Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Gangguan
Pada
Jaringan
Distribusi
Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga lsitrik yang paling dekat dengan pelanggan/
konsumen. Ditinjau dari volume fisiknya jaringan dis-tribusi pada umumnya lebih panjang dibandingkan dengan
jaringan transmisi dan jumlah gangguannya (sekian kali per 100 km pertahun) juga paling tinggi dibandingkan
jumlah gangguan pada saluransaluran transmisi. Jaringan distribusi seperti diketahui terdiri dari jaringan
distribusi tegangan menengah (JTM) dan jaringan distribusi tegangan rendah (JTR). Jaringan distribusi
tegangan menengah mempunyai tegangan antara 3 kV sampai 20 kV. Pada saat ini PLN hanya
mengembangkan
jaringan
distribusi
tegangan
menengah
20
kV.
Jaringan
distribusi
tegangan
menengah sebagian besar berupa saluran udara tegangan menengah dan kabel tanah. Pada saat ini
gangguan pada saluran udara tegangan menengah ada yang mencapai angka 100 kali per 100 km per tahun.
Sebagian besar gangguan pada saluran udara tegangan menengah tidak disebabkan oleh petir melainkan oleh
sentuhan pohon, apalagi saluran udara tegangan menengah banyak berada di dalam kota yang memiliki
bangunan-bangunan
tinggi
dan
pohon-pohon yang lebih tinggi dari tiang saluran udara tegangan menengah.Hal ini menyebabkan saluran
udara tegangan menengah yang ada di dalam kota banyak terlindung terhadap sambaran petir tetapi banyak
diganggu oleh sentuhan pohon. Hanya untuk daerah di luar kota selain gangguan sentuhan pohon juga sering
terjadi gangguan karena petir. Gangguan karena petir maupun karena sentuhan pohon ini sifatnya temporer
(sementara), oleh karena itu penggunaan penutup balik otomatis (recloser) akan mengurangi waktu pemutusan
penyediaan
daya
(supply
interupting
time).Perlindungan
1. Gangguan
sistem
distribusi
meliputi
hubung
singkat
a. Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fase (3 fase atau 2 fase) atau 1 fase ketanah dan sifatnya bisa
temporer
atau
permanen.
b. Gangguan permanen : Hubung singkat pada kabel, belitan trafo, generator, (tembusnya isolasi).
c. Gangguan temporer : Flashover karena sambaran petir, flashover dengan pohon, tertiup angin.
2. Gangguan
beban
lebih
Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem distribusi yang melebihi kapasitas sistem terpasang.
Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat
merusak
peralatan.
3. Gangguan
tegangan
lebih
Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering terjadi pada saluran distribusi. Berdasarkan
penyebabnya
a.
maka
gangguan tegangan
Tegangan
lebih
ini
lebih
dapat
dikelompokkan
atas
dua
hal,
power
yaitu
frekwensi.
Pada sistem distribusi hal ini biasanya disebabkan oleh kesalahan pada AVR atau pengatur tap pada trafo
distribusi.
b.
Tegangan
lebih
surja
Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau surjapetir. Dari ketiga jenis gangguan tersebut,
gangguan yang lebih sering terjadi dan berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah gangguan
hubung singkat. Sehingga istilah gangguan pada sistem distribusi lazim mengacu kepada gangguan hubung
singkat dan peralatan proteksi yang dipasang cenderung mengatasi gangguan hubung singkat ini.
Alat
Pengaman
1.
a.
Alat
Alat
Pengaman
Jaringan
Distribusi
Pengaman
Celah
Celah
Batang
(rod
gap)
Alat pengaman celah batang (rod gap) merupakan alat pengaman paling sederhana, yang terdiri dari dua
batang logam dengan penampang tertentu. Batang logam bagian atas diletakkan di puncak isolator jenis pos
(post type insulator) dihubungkan dengan kawat penghantar jaringan distribusi, sedangkan batang
logam bagian bawah diletakkan pada bagian dasar isolator jenis pos yang langsung berhubungan dengan
ground. Jarak celah kedua batang logam tersebut disesuaikan dengan tegangan percikan untuk suatu bentuk
gelombang tegangan tertentu. Pada tabel di bawah ini memperlihatkan panjang celah yang diizinkan pada
suatu tegangan sisitem.
b.
Alat
Pengaman
Tanduk
Api
(arcing
horn)
Seperti halnya alat pengaman celah batang, alat pengaman tanduk api ini diletakkan dikedua ujung isolator
gantung (suspension insulator) atau isolator batang panjang (long rod insulator). Tanduk api dipasang pada
ujung kawat penghantar dan ujung isolator yang berhubungan langsung dengan ground (tanah) yang dibentuk
sedemikian rupa, sehingga busur api tidak akan mengenai isolator saat terjadi loncatan api. Jarak antara
tanduk atas dan bawah diatur sekitar 75-85 % dari panjang isolator keseluruhan. Tegangan loncatan api untuk
isolator gandengan dengan tanduk api ditentukan oleh jarak tanduk tersebut. Untuk jelasnya lihat gambar
c.
Alat
Pengaman
Celah
Sekring
(fuse
rod
gap)
Alat pengaman celah sekring ini merupakan gabungan antara celah batang (rod gap) dengan sekring yang
dihubungkan secara seri. Penggabungan ini digunakan untuk menginterupsikan arus susulan (power follow
current) yang diakibatkan oleh percikan api. Oleh sebab itu celah sekring mempunyai karakteristik yang sama
dengan celah batang, dan alat ini dapat menghindarkan adanya pemutusan jaringan sebagai akibat percikan,
serta memerlukan penggantian dan perawatan sekring yang telah dipakai. Kecuali itu agar supaya
penggunaannya efektif harus diperhatikan juga koordinasi antara waktu leleh sekring dengan waktu kerja
rele pengaman.
d.
Alat
Pengaman
Celah
Kontrol
(control
gap)
Alat pengaman celah kontrol terdiri dari dua buah celah yang diatur sedemikian rupa, sehingga karakteristiknya
mendekati celah bola ditinjau dari segi lengkung volt-waktunya yang mempunyai karakteristik lebih baik dari
celah batang. Celah kontrol ini dapat dipakai bersama atau tanpa sekring; meskipun alat ini dapat dipakai
sebagai perlindungan cadangan atau sekunder, dan dianggap sekelas dengan celah batang.
e.
Alat
Pengaman
Celah
Tanduk
(horn
gap)
Alat pengaman ini terbuat dari dua buah batang besi yang masing-masing diletakkan diatas isolator. Celah
yang dibuat oleh kedua batang besi itu, satu batang dihubungkan langsung dengan kawat penghantar jaringan
sedangkan yang lainnya dihubungkan dengan sebuah resistor yang langsung terhubung ke ground (tanah).
Celah tanduk ini biasanya bekerja pada saat terjadi tegangan loncatan api pada celahnya. Ketika tegangan
surja mencapai 150 200 % dari tegangan nominal jaringan, maka akan terjadi pelepasan langsung pada
celah dan langsung diteruskan ke ground melalui resistor. Fungsi dari celah tanduk ini untuk pemutus busur api
yang terjadi pada saat tegangan lebih. Busur api cenderung naik akibat panas yang terlalu tinggi, juga
disebabkan peristiwa arus loop sebesar mungkin pada sisi lain membuat tembus rangkaian magnit maksimum.
Hanya celah tanduk sebagai arrester jauh dari memuaskan yang seringkali busur api yang tak
perlu. Pengaman ini tidak cukup karena dapat dibandingkan dari nilai pelepasan yang rendah resistor. Dan ini
tidak selalu menahan secara dinamis busur api yang mengikuti pelepasan peralihan (transient discharge).
Akibatnya salah satu pada keadaan tetap tanduk ground atau dibinasakan oleh celah. Oleh sebab itu celah
tanduk arrester sekarang hampir tidak diapakai lagi sebagai alat pengaman petir.
2.
Alat
Pengaman
Tabung
Pelindung
(protector
tube)
Alat pengaman tabung pelindung ini terdiri dari : (1) tanduk api (arcing horn) yang dipasang di bawah kawat
penghantar, yang terhubung dengan tabung fiber. (2) Tabung fiber yang terdiri dari elektroda atas yang
berhubungan dengan tanduk api dan elektroda bawah yang berhubungan langsung dengan tanah (ground).
Apabila tegangan petir mengalir ke kawat penghantar, maka akan terjadi percikan api antara kawat penghantar
dengan tanduk api. Percikan api akan mengalir dari elektroda atas ke elektroda bawah. Karena panas tabung
fiber akan menguap disekitar dindingnya, sehingga gas yang ditimbulkan akan menyembur ke percikan apai
dan memadamkannya. Alat pengaman tabung pelindung ini digunakan pada saluran transmisi untuk
melindungi isolator dan mengurangi besarnya tegangan surja yang mengalir pada kawat penghantar. Selain itu
digunakan juga pada gardu induk untuk melindungi peralatan disconnect switches, ril bus, dan sebagainya.
3.
Alat
Pengaman
Lightning
Arrester
Lightning arrester adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan dan peralatannya terhadap tegangan
lebih abnormal yang terjadi karena sambaran petir (flash over) dan karena surja hubung (switching surge) di
suatu jaringan. Lightning arrester ini memberi kesempatan yang lebih besar terhadap tegangan lebih abnormal
untuk dilewatkan ke tanah sebelum alat pengaman ini merusak peralatan jaringan seperti tansformator dan
isolator. Oleh karena itu lightning arrester merupakan alat yang peka terhadap tegangan, maka pemakaiannya
harus disesuaikan dengan tegangan sistem. Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat
pelindung bagi peralatan system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap gangguan surya ini
berfungsi melindungi peralatan system tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang
datang dan
mengalirkannya
ketanah. Disebabkan
oleh
fungsinya,
Arrester
harus
dapat
menahan
tegangan system 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa
mengalami kerusakan. Arrester berlaku sebagai jalan pintas sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang
mudah untuk dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan.
Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh tegangan lebih external, arrester juga
melindungi peralatan yang diakibatkan oleh tegangan lebih internal seperti surja hubung, selain itu arrester
juga
merupakan
kunci
dalam
koordinasi
isolasi
suatu
system
tenaga listrik. Bila surja datang ke gardu induk arrester bekerja melepaskan muatan listrik serta mengurangi
tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan dalam gardu induk. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh
arrester adalah sebagai berikut :
a. Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya (discharge voltage), yaitu tegangan
pada terminalnya pada waktu pelepasan, harus cukup rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi
peralatan. Tegangan percikan disebut juga tegangan gagal sela (gap breakdown voltage) sedangkan tegangan
pelepasan disebut juga tegangan sisa (residual voltage) atau jatuh tegangan (voltage drop) Jatuh tegangan
pada
arrester
R Dimana
I
R
arus
=
arrester
maksimum
tahanan
arrester
(A)
(Ohm)
b. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus seperti semula. Batas dari
tegangan system di mana arus susulan ini masih mungkin, disebut tegangan dasar (rated voltage) dari
arrester. Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir, sehingga tidak timbul
tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila
timbul
surja arrester berlaku sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan aliran arus yang tinggi ke tanah. Setelah
arus hilang, arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator. Pada dasar arrester terdiri dari dua bagian
yaitu : Sela api (spark gap) dan tahanan kran (valve resistor). Keduanya dihubungkan secara seri. Batas atas
dan bawah dari tegangan percikan ditentukan oleh tegangan system maksimum dan oleh tingkat isolasi
peralatan yang dilindungi. Untuk penggunaan yang lebih khusus arrester mempunyai satu bahagian lagi yang
disebut dengan Tahanan katup dan system pengaturan atau pembagian tegangan (grading system). Jika
hanya melindungi isolasi terhadap bahaya kerusakan karena gangguan dengan tidak memperdulikan
akibatnya terhadap pelayanan, maka cukup dipakai sela batang yang memungkinkan terjadinya percikan pada
waktu tegangan mencapai keadaan bahaya. Dalam hal ini, tegangan system bolak balik akan tetap
mempertahankan busur api sampai pemutus bebannya dibuka. Dengan menyambung sela api ini dengan
sebuah tahanan, maka kemungkinan api dapat dipadamkan. Tetapi bila tahanannya mempunyai harga tetap,
maka jatuh tegangannya menjadi besar sekali sehingga maksud untuk meniadakan tegangan lebih tidak
terlaksana, dengan akibat bahwa maksud melindungi isolasi pun gagal. Oleh sebab itu disrankan memakai
tahanan
kran
(valve
resistor),
yang mempunyai sifat khusus, yaitu tahanannya kecil sekali bila tegangannya dan arusnya besar. Proses
pengecilan tahanan berlangsung cepat yaitu selama tegangan lebih mencapai harga puncak. Tegangan lebih
dalam hal ini mengakibatkan penurunan drastis pada tahanan sehingga jatuh tegangannya dibatasi meskipun
arusnya besar. Bila tegangan lebih habis dan tinggal tegangan normal, tahanannya naik lagi sehingga arus
susulannya dibatasi kira kira 50 ampere. Arus susulan ini akhirnya dimatikan oleh sela api pada waktu
tegangan sistemnya mencapai titik nol yang pertama sehingga alat ini bertindak sebagai sebuah kran yang
menutup arus, dari sini didapatkan nama tahanan kran. Pada arrester modern pemadaman arus susulan yang
cukup besar (200300 A) dilakukan dengan bantuan medan magnet. Dalam hal ini, baik amplitude maupun
lamanya arus susulan dapat dikurangi dan pemadaman dapat dilakukan sebelum tegangan system mencapai
harga nol. Tegangan dasar (rated voltage) yang dipakai pada lightning arrester adalah tegangan maksimum
sistem, dimana lightning arrester ini harus mempunyai tegangan dasar maksimum tak melebihi tegangan
dasar maksimum dari sis-tem, yang disebut dengan tegangan dasar penuh atau lightning arrester 100 %.
3.
Alat
a.
Pengaman
Fuse
Arus
Lebih
Cut
Out
Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan terhadap arus beban lebih (over
load current) yang mengalir melebihi dari batas maksimum, yang disebabkan karena hubung singkat (short
circuit) atau beban lebih (over load). Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana bila dibandingkan
dengan pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat di Gardu Induk (sub-station). Akan tetapi fuse cut out
ini mempunyai
kemampuan
yang
sama
dengan
pemutus
beban
tadi.
Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu saluran kawat jaringan di dalam satu alat. Apabila diperlukan
pemutus saluran tiga fasa maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak tiga buah. Penggunaan fuse cut out ini
merupakan bagian yang terlemah di dalam jaringan distribusi. Sebab fuse cut out boleh dikatakan hanya
berupa sehelai kawat yang memiliki penampang disesuaikan dengan besarnya arus maksimum yang
diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut. Pemilihan kawat yang digunakan pada fuse cut out ini
didasarkan pada faktor lumer yang rendah dan harus memiliki daya hantar (conductivity) yang tinggi. Faktor
lumer ini ditentukan oleh temperatur bahan tersebut. Biasanya bahan-bahan yang digunakan untuk fuse cut out
ini
adalah
kawat
perak,
kawat tembaga,
kawat
seng,
kawat
timbel
atau
kawat
paduan
dari
bahanbahan tersebut. Mengingat kawat perak memiliki konduktivitas 60,6 mho/cm lebih tinggi dari kawat
tembaga, dan memiliki temperatur 960 C, maka pada jaringan distribusi banyak digunakan. Kawat perak ini
dipasangkan di dalam tabung porselin yang diisi dengan pasir putih sebagai pemadam busur api, dan
menghubungkan
kawat
tersebut pada kawat fasa, sehingga arus mengalir melaluinya. Jenis fuse cut out ini untuk jaringan distribusi
dugunakan dengan saklar pemisah. Pada ujung atas dihubungkan dengan kontak-kontak yang berupa pisau
yang dapat dilepaskan. Sedangkan pada ujung bawah dihubungkan dengan sebuah engsel. Kalau arus beban
lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat perak di dalam tabung porselin akan putus dan arus
yang membahayakan dapat dihentikan. Pada waktu kawat putus terjadi busur api, yang segera dipadamkan
oleh pasir yang berada di dalam tabung porselin. Karena udara yang berada di dalam porselin itu kecil maka
kemungkinan timbulnya ledakan akan berkurang karena diredam oleh pasir putih. Panas yang ditimbulkan
sebagian besar akan diserap oleh pasir putih tersebut. Apabila kawat perak menjadi lumer karena tenaga arus
yang melebihi maksimum, maka waktu itu kawat akan hancur. Karena adanya gaya hentakan, maka tabung
porselin akan terlempar keluar dari kontaknya. Dengan terlepasnya tabung porselin ini yang berfungsi sebagai
saklar pemisah,
maka
terhidarlah
peralatan
jaringan
distribusi
dari
gangguan arus beban lebih atau arus hubung singkat. Umur dari fuse cut out initergantung pada arus
yang melaluinya. Bila arus yang melalui fuse cut out tersebut melebihi batas maksimum, maka umur fuse cut
out lebih pendek. Oleh karena itu pemasangan fuse cut out pada jaringan distribusi hendaknya yang memiliki
kemampuan lebih besar dari kualitas tegangan jaringan, lebih kurang tiga sampai lima kali arus nominal yang
diperkenankan. Fuse cut out ini biasanya ditempatkan sebagai pengaman tansformator distribusi, dan
pengaman pada cabangcabang saluran feeder yang menuju ke jaringan distribusi sekunder.
SISTEM DISTRIBUSI
10
DEC
setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban, perkembangan dimasa mendatang, keandalan
serta nilai ekonomisnya.
Berdasarkan Tegangan Pengenal
Berdasarkan tegangan pengenalnya sistem jaringan distribusi dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Sistem jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yaitu berupa Saluran Kabel
Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Jaringan ini menghubungkan
sisi sekunder trafo daya di Gardu Induk menuju ke Gardu Distribusi, besar tegangan yang disalurkan adalah 6
kV, 12 kV atau 20 kV.
b. Jaringan tegangan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah (JTR), salurannya bisa berupa SKTM
atau SUTM yang menghubungkan Gardu Distribusi/sisi sekunder trafo distribusi ke konsumen. Tegangan
sistem yang digunakan adalah 220 Volt dan 380 Volt.
Berdasarkan Konfigurasi Jaringan Primer
Konfigurasi jaringan distribusi primer pada suatu sistem jaringan distribusi sangat menentukan mutu
pelayanan yang akan diperoleh khususnya mengenai kontinyuitas pelayanannya. Adapun jenis jaringan primer
yang biasa digunakan adalah:
a. Jaringan distribusi pola radial
b. Jaringan distribusi pola loop
c. Jaringan distribusi pola grid
d. Jaringan distribusi pola spindle
a. Jaringan Distribusi Pola Radial.
Pola radial adalah jaringan yang setiap saluran primernya hanya mampu menyalurkan daya dalam satu arah
aliran daya. Jaringan ini biasa dipakai untuk melayani daerah dengan tingkat kerapatan beban yang rendah.
Keuntungannya ada pada kesederhanaan dari segi teknis dan biaya investasi yang rendah. Adapun kerugiannya
apabila terjadi gangguan dekat dengan sumber, maka semua beban saluran tersebut akan ikut padam sampai
gangguan tersebut dapat diatasi.
Gambar 3.1 Pola jaringan radial
b. Jaringan Distribusi Pola Loop
Jaringan pola loop adalah jaringan yang dimulai dari suatu titik pada rel daya yang berkeliling di daerah beban
kemudian kembali ke titik rel daya semula.
Pola ini ditandai pula dengan adanya dua sumber pengisian yaitu sumber utama dan sebuah sumber cadangan.
Jika salah satu sumber pengisian (saluran utama) mengalami gangguan, akan dapat digantikan oleh sumber
pengisian yang lain (saluran cadangan). Jaringan dengan pola ini biasa dipakai pada sistem distribusi yang
melayani beban dengan kebutuhan kontinyuitas pelayanan yang baik (lebih baik dari pola radial).
Gambar 3.2 Pola Jaringan Loop
c. Jaringan Distribusi Pola Grid
Pola jaringan ini mempunyai beberapa rel daya dan antara rel-rel tersebut dihubungkan oleh saluran
penghubung yang disebut tie feeder. Dengan demikian setiap gardu distribusi dapat menerima atau mengirim
daya dari atau ke rel lain.
Gambar 3.3 Pola Jaringan Grid
pencurian listrik, kesalahan alat ukur, jaringan yang terlalu panjang, faktor daya rendah serta konfigurasi
jaringan yang kurang tepat.
5. Kepuasan pelanggan
Sebagai indikator akan kepuasan pelanggan adalah apabila kebutuhan akan listrik oleh konsumen baik
kualitas, kuantitas serta kontinuitas pelayanan terpenuhi.
Peralatan Saluran Distribusi Tegangan Menengah
Ditinjau dari jenis konstruksinya, sistem distribusi listrik dapat dibedakan atas dua jenis yaitu sistem distribusi
dengan saluran udara dan sistem distribusi dengan saluran bawah tanah. Namun pada laporan kali ini hanya
akan membahas tentang sistem distribusi dengan saluran udara. Konstruksi dan struktur jaringan sistem
distribusi yang akan digunakan dalam sistem distribusi merupakan kompromi antara kepentingan teknis
disatu pihak dan alasan ekonomi dilain pihak. Secara teknis, konstruksi dan struktur dari jaringan yang akan
digunakan harus memenuhi syarat keandalan minimum jaringan.
Konstruksi jaringan distribusi dengan saluran udara terdiri dari beberapa komponen peralatan utama, yaitu :
1. Tiang
Tiang listrik merupakan salah satu komponen utama dari konstruksi jaringan distribusi dengan saluran udara.
Pada jaringan distribusi tiang yang biasa digunakan adalah tiang beton. Tiang listrik harus kuat karena selain
digunakan untuk menopang hantaran listrik juga digunakan untuk meletakan peralatan-peralatan pendukung
jaringan distribusi tenaga listrik tegangan menengah. Penggunaan tiang listrik disesuaikan dengan kondisi
lapangan.
Tiang listrik yang dipakai dalam distribusi tenaga listrik harus memiliki sifat-sifat antara lain :
a. Kekuatan mekanik yang tinggi
b. Perawatan yang mudah
c. Mudah dalam pemasangan konduktor saluran dan perlengkapannya
2. Isolator
Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor atau penghantar dengan
tiang listrik. Menurut fungsinya, isolator dapat ditinjau dari dua segi yaitu :
a. Fungsi dari segi elektris : Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat fasa dengan tanah dan kawat fasa
lainnya.
b. Fungsi dari segi mekanis : Menahan berat dari konduktor / kawat penghantar, mengatur jarak dan sudut
antar konduktor / kawat penghantar serta menahan adanya perubahan pada kawat penghantar akibat
temperatur dan angin.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator yang banyak digunakan pada sistem distribusi tenaga listrik
adalah isolator dari bahan porselin / keramik dan isolator dari bahan gelas. Kekuatan elektris porselin dengan
ketebalan 1,5 mm dalam pengujian memiliki kekuatan 22 sampai 28 kVrms/mm. Kekuatan mekanis dengan
diameter 2 cm sampai 3 cm mampu menahan gaya tekan 4,5 ton/cm.
Kegagalan kekuatan elektris sebuah isolator dapat terjadi dengan jalan menembus bahan dielektrik atau
dengan jalan loncatan api (flashover) di udara sepanjang permukaan isolator. Kasus pertama dapat diatasi
dengan cara memilih kualitas bahan isolator dan pengolahan/perawatan yang baik. Kasus ke dua dapat diatasi
dengan memperbaiki tipe atau konstruksi dari isolatornya. Pada umumnya semua konstruksi isolator
direncanakan untuk tegangan tembus yang lebih tinggi dari tegangan flashover, sehingga biasanya kekuatan
elektrik isolator dikarakteristikan oleh tegangan flashovernya
Ada beberapa jenis konstruksi isolator dalam sistem distribusi, antara ain :
a. Isolator gantung ( suspension type insulator )
b. Isolator jenis pasak ( pin type insulator )
Penormalan recloser dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan sistem remote. Recloser juga
berfungsi sebagai pembatas daerah yang padam akibat gangguan permanen atau dapat melokalisir daerah yang
terganggu
Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu operasi cepat (fast) dan operasi
lambat (delay)
Menurut fasanya recloser dibedakan atas :
a. Recloser 1 fasa
b. Recloser 3 fasa
Menurut sensor yang digunakan, recloser dibedakan atas :
a. Recloser dengan sensor tegangan (dengan menggunakan trafo tegangan) digunakan di jawa timur
b. Recloser dengan sensor arus (dengan menggunakan trafo arus) digunakan di jawa tengah
Gambar 3.18. Recloser
Optimasi Sistem Distribusi
Optimasi sistem distribusi adalah pengoperasian jaringan distribusi yang paling menguntungkan dengan
memaksimalkan perangkatperangkat jaringan namun tetap berada pada sistem yang di tetapkan, yaitu :
a. Daya terpasang tidak berlebihan.
b. Beban tidak terlalu kecil.
c. Rugi tegangan dan daya dalam batas-batas normal.
d. Keandalan sistem distribusi menjadi prioritas.
e. Keamanan terhadap lingkungannya terjaga.
f. Secara ekonomis menguntungkan.
g. Susut umur peralatan sesuai rencana.
Peralatan jaringan yang dapat dioptimasi antara lain :
1. Kawat penghantar
Optimasi pembebanan pada kawat penghantar adalah memaksimalkan batasan besar arus yang dilalukan
melewati penghantar sesuai dengan KHA dan kondisi sekitarnya, sebab apabila berlebihan akan dapat
mengakibatkan :
a. Pelunakan pada titik tumpu penghantar.
b. Pelunakkan pada titik tumpu ikatan penghantar.
c. Berkurangnya jarak aman / andongan.
d. Kerusakan pada isolasi.
2. Trafo Distribusi
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya atau energi listrik dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip
induksi-elektromagnet.
Trafo yang umum digunakan untuk sistem distribusi yaitu trafo 1 phasa dan trafo 3 phasa. Sedangkan berdasar
sistem pengamannya, trafo distribusi dibagi menjadi dua macam, yaitu trafo CSP dan trafo non CSP.
Trafo distribusi non CSP memiliki sistem pengamanan , diantaranya :
a. Pengaman TM terdiri dari :
i. Pemisah lebur : 20 kV, disesuaikan dengan kapasitas trafo yang dipergunakan.
ii. Arester 18 kV, 5 kA
iii. Pembumian, dengan menunjuk SPLN yang ada untuk menetapkan nilai pembumiannya.
b. Pengaman TR terdiri dari :
i. Kotak dengan pengaman lebur, untuk trafo dengan kapasitas lebih dari atau sama dengan 50 kVA.
Sedangkan untuk trafo CSP (completely self protection), memiliki sistem pengaman berupa pemutus tenaga
pada sisi sekunder, dan pengaman lebur serta arrester pada sisi primer. Ketiga pengaman tersebut merupakan
suatu kesatuan trafo CSP.
Pembebanan trafo bisa dilakukan melebihi daya pengenalnya pada suhu sekitar trafo tersebut pada nilai
tertentu tetapi harus dibatasi oleh lamanya pembebanan lebih, agar susut umur trafo sesuai dengan yang
direncanakan. Susut trafo sangat dipengaruhi oleh suhu titik panas pada lilitan.
Tabel 3.1. Susut umur pada trafo
Trafo dengan susut umur sama dengan 1,0 berarti trafo tersebut akan mempunyai susut umur normal, dan itu
terjadi bila suatu suhu titik panas pada lilitan mencapai 98 C. Suhu tersebut tercapai untuk trafo yang bekerja
pada daya pengenal dengan suhu sekitar 20C. Pada umumnya suhu sekitar di indonesia terutama di kota-kota
besar suhu sekitar rata-rata tahunan sekitar 25,5C. dan mengingat sifat beban di indonesia, maka
dimungkinkan trafo dapat dipakai sampai batas waktu yang direncanakan pabriknya.
Pemeliharaan Sistem Distribusi
Pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan bahwa suatu
sistem / peralatan akan berfungsi secara optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil
maupun bagi masyarakat umum.
Sesuai dengan Surat Edaran Direksi PT. PLN (Persero), maksud diadakannya pelaksanaan kegiatan
pemeliharan jaringan distribusi antara lain adalah :
1. Menjaga agar peralatan / komponen dapat dioperasikan secara optimal berdasarkan spesifikasinya sehingga
sesuai dengan umur ekonomisnya.
2. Menjamin bahwa jaringan tetap berfungsi dengan baik untuk menyalurkan energi listrik dari pusat listrik
sampai ke sisi pelanggan.
3. Menjamin bahwa energi listrik yang diterima pelanggan selalu berada pada tingkat keandalan dan mutu
yang baik.
4. Mendapatkan jaminan bahwa sistem/peralatan distribusi aman baik bagi personil maupun bagi masyarakat
umum.
5. Untuk mendapatkan efektivitas yang maksimum dengan memperkecil waktu tak jalan peralatan sehingga
ongkos operasi yang menyertai diperkecil.
6. Menjaga kondisi peralatan atau sistem dengan baik, sehingga kwalitas produksi atau kualitas kerja dapat
dipertahankan.
7. Mempertahankan nilai atau harga diri peralatan atau sistem, dengan mencegah timbulnya kerusakankerusakan.
8. Untuk menjamin keselamatan bagi karyawan yang sedang bekerja dan seluruh peralatan dari kemungkinan
adanya bahaya akibat kerusakan dan kegagalan suatu alat.
9. Untuk mempertahankan seluruh peralatan dengan efisiensi yang maximum.
10. Dan tujuan akhirnya yaitu untuk mendapatkan suatu kombinasi yang ekonomis antar berbagai factor biaya
dengan hasil kerja yang optimum.
Gangguan
Salah satu faktor yang mempengaruhi keandalan sistem adalah masalah gangguan, baik yang terjadi pada
peralatan maupun yang terjadi pada sistem. Definisi gangguan adalah terjadinya suatu kerusakan didalam
sirkuit listrik yang menyebabkan aliran arus dibelokkan dari saluran yang sebenarnya.
tertentu. Pekerjaan perbaikan sistem peralatan yang sifatnya dapat menunjang operasi secara langsung atau
pekerjaan-pekerjaan yang dapat mengurangi adanya gangguan operasi sistem perlu mendapat prioritas yang
lebih tinggi.
Kegiatan pemeliharaan tahunan dapat dilaksanakan dalam dua keadaan yaitu :
a. Pemeliharaan Tahunan Keadaan Bertegangan
Pekerjaan-pekerjaan yang perlu dilakukan untuk pemeliharaan tahunan keadaan bertegangan adalah
mengadakan pemeriksaan secara visual ( inspeksi ) dengan maksud untuk menemukan hal-hal atau kelainankelainan yang dikawatirkan / dicurigai dapat menyebabkan gangguan pada operasi sistem, sebelum periode
pemeliharaan tahunan berikutnya terselenggara.
Pemeliharaan semacam ini pada pelaksanaanya menggunakan chek list untuk memudahkan para petugas
memeriksa dan mendata hal hal yang perlu diperhatikan dan dinilai.
Ketentuan bekerja pada keadaan bertegangan yaitu :
i. Petugas / pelaksana pekerjaan mempunyai kompetensi yang dibutuhkan
ii. Memiliki surat ijin kerja dari yang berwenang
iii. Dalam keadaan sehat, sadar, tidak mengantuk atau tidak dalam keadaan mabuk
iv. Saat bekerja harus berdiri pada tempat atau mempergunakan perkakas yang berisolasi dan andal
v. Menggunakan perlengkapan badan yang sesuai dan diperiksa setiap dipakai sesuai petunjuk yang berlaku
vi. Dilarang menyentuh perlengkapan listrik yang bertegangan dengan tangan telanjang
vii. Keadaan cuaca tidak mendung / hujan
viii. Dilarang bekerja di ruang dengan bahaya kebakaran / ledakan, lembab dan sangat panas.
b. Pemeliharaan Tahunan Keadaan Bebas Tegangan
Pemeliharaan tahunan keadaan bebas tegangan adalah pemeliharaan peralatan / perlengkapan jaring
distribusi TM / TR yang dilaksanakan dimana obyeknya dalam keadaan tanpa tegangan atau pemadaman. Hal
ini bukan berarti disekitar obyek pemeliharaan benar-benar sama sekali tidak bertegangan.
Pekerjaan pekerjaan pemeliharaan tahunan pada keadaan bebas tegangan adalah pekerjaan-pekerjaan yang
meliputi pemeriksaan, pembersihan, pengetesan dan penggantian material bantu, misal : fuse link, sekering.
5. Pemeliharaan 3 Tahunan
Pemeliharaan tiga tahunan merupakan program pemeliharaan sebagai tindak lanjut dari kegiatan
pemeliharaan tahunan yang telah diselenggarakan.
Kegiatan pemeliharaan tiga tahunan dilaksanakan dalam keadaan bebas tegangan dimana sifat pemeliharaanya
baik teliti dan penyaluran, biasa sampai tahap bongkar pasang (over houl). Dengan keadaan ini, pelaksanaan
pemeliharaan tiga tahunan merupakan kegiatan pemeliharaan rutin yang termasuk pekerjaan pemeriksaan
rutin sistematis.
Peralatan pengukuran tenaga listrik
Dalam operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi kemampuan penggunaan alat ukur sangat dibutuhkan
untuk mengetahui kondisi dan indikasi kerusakan dari sistem distribusi serta komponen pendukungnya.
Berikut ini peralatan pengukuran yang digunakan dalam operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi
Clampmeter
Clampmeter ataupun tangmeter dapat digunakan untuk mengukur arus, tegangan maupun
resistansi.tangmeter ini ada beberapa tipe dan yang digunakan di pln tangmeternya mempunyai dua cara
dalam pengukuran pada rangkaian.
Sumber : http://dayatthepieceofworld.blogspot.com