Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LABORATORIUM PETROLOGI
SIE. MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan Panduan Praktikum Mineralogi Optik-Petrografi ini.
Penyusunan Panduan Praktikum Mineralogi Optik-Petrografi ini dimaksudkan agar
dipergunakan sebagai
mengelompokkan, mendeskripsikan dan menamai batuan dari sebuah sayatan tipis. Adapun
tujuan utama adalah supaya praktikan dapat memahami batuan yang ada di bumi melalui analisa
petrografi.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama proses penyelesaian buku Panduan Praktikum Mineralogi Optik-Petrografi
ini.
Dan tak lupa kami mengharapkan para pembaca untuk membantu kami dalam
mengoreksi buku ini, sehingga pada massa yang akan datang dapat tercapai kesempurnaan dalam
penyusunan buku Panduan Praktikum Mineralogi Optik-Petrografi ini.
Penyusun
iii
DAFTAR PUSTAKA
Ehler E.G., Blatt H., 1982, Petrology . Igneous, Sedimentary and metamorphic, W.H.
Freeman and Company, San Fransisco, pp 110
Kerr P. F., 1977. Optical Mineralogy, McGraw Hill Book Company Inc. Mew York, Toronto,
London.
Mac Kenzei W.S., Donaldson C.H. and Guilford C., 1982, Atlas of Igneous Rocks and
Their Textures, Longman group Ltd., usa, 147 pp.
Mackenzie W. S. and C. Guilford , 1980. Atlas of Rock-Forming Minerals in Thin Section,
Halsted Press, London
Nesse William D.,1991. Introduction to Optical Mineralogy, Oxford University Press, Second
Edition, New York Oxford
Pettijohn F.J., 1957, Sedimentary Rocks. Indian edition, Harper & Row Publishers, Inc.,
New York, reprinted by Mohan Primlani, oxpord & IBH publishing Co. New
Delhi, 718 pp.
Phillips W.R., 1971. Mineral Optics, Principles and Techniques, W.H. Freeman and
Company, San Francisco.
Philpotts A.R., 1989,Petrography of Igneous and Metamorpich Rocks, Prentice Hall
Inc. New Jersey, 179 pp.
Williams H., Turner F.J and Gilbert C.M., 1954,Petrography, An Introduction to Study of
Rocks in Thin Section, University of California, Barkeley, W.H. Freeman and
Company, San Fransisco, 406 pp.
Wahlstrom E.E., 1948, Igneous Mineral adn Rocks, second printing, john Wiley and Sons
Inc., London, USA, 367 pp.
Wilson M., 1989. Igneous Petrography, First edition, Unwin Hynman Ltd., London, 165
pp.
Williams H, Turner F.J. and Gilbert C.M., 1954, Petrography, An Introduction to Study of
Rocks, In Thin Section, University of California, Barkeley, W.H. Freeman and
Company, San Fransisco, 406 pp.
viii
Yudith B. M., Hadi Sutomo, Soekardi M., 1982. Mineral Optik,Pusat Penerbitan
Fakultas Teknik UGM.
Roger A. F., 1942. Optical Mineralogy, McGraw Hill Book Company Inc., New York
and Toronto.
Wahlstrom E.E., 1960, Optical Crystallography, John Wiley & Sons Inc., New York
and London.
ix
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
TATA TERTIB
LABORATORIUM MINERALOGI OPTIK-PETROGRAFI
UMUM
1. Praktikan harus lulus mata kuliah Kristalogirafi Mineralogi dan Petrologi dengan
nilai minimum D dan mengambil Mata kuliah Mineralgi Optik-Petrografi,
2. Praktikan berpakaian yang sopan dan rapi dan tidak diperkenankan menggunakan
kaos oblong dan sandal,
3. Menjaga kesopanan, ketertiban, dan keamanan dalam pelaksanaan kegiatan
praktikum,
4. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum diluar jadwal yang telah
ditentukan kecuali izin assisten,
5. Praktikan dinyatakan gugur jika tidak mengikuti praktikum sebanyak 2 kali berturutturut dan tiga kali tidak berturut-turut tanpa surat izin,
6. Mempersiapkan diri dengan belajar materi acara praktikum akan membantu
keberhasilan praktikum,
7. Semua praktikan hendaknya menjaga kebersihan dan ketertiban dengan cara tidak
merokok dan membuang sampah sembarangan didalam ruang laboratorium,
8. Dilarang makan dan minum saat praktikum sedang berlangsung,
9. Wajib membawa modul dan perlengkapan lainnya saat praktiukum.
SAAT PRAKTIKUM
1. Praktikan seyogyanya telah datang 5 menit sebelumnya, hanya pada keadaan terpaksa,
terlabat datang 5 menit masih diperbolehkan mengikuti praktikum,
2. Praktikan memasuki laboratorium setelah peserta praktikum plug sebelumnya telah
keluar semua dan meletakkan tas ditempat yang telah tersedia,
3. Praktikan wajib membawa bon alat setiap melakukan praktikum yang diperiksa dan di
acc oleh assisten agar dapat menggunakan peraga-peraga praktikum. Apabila tidak
membawa bon alat tersebut, praktikan tidak diperkenan kan untuk mengikuti kegiatan
praktikum dan dinyatakan inhal,
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
4. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dan mikroskop terpelihara, diharuskan
memperlakukannya dengan hati-hati, bersihkan lensa-lensa objektif dan okuler
dengan kain planenl sebelum dipergunakan agar dapat dipergunakan secara optimal,
5. Hubungkan mikroskop dengan sumber listrik dengan hati-hati, pastiakan tidak ada
kabel yang dapat mengakibatkan arus pendek (korsleting),
6. Praktikan tidak diperbolehkan meninggalkan laboratorium tanpa ijin dari assisten
pada saat itu,
7. Selesai setiap acara praktikum meja harus dalam keadaan bersih dari kotoran.
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
BAB 1
MIKROSKOP POLARISASI
Mikroskop polarisasi yang akan dibahas dan digunakan dalam praktikum ini adalah
mikroskop polarisasi bias. Mikroskop polarisasi pantul yang dipergunakan dalam mengamati
mineral yang tak tembus cahaya tidak dibahas pada tulisan ini.
Di Laboratorium Petrologi Seksi Mineralogi Optik,
Veteran Yogyakarta memiliki lima jenis mikroskop polarisasi yaitu jenis Nikon, Motik, Carl
Zeiss, Olympus, dan Reichert. Secara umun prinsip penggunaannya sama, hanya pada mikroskop
jenis Olympus dan Reichert sebagian masih menggunakan cermin untuk mendapatkan pantulan
sumber cahaya, sedangkan pada Nikon, Motik, dan Carl Zeiss sudah menggunakan lampu yang
cahayanya langsung masuk kedalan sistim optik mikroskop, jadi tidak diperlukan cermin lagi.
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Lensa Okuler
Merupakan tempat mata kita melihat obyek yang kita amati. Lensa ini terbuat dari dua buah
lensa cembung yang dirangkai dalam satu unit, umumnya pada tiap mikroskop terdiri dari tiga atau
lebih lensa okuler dengan perbesaran yang berlainan serta dilengkapi dengan garis benang silang
maupun skala grafis. Lensa ini dapat diganti-ganti sesuai kebutuhan.
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Gambar 1.3. Perlengkapan dan sistem pencahayaan pada mikroskop polarisasi (Kerr, 1977)
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Tubuh Mikroskop
Pada tipe Olympus dan Reichert, bagian ini dapat digerakkan naik turun untuk mengatur
jarak fokus.
Lensa Amici-Bertrand
Gunanya untuk memperbesar gambar interferensi pada penentuan sumbu optis dan tanda
optis suatu mineral.
Komparator/kompensator
Gunanya untuk mengetahui posisi sumbu indikatrik suatu mineral. Umumnya terbuat dari
keping gips dengan nilai retardasi () sebesar 530 m. Namun beberapa jenis mikroskop
dilengkapi pula dengan keping mika ( = 147,4 m) dan keping kuarsa ( = 900 m ).
Komparator
Gambar 1.5. Kenampakan komparator keping gipsum pada mikroskop polarisasi Nikon (kiri) dan komparator keping
mika untuk mikroskop polarisasi Olympus.
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Polarisator
Terbuat dari lensa polaroid, gunanya untuk menyerap cahaya secara selektif sehingga
cahaya yang masuk hanya bergetar pada satu bidang.
Lensa Polarisator
Lensa Obyektif
Umumnya paling sedikit disediakan tiga buah lensa obyektif dengan perbesaran yang
berlainan. Pada mikroskop tipe Zeiss dan Reichert beberapa lensa obyektif dirangkai dalam satu
unit, dilengkapi dengan revolver, sehingga penggantian obyektif dapat dilakukan dengan cepat.
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Meja Obyek
Merupakan tempat meletakkan sayatan tipis, pada tepi meja dilengkapi skala 0 - 360 serta
skala nonius. Pada mikroskop Zeiss meja obyek dapat digerakkan naik turun untuk mengatur fokus.
Gambar 1.7. Kenampakan Lensa Obyektif dan Meja Obyek (kiri) dan kenampakan dari dekat sekrup pengatur sentring
Lensa Obyektif
Sekrup sentring
Meja Obyek
Kondensor
Terdiri dari lensa cembung, gunanya untuk memusatkan sinar yang datang dari cermin
dibawahnya.
Diafragma
Gunanya untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke medan pandang,dengan cara
memperbesar atau memperkecil lubang bukaan (apertur).
Cermin.
Selalu terdiri dari cermin datar dan cermin cekung. Masing-masing gunanya untuk
mendapatkan pantulan sinar sejajar dan sinar terpusat (konvergen). Pada mikroskop Zeiss
kedudukan cernin digantikan oleh lampu.
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Gambar 1.8. Kenampakan Lensa Kondensor (kiri) dan kenampakan sekrup pengatur fokus pada mikroskop polarisasi
Nikon (kanan).
1
0
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
b.
Letakkan sayatan tipis pada meja obyek, fokuskan dengan sekrup pengatur kasar maupun
halus sehingga diperoleh gambaran obyek yang jelas.
c.
Pilih satu titik kecil (misalnya mineral bijih), letakkan tepat pada perpotongan benang
silang.
d.
Putar meja obyek ,kalau titik tersebut berputar pada tempatnya,berarti mikroskop sudah
sentring. Kalau titik tersebut berputar menjauhi perpotongan benang silang,berarti
mikroskop belum sentring.
e.
Apabila mikroskop belum sentring, kita tentukan titik pusat lingkaran yang dibentuk titik
(mineral) yang kita putar (setengah jarak kedudukan terjauh dengan perpotongan benang
silang).
f.
Putar sekrup pemusat (pin) pada lensa obyektif( untuk mikroskop jenis Zeiss dan
Olympus) dan pada meja obyek (untuk jenis Reichert), agar titik (mineral) tersebut
bergerak dari kedudukan putaran terjauh ke arah perpotongan benang silang sejauh
setengah diameter lintasan putaran.
g.
Ulangi prosedur diatas (a - f), sehingga mikroskop betul- betul dalam keadaan sentring.
h.
Gambar 1.10. Kenampakan sayatan tipis pada mikroskop yang belum sentring. Perhatikan
titik yang terdapat di tengah medan pandangan, setelah meja obyek diputar, titik tersebut
menjauh dari pusat medan pandangan.
1
1
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Gambar 1.11. Kenampakan sayatan tipis pada mikroskop yang telah sentring. Setelah meja
obyek diputar, titik yang yang terdapat di tengah medan pandangan, tetap pada posisinya..
1.2.3 Arah getar polarisator harus sejajar dengan salah satu benang silang
Dengan mempergunakan Mineral biotit :
Mineral biotit apabila sumbu indikatrik sinar Z (berimpit dengan sumbu panjang
kristalografi/sumbu a) sejajar arah getar polarisator, akan memperlihatkan warna absorbsi
maksimum.
a.
b.
Pastikan bahwa lensa okuler tepat pada kedudukannya yaitu kedua benang silang terletak
pada N-S (vertikal) dan E-W (horisontal).
c.
d.
Putar meja obyek hingga biotit memperlihatkan warna absorbsi maksimum. Apabila pada
saat memperlihatkan warna absorbsi maksimum kedudukkan biotit sudah horisontal atau
vertikal, berarti arah getar polarisator sudah sejajar salah satu benang silang.
1
2
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Oleh karena itu pada mineral tourmalin akan memperlihatkan kenampakan warna absorbsi
maksimum, jika sumbu panjang krisfalografinya tegak lurus arah getar polarisator.
1.2.4
a.
b.
c.
Bila medan pandangan nampak gelap berarti polarisator sudah tegak lurus analisator. Bila
masih nampak terang berarti bidang arah getaran kedua polaroid tersebut belum tegak
lurus, maka analisator harus diputar sambil mengamati medan pandangan hingga didapat
kenampakkan gelap maksimum
P
A
A
A
P
a)
b)
c)
Gambar 1.13. Gambar atas kenampakan dua lembar lensa polaroid yang memperlihatkan posisi dari kiri ke
kanan a) saling sejajar, b) saling membentuk sudut miring, c) saling tegak lurus. Gambar bawah kenampakan
mikroskopik saat polarisaator sejajar analisator (kiri) dan saat polarisator tegak lurus analisator.
1
3
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Gambar 1.12. Kenampakan mikroskopik mineral biotit pada ortoskop nikol sejajar. Biotit akan memperlihatkan
kenampakan warna absorbsi maksimum.
1
4
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
BAB 2
ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR
Untuk melakukan pengamatan sifat-sifat optik mineral diperlukan beberapa tahapan, yaitu
dari ortoskop nikol sejajar, ortoskop nikol silang dan konoskop(lihat tabel 2.1). Berdasarkan
ketembusan terhadap cahaya, mineral dibagi menjadi mineral opak dan mineral transparan. Mineral
opak adalah mineral yang tidak tembus cahaya, sedangkan mineral transparan adalah mineral yang
tembus cahaya.
Tabel 2.1 Diagram alir identifikasi sifat optik mineral
1
5
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
pleokroisme.
Suatu mineral yang mempunyai sifat trikroik, dalam satu sayatan tipis maka tidak akan
memperlihatkan tiga kali perubahan warna, tetapi hanya dua hali perlubahan warna, karena
dhanya ada dua sumbu yang dapat dilewati sinar (harus dengan dua sayatan yangalam satu
sayatan berbeda arah).
Warna mana yang nampak dalam mikroskop, tergantung sumbu indikatrik sinar mana
1
6
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
P
Gambar 2.1. Memperlihatkan perubahan warna pada mineral gloukofan. Setelah meja obyek diputar 90, terdapat mineral
yang berubah dari biru menjadi transparan, Ungu menjadi transparan, sedangkan mineral lainnya berubah dari ungu
menjadi biru. Pada sayatan tersebut kita dapat melihat gejala trikroik melalui tiga mineral ( Foto: Mackenzie W. S. and C.
Guilford , 1980
1
7
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Tabel 2.2 Warna-warna dari beberapa macam mineral (Kerr, 1977)
Sumbu Optik
Tanda
merah
jingga
orange
Sodalite Fluorite
Sphalerite
Spinel
Isotropis
Perovakite Garnet
Cilachite
Perovskite
(+)
Perovakite
coklat
Sphalerite
Fluorite
Spinel
Collophane
Cilachite
Perovskite
Garnet
Sodalite
Spharelite
Flourite
Spinel
Collophane
Garnet
Zircon
Cassiterite
Rutile
Zircon
Cassiterite
Rutile
[Chloritoid]
(Biotite)
Dravite
Stilpomelane
[Biotite]
Dravite
Stilpnomelane
Schorlite
Tourmaline
Jarosite
Rutile
Anisotropis
Uniaxial
(-)
Tourmaline
Corundum
Kuning
Tourmaline
Apalite
Anisotropis
Biaxial
Piedmontite
Piedmontite
Titanite
Staurolite
Piedmontite
Staurolite
Clinoclhore
(+)
Perovakite
Perovakite
Iddingsite
Perovakite
Piedmontite
Titanite
Staurolite
Clinoclhore
Aegirineaugite
Chondrodite
Perovakite
Piedmontite
Titanite
Staurolite
Monazite
Chloritoid
Clinochlore
Aegirineaugite
Chondrodite
Iddingsite
(+-)
Biotite
Allanite
(-)
Hypersthene
Allanite
Phlogipite
Basaltic
Hornblende
Aegirine
Hypersthene
Andalusite
Dumortierite
Hornblende
1
8
Biotite
Epidote
Glaucophane
Allanite
Phlogopite
Actinolite
Glauconite
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Lanjutan warna-warna dari beberapa macam mineral (Kerr, 1977)
Sumbu
Optik
Tanda
Isotropis
(+)
Cassiterite
Anisotropis
Uniaxial
(-)
(+)
Angkerite
Apatite
Apophylite
Beryl
Calcite
Canerinite
Chabazite
Augite
Anhydrite
Anthophyllite
Boehmite
Barrite
Celestelite
Carnalite
Zoisite
Topaz
Olivine
Plagioklas
Leucite
Halite
Nosean
Hauyene
Opal
Hydrogrossular
Periclase
Sylvite
Perovskite
Volcanis
Sodalite
Sphalerite
Spinel
Leusite
Chabazite
Vesuvianite Apophylite
Melilite
Chalcedony
Xenotime Brucite Osumilite
Eucryptite
Zircon
Quartz
Indialite
Magnesite
Melilite
Nepheline
Tourmaline
Rodhocorsite
Scapolite
Siderite
Cabazite
Clay
Clinozoisite
Colemanite
Cordierite
Cumingtonite
Diaspore
Trydimite
Corundum
Cristobalite
Dolomite
Vesuvianite
Vishnevite
Gibbsite
Gypsum
Heulandite
Humite grup
Jadeite
Kieserite
Lawsonite
Thomsonite
Mesolite
Monazite
Natrolite
Ulexite
Omphasite
Orthopyroxsene
Pectolite
Pigeonite
Epidote
Glauberite
Glaucophane
K-feldspar
Kernite
Kyanite
Laumintite
Lepidolite
Stilbite
Strontiane
Talc
Tremolite
Trona
Wairakite
Witherite
Wollastonite
Wairakite
Prehnite
Pumpelly
Rhodonit
Sapphiri
Siliman
Spodumen
Thenardi
(+-)
Anisotropis
Biaxial
(-)
Andalusite
Anortoclase
Axinite
Aragonite
Borax
Boehmite
Cordierite
Chabazite
Chlorite
Clay
Clinoptilolite
Clintonite
Margarite
Monticellite
Muscovite
Nahcolite
Orthopyroxen
Phlogopite
Palygorskite
Scolite
Serpentine
Polyhalite
Richterite
Shapphirine
1
9
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Untuk mengetahui
ukuran
tiap
pandangan. Dengan
demikian kita akan bisa mengetahui ukuran setiap mineral (umumnya dengan skala mm ).
4 mm
2
0
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
biotit yang berbentuk "tabular", silimanit yang berbentuk "fibrous", leusit yang "trapezohedron"
dan lain sebagainya (lihat tabel 2.3, 2.4, 2.5). Tetapi kenampakan mikroskopis adalah dua
dimensi, sehingga kita perlu membayangkan secara tiga dimensi. Kita juga harus memperhatikan
arah sayatan, karena pada mineral yang "fibrous", kalau dipotong tegak lurus arah
memanjangnya, maka tidak akan nampak "fibrous".
c = Common
r = Rare
rr = Very rare
Isometric
Tetragonal
Hexagonal
Orthorhombik
Monocline
Tricline
Pyrite c
Rutile c
Quartz c
Celestite r
Colemanite c
Microcline r
Fluorite r
Cassiterite c
Corundum c
Forsterite c
Gibbsite r
Plagioclase c
Spinel r
Melilite c
Calcite r
Olivine c
Monazite r
Magnetite c
Idocrase c
Dolomite r
Fayalite c
Lazulite rr
Perovskite c
(Vesuvianite) c
Jarosite rr
Monticellite c
Orthoclase c
Leucite cc
Scheelite r
Alunite rr
Topaz r
Sanidine cc
Sodalite c
Zircon c
Apatite cc
Andalusite r
Adularia c
Hauyne c
Scapolite r
Dahllite c
Zoisite r
Aegirine-augite c
Garnet cc
Cancrinite r
Staurolite c
Spodumen c
Analcime r
Tourmaline r
Lawsonite r
Jadeit rr
Chabazite c
Dumortierite r
Lamprobolite cc
Nepheline r
Sphene c
Epidote c
Pyroxene c
Amphibole c
2
1
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Tabel 2.4 Bentuk-bentuk mineral (Individu) (Kerr, 1977)
Fluorite
Quartz
Periclase
Rutile
Cassiterite
Spinel
Magnetite
Chromite
Anhydrite
Apatite
Schoelite
Leucite
Sodalite
Hauyne
Melilite
Forsterite
Olivine
Fayalite
Chondrodite
Garnet
Zircon
Topaz
Andalusite
Axinite
Allanite
Cordierite
Sphene
Lawsonite
Glauconite
Analcim
Rutile
Silimanite
Aragonite
Dumortierite
Tourmailne
Stilbite
Natrolite
Ilmenite
Aragonite
Kernite
Barite
Celestite
Gypsum
Aegirine
Millite
Dumortierite
Tourmaline
Epidote
Piedmontit
Prehnite
Pyrophyllite
Kyanite
Borax
Trona
Quartz
Corudum
Orthoclase
Sanidine
Microcline
Anorthoclase
Plagioclase
Nepheline
Cancrinite
Pyroxene
Spodumen
Wollastonite
Amphibole
Glaucophane
Beryl
Scapolite
Idocrase
Topaz Kyanite
Zoisite
Clinozoisite
Staurolite
Micas
Chlorites
Barite
Glass
Halloysite
Opal
Glass Montmorilonite
Glass
Tridymite
Lechatelierite Glass
Lechatelierite
Dahillite
Chalcedony
Opal
Calcite
Aragonite
Barite
Fluorite
Opal Siderite
Collophane
Halloysite
Limonite
Calcite Siderite
Collophane
Camosite
Palagonite
Cliachite
Limonite
Bone (a) :
Collophane
Celluler (b) :
Chalcedony
Opal Quartz
2
2
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Granular
Quartz
Calcedony
Gibbsite
Calcite
Dolomite
Magnesite
Siderite Barite
Celestite
Anhydrite
Gypsum
Polyhalite
Alunite
Jarosite
Dahllite
Olivine
Epidote
Kaolinite
Halloysite
Montmorillonite
analcime
Radiated
Fibrous
Brucite
Trona
Gypsum
Polyhalite
Jadeite
Erionite
Wollastonite
Anthophyllite
Tremolite-actinolite
Cummingtonite
Grunerite
Nephrite
Riebeckite
Sillimanite
Prehnite
Sepiolite
Antigorite
Lizardite
Chrysotile
Mesolite
Pyrophyllite
Spherulitic
Dahllite Cummingtonite Chalcedony
Pumpellyite
Cristobalite
Schorlite (tourmaline)
Calcite Siderite
Prochlorite
Dahllite
Pyropyllite
Orthoclase
Natrolite Chalcedony
prennite
Gibbsite Thomsonite
Aragonite
Dumortierite
acicular
Aragonite
Dumortierite
Tourmaline
Stilbite
Natrolite
Laumontite
Thomsonite
scolecite
Graphi
Quartz-Feldspar
Quartz-Staurolite
Quartz-Actinolite
Nepheline-Feldspar
Corundum-andalusite
Glass-Leucite
2
3
Lathlike
Feldspar
Hedenbergite
Jadeite
Wollastonite
Tremolite-actinolite
Grunerite
Glaucophane
Beryl
Scapolite
Topaz
Andalusite
Tourmaline
Zoisite
Clinozoisite
Epidot
Piedmontite
Staurolite
Biotite
Thomsonite
Scolecite
Idocrase
(vesuvianite)
Scapolite
Dumortierite
aragonite
Foliated
Graphite
Hematite
Brucite
Carnotite
Muscovite
Biotite
Stilpnmelane
Phlogopite
Lepidolite
Prochlorite
Clinochlore
Pennine
Chloritoid
Anthophyllite
Iddingsite
Talc
Pyrophyllite
Kaolinite
Montmorilonite
Dickite
illite
Cemented
Incipient Crystals
Giobsite
Antigorite
Crisstobalite in
glass
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
2.1
bagian-bagian yang lebih kecil melalui bidang yang lurus dengan arah tertentu sesuai dengan
bentuk kristalnya. Bidang yang lurus dengan arah tertentu tersebut disebut Belahan. Apabila
bidang-bidang tersebut tidak dikontrol oleh bentuk kristalnya (struktur atomnya), tetapi dikontrol
oleh factor lain seperti kembaran maka bidang tersebut dinamakan "parting". Apabila bidangbidang tersebut tidak lurus, dengan arah tidak tertentu dan tidak dikontrol oleh struktur atomnya,
bidang tersebut dinamakan pecahan (lihat foto 2.5).
Gambar 2.3. Memperlihatkan kenampakan belahan pada mineral biotit (kiri) dan pecahan pada olivin (kanan)
Setiap mineral dicirikan oleh pola belahan tertentu (bias satu arah atau lebih dengan
dengan sudut antar belahan yang tertentu (lihat tabel 2.7 dan 2.8). Apabila suatu mineral
dipotong dengan arah sayatan yang berlainan, maka dalam pengamatan mikroskopis akan
memperlihatkan pola belahan yang berlainan pula (lihat foto 2.4).
Sebagai contoh, pada mineral kelompok amfibol mempunyai sifat dua belahan yang
membentuk sudut lancip. Tetapi sifat tersebut tak selalu nampak dalan sayatan tipis. Apabila
mineral amfibol dipotong sejajar sumbu C kristalografinya, maka yang terlihat hanya belahanbelahan yang searah. Jadi kalau kita mendapati
mineral
2
4
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Gambar 2.4. Gambar kiri memperlihatkan kenampakan belahan pada mineral tremolit yang dipotong
tegak lurus sumbu C kristalografi, sedangkan gambar kanan belahan yang terlihat saat mineral
terpotong sejajar atau hampir sejajar sumbu C kristalografi.
Belahan 2 arah
Andalusite
Anorthoclase
Anthophyllite
Augite Aegirine
Cummingtonite
Diopsite
Enstatite
Gloucophane
Grunerite
Hornblende
Hedenbergite
Hyperstene
Jadeite
Laumontite
Lamprobolite
Microcline
Natrolite
Orthoclase
Plagioclase
Pumpellyte
Pigeonite
Riebeckite
Rutile Scapolite
Spodemene
Scheelite
Sphene
Sanidine
Tremolite-actinolite
wollastonite
2
5
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
metode pergerakan garis "Becke" atau secara absolute misal dengan minyak imersi . Dalam
praktikum ini hanya dilakukan pengukuran secara relatif, yaitu dengan metode pergerakan garis
becke. Indeks bias yang akan diukur dibandingkan dengan indeks bias dari bahan yang standar
seperti balsam kanada maupun kwarsa (relatif lebih kecil atau lebih besar).
Cara ini dapat langsung digunakan pada mineral isotropis. Sedang pada mineral
anisotropis, karena terdapat dua indeks bias yang berbeda, maka kedua mineral yang akan
diukur, sumbu indikatrik panjang/pendeknya harus sejajar. Cara ini juga sangat susah , jika
mineral yang diamati terdapat dalam suatu sayatan batuan, karena bahan disekitar mineral yang
diamati lebih dari satu macam.
Garis
GarisBecke
Becke
Fokus dinaikkan
Gelas
Gelas
peraga
perag
a
Kuarsa
Kuarsa
n == 1,490
1,490
Balsam
Balsam
Canada
n1,780
= n = 1,510
1,510
Sumber
Cahaya
Garnet
Garnet
n=
1,780
2
6
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Foto 2.6 Memperlihatkan kenampakan garis Becke yang terbentuk di sekitar mineral. Gambar kiri mikroskop dalam
keadaan focus. Gambar kanan Meja obyek diturunkan, garis Becke bergerak kedalam mineral, mengindikasikan
bahwa indeks bias mineral lebih tinggi dari minyak imersi.
2.7 Relief
Relief adalah kenampakkan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias antara
suatu mineral dengan media yang terdapat di sekitarnya,
karena
pada
umumnya
perekat sayatan tipis adalah balsam kanada, maka skala relief pembandingnya adalah
balsam kanada. Jadi balsam kanada tidak mempunyai relief atau bereliefnya nol (nkb =
1,537).
Mineral yang mempunyai perbedaan indeks bias yang besar dengan indeks bias
balsam kanada (bisa lebih kecil maupun lebih besar) akan mempunyai relief yang tinggi
sampai sangat tinggi dan sebaliknya. Mineral-mineral relief rendah sinar-sinarnya
mempunyai indeks bias antar 1,543 - 1,493 atau 1,545- 1,599, mineral-mineral relief
sedang mempunyai indeks bias antar 1,493 - 1,443 atau 1,600 - 1,699, sedangkan
mineral-mineral relief tinggi - sangat tinggi mempunyai indeks bias >1,700 atau
<1,44. Dalam pemerian mineral, kita biasanya memakai skala relief sangat tinggi, tinggi,
sedang, dan rendah (lihat foto 2.6).
Tabel 2.8. Hubungan harga indeks bias mineral dengan kenampakan reliefnya.
Indeks Bias
Relief
Contoh Mineral
>1,40
Extrem
Rutil
1.78-1.90
Sangat Tinggi
Garnet (Almandin)
1.68-1.78
Tinggi
Epidot
1.57-1.68
Sedang
Beryl, Aktinolit
1.49-1.57
Rendah
Kuarsa
2
7
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Gambar
2.7.
Memperlihatkan
kenampakan relief beberapa mineral
yang mewakili skala relief. Berturutturut searah jarum jam adalah garnet
(relief sangat tinggi), beryl (relief
sedang), dan kuarsa (relief rendah).
Kenampakan
bergetar sejajar dengan arah getar polarisator, jadi jika mineral anisotrop sinar-sinarnya
mempunyai perbedaan indeks bias minimum dan indeks bias maksimum sangat besar
maka akan menampakkan relief bervariasi (misal pada kalsit, muskovit).
Gambar 2.8. Kenampakan relief pada mineral muskovit. Foto kiri memperlihatkan relief tinggi, sebaliknya
pada foto kanan, setelah meja obyek diputar 90, muskovit memperlihatkan relief rendah.
Sayatan tipis yang standard, secara detil pada umumnya bentuk batas antara sayatan
tipis mineral dengan semen perekat sangat tidak beraturan. Demikian juga antara butiran
satu dengan butiran disebelahnya. Batas atas dan batas bawah dari sayatan tipis umumnya
bergelombang.
2
8
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
gelas penutup
Gambar 2.9. Sketsa yang memperlihatkan morfologi semen perekat antara sayatan tipis dengan gelas
penutup
Jika ada perbedaan indeks bias antara mineral dengan semen perekat,
ketidakteraturan batas kedua media tersebut akan menyebabkan terkonsentrasinya atau
tersebarnya cahaya oleh proses pemantulan dan pembiasan. Gejala ini akan menimbulkan
efek relief tiga dimensi.
Perbedaan indeks bias yang kecil akan menimbulkan efek relief yang lemah,
sebaliknya perbedaan indeks bias yang besar akan menimbulkan relief yang kuat. Relief
diamati pada posisi pararel nikol sebaiknya menggunakan lensa objektif sedang dan
diafragma diperkecil.
Index
1,40 1,46 (n)
1,412 ( )
1,434 (n)
1,447 ( )
1,454 ( )
1,458-1,462 (n)
1,469 ( )
1,472 ( )
1,47-1,63 (n)
1,473-1,480 ( )
1,473 ( )
1,478-1,485 ( )
1,48-1,61 (n)
1,48-1,49 ( )
1,483-1,487 (n)
1,484 ( )
1,485-1,493 ( )
1,486 (t)
1,487 (n)
1,487 ( )
mineral
Opal
Trona
Fluorite
Borax
Kernite
Lechatelierite
Tridymite
borax
palagonite
Natrolite
tridymite
Chabazite
Volcanic glass
Chabazite
Sodalite
Cristobalite
Natrolite
Calcite
Analcime
Cristobalite
index
1,494-1,500 ( )
1,496-1,499 ( )
1,496-1,500 (t)
1,496-1,510 (n)
1,500-1,508 ( )
1,500-1,526 (t)
1,50-1,57 (n)
1,501-1,505 ( )
1,502 ( )
1,505 ( )
1,505-1,526 ( )
1,506 ( )
1,507-1,524 (n)
1,508 ( )
1,509 ( )
1,509-1,527 (t)
1,510 ( )
1,512 ( )
1,512-1,530 ( )
1,513 ( )
2
9
mineral
Stilbite
Heulandite
Cancrinite
Hauvne
Stilbite
Dolomite
Antigorite
Heulandite
Laumontite
Mesolite
Sepiolite
Mesolite
Cancrinite
Leucite
Leucite
Magnesite
Palygorskite
Scolecite
thomsonite
Montmorillonite
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
1,488 ( )
1,490-1,506 ( )
1,492 ( )
1,493-1,546 ( )
1,518-1,522 ( )
1,518-1,542 ( )
1,519 ( )
1,520 ( )
1,522-1,536 ( )
1,524-1,526 ( )
1,525-1,530 ( )
1,525-1,532 ( )
1,526 ( )
1,527-1,543 (t)
Kernite
Sediolite
Montmorillonite
chrysotile
microcline
Thomsonite
Scolecite
Gypsum
Anorthoclase
Sanidine
Microcline
Albite
Orthoclase
Nepheline
1,514 ( )
1,517-1,520 (n)
1,517-1,557 ( )
1,518 ( )
1,540 ( )
1,540-1,571 (t)
1,541-1,552 ( )
1,541-1,579 ( )
1,544 (n)
1,5442 ( )
1,545 ( )
1,545-1,555 ( )
1,546-1,560 ( )
1,548 ( )
3
0
Laumontite
Sanidine
Chrysotile
Orthoclase
Trona
Scapolite
Oligoclase
Biotite
Halite
Quartz
Erionite
Andesine
Lizardite
Polyhalite
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Lanjutan tabel Indeks Bias (Kerr, 1977)
Index
1,563 1,571
1,564 1,590
1,565 1,650
1,566
1,566
1,566
1,567
1,568 1,598
1,570
1,57 1,61
1,57 1,62
1,57 1,575
1,57 1,582
1,57 1,588
1,572
1,574 1,638
1,575 1,582
1,575 1,590
1,576 1,583
1,576 1,589
1,576 1,597
1,582 1,588
1,585
1,586
1,588 1,658
1,590 1,612
1,592
1,592 1,643
1,593 1,611
1,596 1,633
1,598 1,606
1,598 1,652
1,599 1,667
1,600
1,600 1,628
1,600 1,628
1,603 1,604
1,605
1,607 1,629
1,610 1,644
1,612 1,634
1,613 1,628
1,614
1,614
1,614 1,675
1,615 1,629
1,615 1,629
1,617 1,638
1,619 1,626
Mineral
Index
Bytownite
Beryl
Lilite
Brucite
Dickite
Kaolinite
Polyhalite
Beryl
Anhydrite
Chliacite
Collophane
Anorthite
Bytownite
Clinochlore
Alunite
Biotite
Pennine
Talc
Pennine
Gibbsite
Clinochlore
Anorthite
Brucite
Colemanite
Prochlorite
Glauconite
Alunite
Chondrodite
Muscovite
Siderite
Phlogopite
Anthophylite
Prochlorite
Pyrophylite
Nephrite
Tremolite-Actinolite
Lazulite
Lepidolite
Topaz
Glauconite
Stilpnomelane
Dravite (Tourmaline)
Colemanite
Anhydrite
Horblende
Elbaite (Tourmaline)
Prehnite
Topaz
Dahlite
1,620
1,621 1,655
1,621 1,670
1,622
1,623 1,635
1,623 1,676
1,625 1,655
1,625 1,655
1,626 1,629
1,628 1,658
1,629 1,640
1,630 1,651
1,631
1,632 1,634
1,632 1,655
1,632 1,655
1,633 1,701
1,634
1,635
1,635 1,640
1,635 1,655
1,636
1,639 1,642
1,639 1,647
1,639 1,657
1,639 1,668
1,64 1,77
1,641 1,651
1,642
1,645 1,665
1,648
1,650 1,665
1,650 1,698
1,651 1,688
1,651 1,681
1,652 1,698
1,654
1,655 1,666
1,655 1,669
1,657 1,661
1,657 1,663
1,658
1,658 1,674
1,659 1,678
1,66 1,80
1,664 1,686
1,665
1,687 1,688
1,670 1,680
3
1
Mineral
Wollastonite
Glaucophane
Chondrodite
Celestite
Dahllite
Anthophyllite
Nephrite
Tremolite-Actinolite
Mellite
Schoralite
(Tourmaline)
Andalusite
Apatite
Celestite
Mellite
Dravite (Tourmaline)
Apatite
Horblende
Wollastonite
Chamosite
Forsterite
Elbaite (Tourmaline)
Barite
Lazulite
Andalusite
Cummingtonite
Glaucophane
Allanite
Monticellite
Mullite
Prehnite
Barite
Enstatite
Diopside
Spodumene
Olivine
Schorlite (Tourmaline)
Mullite
Jadeite
Monticellite
Sillimanite
Grunerite
Calcite
Enstatite
Dumortierite
Allanite
Cummingtonite
Lawsonite
Jadeite
Forsterite
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
BAB 3
ORTOSKOP NIKOL SILANG
Pengamatan ortoskop nikol silang, adalah pengamatan sifat-sifat optik mineral, dimana
cahaya melewati dua lensa polarisator, yaitu polarisator bawah dan polarisator atas (analisator).
Dengan ketentuan bahwa arah getar polarisator harus tegak lurus arah getar analisator.
Sifat-sifat optik yang dapat diamati antara lain warna interferensi, birefringence (bias
rangkap), orientasi optis, pemadaman dan sudut pemadaman maupun kembaran.
3.1. Warna Interferensi
Warna interferensi adalah kenampakan wama sebagai manifestasi dari perbedaan panjang
gelombang dua vektor cahaya yang bergetar saling tegak lurus yang melewati lintasan sayatan
tipis kristal dengan kecepatan yang berbeda yang diteruskan melalui lensa analisator kepada
mata pengamat. Warna interferensi adalah harga retardasi dari cahaya yang dibiaskan dan
merambat melewati kristal. Semakin tebal sayatan tipis mineral, maka akan semakin besar harga
retardasinya.Sebagai contoh, jika mineral kuarsa dengan sayatan standar tebal 0,03 mm
mempunyai harga retardasi sekitar 250 nm yang dimanifestasikan sebagai warna abu-abu, maka
ketika tebal sayatan mineral kuarsa 0,04 nm, harga retardasi kuarsa akan menjadi sekitar 350 nm,
dan akan memperlihatkan warna interferensi kuning.
Gambar 3.1. Kenampakan mineral kuarsa dengan sayatan tipis standar (kiri) dan kenampakan kuarsa
dengan sayatan lebih tebal (kanan).
3
2
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Gambar 3.2. Kenampakan gelap maksimum dan terang maksimum mineral piroksen.
Mineral dengan harga retardasi sekitar 350-450 nm mempunyai warna interfernasi relatif
sama dengan mineral yang mempunyai harga retardasi sekitar 950-1000 nm, yang terlihat
sebagai warna orange. Karena terjadi perulangan warna seperti yang terlihat dalam tabel Michel
Levy, maka rangkaian warna interferensi dibagi menjadi beberapa orde, mulai dari orde
pertama, kedua dan seterusnya. Mineral yang mempunyai retardasi tinggi ordenya, makin cerah
(kuat) warnanya, misalnya kuning orde II lebih kuat dibandingkan kuning orde I (lihat tabel
warna interferensi).
3
3
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Seringkali kita kesulitan pada saat harus menentukan warna interferensi yang kita lihat
apakah termasuk orde 1, orde 2, ataukah orde 3. Untuk memastikan orde mana warna
interferensi yang kita amati, kadang perlu dilakukan pengecekan dengan menggunakan
komparator yang mempunyai harga panjang gelombang tertentu, misal komparator keping
gipsum dengan harga panjang gelombang 530 nm.
3.2.
bergetar dalam dua bidang yang saling tegak lurus. Harga bias rangkap merupakan selisih
maksimum kedua indeks bias sinar yang bergetar melewati suatu mineral. Selisih maksimum
sinar yang bergetar atau bias rangkap mineral adalah jika sinar yang bergetar adalah sinar yang
mempunyai indeks bias maksimum dan indeks bias minimum.
Pada mineral-mineral yang mempunyai sistem kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal
selisih indeks bias maksimum terdapat pada sayatan yang sejajar sumbu C kristalografi, karena
pada sayatan ini sinar yang bergetar adalah sinar biasa (ordiner) dan sinar luar biasa (extra
ordiner) yang sesungguhnya.
3
4
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Sedang untuk mineral-mineral yang bersistem kristal orthorombik, triklin, dan monoklin
harga
selisih indeks bias maksimum terdapat pada sayatan yang dipotong sejajar
dengan bidang sumbu optik, karena pada sayatan ini sinar yang bergetar adalah sinar X (cepat)
dan sinar Z (lambat). Sayatan-sayatan
diatas dalam
pengamatan
konoskop
akan
3
5
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Tabel 3.1 harga bias rangkap beberapa mineral (Kerr, 1977)
Birefringence
0,00 0,002
0,00 0,002
0,00 0,003
0,00 0,004
0,001
0,001
0,001
0,001 0,004
0,001 0,011
0,002 0,010
0,003
0,003 0,004
0,003 - 0,004
0,004
0,004
0,004 0,006
0,004 0,008
0,004 0,009
0,004 0,011
0,005
0,005
0,005 0,006
0,005 0,007
0,005 0,011
0,006
0,006 0,008
0,006 0,012
0,006 0,018
0,007
0,007
0,007
0,007
0,007
0,007 0,008
0,007 0,008
0,007 0,009
0,007 0,009
0,007 0,011
0,007 0,011
0,007 0,028
0,008
0,008
0,008 0,009
Mineral
Analcime (possibly)
Perovskite
Serpophite
Haliyne (occas)
Leucite Mesolite
Hallosyte
Pennine
Prochlorite
Chabazite
Cristobalite
Apatite
Nepheline
Tridymite
Riebeeckite
Idocrase
Beryl
Dahllite
Clinochore
Collophane
Kaolinite
Mellite
Anorthoclase
Clinozoisite
Dickite
Stilbite
Thomsonite
Zoisite
Sanidine
Heulandite
Andesine
Scolecite
Microcline
Chamosite
Labradorite
Antigorite
Oligoclase
Andalausite
Cordierite
Cancrinite
Chalcedony
Orthoclase
Corundum
Birefringence
0,008 0,009
0,008 0,011
0,009
0,009
0,009
0,009 0,010
0,009 0,011
0,010 0,012
0,010 0,015
0,010 0,016
0,01 0,03
0,010 0,036
0,011 - 0,013
0,011 0,014
0,011 0,020
0,012
0,012
0,012 0,013
0,012 0,023
0,013 0,016
0,013 0,018
0,013 0,027
0,014
0,014 0,018
0,014 0,045
0,015 0,023
0,016
0,016 0,025
0,018 0,019
0,019
0,019
0,019
0,019 0,025
0,019 0,026
0,020
0,020 0,023
0,020 0,032
0,020 0,033
0,021
0,021 0,025
0,021 0,033
0,022
0,022 0,027
3
6
Mineral
Enstatite
Bytownite
Celestite
Gypsum
Quartz
Topaz
Albite
Axinite
Staurolite
Hypersthene
Allanite
Scapolite
Anorthite
Chrysolite
Dumortierite
Barite Mullite
Natrolite
Jadeite
Chloritoid
Glaucophane
Spodumene
Wollastonite
Monticellite
Epidote Albite
Kyanite
Anthophylite
Hedenbergite
Brucite
Lawsonite
Polyhalite
Dravite
Horblende
Alunite
Silimanite
Glauconite
Prehnite
Monmorilonite
Augite
Pigeonite
Gibsite
Nephrite
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Mineral
Tremolite actinolite
Schorlite
Cummingtonite
Lamprobolite
Chondrodite Diopside
Aegirine-augite
Hydromuscovite Talc
Biotite
Forsterite
Lazulite
Olivine
Muscovite
Aegirine
Iddingsite
Fayalite
Grunerite
Birefringence
0,044
0,044 0,047
0,045
0,048
0,048
0,049 0,051
0,060 0,062
0,061 0,082
0,092 0,141
0,097
0,105
0,156
0,172
0,180 0,190
0,191 0,199
0,231 0,242
0,286 0,287
Mineral
Anhydrite
Phlogopite
Lepidolite
Diaspore
Pyropyllite
Monazite
Zircon
Piedmontite
Sphene
Cassiterite
Jarosite
Aragonite
Calcite
Dolomite
Magnesite
Siderite
Rutile
Low Relief
Mineral
Opal Fluorite
Lechatelierte
Sodalite
Analcine
Hauyne
Indexs
1,40 - 1,46
1,434
1,458 1,462
1,483 1,487
1,487
1,496 1,510
Balsam = 1,537
Halite
Halloysite
Serphopite
Cliachite
Collophane
Periclase
Glossularite
Pyrope
Almandite
GARNET
Spessarite
GROUP
Uvarovite
Andradite
Limonite
Spinel
Chromite
Perovskite
Sphalerite
1,544
1,549 1,561
1,50 1,57
1,57 1,61
1,57 1,62
1,738 1,760
1,736 1,763
1,741 1,760
1,778 1,815
1,792 1,820
1,838 1,870
1,837 1,887
2,00 2,10
1,72 1,78
2,07 2,16
2,34 2,38
2,37 2,47
1,48 1,61
1,47 1,63
3
7
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
menentukan warna interferensi maksimum serta ordenya (lihat tabel warna interferensi
Michel Levy di bawah).
b.
potongkan garis vertikal sebagai harga retardasi pada warna interferensi dengan garis
horisontal harga ketebalan sayatan (standart 0,03 mm), dan tentukan titik potongnya.
c.
melalui titik potong tersebut, tarik garis miring hingga memotong garis paling atas/kanan,
kemudian baca harga birefringence atau selisih harga indeks biasnya.
a)
b)
c)
Gambar 3.4. Urutan cara penentuan warna interferensi dan besarnya bias rangkap minera
(Gmbar dari Nesse, 1991).
kritalografi. Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan lebih lanjut, kita anggap bahwa
sumbu panjang kristalografi adalah sumbu kristalogarfi C. Tetapi anggapan ini tidak berlaku
untuk perkecualian seperti pada filosilikat.
Kedudukan sumbu sinar suatu mineral terhadap sumbu kristalografinya adalah tertentu.
Jadi orientasi optik pada mineral juga tertentu.
3
8
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Orientasi optik "Length Slow" apabila sumbu panjang mineral (C) sejajar atau hampir
sejajar sumbu indikatrik sinar lambat ( Z). Orientasi optik Length Fast apabila sumbu panjang
mineral (C) sejajar atau hampir sejajar sumbu indikatrik sinar cepat (X).
Pada beberapa mineral (contoh olivin) kedudukan sumbu panjang kristalografinya berimpit
dengan sumbu indikatrik sinar Y (sinar intermediet). Oleh karenanya orientasi optik mineral
olivin sangat tergantung pada arah sayatannya. Pada sayatan yang tegak lurus sumbu indikatrik
sinar X, sinar yang bergetar pada mineral adalah sinar Y dan sinar Z, sehingga sinar Y berperan
sebagai sinar cepat. Orientasi optik mineral olivin yang disayat demikian mempunyai orientasi
optik "length fast" (sumbu C berimpit dengan sumbu indikatrik sinar cepat). Sebaliknya kalau
disayat tegak lurus sumbu sinar Z, sinar yang bergetar adalah sinar X dan sinar Y. Sinar Y
berperan sebagai
sinar lambat, sehingga orientasi optik mineral olivin pada pada sayatan
Gambar 3.5 memperlihatkan mineral yang mempunyai orientasi optis Length Slow (kiri) dan
orientasi optis length Fast (kanan)
3
9
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Substraksi adalah gejala yang terjadi apabila sumbu indikatrik sinar Z mineral tegak lurus
dengan sumbu indikatrik sinar Z komparator. Gejala ini terlihat dengan adanya pengurangan
warna interferensi (karena berkurangnya retardasi).
Dalam pengamatan suatu mineral apabila meja obyek diputar lebih dari 90, maka akan
bisa diamati baik gejala adisi maupun substraksi. Gejala mana bisa dilihat, tergantung kedudukan
sumbu indikatrik mineral terhadap sumbu indikatrik komparator.
Gambar 3.6. Gambar kiri memperlihatkan kedudukan mineral saat memperlihatkan warna interferensi
maksimum. Gambar tengah memperlihatkan gejala adisi (penambahan warna) saat dimasukkan komparator
keping gipsum. Gambar kanan, setelah meja obyek diputar 90, mineral memperlihatkan gejala substraksi
(pengurangan warna).
a.
b.
Menentukan kedudukan sunbu indikatrik mineral agar posisinya diagonal terhadap arah
getar polarisator/analisator (kita tidak tahu mana sinar yang cepat dan mana sinar yang
lambat). Kedudukan sumbu indikatrik pada posisi diagonal adalah pada waktu mineral
memperlihatkan warna interferensi maksimum (warna interferensi minimum/gelap
maksimum terjadi jika kedudukan sumbu indikatriknya sejajar dengan arah getar
polarisator/analisator).
c.
lihat apakah pada waktu terang maksimum kedudukan sumbu panjang kristalografi ada di
sebelah kiri atau kanan dari kedudukan diagonal. Kalau kedudukan sumbu panjang
kristalografi ada disebelah kiri kedudukan diagonal, maka kedudukan sumbu indikatrik
yang terdekat dengan sumbu panjang kristalografi ada disebelah kanannya (+).
d.
e.
langsung
gambar
4
0
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
f.
lihat posisi sumbu indikatrik mineral terhadap sumbu panjang kristalografi mineral.
g.
jika sumbu Z sejajar atau kurang dari 45" terhadap sumbu panjang kristalografi (C) maka
orientasi optiknya adalah "Length Slow", jika sumbu X sejajar atau kurang dari 45
terhadap sumbu panjang (C) maka orientasinya adalah "Length Fast".
Gambar 3.7. Prosedur penentuan orientasi optik. Gambar kiri memperlihatkan posisi mineral saat warna
interferensi maksimum. Gambar tengah mineral memperlihatkan gejala adisi (penambahan warna) menjadi
biru saat dimasukkan komparator keping gipsum. Gambar kanan, menentukan kedudukan sumbu indikatrik
mineral yang sejajar dengan sumbu indikatrik komparator.
Sudut pemadaman
Sudut Pemadaman adalah sudut yang dibentuk oleh sumbu panjang kristalografi (sb C)
dengan sumbu indikatrik mineral (baik sinar cepat atau sinar lambat).
4
1
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Paralel
Miiring
Simetri
Gambar 3.8. Kenampakan berbagai macam sudut pemadaman pada mineral. Gambar kiri sudut pemadaman
paralel C ^ X,Z = 0 atau C ^ X,Z = 90 gambar tengah mineral dengan sudut pemadaman miring C ^ X,Z = 1
- 44, dan gambar kanan mineral dengan sudut pemadaman simetri C ^ X,Z = 45.
4
2
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Jika kedudukan sumbu indikatrik diseblah kanan sumbu c maka harga sudut pemadamannya
adalah positip dan sebaliknya.
C ^ Z = + a
C ^ Z = - a
Gambar 3.9. Memperlihatkan kedudukan sumbu indikatrik sinar Z terhadap sumbu C kristalografi.
b.
menentukan kedudukan mineral pada saat warna interferensi maksimum (sumbu indikatrik
posisinya diagonal).
c.
pada
saat
interferensi maksimum
masukkan keping komparator, amati apakah terjadi gejala addisi atau substraksi. Gambar
kedudukan
sumbu
indikatrik
mineral
(sejajar
kedudukan
sumbu
indikatrik
komparator/diagonal).
Catatan : prosedur a - d sama dengan prosedur menentukan orientasi optik.
e.
f.
g.
putar meja obyek ke kiri hingga sb c berimpit dengan benang silang tegak. Catat skala
noniusnya, misal X putar lagi meja obyek ke kiri hingga sumbu indikatrik sinar Z
berimpit benang silang vertikal (dicirikan oleh pemadaman maksimum), catat misal X1.
4
3
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
h.
sudut pemadaman
C ^ Z = Xo = | X - X1 |
C ^ X = - (90 - Xo)
a)
b)
c)
Gambar 3.10. a) posisi mineral saat warna interferensi maksimum. b) mineral memperlihatkan gejala adisi
menjadi biru saat dimasukkan komparator keping gipsum. C) menentukan kedudukan sumbu indikatrik
mineral yang sejajar dengan sumbu indikatrik komparator yaitu 45 terhadap belang silang..
d)
e)
f)
4
4
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
3.5 Kembaran
Pada
kenampakan
mikroskopis
kembaran
nampak
sebagai
lembar-lembar
yang
memperlihatkan warna interferensi dan pemadaman yang berbeda. Kenampakan tersebut dapat
disebabkan karena pada waktu proses kristalisasi terganggu (kembaran tumbuh) atau karena
adanya proses deformasi pada waktu kristal tersebut sudah terbentuk (kembaran deformasi).
Secara deskriptif keduanya dapat dibedakan dengan melihat bentuk dari masing-masing lembar
kembarannya. Kembaran tumbuh, lembar-lembar kembarannya tertentu dan
bidang
batasnya lurus. Sedang pada kembaran deformasi lebar lembar kembarannya berubah dan
batasnya sering melengkung.
Gambar 3.12 Kenampakan beberapa jenis kembaran, berturut-turut searah jarum jam adalah Kembaran baveno
pada diopsid, kembaran albit pada plagioklas, kembaran periklin (cross hatch) pada mikroklin, dan kembaran
karlbad pada sanidin.
Kembaran tumbuh bisa terbentuk karena suatu kristal bagian-bagiannya mengalami rotasi
secara mekanis antara satu dengan lainnya. Atau bisa terbentuk oleh karena pertumbuhan dua
kristal atau lebih yang saling mengikat, sehinga membentuk satu wujud.
Ada beberapa macam kembaran, dengan dasar pembagian yang bermacam-macam pula.
Tetapi untuk kebutuhan praktikum ini, hanya kita bagi secara diskriptif praktis dengan melihat
bentuk dan pola kembarannya saja. Bentuk-bentuk kembaran tersebut antara lain albit, karlbad,
baveno, periklin ("cross hatch"), karlbad-albit. Bagaimanapun juga, kembaran sering mempunyai
arti penting di dalam pengamatan mineral, terutama kembaran yang terdapat pada mineral
4
5
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
plagioklas.
3.5.1 Penentuan plagioklas dengan kembaran
3.5.1.1. Metode Michel Levy
Kembaran pada plagioklas yang mengikuti Hukum Albit memiliki bidang kembaran sejajar
dengan bidang (010). Untuk mengukur sudut pemadaman, carilah kristal plagioklas yang
terpotong tegak lurus bidang {010} atau sejajar sumbu b, yang dicirikan oleh :
1. Garis-garis perpotongan
antara
bidang
komposisi
lebih dari 6 ( | P - Q | 6 )
Gambar 3.13. Cara penentuan jenis plagioklas dan sudut pemadaman lembar kembaran albit. A : kristal plagioklas
dengan kembaran albit B . cara pengukuran sudut pemadaman dari kembaran albit ( Kerr,1977)
4
6
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Gambar 3.14. Kurva untuk penentuan jenis plagioklas dengan kembaran albit (Michel Levy) (
Kerr,1977)
Untuk penelitian petrografi batuan beku, langkah tersebut harus dilakukan sebanyak
mungkin, kemudian diambil harga sudut pemadaman yang paling besar (sudut pemadaman yang
paling besar adalah yang paling nendekati sayatan yang tegak lurus bidang (010). Harga sudut
pemadaman dimasukkan kedalam kurva Michel Levy sebagai ordinatnya kemudian tarik garis
horisontal hingga menotong kurva yang ada. Dari perpotongan tersebut kita tarik garis ke bawah
maka komposisi dan jenis plagioklasnya dapat diketahui. Bila harga sudut pemadaman kurang
dari 20 maka harus kita ukur harga indeks biasnya.
Plagioklas yang berkomposisi An0 20 memiliki indek bias lebih kecil daripada indek bias
kanada balsam, sedangkan yang berkomposisi An21- 100 memiliki indek bias lebih besar daripada
indek bias kanada balsam.
3.5.1.2.
4
7
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
2. Bila garis kembaran diletakkan sejajar dengan benang silang tegak maka semua lembar
kembaran memberikan warna interferensi yang sama dan merata.
Salah satu kembaran carlsbad (misal sebelah kiri ) ditentukan dengan cara yang sama
dengan metode sebelumnya yakni
| X0 X1 | + | X0 X2 |
2
= S
Dengan syarat | X0 X1 | - | X0 X2 | 6
Dan sudut pemadaman untuk lembar kembaran albit pada lembar kembaran carlsbad
sebelah kanan adalah :
| Y0 Y1 | + |
Y0 Y1|
= T
2
Dengan syarat | Y0 Y1 | - | Y0 Y2 | 6
Harga sudut pemadaman diplot dengan grafik dimana harga sudut pemadaman yang lebih
kecil sebagai ordinat sedangkan harga sudut pemadaman yang lebih besar diplot pada kurva,
kemudian tarik garis horisontal dari sudut pemadaman yang lebih kecil, potongkan dengan kurva
sudut pemadaman yang lebih besar. Dari perpotongan tersebut lalu ditarik garis kebawah maka
jenis plagioklas dapat
Gambar 3.15. Cara penentuan sudut pemadaman plagioklas dari kembaran Carlsbad-Albit (Kerr,
1977)
4
8
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Gambar 3.16. Kurva untuk penentuan jenis Plagioklas dengan kembaran Carlsbad-Albit
(Menurut F.E. wright, dari Kerr ,1977)
4
9
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
BAB 4
PENGAMATAN KONOSKOP
Cahaya pada kenampakan konoskop adalah cahaya konvergen, karena lensa kondensor
akan menghasilkan cahaya mengkuncup yang menghasilkan suatu titik yang terfokus pada
sayatan mineral. Cahaya tersebut kemudian melewati sayatan kristal dan kemudian ditangkap
oleh lensa obyektif.
Mikroskop dalam hal ini berfungsi sebagai teleskop untuk mengamati suatu titik tak
terhingga melalui peraga (sayatan tipis kristal). Jadi kita tidak lagi melakukan pengamatan
langsung pada peraga, tetapi yang kita lihat dalam mikroskop adalah kenampakkan gambar
interferensi (isogire, isofase/isokrom, dan melatope). Dalam melakukan pengamatan gambar
interferensi ini dipergunakan beberapa lensa, diantaranya lensa "Amici Bertrand dan lensa-lensa
yang lainnya seperti kondensor, polarisator maupun analisator.
4.1. Tujuan
Dengan cara melakukan pengamatan gambar interferensi (isogir, melatop, isofase) akan
dapat ditentukan:
a. sumbu optik mineral (uniaxial atau biaxial)
b. tanda optik mineral (positip atau negatif)
c. sudut sumbu optik ( 2V )
d. arah sayatan
4.1.1.
Sumbu Optik
Cahaya terpolarisir yang melewati mineral anisotrop, akan dibiaskan menjadi dua
sinar yang bergetar kesegala arah dengan kecepatan yang berbeda. Tetapi pada arah sayatan
tertentu sinar akan dibiaskan kesegala arah dengan kecepatan sama. Garis yang tegak lurus
dengan arah sayatan tersebut di.kenal sebagai Sumbu Optik.
Pada mineral-mineral yang bersisitim kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal terdapat dua
sumbu indikatrik (sumbu arah getar sinar), yaitu sumbu dari sinar ordiner (biasa) dan sinar ekstra
ordiner (luar biasa). Pada mineral yang bersistim kristal tersebut, hanya ada satu kemungkinan
arah sayatan, dimana sinar yang terbias bergetar ke segala arah dengan kecepatan sama. Oleh
5
0
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
karena itu, mineral-mineral yang bersistem kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal mempunyai
Sumbu Optik Satu (Uniaxial).
Sedangkan pada mineral-mineral yang bersistim kristal orthorombik, monoklin dan triklin
terdapat tiga macam sumbu indikatrik, yaitu sumbu indikatrik sinar X (paling cepat), sinar Y
(intermediet) dan sinar Z (paling lambat). pada mineral-mineral ini, ada dua kemungkinan arah
sayatan, dimana sinar yang terbias bergetar ke segala arah dengan kecepatan sama. Oleh karena
itu mineral-mineral yang bersistem kristal demikian mempunyai Sumbu Optik Dua (Biaxial).
4.1.2.
Tanda Optik
Kecepatan sinar ordiner dan ekstra ordiner pada kristal sumbu satu (uniaxial) adalah tidak
sama. Pada mineral tertentu sinar ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner, tetapi pada mineral
lain sinar ordiner bisa lebih cepat dari sinar ekstra ordiner. Untuk mempermudah pembahasan
dari keragaman tersebut dibuat kesepakatan bahwa mineral uniaxial yang mempunyai sinar
ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner diberi Tanda Optik Negatif. Sebaliknya untuk
mineral uniaxial yang mempunyai sinar ordiner lebih cepat dari sinar ekstra ordiner diberi
Tanda Optik Positif.
5
1
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
4.1.3.
hanya didapatkan pada mineral sumbu dua. Pada sayatan tertentu, dengan memperhatikan
gambar interferensinya, dapat dihitung besarnya sudut sumbu optik.
4.2.
Tanda Optiknya.
Ada beberapa kenampakkan gambar interferensi pada kristal sumbu satu. Kenampakan
ini sangat bergantung pada arah sayatan terhadap sumbu optik. (lihat gambar).
4.2.l. Gambar Interferensi Terpusat
Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sumbu optiknya (sayatan isotropik).
Memperlihatkan isogire dengan empat lengan, serta melatop persis di tengah.
Memperilhatkan gelang-gelang warna (isofase), banyaknya gelang-gelang
ini sangat
bergantung pada harga bias rangkap masing-masing mineral. Makin besar harga bias
rangkapnya, makin banyak gelang-gelang warnanya.
Bila meja obyek diputar 360, gambar interferensi tidak berubah sama sekali.
Gambar 4.1. Interferensi terpusat, mineral dengan bias rangkap kuat (kiri) dan bias rangkap lemah (kanan)
5
2
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Cara Penentuan Tanda Optik Gambar Interferensi Terpusat
Komponen sinar luar biasa selalu bergetar di dalam bidang yang memotong bidang pandangan
sebagai jari-jari. (lihat gambar 4.2.)
Untuk mengetahui apakah sinar luar biasa merupakan sinar lambat atau cepat, maka dipergunakan
komparator.
Jika kwadran l dan 3 menunjukan gejala adisi (warna biru), sedang kwadran 2 dan 4
menunjukkan gejala substraksi (warna kuning-orange)berarti sinar luar biasa merupakan
sinar lambat, maka kristal mempunyai tanda optik positip. Sebaliknya jika kwadran l dan
3 menunjukkan gejala substraksi, kwadran 2 dan 4 menunjukkan gejala adisi, mineral
mempunyai tanda optik negatif.
Gambar 4.2. Penentuan tanda optic gambar interferensi terpusat sumbu satu
Terdapat pada sayatan Kristal yang dipotong miring terhadap sumbu optik.
Penentuan tanda optik sama dengan gambar interferensi terpusat, tetapi harus terlebih
dahulu menentukan posisi setiap kwadrannya.
Gambar 8.3 Kenampakan gambar interferensi tak terpusat dan cara penentuan kuadrannya
5
3
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
4.2.3.
Penentuan tanda optik caranya sana dengan sayatan yang lain, bedanya harus
ditentukan dulu arah sumbu optiknya(arah getar sinar luar biasa sesungguhnya).
Pada saat meja obyek diputar < 5, isogir akan terpecah dan bergerak menghilang dari
medan pandangan (gambar kiri). Kuadran dimana isogir bergerak menghilang adalah
kuadran dimana sumbu optic bergerak. Setelah meja obyek diputar pada posisi 45 ,
isogire
menghilang,
dan
kemungkinan
yang
Nampak
adalah
isokrom,
yang
Gambar 4.4. Gambar interferensi kilat pada kristal sumbu satu. Arah pergerakan
isogir adalah arah sumbu optik.
amati perubahan warna interferensinya. Jika terjadi adisi (medan pandang menjadi biru)
maka yang bergetar sejajar sinar luar biasa adalah sinar lambat, dengan demikian tanda
optiknya positif. Sedang jika terjadi substraksi (medan pandang menjadi orange) maka
sinar luar biasa adalah sinar cepat, jadi tanda optiknya negatif.
5
4
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Terbentuknya gambar interferensi, yaitu isogir dan gelang-gelang warna pada sumbu dua
sama dengan sumbu satu. Perbedaannya karena ada dua sumbu optik, maka kenampakkan
macam gambar interferensinya akan lebih banyak. Berdasar arah sayatan, pada kristal sumbu dua
terdapat lima jenis gambar interferensi, yaitu :
a) Gambar interferensi sumbu optik (Centred Biaxial Optic Axis)
b) Gambar interfernsi garis bagi sudut lancip (BS1) atau Centred Acute
Bisectrix (Bxa)
c) Gambar interfernsi gars bagi sudut tumpul (BSt) atau Centred Obtuse
Bisectrix (Bxo)
d) Gambar interfernsi kilat (Centred Optic Normal atau Biaxial Flash Figure)
e) Gambar interfernsi tak terpusat (Random Orientations )
4.3.1. Gambar Interferensi Sumbu Optik
Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sb optik
Tanya nampak satu lengan isogir
Tergerakkan isogir berlawanan dengan pergerakan meja objek.
Gambar interferensi ini paling baik untuk menentukan sudut sumbu optik ( 2V ).
Pada mineral sumbu dua berlaku ketentuan bahwa tanda optik positif jika sinar yang
berimpit dengan Bsl adalah sinar Z, dan tanda optic negatif jika sinar yang berimpit
dengan Bsl adalah sinar X ( Bst berimpit dengan sinar Z ).
5
5
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Arah getar sinar Y selalu tegak lurus dengan bidang sumbu optik (Bso). Maka pada
gambar interferensi sumbu optik arah getar sinar Y merupakan garis singgung dari isogire
Sinar yang bergetar adalah sinar Y dan sinar yang berimpit dengan Bst ( karena pada
sayatan ini Bst membentuk sudut kurang dari 45 terhadap sayatan putar meja obyek
sehingga kedudukan isogire diagonal (misal seperti gambar 8.7)
Masukkan komparator dan amati perubahan warna interferensi pada sisi cembung isogire
Jika terjadi gejala adisi maka sinar Y adalah sinar yang lebih cepat, berarti sinar lain yang
bergetar tegak lurus terhadapnya adalah sinar yang lebih lambat yaitu sinar Z
Dengan demikian sinar Z berimpit dengan Bst, maka tanda optiknya adalah negative
Gambar interferensi BS1 terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus terhadap garis
bagi sudut lancip.
Gambar interferensi BSt terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus terhadap garis
bagi sudut tumpul.
Gambar interferensi kilat terdapat pada yang mengandung sumbu sinar X dan Z. (
bidang sumbu optik ).
mempunyai suatu
Untuk membedakan
Lebar isogir berturut-tuirut dari gambar interferensi Bsl, Bst dan kilat adalah
sempit dan jelas kemudian makin lebar dan kabur. (lihat gambar 8.8, 8.9, 8.10).
5
6
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Kecepatan geraknya untuk gambar interl-erensi Bsl, setelah 14 akan hilang dari medan
pandangan.
Gambar interferensi Bst hilang sebelum l4, gambar interferensi kilat hilang setelah
2.
Penentuan Tanda Optik Gambar interferensi BS1
Pada mineral sumbu dua berlaku ketentuan bahwa tanda optik positif jika sinar yang
berimpit dengan Bsl adalah sinar Z (Bst berimpit dengan sinar X), dan tanda optik negatif
jika sinar yang berimpit dengan Bsl adalah sinar X ( Bst berimpit dengan sinar Z )
Sinar yang bergetar adalah sinar Y dan sinar yang berimpit dengan Bst
Arah getar sinar Y selalu tegak lurus dengan bidang sumbu optik (Bso). Oleh karenanya
pada gambar interferensi Bsl arah getar sinar Y merupakan garis singgung dari kedua
isoogire, sedang Bst searah pergerakan isogire
Putar meja obyek sehingga sehingga terlihat salip sumbu seperti gambar interferensi kilat
sumbu satu
Putar meja obyek lagi sehingga kedudukan isogire diagonal (misal seperti gambar 8.11)
Masukkan komparator dan amati perubahan warna interferensi pada sisi cembung isogire
Jika terjadi gejala adisi maka sinar Y adalah sinar yang lebih cepat, berarti sinar lain
yang bergetar tegak lurus terhadapnya adalah sinar yang lebih lambat yaitu sinar Z
Dengan demikian sinar Z berimpit dengan Bst, maka tanda optiknya adalah negatif
Sebaliknya jika terjadi gejala subtraksi, maka tanda optiknya positif
berimpit dengan Bsl adalah sinar Z (Bst berimpit dengan sinar X), dan tanda optik negatif
5
7
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
jika sinar yang berimpit dengan Bsl adalah sinar X ( Bst berimpit dengan sinar Z )
Sinar yang bergetar adalah sinar Y dan sinar yang berimpit dengan Bsl
Arah getar sinar Y selalu tegak lurus dengan bidang sumbu optik (Bso). Oleh karenanya
pada gambar interferensi Bst arah getar sinar Y merupakan garis singgung dari kedua
isogire, sedang Bsl searah pergerakan isogire
Putar meja obyek sehingga sehingga terlihat salip sumbu seperti gambar interferensi kilat
sumbu satu
Putar meja obyek lagi sehingga kedudukan isogire bergerak diagonal (misal seperti
gambar 8.12)
Masukkan komparator dan amati perubahan warna interferensi pada seluruh medan
pandangan
Jika terjadi gejala adisi maka sinar Y adalah sinar yang lebih cepat, berarti sinar lain yang
bergetar tegak lurus terhadapnya adalah sinar yang lebih lambat yaitu sinar Z
Dengan demikian sinar Z berimpit dengan Bsl, maka tanda optiknya adalah positif
Sebaliknya jika terjadi gejala subtraksi, maka tanda optiknya negative
berimpit dengan Bsl adalah sinar Z (Bst berimpit dengan sinar X), dan tanda optik negatif
jika sinar yang berimpit dengan BS1 adalah sinar X ( BSt berimpit dengan sinar Z )
Sinar yang bergetar adalah sinar yang berimpit dengan Bst dan sinar yang berimpit
5
8
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
dengan Bsl
Pada gambar interferensi ini pergerakan isogire adalah kearah garis bagi sudut lancip
sumbu satu
Putar meja obyek lagi sehingga kedudukan isogire bergerak diagonal (misal seperti
gambar 8.13)
Masukkan komparator dan amati perubahan warna interferensi pada
seluruh medan
pandangan
Jika terjadi gejala adisi maka sinar yang berimpit dengan Bst adalah sinar yang lebih
cepat (sinar X), berarti sinar lain yang bergetar searah dengan Bsl adalah sinar yang lebih
lambat yaitu sinar Z
Dengan demikian sinar Z berimpit dengan Bsl,maka tanda optiknya adalah positif
Sebaliknya jika terjadi gejala subtraksi, maka tanda optiknya negative
5
9
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
ni
1,486
1,496 1,500
1,500 1,526
1,509 1,527
1,527 1,543
1,540 1,571
1,564 1,590
1,596 1,633
1,613 1,628
1,615 1,629
1,619 1,626
1,626 1,629
1,628 1,658
1,630 1,651
1,701 1,726
1,715
1,759 1,763
2,94
nw
1,5442
1,566
1,572
1,925 1,931
1,996
2,603 2,616
nw
1,658
1,507 1,524
1,680 1,716
1,700 1,726
1,530 1,547
1,550 1,607
1,568 1,598
1,830 1,875
1,632 1,655
1,635 1,655
1,623 1,635
1,632 1,634
1,652 1,698
1,633 1,655
1,705 1,732
1,820
1,767 1,772
3,22
ni
1,5533
1,585
1,592
1,985 1,993
2,093
2,889 2,903
6
0
Sign
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
Sign
+
+
+
+
+
+
Biefringence
0,172
0,007 0,028
0,180 0,190
0,191 0,199
0,003 0,004
0,010 0,036
0,004 0,008
0,234 0,242
0,019 0,025
0,015 0,023
0,004 0,009
0,005 0,006
0,022 0,040
0,003 0,004
0,004 0,006
0,105
0,008 - 0,009
Biefringence
0,009
0,019
0,020
0,060 0,062
0,097
0,286 0,287
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
n
1,492
1,494 1,500
1,512
1,517 1,520
1,518
1,518 1,522
1,522 1,536
1,530
1,532 1,545
1,532 1,552
1,535 1,570
1,538 - 1,545
1,541 1,579
1,543 1,533
1,548
1,551 1,362
1,532
1,555 1,564
1,556 1,570
1,560
1,561
1,563 - 1,571
1,571 1,575
1,575 1,582
1,590 1,612
1,600 1,628
1,600 1,628
1,603 1,604
1,614 1,675
1,620
1,621 1,655
1,629 1,640
1,640 1,770
1,641 1,651
1,651 1,681
1,657 1,663
1,639 1,678
1,670 1,692
1,673 1,715
1,674 1,730
1,678 1,684
1,693
1,712
1,720 1,734
1,745 1,777
1,805 1,835
n
1,313
1,498 1,504
1,519
1,523 - 1,525
1,524
1,522 1,526
1,525 - 1,539
1,582
1,536 1,548
1,536 1,562
1,575 1,590
1,574 1,638
1,548 1,558
1,562
1,598 - 1,606
1,588
1,562 1,573
1,587 1,607
1,598
1,565
1,567 1,577
1,577 1,583
1,576 1,582
1,609 1, 643
1,613 1,644
1,613 1,644
1,632 1,633
1,618 1.691
1,632
1,635
1,638 - 1,664
1,633 1,644
1,650 1,770
1,646 1,662
1,670 1,706
1,684 1,697
1,684 1,691
1,683 1,730
1,678 1,728
1,715 - 1,763
1,685 1,692
1,695
1,720
1,724 1,763
1,770 1,823
1,838 1,877
6
1
n
1,313
1,300 - 1,308
1,319
1,324 1,326
1,326
1,525 1,530
1,527 1,541
1,686
1,541 1,552
1,539 1,570
1,565 1,605
1,575 1,590
1,574 1,638
1,552 1,562
1,567
1,598 1,606
1,600
1,562 0 1,573
1,593 1,611
1,605
1,566
1,571 1,582
1,582 1,588
1,576 1,583
1,610 1,644
1,625 1,633
1,625 1,655
1,639 1,642
1,633 1,701
1,634 1,692
1,639 1,668
1,639 1,647
1,660 1,800
1,655 1,669
1,689 1,718
1,699 1,717
1,686 1,692
1,693 1,760
1,683 1,731
1,718 1,768
1,683 1,696
1,697
1,728
1,734 1,779
1,782 1,836
1,847 1,886
Birefringence
0,021
0,006 0,008
0,007
0,007
0,008
0,007
0,005 0,007
0,156
0,007 0,009
0,007 0,011
0,030 0,035
0,030 0,050
0,033 0,059
0,007
0,019
0,044 0,047
0,048
0,007 0,009
0,037 0,041
0,045
0,005
0,008 0,011
0,011 0,013
0,001 0,004
0,020 0,032
0,022 0,027
0,022 0,027
0,036 0,038
0,019 0,026
0,014
0,007 0,008
0,013 - 0,018
0,007 0,011
0,010 0,030
0,014 0,018
0,037 0,041
0,042 0,054
0,011 0,020
0,026 0,072
0,010 0,016
0,038 0,044
0,010 0,012
0,004
0,018
0,014 0,045
0,037 0,059
0,042 0,051
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Birefringence
Tridymite
Natrolite
1.469
1,473 -1,480
1.469
1,476 - 1,482
1.473
1,485 - 1,493
0,004
0,012 - 0,013
Chabatite
Chrysotile
1478 - 1,483
1,493 - 1,346
................
1,504 - 1,550
1,480 - 1,490
1,517 - 1,557
0,002 - 0,010
0,011 - 0,014
Heulandite
Mesolite
1,496 - 1,499
1.503
1,497 -1,501
1,503
1,501 - 1,505
1,506
0,007
0,001
Thomsonite
Gypsum
1,512 - 1,530
1.520
1,518 - 1,532
1,522
1,518 - 1,542
1,529
0,006 - 0,012
0,009
Albite
Oligoclase
1,523 - 1,532
1,532 - 1,562
1,529 - 1,536
1,536 - 1,548
1,536 - 1,541
1,541 - 1,552
0,009 - 0,011
0,007 - 0,009
Cordierite
Andesine
1.532 - 1,352
1,543 - 1,555
1,536 - 1,562
1,548 - 1,558
1,539 - 1,570
1,552 - 1,562
0,007 - 0,011
0,007
Labrodorite
Dickite
1,555 - 1,563
1,560
1,558 - 1,567
1,562
1,562 - 1,571
1,566
0,007 - 0,008
0,006
Anhydrite
Chondrodite
1,570
1,592 - 1,643
1,576
1,602 - 1,655
1,614
1,621 - 1,670
0,044
0,027 -0,035
Anthophyllite
Topaz
1,598 - 1,652
1,607 - 1,629
1,613 - 1,662
1,610 - 1,631
1,623 - 1,676
1,617 - 1,638
0,016 - 0,023
0,009 - 0,010
Prehnite
Forsterite
1,613 - 1,635
1,635 - 1,640
1,624 - 1,642
1,631 - 1,660
1,645 - 1,663
1,670 - 1,680
0,020 - 0,033
0,035 - 0,040
Barite
Cummingtonite
1,636
1,639 - 1,667
1,637
1,645 - 1,669
1,648
1,664 - 1,686
0,012
0,023 - 0,029
Mullite
Enstatite
1,642
1,650 - 1,665
1,644
1,653 - 1,670
1,654
1,658 - 1,674
0,012
0,008 - 0,009
Diopside
Spodumene
1,650 - 1,698
1,651 - 1,668
1,657 - 1,706
1,663 - 1,675
1,681 - 1,727
1,677 - 1,681
0,020 - 0,031
0,013 - 0,027
olivine
Jadeite
1,651 - 1,681
1,655 - 1,666
1,670 - 1,706
1,650 - 1,674
1,689 - 1,718
1,667 - 1,688
0,037 - 0,041
0,012 - 0,023
Sillimanite
lawsonite
1,637 - 1,661
1,665
1,658 - 1,670
1,674
1,677 - 1,684
1,684
0,020 - 0,023
0,019
Iddingsite
Aegirin-Augite
1,674 - 1,730
1,680 - 1,745
1,715 - 1,768
1,687 - 1,770
1,718 - 1,768
1,709 - 1,782
0,038 - 0,044
0,020 - 0,037
Pigeonite
Augite
1,680 - 1,718
1,688 - 1,712
1,698 - 1,723
1,701 - 1,717
1,719 - 1,744
1,713 - 1,737
0,021 - 0,033
0,021 - 0,023
Zoisite
Diaspore
1,698 - 1,700
1,702
1,696 - 1,703
1,722
1,702 - 1,718
1,75
0,006 - 0,018
0,048
Clinozoisite
Chloritoid
1,710 - 1,723
1,715 - 1,724
1,723 - 1,734
1,729 - 1,726
1,719 - 1,734
1,731 - 1,737
0,005 - 0,011
0,013 - 0,016
Hedenbergite
Staurolite
1,732 - 1,739
1,736 - 1,717
1,737 - 1,743
1,741 - 1,734
1,751 - 1,757
1,746 - 1,762
0,018 - 0,010
0,010 - 0,015
Piedmontite
Monazite
1,745 - 1,758
1,786 - 1,800
1,764 - 1,780
1,788 - 1,801
1,806 - 1,832
1,837 - 1,849
0,061 - 0,082
0,049 - 0,051
MINERAL
6
2
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Sphene
1,887 - 1,913
1,894 - 1,921
6
3
1,979- 2,034
0,092 - 0,141
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
BAB I
PRAKTIKUM PETROGRAFI
I.1. PENDAHULUAN
Petrografi adalah ilmu memerikan dan mengelompokkan batuan. Pengamatan secara
seksama pada syatan tipis pada batuan dilakukan dibawah mikroskop polarisasi, dengan
tentunya didukung oleh data-data pengamatan singkapan batuan dilapangan. Pada pemerian
petrografi, pertama-tama akan diamati mineral penyusun batuan, selanjutnya textur batuan.
Textur batuan sangat membantu dalam pengelompokan batuan selain memberikan gambaran
proses yang terjadi selama pembentukan batuan.
Tujuan akhir petrografi adalah memerikan dan mengelompokan batuan, dengan
sindirinya ini akan sangat terbatas. Namun karena ini merupakan bagian yang lebih besar,
petrologi (ilmu tentang pembentukan batuan) maka kepentingannya akan sangant berarti.
Oleh karena itu mahasiswa peserta praktikum dan kuliah petrografi hendaknya telah
mendapatkan kuliah dan praktikum petrologi. Pemakaian mikroskop dan pengenalan mineral
membutuhkan keahlian oleh karena itu merekapun diharuskan telah mengikuti kuliah dan
praktikum mineralogi optik. Kompetensi dari praktikum petrografi ini sendiri adalah
memahami pemerian batuan-batuan yang terdapat dialam dengan menggunakan berbagai alat
bantu dan mengkaitkannya dengan proses kejadian serta kegunaanya.
Modul praktikum ini dimaksudkan untuk dipergunakan sebagai pembantu dalam
memerikan batuan. Sedikitpun tidak dimaksudkan untuk dijadikan satu-satunya pegangan
dalam mengikuti kuliah dan praktikum petrografi. Pada tiap akhir pembahasan batuan beku,
metamorf dan sedimen tertera sejumlah literatur, yang kepada mahasiswa dianjurkan untuk
membacanya.
6
4
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
6
5
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
BAB II
BATUAN BEKU
Petrografi batuan beku menggambarkan keadaan mineral (yang bisa diamati) dan
teksturnya, yang masing-masing sebagai fungsi komposisi kimia dan sejarah pembekuannya.
Praktikum petrografi batuan beku merupakan kelanjutan dari praktikum petrologi batuan
beku.
Yang diamati dalam pemerian petrografi bervariasi, tergantung kepentingannya.
Tetapi pada umumnya untuk batuan beku (sebagai contoh meliputi) :
1. Warna, struktur dan gambaran umum,
2. Ukuran mineral,
3. Kandungan kuarsa, bila tidak ada dicari mineral-mineral tidak jenuh silika ,
4. Kandungan feldspar, perbandingan plagioklas alkali feldspar dan jenis plagioklasnya,
5. Kandungan mafik mineral (olivine, piroksen, amphibol, mika),
6. Kandungan mineral opak dan indeks warna,
7. Mineral assesori (mineral tambahan),
8. Tekstur,
9. Alterasi (mineral ubahan),
10. Petrogenesa.
6
6
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Kelompok Olivin :
-
Forsterite
Mg2SiO4
Fayalite
Fe2SiO4
Monticellite
CaMgSiO4
Kelompok Piroksen
-
Ortopiroksen
Enstatite
Mg2SiO6
6
7
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Klinopiroksen
Augit
Diopsid
CaMgSi2O6
Pigeonite
Aegirine
NaFe+3Si2O6
Kelompok Amphibol
-
Hornblende
Riebeckite
Na2Fe3+2Fe2+3Si8O22(OH, F)2
Kelompok Mika
-
Biotit
B. Mineral Felsik
Kelompok Feldspar
-
Plagioklas
K. Feldspar
CaAl2Si2O8 NaAlSi3O8
Sanidin
(K, Na)AlSi3O8
Ortoklas
(K, Na)AlSi3O8
Mikroklin
KAlSi3O8
Feldspatoid
Leusit
KAlSi2O6
Nefelin
(Na, K)AlSiO4
Sodalit
Na8Al6Si6O24Cl2
Cancrinit
(Na , K)6-8Al6Si6O24.(CO3)1-2.2-3H2O
Kelompok mika
-
Muskovit
Kal2(AlSi3O10)(OH, F)2
Kuarsa
Tridimit
SiO2
Kristobalit
6
8
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Serpentin
Mg6Si4O10(OH)8
Idingsit
Limonit
Fe2O3 . nH2
Antofilit
(Mg , Fe)7Si8O22(OH)2
Tremolit aktinolit
Ca2Mg3Si8O22(OH)2
Hornblende
Klorit
Kalsit
CaCO3
Kaolin
Al2O3.2SiO2.H2O
Epidot
Ca2(Al , Fe)3(OH)(SiO4)3
Serisit
KAl3Si3O10
Analcite
NaAlSi2O6H2O
Natrolite
Na2Al2Si3O102H2O
Apatit
Ca5(PO4)3(OH , F , Cl)
Beryl
Be3Al2(Si6O18)
Fluorit
CaF2
Perovskite
CaTiO3
Spinel
MgAl2O4
Turmalin
Zircon
ZrSiO4
Magnetit
Fe3O4
Ilmenit
FeTiO3
Tekstur umum
a) Derajat kristalisasi
6
9
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
10
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
b) Kemas
Equigranular : panidiomorfik
granular,
hipidiomorfik granular,
allotriomorfik
Tekstur Khusus
a) Tekstur Intergrowth
11
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
12
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
13
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
14
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
15
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
b) Tekstur aliran
3. Mineralogi
a) Mineral primer : Mafik : Kelompok olivine, piroksen, amphibol, mika
Felsik : Kelompok feldspar, feldspatoid, dll
b) Mineral sekunder : Limonit, kalsit, kaolin, antofilit, serisit, dll,
16
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
mineraloginya
dan
tekstur
17
batuan,
maka
Williams
(1954)
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Kerabat
Ultramafik &
Parameter
Lamprofir
Mineralogi
Granodiorit
Gabbro Kalk
Diorit Monzonit
Alkali
Syenit
Oliv,Px,Hbl,
Oliv, Px,
Biot, KRsa,
PlagBasa,
KF<10%,
Biot,
Mus, KF>>,
KF>10%
Hbl,PlagBasa
Krsa&KF<10%
Plag Asam
Gabbro Alkali
Adamelit
Granit
Ofitik, Subofitik
Poikilitik
Grafik
Corona
Tekstur Khusus
Keliptik Rim
Trakhitik
Intergranular
Pilotaks
Intersertal
Mirmekitik
Granofirik
Pertit
Antipertit
Afirik
Pilitaksitik
18
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Picrite yang berasosiasi dengan kalk-alkali basalt dan diabas dapat hadir pigeonit,
augit atau hipersten dengan sedikit hornblende
Mineral tambahan : hadir sebagai massa dasar biotit, bijih besi, apatit, karbonat, KF
dan gelas
Limburgites
-
Terbentuk pada aliran lava, dike, sill, dan Plug dan biasa berasosiasi dengan batuan
basa alkali
19
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Lherzolite : mineral diallage dan orto-px dijumpai dalam jumlah seimbang dan
mempunyai komposisi antara Wherlite dan Harzburgite
20
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Basalt
Basalt olivine : Tekstur porfiritik. Fenokris berbentuk zooning, berupa olivine dan
plagioklas (An50 An80). Massa dasar plagioklas (An50 An65), olivine,
klinopiroksen (pigeonit augit). Khusus pada basalt yang cepat mendingin (Hawaii0
dan plagioklas asam juga muncul. Pada lava basalt sering muncul struktur
amygdaloidal.
Diabas
dijumpai massa dasar mikrolit.. susunan mineralogy olivine > 10% disebut olivine
diabas
-
Tholeitik basalt dan diabas: tekstur gelas holokristalin, intersertal, intergranular, dan
ofitik. Mineralogy : Olivin sedikit, tridimit dan kristobalit, apatit, bijih besi, piroksen
(pigeonit)
Gabbro
Norit
klinopiroksen
-
Eucrit
Anortosit
21
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Troctolit
Diagram 3 Klasifikasi Gabbroic Rocks oleh IUGS. (Streckeisen, 1979 vide Anthony R. Philpotts, 1989)
22
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
2. Spilite
Tekstur : Intergranular, porfiritik, intersertal
Mineralogy : olivine, piroksen (Augit) keduanya umum terubah menjadi klorit, kalsit,
epidot. Plagioklas <An20 (Albit / oligoklas). Silika 50%
Catatan khusus :
Merupakan basalt atau diabas dengan kandungan plagioklase asam (albit) umumnya
berupa pillow lava dengan struktur amigdaloidal (dimana lubang-lubang gas terisi
oleh mineral kalsit dan epidot)
Basanit dan tephrit
Tekstur : porfiritik, intergranular
Mineralogi : Plagioklase > An50, K feldspar/ Feldspatoid > 10%. Beda
keduanya basanit, olivin > 10%
Tephrite > tanpa olivin
Bila mengandung analcite ditambahkan didepan nama batuan, menjadi
analcite basanit atau analcite tephrite
Nephelinite / leucite
Tekstur : porfiritik, intergranular
Mineralogi : Plagioklase > An50 sekitar 10%, piroksen, nephelin dan leusit
berupa fenokris.
23
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Theralite
Plagioklas
>20%
<20%
Mafic Mineral
>30%
>30%
K. Feldspar
20%
20%
Feldspatoid
<20%
>20%
24
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
KF<1/3TF
1/3TF<KF<2/3TP
KF>2/3TF
Feldspatoid
Halus
Andesit
Trakhiandesit
Trakhit
Phonolite
Kasar
Diorit
Monzonit
Syenit
Feldspatoid
Syenit
Tabel 3. Jenis Batuan Beku Intermediet Berdasarkan Komponen Plagioklas dan Feldspar
25
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
2. Propilit
Andesit yang semua mineral mafiknya telah terubah menjadi mineral sekunder,
sehingga indeks warna menjadi lebih rendah. Perubahan tersebut karena larutan
hidrotermal (Propilitisasi)
3. Trakhiandesit (Latite)
Tekstur : porfiritik, trakhitik, pilotaksitik
Komposisi: KF >10%, Plag <An50 (Oligoklas, andesine), mineral mafic Hbl
melimpah Px sedikit. Mineral penyerta berupa apatit dan zircon, dan massa dasar
berupa kriptokristalin atau gelas
4. Trakhit
Tekstur: porfiritik, trakhitik, pilotaksitik
Komposisi: KF > 2/3TF dengan mineral mafic berupa amfibol, biotit, dan sedikit
piroksen serta massa dasar berupa mikrolit
Bila mengandung kuarsa >10% = Ryolit, Bila mengandung Feldspatoin >10% =
Phonolit
5. Phonolit
Trakhit dengan feldspatoid >10%
Soda phonolit : tekstur porfiritik, trakhitik, kadar Na tinggi, ada nefelin
Potas Phonolit : tekstur porfiritik, glassy, kadar K tinggi, ada leusit
Sebagai KF umumnya sanidin sebagai massa dasar atau fenokris
Phonolit
Trakhit
Feldspatoid >10%
Ryolit
Kuarsa >10%
26
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
equigranular,
hipidiomorfik
granulaur.
Tekstur
khusus:
poikilitik,
pertit/antipertit, mirmekitik
Komposisi: KF = Plag, mineral mafic hornblend, biotit, piroksen, kuarsa <10%. Bila
kuarsa >10% disebut monzonit kuarsa
Bila kuarsa melimpah: Adamelit
3. Syenit:
Indeks warna rendah. KF > 2/3 TF dengan Kuarsa <10%. Bila kuarsa >10%:
Nordmakite, tekstur grafik, mirmekitik
Bila tidak ada kuarsa, feldspatoid >10%: Feldspatoid syenit
27
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
1/8TF<KF<1/3TF
1/3TF<KF<2/3TF
KF>2/3TF
Halus
Dasit
Riodasit
Riolit
Kasar
Granodiorit
Adamelit
Granit
Tabel 5. Jenis Batuan Beku Asam Berdasarkan Komponen Plagioklas dan Feldspar
Kelompok Dasit-Riodasit-Riolit
1. Dasit
Indeks warna 10 dengan Tekstur : Porfiritik, vitroverik
Mineralogi: kuarsa >10%, biotit melimpah, sedikit hornblende, plagioklas asam (albit)
Pada fenokris kuarsa memperlihatkan embayment akibat proses korosi larutan magma
sisa
2. Riodasit
Tekstur: trakhitik, vitroverik
Mineralogy: Kuarsa >10%, plagioklas asam, KF, sedikit hornblende, biotit melimpah
3. Riolit
Tekstur : holokristalin, holohyalin
Mineralogy: kuarsa >10%, KF >2/3 TF, plagioklas asam (albit), sering terdapat tekstur
grafik (pertumbuhan bersama antara KF dengan kuarsa.
28
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Potash Riolit: Kaya Kalium, mineral mafik biotit dan hornblende, jarang ditemukan
embayment
29
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
30
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
b) Pada anggota basa, plagioklase merupakan fenokris utama, berupa bitownit dan
labradorit. Pada anggota asamnya berupa oligoklase. Umumnya hadir pula feldspar
alkali (ortoklase dan sanidin) sebagai fenokris utamanya.
c) Pada anggota basa olivin hadir berupa forsterit dan berupa fayalit pada trakit
d) Pada anggota basa piroksen klino kaya Ca hadir, sedangkan pada trakit hadir berupa
hedenbergit
e) Amfibole dan biotit hadir pada anggota basanit dam fonolit, sedangkan pada trakit
keduanya hadir sebagai masa dasar
f) Nefelin mengkristal pada anggota basanit hingga fonolit, ada kemungkinan bergabung
dengan sodalit
g) Ilmenit hadir pada anggota basanit hingga fonolit dan alkali basalt hingga trakit.
Sebagai mineral asesori dapat hadir sebagai fenokris ataupun masa dasar.
31
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
BAB III
BATUAN PIROKLASTIK
III.1. endahuluan
Batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang tekstur klastik, dengan kata lain,
merupakan endapan fragmental terbentuk secara langsung dari volkanik. Batuan piroklastik
secara luas dihasilkan dari letusan erupsi- erupsi volkanik. Tetapi fragmentasi materialnya
bisa juga disebabkan oleh pertumbuhan yang menerus dari sebagian yang dipadatkan oleh
kubah- kubah volkanik, dan pada umumnya terjadi dimana lava- lava didinginkan oleh air.
Material piroklastik pada mulanya digolongkan menurut ukuran butir. Fragmenfragmen berukuran
Pebble dengan diameter anatara 2 mm 64 mm di namakan Lapilli.
Partikel- partikel yang lebih kecil dinamakan ash,
Sedang yang lebih besar disebut bomb.
Jika selama pembentukannya berasal dari sebagian atau seluruhnya cair dan membeku
di udara disebut blokjika hasil pembekuan bentuknya menyudut. Batuan- batuan volkanik
yang terdiri dari ash dan lapilli dinamakan tuff, jika mereka sebagian besar terdiri dari ash
dan lapili tuff jika lapillinya dominan. Batuan- batuan yang kaya bomb- bomb dinamakan
aglomerat dan bila batuan kaya dengan blok disebut breksi volkanik.
32
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
33
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
BAB IV
BATUAN SEDIMEN
IV.1 Ukuran Butir dan Sortasi
Berdasarkan ukuran besaar butirnya, batuan sedimen dinamai jadi breksi dan
konglomerat, batupasir, batulanau, batulempung. Skala ukuran butir yang disusun oleh
Wentworth dijadikan dasar untuk pengelompokan tersebut.
Breksi dan konglomerat adalah batuan sedimendidominasi butiran berukuran butir
lebih dari 2mm. bagi butiran yang bentuk membundar baik sampai membundar sedang
dikenal konglomerat sedangkan yang butirannya berbentuk menyudut sampai menyudut
tanggung disebut breksi. Batupasir ukuran butir antara 0,06mm- 2mm. batulanau butir
0,06mm- 0,004mm sedangkan batuan dengan butiran yang lebih kecil dari ukuran lanau
disebut batulempung yang disusun oleh ukuran butir kasar dan halus dikenal sebagai sortasi
jelek sedangkan yang berukuran seragam disebut sortasi baik.
34
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
35
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Gambar 16. Dua dimensi bentuk butir dan kebundaran (diambil dari Gilbert, 1954)
36
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Mineral- mineral berikut ini adalah mineral autigenik yang stabil pada kondisi
diagenesa tetapi cenderung tidak stabil oleh pelapukan dan penghancuran selama
proses pengendapan. Untuk itu dikelompokkan dalam mineral tidak stabil, seperti
gypsum, karbonat, apatit, glaukonit, pirit, zeolit (terutama yang kaya Ca), klorit,
albit, ortoklas dan mikrolin.
2. Mineral Stabil
Ini adalah mineral- mineral yang stabil selama siklus sedimentasi, baik mineral
alogenik maupun autigenik : mineral lempung, kuarsa, rijang, muskovit, tourmaline,
zircon, rutil, brokit, anatase.
IV.4. 4. BATUPASIR
Batupasir adalah batuan sedimen klastik yang sebagian besar butirannya berukuran
pasir (0,125- 2mm). Ada batupasir murni dan ada batupasir yang tidak murni. Pengertian ini
erat kaitannya dengan jumlah matrik berukuran lempung dan lanau halus pada batupasir
tersebut.
Berdasarkan derajat pemilahan batupasir dibagi menjadi 2 yakni:
a. Batupsair Arenit (murni) dengan matrix lempung dan lanau halus lebih sedikit dari
10% atau bahkan tidak ada.
b. Batupasir Wacky (tidak murni) mempunyai matrik lempung dan lanau halus lebih dari
10%. Batu ini juga sering disebut batupasir lempungan (argillaceous sandstone)
Berdasarkan material butiran penyusunnya batupasir arenit maupun wacke dapat
dikelompokkan lagi menjadi seperti diagram di halaman berikutnya. Diagram pertama
dipakai untuk kelompok batupasir arenit dan satunya digunakan untuk jenis wacke. Diagram
tersebut terdiri dari tiga sudut yang masing- masing ditempati oleh prosentase 0% kehadiran
kuarsa dapat diplot pada garis bawah, semakin ke atas semakin besar prosentasenya.
Prosentase 0% kehadiran feldspar di sisi miring sebelah kanan, semakin ke kanan semakin
besar harga prosentasenya. Prosentase 0% kehadiran material tak stabil bersama- sama
fragmen batuan terdapat pada sisi kiri, semakin ke kanan semakin besar. Perlu dicatat bahwa
prosentase kehadiran material penyusun yang dihitung terbatas pada butirannya saja.
Contohnya jika fragmen pada batupasir terdiri dari butisan ortoklas 20%, plagioklas
asam 15%, Biotit 5%, Dasit 10%, kuarsa 38%, magnetite 2%, material lempung 3% dan
semen silica 7% maka didapatkan termasuk jenis, batupasir arkosic arenit.
37
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Pada batupasir arenit memungkinkan terbentuk semen, karena rongga antar butirnya
dapat saja diisi semen. Atau padanya dapat saja terjadi secondary outgrowth. Pada batupasir
wacke rongga antar butir telah diisi oleh material lempung sehingga semen tidak didapati
atau sedikit pada batuan ini. Memang pada proses diagenesa material berukuran lempung
tersebut sering mengalami rekristalisasi menjadi material halus, sebagaimana halnya semen.
38
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
membagi
39
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
40
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Diagram 7. Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan komposisi mineral kuarsa, feldspar dan rock
fragmen
41
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
42
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Diagram 10. Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan kimia dan organik batuan
43
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
BAB V
BATUAN METAMORF
V.1. PENDAHULUAN
Definisi metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogy batuan yang
berlangsung pada fasa padatan, sebagai tanggapan atas kondisi kimia fisika yang berbeda dari
kondisi batuan tersebut sebelumnya. Perubahan yang berlangsung di dalam proses pelapukan
dan diagenesa umumnya tidak termasuk didalamnya. Wilayah proses metamorfosa berada
antara suasana akhir proses diagenesa dan permulaan proses peleburan batuan menjadi tubuh
magma (lihat gambar 3.1)
Diagram 11. Skema diagram suhu- tekanan pada proses metamorfosa. Metamorfisme
dibatasi oleh proses diagenesa dan proses peleburan magma, pada
suhu yang lebih tinggi (dalam Winkler,1957).
44
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
gerak
gerak
penekanan
45
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Derajat Metamorfisme
Meskipun perbedaan antara metamorfisme beban bersuhu sangat rendah dan
metamorfisme dinamotermal bersuhu rendah sampai tinggi dapay dibuat dan telah
dipergunakan secara luas, namun hendaknya istilah- istilah tersebut dipertimbangkan
penggunaannya oleh karena alasan- alasan berikut ini :
1. Metamorfisme beban dan metamorfisme derajat sangat rendah pada jalur orogenesa
dapat menghasilkan batuan yang sama secara mineraloginya.
2. Peningkatan suhu metamorfisme yang menerus (dimulai dari sebagai metamorfisme
beban) sampai suhu tinggi yang ini dikenal dengan metamorfisme dinamotermal dapat
terlihat pada satu jalur orogensa.
3. Istilah beban dan dinamotermal masing- masing mengisyaratkan gerak
epirogenesa dan orogenesa. Tipe pergerakan bagaimanapun tidak memiliki arti reaksi
mineral. Reaksimineral diatur sendiri untuk komposisi batuan tertentu oleh tekstur
dan suhu, komposisi kimia dan bahkan oleh sejumalh fasa gas.
Berikut ini adalah pembagian derajat metamorfisme dengan memperlihatkan
perkembangan suhunya:
1. Metamorfisme derajat sangat rendah
2. Metamorfisme derajat rendah
46
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
47
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Gambar 24. Struktur non foliasi pada marmer (calcic schist) dalam nikol silang.
48
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Metamorfosa
pada
batuan
berbutir
halus
seperti
lempung
sering
49
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
tetapi tidak selalu, cenderung mempunyai kerangka idioblastik. Kordierit dan albit
adalah yang dikecualikan. Keduanya cenderung memiliki inklusi membentuk tekstur
ayakan atau poikiloblastik. Dalam hal ini porfiroblastik dan poikiloblastik dikenal
sebagai tekstur belisitik.
Tekstur
sisa/
Palimpsest
penggunaan informasi
mengenai
sebelum
50
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
BAB VI
ALTERASI
VI. 1. PENDAHULUAN
Meskipun dalam melakukan penyayatan tipisan batuan diusahakan memilih contoh
sesegar mungkin, namun ada saja hasil sayatan yang telah mengalami ubahan/alterasi.
Alterasi tidak saja dihasilkan oleh pelapukan batuan melainkan juga disebabkan adanya
perkolasi / perputaran larutan cair yang berasal dari permukaan, dari dalam berupa larutan
panas dan dari aktivitas magma akhir.
Alterasi yang terjadi oleh larutan permukaan akan menghasilkan mineral yang stabil
pada kondisi suhu dan tekananrendah. Alterasi tersebut akan menghasilkan senyawa silikat
teralterasi, oksida dan hidrasi logam, silika berbutir halus, karbonat dan kadang sulfat.
Feldspar alkali terubah menjadi mika, mineral lempung, silika. Plagioklas basa
terubah menjadi sausurit, mineral lempung, karbonat dan silika. Feldspartoid biasanya
terubah menjadi karbonat, mineral lempung atau kadang zeolit.
Mineral silikat feromagnesia terubah menjadi karbonat, mineral lempung, atau
mineral lain yang komposisinya memenuhi, seperti contohnya bioti terubah menjadi klorit.
51
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Albitisasi adalah contoh penting alterasi dihasilkan dari mengubah mineral awal,
terutama Kalium Feldspar, oleh cairan kaya soda. Contohnya albitisasi terjadi pada
pertit dan spilit.
Kloritisasi
ditandai
dengan
kehadiran
klorit
menggantikan
mineral
silikat
feromagnesia alumina. Alterasi jenis yang paling umum terjadi pada batuan beku
intermediet dan basa.
Argilisasi hadir pada batuan dimana larutan terlibat dalam menggantikan feldspar
menjadi mineral lempung. Jenis alterasi ini jangan dibingungkan dengan kaolinisasi
yang merupakan hasil alterasi oleh air permukaan atau air formasi.
Serisitisasi biasanya mengenai feldspar pada batuan yang dipengaruhi larutan hasil
kegiatan magma akhir.
Silisifikasi ditandai dengan perubahan mineral asal menjadi mineral silika oleh
larutan sisa magma.
Alunitisasi adalah penggantian alkali feldspar menjadi alunit oleh aktiitas cairan
mengandung sulfat.
52
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
Pospat : Apatit
Halit : Fluorit
Replacement
53
Laboratorium Petrologi
Sie. MO - Petrografi
54