Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAKALAH
POLIFARMASI
Oleh :
Puspita Muntiyarso
1111103000006
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama Pasien
No. Rekam medik
Status Perkawinan
Alamat
Jens Kelamin
Tanggal Lahir
Umur
Jumlah anak
Jumlah cucu
Agama
Suku bangsa
Pendidikan formal
Tempat dirawat
Ruang rawat
Tanggal masuk
Tanggal pemeriksaan
: Tn. MJ
: 088760
: Menikah
:Serua, kec. Bojong Sari, Depok
: Laki-laki
: 3 Juni 1948
: 67 tahun
:6
: 13
: Islam
: Jawa
: SMP
: RSUD Tangerang Selatan
: Anyelir IX lantai 4
: 01 Mei 2015
: 07 Mei 2015
B. Resume Kasus
I.
Anamnesis
Pasien mengeluh sesak nafas yang semakin memberat sejak 3 hari
SMRS. Sesak dirasakan sejak 1 tahun yang lalu namun hilang timbul dan
semakin memberat sejak 3 hari yang lalu. Sesak tidak diperngaruhi oleh
perubahan posisi. Namun, pasien mengeluh sulit untuk melakukan
aktivitas berat. Keluhan sesak tidak disertai bunyi ngik-ngik. Pasien juga
mengeluh terdapat batuk berdahak sejak 15 hari yang lalu. Dahak yang
dikeluarkan berwarna putih kental sampai kuning kehijauan namun pasien
sulit untuk mengeluarkan dahaknya. Tidak ada batuk darah. Selain itu,
pasien juga mengeluh demam tinggi yang hilang timbul sejak 7 hari yang
lalu. Demam dirasa turun setelah pasien mengonsumsi obat penurun panas.
Keringat berlebih di malam hari disangkal pasien. Namun pasien merasa
berat badannya berkurang 2 kg dalam 1 bulan terakhir. Pasien mengaku
sulit untuk memulai tidur dan juga mudah terbangun di malam hari
sehingga sulit untuk tidur kembali. Pasien membutuhkan 2 buah bantal
untuk tidur karena sesak yg dirasa pasien.
Pemeriksaan Fisik
Tampak sakit sedang, tekanan darah : 130/90 mmHg, frekuensi
Nadi : 96 x/menit, reguler, RR : 24 x/menit, T : 38C, ronki (+/+),
III.
IV.
V.
Status fungsional
GDS
: normal
MNA
: status nutrisi normal
ADL
: ketergantungan ringan
AMT
: normal
MMSE
: normal
Daftar Masalah
1. CAP dd/ TB
2. Sindrom Dyspepsia
3. Congestive Heart Failure
4. Hipertensi grade I terkontrol
BAB II
KAJIAN MASALAH
A.
Assessment
1.
Anamnesis
: Dispneu, batuk produktif ,riwayat merokok
Kajian Terapi
spirometri
Terapi RSUD : Oksigen 2L/menit
Ceftriaxone inj. 2 gr/hari
Paracetamol 3x500 mg po (jika demam)
Analisis kasus :
Pada pasien bisa ditegakkan diagnosis CAP karena pada foto rontgen
terdapat infiltrat ditambah dengan gejala batuk, dahak purulent, riwayat
demam dan pada auskultasi terdengar ronki.
Pada pasien ini usia > 65 tahun (64 tahun), terdapat penyakit
kardiopulmonal penyerta dan riwayat merokok sehingga bisa dipikirkan
kemungkinan etiologi Streptococcus pneumonia, H. influenza, bakteri gram
negative lainnya atau kuman jamak. Sehingga untuk pengobatannya dipikirkan
untuk diberikan antibiotik yang tepat sesuai faktor predisposisi.
Pada pasien ini skor PORT yaitu sebesar = 64 + 10 = 74, sehingga pasien
masuk dalam kriteria indikasi rawat inap pneumonia komuniti.
Antibiotik diberikan jika sesak nafas dan batuk disertai dengan
peningkatan volume dan purulensi sputum. Pemilihan antibiotik disesuaikan
dengan pola kuman setempat. Antibiotik yang diberikan lebih baik
berspektrum luas dan berdasarkan studi bahwa 3 bakteri yang sering
ditemukan yaitu H. influenza, dan S. pneumonia, M. Catarrhalis. Pemberian
antibiotik dirumah sakit lebih baik dalam sedian intravena. Antibiotik yang
dapat digunakan pada eksaserbasi sedang salah satunya adalah ceftriaxone 12 g iv/hari.
www.mims.co
Terapi Oksigen
Terapi oksigen merupakan hal yang paling utama dan pertama. Hal ini
diharapakan akan memperbaiki hipoksemia dan mencegah keadaan yang
mengancam
pasien.
Hipoksemia
progresif
dan
berkepanjangan
akan
Mengurangi sesak
Mengurangi hipertensi pulmonal
Mengurangi vasokontriksi
Mengurangi hematokrit
Meningkatkan kualitas hidup
Oksigen diberikan bila timbul sesak dengan menggunakan nasal kanul 1-2
L/menit. Pemberian oksigen harus mencapai saturasi oksigen diatas 90%.
2.
Sindrom Dispepsia
Anamnesis
PF
Pemeriksaan anjuran
Terapi RSUD
Kajian Terapi
comparative
disimpulkan
bahwa
omeprazole
lebih
signifikan
dibandingkan ranitidin terkait penghilang rasa nyeri akibat dispepsia ulser dan
efikasinya lebih cepat karena lebih efektif mengontrol sekresi asam lambung.
Pemberian ranitidin perlu dievaluasi kembali dan jika keluhan nyeri tidak
berkurang dapat diganti obat golongan PPI, tapi jika terjadi perbaikan dengan
ranitidin, maka lebih baik dilanjutkan. Edukasi yang diberikan berupa
rekomendasi untuk makan lebih sering dalam porsi lebih kecil, hindari
makanan tinggi lemak, pedas, atau asam yang dapat mencetuskan gejala.
3.
Anamnesis
sesak
napas
yang
semakin
tinggi terkontrol.
PF
PP
: RR : 24x/menit
: EKG terdapat T inverted pada V
10
Terapi RSUD
: Aspilet 80 mg 1x1 mg
Isosorbid dinitrat (SL) 3x5 mg
Digoxin 0,25 mg 1x1
Captopril 2x12,5 mg
Kajian Terapi
Terapi anti-iskemik terdiri dari nitrogliserin sublingual. Nitrat
pertama kali harus diberikan sublingual agar cepat diabsorpsi dan
bioavaibilitasnya tinggi. Indikasi pemberian Isosorbid dinitrat
adalah gagal jantung akut dengan tekanan darah adekuat (130/90
mmHg). Pemberian jenis nitrat apapun harus dihindari pada kondisi
tekanan sistolik < 90 mmHg dan penurunan tekanan darah >30
mmHg, dicurigai terdapat infark miokard ventrikel kanan,
pengaruh obat inhibit disterase, kardiomiopati hipertrofik, dan
stenosis katup aorta yang berat.
Peran penting aspirin adalah menghambat siklooksigenase-1.
Inisiasi terapi antitrombotik untuk mencegah trombosis baru dan
embolisasi dari plak yang ruptur atau erosi. Salah satu efek
samping aspirin adalah perdarahan lambung yang sangat berpotensi
pada pasien ini, sehingga untuk meminimalisir efek ini, maka harus
diminum bersama makanan. Dispepsia yang diderita pasien tidak
terlalu berat, sehingga pemberian aspirin masih lebih diutamakan
dibandingkan clopidogrel untuk mencegah terjadinya trombosis.
Pasien ini diberikan Aspilet 80 mg 1x1.
Pemberian
diuretik
golongan
hemat
kalium
untuk
11
B. Kajian Polifarmasi
a.
Interaksi Obat
Aspirin Digoxin
Obat NSAID dapat meningkatkan konsentrasi dan waktu
paruh digoxin di plasma. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
berkurangnya klirens dari digoxin sehingga intoksikasi digoxin
harus diperhatikan seperti muncul gejala muntah, anoreksia,
bradikardi.
Digoksin mempunyai efek yaitu inotropic positif, kronotropik
negative (mengurangi frekuensi denyut ventrikel pada takikardia
atau fibrilasi atrium, mengurangi aktivitas saraf simpatis.
Indikasi yaitu pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrium,
pasien gagal jantung dengan ritme sinus yang masih simptomatik,
terutama yang disertai takikardia digoksin dapat memperlambat
kecepatan ventrikel. Bioavailabilitasnya yaitu volume distribusi
12
dan klirens obat menurun pada usia lanjut sehingga dosis digoksin
harus diturunkan pada usia lanjut dan gangguan ginjal.
Efek toksik yang bisa terjadi yaitu berupa efek proaritmik,
efek samping gastrointestinal berupa anoreksia, mual, muntah,
nyeri lambung, efek samping visual berupa penglihatan berwarna
kuning, lain-lain yaitu delirium, rasa lelah, malaise, bingung dan
mimpi buruk. Dosis digoksin biasanya 0.125-0.25 mg sehari jika
fungsi ginjal normal (pada lansia 0.0625-0.125 mg, kadang-kadang
0.25 mg). digoksin tersedia dalam bentuk tablet 0.25 mg.
BAB III
Kesimpulan
Penatalaksanaan yang diberikan rumah sakit dinilai sudah
tepat diberikan pada kondisi pasien Tn. MJ, 64 tahun, walaupun
merupakan polifarmasi karena penggunaan obat lebih dari 5 jenis
namun obat-obatan yang diberikan sesuai dengan diagnosis pasien
yaitu CAP, CHF, dan dispepsia fungsional dd tukak peptikum,
sehingga disarankan tatalaksana pada pasien ini yaitu berupa :
O2 NK 2 lpm
Per-oral
1. ISDN 3 x 5 gr
2. Aspilet 80 mg 1x1
3. Spironolakton 1x25 mg
4. Digoxin 1 x tab
5. Captopril 2x12,5 mg
Parenteral
1. IVFD NaCl 0,9% / 12 jam
2. Ceftriaxone 1-2 gr/hari
3. Ranitidine inj. 2x1
13
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I dan III. Edisi V. Jakarta : Interna Publishing; 2009
Crawford MH. Current Diagnosis and Treatment in Cardiology. Second
edition. Lange, 2002.
Martono H Hadi, Pranaka H Hadi. Buku Ajar Geriatri. Edisi IV. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2011
Pneumonia Komuniti : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003
Gunawan GS,dkk. Departemen farmakologi dan terapeutik FKUI. Farmakologi
dan terapi.edisi 5. Jakarta : Gaya baru; 2007
Katzung BG. Basic and clinical pharmacology. 10 th ed. New York: McGrawHill; 2007.
MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 10 2010/2011.
14