Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Dengan semakin baiknya sistem pelayanan kesehatan, maka umur harapan hidup akan
meningkat, sesuai laporan WHO, bahwa jumlah usia 65 tahun di Indonesia pada tahun 1960
adalah 4,5 juta dan tahun 2000 menjadi 14,5 juta. Sejalan dengan hal tersebut penyakit
degenerative akan meningkat termasuk penyakit degenerative pada sistem musculoskeletal
didaerah servikal. Keseluruhan proses degenerative di daerah servikal ini disebut sindroma
servikalis. Spondilisis servikalis merupakan penyakit degenerative vertebra servikalis yang
meliputi penyakit degenerative pada diskus intervertebralis, sendi-sendi faset dan luschka,
dengan atau tanpa disertai radikulopati ataupun mielopati akibat penyempitan foramen
intervertebralis ataupun penyempitan kanalis spinalis.
Spondilosis servikalis terdiri atas 3 tipe sindrom yaitu servikal radikulopati (sindrom tipe I),
servikal mielopati (sindrom tipe II), dan axial joint pain (sindrom tipe III). Servikal mielopati
adalah manifestasi yang dihasilkan dari penuruan ruang yang bersedia dari kanalis servikalis
medulla spinalis. Servikal mielopati merupakan penyebab yang lebih banyak pada spondilosis
mielopati terutama meningkat pada usia 55 tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Foramen intravertebralis disebut juga foramen
neuralis
saraf
bagian
Pada
bagian
anterior
dibatasi
oleh
procesus
korpus
vertebra
diatas
diskus.
Sedangkan bagian posterior dibatasi oleh sendi
faset dan procesus artikularis superior dari
korpus vertebra dibawahnya.
Medula spinalis dibagi menjadi segmen-segmen
yang dipisahkan oleh garis imajiner pada
potongan transversal, dimana terdapat 31 pasang
nervus spinalis yang terdapat pada medula
spinalis. Kelompok spinalis dibagi menjadi 8
pasang nervi servikalis, 12 pasang nervi thorakalis, 5 pasang nervi lumbalis, 5 pasang nervi
sakralis, dan sepasang nervus koksigeus.
Setiap akar spinal mempunyai dua radiks, yaitu radiks anterior atau ventral dan radiks posterior
atau dorsal yang melekat pada medula spinalis. Setelah melewati spatium subarachnoideum
menuju distal masuk ke kantung dura, kedua radiks bergabung membentuk nervus spinalis.
Lapisan duramater menyatu didaerah ganglion spinale dan selanjutnya meneruskan menjadi
epineureum.
Ganglion spinalis atau ganglion radiks dorsal merupakan suatu kumpulan sel-sel saraf yang
terdapat pada radiks dorsal setiap nervus. Pada vertebra servikalis, radiks terletak di atas pedikel
vertebra bernomor sama, kecuali radiks servikal.1
DEFINISI
Mielopati servikal adalah keadaan yang disebabkan karena adanya penyempitan dari kanalis
spinalis yang diikuti dengan adanya disfungsi. Hal ini merupakan penyebab tersering dari
kerusakan medula spinalis pada orang tua. Proses penuaaan sebagai akibat proses degenerative
ini yang dapat menyebabkan adanya kompresi dari medulla spinalis.
EPIDEMIOLOGI
Beberapa survey mendapatkan bahwa servikal mielopati lebih banyak diderita oleh pasien yang
berusia diatas 55 tahun di America Selatan dan kemungkinan di dunia. Seiring dengan
meningkatnya usia harapan hidup di dunia, maka semakin meningkat pula angka kejadian
spondilosis servikal mielopati. Berdasarkan jenis kelamin, servikal mielopati dimulai pada pria
di usia 50 tahun dan wanita di usia 60 tahun.
Dalam sebuah penelitian didapatkan insidensi spondilosis servikal mielopati sekitar 23.6% dari
585 pasien dengan tetraparesis atau paraparesi. Nyeri leher tidak selamanya penyebabnya karena
mielopati. Sekitar 59% dari kasus yang ada penyebabnya murni karena mielopati dan 41%
radikulopati dan mielopati.2
ETIOLOGI
Banyak hal yang dapat menyebabkan servikal mielopati, hal apapun yang dapat mengakibatkan
terganggunya aliran impuls melalui kanal spinalisnya yang dapat mengakibatkan gangguan klinis
mielopati. Beberapa diantaranya:
1. Hernia Nukleus Pulposus HNP dapat menyebabkan penekanan pada medulla
spinalis.
2. Spondilosis Proses ini umumnya terjadi karena proses degeneratif, bisa terjadi
hipertrofi ligamentum flavum, protrusi diskus, maupun osteofit
3. Post-Trauma Trauma akut maupun kronik yang menyebabkan kelainan baik pada
medulla spinalis langsung ataupun kelainan tulang yang menyebabkan kompresi.
4. Ossifikasi Ligamentum Longitudinalis Posterior
5. Tumor
6. Infeksi TBC Menyebabkan Spondilitis TBC yang mendestruksi tulang. Sehingga
fragmen korpus menyebabkan penekanan ke medulla spinalis3
KLASIFIKASI
Untuk menentukan derajat dari mielopati servikal, dibawah ini didapatkan beberapa klasifikasi.
Klasifikasi Nuricks lebih sering digunakan untuk menentukan level dari fungsi dalam pergerakan
yang diakibatkan oleh servikal mielopati.
Klasifikasi Ranawat lebih digunakan untuk mengkategorikan pasien yang mempunyai rhematoid
mielopati berdasarkan perjalanan penyakit dan temuan yang ada. Klasifikasi jenis ini dapat
digunakan sebagai prediksi penyembuhan setelah operasi.3
PATOFISIOLOGI
Proses degenerasi pada awalnya dimulai dengan berkurangnya air di dalam diskus
intervertebralis, sehingga terjadi fragmentasi, volume nukleus berkurang, nukleus bergeser ke
tepi, dan ruang intervertebralis melebar, sehingga tekanan intradiskus berkurang, disertai oleh
gravitasi, disertai otot paraservikal tinggi vertikal pada diskus yang terlibat menjadi berkurang
disertai dengan timbulnya bulging yang menekan ligamentum logitudinale posterior. Adanya
perenggangan serat sharpey pada endplate korpus vertebra akan menyebabkan reaksi
osteoblastik dan terjadi kalsifikasi. Dengan adanya perubahan hipertrofi di atas dan dibawah
diskus intervertebralis, instabilitas pada faset dan luscha, serta kelemahan pada ligamentum
logitudinal posterior serta ligamentum flavum maka akan terbentuk osteofit.
Bila osteofit tumbuh ke arah posterior kanalis maka akan menyebabkan penyempitan dimensi
sagital, sedangkan apabila menekan posterolateral korpus maka akan menyebabkan gangguan
foramina neural, sehingga dapat menekan radiks didaerah tersebut yang disebut resesus lateralis.
Selain osteofit, kanalis spinalis juga dipengaruhi oleh perubahan jaringan lunak seperti
kelemahan dan hipertrofi ligamentum posterior dan ligamentum flavum. Kombinasi antara
osteofit dengan perubahan jaringan lunak akan menyebabkan penyempitan kanalis spinal dan
foramen neuralis.
Nyeri tengkuk yang timbul bisa diakibatkan karena adanya jaringan peka nyeri (pain sensitif)
dan jaringn lunak ( ligamentum longitudinal posterior, ligamentum flavum, kapsula sendi, dan
otot-otot paraservikalis ) yang menyertai trauma kumulatif berulang dan lama. Reaksi patologis
yang terjadi pada jaringan lunak akibat trauma mekanik sehingga terjadi cedera
muskulotendineus menyebabkan reaksi inflamasi dan inflamasi merangsang serabut saraf
noaiseptif sehingga timbul keluhan nyeri, sedangkan trauma mekanik pada serabut saraf dapat
mengakibatkan nyeri yang berlebihan (hipersensitif).
Pada degenerasi tulang menyebabkan timbulnya osteofit pada unconvertebral von luscha
sehingga foramen intravertebralis menjadi sempit dan akibatnya terjadi penekanan radiks yang
menyebabkan spasme otot paraservikalis disertai keluhan nyeri lokal atau radikuler. 4
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis tergantung berat, ringannya proses degenerasi tersebut, mulai parastesi atau
kelemahan atau gabungan kedua simptom tersebut. Timbulnya
perlahan
berupa
kelambatan atau kekakuan dalam berjalan. Kelemahan kurang parah bila dibanding peninggian
tonus dan peninggian refleks dalam. Lebih dari dua pertiga mengalami gangguan sensori,
namun kecuali mielopati memburuk, jarang mencapai tingkat yang jelas, dan sering terjadi
pada torasik sebelah atas dari pada servikal; defisit lain adalah jenis radikuler, dan
terkadang dijumpai kelainan yang menyerupai siringo-mielia. Banyak yang mengeluh nyeri
dan kaku leher, dengan kekakuan tangan serta parestesia pada osteofit C3/4. Perburukan
mendadak mielopati servikal, atau bahkan tampilnya sindroma kord spinal mendadak untuk
pertama kalinya, mungkin timbul setelah trauma. Cedera hiperekstensi
untuk
menyebabkan fraktura atau dislokasi adalah yang paling bertanggung jawab untuk
mempresipitasi lesi spinal transversa pada pasien dengan spondilosis servikal, bahkan walau
tetap asimtomatis. Tergelincir atau jatuh pada kepala (dengan akibat abrasi frontal) adalah
mekanisme yang umum, tapi
juga
hiperekstensi
tindakan
pada saat
bedah
seperi
bahkan
untuk memasang
endotrakheal
oleh
ahli
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
a.
X-Ray
Evaluasi radiologis standar dari sindroma radiologis meliputi foto vertebra servikal
proyeksi AP, lateral dan oblik kanan dan kiri. Foto AP memperlihatkan diskus
intervertebralis, procesus unsinatus, dan sendi costovertebral. Foto lateral untuk
mengevaluasi tinggi diskus intervertebralis, menilai osteofit, menilai keseluruhan aligment
korpus vertebra servikalis, serta sendi apofisial. Melalui pemeriksaan foto polos servikal
proyeksi oblik, dapat ditemukan adanya
stenosis foramen intravertebralis yaitu
dengan
membandingkan
anteroposterior
diameter
vertebra
panjang
osteofit
dengan
anteroposterior
foramen
yang
normal.
Dimensi
stenosis
dari
foramen
Pemeriksaan X-ray servikal tidak memberikan cukup informasi untuk stenosis tetapi
mungkin mengesampingkan kondisi lain.).
b.
MRI
Magnetic
Resonance
Imaging
(MRI) sering
digunakan
untuk
diagnosis.
MRI memberikan gambaran yang sangat rinci
dan menunjukkan bagian kanalis spinalis yang
menjepit saraf.
c.
CT scan
CT scan mampu untuk memberikan
informasi mengenai adanya osteofit dan
invasi tulang dari kanalis. Pada gambar
disamping pada potongan sagital dari
spondilotik
menunjukkan
tulang
adanya
belakang
protrusi
dari
Beberapa
dipertimbangkan
faktor
apabila
yang
mengambil
perlu
jalan
tingkat
diskus
yang
terlibat
dan
diskus
intervertebral(discectomy),
kemudian
dikikis
sedikit
sehingga
berdarah,
yang
akan
tulang
yang
berasal
dari
dimasukkan
tulang
diantara
pelvis
vertebra
pada
bedah
yang
graft
BAB III
KESIMPULAN
Dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup maka penyakit degenerative akan
semakin meningkat pula, seperti pada sistem muskuloskeletal servikal yang disebut sindroma
servikalis. Spondilisis servikalis merupakan penyakit degenerative vertebra servikalis yang
meliputi penyakit degenerative pada diskus intervertebralis, sendi-sendi faset dan luschka,
dengan atau tanpa disertai radikulopati ataupun mielopati akibat penyempitan foramen
intervertebralis ataupun penyempitan kanalis spinalis.
Spondilosis servikalis terdiri atas 3 tipe sindrom yaitu servikal radikulopati (sindrom tipe I),
servikal mielopati (sindrom tipe II), dan axial joint pain (sindrom tipe III). Servikal mielopati
adalah manifestasi yang dihasilkan dari penuruan ruang yang bersedia dari kanalis servikalis
medulla spinalis. Servikal mielopati merupakan penyebab yang lebih banyak pada spondilosis
mielopati terutama meningkat pada usia 55 tahun. Penyebabnya berbagai macam tetapi penyebab
tersering adalah karena faktor degenerative dan hal ini membutuhkan penangan yang lebih
lanjut, diakibatkan menimbulkan angka kesakitan yang tinggi pada orang tua. Penangan bisa
dilakukan secara konservatif maupun operasi yang diharapkan melalui penatalaksanaan tersebut
dapat mengurangi gejala dan meningkatkan fungsi dari tubuh yang menurun akibat penyakit
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Payne EE, Spillane JD. The cervical spine; an anatomico-pathological study of 70
specimens (using a special technique) with particular reference to the problem of cervical
spondylosis.
Brain.
1957;80:571596.
doi:
10.1093/brain/80.4.571.Available
at
Differential
Diagnosis,
and
Management,
Available
at
TA.
Cervical
Myelopathy
Available
http://www.boneandjoint.org.uk/content/focus/cervical-myelopathyAccessed
at
on
December 15 2014
4. Lebel, L Darren et al. Cervical Spondylotic Myelopathy: Pathophysiology, Clinical
Presentation,
and
Treatment.
HSS
Online
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3145857/#!po=26.1905Accessed
Journal.
on
March 14 2014
5. Ogungbo, Bi. African Online Journal Compilation.
Management
of
Cervical
Myelopathy.
Available
at
2004
Volume
Number
1.
Available
at