Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I
PENDAHULUAN
Waktu
Tempat
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Seleksi
Memilih ayam yang baik yaitu yang mempunyai sifat-sifat dapat
berproduksi tinggi dari suatu flock atau kelompok ayam untuk ditahan dan
dijadikan bibit bagi generasi yang akan datang. Langkah pertama untuk
memperoleh bibit-bibit ayam yang baik yang biasanya dimulai dengan seleksi
individual pada ayam jantan dan ayam betina (Harsono, 1995). Dasar-dasar
seleksi yang umumnya diterapkan dalam peternakan itu terdiri dari 4 macam
yaitu:
1. Seleksi yang didasaarkan atas type exterior dari individu.
2. Seleksi yang didasarkan atas pemenang-pemenang dalam perlombaan.
3. Seleksi yang didasarkan atas silsilah dari individu.
4. Seleksi yang didasarkan atas production test (pengujian terhadap
sifat-sifat produksi).
2.2 Culling
Culling adalah menyortir ayam yang tidak baik sifat-sifatnya, kurang
produksinya atau yang sakit dan sebagainya untuk dikeluarkan dari kelompok
ayam itu dan tidak dipelihara lagi. Dalam peternakan ayam dewasa ini, dimana
arah usaha beternak ayam itu umumnya sudah berubah menjadi usaha ternak yang
mendatangkan keuntungan, culling perlu sekali untuk diterapkan dalam suatau
peternakan (Sugeng, 2000). Sedangkan (Rasyaf, 2001) Culling atau pengafkiran
ialah memilih individu ayam yang tidak produktif dan ayam-ayam yang afkir
dikeluarkan dari kelompok-kelompok ayam dan tidak dipelihara lagi lalu dijual.
Culling harus dilakukan secara kontinyu dengan penuh dedikasi dan bertanggung
jawab artinya jangan sampai melewati batas yang dapat menimbulkan kerugian.
Keuntungan dari culling adalah:
1. Kepadatan ayam persatuan luas kandang akan berkurang, sehingga
ayam yang produktif akan senang serta akan nyaman berproduksi.
2. Pengurangan kemungkinan adanya penyakit menyebar dari ayam yang
tidak produktif ke ayam yang produktif.
3. Pengurangan pemakaian tenaga kerja.
4. Penambahan uang masuk dari hasil penjualan ayam afkir.
5. Jumlah ransum yang dibutuhkan perhari berkurang.
Menurut Kartasudjana dan Suprijatna, (2006) pelaksanaan culling
didasarkan atas tanda-tanda kelainan atau cacat yang diderita ayam. Culling ini
dilakukan terus menerus sejak ayam diterima dari Farm atau Poultry Shop sampai
tidak berproduksi lagi. Ayam yang harus di culling sewaktu DOC baru tiba dari
Farm atau Poultry Shop adalah:
1.
2. Bentuk fisik abnormal, seperti: paruh silang, mata cuma satu, kaki
semper dan Iain-lain.
3. Badan telalu kecil dengan kaki yang kering.
4. Selama masa pertumbuhan: ayam tumbuh kerdil, kaki bengkok, sayap
menggantung lemah, tulang punggung bengkok dan lain-lain.
5. Sesudah masa dewasa (masa produksi): Ayam-ayam yang sudah
waktunya produksi tetap tidak lagi produktif akibat pernah sakit atau
memang umurnya tua segera diafkir/culling.
Bagian
Tanda-tanda
Petelur yang baik
Petelur yang kurang
baik
Kasar, kecil, pucat
Kecil, keriput pucat
Mata
Tulang supit (pubis)
mengkilap, merah
Cerah bersinar, bulat
Jaraknya berjauhan lebih
Sayu, malas
Sempit, kurang dari 2 jari
Perut
Kulit
Kloaka
Badan
Kaki
tangan
Keras berlemak
Tebal dan kasar
Sempit dan kering
Sempit
Bulat, besar
Layer Produktif
Layer Kurang
Produktif
Kepala
Gemuk, lemah
Mata
Cerah, menonjol
Redup, cekung
Lingkar mata
Putih, pucat
Kuning
Paruh
Putih, pucat
Kuning
Perut
Tulang Pubis
Fleksibel, lebar
Anus
Dangkal, keras,
kencang
Kaku, rapuh
Kecil, kering,
berkerut, kuning
3. tabel dibawah ini merupakan bagian tubuh yang mengalami pengurangan warna
kuning pada bagian tubuh ayam.
Bagian tubuh
Anus
4-7 hari
Lingkar mata
7-10 hari
Cuping telinga
14-21 hari
Pangkal paruh
4-6 minggu
8-10 minggu
15-18 minggu
20-24 minggu
Ujung paruh
6-8 minggu
III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA
3.1 Alat
1. Baki preparat berfungsi sebagai tempat ayam yang akan diamati.
2. Alat ukur berfungsi sebagai pengukur panjang dada ayam.
3.2 Bahan
1.
Ayam dara.
2.
Ayam dewasa/produksi.
3.
Ayam tua/afkir.
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Eksterior
Kriteria
Keadaan
Ayam Dara
Ayam Dewasa
Ayam Tua
Mengkilat, merah,
Pucat.
Mengembang,
keras, besar.
Basah, besar.
basah, besar.
Mengkerut, kering,
kecil.
Tulang pubis:
Keadaan
Pipih, elastis,
Saling menjauh.
saling menjauh.
Jaraknya
2 jari.
2 jari.
2 jari.
Jarak dengan
3 jari.
3 jari.
3 jari.
Fleksibel.
11 cm.
11 cm.
sternum
Abdomen
Keadaan
Tipis, lunak.
Panjang dada
Perbuluan
12 cm
Rapat, mengkilat,
Rapat, mengkilat.
halus.
Renggang, kusam,
kasar, sobek.
Head type
Pipih.
Pipih.
Pipih.
Body type
Dada dalam,
Panjang.
panjang.
Shank
pendek.
Kuning.
Panjang.
Putih.
Merah muda.
Merah muda.
Merah muda.
Pigmetasi:
Vent
10
Face
Merah.
Merah.
Merah.
Eye ring
Merah.
Putih.
Pucat.
Eye lobe
Putih.
Putih.
Merah.
Beak
Kuning.
Putih.
Pucat.
Shank
Kuning
Putih
Putih
Molting
Molting
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengamatan Ayam Dara Dilihat dari Berproduksi dan Tidak
Berproduksinya.
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai culling atau pengafkiran pada ayam
petelur, dengan mengamati tiga ayam yaitu ayam dara, ayam dewasa dan ayam tua
untuk dilihat apakah ayam tersebut masih berproduksi atau tidaknya. Culling
sendiri memiliki pengertian pemisahan atau pengafkiran ayam yang dilihat secara
eksterior dan dinilai potensinya yang mungkin berpengaruh terhadap produksinya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan (Rasyaf, 2001) yang menyatakan bahwa culling
atau pengafkiran ialah memilih individu ayam yang tidak produktif dan ayamayam yang afkir dikeluarkan dari kelompok-kelompok ayam tersebut.
Untuk mengetahui seekor ayam sedang berproduksi atau tidak berproduksi
dapat diketahui dengan mengamati ciri-ciri fisik atau mengamati keadaan pada
ayam tersebut dengan melakukan pengamatan eksterior, seperti yang telah tertera
pada tabel hasil pengamatan beberapa keadaan yang dapat disimpulkan dari
pengamatan ayam dara, bahwa ayam dara tersebut masih berproduksi rendah
adalah pada ayam dara terlihat keadaan jengger dan pialnya mengkilat, merah
besar dan halus, ventnya mengembang, besar dan basah serta tulang pubis pipih,
elastis, dan saling menjauh, jaraknya dua jari sedangkan jarak dengan sternumnya
tiga jari. Serta beak atau paruhnya berwarna kuning Hal ini sesuai dengan
11
pendapat (Sugeng dan Sudarmono, 2008) yang disajikan dalam bentuk tabel
berpendapat bahwa layer yang kurang produktif salah satu cirinya memiliki paruh
berwarna kuning dan berwarna putih paruhnya jika ayam tersebut produktif.
Karena pigmentasi tersebut memudar bersamaan dengan peningkatan produksi
telurnya. Juga ayam dara ini sebaiknya di culling karena produksinya rendah dan
dapat dikatakan bahwa ayam dara ini belum berproduksi karena cirri-ciri yang
tertera pada hasil pengamatan diatas. Hal ini juga sependapat dengan pendapat
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006) yang berpendapat bahwa ayam yang harus di
culling sewaktu DOC adalah sesudah masa dewasa (masa produksi): Ayam-ayam
yang sudah waktunya produksi tetap tidak lagi produktif akibat pernah sakit atau
memang umurnya tua segera diafkir/culling.
4.2.2 Pengamatan Ayam Dewasa Dilihat dari Berproduksi dan Tidak
Berproduksinya.
Pada pengamatan keadaan ayam dewasa sesuai dengan tabel hasil pengamatan
juga dapat disimpulkan bahwa sebenarnya ayam dewasa tersebut bisa jadi
dikatakan berproduksi tinggi karena dilihat dari beberapa keadaannya yaitu vent
basah dan besar serta tulang pubis saling menjauh dan berjarak 2 jari dengan
sternum 3 jari serta eye ring, eye lobe dan beak berwarna putih, yang sebagaimana
sesuai dengan pendapat (Sugeng dan Sudarmono, 2008) yang disajikan pada tabel
yang berpendapat bahwa karakteristik ayam yang produktif beberapa keadaanya
adalah anus/vent besar dan basah, tulang pubis fleksibel dan lebar serta lingkar
mata dan paruh berwarna putih.
Akan tetapi ayam dewasa ini dikategorikan sebagai ayam yang berproduksi
rendah karena jenggernya terlalu kecil sehingga dapat berpengaruh terhadap
produktivitas telurnya yang dapat mengalami penurunan. Ayam dewasa inipun
sudah seharusnya di culling karena menurut pernyataan (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2006) yang menyatakan bahwa ayam yang harus di culling sewaktu
12
DOC baru tiba dari farm atau poultry shop salah satunya adalah bentuk fisik
abnormal, seperti: paruh silang, mata cuma satu, kaki semper dan Iain-lain.
4.2.2 Pengamatan Ayam Tua Dilihat dari Berproduksi dan Tidak
Berproduksinya.
Sama halnya seperti pengamatan pada ayam dara dan dewasa sesuai dengan
tabel hasil pengamatan ayam tua ini dapat disimpulkan sebagai ayam yang tidak
berproduksi lagi karena dilihat dari beberapa keadaanya seperti jengger dan pial
kasar, merah, pucat, keras dan besar, dan jenggernya tidak lazim seperti pada
ayam yang lain (tidak tegak) ventnya mengkerut, kecil dan kering serta perbuluan
renggang, kusam, sobek dan kasar seperti sedang mengalami molting (perontokan
bulu). Paruhnya pun berwarna pucat, hal ini sesuai dengan pendapat (Sugeng dan
Sudarmono, 2008) yang disajikan pada tabel yang berpendapat bahwa
karakteristik ayam yang tidak produktif salah satu keadaanya adalah anus/ventnya
kecil, kering, mengkerut dan kuning. Pada ayam tua ini memang seharusnya di
culling karena sudah tidak berproduksi lagi, dengan dilakukanya culling maka
akan mengefisienkan ransum serta memperluas kandang untuk ayam yang
berproduksi lainya sesuai dengan pernyataan (Rasyaf, 2001) yang menyatakan
bahwa keuntungan dari culling diantaranya ada jumlah ransum yang dibutuhkan
perhari berkurang dan kepadatan ayam persatuan luas kandang akan berkurang,
sehingga ayam yang produktif akan senang serta akan nyaman berproduksi.
13
5.1 Kesimpulan
1. Pengamatan pada ayam dara dilihat dari keadaanya secara eksterior dan
berproduksi atau tidaknya ayam dara tersebut masih berproduksi rendah
adalah pada ayam dara terlihat keadaan jengger dan pialnya mengkilat,
merah besar dan halus, ventnya mengembang, besar dan basah serta tulang
pubis pipih, elastis, dan saling menjauh, jaraknya dua jari sedangkan jarak
dengan sternumnya tiga jari. Serta beak atau paruhnya berwarna kuning.
2. Pengamatan pada ayam dewasa dilihat dari keadaanya secara eksterior dan
berproduksi atau tidaknya ayam dewasa ini dikategorikan sebagai ayam
yang berproduksi rendah karena jenggernya terlalu kecil sehingga dapat
berpengaruh terhadap produktivitas telurnya yang dapat mengalami
penurunan.
3. Pengamatan pada ayam tua dilihat dari keadaanya secara eksterior dan
berproduksi atau tidaknya ayam tua ini tidak berproduksi lagi karena dilihat
dari beberapa keadaanya seperti jengger dan pial kasar, merah, pucat, keras
dan besar, dan jenggernya tidak lazim seperti pada ayam yang lain (tidak
tegak) ventnya mengkerut, kecil dan kering serta perbuluan renggang,
kusam, sobek dan kasar seperti sedang mengalami molting (perontokan
bulu). Paruhnya pun berwarna pucat.
1.2.
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15
Harsono, H. S. 1995. Beternak Ayam Negeri Petelur Super yang Berhasil. Gunung
Mas. Pekalongan.
Kartasudjana, R dan Suprijatna E. 2006. Manajmen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Mulyono S. 2004. Memelihara Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Depok.
Sugeng, B. 2000. Berternak Unggas. Penebar Swadaya. Depok.
dan Sudarmono. 2008. Beternak Unggas Edisi Revisi. Penebar Swadaya.
Depok.
LAMPIRAN
16
1.
Ayam Dara
2. Ayam Tua
3. Ilustrasi
3. Vent
4. Ayam Dewasa