol Total, Kolesterol LDL, Kolesterol HDL,
trigliserida
6. AC
7. Albuminiri mikro
Pemeriksaan penunjang lain :
EKG, foto toraks, funduskopi

TATA LAKSANA

Endukasi meliputi pemahaman tentang :


Penyakit DM, makan dan perlunya pengendalian dan
pemantauan DM, penyulit DM, intervensi farmakologis dan
non farmakologis, hipolikemia, masalah khusus yang dihadapi,
cara mengembangkan system pendukung dan mengajarkan

keterampilan,
kesehatan.

cara

mempergunakan

fasilitas

perawatan

Perencanaan Makanan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi :
Karbohidrat 60-70% protein 10-15%, dan lemak 20-25%
Jumlah kandungan kolesterol disarankan <300 mg/hari.
Diusahakan lemak basal dari sumber asam lemak tidak jenuh
(MUFA = Mono Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi PUFA
(Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah
kandungan serat + 25 gr/hr, diutamakan serat larut.
Jumlah Kalori Basal perhari :

Laki-laki : 30 kal/kg BB idaman


Wanita : 25 kal/kg BB idaman

Penyesuaian (terhadap kalori basal / hari) :


Status Gizi
- BB gemuk
- 20%
- BB lebih
- 10%
- BB kurang
+ 20%
Umur > 40 tahun :
- 5%
Stress metabolic (infeksi, operasi, dll) : + (10 s/d 30%)
Aktivitas :
- Ringan
+ 10%
- Sedang
+ 20%
- Berat
+ 30%
Hamil :
- Trimester I, II
+ 300 ka
- Trimester III / Lakrasi
+ 300 ka
Rumus Broca :
Berat badan idaman = (tinggi badan -100) 10%
Pria < 160 Cm dan wanita < 150 Cm, tidak dikurangi 10% lagi
BB kurang : < 90% Cm BB idaman
BB normal : 90 110% BB idaman
BB lebih
: 110 120% BB idaman
Gemuk
: < 120%
BB idaman
Latihan Jasmani
kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur ( 3-4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit ). Prinsip :Continuous


Rytlunical Interval Progessive Endurance.
Intervensi Farmakologis
Obat Hipoglikemia Oral ( OHO ) :
Pemicu sekresi insulin ( insulin secretagogue ) :
sulfanilurea, glinid
Pendambahan sensitivitas terhadap insulin : metformin,
tiazolidindion
Penghambat
absorpsi
glukosa
:
penghambat
glukosidase aalfa.
Insulin
Indikasi :
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis hampir maksimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, strok )
Kehamilan dengan DM / diabetes mellitus gestasional
yang tidak terkendali dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan
respons kadar glukosa darah belum tercapai, perlu kombinasi
dua kelompok obat hipoglikemik oral yang berbeda
mekanisme kerjanya.
Pengelolaan DM tipe 2 Gemuk :
Non-Farmakologis
Evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan klinis)
Sasaran tidak tercapai :
Penekanan kembali tata laksana non-farmakologis
Evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan klinis)
Sasaran tidak tercapai :
+ 1 macam OHO
Biguanid / penghambat glukosidasea / Glitazon
Evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan klinis)

Sasaran tidak tercapai :


Kombinasi 2 macam OHO, antara :
Biguanid / penghambat glukosidase a / Glitazon
Evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan klinis)
Sasaran tidak tercapai :
Kombinasi 3 macam OHO :
Biguanid + penghambat glukosidase a + Glitazon
Terapi Kombinasi OHO siang hari+Insulin malam
Evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan klinis)
Sasaran terapi
PROSEDUR

Waktu penggunaan :
- Setiap waktu dalam sirkus haid, dapat dipastikan tidak
hamil.
- Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau
setelah 4 minggu paska persalinan.
- Segera setelah nifas.
- Ganti cara tetapi masih dalam perlindungan kontrasepsi
sebelumnya.
Pemasangan :
- Kosongkan kandung kencing.
- Penderita posisi litotomi.
- Asepsi dan antisepsi genetalia eksterna.
- Pasang spekulum, asepsis portio dan mulut rahim,
gunakan tenakulum untuk menjepit serviks.
- Masukan sonde uterus,tentukan kedalaman dan arah
uterus.
- Pasang AKDR copper T 380 A.
- Unruk tipe yang lain menyesuaikan sesuai petunjuk
pemakai.
Pencabutan :
- Kosongkan kandungan kencing.
- Penderita posisi litotomi.
- Asepsis dan antisepsis genetalia eksterna.
- Pasang spekulum, untuk melihat serviks dan benang
AKDR.
- Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptic 23 kali.
- Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks.
- Jepit benang didekat serviks dengan menggunakan klem

DOKUMEN
TERKAIT
UNIT TERKAIT

lurus atau lengkung.


Bila benang putus saat ditarik, masukan klem atau atau
alat pencabut AKDR kedalam kavum uteri untuk menjepit
AKDR itu sendiri.

Wanita Usia Reproduksi.

Poliklinik KB Puskesmas Sinaboi.

PUSKESMAS
SINABOI

TUBERKULOSIS PARU
No. Dokumen
Tanggal Terbit :

No. revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Tuberkolosis paru adalah infeksi paru yang menyerang


jaringan parenkim paru, disebabkan bakteri Mycobacterium
Tuberculosis berdasarkan hasil pemeriksaan sputum, TB dibagi
dalam :
1. TB paru positif : sekurangnya 2 atau 3 spesimen
sputum BTA positif.
2. TB paru BTA negatif, dari 3 spesimen sputum BTA
negatif, foto toraks positif.

Berdasarkan tingkat keparahan penyakit yang


ditunjukan oleh foto toraks, TB paru dibagi dalam :

1. TB paru dengan kelainan paru luas


2. Tb paru dengan kelainan paru sedikit

Berdasarkan organ selain paru yang terserang, TB


paru dibagi dalam :

1. TB Ekstra Paru Ringan : TB kelenjar limfe, TB tulang non


vertebra, TB sendi, TB adrenal
2. TB Ekstra Paru Berat : meningitis, TB milier, TB
diseminata, perikarditis, pleuritis, TB vertebra, TB usus,
TB genitourinarius

Berdasarkan riwayat pengobatan, TB paru dibagi


dalam :

1.
2.
3.
4.
5.

DIAGNOSIS

Kasus paru
Kambuh (relaps)
Drop-out / default
Gagal terapi
Kronis

Keluhan ( tergantung derajat berat, organ terlibat, dan


komplikasi ) : batuk batuk > 3 minggu, batuk berdarah,
sesak nafas, nyeri dada, malaise, lemah, berat badan turun,
nafsu makan turun, keringat malam, demam.
Gejala yang ditemukan ( tergantung derajat yang tepat, organ
terlibat, dan komplikasi ) : keadaan umum lemah, kekeksia,
takipnea, febris, paru : tanda-tanda konsolidasi ( redup,
fremitus mengeras / melemah, suara nafas bronkhial /
melemah, ronkhi basah / kering )
Mikrobiologis :

BT sputum positif menimal 2 dari 3 spesimen SPS.


Kultur Mycobacterium tuberculosis positif ( diagnosis
pasti )

Radiologis :

Foto toraks PA+ lateral ( hasil bervariasi ) : infiltrat,


pembesaran KGB hilus / KGB paratrakeal, milier,
atelektasis, efusi pleura, kalsifikasi, bronkhiektasis,
kavitasi, destroyed lung.

Imuno Serkologis :

Uji kulit dengan tuberkulin ( mantoux ) positif > 15 mm


pada orang indonesia yang imunokompeten
Tes PAP, ICT TB : Positif

PCR TB dari sputum ( hanya menunjang klinis )


Diagnosis Banding
Pneumonia, tumor / keganasan paru, jamur paru, penyakit
paru, akibat kerja.
Pemeriksaan

Laboratorium : LED
Mikrobiologis : BTA sputum, kultur resistensi sputum terhadap
M.tuberculosis.

Pada kategori 1 dan 3 : sputum BTA di uangi pada akhir


bulan ke 2,4 dan 6.
Pada kategori 2 : sputum BTA di ulangi pada akhir bulan
ke 2,5 dan 8.
Kultur BTA di ulangi pada akhir bulan ke 2 dan akhir
terapi.

Radiologis : foto toraks PA, laternal pada saat diagnosis awal


dan akhir terapi.
Selama terapi : evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan
6 bulan.
Imuno Serologis :
Uji kulit dengan tuberkulin ( Mantoux )
Tes PAP, ICT TB PCR TB dari sputum

TATA LAKSANA

Terapi
Terapi umum : istirahat, stop merokok, hindari polusi, tata
laksana komorbiditas, nutrisi, vitamin
Medikamentosa obat anti TB ( OAT ) :
Kategori 1 : untuk
Penderita baru TB Paru, sputum BTA positif
Penderita TB Paru, sputum BTA negatif, rantogen positif
dengan kelainan paru luas
Penderita TB Ekstra Paru berat diterapi dengan
2 RHZE / 4RH 2RHZE / 4R3H3 2RHZE / 6HE
Kategori 2 : untuk
Penderita kambuh
Penderita gagal
Penderita after default
Diterapi dengan :
- 2 RHZE / 1 RHZE / 5 RHE
- 2 RHZE / 1 RHZE / 5 R3H3E3
Kategori 3 : untuk
Penderita baru TB paru, sputum BTA negatif, rontgen
positif dengan kelainan paru luas
Penderita TB Ekstra Paru ringan diterapi dengan :
- 2 RHZ / 4 RH

- 2 RHZ / 4 R3H3
- 2 RHZ / 6 HE
Kategori 4 : untuk
Penderita TB kronis
Diterapi dengan :
- H seumur hidup,
- Bila mampu : OAT Lini kedua
KOMPLIKASI

Komplikasi paru : atelektasis, hemoptisis, bronkiektasis,


pneumotoraks, gagal nafas.
TB ekstra paru : pleuritis, perikarditis, peritonitis, TNB
kelenjer limfe.
Kor Pullmonal

PROGNOSIS
Dubia : tergantung derajat berat, kepatuhan
sensitivitas bakteri, gizi, status imun, komorbiditas.

PUSKESMAS
SINABOI

pasien,

ARTRITIS REUMATOID
No. Dokumen
Tanggal Terbit :

No. revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik kronik


yang terutama mengenai sendi diatrodial. Termasuk penyakit
autoimun dengan etiologi yang tidak diketahui.

DIAGNOSIS

Kriterian Diagnosis ( ACR, 1987 )


1. Kaku pagi, sekurangnya 1 jam
2. Artritis, sekurangnya 3 sendi
3. Artritis
pada
sendi
pergelangan
tangan,
metacarpophalanx ( MCP ) dan proximal interphalanx
( PIP )
4. Artritis yang simetris
5. Nodul reumatoid
6. Faktor reumatoid
7. Faktor reumatoid serum positif
8. Gambaran radiologik yang spesifik
Untuk diagnosis AR, diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut di
atas.
Kriteria : 4 harus minimal diderita selama 6 minggu.
Pemeriksaan Penunjang
LED, CRP.
Faktor reumatoid. Hasil positif dijumpai pada sebagian
besar kasus (85%), sedangkan hasil negatif tidak
menyingkirkan adanya AR.
Analisis cairan sendi. Dapat terlihat peningkatan jumlah
leukosit di atas 2.000/mm3 . Analisis ini sekaligus
digunakan untuk menyingkirkan adanya artropati
kristal.
Radiologi tangan dan kaki. Gambaran dini berupa
pembengkakan jaringan lunak, diikuti oleh
osteoporosisjuxtaarticular dan erosi pada bare area
tulang. Keadaan lanjut terlihat penyempitan celah sendi
osteoporosis difus, erosi meluas sampai daerah
subkondral.
Biopsi sinovium / nodulreumatoid

TATA LAKSANA

Terapi
Penyuluhan
Proteksi sendi, terutama pada stadium akut
Obat antiinlamasi non-steroid
Obat remetif (DMARD), misalnya :
- Klorokuin dengan dosis 1x250 mg/hari
- Metotreksat dosis 7,5-20 mg sekali seminggu
- Salazopirin dosis 3-4 x 500 mg/hari
- Garam emas per oral dosis 3-9 mg/hari, atau

subkutan dosis awal 10 mg, dilanjutkan seminggu


kemudian dengan dosis 25 mg/minggu, dan
dinaikan menjadi 50 mg/minggu selama 20 minggu,
selanjutnya diturunkan setiap 4 minggu sampai
dosis kumulatif 2 mg.
Glukokortikoid, dosis seminimal mungkin dan sesingkat
mungkin untuk mengatasi akut atau kekambuhan.
Dapat diberikan prednison dengan dosis 20 mg dosis
terbagi dan segera tappering off.
Bila terdapat peradangan yang terbatas hanya pada 1-2
sendi, dapat diberikan injeksi steroid intraartikular
serperti triamcinolon 10 mg atau metilprednisolon 2040 mg.
Operasi untuk memperbaiki deformitas

Komplikasi
Deformitas sendi ( bouonnierre, swan neck, deviasi
ulnar )
Sindrom terowongan karpal.

PUSKESMAS
SINABOI

DEMAM BERDARAH DENGUE


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

DIAGNOSIS

Demam berdarah dengue merupakan penyakit demam akut


yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus serta
memenuhi kriteria WHO untuk demam berdarah dengue
(DBD).

Kriteria diagnosis
memenuhi :

WHO

1997

untuk

DBD

harus

Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari,


biasanya berfisik
Terdapat menimal satu dari manifestasi perdarahan
berikut ini :
- Uji Torniguet positif (> 20 petekie dalam 2,54 cm2 )
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Pendarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan,
atau tempat lain
- Hematemesis atau melena
Trombositopenia ( < 100.000/mm )
Terdapat menimal satu tanda-tanda plasma leakage
- Hematokrit meningkat > 20% dibanding hematokrit
rata-rata pada usia, jenis kelamin, dan populasi
yang sama
- Hematokrit turun hingga > 20% dari hematokrit
awal, setelah pemberian cairan
- Terdapat efusi pleura, efusi perikard, asites, dan
hipoproteinemi.

Derajat
1. Demam disertai gejala knstiusional yang tidak khas,
manifestasi
perdarahan
hanya
berupa
uji
torniquetpositif dan/ mudah memar
2. Derajat 1 disertai pendarahan spontam
3. Terdapat kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah atau
hipotensi, disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah

4. Renjatan : tekanan darah dan nadi tidak teratur DBD


derajat III dan IV digolongkan dalam sindrom renjatan
dengue.

Diagnosis Banding
Demam akut lain yang bermanifestasi trombositopenia.
Pemeriksaan Penunjang
HB, HT, Lekosit, Trombosit, Serologi Dengue.

TATA LAKSANA

Terapi
Nonfarmakologis : tirah baring, makanan lunak
Farmakologis
Simtomatis : antipiretik parasetamol bila demam
Tatalaksana terinci dapat dilihat pada lampiran protokol
tatalaksana DBD
- Cairan intravena : Ringer Laktat atau ringer asetat
4-6 jam/kolf koloid / plasma ekspander pada DBD
stadium III atau IV bila diperlukan.
- Tranfusi trambosit dan komponen darah sesuai
indikasi.
- Pertimbangan heparinisasi pada DBD stadium III
atau IV dengan koagulasi intravaskuler diseminata (
KID ).
Komplikasi
Renjatan, pendarahan, KID

PUSKESMAS
SINABOI

DEMAM TIFOID
No. Dokumen
Tanggal Terbit :

No. revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

DIAGNOSIS

Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang


disebabkan oleh infeksi kuman salmonella typhi atau
salmonella partatyphi.

Anamnesis : demam naik secara bertangga pada minggu


pertama lalu demam menetap ( kontinyu ) atau remiten
pada minggu kedua, demam terutama sore / malam hari,
sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
obstipasi atau diare.
Pemeriksaan fisis : febris, kesadaran berkabut, bradikardia
relatif (peningkatan suhu 10C tidak diikuti peningkatan
denyut nadi 8x/menit) lidah yang berselaput ( kotor
ditengah, tepi dan ujung merah, serta tromor ),
hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen, roseolea
(jarang pada orang indonesia).
Laboratorium : dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau
lekosit normal, aneosinofilia, limfopenia, peningkatan LED,
anemia ringan, trombosittopenia, gangguan fungsi hati,
kultur darah, ( biakan empedu ) positif atau peningkatan
titer uji Widal >4 kali lipat setelah satu minggu
memastikan diagnosis. Kultur darah negatif tidak
meningkirkan diagnosis. Uji Widal tunggal dengan titer

anti bodi 0 1/320 atau H 1/ 640 disertai gambaran klinis


khas menyongkong diagnosis.
Hepatitis Tifose
Bila memenuhi 3 atau lebih kriteria khosla (1990) :
hepatomegali, ikterik, kelainan laboratorium ( antara lain :
bilirubin > 30,6 umo 1/1, peningkatan SGOT/SGPT, penurunan
indeks PT ), kelainan histopatologi.
Tifoid Karier
Ditemukannya kuman Salmonella typhi dalam biakan feses
atau urin pada seseorang tanpa tanda klinis infeksi atau pada
seseorang setelah satu tahun paca-demam tifoid.
Diagnosis Banding
Infeksi virus, malaria.
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap, tes fungsi hati, serologi, kultur darah
(biakan empedu).

TATA LAKSANA

Terapi
Nenfarmakologis : tirah baring, makan lunak rendah serat
Farmakologis :
Simtomatis
Antimikroba
- Pilihan utama : Kloramfenikol 4 x 500 mg sampai
dengan 7 hari bebas demam.
Alternatif lain :
- Tiamfenikol 4 x 500 mg ( komplikasi hematologi
lebih rendah dibandingkan kloramfenikol ).
- Kotrimoksazol 2x2 tablet selama 2 minggu.
- Ampisilin dan amoksilin 50-150 mg/kg selama 2
minggu.
- Sefalosporin generasi III yang terbukti efektif adalah
seftriakson 3-4 gram dalam dekstosa 100 cc selam

jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari. Dapat


pula diberikan sefataksim 2-3 x 1 gram,
sefaperazon 2x1 gram.
- Fluorokuinolon (demam umumnya lisis pada hari III
atau menjelang hari IV ) :
- Norfloksin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
- Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

- Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari


- Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
- Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Pada kasus toksintifoid ( demam tifoid ) disertai
gangguan kesadaran dengan atau tanpa kelainan
neurologis lainnya dan hasil pemeriksaan cairan otak
masih dalam batas normal ) langsung diberikan
kombinasi kloramfenikol 4 x 500 mg dengan ampisilin
4x1 gram dan dexametason 3x5 mg.
Kombinasi antibiotika hanya diindikasikan pada toksik
tifoid, peritonitis atau perforasi, renjatan septik.
Steroid hanya diindikasikan pada toksik tifoid atau
demam tifoid yang mengalami renjatan septik dengan
dosis 3 x 5 mg.

Kasus tifoid karier :


tanpa kolelitiasis
pilihan rejimen terapi selama 3
bulan
- Ampisilin 100 mg/kg BB/hari + Probenesid 30 mg/kg
BB/hari
- Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30
mg/kgBB/hari
- Kotrimoksazol 2x2 tablet/hari
Dengan kolelitiasis
kolesistektomi + regimen
tersebut diatas selama 28 hari atau kolesistektomi +
salah satu rejimen berikut :
- Siprofloksasin 2 x 750 mg/hari
- Norfloksasin 2 x 400 mg/heri
Dengan infeksi Schistosoma haematobium pada traktus
urinarius
Eradikasi Schistosoma haematobium :
- Prazikuantel 40 mg/kgBB dosis tunggal, atau
- Metrifonat 7,5-10 mg/kgBB bila perlu diberikan 3
dosis, interval 2 minggu
Setelah eridikasi berhasil, diberikan rejimen terapi untuk tifoid
karier seperti diatas.
Perhatian : pada kehamilan fluorokuinolon dan kotrimoksazol
tidak boleh digunakan. Kloramfenikol tidak dianjurkan pada
trimester III. Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester I.
Obat yang dianjurkan golongan beta laktam, amoxisilin, dan
sefalosporin generasi III ( seftriakson ).
Komplikasi
Intestinal : Perdarahan intestinal, perforasi usus, ileus

paralitik, pankreatitis.
Ekstra Intestinal : kardiovaskular (kegagalan sirkulasi
parifer, miokkarditis, trombosis, tromboflebitis), hematologik
(anemia hemolitik, trombositopenia, KID), paru (pneumonia,
empiema, pleuritis), hepatobilier (hepatitis, kolesistitis), ginjal
(glomerulonefritis,
pielonefritis,
perinefritis),
tulang
(osteomielitis, periostitis, spondilitis, artritis), neuropsikiatrik
(toksik tifoid).

PUSKESMAS
SINABOI

MALARIA
No. Dokumen
Tanggal Terbit :

PROSEDUR

No. revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi


parasit
Plasmodium
falsiparum,
Plasmodium
vivax,
plasmodium ovale, atau plasmodium malariae dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles.

DIAGNOSIS

Anamnesis : riwayat demam intermiten atau terus menerus,


riwayat dari atau pergi ke daerah endemik malaria, trias
malaria ( keadaan mengiggil yang diikuti dengan demam dan
kemudian timbul keringat yang banyak, pada daerah endemik
malaria mungkin tidak ada, diare dapat merupakan gejala
pertama ).
Pemeriksaan fisik : konjungtiva pucat, sklera ikterik,
splenomegali
Laboratorium : sediakan darah tebal dan tipis ditemukan
plasmodium, serologi malaria (+) { sebagai penunjang }
Malaria berat : ditemukannya p.falciparum dalam stadium
akseksual disertai satu atau lebih gejala berikut :
1. Malaria serebal : koma dalam yang tak dapat / sulit
dibangunkan dan bukan disebabkan oleh penyakit lain.
2. Anemia berat ( normositik ) pada keadaan hitungan
parasit > 10.000/ul ( Hb <5 g/dl atau hematokrit < 15%
).
3. Gagal ginjal akut ( urin < 400ml/24 jam pada orang
dewasa, atau <12 ml/kg BB pada anak anak setelah
dilakukan rehidrasi disertai kreatinin > 3 mg/dl ).
4. Edema paru / acute respiratory distress syndrome
( ARDS ).
5. Hipoglikemia ( gula darah < 40 mg/dl ).
6. Gagal sirkulasi atau syok ( tekanan sistolik < 70 mmHg,
disertai keringat dingin atau perbedaan temperatur kulit
mukosa > 10C ).
7. Perdarahan spontan dari hidung gusi, saluran cernak,
dan disertai gangguan koagulasi intravaskular.
8. Kejang berulang lebih 2 kali dalam 24 jam setelah
pendinginan pada hipertermia.
9. Asidemia ( pH 7,25 ) atau asidosis ( bikarbonat plasma
< 15 mEq/1 ).
10.Hemoglobinuria makroskopik oleh karena infeksi
malaria akut ( bukan karena efek samping obat

antimalaria pada pasien dengan defesiensi G6PD ).


11.Diagnosa pasca kematian dengan ditemukannya
p.falciparum yang padat pada pembuluh darah kapiler
jaringan otak.
Beberapa keadaan yang juga digolongkan sebagai malaria
berat sesuai gambaran klinis daerah setempat :
1. Gangguan kesadaran
2. Kelemahan otot tampa kelainan neurologis ( tidak bisa
duduk / jalan )
3. Hiperparasitemia > 5% pada daerah hipoendemik atau
daerah tak stabil malaria
4. Ikterus (bilirubi >3mg/dl)
5. Hiperpireksia (suhu rektal >0C)

TATA LAKSANA I. Infeksi P.vivax atau P.ovale


a. Daerah sensitif klorokuin :
Klorokuin basa 150 mg :
Hari I : 4 tablet + 2 tablet (6 jam kemudian)
hari II dan III : 2 tablet
hari I dan II : 4 tablet
hari III : 2 tablet
terfi radikal : ditambah primakuin 1 x 15 mg selama 14
hari bila gagal dengan terapi klorokuin, kini sulfat
3x4060-600 mg/hari selama 7 hari.
b. Daerah resisten klorokuin
Kini 3 x 400-600 mg selama 7 hari
Terapi radikal : ditambah primakuin 1x15 mg selama
14 hari.
II. Infeksi P. Falciparum ringan / sedang, infeksi campur P.
Falciparum dan P. Vivax
Artemisin
Hari I : 4 tablet ( 200 mg )
Hari II : 4 tablet ( 200 mg )
Hari III : 4 tablet ( 200 mg )

Amodiaquin
Hari I : 4 tablet ( 600 mg )
Hari II : 4 tablet ( 600 mg )
Hari III : 2 tablet ( 600 mg )

III.

Klorokuin basa 150 mg :


Hari I : 4 tablet + 2 tablet ( 6 jam kemudian )
Hari II : 2 tablet
Hari III : 2 tablet atau
Hari I : 4 tablet
Hari II : 4 tablet
Hari III : 2 tablet

Bila perlu ditambah terapi radikal : ditambah primakuin


45 mg ( 3 tablet ) ( dosis tunggal ) : infeksi campur :
primakuin 1 x 15 mg selama 14 hari - > bila resisten
dengan pengobatan tersebut : SP 3 tablet ( dosis
tunggal ) atau kina sulfat 3 x 400-600 mg/hari selama
7 hari.

Malaria berat
Artesunate IV/IM 2,4 mg/kg BB diberikan pada jam ke0, 12, 24, dilanjutkan satu kali perhari.
Drip kina HCI 500 mg ( 10 mg/kg BB ) dalam 250-500
ml D5% diberikan 6-8 jam ( maksimum 2000 mg )
dengan pemantauan EKG dan kadar gula darah tiap 812 jam sampai pasien dapat minum obat per oral atau
sampai hitung parasit malaria sesuai target ( total
pemberian parenteral dan per oral selama 7 hari
dengan dosis per oral 10 mg/kgBB/24 jam diberikan 3
kali sehari ).
Pebgobatan dengan kina dapat dikombinasikan dengan
tetrasiklin 94 mg/kgBB diberikan 4 kali sehari atau
doksisiklin 3 mg/kgBB sekali sehari.

Perhatian :
SP tidak boleh diberikan pada bayi dan ibu hamil. Primakuin
tidak boleh diberikan pada ibu hamil, bayi dan penderita
defesiensi G6PD. Klorokuin tidak boleh diberikan dalam
keadaan perut kosong. Pada pemberian kini parenteral, bila
obat sudah diterima selama 48 jam tetapi belum ada
perbaikan dan atau terdapat gangguan fungsi ginjal, maka
dosis selanjutnya diturukan sampai 30-50%. Kortikosteroid
merupakan kontraindikasi pada malaria serebral.
Pemantauan pengobatan :
Hitung parasit minimal tiap 24 jam, target hitung parasi pada
HI 50% H0 dan H3 < 25% H0. Pemeriksaan diulang sampai
dengan tidak ditemukan parasit malaria dalam 3 kali berturut
turut.

Pencegahan :
Klorokuin basa 5mg/kgBB, maksimal 300mg/minggu diminum
tiap minggu sejak 1 minggu sebelum masuk daerah endemik
sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan daerah
endemik atau doksisiklin 1,5 mg/kgBB/hari dimulai 1 (satu)
hari sebelum pergi ke daerah endemis malaria hingga 4
minggu setelah meninggalkan daerah endemis.

PUSKESMAS
SINABOI

HIPERTENSI
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

DIAGNOSIS

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau


melebihi 140 mmHg sistolik dan/atau sama atau melebihi 90
mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang makan
obat anti hipertensi.

Klasifikasi berdasarkan hasil rata-rata pengukuran


tekanan darah yang dilakukan minimal 2 kali tiap
kunjungan pada 2 kali kunjungan atau lebih dengan
menggunakan cuff yang meliputi menimal 80% lengan
atas pada pasien dengan posisi duduk dan telah
beristirahat 5 menit.
Tekanan sistolik = suara fase 1 dan tekanan diastolik =
suara fase 5
Pengukuran pertama harus pada kedua sisi lengan untuk
menghindarkan kelainan pembuluh darah perifer
Pengukuran tekanan darah pada waktu berdiri
diindikasikan pada pasien dengan resiko hipotensi

TATA LAKSANA

postural (lanjut usia, pasien DM, dll)


Faktor resiko kardiovaskuler :
- Hipertensi
- Merokok
- Obesitas ( IMT > 30 )
- Aktivitas fisik
- Dislipidemia
- Diabetes mellitus
- Mikroalbuminuria atau LFG < 60 ml/menit
- Usia ( laki-laki > 55 tahun, perempuan > 65 tahun )
- Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskuler
dini laki-laki < 55 tahun atau perempuan < 65 tahun.
Kerusakan organ sasaran :
- Jantung : hipertrofi ventrikel kiri, agina riwayat infark
miokard, riwayat revaskularisasi koroner, gagal
jantung.
- Otak : strok atau transient ischemic ( TIA ).
- Penyakit ginjal kronik.
- Penyakit arteri perifer.
- Retinopati.
Penyebab
hipertensi
yang
telah
diidentifikasi :sleepapnea, akibat obat atau berkaitan
dengan obat, penyakit ginjal kronik, aldosteronisme
primer, penyakit renovaskuler, terpi steroid kronik dan
sindrom cushing, feokromositoma, koarktasi aorta,
penyakit tiroid atau paratiroid.

Modifikasi yang hidup dengan target tekanan darah <


140/90 mmHg atau < 130/80 mmHg pada pasien DM
atau penyakit ginjal kronis, bila tidak tercapai maka
diberikan obat inisial.
Obat inisial di pilih berdasarkan :
1. Hipertensi tanpa compelling indication
a. Pada hipertensi stage I dapat diberikan diuretik,.
Pertimbangkan pemberian penghambat ACE,
penyekat reseptor beta, penghambat kalsium,
atau kombinasi.
b. Pada hipertensi stage II dapat diberikan kombinasi
2 obat biasanya golongan diuretic, tiazid dan
penghambat ACE atau antagonis reseptor AII atau
penyekat reseptor beta atau penghambat
kalsium.
2. Hipertensi dengan compelling indication. Lihat table

petunjuk pemilihan obat pada compelling indication.


Obat anti hipertensi lain dapat diberikan bila
dibutuhkan misalnya diuretic, antagonis reseptor AII,
penghambat ACE, penyekap reseptor beta, atau
penghambat kalsium.
Bila target tidak tercapai maka dilakukan ontimalisasi
dosis atau ditambahkan obat lain sampai target tekanan
darah tercapai. Pertimbangkan untuk berkonsultasi pada
sepesialis hipertensi.

Pada penggunaan penghambat ACE atau antagonis


reseptor AII : evaluasi kreatinin dan kalium serum, bila
terdapat peningkatan kreatinin > 53% atau timbul
hiperkalemi harus dihentikan.
Kondisi kasus lain :
- Obesitas dan sindrom metabolic (terdapat 3 atau
lebih keadaan berikut : lingkar pinggang laki-laki >
102 cm atau perempuan >89 cm, toleransi glukosa
terganggu dengan gula darah puasa > 110mg/dl,
tekanan darah menimal 130/85 mmHg, trigleserida
tinggi > 150mg/dl, kolesterol HDL rendah < 40 mg/dl
pada laki-laki atau <50mg/dl pada perempuan)
modifikasi gaya hidup yang intensif dengan pilihan
terapi utama golongan penghambat ACE. Pilihan lain
adalah antagonis reseptor AII, penghambat kalsium,
dan penghambat .
- Hiperterofi ventrikel kiri tatalaksana tekanan darah
yang agresif termasuk penurunan berat badan,
restriksiasupan natrium, dan terapi dengan semua
kelas anti hipertensi kecuali vasodilator langsung,
hidralazin dan minoksidil.
- Penyaakit arteri perifer semua kelas anti hipertensi
tatalaksana faktor resiko lain, dan pemberian aspirin.
- Lanjut usia, termasuk penderita hipertensi sistolik
terisolasi diuretika ( tiazid ) sebagai lini pertama,
dimulai dengan dosisi rendah 12,5 mg/hari.
Penggunaan
obat
antihipertensi
lain
dengan
mempertimbangkan penyakit penyerta.
- Kehamilan pilihan terapi adalah golongan
metildopa, penyakit reseptor , antagonis kalsium,
dan vasodilator. Penghambat ACE dan antagonis
reseptor AII tidak boleh digunakan selama kehamilan.

Komplikasi
Hipeterofi ventrikel kiri, proteinuria dan gangguan fungsi
ginjal, aterosklerosis pembuluh darah, retinovati, strok atau
TIA, infark miokard, angina pectoris, gagal jantung.

PUSKESMAS
SINABOI

BATU SALURAN KEMIH


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

DIAGNOSIS

Batu saluran kemih adalah batu di traktus urinarius mencakup


ginjal, ureter, vesika, urinaria.

Anamnesis :nyeri / kolik ginjal dan saluran kemih,


pinggang pegal, gejala infeksi saluran kemih, hematuria,
riwayat keluarga.
Pemeriksaan fisis :nyeri ketok sudut kostovertebra,
nyeri tekanan perut bagian bawah, terdapat tanda
balotemen.
Laboratorium :hematuria, bayangan radiao opak pada
foto BNO, filling defect pada IVP atau pielografi
antegrad/retrograde, gambaran batu di ginjal atau
kandung kemih serta hidronefrosis pada USG.

Diagnosis Banding
Nefrokalsinosis
Lokasi batu : batu ginjal, batu ureter, batu vesika
Jenis batu : asam urat, kalsium, struvite

TATA LAKSANA

Terapi
Nonfarmakologis :
Batu kalsium : kurangi asupan garam dan protein hewani
Batu urat : diet rendah asam urat
Minum banyak ( 2,5 1/hari ) bila fungsi ginjal masih baik
Farmakologis :
Antispasmodic bila ada kolik
Antimikroba bila ada infeksi
Batu kalsium : kalsium sitrat
Batu urat : alopurinol
Bedah
Pielotomi
ESWL
Nefrostomi

PUSKESMAS
SINABOI

INFEKSI SALURAN KEMIH


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :

Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah infeksi akibat


terbentuknya koloni kuman disaluran kemih, kumanmencapai
saluran kemih melalui cara hematogen dan asending.
Faktor resiko :
Kerusakan atau kelainan anatomi saluran kemih berupa
obstruksi internal oleh jaringan perut, endapan obat
intratubular,
refluks,
instrumentasi,
saluran
kemih,
konstriksiarteri-vena, hipertensi, analgetik, ginjal polikistik,
kehamilan, DM, atau pengaruh obat-obat estrogen.
ISK sederhana / tidak berkomplikasi :
ISK yang terjadi pada perempuan yang tidak hamil dan tidak
terdapat disfungsi structural ataupun ginjal.
ISK berkomplikasi
ISK yang berkolaksi selain di vesika urinaria, ISK pada anakanak laki-laki atau ibu hamil.

Anamnesis :
ISK bawah: frekuensi, disuria terminal, polakisuria, nyeri
suprapubik.
ISK atas : nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan
muntah, hematuria.

Pemeriksaan fisis : febris, nyeri tekan suprapubik, nyeri


ketok sudut kostovetebra.

Laboratorium : lekositosis, lekosituria, kultur urin (+) :


bakteriuria > 105/ml urin.

DIAGNOSIS

TATA LAKSANA

Nonfarmakologis :
Banyak minum bila fungsi ginjal masih baik
Menjaga hygiene genitalia eksterna

Farmakologis :
Antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada, bila hasil
tes resistensi kuman sudah ada, pemberian antimikroba
disesuaikan.
Komplikasi
Batu saluran kemih, obstruksi saaluran kemih, sepsis, infeksi
kuman yang multiresisten, gangguan fungsi ginjal.

PUSKESMAS
SINABOI

INFEKSI HIV / AIDS


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Pasien dinyatakan terbukti terinfeksi HIV bila dari pemeriksaan


penunjang.

DIAGNOSIS

Adanya faktor resiko penularan


Diagnosis HIV : tes elisa 3 kali rektif dengan reagen yang
berbeda.
Stadium WHO
Stadium 1 : asimatomatik, limfadenopati generalisata.
Stadium 2 :
- Berat badan turun < 10%
- Manifestasi mukokutan minor (dermatitis seboroik,
prurigo, infeksi jamur kuku, ulkus oral rekuren, cheilitis
angularis)
- Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
- Infeksi saluran nafas atas rekuren

Stadium 3 :
- Berat badan turun > 10 %
- Diare yang tidak diketahui penyebab, > 1 bulan
- Demam berkepanjangan ( intermitena atau konsten ),
> 1 bulan
- Kondidiasis oral
- Oral hairy leucoplakia
- Tuberculosis paru
- Infeksi bakteri berat ( pneumonia, piomiositis )

Stadium 4 :
- HIV wasting syndrome
- Pneumonia pnewnocystis carinii

TATA LAKSANA

Toksoplasma sarebral
Kriptosporidiosis dengan diare > 1bulan
Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa atau
kelenjar getah bening ( misalnya retinitis CMV )
Infeksi herpes simpleks, mukokutan ( >1 bulan ) atau
visceral
Progressive multifacal leucoencephalopathy
Mikosis endemic diseminata
Kondidiasis esophagus, trakea, dan bronkus
Mikrobakteriosois salmonella non-tifosa
Tuberculosis ekstrapulmonar
Limfoma
Sarcoma Kaposi
Ensefalopati HIV

Terapi

Konseling
Terapi suportif
Terapi infeksi oportunistik dan pencegahan infeksi
oportunistik
Terapi antiretrovirus kombinasi, efek samping dan
penanganannya
Vaksinasi pada penderita HIV / AIDS
Terapi pasca paparan HIV ( post-exposure prophylaxis )
Penatalaksanaan infeksi HIV pada kehamilan
Penatalaksanaan koinfeksi HIV dengan hepatitis C dan
hepatitis B

Komplikasi
Infeksi oportunistik, kanker terkait HIV, dan manifestasi HIV
pada orang lain

PUSKESMAS
SINABOI

ASMA BRONKIAL
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Asma bronchial adalah penyakit inflamasi kroniksaluran napas


yang ditandai dengan obstruksi jalan napas yang dapat hilang
dengan atau tanpa pengobatan akibat hiperreaktivitas
bronkus terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan selsel dan eleman selular terutama mastosit, eosinofil, limfosit T,
makrofag, neutrofil, dan epite.

DIAGNOSIS

Episode berulang sesak nafas, dengan atau tanpa mengi dan


rasa berat di dada akibat faktor pencetus, asma brokial dibagi
menjadi :
1. Asma intermiten, gejala asma < 1 kali / minggu,
asimptomatik, APE diantara serangan normal, asma malam
< 2 / bulan, APE > 80%, variabilitas < 20%.
2. Asma persisten ringan, gejala asma > 1 kali / minggu < 1
kali / hari, asma malam > 2 kali / bulan, APE > 80%,
variabilitas < 20-30%.
3. Asma persisten sedang, gejala asma tiap hari, tiap hari

menggunakan beta -2 agoniskerja singkat, aktivitas


terganggu saat serangan, asma malam > 1 kali / minggu,
APE > 60%, dan < prediksi atau variabilitas < 30%.
4. Asma persisten berat, gejala asma terus menerus, asma
malam sering aktivitas terbatas, APE < 60%, prediksi atau
variabilitas > 30%, asma eksaserbasi akut dapat terjadi
pada semua tingkatan derajat asma.

TATA LAKSANA

1. Asma intermitentidak memerlukan obat pengendali.


2. Asma persisten ringan memerlukan obat pengendali
kortikosteroid.
3. Inhalasi ( 500 ug BDP atau ekuivalennya ) atau pilihan
lainnya :
Teofilin lepas lambat, kromalin, antileukotrien.
4. Asma persisten sedang memerlukan obat pengendali
berupa kortikosteroid inhalasi ( 200 1000 ug BDP atau
ekuivalennya ) ditambah dengan beta -2 agonis aksi lama (
LABA ) atau pilihan lain kortikosteroid inhalasi ( 500-1000
ug BDP atau ekuivalennya ) + LABA oral atau kortikosteroid
inhalasi dosis ditinggikan ( > 1000 ug BDP atau
ekuivalennya ) kortikosteroid inhalasi ( 500-1000 ug BDP
atau ekuivalennya ) + antileukotrien.
5. Asma persisten berat memerlukan kortikosteroid inhalasi
( > 1000 ug BDP atau ekuivalennya ) + LABA inhalasi +
salah satu pilihan berikut.

Teofilin lepas lambat


Antileukotrien
LABA oral

BDP = Budesonide propionat.


Sedangkan untuk penghilang sesak pada pasien diberikan
inhalasi beta-2 agonis kerja singkat tetapi tidak boleh lebih
dari 3-4 kali sehari. Inhalasi antikolinergik, agonis beta-2 kerja
singkat oral dan teofilin lepas lambat dapat diberikan sebagai
pilihan lain argonis beta-2 kerja singkat inhalasi. Bila terjadi
eksaserbasi akut maka tahap penatalaksanaannya sebagai
berikut :
1. Oksigen
2. Inhalasi agonis beta-2 tiap 20 menit sampai 3 kali
selanjutnya tergantung respons terapi awal
3. Inhalasi antikolinergik ( ipatropium bromida ) setiap 4-6

4.
5.

6.
7.

8.

jam terutama pada obstruksi berat ( atau dapat diberikan


bersama-sama dengan agonis beta-2 )
Kortikosteroid atau parenteral dengan dosis 40-60 mg/hari
Setara prednisone
Aminofilin tidak dianjurkan ( bila diberikan dosis awal 5-6
mg/kgBB
dilanjutkan
infus
aminofilin
0,5-0,6
mg/kgBB/jam )
Anti biotik bila ada infeksi sekunder
Pasien diobserfasi 1-3 jam kemudian dengan pemberian
agonis beta-2 tiap 60 menit. Bila setelah masa obserfasi
terus membaik, pasien dapat dipulangkan dengan
pengobatan ( 3-5 hari ) : inhalasi agonis beta-2 diteruskan,
steroid oral diteruskan, penyuluhan dan pengobatan
lanjutan, antibiotik diberikan bila ada indikasi, perjanjian
kontrol berobat.
Bila setelah observasi 1-2 jam tidak ada perbaikan atau
pasien termasuk golonganrisiko tinggi : pemeriksaan fisik
tambah berat, APE (arus puncak eksprasi) > 50% dan <
70% dan tidak ada perbaikan hipoksemia ( dari hasil
analisis gas darah ) pasien harus dirawat.

Pasien dirawat di ICU bila tidak berespons terhadap upaya


pengobatan diunit gawat darurat atau bertambah beratnya
serangan / buruknya keadaan setelah perawatan 6-12 jam,
adanya penurunan kesadaran atau tanda-tanda henti napas,
hasil
pemeriksaan
analisis
gas
darah
menunjukkan
hipeksemia dengan kadar pO2 < 60 mmHg dan atau pCO2 >
45 mmHg walaupun mendapat pengobatan oksigen yang
adekuat.
Komplikasi
Penyakit paru obstruktif kronik ( PPOK ), gagal jantung. Pada
keadaan eksaserbasi akut dapat terjadi gagal napas dan
pneumotoraks.

PUSKESMAS
SINABOI

ULKUS PEPTIKUM
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

DIAGNOSIS

Ulkus peptikum adalah salah satu penyakit saluran cerna


bagian atas kronis.

TATA LAKSANA

Fakto resiko : umur, pengunaan obat-obatan aspirin atau


OAINS, kuman Helicobacter pylori
Anamnesis : terdapat nyeri epigastrium, dyspepsia,
nausea, vomitus, anoreksia dan kembung.

Tanpa komplikasi
Suportif : nutrisi
Memperbaiki / menghindari faktor resiko
Pemberian obat-obatan : antasida, antagonis reseptor H2,
proton pumpinhibitor, pemberian obat-obatan untuk
meningkat asam empedu, prokinetik, pemberian obat
untuk eradikasi kuman helicobacter pylori, pemberian
obat-obatan untuk meningkat faktor defensif.
Dengan komplikasi
Pada
tukak
peptik
yang
berdarah
dilakukan
penatalaksanaan umum atau suportif sesuai dengan
penatalaksanaan hematemesis melena secara umum.
Penatalaksanaan / tindakan khusus
Tindakan / terapi hemastatik per endoskopik dengan
adrenalin dan ekoksisklerol atau fibrinogen thrombin atau
tindakan hemostatik dengan heat probe atau terapi laser
atau terapi koagulasi listrik atau bipolar probe.
Pemberian obat somastotatin jangka pendek.
Terapi embolisasi arteri melalui arteriografi.
Terapi bedah atau operasi, bila setelah semua pengobatan
tersebut dilaksanakan tetap masuk dalam keadaan gawat I
s.d I maka pasien masuk dalam indikasi operasi.

PUSKESMAS
SINABOI

DISPEPSIA
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :

Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

DIAGNOSIS

Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang


terdiri atas nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh
atau cepat kenyang dan sandawa.

Anamnesis terdapatnya kumpulan gejala tersebut diatas


Diagnosis Banding
Penyakit refluks gastroesofeageal
Irritable Bowel Syindrome
Karsinoma saluran cerna bagian atas
Kelainan pangkreas dan kelainan hati

TATA LAKSANA

Terapi
Suportif : nutrisi
Pengobatan empirik selama 4 minggu
Pengobatan berdasarkan etiologi
Komplikasi
Tergantung etiologi dispepsia.

PUSKESMAS
SINABOI

SIROSIS HATI

No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

DIAGNOSIS

Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus


ditandai dengan adanya nekrosis, pembentukan jaringan ikat
disertai nadul.

TATA LAKSANA

Pemeriksaan fisik : stigmata sirosis ( palmar eritma, spider


nevi ) vena kolateral dinding perut, ikterus, edema
pretibial, asites, splenomegali.
Laboratorium : rasio albumin dan globulin terbalik.

Terapi
Istirahat cukup
Diet seimbang ( tergantung kondisi klinis )
Roboransia
Mengatasi komplikasi
Komplikasi
Hipertensi portal, peritonitis bakterial spontan, ensefalopati
hepatikum.

PUSKESMAS
SINABOI

HEPATITIS VIRUS AKUT


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

DIAGNOSIS

Hepatitis virus akut inflamasi hati akibat infeksi virus hepatitis


yang berlangsung selama < 6 bulan.

Anamnesis: mual, malaise, anoreksia, urin berwarna


gelap
Pemeriksaan fisik : ikterus, hepatomegali
Laboratorium : ALT dan AST meningkat > 3 kali normal

Diangnosis Banding
Hepatitis akibat obat, hepatitis alkoholik, penyakit saluran
empedu, leptospirosis.

TATA LAKSANA

Terapi
Tirah baring, diet seimbang, pengobatan suportif.
Komplikasi
Hepatitis fulminan,
kronik.

kolestatis

berkepanjangan,

hepatitis

PUSKESMAS
SINABOI

HEVATITIS VIRUS KRONIK


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

DIAGNOSIS

Hevatitis virus kronik adalah suatu sindrom klinis dan


patologis yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi,
ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada
hati.

Anamnesis : umumnya tanpa keluhan


Pemeriksaan fisik : bisa ditemukan hepatomegali
Laboratorium : pertanda virus hepatitis B atau C positif
USG : hepatitis kronik
Biopsy hati : peradangan dan fibrosis pada hati

Diagnosis Banding
Perlemakan hati.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium seperti pada hepatitis akut
USG hati
Biaopsi hati

TATA LAKSANA

Terapi
Hepatitis B kronik : lamivudin
Hepatitis C kronik : interferon +ribavirin

Komplikasi
Sirosis hati, karsinoma hepatoseluler
Prognosis
20% akan berkembang menjadi sirosis hati.

PUSKESMAS SINABOI
JL. SEI BAKAU

STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
( Anak Dan Perinatologi )

PUSKESMAS
SINABOI

MANAJEMEN PEMBERIAN MINUM


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

TUJUAN

Pemenuhan nutrisi pada bayi berat lahir cukup atau pada bayi
kecil baik secara oral atau parenteral.

Memberi nutrisi pada bayi secara oral dan parenteral.

KEBIJAKAN

Semua bayi baru lahir harus mendapatkan nutrisi sesuai


dengan kemampuan dan kondisi bayi.

PROSEDUR

A. PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


1. Anjurkan pemberian asi dini dan eksklusif pada bayi
yang tidak bermasalah.
2. Jelaskan kepada ibu dan keluarga manfaat pemberian
asi dini dan eksklusif.
3. Anjurkan ibu untuk menyusui tanpa jadwal siang dan
malam (paling kurang 8x dalam 24 jam).
4. Bila bayi melepaskan hisapannya dari satu payudara
berikan payudara lainnya.
5. Nasehati ibu agar tidak memaksakan bayi untuk
menyusun bila ia belum mau, tidak melepaskan hisapan
bayi sebelum bayi selesai menyusu dan tidak
memberikan
makanan
lain
selain
asi,
atau

menggunakan dot atau kempeng.


5.1Anjurkan agar ibu hanya memberi ASI untuk 4 6
bulan pertama.
5.2 Bila ibu tidak dapat dirawat bersama bayi, usahakan
agar ia dapat menginap di tempat yang dekat agar
proses menyusu tepat berlangsung.
5.3 Pastikan agar ibu makan dan minum cukup.
5.4 Anjurkan agar ibu mengunjungi bayi, memegang
bayi sesering mungkin.
5.5 Jelaskan kepada ibu bahwa sebagian besar obatobatan yang perlu diminum ibu tidak akan
menganggu bayi.

B. PEMBERIAN ASI PADA BAYI YANG TIDAK MAMPU


MENYUSU
1. Apabila bayi tidak dapat menyusu ( misalnya bayi kecil
atau sakit atau sakit berat ) anjurkan ibu untuk
memeras ASI dan berikan asi peras dengan salah stu
alternatif cara pemberian minum yang lain.
2. Anjurkan ibu cara memras asi, bila perlu terangkan
bahwa ia dapat menuysui lagi setelah ibu dan bayi
telah sembuh.
3. Nilai kemampuan menyusui dua kali sehari dan anjukan
menyusu langsung apabila bayi menunjurkan tanda
siap untuk menyusu.
C. MEMBERIKAN ASI PERAS DENGAN CANGKIR
1. Berikan ASI peras dengan cangkir atau dengan cangkir
dan sendok.
2. Cuci dan rebus semua alat yang diperlukan sebelum
digunakan.
3. Berikan ASI peras sesegera mungkin, bila tidak habis
dapat disimpan di dalam lemari es.
D. MEMERAS ASI LANGSUNG KE MULUT BAYI
1. Siapkan ibu untuk memeras bayi
Peras ASI sampai mulai keluar
Rangsangan bayi agar bangun dan membuka
mulutnya
Biyarkan bayi mencium bau ASI pada putting
Teteskan beberapa tetes asi langsung kemulut bayi
Tunggu sampai bayi menelan sebelum meneteskan
ASI lagi
2. Apabila bayi telah kenyang ia akan menutup mulutnya
Ulangi proses ini setiap 1 sampai 2 jam apabila

berat bayi < 1500 gram setiap 2 3 jam apabila


berat bayi 1500 gram atau lebih.
Pastikan bayi mendapat cukup minum dengan
menimbang berat setiap hari.
E. MEMBERIKAN ASI PERAS DENGAN PIPA LAMBUNG
1. Anjurkan ibu untuk berpartisipasi pada pemberian
minum.
2. Sambungkan ujung pipa dengan spuit atau corong agar
pas (tidak bocor).
3. Tuangkan ASI peras yang dibutuhkan kedalam spuit /
corong. Suruh ibu memegang spuit 5 10 cm di atas
bayi dan biarkan asi peras mengalir ke bayi sesuai
gravitasi bumi, jangan dipaksakan alirannya.
4. Dengan menggunakan cara ini setiap pemberian minum
memakan waktu 10 15 menit. Bila aliran terlalu cepat
spuit dapat diturunkan atau pipa dapat dilipat agar
alirannya terhambat.
5. Bila minum selesai lepaskan dan tutup ujung pipa
lambung.
6. Ganti pipa lambung 3x sehari dan spuit sekali sehari.

UNIT TERKAIT

Ruang Kebinanan

RESUSITASI NEONATUS

PUSKESMAS
SINABOI
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Tindakan resusitasi adalah tindakan bantuan napas pada bayi


baru lahir menggunakan prinsip dasar resustasi ABCD.

Memastikan saluran napas terbuka dan bebas


1. Meletakan bayi dalam posisi yang benar.
2. Membersihkan jalan napas ( bila diperlukan ), adanya
mekonium dan tingkat keaktifan bayi.
3. Bila perlu, masukkan pipa endotrakeal ( ET ) untuk
memastikan jalan nafas terbuka.
Memulai pernafasan
1. Lakukan rangsangan taktil untuk memulai pernapasan.
2. Bila perlu memakai ventilasi tekanan positif ( VTP )
menggunakan sungkup dan balon atau pipa ET dan
balon.
Mempertahankan sirkulasi darah
1. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan
cara komperasi dada.
Memberikan obat obatan sesuai dengan indikasi
1. Bila perlu menggunakan obat obatan untuk
mempertahankan sirkulasi darah.

TUJUAN

1. Memberikan rangsangan dan bantuan napas pada bayi


baru lahir dengan asfiksia.
2. Mempertahankan kelangsungan pemberian oksigen dan
sirkulasi darah .

KEBIJAKAN

1. Dilakukan pada bayi baru lahir


2. Dilakukan oleh tim yang terkoodinasi dan yang telah
ditunjuk
3. Penanggung jawab resusitasi neonatus dari masingmasing tim harus diketahui
4. Perlu perlatihan secara periodik terhadap anggota tim
sehingga tercapai perawatan bayi yang efektif dan
terkoordinasi rangkaian tindakan sesuai resusitasi
neonatus pada buku Resusitasi Neonatus Edisi 6 Tahun
2011.

PROSEDUR

Persiapan Alat
1. Periksa kelengkapan alat
2. Lakukan pemasangan alat sesuai dengan fungsinya
3. Lakukan pengujian peralatan yang ada, untuk menjaga
keselamatan bayi

Penilaian awal setiap bayi baru lahir


1. Apakah cukup bulan ?
2. Apakah bayi bernapas atau menangis ?
3. Apakah tonus otot baik ?
Bila semua pertanyaan jawabnya ya, bayi
memerlukan perawatan rutin untuk bayi baru lahir.
Bila salah satu jawabnya tidak, bayi memerlukan
beberapa langkah awal resusitasi.
Langkah awal resusitasi ( dilakukan dengan cepat dan
diselesaikan dalam waktu 30 detik )
1. Berikan kehangatan
2. Letakkan bayi pada posisi yang benar dan bersihkan
jalan napas ( bila perlu ), dilihat dari adanya mekonium
dan tingkat keaktifan bayi ( bugar atau tidak bugar ).
Yang dimaksud dengan Bugar adalah usaha nafas
kuat, tonus otot baik dan frekuensi jantung lebih
dari 100 kali/ menit
Bila ada mekonium jawabnya tidak lanjutkan
tindakan langkah.
3. Bayi dikeringkan dan dilakukan stimulasi napas
( rangsangan taktil ) sambil dilakukan reposisi kepala
untuk membuka jalan napas.
4. Berikan oksigen bila perlu.
Evaluasi langkah awal
1. Bila bayi bernapas dan FJ > 100 kali / menit selanjutnya
bayi memerlukan perawatan rutin.
2. Bila FJ > 100 kali / menit tapi sulit bernapas atau
sianosis menetap, bersihkan jalan napas bayi, monitor
Spo2,
pertimbangkan
CPAP,
selanjutnya
bayi
memerlukan perawatan pasca resusitasi.
3. Bila bayi tidak bernapas, mengap mengap dan FJ <
100 kali/ menit, bayi memerlukan tindakan selanjutnya
( tahap B memulai pernapasan ).
Ventilasi Tekanan Positif / VTP ( dilakukan selama 30
detik )
1. Pilih ukuran sungkup sesuai ukuran sehingga menutup
mulut, hidung dan ujung dagu, tapi tidak menutup
mata.
2. Pastikan jalan napas bersih, hisap mulut dan hidung
sekali lagi untuk memastikan jalan napas tidak ada
sumbatan.

3. Posisikan kepala bayi pada posisi sedikit ekstensi


( posisi menghidu) untuk membuka jalan napas.
4. Letakkan sungkup kemuka bayi dan rapatkan bantalan
sungkup agar tercapai tekanan positif yang diperlukan
untuk mengembangkan paru.
5. Pompa balon resusitasi dengan tekanan inspirasi
pertama 20 cm H2O, dengan frekuensi 40 60 kali/
menit.
6. Pasang
probe
oksimeter
nadi
ditangan
atau
pergelangan tangan kanan.
Evaluasi VTP
1. Sementara denyut jantung meningkat kea rah normal,
tetap lanjutkan ventilasi dengan kecepatan 40 60
kali / menit, sambil nilai usaha napas, frekuensi jantung
dan sturasi oksigen (pertimbangkan untuk memasang
pipa orogastrik Fr 8).
2. Bila denyut jantung stabil di atas 100 kali / menit,
kecepatan dan tekanan ventilasi diturunkan secara
bertahap sambil dilakukan rangsangan agar bayi
bernapas.
3. Bila bayi sudah bernapas spontan dan denyut jantung
sudah mencapai normal, ventilasi dapat dihentikan
setelah denyut jantung dan napas spontan adekuat.
4. Lanjutkan pemberian oksigen arus bebas seperlunya.
5. Bila denyut jantung tidak meningkat dan < 60 kali /
menit, lakukan tahap resusitasi C dengan melakukan
komprensi dada.
Kompres dada ( dilakukan Selama 30 detik )
1. Kompres dada harus selalu dilakukan bersama VTP, dan
harus dilaksanakan terkoordinir dengan melakukan
ventilasi setelah kompresi ketiga ( 1 : 3 ), sehingga
didapat frekuensi ventilasi 30 kali dan kompresi 90 kali
permenit.
Evaluasi kompresi dada
1. Bila denyut jantung > 60 kali / menit, kompresi dada
dapat dihentikan tapi VTP tetap dilanjutkan.
2. Bila denyut jantung meningkat 100 kali / menit dan bayi
mulai bernapas spontan, kecepatan dan tekanan VTP
diturunkan secara perlahan lahan.
Dan pindahkan bayi keruang perawatan pasca
resusitasi.
3. Bila denyut jantung tetap < 60 kali/ menit, lanjutkan

ketahap resusitasi D dengan memberikan pengobatan


( sesuai dengan instruksi dokter ) atau lakukan
pemasangan intubasi endotracheal ( bila perlu ) oleh
dokter anak atau dokter anastesi.

UNIT TERKAIT

Ruang kebidanan

PUSKESMAS
SINABOI
JL. Sei Bakau

MERAWAT TALI PUSAT PADA BAYI


BARU LAHIR
No. Dokumen
Tanggal Terbit :

No. revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

TUJUAN

Memberikan perawatan terhadapan tali pusat pada bayi.

1.
2.
3.
4.

Mencegah terjadinya infeksi


Mempercepat proses pengeringan
Mempercepat terlepasnya tali pusat
Memberikan rasa nyaman pada bayi

KEBIJAKAN

Suatu tindakan yang diberikan kepada bayi dengan merawat


tali pusat sehingga bayi memperoleh kenyamanan.

PROSEDUR

A. PERSIAPAN ALAT
1. 2 Air DTT hangat :
- 1 untuk membasahi dan menyabuni
- 1 untuk membilas
2. Washlap kering dan basah
3. Sabun bayi
4. Kassa steril
5. 1 set pakaian bayi
B. PELAKSANAAN / PROSEDUR PERAWATAN TALI PUSAT
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat
3. Siapkan 1 set baju yang tersusun rapi, yaitu celana,
baju, bedong yang sudah digelar

4. Buka bedong bayi


5. Lepas bungkus tali pusat
6. Bersihkan dan ceboki dan washlap 2-3x dari bagian
muka sampai kaki / atas kebawah
7. Pindahakan bayi kebaju dan bedong yang bersih
8. Bersihkan tali pusat dengan cara :
Pegang bagian ujung
Basahi dengan washlap dari ujung melingkar
kebatang
Disabuni pada bagian batang dan pangkal
Bersikan sampai sisa sabunnya hilang
Keringkan sisa air dengan kassa steril
Tali pusat tidak dibungkus
9. Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat,
dan talikan dipinggir. Keuntungan tali pusatnya tidak
lemaba, jika pipis tidak langsung mengenai tali pusat,
tetapi kebagian popok dulu.
10.Bereskan alat dan cuci tangan.

UNIT TERKAIT

Ruang kebidanan

PUSKESMAS
SINABOI

MEMANDIKAN BAYI
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Suatu tindakan yang berfungsi membersihkan tubuh bayi


terutama denggan menggunakan air bersih dan sabun ( untuk
bayi sehat ) atau seka air hangat ( untuk bayi sakit ).

1. Memberikan kenyamanan pada bayi bayi.


2. Menjaga kebersihan bayi.

1. Dilakukan pada bayi yang baru lahir, pada pasien bayi,


terutama bila kotor sekali dalam keadaan umum yang
memungkinkan.
2. Pada bayi yang dirawat, sekurang kurangnya dua hari
sekali sesuai dengan kondisinya.

A. PERSIAPAN ALAT
1. Waskom yang berisi air hangat
2. Handuk bersih
3. Washap
4. Sabun mandi
5. Kapas lembab ( yang telah diseduh dengan air masak )
6. Minyak baby ( baby oil ) / minyak telon
7. Peralatan perawatan tali pusat
B. CARA MEMANDIKAN BAYI

1. Sebelum memulaikan memandikan bayi, cucilah tangan


terlebih dahulu.
2. Buka pakaian bayi dan angkat bayi kemeja mandi.
Letakkan bayi pada posisi yang nyaman.
3. Bersihkan mata bayi memakai kapas lembab dengan
cara menghapus mulai dari bagian dalam mengarah
keluar. Setiap kali usapan, kapas harus diganti untuk
mencegah kontaminasi antara mata satu dengan mata
yang lainnya.
4. Bersihkan telinga dengan kapas pembersih, setiap kali
usapan kapas harus diganti.
5. Mengelap muka dengan washlap, setelah kering
bersihkan dengan handuk. Pada saat membersihkan
muka bayi pemakaian sabun tidak dianjurkan karena
dapat menyebabkan iritasi pada mata bayi.
6. Letakan kepala bayi diatas tangan kiri ibusecara hati
hati, lalu sabuni kepala bayi dan dibersihkan dengan
washlpn, setalah bersih keringkan dengan handuk , saat
menyabuni kepala bayi dijaga agar sabun tidak
mengenai mata.
7. Sabuni tangan, badan dan kaki bersihkan dengan
washlap dan keringkan.
8. Menelungkupkan / memiringkan bayi kemudian
menyabuni punggung bayi ( selama menyabuni
punggung bayi, dada dan leher bayi harus selalu
berada diatas lengan kiri ibu / orang yang
memandikan ).
9. Menyeka punggung dengan washlap basah, semua
bagian tubuh terutama pada daerah lipatan harus
benar benar bersih dari sabun, karena soda sabun
dapat menyebabkan gatal dan iritasi.
10.
Membersihkan
bokong
dan
alat
kelamin
dilakukan paling akhir. Caraa membersihkan alat
kelamin dari bagian depan menuju bagian belakang
unntuk mencegah kontaminasi kotoran dari anus.
11.
Mengeringkan tubuh bayi setelah bersih dengan
handuk.
12.
Mengoleskan kulit bayi dengan baby oil atau
minyak telon.
13.
Merawat tali pusat bila tali pusat belum lepas.
14.
Pakaikan pakaian bayi dan baringkan bayi dalam
posisi yang nyaman.
15.
Alat alat dibereskan dan diletakan ditempat
semula.
16.
Mencuci tangan.
17.
Mencatat hasil observasi.

C. CARA MEMANDIKAN BAYI DENGAN MENGELAP AIR


HANGAT
1. Sebelum memulai mengelap bayi, cuci tangan terlebih
dahulu.
2. Ganti linen bayi ( alas tempat tidur dan ganjalan bahu )
dengan yang bersih.
3. Bersihkan peralatan lainnya dengan cairan terralin.
4. Bersihkan mata bayi memakai kapas lembab. Setiap
kali usapan, kapas harus diganti untuk mecegah
kontaminasi antara saatu mata dengan mata yang
lainnya.
5. Bersihkan telinga dengan kapas pembersih.
6. Mengelap muka bayi dengan washlap hangat setelah
itu keringkan dengan handuk.
7. Menyeka dada, perut, punggung, semua bagian tubuh
terutama daerah lipatan harus benar benar bersih.
8. Memberihkan bokong dan alat kelamin, dilakukan paling
akhir.
9. Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk.
10.Merawat tali pusat bila tali pusat belum lepas.
11.Pakaikan popok bayi, sarung tangan dan kaki.
12.Alat alat dibersihkan.
13. Mencuci tangan.
14.Observasi keadaan bayi.

UNIT TERKAIT

Ruang kebidanan

PUSKESMAS
SINABOI

MENIMBANG BERAT BADAN BAYI


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan


bayi.

1. Mengetahui berat badan


program pengobatan, diet.

bayi,

untuk

menentukan

Dilakukan kepada semua bayi di Puskesmas Sinaboi.

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

A. PERSIAPAN ALAT
1. ALAT
Timbangan bayi
Buku catatan
Kain pengalas timbangan
B. PELAKSANAAN
1. Perawat / bidan mencuci tangan
2. Timbangan diberi kain pengalas
3. Timbangan disetel dengan angka penunjuk pada angka
nol
4. Selimut dan pakaian bayi dibuka, dibaringkan diatas
ranjang
5. Hasil berat badan dicatat pada buku
6. Bayi dirapikan dan dibaringkan kembali ketempat tidur
7. Alat alat dibersihkan
8. Perawat / bidan cuci tangan

Ruang kebidanan

MEMERAS ASI

PUSKESMAS
SINABOI
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Cara mengeluarkan ASI secara langsung tanpa dihisap oleh


bayi.

TUJUAN

1. Mengurangi pembengkakan pada payudara


2. Asupan alternative pada neonatus sakit dan beresiko
3. Untuk menyimpan ASI karena ibu tidak bisa hadir untuk
menyusui

KEBIJAKAN

Ibu bayi tidak mampu menyusui harus dilatih tata cara


memeras ASI yang benar.

PROSEDUR

Teknik Memeras ASI dengan Tangan


1. Cuci tangan sampai bersih.
2. Jika mungkin, peras ASI ditempat yang tenang dan
santai.
3. Bersihkan payudara, kompres hangat dan lembab pada
payudara selama 3 5 menit sebelum mengeluarkan
ASI.
4. Pijat payudara dengan gerakan melingkar,ikuti dengan
gerakan lembut pada payudara dari sisi luar kearah
putting.
5. Stimulasi putting dengan lembut dan tarik sedikit
kearah luar atau memutarnya dengan jari.
6. Duduk dengan nyaman dan letakan wadah steril yang
bermulut lebar dibawah payudara.
7. Tempatkan ibu jari dibagian atas payudara pada tepi
areola ( jam 12 ) dan jari telunjuk dibawah payudara
pada tepi areola ( jam 6 ). Jari jari yang lain
menyangga payudara.
8. Tekan kearah belakang ke arah dinding dada, kemudian
kearah depan kearah puting tanpa jari jari bergeser.
Ibu jari dan telunjuk ibu harus menekan sinus laktoferus
yang ada dibelakang areola. Kadang kadang sinus
dapat teraba seperti biji kacang. Bila ibu dapat meraba
sinus ini, ibu dapat menekan diatasnya.
9. Tidak boleh ada rasa sakit, bila ada rasa sakit berarti
tekniknya salah.
10.Mungkin awalnya tidak ada ASI yang keluar, tapi
menekan beberapa kali, ASI akan mulai menetes. ASI
akan mulai mengalir.
11.Lebih lancar bila refleks oksitosin menjadi aktif.
12.Ulangi dengan pola yang teratur, tekan pada bagian
payudara yang berbeda untuk mengosongkan semua
sinus.
13.Hindari menggosok dengan jari diatas kulit payudara.
Gerakan jari harus memutar.

14.Hindarai memeras puting. Menekan atau menarik


puting tidak akan membuat ASI keluar. Hal ini juga
terjadi apabila bayi hanya mengisap puting.
15.Perah setiap payudara selama 3 5 menit sampai aliran
semakin sedikit kemudian perah payudara satu lagi,
kemudian ulangi pada kedua payudara.
16.Masukan ASI yang sudah diperah langsung ke wadah
yang bersih ( gunakan gelas kaca ayau plastik keras ).
17.Setiap kali memerah ASI, mungkin jumlah ASI yang
keluar akan berbeda.
18.Setelah selesai, olesakan beberapa tetes ASI pada
setiap puting dan biyarkan kering sendiri.
19.Tampilan ASI berubah selama pemerahan. Pada
beberapa sendok pertama, ASI akan terlihat bening dan
kemudian ASI akan menjadi putih susu. Beberapa obat,
makanan,vitamin, mungkin akan sedikit merubah warna
ASI, lemak ASI akan naik keatas apabila disimpan.
20.Jelaskan bahwa memerah ASI perlu waktu 20 30 menit
terutama pada beberapa hari pertama apabila hanya
sedikit ASI yang diproduksi. Penting diketahui untuk
tidak memerah untuk waktu yang lebih pendek.
21.ASI yang disimpan harus ditutup rapat dan diberi label
bertuliskan tanggal, waktu dan jumlah, kemudian
segera dinginkan atau bekukan.
Apabila ASI tidak mengalir lancar
1. Bantu ibu teknik memeras yang benar.
2. Berikan kompres hangat pada payudara.
3. Pijat punggung ibu agar relaks
Apabila ASI peras tidak akan digunakan segera, setelah
diberi label simpan ASI peras didalam lemari es dan
gunakan selama 24 jam.
Apabila tidak mempunyai lemari es dapat disimpan
pada suhu kamar sampai 6 jam.
Usahakan suhu ASI peras pada saat diminum bayi
berada pada suhu kamar.
Hangatkan ASI peras dengan merendamnya dalam
air hangat.
Gunakan ASI peras segera, bila bersisa tidak boleh
disimpan kedalam lemari es kembali.
Jangan merebus ASI peras.
Anjurkan ibu untuk memeras ASI paling kurang 8
kali dalam 24 jam sebanyak yang dibutuhkan bayi
atau lebih.

UNIT TERKAIT

Ruang kebidanan

PUSKESMAS
SINABOI

PERAWATAN BAYI BARU LAHIR


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Asuhan yang diberikan pada jam jam pertama setelah


kelahiran .

TUJUAN

Menilai kondisi bayi baru lahir dan terlaksananya pernapasan


spontan serta mencegah hypotermi.

KEBIJAKAN

Dilakukan kepada semua bayi baru lahir di Puskesmas Sinaboi.

PROSEDUR

1. Menyiapkan alat dan ruangan yang hangat dan bersih.


2. Menyiapkan pakaian bayi lengkep, kain bersih dan
kering.
3. Menyiapkan obat tetas mata.
4. Mencuci tangan dan sabun dengan air bersih.
5. Menilai apakah bayi bernafas segera setelah lahir.
Bila bayi tidak menangis, bersihkan jalan nafas dan
langkah lainnya.
Jika bayi tetap tidak menangis segera lakukan langkah
berikutnya (lihat perotap Resusitasi Neonatus).
6. Segera keringkan bayi dengan kain kering, bersih dan
hangat. Bila bayi lahir spontan berikan bayi kepada
ibunya didekap didada untuk dilakukan IMD membantu
pelepasan plasenta.
7. Jaga agar bayi tetap hangat ( pasang penutup kepala,
sarung tangan dan kaki untuk mecegah kehilangan
panas tubuh ).
8. Memotong dan menjepit tali pusat dengan arteri klem.
9. Memeriksa tali pusat yang dipotong untuk memastikan

tidak ada perdarahan.


10.Menutup tali pusat dengan kassa steril.
11.Setelah 5 menit lakukan penilaian keadaan umum bayi
dengan apgar score.
12.Melakukan pemeriksaan fisik bayi.
13.Menimbang berat badan bayi.
14.Mengidentifikasi bayi dengan mengukur panjang badan,
lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar perut.
15.Mengidentifikasi sidik kaki jari bayi dengan bantalan
stempel.
16.Mengukur tanda vital bayi.
17.Mengenakan pakaian bayi, menyelimuti bayi, letakan
bayi dekat ibu.
18.Memberikan tetes mata gentamicin.
19.Memberikan injeksi vitamin K1 1mg setelah 1 jam
kelahiran.
20.Mencuci tangan.
21.Memperhatikan pengeluaran urine dan meconium.
22.Melakukan pencatatan distatus bayi.
23.Lakukan kolaborasi dengan dokter bila ditemukan
adanya kelaianan dengan bayi.

UNIT TERKAIT

Ruang kebidanan

PUSKESMAS
SINABOI

BAYI BERAT LAHIR RENDAH


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat


lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia
gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam
1 jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan ( < 37 minggu ) atau pada bayi cukup bulan (
intrauterine growth restriction / IUGR ).
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran
prematur. Faktor ibu adalah umur ( < 20 tahun atau > 40
tahun ), paritas, dan lain lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan ganda, dan lain lain, serta
faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
Masalah yang sering timbul pada BBLR :
- Masalah pernapasan karena paru paru yang belum
matur.
- Masalah pada jantung.
- Perdarahan otak.
- Fungsi hati yang belum sempurna.
- Anemia atau polisitemia.
- Lemak
yang
sedikit
sehingga
kesulitan
mempertahkan suhu tubuh normal.
- Maslah pencernaan / toleransi minum.

DIAGNOSIS

Risiko infeksi.

Anamnesis
- Umur ibu
- Hari pertama haid terakhir
- Riwayat persalinan sebelumnya
- Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
- Kenaikan berat badan selama hamil
- Aktivitas, penyakit yang diderita, dan obat obatan
yang diminum selama hamil.
Pemeriksaan fisis
- Berat badan < 2500 gram
- Tanda prematuritas ( bila bayi kurang bulan )
- Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan ( bila bayi
kecil untuk masa kehamilan )
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan skor Ballard
- Tes kocok ( shake test ) dianjurkan bayi kurang bulan
- Darah rutin, glukosa darah
- Bila perlu ( tergantung klinis ) dan fasilitas tersedia,
diperiksa kader elektrolit dan analisis gas darah
- Foto rontgen dada diperlukan pada bayi baru lahir
dengan umur kehamilan kurang bulan dan
mengalami sindrom gangguan napas.
USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <
35 minggu, dimulai pada umur 3 hari dan dilanjutkan sesuai
hasil yang didapat.

TATA LAKSANA

Pemberian vitamin K
- Injeksi I mg IM sekali pemberian, atau
- Per oral 2 mg 3 kali pemberian ( saat lahir, umur 3
10 hari, dan umur 4 6 minggu ).
Mempertahankan suhu tubuh normal
- Gunakan salah satu cara menghangatkan dan
mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak
kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,
incubator, atau ruangan hangat yang tersedia di
fasilitas kesehatan.
- Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan
tangan dingin.
- Ukur suhu tubuh.

Pemberian umum
- ASI merupakan pilihan utama
- Apabila bayi mendapatkan ASI, pastikan bayi
menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun,
perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
- Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan
beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut
turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
- Pemberian minum minimal 8x / sehari. Apabila bayi
masih menginginkan dapat diberikan lagi ( ad libitum
).
- Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskuler
dan respirsi yang tidak stabil, fungsi usus belum
berfungsi / terdapat anomaly mayor saluran cerna,
NEC, IUGR berat dan berat lahir < 1000 g.
- Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu
dengan segera ditingkatkan selama tidak ditemukan
tanda dehidrasi dan kadar natrium serta glukosa
normal.

panduan pemberian minum berdasarkan BB :


Berat lahir < 1000 g
- Minum melalui pipa lambung
- Pemberian minum awal : < 10 ml / kg / hari
- ASI perah / term formula / half-strength preterm
formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan
toleransi yang baik : tambahan 0,5 I ml, interval 1
jam, setiap > 24 jam
- Setelah 2 minggu : ASI perah + HMF ( human milk
fortifier ) / full- strength preterm formula sampai
berat badan mencapai 2000 g.

Berat lahir 1000 1500 g


- Pemberian minum melalui pipa lambung ( gavage
feeding )
- Pemberian minum awal : < 10 ml/kg/hari
- ASI perah / term formula / half-strength preterm
formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan
toleransi yang baik : tambahan 0,5 I ml, interval 1
jam, setiap > 24 jam
- Setelah 2 minggu : ASI perah + HMF ( human milk
fortifier ) / full- strength preterm formula sampai
berat badan mencapai 2000 g.

Berat lahir 1500 2000 g


- Pemberian minum melalui pipa lambung ( gavage
feeding )
- Pemberian minum awal : < 10 ml/kg/hari
- ASI perah / term formula / half-strength preterm
formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan
toleransi yang baik : tambahan 0,5 I ml, interval 1
jam, setiap > 24 jam
- Setelah 2 minggu : ASI perah + HMF ( human milk
fortifier ) / full- strength preterm formula sampai
berat badan mencapai 2000 g.

Berat lahir 2000 2500


- Apabila mampu sebaikya diberikan minum per oral
- ASI perah / term formula

Bayi sakit :
- Pemberian minum awal : < 10 ml/ kg/ hari
- Selanjutnya minim ditingkatkan jika memberikan
toleransi yang baik, tambahan 3 5 ml, interval 3
jam, setiap > 8 jam.

CAMPAK

PUSKESMAS
SINABOI
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut


yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat
infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal
sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.
Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet.

DIAGNOSIS

Anamnesis
- adanya demam tinggi terus menerus 38,50C atau
lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata
merah dan silau bila terkena cahaya ( fotofobia ),
seringkali diikuti diare.
- Pada hari ke 4 5 demam timbul ruam kulit,
didahului oleh suhu yang meningat lebih tinggi dari
semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang
demam.
- Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah
parah sehingga anak mengalami sesak nafas atau
dehidrasi. Adanya kulit kehitaman dan bersisik
( hiperpigmentasi ).
Pemeriksaan fisik
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10 12 hari, terdiri
dari 3 stadium :
- Stadium prodromal : berlangsung 2-4 hari, ditandai
dengan demam yang diikuti dengan batuk, pilek,
faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan
konjungtivitis.
Tanda
patognomonik
timbulnya
enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut
bercak Koplik.
- Stadium erupsi : ditandai dengan timbulnya ruam
makulopapuler yang bertahan selama 5-6 hari.
Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut belakang
telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan
akhirnya ke ekstremitas.
- Stadium penyembuhan ( konvalesens ) : setelah 3
hari ruam berangsur angsur menghilang sesuai
urutan timbulnya ruam kulit menjadi kehitaman dan

mengelupas dan yang akan menghilang setelah 1-2


minggu.
Pemeriksaan penunjang
- Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat
apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
- Pemeriksaan untuk komplikasi.
- Ensefalopati
dilakukan
pemeriksaan
cairan
serebrospinalis, kadar elektrolit darah, dan analisis
gas darah.
- Enteritis : feses lengkap.
- Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan foto dada
dan analisis gas darah.

TATA LAKSANA

Medikamentosa
Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan
apabila terjadi infeksi sekunder, antikonvulsi apabila
terjadi kejang, dan pemberian vitamin A.

Tanpa komplikasi :
- Tirah baring ditempat tidur
- Vitamin A 100.000 IU, apabila disertai malnutrisi
dilanjutkan 1500 IU tiap hari
- Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai.
Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran
pasien dan ada tidaknya komplikasi.

Pengobatan dengan komplikasi :


- Enselopati
Kloramfenikol dosis 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin
100 mg/kgbb/hari selama 7 10 hari.
Kortikosteroid : deksametason I mg/kgbb/hari
sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5 g/kgbb/hari
dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (
bila pemberian lebih dari 5 hari dilakukan tapering
off ).
Kebutuhan jumlah cairan dikurangi 3/4 kebutuhan
serta koreksi terhadap gangguan elektrolit.
- Bronkopneumonia
Kloromfenikol 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 100
mg/kgbb/hari selama 7-10 hari.
Oksigen 2 liter/menit.

Indikasi rawat
Pasien dirawat ( di ruang insolasi ) bila :
- Hipereksia ( suhu > 39.00C )
- Dehidrasi
- Kejang
- Asupan oral sulit
- Adanya komplikasi
Pemantauan dan Konsultasi
- Pada
kasus
campak
dengan
komplikasi
bronkopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau
terhadap adanya infeksi tuberculosis ( TB ) laten.
Pantau gejala klinis serta lakukan uji tuberculin
setelah 1 3 bulan penyembuhan.
- Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk,
konsultasi pada Divisi Nutrisi dan Metabolik.
Faktor risiko terjadinya komplikasi
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan
anak berumur lebih kecil.
- Diare dapat diikuti dehidrasi
- Otitis media
- Laringotrakeobronkitis ( croup )
- Bronkopneumonia
- Ensefalitis akut, terjadi pada 2-10/10.000 kasus
dengan angka kematian 10-15%
- Subacute sclerosing panencephalitis ( SSPE ) : suatu
proses dengeneratif susunan saaraf pusat dengan
gejala karateristik terjadi deteriorisasi tingkah laku
dan intelektual yang diikuti dengan kejang.
Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap, timbul
beberapa tahun setelah infeksi dan merupakan salah
satu komplikasi campak awitan lambat. Terjadinya
pada 1/25.000 kasus, menyebabkan kerusakan otak
progresif dan fatal.

PUSKESMAS
SINABOI

DEMAM TANPA PENYEBAB YANG JELAS


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

DIAGNOSIS

Demam tanpa penyebab yang jelas adalah gejala yang


demam akut dengan penyebab yang tidak jelas sesudah
anamnesis dan pemeriksaan fisik secara teliti dalam
periode demam kurang dari 7 hari. Demam adalah keadaan
dimana suhu rektal > 380C.

Anamnesis
- Riwayat imunisasi
- Adanya paparan terhadap infeksi
- Adanya gejala :
Nyeri menelan
Nyeri telinga
Batuk, sesak napas
Muntah, diare
Nyeri / menangis waktu buang air kecil
Pemeriksaan fisik
- Ukur suhu tubuh

Tentukan derajat sakitnya


Subjektif
Kualitas tangis
Reaksi terhadap orangtua
Tingkat kesadaran
Warna kulit / selaput lendir
Derajat hidrasi
Interaksi
Objektif
Tidak tampak sakit
Tampak sakit
Sakit berat / toksik

Etilogi
Etiologi tersering adalah :
- Infeksi saluran kemih
Setiap pemeriksaan urinalisis positif dianggap
sebagai tersangka ISK yang merupakan indikasi
untuk memulai pengobatan dengan antibiotic.
Diagnosis pasti ditegakkan bila hasil biakan urine
positif.
Pada pemeriksaan urinalisis terdapat nitrit (+),
leukosit esterase (+).
Pada pemeriksaan mikroskopik terhadap leukosit
> 10/1pb atau bakteri, perwarnaan gram (+).
-

Pneumonia
Pneumonia bacterial bila demam 390C atau leukosit >
20.000/ul.
Catatan :
Pada anak dengan suhu 390C disertai hitung jenis
leukosit tidak
terlalu
tinggi,
kemungkinan
pneumonia dapat disingkirkan.
Umur dapat dipakai sebagai prediksi penyebab
pneumonia.
Pneumonia oleh virus paling banyak dijumpai
pada umur 2 tahun pertama.
Foto dada seringkali tidak slalu membantu dalam
menentukan diagnosis pneumonia.
Pneumonia dan
bakteremia jarang terjadi
bersamaan ( <3% ).

Gastroenteritis (GE) bacterial


Umumnya ditandai dengan muntah dan diare
Penyebab terbanyak rotavirus

Buang air besar darah lendir biasanya karena GE


bacterial

Meningitis
Bayi/anak tampak sakit berat
Pemeriksaan fisik : letargik, kaku kuduk, dan
muntah. Diagnosis ditegakkan dengan fungsi
lumbal.

Pemeriksaan penunjang
- Bila anak terlihat sakit berat diperlukan pemeriksaan
laboratorium termasuk darah lengkap, urinalisis, dan
biakan urine.
- Leukosit
>
15.000/1
meningkatkan
risiko
bakteremia menjadi 3-5 %, bila > 20.000/1 risiko
menjadi 8-10%.
- Untuk mendeteksi bakteremia tersembunyi hitung
neutrofil absolut lebih sensitif dari hitung leukosit
atau batang absolut.
- Hitung absolut netrofil > 10.000 1 meningkatkan
risiko bakteremia menjadi 8-8%.
- Pemeriksaan biakan darah dianjurkan karena 6-10%
anak dengan baktermia dapat berkembang menjadi
infeksi bakteri yang berat, terutama pada anak yang
terlihat sakit berat.

TATA LAKSANA

Medikamentosa
- Anak yang tidak tampak sakit tidak perlu
pemeriksaan laboratorium maupun dirawat dan tidak
perlu diberi antibiotik.
- Apabia dari anamnesis, pemeriksan fisik, dan
laboratorium menunjukan hasil risiko tinggi untuk
terjadinya bakteremia tersembunyi, harus segera di
berikan antibiotik setelah pengambilan sediaan untuk
biakan.
- Catatan : terutama bila hitung leukosit > 15.000/1
atau hitung total neutrofil absolute > 10.000/1.
- Pemberian
antibiotik
secara
empirik
harus
memperhitungkan
kemungkinan
peningkatan
resistensi bakteri.
Antibiotik pilihan
Secara empiric antara lain :
- Amoksisilin 60-100 mg/kgbb/hari, atau

Seftriakson 50-75 mg/kgbb/hr maksimum 2 g/hari.\


Bila alergi terhadap kedua obat tersebut, pilih obat
lain sesuai dengan uji resitensi bila perlu rujuk ke
Dokter Spesialis Konsultan Infeksi dan Penyakit
Teropis.

Indikasi rawat
- Anak dengan risiko rendah dan orangtua yang
kooperatif dapat berobat jalan dengan pengamatan
setiap hari sampai demam turun.
- Demam sebagai predicator bakteremia tersembunyi.
- 39,0 39,40C : < 2%
39,4 40,00C : 2-3%
40,0 40,50C : 3-4%
40,50C : 4-5%

DEMAM TIFOID

PUSKESMAS
SINABOI
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY

NIP.19680127 200012 1 001


PENGERTIAN

Demam tifoid merupakan penyakit endemis diindonesia


yang disebabkan oleh infeksi sistemik salmonella typhi.
Prevalens 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19
tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Pada
minggu pertama sakit, demam tifoid sangat sukar
dibedakan dengan penyakit demam lainnya sehingga untuk
memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan
kuman untuk konfirmasi.

DIAGNOSIS

Anamnesis
- Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai
suhu tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu
kedua demam terus menerus tinggi.
- Anak sering mengigau ( delirium ), malaise, letargi,
anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut, diare atau
konstipase, muntah, perut kembung.
- Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan
kesadaran, kejang, dan ikterus.
Pemeriksaan fisik
Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat
dengan komplikasi. Kesadaran menurun, delirium, sebagian
besar anak mempunyai lidah tifoid yaitu dibagian tengah
kotor dan bagian pinggir hiperemis, meteorismus,
hepatomegali lebih sering dijumpai dari pada splenomegali.
Kadang-kadang terdengar ronki pada pemeriksaan paru.
Pemeriksaan penunjang
Darah tepi perifer :
- Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi
sumsum tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus.
- Leucopenia, namun jarang kurang dari 3000/1.
- Limfositosis relative.
- Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat.
Pemeriksaan serologi :
- Serologi Widal : kenaikan titer S.typhi O 1:200 atau
kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens.
- Kadar 1gM dan 1gD ( typhi-dot).
Pemeriksaaan biakan salmonela :
- Biakan darah terutama pada

minggu

1-2

dari

perjalanan penyakit.
Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu
ke-4.

Pemeriksaan radiologik :
- Foto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi
pneumonia.
- Foto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi
intraintetinal seperti perforasi usus atau perdarahan
saluran cerna.
- Pada perforasi usus tampak :
Distribusi udara tak merata
Airfluid level
Bayangan radiolusen di daerah hepar
Udara bebas pada abdomen.

TATA LAKSANA

Antibiotik
- Kloramfenikol ( drug of choice ) 50-100 mg/kgbb/hari,
oral atau IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari.
- Amoksisilin 100 mg/kgbb/hari, oral atau intervena,
selama 10 hari.
- Kotrimoksasol 6 mg/kgbb/hari, intervena atau
intramuscular, sekali sehari, selama 5 hari.
- Sefiksim 10 mg/kgbb/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis,
selama 10 hari.

Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan


gagguan kesadaran Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari,
intravena, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.

Bedah
Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus :
Suportif
- Demam tifoid ringan dapat dirawat dirumah
- Tirah baring
- Isolasi memadai
- Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi
Indikasi rawat
Demam tifoid berat harus dirawat inap rumah sakit.
- Cairan dan kalori
- Terutama pada demam tinggi, muntah,atau diare,
bila perlu asupan cairan dan kalori diberikan melalui
sonde lambung.
- Pada ensefalopati, jumlah kebutuhan cairan dikurangi

menjadi 4/5 kebutuhan dengan kadar natrium


rendah.
Penuhi kebutuhan volume cairan intravascular dan
jaringan.
Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik.
Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan
O2.
Pelihara keadaan nutrisi.
Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit.

Antipiretik, diberikan apabila demam > 39 0C, kecuali


pada pasien dengan riwayat kejang demam dapat
diberikan lebih awal.

Diet
- Makanan tidak berserat dan mudah dicerna
- Setelah demam reda, dapat segera diberikan
makanan yang lebih padat dengan kalori cukup.

Tranfusi darah : kadang kadang diperlukan pada


perdarahan saluran cerna dan perforasi usus.

Pemantauan
Terapi
- Evaluasi demam dengan memonitor suhu. Apabila
pada hari ke 4-5 setelah pengobatan demam tidak
reda, maka harus segera kembali dievaluasi adakah
komplikasi, sumber infeksi lain, resistensi S. typhi
terhadap antibiotik, atau kemungkinan salah
menegakkan diagnosis.
- Pasien dapat dipulangkan apabila tidak demam
selama 24 jam tanpa antipiretik , nafsu makan
membaik, klinis perbaikan, dan tidak dijumpai
komplikasi. Pengobatan dapat dilanjutkan dirumah.
Penyulit
- Intraintestinal : oerforasi usus atau perdarahan
saluran cerna : suhu menurun, nyeri abdomen,
muntah, nyeri tekan pada palpasi, bising usus
menurun sampai menghilang, defance musculaire
positif, dan pekak hati menghilang.
- Ekstraintestinal : tifoid ensefalopati, hepatitis tifosa,
meningitis, pneumonia, syok septic, pielonerfritis,
endokarditis, esteomielitis, dll.

PUSKESMAS
SINABOI

DIARE AKUT
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1
minggu. Riskesda 2007 : diare merupakan penyebab
kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4
tahun.

DIAGNOSIS

Anamnesis
- Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari,
warna dan konsentrasi tinja, lendir dan darah dalam
tinja.
- Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran
menurun, buang air kecil terakhir, demam, sesak,
kejang, kembung.
- Jumlah cairan yang masuk selama diare.
- Jenis makanan dan minuman yang diminum selama
diare, mengkomsumsi maknanan yang tidak biasa.
- Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum.
Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital.
- Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau
lemah/ latergi / koma, rasa haus, turgor kulit

abdomen menurun.
Tanda tambahan : ubun-ubun besar, kelopak mata,
air mata, mukosa bibir, mulut dan lidah.
Berat badan.
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit, seperti napas cepat dan dalam ( asidosis
metabolik ), kembung ( hipokalemia, kejang hipo atau
hipernetremia ).
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria
berikut :
Tanpa dehidrasi ( kehilangan cairan < 50% berat
badan )
- Tidak ditemukan tanda utama dan tanda
tambahan
- Keadaan umum baik, sadar
- Ubun-ubun besar dan tidak cekung, mata
tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan
bibir basah
- Turgor abdomen baik, bising usus normal
- Akral hangat
Dehidrasi ringan sedang/tidak berat ( kehilangan
cairan 5-10% berat badan ).
- Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2
atau lebih tanda tambahan
- Keadaan umum gelisah atau cengeng
- Ubun ubun besar sedikit cekung, mata
sedikit cekung, air mata kurang, mukosa
mulut dan bibir sedikit kering.
- Tugor kurang, akral hangat
Dehidrasi berat ( keehilangan cairan > 10% berat
badan )
- Apabila didapatkan 2 tanda utama tambah
dengan 2 atau lebih tanda tambahan
- Keadaan umum lemah, letargi atau koma
- Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat
cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut dan
bibir sangat kering
- Turgor sangat kurang dan akral dingin
- Pasien harus rawat inap

Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare
akut, keculai apabila ada tanda intoleransi laktosa
dan kecurigaan amubiasis.
- Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja :
Makroskopis : konsistensi, warna, lendir,darah,

TATA LAKSANA

bau
Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada
diare akut.
- Analisis gas darah dan elektrolit bila secara
klinis dicurigai adanya gangguan kesimbangan
asam basa dan lektrolit.

Lintas diare : (1) Cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi, (4)


Antibotik yang tepat, (5) Edukasi.
Tanpa dehidrasi.
- Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW
ORALIT diberikan 5-10 mL/kg BB setiap diare cair
atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun
sebanyak 50-100mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100200mL, dan umur diatas 5 tahun semaunya.
Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai
kemauan anak. ASI harus terus diberikan.
- Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapt
komplikasi lain ( tidak mau minum, muntah terus
menerus,diare frekuen dan profus ).
Dehidrasi ringan-sedang
- Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan
sebanyak 75 mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti
kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebnyak 510mL/kgBB setiap diare cair.
- Rehidrasi parental (intravena) diberikan bila anak
muntah setiap diberi minum walaupun telah
diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau
melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang
diberikan adalah ringer laktat atau kaEN 3B atau
NaCL dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala.
- Berat badan 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari
- Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari
- Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari
- Pasien dipantau di Puskesmas selama proses
rehidrasi sambil memberi edukasi tentang melakukan
rehidrasi kepada orangtua.
Dehidarsi berat
- Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer
laktat atau ringer asetat 100 mL/kgBB dengan cara
pemberian :
- Umur kurang dari 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam 1 jam

pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam


berikutnya.
- Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah
mau dan dapat minum, dimulai dengan 5 mL/kgBB
selama proses rehidrasi.
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit
- Hipernatremia (Na > 155 mEq/L), koreksi penurunan
Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian
cairan dekstrose 5% 1/2
salin. Penurunan kadar
Natidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa
menyebabkan edema otak.
- Hiponatremia (Na > 130 mEq/L), kadar netrium
diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila
masih dijumpai hipernatremia dilakukan koreksi sbb :
kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 kadar Na serum x
0.6 x berat badan, diberikan dalam 24 jam.
- Hiperkalemia ( K > 5 mEq/L ), koreksi dilakukan
dengan pemberian kalsium glukonas 10% sebanyak
0.5-1 ml/kg BB i.v secara perlahan lahan dalam 5
10 menit, sambil dimonitor irama jantung dengan
EKG.
- Hipokalemia (K > 3.5 mEq/L), koreksi dilakukan
menurut kadar kalium.
- Kadar K 2,5 3,5 mEq/L, diberikan KCI 75 mEq/kg BB
per oral per hari dibagi 3 dosis.
- Kadar K < 2,5 mEq/L, berikan KCI melalui drip
intravena dengan dosis:
- 3,5 kadar K terukur x BB (kg) x 0.4 + 2 mEq/kgBB/
24 jam dalam 4 jam pertama.
- 3,5 kadar K terukur x BB (kg) x 0.4 + 1/6 x 2
mEq/kgBB/24 jam dalam 20 jam berikutnya.
- Seng, seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat
menurunkan frekuensi buang air besar dan volume
tinja sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya
dehidrasi pada anak. sengZink elemental diberikan
selama 10 14 hari meskipun anak telah tidak
mengalami diare dengan dosis :
- Umur dibawah 6 bulan : 10 mg per hari
- Umur diatas 6 bulan : 20 mg per hari
- Nutrisi, ASI dan makanan dengan menu yang sama
saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk
mencegah kehilangan berat badan dan sebagai
pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan
nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak

tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikitsedikit tapi sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah
serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
Medikamentosa
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotic
- Antiparasit
Edukasi, orangtua diminta untuk membawa kembali
anaknya ke Pusat Pelayanan Kesehatan bila
ditemukan hal sebagai berikut : demam, tinja
berdarah, makan atau minum sedikit, sangat haus,
diare makin sering atau belum membaik dalam 3
hari. Orang tua dan pengasuh diajarkan cara
menyiapkan oralit secara benar. Langkah promotif /
preventif :
- ASI tetap diberikan
- Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum
makan
- Kebersihan lingkungan, buang air besar dijamban
- Immunisasi campak
- Memberikan makanan penyapihan yang benar
- Penyediaan air minum yang bersih
- Selalu memasak makanan.

PUSKESMAS
SINABOI

HEPATITIS AKUT
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Suatu keradangan hati atau kerusakan dan nekrosis sel


hepatosit. Secara klinis hal ini ditandai dengan peningkatan
kadar transaminase. Penyebab dari hepatitis yaitu virus
hepatotropik, virus non-hepatotropik, bakteri atau jamur,
autoimun, toksin obat, herbal, gangguan perfusi, dll.

DIAGNOSIS

Anamnesis
- Anamnesis ditujukan terhadap adanya gejala klasik
hepatitis akut. Pembedaan penyebab hepatitis akut
akibat virus hepatotropik hanya dapat dketahui
dengan pemeriksaan serologi atau pun PCR.
- Manifestasi hepatitis A akut bervariasi dari
asimptomatik, manifestasi ringan tidak khas, gejala
khas yang klasik sampai hepatitis fulminan.
- Anak dapat dicurigai menderita hepatitis A apabila
ada gejala sistemik yang berhubungan dengan
saluran cerna dan ditemukan faktor risiko misalnya
pada keadaan adanya outbreak atau diketahui
adanya sumber penularan. Onset hepatitis A
biasanya terjadi secara tiba tiba, dimulai dengan
keluhan sistemik yang tidak khas serperti demam,
malaise, nause, emesis, anorexia, dan rasa tidak
nyaman pada perut. Gejala prodromal seringkali
ringan dan tidak diketahui pada bayi dan anak.
Ikterus pada anak seringkali tidak begitu tampak dan
sexing hanya bisa dideteksi dengan pemeriksaan
petanda serologi.
- Hepatitis akut pada beberapa dapat didahului dengan

gejala prodromal mirip serum sickness yang ditandai


dengan athralgia, arthritis.
Faktor risiko penularan perlu ditanyakan meski
kadang sulit ditemukan.

Pemeriksaan fisik
- Dapat ditemukan ikterus, hepatomegali, nyeri tekan
diabdomen kuadran kanan atas akibat meregangnya
capsula hepatis.
- Kadang ditemukan demam.
Pemeriksaan penunjang
- Adanya hepatitis akut ditunjukkan dengan adanya
transaminase yang meingkat terutama ALT dan
mungkin disertai adanya kadar bilirubin yang
meningkat terutama pada adanya kolestasis.
- Untuk menemukan virus mana yang bertanggung
jawab terhadap hepatitis akut adalah dengan
melakukan pemeriksaan serologi yang dapat
menunjukan akut dan khas untuk masing-masing
virus.
- Hepatitis akut virus A:1gM anti HVA positif, hepatitis
akut virus B : 1gM anti HBc positif, anti HCS dan
RNA virus hepatitis C. berikut adalah petanda
diagnostik dari masing masing virus hepatitis.

TATA LAKSANA

Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis akut, tata


laksana suportif dengan asupan kalori yang cukup.
Pemantauan ditujukan pada hepatitis B dan C untuk
memastikan tidak terjadi kronisitas.

PUSKESMAS
SINABOI

INFEKSI VIRUS DENGUE


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus


genus Flavivirus, family faviviridae, mempunyai 4 jenis
serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, melalui
perentara nyamuk Aedes aegypti atau aedes albopictus.
Keempat serotype dengue terdapat diindonesia, DEN-3
merupakan serotype dominan dan banyak berhubungan
dengan kasus berat,diikuti serotype DEN-2.

DIAGNOSIS

Anamnesis
- Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak
tinggi, selama 2-7 hari.
- Disertai lesu, tidak mau makan, dan muntah.
- Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri
otot, dan nyeri perut.
- Diare kadang-kadang dapat ditemukan.
- Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan
kulit dan mimisan.

Pemeriksaan fisik
- Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi,
facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan
sendi, nyeri tenggorokan dengan fering hiperemis,
nyeri dibawah lekung jga kanan. Gejala penyerta
tersebut lebih mencolok pada DD dari pada DBD.
- Sedangkan hepatomegali dan kelainan fungsi hati
lebih sering ditemukan pada DBD.
- Perbedaan antara DD dan DBD adalah pada DBD
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
menyebabkan perembesan plasma, hipovolemia dan
syok.
- Perembesaan plasma mengakibatkan ekstravasasi
cairan kedalam rongga pleura dan rongga peritoneal
selama 24-48 jam.
- Fase kritis sekitar hari ke-3 hingga ke-5 perjalanan
penyakit. Pada saat ini suhu turun, yang dapat
merupakan awal penyembuhan pada infeksi ringan
namun pada DBD berat merupakan tanda awal syok.
- Perdarahan dapat berupa petekie, epistaksis, melena
ataupun hematuria.
Tanda tanda syok
- Anak gelisah, sampai terjadi penurunan kesadaran,
sianosis
- Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang kadang
tidak teraba
- Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg
- Akral dingin, capillary refill menurun
- Dieresis menurun sampai anuria
Apabila syok tidak dapat segera diatasi, akan terjadi
komplikasi berupa asidosismetabolik dan perdarahan hebat.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
- Darah perifer, kadar hemoglobin, leukosit dan hitung
jenis, hematokrit, trombosit. Pada apusan darah
perifer juga dapat dinilai limfosit plasma biru.
Peningkatan 15 % menunjang diagnosis DBD.
- Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibis dilakukan saat
fase akut dan fase konvalesens.
- Pemeriksaan radiologis.
kriteria Klinis

TATA LAKSANA

Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas,


berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.
Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji
bendung positif, petekie, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis dan melena.
Pembesaran hati.
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan
tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit
lembab dan paien tampak gelisah.
Kriteria laboratorium.
Trombositopenia (100.000/1 atau kurang).
Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit
20% menurut standar umur dan jenis kelamin.
Dua kriteria klinis pertama disertai trombositopenia
dan hemokonsentrasi, serta dikonfirmasi secara uji
serologic hemaglutinasi.

DBD tanpa syok ( derajat I dan II )


Medikamentosa
- Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian
parasetamol bukan aspirin.
- Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak
diperlukan (misalnya antasid, antiemetik) untuk
mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati.
- Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati,
apabila
terdapat
perdarahan
saluran
cerna
kortikosteroid tidak diberikan.
- Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.

Suportif
- Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat
peningkatan permeabilitas kapiler dan perdarahan.
- Kunci keberhasilan terletak pada kemampuan untuk
mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase
syok disebut time of fever differvesence dengan
baik.
- Cairan intravena diperlukan, apabila
(1) Anak terus menerus muntah, tidak mau minum,
demam
tinggi,
dehidrasi
yang
dapat
mempercepat terjadinya syok,
(2) Nilai hematokrit cenderung meningkat pada
pemeriksaan berkala.
DBD disertai syok (Sindrom Syok Dengue, derajat III

dan IV)
- Penggantian volume plasma segera, cairan intravena
larutan ringer laktat 10-20 ml/kgbb secara bolus
diberikan dalam waktu 30 menit. Apabila syok belum
teratasi tetap diberikan ringer laktat 20 ml/kgbb
ditambah koloid 20-30 ml/kgbb/jam, maksimal 1500
ml/hari.
- Pemberian cairan 10 ml/kgbb/jam tetap diberikan 1-4
jam pasca syok. Volume cairan diturunkan menjadi 7
ml/kgbb/jam, selanjutnya 5ml dan 3ml apabila tanda
vital dan dieresis baik.
- Jumlah urin 1 ml/kgbb/jam merupakan indikasi bahwa
sirkulasi membaik.
- Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48
jam setelah syok teratasi.
- Oksigen 2-4 l/menit pada DPD syok.
- Koreksi asidosis metabolic dan elektrolit pada DBD
syok.
- Indikasi pemberian darah.
Terdapat perdarahan secara klinis
- Setelah pemberian cairan kristaloid dan koloid, syok
menetap, hematokrit turun, diduga setelah terjadi
perdarahan, berikan darah segar 10 ml/kgbb.
- Apabila kadar hematokrit tetap > 40 vol%, maka
berikan darah dalam volume kecil.
- Plasma segar beku dan suspensi trombosit berguna
untuk koreksi gangguan koagulopati atau koagulasi
intravaskuler desiminata (KID) pada syok berat yang
menimbulkan perdarahan massif.
- Pemberian tranfusi suspensi trombosit pada KID
harus selalu disertai plasma segar untuk mencegah
perdarahan lebih hebat.
DBD ensefalopati
Pada ensefalopati cenderung terjadi edema otak dan
alkalosis, maka bila syok telah teratasi, cairan diganti
dengan cairan yang tidak mengandung HCO3 dan jumlah
cairan segera dikurangi. Larutan ringer laktat segera ditukar
dengan larutan NaCL (0.9%) ; glukosa (5%) = 3:1.
Pemantauan
Pemantauan selama perawatan
Tanda klinis, apakah syok telah teratasi dengan baik,
adakah pembesaran hati, tanda perdarahan saluran cerna,

tanda ensefalopati, harus dimonitor dan dievaluasi untuk


menilai hasil pengobatan.
Kadar hemoglobin, hematokrit, dan trombosit tiap 6 jam,
minimal 12 jam.
Balans cairan, catat jumlah cairan yang masuk, diuresis
ditampung dan jumlah perdarahan.
Pada DBD syok, lakukan cross match darah untuk
persiapan transfuse darah apabila diperlukan.
Faktor risiko terjadinya komplikasi :
- Ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD dengan
syok ataupun tanpa syok.
- Kelainan ginjal, akibat syok berkepanjangan dapat
terjadi gagal ginjal akut.
- Edema perut, seingkali terjadi akibat overloading
cairan.
Kriteria memulangkan pasien
- Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.
- Nafsu makan membaik.
- Secara klinis tampak perbaikan.
- Hematokrit stabil.
- Tiga hari setelah syok teratasi.
- Jumlah trombosit > 50.000/ml.
- Tidak dijumpai distress pernapasan.

PUSKESMAS
SINABOI

KEJANG DEMAM

No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh


( suhu rektal diatas 300C) tanpa adanya infeksi susunan
saraf pusat, gangguan elektrolit atau metabolik lain. Kejang
disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam. Kejang demam disebut
kompleks jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit,
bersifat fokal atau parsial 1 sisi kejang umum didahului
kejang fokal dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24
jam.

DIAGNOSIS

Anamnesis
- Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang.
- Suhu sebelum /saat kejang, frekuensi dalam 24 jam,
interval, keadaan anak pasca kejang, penyebab
demam diluar infeksi susunan saraf pusat (gejala
infeksi saluran nafas akut/ISPA, infeksi saluran
kemih/ISK, otitis media akut / OMA,dll).
- Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan
epilepsi dalam keluarga.
- Singkirkan penyebab kejang yang lain ( misalnya
diare / muntah yang mengakibatkan gaggguan
elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia,
asupan
kurang
yang
dapat
menyebabkan
hipoglikemia ).
Pemeriksaan fisik
- Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran,
suhu tubuh : apakah terdapat demam.
- Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, bruzinski I
dan II, kernique, laseque.
- Pemeriksaan nervus cranial.
- Tanda peningkatan tekanan intracranial : ubun-ubun

besar (UUB) menonjol, papil endema.


Tanda infeksi diluar SSP : ISPA, OMA, ISK, dll.
Pemeriksaan neurologi : tonus, motorik,
fisiologis, reflek patologis.

reflek

Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi
untuk mencari penyebab demam atau kejang.
Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap,
gula darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah,
urin atau feses.
- Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menegakkan/ menyingkirkan kemungkinan diagnosis
meningitis karena menifestasi klinisnya tidak jelas.
Jika yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu
dilakukan fungsi lumbal.
Fungsi lumbal dianjurkan pada :
- Bayi usia kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan
- Bayi usia 12-18 bulan : dianjurkan
Bayi usia > 18 bulan tidak rutin dilakukan
- Pemeriksaan
elektroensefalografi
(EEG)
tidak
direkomendasikan. EKG masih dapat dilakukan pada
kejang demam yang tidak khas, misalnya : kejang
demam kompleks pada anak berusia lebih dari 6
tahun atau kejang demam fokal.
- Pencitraan (CT-scan atau MRI kepala) dilakukan
hanya jika ada indikasi, misalnya :
- Kelainan
neurologi
fokal
yang
menetap
(hemiparesis) atau kemungkinan adanya lesi
structural diotak (mikrosefali, spastisitas)
- Terdapat tanda peningkatan tekanan intracranial
( kesadaran menurun, muntah berulang, UUB
membonjol, paresis nervus VI, edema papil ).

TATA LAKSANA

Medikamentosa
Pengobatan pada medikamentosa saat kejang dapat dilihat
pada algoritme tatalaksana kejang. Saat ini lebih
diutamakan pengobatan profilaksis intermiten pada saat
demam berupa :
- Antipiretik
- Anti kejang
- Pengobatan jangka panjang / rumatan
Indikasi rawat
- Kejang demam kompleks

Hiperpireksia
Usia dibawah 6 bulan
Kejang demam pertama kali
Terdapat kelainan neurologis.

Kemungkinan berulangnya kejang demam


Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian
kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah :
- Riwayat kejang demam dalam keluarga
- Usia kurang dari 12 bulan
- Temperature rendah saat kejang
- Cepatnya kejang setelah demam
Jika seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulangnya
kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat
faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam
hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam
paling besar pada tahun pertama.
Faktor resiko terjadinya epilepsy
- Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas
sebelum kejang demam pertama
- Kejang demam kompleks
- Riwayat epilepsy pada orang tua atau saudara
kandung
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan
kejadian epilepsi sampai 4-6%, kombinasi dari faktor risiko
tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 1049%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah
dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.

PUSKESMAS
SINABOI

KESULITAN MAKAN
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

DIAGNOSIS

Batasan kesulitan makan pada anak yaitu segala sesuatu


yang berkaitan dengan ketidakmampuan bayi/anak untuk
menkonsumsi sejumlah makanan yang diperlukannya
secara alami dan wajar, yaitu dengan menggunakan
mulutnya secara sukarela.
Penyebab dibagi dalam 3 kelompok :
- Faktor nutrisi yang meliputi kemampuan untuk
mengkonsumsi makanan
- Faktor penyakit/kelainan organik
- Faktor gangguan/kelalaian kejiwaan

Anamnesis
- Riwayat antenatal dan perinatal
- Riwayat atopi atau kesulitan makan pada anak
- Riwayat penyakit sebelumnya

Riwayat perawatan dirumah sakit, adakah manipulasi


daerah orofaring seperti pemberian makanan melalui
tube
Kronologis kesulitan makan :
- Diet sejak lahir, penggantian formula, pengenalan
makanan padat, diet saat ini, tekstur, cara dan
waktu pemberian, serta posisi saat makan.
- Keengganan makan, banyaknya yang dimakan,
durasi makan dan kebiasaan makan, strategi yang
telah dicoba, dan lingkungan serta kebiasaan saat
waktu makan.
Curigai kelainan anatomis bila terdapat hal-hal
berikut ini :
- Gangguan menelan
- Pneumonia berulang aspirasi kronik
- Stridor yang berkaitan dengan makan kelainan
glottis
- Koordinasi mengisap-menelan-bernapas atresia
koana
- Muntah, diare atau konstipasi, kolik dan nyeri
abdomen refluks gastroesofagus (GER) atau
alergi susu sapi
Cari faktor stress, dinamika keluarga, dan masalah
emosional

Pemeriksaan fisik
- Dimulai dengan pengukuran antropometris, termasuk
lingkar kepala
- Penilaian pertumbuhan sejak lahir dengan melihat
kurva pertumbuhannya
- Abnormalitas kraniofasial, tanda penyakit sistemik,
dan atopi harus dicari
- Pemeriksaan neurologis menyeluruh harus dilakukan
sebagai evaluasi perkembangan psikomotor
Pemeriksaan penunjang
- Tidak diindikasi pada anak dengan pemeriksaan fisik
normal, memiliki kurva pertumbuhan yang normal,
dan hasil penilaian perkembangan normal.
- Kolik dan muntah kadang-kadang
- Alergi susu sapi dikonfirmais dengan skin test dan
tes radioallergosorbent kurang dapat dipercaya
( level of evidence I).
- GER konfirmasi dengan pemeriksaan saluran
cerna atas dengan kontras dapat memperlihatkan
gambaran bolus saat melewati orofaring dengan

TATA LAKSANA

esogfagus dan untuk mendeteksi kelainan


anatomis seperti malrotasi.
Pemantauan pH esofagus bila tidak respin terhadap
terapi empiris dengan obat penekan asam lambung.
Kesulitan makan disertai pertumbuhan terhambat
memerlukan pemeriksaan menyeluruh :
- Pemeriksaan laboratorium ini pertama : darah
perifer lengkap, laju endap darah, albumin,
protein serum, beis serum, iron binding capacity,
dan feritin serum untuk mendeteksi defisiensi zat
gizi spesifik serta menilai fungsi ginjal dan hati.
- Antibodi antitransglutaminase untuk mendeteksi
penyakit celiac.
- Esofagoduodenoskopi
dan
biopsy
dapat
menentukan ada tidaknya dan tingkat keparahan
esofagitis, struktur, dan webs bila GER tidak jelas.
Analisis diet : kualitas dan kuantitas asupan makanan
harus dinilai untuk menentukan difisiensi kalori,
vitamin, trace element, dan keengganan makan,
tanyakan pula konsumsi susu dan jus buah
berlebihan.
Interaksi orangtua dan anak harus dinilai : adakah
interaksi positif (misalnya kontak mata, sentuhan,
pujian) atau interaksi negative (misalnya memaksa
makan, mengancam, prilaku anak yang merusak
seperti melempar makanan).
Hargai prilaku makan anak selama makan, seperti
positive reinforecement bila menerima makanan.

Bila anak tumbuh dan berkembang secara normal,


cukup yakinkan orangtua bahwa tidak diperlukan
pemeriksaan lanjutan.
Jika pertumbuhan anak terhambat, asupan kalori
harus ditingkatkan :
- ASI dapat ditambah susu formula
- Formula bayi dapat dikonsentrasikan sampai 2430 kkal/oz (30 ml), dengan mengurangi jumlah air
atau menambahkan polimer glukosa atau minyak
sayur.
- Makanan padat dapat ditambah dengan mentega,
minyak sayur, krim, polimer glukosa, dan susu
bubuk.
- Masalah medis yang menyertai harus ditata
laksana tuntas sesuai panduan yang berlaku.

Langkah Promotif/Preventif
- Manajemen laktasi yang benar
- Pengenalan makanan padat sesuai usia
- Pemilihan makanan yang sesuai dengan tahapan
perkembangan bayi
- Jadwal pemeberian makanan yang fleksibel sesuai
dengan keadaan lapar dan haus yang berkaitan
dengan pengosongan lambung
- Hindari makan dengan paksaan.
Perhatikan kesukaan (like) dan ketidak sukaan (dislike),
penerimaan
(acceptance)
dan
ketidakcocokan
(allergy/intolarence).

PUSKESMAS
SINABOI

MALARIA
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Malaria merupakan penyakit infeksi akut hingga kronik yang


disebabkan oleh satu atau lebih spesies plasmodium,
ditandai dengan panas tinggi bersifat intermiten, anemia,
dan hepato-splenomegali. Untuk memastikan diagnosis
diperlukan pemeriksaan darah tepi ( apusan tebal atau
tipis ) untuk konfirmasi adanya parasit Plasmodium.
Malaria dapat ditularkan melalui penularan :
1. Alamiah (natural infection) melalui gigitan nyamuk
anopheles
2. Penularan bukan alamiah yaitu malaria bawaan
(kongential) dan penularan secara mekanik melalui
transfuse darah atau jarum suntik. Sumber infeksi
adalah orang yang sakit malaria, baik dengan gejala
maupun tanpa gejala klinis.

DIAGNOSIS

Anamnesis
- Pasien berasal dari daerah endemis malaria, atau
riwayat berpergian ke daerah endemis malaria.
- Lemah, nausea, muntah, tidak ada nafsu makan,
nyeri punggung, nyeri daerah perut, pucat, mialgia,
dan antralgia.
- Malaria infeksi tunggal pada pasien non-imun terdiri
atas beberapa serangan demam dengan interval
tertentu (paroksisme), diselengi periode bebas
demam. Sebelum demam pasien merasa lemah,
nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau
muntah.
- Pada pasien dengan infeksi majemuk/campuran
(lebih dari satu jenis plasmodium atau infeksi
berulang dari satu jenis plasmodium), demam terus
menerus (tanpa interval).
- Pada pejamu yang imun gejala klinisnya menimal.
- Periode paroksisme terdiri atas stadium dingin (cold
stage), stadium demam (hot stoge), dan stadium
berkeringat (sweating stage).
- Paroksismejarang dijumpai pada anak, stadium
dingin seringkali bermanifestasi sebagai kejang.

Pemeriksaan fisik
- Pada malaria ringan dijumpai anemia, muntah atau
diare, ikterus, dan hepato-splenomegali.
- Malaria berat adalah malaria yang disebabkan oleh
p.falciparum, disertai satu atau lebih kelainan
sebagai berikut :
- Hiperparasitemia, bila > 5% eritrosit dihinggapi
parasit
- Malaria serebral dengan kesadaran menurun
- Anemia berat, kadar hemoglobin <7 g/dl
- Perdarahan
atau
koagulasi
intravaskuler
diseminata
- Ikterus, kadar bilirubin serum > 50 mg/dl
- Hipoglikemia, kadang-kadang akibat terapi kuinin
- Gagal ginjal, kadar kreatinin serum >3g/dl dan
diuresis <400ml/24 jam
- Hiperpireksia
- Edem paru
- Syok, hipotensi, gangguan asam basa
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan hapus darah tepi :
- Tebal : ada tidaknya Plasmodium
- Tipis : identifikasi spesies Plasmodium/tingkat
parasitemia
- Pemeriksaan
penunjang
lain
sesuai
dengan
komplikasi yang terjadi.

TATA LAKSANA

Medikamentosa
- Untuk semua spesies Plasmodium, kecuali P.
Falciparum yang resisten terhadap klorokuin :
- Klorokuin sulfat oral, 25 mg/kgbb terbagi dalam 3
hari yaitu 10 mg/kgbb pada hari ke-1 dan 2, serta
5 mg/kgbb pada hari ke-3
- Kina
dihidrokloroidnintravena
1
mg/garam/kgbb/dosis dalam 10cc/kgbb larutan
dekstrosa 5% atau larutan NaCL 0.9, diberikan
perinfus dalam 4 jam, diulangi tiap 8 jam dengan
dosis yang sama sampai terapi oral dapat dimulai.
Keseluruhan pemberian obat adalah 7 hari dengan
dosis total 21 kali.
- Plasmodium falciparum yang resisten terhadap
klorokuin
- Regimen alternative
- Pencegahan relaps

Suportif
- Pemberian cairan, nutrisi, tranfusi darah
- Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskule dan
jaringan dan pemberian oral atau parenteral
- Pelihara keadaan nutrisi
- Tranfusi darah pack red cell 10 ml/kgbb atau whole
blood 20 ml/kgbb apabila anemia dengan Hb <
7,lg/dl
- Bila terjadi perdarahan, diberikan komponen darah
yang sesuai
- Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit
- Pertahankna fungsi sirkulasi dengan baik, bila perlu
pasang CVP. Dialysis peritoneal dilakukan pada gagal
ginjal
- Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu diberikan
oksigen
- Apabila terjadi gagal napas perlu berikan oksigen
- Pertahankan kadar gula darah normal.
Antipiretik
Diberikan apabila demam >390C, kecuali pada riwayat
kejang demam dapat diberikan lebih awal.
Indikasi rawat
Semua kasus malaria berat atau dengan komplikasi harus
dirawat.
Pemantauan
Efektifitas pengobatan antimalaria dinilai berdasarkan
respon klinis dan pemeriksaan parasitologis.
- Kegagalan
pengobatan
dini,
bila
penyakit
berkembang menjadi
- Malaria berat hari ke- 1,2,3 dan dijumpai
parasitemia, atau/parasitemia hari ke-3 dengan
suhu aksila > 37,50C.
- Secara klinis dan parasitologis :
- Adanya malaria berat setelah hari ke-3 dan
parasitemia
- Adanya parasitemia pada hari ke-7,14,21 dan 28
- Suhu aksila < 37,50C tanpa ada akriteria
kegagalan pengobatan dini, atau
- Parasitemia dan suhu aksila > 37,5 0C pada hari ke
4-28 tanpa ada kriteria kegagalan pengobatan
dini.
- Respon klinis dan parasitologis memadai, apabila

pasien sebelumnya tidak berkembang menjadi


kegagalan butir no.1 dan 2, dan tidak ada
parasitemia.
Komplikasi
- Pada P. Falciparum dapat terjadi
- Malaria serebral
- Black water fever (hemoglobinuria masif)
- Malaria algida (syok)
- Malaria biliosa (gangguan fungsi hati)
- Pada P.malariae dapat terjadi penyulit sindrom
nefrotik.

PUSKESMAS
SINABOI

SERANGAN ASMA AKUT


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten


dengan kareteristik sebagai berikut : timbul secara episodic,
cenderung pada malam/dini hari (nocturnal), musiman,
setelah aktivitas fisik, serta terdapat riwayat asma atau
atopi lain pada pasien atau keluarganya.
Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan
gejala-gejala asma secara progresif. Gejala yang dimaksud

adalah sesak napas, batuk, mengi, dada terasa tertekan,


atau berbagi kombinasi gejala tersebut.

DIAGNOSIS

Anamnesis
Untuk memperkuat dengan asma, anamnesis harus
dilakukan dengan cermat agar didapatkan riwayat penyakit
yang tepat mengenai gejala sulit bernapas, mengi, atau
dada terasa berat yang bersifat episodik dan berkaitan
dengan musim, serta adanya riwayat asma atau penyakit
atopi pada anggota keluarga. Pertanyaan berikut ini sangat
berguna dalam pertimbangan diagnosis asma :
- Apakah anak mengalami serangan mengi atau
serangan mengi berulang ?
- Apakah anak sering terganggu oleh batuk pada
malam hari ?
- Apakah anak mengalami gejala mengi, dada terasa
berat, batuk setelah terpajan alergen atau polutan ?
- Apakah jika mengalami pilek, anak membutuhkan
>10 hari untuk sembuh ?
- Apakah gejala klinis membaik setelah pemberian
pengobatan antiasma ?
Pola gejala harus dibedakan apakah gejala tersebut timbul
pada saat infeksi virus atau timbul tersendiri di antara
batuk pilek biasa. Pencetus yang spesifik dapat berupa
aktivitas, emosi, debu, makanan / minuman, pajanan
terhadap hewan berbulu, perubahan suhu lingkungan atau
cuaca, aroma parfum yang kuat atau aerosol, asap rokok,
atau adap dari perapian. Derajat berat ringannya gejala
harus ditentukan untuk mengarahkan pengobatan yang
akan diberikan.

Pemeriksaan fisik
- Kesadaran
- Suhu tubuh
- Sesak napas, apakah terdapat sesak napas
- Tanda gagal napas
- Tanda infeksi penyerta/komplikasi
- Penilaian derajat serangan asma : ringan /sedang
/berat /mengancam jiwa.
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan fungsi

paru

peak

flow

meter,

spirometer
Analisis gas darah : pada asma dapat terjadi asidosis
respirratorik dan metabolik
Darah lengkap dan serum elektrolit.

Foto toraks : pada asma umumnya tampak hiperaerasi, bisa


dijumpai komplikasi berupa atelektasis, pneumotoraks, dan
pneumomediastinum.

TATA LAKSANA

Serangan Asma Ringan


- Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukan
respons yang baik (Complete respons), berarti
derajat serangannya ringan.
- Pasien diobservasi selama 1-2 jam, jika respons
tersebut bertahan, pasien dapat dipulangkan. Pasien
dibekali obat -agonis (hirupan atau oral) yang harus
diberikan tiap 4-6 jam.
- Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus, dapat
ditambahkan steroid oral jangka pendek (3-5 hari).
- Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat
jalan dalam waktu 24-48 jam untuk evaluasi ulang
tata laksana.
- Jika sebelumnya serangan pasien sudah mendapat
obat pengendali, obat tersebut diteruskan hingga
evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat jalan.
Namun, jika setelah observasi 2 jam gejala timbul
kembali, pasien diperlukan sebagai serangan asma
sedang.
Serangan Asma Sedang
- Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali
pasien
hanya
menunjukkan
respon
parsial
(incomplete
response),
kemungkinan
derajat
serangannya sedang. Untuk itu, derajat serangan
harus dinilai ulang sesuai pedoman.
- Jika serangannya memang termasuk serangan
sedang, pasien perlu diobservasi dan ditangani di
ruang rawat sehari (RRS). Pada serangan asma
sedang, diberikan kortikosteroid sistemik (oral)
metilprednisolon dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari
selama 3-5 hari.
- Walaupun belum tentu diperlukan, untuk persiapan
keadaan darurat, pasien yang akan diobservasi di
RSS langsung dipasang jalur parental sejak di unit

gawat darurat (UGD).


Serangan Asma Berat
- Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut turut pasien
tidak menunjukan respon (poor response), yaitu
gejala dan tanda serangan masih ada, pasien harus
dirawat diruang inap.
- Oksigen 2-4L/menit diberikan sejak awal termasuk
saat nebulisasi.
- Kemudian dipasang jalur parental dan dilakukan foto
toraks .
- Bila pasien menunjukan gejala dan tanda ancaman
henti napas, pasien harus langsung dirawat diruang
rawat intensif. Pada pasien dengan serangan berat
dan ancaman henti napas, foto thoraks harus
langsung dibuat untuk mendeteksi komplikasi
pneumotoraks dan/atau pneumomediastinum.
- Jika ada dehidrasi dan asidosis, diatas dengan
pemberian cairan intravena dan koreksi terhadap
asidosis.
- Steroid intravena diberikan secara bolus, tiap 6-8
jam.
- Dosis steroid intravena 0,5-1 mg/kgBB/hari.
- Nebulisasi -agonis + antikolinergik dengan oksigen
dilanjutkan tiap 1-2 jam ; jika dengan 4-6 kali
pemberian mulai terjadi perbaikan klinis, jarak
pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam.
Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan
sebagai berikut :
- Jika pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya,
diberikan amniofilin dosis awal (inisial) sebesar 6-8
mg/kgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5% atau garam
fisiologis sebanyak 20 ml, diberikan dalam 20-30
menit.
- Jika pasien telah mendapat aminofilin sebelumnya
(kurang dari 4 jam), dosis yang diberikan adalah
setengah dosis inisial.
- Sebaiknya kadar aminofilin dalam darah diukur dan
dipertahankan sebesar 10-20 mg/ml.
- Selanjutnya, aminofilin dosis rumatan diberikan
sebesar 0,5-1mg/kgBB/jam.
- Jika telah terjadi perbaikan klinis, nebulisasi
diteruskan setiap 6 jam, sampai dengan 24 jam.
- Steroid dan aminofilin diganti dengan pemberian per

oral.
Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat
dipulangkan dengan dibekali obat -agonis (hirupan
atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama 24-48
jam. Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien
kontrol ke klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk
evaluasi ulang tata laksana.
Ancaman henti napas, hipoksemia tetap terjadi
walaupun sudah diberi oksigen (kadar Pao 2<60
mmHg dan/atau PaCO2, 45 mmHg). Pada ancaman
henti napas diperlukan ventilasi mekanik.

PUSKESMAS
SINABOI

TALASEMIA
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY


NIP.19680127 200012 1 001
PENGERTIAN

DIAGNOSIS

Merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang


disebabkan oleh efek genetik pada pembentukan rantai
globin. Penyebaran talasemia meliputi daerah Mediterania,
Afrika, Timur tengah, Asia tenggara termasuk Cina,
Semenanjung Malaysia, dan Indonesia.

Anamnesis
- Pucat yang lama (kronis)
- Terlihat kuning
- Mudah infeksi
- Perut membesar akibat hepatosplenomegali
- Pertumbuhan terhambat/pubertas terlambat
- Riwayat tranfusi berulang
- Riwayat keluarga yang menderita talasemia

Pemeriksaan fisik
- Anemia/pucat
- Ikterus
- Facies cooley
- Hepatospenomegali
- Gizi kurang/buruk
- Perawatan pendek
- Hiperpigmentasi kulit
- Pubertas terlambat
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
- Darah tepi lengkap :
- Hemoglobin
- Sediaan apus darah tepi (mikrositer, hipokrom,
anisositosis,
poikilositosis,
sel
eritrosit
muda/normoblas, fragmentosit, sel target).
- Indeks eritrosit : MCV, MCH, dan MCHC menurun,
RDW meningkat. Bila tidak menggunakan cell
counter, dilakukan uji resistensi osmotic I tabung
(fragilitas).
- Konfirmasi dengan analisis hemoglobin menggunakan :
- Elektroforesis hemoglobin : tidak ditemukannya
HbA dan meningkatnya HbA2 dan HbF
- Jenis
Hb
kualitatif

menggunakan
elektroforesis cellulose acetate
- Hb A2 kuantitatif menggunakan metode
mikrokolom
- Hb F menggunakan alkali denaturasi
medifikasi betke
- HbH badan inkulasi menggunakan pewarnaan
supravital (retikulosit)
Metode HPLC (beta short variant biorad) : analisis kualitatif
dan kuantitatif.

TATA LAKSANA

Transfusi darah
Prinsipnya : pertimbangkan matang-matang sebelum
memberikan tranfusi darah. Tranfusi darah pertama kali
diberikan bila :
- Hb < 7 g/dL yang diperiksa 2 kali berturutan dengan
jarak 2 minggu
- Hb > g/dL disertai gejala klinis :
Perubahan muka/facies cooley
- Gangguan tumbuh kembang
- Fraktur tulang

Curiga adanya hematopoietic ekstrameduler,


antara lain masa mediastinum pada penanganan
selanjutnya, tranfusi darah diberikan Hb < 8 g/dL
sampai kadar Hb 10-11 g/dL.
Bila tersedia, tranfusi darah diberikan dalam
bentuk PRC rendah leukosit.
- Medikamentosa
- Asam folat : 2 x 1 mg/hari
- Vitamin E : 2 X 200 IU/hari
- Vitamin C : 2 3 mg/kg/hari (maksimal 50 mg pada
anak < 10 tahun dan 100 mg pada anak > 10 tahun,
tidak melebihi 200 mg/hari) dan hanya diberikan
saat pemakaian deferioksamin (DFO), tidak dipakai
pada pasien dengan gangguan fungsi jantung.
- Kelasi besi.
- Dimulai bila :
- Feritin > 1000 mg/mL
- Bila pemeriksaan feritin tidak tersedia, dapat
digantikan
dengan
pemeriksaan
saturasi
transferin > 55%
- Bila
tidak
memungkinkan
dilakukannya
pemeriksaan laboratorium, maka digunakan
kriteria sudah menerima 3-5 liter atau 10-20 kali
tranfusi. Kelasi besi pertama kali dimulai dengan
deferioksamin/DFO :
- Dewasa dan anak > 3 tahun : 30-50
mg/kgBB/hari, 5-7 X seminggu subkutan (Sk)
selama 8-12 jam dengan syringe pump
- Anak usia < 3 tahun :15-25 mg/kg BB/hari dengan
monitoring ketat ( efek samping : gangguan
pertumbuhan
panjang
dan
tulang
belakang/vertebrata)
- Pasien dengan gangguan fungsi jantung : 60-100
mg/kgBB/hari IV kontinu selama 24 jam
- Pemakaian deferioksamin dihentikan pada pasienpasien yang sedang hamil, kecuali pasien
menderita gangguan jantung yang berat dan
diberikan
kembali
pada
trimester
akhir
deferioksamin 20-30 mg/kgBB/hari
- Ibu menyusui tetap dapat menggunakan kelasi
besi ini
- Jika tidak ada syringe pump dapat diberikan
bersama NaCL 0,9% 500 ml melalui infus (selama
8-12 jam)
- Jika kesediaan deferoksamin terbatas : dosis dapat
diturunkan tanpa mengubah frekuensi pemberian.

Pemberian kelasi besi dapat berupa dalam bentuk


parenteral
(desferioksamin)
atau
oral
(deferiprone/deferasirox) ataupun kombinasi.

PUSKESMAS
SINABOI

TUBERKULOSIS
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Tanggal Terbit :

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

Dr. SHERMAN WIRLIY

NIP.19680127 200012 1 001


PENGERTIAN

Adalah penyakit akibat infeksi kuman mycobacterium


tuberculosis yang bersifat sistemik sehingga dapat
mengenai hampir semua orang tubuh dengan lokasi
terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi
primer.

DIAGNOSIS

Anamnesis
Gejala umum dari penyakit TB pada anak tidak khas.
- Nafsu makan kurang
- Berat badan sulit naik, menetap, atau malah turun
- Demam subfebris berkepanjangan
- Pembesaran kelenjar superficial didaerah leher,
aksila, inguinal atau tempat lain
- Keluhan respiratorik berupa batuk kronik lebih dari 3
minggu atau nyeri dada
- Gejala gastrointestinal seperti diare persisten yang
tidak sembuh dengan pengobatan baku atau perut
membesar karena cairan atau teraba massa dalam
perut.
Keluhan spesifik organ dapat terjadi bila TB mengenai organ
ekstrapulmonal, seperti :
- Benjolan dipunggung (gibbus), sulit membungkuk,
pincang atau pembengkakan sendi
- Bila mengenai susunan saraf pusat, dapat terjadi
gejala iritabel, leher kaku, muntah-muntah, dan
kesadaran menurun
- Gambaran
kelainan
kulit
yang
khas
yaitu
skrofuloderma
- Limfadenopati multiple didaerah colli, aksila atau
inguinal
- Lesi flikten di mata.
Pemeriksaan fisik
Pada sebagian besar kasus TB, tidak dijumpai kelainan fisik
yang khas.
- Antropometri : gizi kurang dengan grafik berat badan
dan tinggi badan pada posisi di daerah bawah atau di
bawah P5.
- Suhu subfebris dapat ditemukan pada sebagian
pasien.

Kelainan pada pemeriksaan fisik baru di jumpai jika TB


mengenai organ tertentu.
- TB vertebrata : gibbus, kifosis, paraparesis, atau
paraplegia.
- TB koksae atau TB genu : jalan pincang, nyeri pada
pangkal pahu atau lutut.
- Pembesaran kelenjer getah bening multiple, tidak
nyeri tekan, dan konfluens.
- Meningitis TB : kaku kuduk dan tanda rangsang
meningeal lain.
- Skrofuloderma : ulkus kulit dengan skinbridge
biasanya terjadi didaerah leher, aksila, atau inguinal.
- Konjungtivitis fliktenularis yaitu bintik putih di limbus
kornea yang sangat nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
- Uji tuberculin
- Foto toraks anteo-posterior (AP) dan lateral kanan
- Pemeriksaan mikrobiologik dari bahan bilasan
lambung atau sputum, untuk mencari basil tahan
asam (BTA) pada pemeriksaan langsung dan
mycobacterium tuberculosis dari biakan
- Pemeriksaan patologi dilakukan dan dari biposi
kelenjer, kulit, atau jaringan lain yang dicurigai TB
- Pemeriksaan serologi seperti PAP TB, ICT, Mycodot
dan lain-lain, nilai diagnostiknya tidak lebih unggul
dari pada uji tuberkulin sehingga tidak dianjurkan
- Funduskopi perlu dilakukan pada TB milier dan
meningitis TB
- Pungsi lumba lharus dilakukan pada TB milier untuk
mengetahui ada tidaknya meningitis TB
- Foto tulang dan pungsi pleura dilakukan atas indikasi.
Pemeriksaan darah tepi, laju endap darah, urin dan feses
rutin, sebagai pelengkap data namun tidak berperan
penting dalam diagnostik TB.

TATA LAKSANA

Medikamentosa
Terapi TB terdiri dari dua fase, yaitu :
- Fase intensif : 3-5 OAT selama 2 bulan awal.
- Fase lanjutan dengan paduan 2 OAT (INH-rifampisin)
hingga 6-12 bulan. Pada anak, obat TB diberikan secara
harian (daily) baik pada fase intensif maupun fase
lanjutan.
- TB paru : INH, rifampisin, dan pirazinamid selama 2

bulan fase intensif, dilanjutkan INH dan rifampisin


hingga genap 6 bulan terapi (2HRZ 4HR).
TB paru berat (milier, destroyed lung) dan TB ekstra
paru : 4-5 OAT selama 2 bulan fase intensif,
dilanjutkan dengan INH dan rifampisin hingga genap
9-12 bulan terapi.
TB kelenjar superficial : terapinya sama dengan TB
paru.
TB milier dan efusi pleura TB diberikan prednisone 1-2
mg/kgBB/hari selama 2 minggu, kemudian dosis
diturunkan bertahap selama 2 minggu, sehingga total
waktu pemberian 1 bulan.

Kelompok risiko tinggi memerlukan medikamentosa


profilaksis.
- Profilaksis primer untuk mencegah tertular/infeksi
pada kelompok yang mengalami kontak erat dengan
pasien TB dewasa dengan uji BTA positif.
- Profilaksis sekunder untuk mencegah terjadinya sakit
TB pada kelompok yang telah terinfeksi TB tapi
belum sakit TB.
Bedah
- TB paru berat dengan destroyed lung untuk
lobektomi atau pneumektomi.
- TB tulang seperti spondilitis TB, koksitis TB atau
gonitis TB.
- Tindakan bedah dapat dilakukan setelah terapi OAT
selama minimal 2 bulan, kecuali terjadi kompresi
mendula spinalis atau ada abses paravertebrata
tindakan bedah perlu lebih awal.
Suportif
Asupan gizi yang adekuat sangat penting untuk
keberhasilan terapi TB. Jika ada penyakit lain juga perlu
mendapat tatalaksana memadai. Fisioterapi dilakukan pada
kasus pasca bedah.
Lain lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi
lainnya dll)
Untuk kasus meningitis TB ditangani disiplin Neurologi Anak
dan perlu dikonsultasikan ke Bagian Mata. Untuk kasus TB
tulang dikonsultasikan ke sub bagian Bedah Ortopedi. Kasus
TB milier dikonsultasikan ke Bagian Mata untuk evaluasi

adanya TB koroid.
Pemantauan
Terapi
- Respons klinis, dilihat dari perbaikan keluhan awal.
Respons yang nyata biasanya terjadi dalam 2 bulan
awal (fase intensif). Setelah itu perbaikan klinis tidak
lagi sedramatis fase intensif.
- Evaluasi radiologis, dilakukan pada akhir pengobatan,
kecuali jika ada perburukan klinis. Jika gambaran
radiologis juga memburuk, evaluasi kepatuhan
minum obat, dan kemungkinan kuman TB resisten
obat. Terapi TB dimulai lagi dari awal dengan paduan
4 OAT.
- Efek samping OAT jarang dijumpai pada anak jika
dosis dan cara pemberiannya benar.
- Jika timbul ikterus OAT dihentikan, dan dilakukan uji
fungsi hati.
- Dalam pemberian terapi dan profilaksis TB evaluasi
dilakukan tiap bulan. Bila pada evaluasi profilaksis TB
timbul gejala klinis TB, profilaksis diubah menjadi
terapi TB.
Tumbuh kembang
Pertumbuhan pasien akan mengalami perbaikan nyata.
Data berat badan dicatat tiap bulan dan dimasukan dalam
grafik tumbuh untuk memantau pola tumbuh pasien selama
menjalani terapi. Walau berat badan belum mencapai ideal,
namum pola grafiknya sudah menaik dan memasuki pita
diatasnya, sudah dinilai sebagai respons yang baik.
TB anak umumnya tidak menular, sehingga pasien TB anak
tidak perlu dikucilkan, agar tidak menganggu aspek
kembang dan kejiwaan pasien.
KIE untuk orangtua pasien
- Pengobatan TB berlangsung lama, minimal 6 bulan,
tidak boleh terputus, dan harus kontrol teratur tiap
bulan.
- Obat rifampisin dapat menyebabkan cairan tubuh
berwarna merah.
- Secara umum obat sebaiknya diminum dalam
keadaan perut kosong yaitu 1 jam sebelum
makan/minum susu, atau 2 jam setelah makan.
Khusus untuk rifampisin harus diminum dalam

keadaan perut kosong.


Bila timbul keluhan kuning pada mata, mual,dan muntah,
segera periksa ke dokter walau belum waktunya.

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR PENANGANAN APPENDICITIS AKUT


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001

TUJUAN

Sebagai acuan dalam


memberikan therapy.

menegakkan

diagnosa

dan

RUANG LINGKUP

SMF bedah Rumah Sakit untuk rawat jalan ataupun rawat


inap dan IGD.

URAIAN UMUM

Defenisi :
Adanya suatu nyeri didaerah perut kanan bawah yang
mendadak, menetap, disertai dengan febris, mual dan
muntah.

PROSEDUR

Kriteria diagnosa.
Anamnesis.
Nyeri perut kanan bawah menetap, biasanya.
Disertai mual dan muntah.
Pemeriksaan fisik.
Tanda-tanda pentonitis lokal abdomen.
Kanan bawah.
Rectal touchere : nyeri tekan darah.
Lingkaran rectum jam : appendicitis akut.
Diagnosis banding.
Kelainan ginekologis KET kanan, adnexitis/
Diverticulitis.
Batu Uretra.
DHF.
Pemeriksaan penunjang.
Laboratorium : leucosit, diff comf, thrombosit.
Rontgen : Appendicogram, EKG, Thoraks foto.
Konsultasi : spesialis Bedah.
Perawatan Rumah Sakit : harus dirawat segera.
Therapi.
Tempat pelayanan.
Penyulit.
Perforasi appendik dengan peritonitis umum.
Abses appendik.
Infiltrate Appendik.
Informed consent : perlu (tertulis).
Standar therapy : spesialis bedah.
Lama perawatan : 3-3 hari.
Masa pemulihan : 5-7 hari pasca bedah.
Out put : sembuh total.
PA : Apabila ada keragunan, preparat dapat dikirim
untuk permintaan Patologi Anatomi.
Otopsi / Risalah rapat.

DOKUMEN
TERKAIT

Rekam medis, Standar pelayanan, standar therapy surat


rujukan.

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR TINDAKAN EKSTRAKSI GIGI


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001

TUJUAN

RUANG LINGKUP

URAIAN UMUM

PROSEDUR

Sebagai acuan dalam penanganan diagnosa dan therapy


ekstraksi gigi.

Poliklinik gigi dan mulut.

Ekstraksi gigi
beberapa gigi.

adalah

tindakan

pencabutan

gigi

atau

Kriteria Persiapan :
- Persiapan alat untuk odontektomi.
- Persiapan pasien.
- Pasien yang datang kepoliklinik gigi dan mulut harus
membawa kartu status yang sudah ada tanda
pelunasan/stempel dari keuangan.
- Pasien dipanggil dan dipersilahkan duduk di dental
chair senyaman mungkin untuk pasien dan operator.
Penatalaksanaan :
- Tindakan aseptik intra oral dengan betadine sol 10%
- Dilakukan anestesi lokal dengan menggunakan
pehacain secara blok anastesi atau infiltrasi
- Setelah teranestesi dilakukan pelepasan gingival
yang
melekat
dengan
menggunakan
bein,
selanjutnya gigi diungkit dengan bein pada daerah
mesial dan distal gigi
- Dilakukan luksasi arah buko-lingual atau palate bukal
dengan menggunakan tang cabut. Pada ekstraksigigi
anterior ditambah dengan gerakan rotasi
- Setelah terasa goyang baru dilakukan pencabutan
gigi
- Bekas luka pencabutan ditutup dengan tampon dan
kassa steril + betadine
- Instruksi post ekstraksi dan pemberian resep.

DOKUMEN
TERKAIT

Kartu Rekam Medik

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR TINDAKAN PENUMPATAN AMALGAM


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

RUANG LINGKUP

Sebagai acuan dalam penanganan diagnosa dan terapi


penumpatan amalgam.

Poliklinik gigi dan mulut.

URAIAN UMUM

Penumpatan amalgam adalah penambahan dengan bahan


tambal amalgam terutama pada gigi posterior.

PROSEDUR

Kriteria Persiapan :
- Persiapan alat.
- Persiapan pasien.
- Pasien yang datang kepoliklinik gigi dan mulut harus
membawa kartu status yang sudah ada tanda
pelunasan/stempel dari keuangan.
- Pasien dipanggil dan dipersilahkan duduk di dental
chair senyaman mungkin untuk pasien dan operator.
Penatalaksanaan :
- Ekskavasi jaringan karies
- Preparasi kavitas
- Pembersihan kavitas
- Perlindungan pulpa
- Penumpatan
- Pemolesan.

DOKUMEN
TERKAIT

PUSKESMAS
SINABOI

Kartu Rekam Medik

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERSIHAN KARANG


No. Dokumen

JL. Sei Bakau

No. revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

RUANG LINGKUP

Sebagai acuan dalam penanganan diagnosa dan therapi


pembersihan karang gigi.

Poliklinik gigi dan mulut.

URAIAN UMUM

Pembersihan karang gigi adalah tindakan pembuangan


stain dan karang gigi (scalling).

PROSEDUR

Kriteria Persiapan :
- Persiapan alat.
- Persiapan pasien.
- Pasien yang datang kepoliklinik gigi dan mulut harus
membawa kartu status yang sudah ada tanda
pelunasan/stempel dari keuangan.
- Pasien dipanggil dan dipersilahkan duduk di dental
chair senyaman mungkin untuk pasien dan operator.
Penatalaksanaan :
- Pemberian bahan aseptik betadine sol 10%
- Pembersihan karang gigi
- Pembersihan stain
- Pengolesan bahan aseptik betadine sol 10%
- Asuhan pasca tindakan dan pemberian resep.

DOKUMEN
TERKAIT

PUSKESMAS
SINABOI

Kartu Rekam Medik

PROSEDUR TINDAKAN PENUMPATAN RESIN


KOMPOSIT + LIGHT CURING

JL. Sei Bakau

No. Dokumen

No. revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

RUANG LINGKUP

Sebagai acuan dalam penanganan diagnosa dan therapi


penumpatan resin komposit + light curing.

Poliklinik gigi dan mulut.

URAIAN UMUM

Penumpatan resin komposit + light curing adalah


penambalan dengan bahan tambal serwarna gigi yang
pengerasannya menggunakan cahaya ultra violat.

PROSEDUR

Kriteria Persiapan :
- Persiapan alat.
- Persiapan pasien.
- Pasien yang datang kepoliklinik gigi dan mulut harus
membawa kartu status yang sudah ada tanda
pelunasan/stempel dari keuangan.
- Pasien dipanggil dan dipersilahkan duduk di dental
chair senyaman mungkin untuk pasien dan operator.
Penatalaksanaan :
- Ekskavasi jaringan karies
- Preparasi kavitas
- Pembersihan kavitas
- Perlindungan dentin
- Penumpatan
- Penyinaran
- Pemolesan.

DOKUMEN
TERKAIT

Kartu Rekam Medik

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR TINDAKAN PULPEKTOMI


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

RUANG LINGKUP

Sebagai acuan dalam penanganan diagnosa dan therapi


pulpektomi.

Poliklinik gigi dan mulut.

URAIAN UMUM

Pulpektomi adalah tindakan pengangkatan saluran jaringan


pulpa pada gigi dangan infeksi pulpa gigi.

PROSEDUR

Kriteria Persiapan :
- Persiapan alat.
- Persiapan pasien.
- Pasien yang datang kepoliklinik gigi dan mulut harus
membawa kartu status yang sudah ada tanda
pelunasan/stempel dari keuangan.
- Pasien dipanggil dan dipersilahkan duduk di dental
chair senyaman mungkin untuk pasien dan operator.
Penatalaksanaan :

DOKUMEN
TERKAIT

Kartu Rekam Medik

PUSKESMAS
SINABOI

PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
RUANG LINGKUP

TANGGUNG
JAWAB

Merupakan acuan dalam sistem pengembangan SMF dan


program pendidikan staf medis.

KEBIJAKAN

DOKUMEN
TERKAIT

Direktur menetapkan kebijakan dan prosedur


pengembangan staf dan program pendidikan staf
medis Puskesmas Sinaboi.
Diklat Komite Medik menyusun program dan
mengkoordinir pelaksanaan pengembangan dan
program pendidikan staf medis.
Ketua SMF / instalasi bertanggung jawab dalam hal
pengusulan untuk mengikuti pendidikan / pelatihan
bagi staf medisnya kepada direktur melalui Diklat
Komite Medik.

Kebutuhan pelayanan medis spesialistik dianalisis


secara periodic oleh Komite Medik.
Pengembangan SMF dan pendidikan staf medis
dilakukan didalam dan diluar Puskesmas, secara
terprogram dan dikoordinir oleh Diklat Komite Medik.

Data Ekstern Puskesmas (Demografi,


Rujukan).
Data Intern Puskesmas (Hasil Pelayanan).
Analisis kebutuhan medis spesilistik.
Laporan kegiatan Diklat Komite Medik.
Prosedur Diklat.
Prosedur Inservice Training.

Statistik,

PUSKESMAS
SINABOI

Prosedur
Prosedur
Prosedur
Prosedur

Off Service Training.


Seminar di Puskesmas.
Seminar di luar Puskesmas.
Pendidikan berkelanjutan.

PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
RUANG LINGKUP

TANGGUNG
JAWAB

Merupakan acuan dalam sistem pengiriman staf medis


untuk mengikuti pendidikan formal berkelanjutan.

KEBIJAKAN

DOKUMEN
TERKAIT

Direktur menetapkan kebijakan dan prosedur


pendidikan berkelanjutan staf medis.
Diklat Komite Medik menyusun program dan
mengkoordinir pendidikan berkelanjutan staf medis.
Ketua SMF / instalasi bertanggung jawab dalam hal
pengusulan untuk melanjutkan pendidikan staf
medisnya kepada Direktur melalui Diklat Komite
Medik.

Pendidikan
berkelanjutan
bagi
staf
medis
direncanakan secara terprogram.
Pendidikan berkelanjutan diusulkan berdasarkan
analisis kebutuhan pelayanan medis Puskesmas.

Rencana program pendidikan berkelanjutan SMF.


Prosedur pendidikan berkelanjutan.
Analisis kebutuhan pelayanan medis Puskesmas.

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR DIKLAT STAF MEDIS


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

RUANG LINGKUP

URAIAN UMUM

Merupakan acuan dalam pelaksanaan kegiatan Staf Medis.

Staf Medis Puskesmas.

PROSEDUR

Diklat staf medis adalah program pendidikan /


pelatihan untuk Staf Medis Puskesmas Sinaboi.
Menurut tempat dan pelaksanaan kegiatan maka
Diklat Staf Medis dibagi :
Inservice Training (Puskesmas)
Off service Training (luar Puskesmas)

Ketua SMF / Instalasi mengajukan usulan mengenai


jenis pendidikan / pelatihan yang dibutuhkan staf
medisnya kepada Diklat Komite Medik.
Diklat Komite Medik menggolongkan jenis pelatihan
yang dapat diadakan sendiri di ES (Inservice Training)
atau yang harus diikuti di luar Puskesmas (Off service
training).

DOKUMEN
TERKAIT

PUSKESMAS
SINABOI

Diklat Komite Medik mengirim rencana program


prioritas sesuai kebutuhan Puskesmas.
Komite Medik mengusulkan rencana program diklat
kepada Direktur.

Surat usulan kebutuhan pendidikan / pelatihan.


Prosedur Inservice Training.
Prosedur Off service training.
Rencana program Diklat Staf Medis.

PROSEDUR INSERVICE TRAINING SMF


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

RUANG LINGKUP

URAIAN UMUM

PROSEDUR

Merupakan acuan dalam pelaksanaan kegiatan Inservice


Training bagi Staf Medis.

Staf Medis Puskesmas Sinaboi.

Inservice Trianing adalah kegiatan pendidikan / pelatihan


yang diadakan di lingkungan Puskesmas dan pesertanya
merupakan staf medis Puskesmas yang ditunjuk panitia
sesuai bidangnya.

Ketua SMF / Instalasi mengusulkan permintaan


Inservice Training bagi staf medisnya kepada Diklat
Komite Medik.
Komite Medik bersama panitia PSDM menyusun
program
prioritas
Inservice
Training
sesuai

DOKUMEN
TERKAIT

kepentingan Puskesmas.
Panitia PSDM mengusulkan kepada Direktur untuk
menunjuk staf Puskesmas sebagai pelatih /
narasumber.
Panitia PSDM menetapkan jadwal, peserta, pelatih
dan materi pelatihan.
Pelatih menyerahkan makalah pelatihan kepada
panitia PSMD 3 hari sebelum jadwal pelatihan.
Pelatih PSDM membuat dan mengedarkan undangan
pelatihan 2 hari sebelum jadwal pelatihan.
Panitia
PSDM
menyiapkan
segala
keperluan
pelatihan.
Panitia PSDM melaporkan kegiatan pelatihan kepada
Direktur.

Surat permintaan Inservice Training


Makalah pelatihan
Undangan pelatihan
Daftar pelatihan
Sertifikat / piagam
Laporan kegiatan panitia pelatihan

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR OFF SERVICE TRAINING SMF


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

RUANG LINGKUP

URAIAN UMUM

PROSEDUR

Merupakan acuan dalam pengiriman staf medis untuk


mengikuti off Service Training.

Staf Medis Puskesmas Sinaboi.

Off Service Training adalah kegiatan pendidikan / pelatihan


yang diadakan oleh suatu lembaga / instansi organisasi
profesi di luar Puskesmas Sinaboi.

Surat usulan mengenai pendidikan / pelatihan di luar


Puskesmas disampaikan ke Diklat Komite Medik oleh

DOKUMEN
TERKAIT

ketua SMF / instalasi.


Komite
Medik
bersama
panitia
PSDM
mempertimbngkan usulan melihat kepentingan
Puskesmas.
Dengan persetujuan Direktur ditetapkan pendidikan /
pelatihan tersebut tidak /dapat diikuti dengan / tanpa
bantuan biaya Puskesmas.
Panitia
PSDM
melalui
urusan
kepegawaian
menyiapkan surat tugas / surat perjalanan dinas bagi
staf medis yang disetujui mengikuti pendidikan /
pelatihan.
Selesai pelatihan staf medis yang bersangkutan
menyerahkan bukti mengikuti pendidikan / pelatihan
(piagam/sertifikat) kepada Diklat Komite Medik dan
panitia PSDM.
Apabila diperlukan, Diklat Komite Medik dapat
meminta kesediaan staf medis yang bersangkutan
untuk menjadi narasumber pelatihan di Puskesmas
mengenai materi yang pernah diikutinya.

Surat usulan mengikuti off service training


Surat tugas
Sertifikat
Makalah off service training.

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR PENDIDIKAN BERKELANJUTAN SMF


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

RUANG LINGKUP

URAIAN UMUM

Merupakan acuan pengiriman staf medis untuk melanjutkan


formal sesuai bidang.

Staf Medis yang memenuhi persyaratan.

Pendidikan berkelanjutan SMF adalah pendidikan


formal berjenjang bagi staf medis yang diadakan

PROSEDUR

DOKUMEN
TERKAIT

lembaga pendidikan setingkat Perguruan Tinggi.


Persyaratan melanjutkan bagi staf medis.
Pegawai tetap yang telah bertugas minimal 3 tahun
di Puskesmas Sinaboi.
Memperoleh rekomendasi dari ketua SMF / Instalasi.
Bersedia ditempatkan kembali di Puskesmas Sinaboi.

Ketua SMF / Instalasi mengajukan usulan kepada


Komite medik atau stafnya yang memenuhi
pesyaratan untuk mengikuti pendidikan.
Komite
medic
bersama
panitia
PSDM
mempertimbangkan usulan dengan melihat analisis
kebutuhan RS.
Dengan persetujuan Direktur ditetapkan staf medis
yang bersangkutan dapat / tidak mengikuti
pendidikan dengan / tanpa bantuan dana / biaya RS.
Panitia
PSDM
melalui
urusan
kepegawaian
menyiapkan surat tugas dan surat pernyataan
bersedia di tempatkan kembali ke Puskesmas
Sinaboi.
Selama pendidikan staf yang bersangkutan tidak
menerima jasa insentiv.
Selesai
pendidikan
staf
yang
bersangkuatn
menyerahkan
bukti
mengikuti
pendidikan
(ijazah/sertifikat) ke Komite medic dan Panitia PSDM.

Surat usulan mengikuti melanjutkan pendidikan.


Surat tugas.
Surat pernyataan tersedia ditempatkan kembali di
Puskesmas Sinaboi.
Ijazah / sertifikat.

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR SEMINAR DI PUSKESMAS


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

RUANG LINGKUP

Merupakan acuan dalam melaksanakan kegiatan seminar


bagi staf medis di Puskesmas.

Staf Medis di wilayah kerja Kabupaten Rokan Hilir.

URAIAN UMUM

PROSEDUR

Seminar di Puskesmas adalah seminar untuk staf medis


yang di adakan oleh staf Puskesmas Sinaboi.

DOKUMEN
TERKAIT

Diklat Komite medik merencanakan kegiatan seminar


dengan materi sesuai permasalahan kesehatan yang
dominan didalam dan di luar Puskesmas Sinaboi.
Komite medik mengadakan rapat perencanaan
Seminar.
Pembentukan Panitia Seminar yang melibatkan SMF /
panitia yang terkait dengan materi Seminar.
Panitia mengajukan proposal kepada Direktur.
Panitia Seminar didalam persiapannya harus
mengadakan koordinasi dengan jajaran kesehatan
lintas program dan lintas sektoral.
Panita seminar dapat menggunakan pembicara atau
narasumber dari Puskesmas maupun di luar
Puskesmas.
Panitia seminar wajib memberikan piagam / sertifikat
kepada Pembicara Narasumber dan Peserta Seminar.
Panitia Seminar bertanggungjawab kepada Komite
medik dan Direktur Puskesmas Sunaboi.

Rencana program Diklat staf medis


Natulen rapat
Daftar hadir rapat
SK panitia seminar
Proposal seminar
Undangan seminar
Makalah seminar piagam / sertifikat seminar.

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR SEMINAR DI LUAR PUSKESMAS


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

Merupakan acuan di dalam kegiatan pengiriman staf medis


untuk mengikuti seminar di luar Puskesmas.

RUANG LINGKUP

URAIAN UMUM

PROSEDUR

Staf Medis Puskesmas.

Seminar di luar Puskesmas adalah seminar untuk staf medis


yang diselenggarakan oleh lembaga / instansi / organisasi
profesi di luar Puskesmas.

DOKUMEN
TERKAIT

Staf medis mengajukan permohonan kepada Diklat


Komite medik untuk mengikuti seminar di luar
Puskesmas.
Komite
medik
bersama
panitia
PSDM
mempertimbangkan permohonan tersebut dengan
melihat kepentingan Puskesmas.
Dengan persetujuan Direktur ditetapkan Seminar
tidak / dapat diikuti dengan / tanpa bantuan biaya
dari Puskesmas.
Panitia
PSDM
melalui
urusan
kepegawaian
menyiapkan
surat
tugas
bagi
SMF
yang
bersangkutan.
Selesai seminar, staf medis yang bersangkutan
menyerahkan
bukti
mengikuti
seminar
(piagam/sertifikat) kepada Diklat Komite medik dan
panitia PSDM.
Apabila diperlukan, Diklat Komite medik dapat
meminta kesediaan staf medis yang bersangkutan
untuk menyampaikan materi Seminar.

Surat tugas
Sertifikat
Makalah seminar

PUSKESMAS
SINABOI

EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY

NIP.19680127 200012 1 001


RUANG LINGKUP

TANGGUNG
JAWAB

Sebagai acuan sistem pengendalian mutu pelayanan medis


Puskesmas Sinaboi.

KEBIJAKAN

DOKUMEN
TERKAIT

Direktur bertanggungjawab dalam kebijakan prosedur


peningkatan mutu pelayanan medis.
Komite Medik bertanggungjawab dalam menyusun
kebijakan dan prosedur pelayanan medis serta
melakukan pengawasan dalam pelaksanaan dan
kebijakan prosedur.
Ketua SMF bertanggungjawab dalam mengkoordinir
pelaksanaan kebijakan dan prosedur pelayanan
medis.

Direktur menetapkan kebijakan peningkatan mutu


pelayanan medis dengan menerapan total quality
manajement dengan bentuk quality assurance
terstruktur dan tidak terstruktur (antara lain audit
medik, visite besar, study kasus).
Mempunyai tim quality assurance Puskesmas yang
berperan dalam pelaksanaan quality assurance
pelayanan medis.
Upaya peningkatan kualitas dibicarakan dalam rapat
berkala Komite Medik dan hasil didokumentasikan
dan dilaporkan pada pimpinan.
Direktur membentuk panitia-panitia yang membantu
dalam peningkatan mutu di bidang masing-masing.

SK Direktur.
Panitia dan Komite Medik.
SOTK.
Panitia dan Komite Medik.
Rencana kerja : panitia panitia dan Komite Medik.
Prosedur.
Quality assurance terstruktur, audit medik, death
Conference, study kasus dan visite besar.
Daftar hadir.
Notulen.
Laporan hasil kegiatan.

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR VISITE BESAR PELAYANAN MEDIS


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR

OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

RUANG LINGKUP

URAIAN UMUM

PROSEDUR

Sebagai acuan langkah-langkah melaksanakan visit besar


dalam pelayanan medik.

Pelayanan Medis.

Visite besar adalah peninjauan kasus di lapangan yang


terpilih dan dilanjutkan dengan pembahasan kasus tersebut
dilakukan secara berkala, diikuti seluruh staf medik
fungsional dan dipimpin oleh Ketua Komite Medik atau yang
ditunjuk mewakili.

Sub Komite Medik menyusun penjadawalan visite


besar setiap bulan.
Ketua SMF menyiapkan kasus dan ruangan satu
minggu sebelumnya.
Pada hari selasa Jam 08.00 dilakukan peninjauan ke
ruangan.
Kepada SMF / dokter yang merawat menyajikan
kasus yang dibahas.
Semua
peserta
memberikan
masukan
untuk
penanggulangan kasus tersebut.
Laporan visite besar dibuat oleh bidang pengendalian
mutu dan pelayanan medis setelah visite besar.
Laporan ditanda tangani oleh Komite medik.

Daftar hadir
Jadwal visite besar
Laporan visite besar

DOKUMEN
TERKAIT

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR KONFERENSI KEMATIAN


No. Dokumen

JL. Sei Bakau

No. revisi

Halaman

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

RUANG LINGKUP

URAIAN UMUM

PROSEDUR

Sebagai acuan langkah-langkah pelaksanakan konferensi


kasus kematian pada pelayanan medis di Puskesmas
Sinaboi.

Kasus kematian.

Konferensi kasus kematian adalah suatu pertemuan


pembahasan kasus kematian yang dalam penanganannya
menyimpan dari prosedur pelayanan medis dan pelayanan
perawatan yang sudah ditentukan.

DOKUMEN
TERKAIT

Tim pengendalian mutu setiap minggu melakukan


audit status-status kematian secara administrasi.
Kemudian memilih kasus kematian yang dalam
penanganannya tidak memenuhi standar pelayanan.
Kasus-kasus itu diajukan kepada Ketua Komite Medik.
Ketua Komite Medik menetapkan beberapa kasus
yang dibicarakan pada rapat Komite Medik.
Ketua Komite Medik memberikan Nota Dinas kepada
dokter yang merawat kasus tersebut untuk
menyiapkan laporan secara lengkap.
Pada hari yang ditentukan dilakukan pembahasan
dan mencari tindak lanjut n
Daftar hadir
Notulen
Laporan kasus audit medik

PUSKESMAS
SINABOI

PROSEDUR STUDI KASUS


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

RUANG LINGKUP

URAIAN UMUM

PROSEDUR

Sebagai acuan langkah-langkah pelaksanakan studi kasus


pada pelayanan medis di di Puskesmas Sinaboi.

Seluruh Pelayanan Medis.

Studi kasus adalah merupakan pembahasan kasus yang


sulit penanganannya dan memakan waktu lama dalam
perawatan di Puskesmas.

DOKUMEN
TERKAIT

Ketua SMF mengajukan kasus yang dianggap sulit


penanganan di ruangan masing-masing pada Ketua
Komite Medik.
Ketua Komite Medik menentukan waktu pembahasan.
Pertemuan dihadiri oleh Ketua Komite Medik dokter
yang merawat dan dokter bagian lain yang terkait.
Pembahasan
kasus
dan
penaganan
terbaik
dibicarakan oleh peserta.
Kesimpulan penanganan yang dihasilkan dapat
dipakai sebagai acuan penanganan bagi pasien
tersebut.

Daftar hadir
Notulen
Laporan studi kasus

PUSKESMAS
SINABOI

URAIAN TUGAS KETUA PANITIA INFEKSI


NOSOKOMIAL
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

Ketua Panitia infeksi nasokomial.

UNIT
ORGANISASI

Puskesmas Sinaboi.

MISI
NASOKOMIAL

Menurunkan angka infeksi nasokomial.

MISI JABATAN

Melaksanakan
Profesional.

TUGAS POKOK

Membantu direktur dalam hal pengendalian infeksi dan


penanganan infeksi nasokomial.

URAIAN
JABATAN

program

PIN

menuju

Rumah

Sakit

Sebagai unsure pimpinan dalam menyelenggarakan


kegiatan panitia pengendalian infeksi nasokomial.
Memberikan masukan dan informasi tentang
perbaikan dan pengembangan pengendalian infeksi
nasokomial kepada Kepala Puskesmas melalui Komite
Medik.

TANGGUNG
JAWAB

WEWENANG

Mengadakan hubungan kerja, koordinasi dan


kerjasama dengan seluruh kepala SMF, Kepada
Instalasi, Kepala Seksi dan KepalaRuangan di
lingkungan Puskesmas.
Mengadakan pembinaan dan bimbingan terhadap
anggota panitia.
Mempertanggung
jawabkan
tugas-tugas
yang
dilaksanakannya kepada Ketua Komite Medik.

Ketua
panitia
pengendali
infeksi
nasokomial
bertanggung jawab kepada Ketua Komite Medik.
Ketua
panitia
pengendali
infeksi
nasokomial
bertanggung jawab terhadap kelancaran seluruh
kegiatannya.

Memberikan
usulan
pengembangan
cara
pengendalian infeksi nasokomial.
Menyelenggarakan pertemuan dan koordinasi dengan
unit lain yang terkait baik intern maupun ekstern
Puskesmas.
Menyelenggarakan survey yang berkaitan dengan
penyakit nasokomial.
Menyelenggarakan kegiatan penyuluhan.
Menyelenggarakan pertemuan (rapat) intern panitia.

Ketua Tim Pengendalian Infeksi Nasokomial


PERSYARATAN
JABATAN

Pangkat/gol ruang : Pembina Tk.I / IV b


Pendidikan : Spesialis Penyakit Bedah

HUBUNGAN
KERJA

Ketua SMF
Kepala Intalasi
Kepala Seksi dan Kepala ruangan dalam lingkungan
Puskesmas dan Intalasi terkait di luar Puskesmas.

KONDISI KERJA

Bangunan Puskesmas yang kurang memenuhi syarat


SDM yang masih perlu ditingkatkan pengetahuannya
mengenai infeksi nasokomial
Kebiasaan masyarakat dalam hal kebersihan.

Surat Keputusan Kepala Puskesmas.


Petunjuk Departemen Kesehatan.

PERANGKAT
KERJA

BAHAN KERJA

Petunjuk Tehnis.

POA Panitia Nasokomial.


Laporan Kegiatan.

PUSKESMAS
SINABOI

FALSAFAH DAN TUJUAN


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
MISI

VISI

FILOSOFI

Menciptakan suasana yang asri dan kondusif.


Memberikan pelayanan kesehatan secara cepat,
akurat, ramah dan terjangkau.
Meningkatkan
SDM
dan
sarana
mengikuti
perkembangan zaman.

Menjadi Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan


terbaik diwilayah ragional secara prima, komprehensif dan
humanis.

Profisionalisme dan kerjasama adalah modal utama


kami
Kepuasan pelanggan adalah tujuan pelayanan kami

STRATEGI

Pengelolaan mandiri, fungsi sosial dan kesejahteraan


karyawan menjadi perhatian kami.

Peningkatan
kualitas
SDM
menjadi
tenaga
professional dalam bidangnya masing-masing.
Memperluas cakupan pelayanan pada segmen pasar
menengah dan atas.
Pengembangan sarana dan fasilitas pelayanan medis,
penunjang medis yang diarahkan untuk unggulan
kesehatan ibu dan anak sertapenyakit degeneratif.
Efektifitas dan efisiensi dana dalam pengelolaan
keuangan Puskesmas.

MOTTO
KEBIJAKAN

Kesehatan dan kepuasan anda adalah kebahagiaan kami.


-

Pelayanan medis harus diberikan kepada pasien


sesuai ilmu kedokteran mutakhir.
Pelayanan medis harus mengupayakan kesembuhan
pasien secara optimal dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Setiap pelayanan medis Puskesmas mengacu kepada
:

PUSKESMAS
SINABOI

KEBIJAKAN ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
RUANG
LINGKUP

TANGGUNG
JAWAB

Sebagai acuan dalam administrasi pengelolaan pelayanan


medis Puskesmas Sinaboi.

Kepala Puskesmas :
Mensahkan dan mempertanggung jawabkan segala
kebijakan yang telah diambil.
Komite Medik :
Menyusun dan mengawasi pelaksanaan mutu
pelayanan dan etika.

KEBIJAKAN

DOKUMEN
TERKAIT

PUSKESMAS
SINABOI

Ka.SMF :
Mengkoordinir operasional dimasing-masing SMF.
SMF + dokter asisten pembantu
Sebagai pelaksana kebijakan dan prosedur pelyanan
medis.

Kepala Puskesmas berfungsi sebagai administrator.


Memilih Komite Medik fungsional yang harus
mengadakan pertemuan secara berkala.
Punya unit kerja dipimpin kepala unit yang berfungsi
sebagai administrasi.

Struktur organisasi
Uraian tugas
SK Komite : - Komite Medik
- Panitia
Rencana kerja Komite untuk mengadakan pertemuan.

URAIAN TUGAS KETUA KOMITE MEDIK


No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
NAMA JABATAN

Ketua Komite Medik.

UNIT
ORGANISASI

Puskesmas Sinaboi.

MISI
ORGANISASI

Memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh


masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

MISI JABATAN

Dihasilkannya perencanaan, penggerakan, pelaksanaan,


pengendalian sumber daya manusia, dalam rangka
pencapaian tujuan secara efektif, efisien dan terjaganya
mutu pelayanan di Puskesmas.

TUGAS POKOK

URAIAN TUGAS

Membantu direktur dalam menyusun standar


pelayanan dan memantau pelaksanaannya.
Memantau pelaksanaan tugas tenaga medis.
Meningkatkan program pelayanan, pendidikan dan
latihan serta penelitian pengembangan.
Menangani hal-hal yang berkaitan dengan etik
kedokteran dan Puskesmas.

Memimpin Komite Medik.


Menyusun rencana kerja Komite Medik.
Menyusun dan mengadakan kebijakan dan prosedur
Komite Medik disesuaikan dengan standar Puskesmas
dan kebijakan direktur.
Melaksanakan
pembinaan
terhadap
SMF
di
lingkungan Puskesmas.
Melaksanakan monitoring mutu pelayanan medis di
Puskesmas.
Melaksanakan usulan kesenangan.
Memimpin penyelenggaraan pertemuan Komite
Medik dalam hal koordinasi pemecahan masalah di
seluruh SMF.
Memimpin penyelenggaraan visit besar / Grand
Visite.
Melaksanakan pembinaan sumber daya manusia,
pemeliharaan etika dan disiplin, serta meneliti dan
mengawasi pelaksanaan tugas-tugas pelayanan
medis.
Memberikan laporan kegiatan kepada direktur rumah
sakit.
Memberikan saran dan masukan kepada direktur
sebagai
bahan
pertimbangan
pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan pelayanan medis.

TANGGUNG
JAWAB
WEWENANG

Bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas Sinaboi.

KORELASI
JABATAN

PERSYARATAN
JABATAN

Memberi usulan kebutuhan tenaga medis.


Memberikan
pertimbangan
tentang
rencana
pemeliharaan / pengadaan.
Monitoring dan evaluasi penggunaan obat di
Puskesmas.
Monitoring dan evaluasi efesiensi dan efektifitas
penggunaan alat kedokteran di Puskesmas.
Melaksanakan pembinaan etika profesi serta
mengatur kewenagan profesi anggota SMF.

Direktur
SMF
Instalasi instalasi

Dokter yang dipilih sesuai dengan ketentuan pemilihan


ketua Komite Medik.

HUBUNGAN
KERJA

Direktur
Ketua SMF
Kepala Instalasi
Kepala Ruangan
Unit kerja lain di Puskesmas

KONDISI KERJA

Tempat kerja pada ruangan tertutup


Resiko / bahaya stress

PERANGKAT
KERJA

Peraturan daerah
Kebijakan direktur

BAHAN KERJA

Rencana kerja tahunan Komite Medik


Pedoman Kerja Komite Medik (SOTK)
Standar pelayanan medis yang berlaku di Puskesmas

PUSKESMAS
SINABOI

URAIAN TUGAS
DOKTER UMUM
No. Dokumen

No. revisi

Halaman

JL. Sei Bakau

Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY

NIP.19680127 200012 1 001


NAMA JABATAN

Sekretaris SMF.

UNIT
ORGANISASI

Puskesmas Sinaboi.

MISI
ORGANISASI

Pelayanan yang bermutu serta terjangkau dalam rangka


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

MISI JABATAN

Melaksanakan pelayanan yang bermutu serta terjangkau


oleh masyarakat dengan SDM yang professional.

TUGAS POKOK

Membantu SMF dalam hal kesekretariatan.

URAIAN TUGAS

Menyiapkan absensi rapat SMF


Membuat dan mencatat notulensi rapat SMF
Mengagendakan surat masuk dan surat keluar
Menyampaikan surat masuk kepada ketua SMF
Membuat dan mengirim surat keluar dari masingmasing SMF
Membuat laporan kegiatan SMF
pengarsipan

TANGGUNG
JAWAB

Ketua SMF yang bersangkutan.

WEWENANG

Mengajukan usulan mengenai kebutuhan kesekretariatan.

KORELASI
JABATAN
PERSYARATAN
JABATAN
HUBUNGAN
KERJA
KONDISI KERJA

Ketua dan anggota SMF yang bersangkutan.

Dokter umum Puskesmas.

Ka. SMF yang bersangkutan


Anggota SMF yang bersangkutan

Ruang lingkup yang bersangkutan.

PERANGKAT
KERJA
BAHAN KERJA

SK. Direktur

Rencana kerja SMF


Rekam medis

PUSKESMAS
SINABOI

STAF DAN PIMPINAN


No. Dokumen :

No. revisi :

Halaman :

JL. Sei Bakau


Ditetapkan oleh :
Kepala Puskesmas
STANDAR
OPERASIONAL

PROSEDUR
Dr. SHERMAN WIRLIY
NIP.19680127 200012 1 001
TUJUAN

RUANG
LINGKUP
URAIAN UMUM
PROSEDUR

Sistem dari staf dan pimpinan pelayanan medis.

Вам также может понравиться