Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. D
Umur
: 53 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk RS
: 19 Agustus 2010
II. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis pada tanggal 28 Agustus 2010 pukul 14:30
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
digerakkan dari dasar. Os mengaku bahwa benjolan tidak berwarna merah, tidak pernah
luka ataupun berdarah, serta tidak pernah mengeluarkan nanah. Os menyangkal adanya
cairan yang keluar dari puting baik secara spontan maupun saat lakukan penekanan. Os
mengeluhkan kembali sakit yang hebat pada benjolan di perut kiri dan kanan atasnya,
namun os berkata bahwa benjolan tersebut tidak mengalami pembesaran. Maka os
kembali berobat jalan selama 3 bulan pada dokter spesialis penyakit dalam, namun os
merasa keadaannya tidak membaik dan merasa semakin lemah. Os juga merasa
pakaiannya menjadi lebih longgar karena os tidak napsu makan. Namun os tidak pernah
mengalami sakit pada tulang sebelumnya.
1 hari sebelum masuk Rumah Sakit, os merasakan nyeri yang hebat seperti teririsiris pada benjolan di perut kanan dan kirinya. Os juga merasa lemas, pusing dan sesak.
Lalu os pergi ke IGD RSUD Koja
Riwayat Penyakit Dahulu:
Sebelumnya os tidak pernah menderita penyakit ini. Riwayat tumor jinak, hipertensi,
diabetes mellitus, jantung, dan paru tidak ada. Os tidak pernah mengalami trauma
sebelumnya. Os tidak pernah operasi sebelumnya. Riwayat alergi pada makanan dan
obat-obatan disangkal os.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan os. Riwayat
penyakit tumor, hipertensi, diabetes mellitus, jantung, dan paru juga disangkal.
Riwayat kebiasaan hidup:
Os mengaku sering mengkonsumsi ikan asin, tahu, dan tempe. Os tidak pernah merokok,
mengkonsumsi alkohol, dan obat-obatan.
Riwayat Pengobatan:
Os tidak pernah menggunakan kontrasepsi hormonal seperti pil KB ataupun suntik. Os
tidak pernah melakukan terapi penyinaran.
: Compos Mentis
Tanda Vital
TD
: 150/90 mmHg
Suhu : 36.3C
Nadi
: 96 x/menit
RR
: 20 x/menit
TB
: 150 cm
BB
: 55 kg
BMI
: BB/(TB)2
: 150/(1,50)2
: 24.44 kg/m2
Gizi
: Baik
Kulit
Turgor kulit baik, tidak ada atrofi, warna kulit tidak ikterik, tidak sianosis, tidak pucat.
Kepala:
Bentuk
: Normocephali, simetris
Rambut
: Distribusi merata
Mata
: Pupil bulat isokor, Conjunctiva Anemis (+/+), Sclera Icterik (-/-), Refleks
:Bentuk normsl, simetris kedua thorax pada keadaan statis dan dinamis,
spider nevi (-), retraksi sela iga (-)
Palpasi
:Vocal Fremitus kanan dan kiri simetris, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi
Auskultasi
Jantung:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas atas
Batas kiri
Teraba benjolan berjumlah 1 buah berbentuk bulat pada kuadran lateral atas, berbatas
tegas, dengan ukuran 5.5x4x2 cm, konsistensi padat keras, permukaan rata, bisa
digerakkan dari dasar, tidak nyeri pada perabaan, suhu sama dengan suhu kulit sekitar,
nipple discharge (-) saat dilakukaan penekanan.
Status Lokalis Regio Aksilaris Sinistra
Inspeksi :
Tidak tampak kelainan
Palpasi :
Terdapat pembesaran KGB infrasubskapuler pada puncak aksila sinistra, berjumlah 1,
ukuran 3x2x1 cm yang tidak dapat digerakkan dari dasar.
HEMATOLOGI
Hemoglobin
: 5,9 g/dl
( N= 11,2-15,7)
Leukosit
:19.000/uL
(N=3.900-10000)
Hematokrit
:20%
(N=34-45%)
Trombosit
:641.000/uL
(N=182.000-369.000)
Ureum
:50mg/dl
(N=17-43)
Kreatinin
:0.8mg/dl
(N=0.4-0.7)
:144mg/dl
(N=60-100)
FUNGSI GINJAL
DIABETES
Glukosa Sewaktu
FUNGSI HATI
SGOT/ASAT
:50U/l
(N=13-33)
SGPT/ALAT
:27U/l
(N=6-30)
Na
:138mmol/L
(N=134-146)
:5.05mmol/L (N=3.4-4.5)
Cl
:99mmol/L
ELEKTROLIT
(N=96-108)
HEMATOLOGI LENGKAP
Hemoglobin
:6.8g/dl
(N=12.0-16.0)
Leukosit
:14.300/uL
(N=4100-10900)
Hematokrit
:22%
(N=36-46)
Eritrosit
:2.77juta/uL
(N=4.0-5.0)
MCV
:78fL
(N=80-100)
MCH
:25pg
(N=26-34)
MCHC
:32g/dL
(N=31-36)
Basofil
:0%
(N=0-2)
Eosinofil
:0%
(N=0-5)
Batang
:0%
(N=2-6)
Segmen
:74%
(N=47-80)
Limfosit
:21%
(N=13-40)
Monosit
:5%
(N=2-11)
Trombosit
:588.0000/uL (N=140000-440000)
LED
:119mm/jam (N<15)
RDW
:21.8
Hitung Jenis:
(N=11.6-14.8)
FUNGSI HATI
Albumin
:2.92g/dL
(N=4.0-5.2)
Globulin
:4.40g/dL
(N=1.3-2.7)
Protein Total
:7.32g/dL
(N=6.0-8.0)
Ureum
:1.1mg/dL
(N=0.7-1.5)
Kreatinin
:70mg/dL
(N=20-40)
FUNGSI GINJAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin
:8.7g/dl
(N=12.0-16.0)
Leukosit
:11.500/uL
(N=4100-10900)
Hematokrit
:27%
(N=36-46)
Trombosit
:425.0000/uL (N=140000-440000)
HEMATOLOGI
Hemoglobin
:11.1g/dl
(N=12.0-16.0)
Leukosit
:8800/uL
(N=4100-10900)
Hematokrit
:33%
(N=36-46)
Trombosit
:335.0000/uL (N=140000-440000)
FUNGSI HATI
Albumin
:2.97g/dL
(N=4.0-5.2)
Globulin
:4.25g/dL
(N=1.3-2.7)
Protein Total
:7.22g/dL
(N=6.0-8.0)
V. RESUME:
Pasien, perempuan, 53 tahun, datang ke IGD pada tanggal 19 Agustus 2010
dengan keluhan nyeri pada benjolan di perut kanan dan kirinya sejak 4 bulan SMRS,
disertai sesak, pusing, serta lemas. Os mengatakan bahwa terdapat 2 benjolan di perutnya,
masing-masing sebesar kacang tanah (1x1x1cm), berbatas tegas, konsistensi padat dan
keras, permukaan rata, tidak dapat digerakkan, dan nyeri pada perabaan. 4 bulan SMRS,
os juga menemukan benjolan pada payudara kiri pada kuadran lateral atas berukuran
5x3x2cm, berbatas tegas, konsistensi padat dan keras, permukaan rata, dapat digerakkan,
serta tidak nyeri pada perabaan. Os tidak napsu makan karena sakit pada benjolannya dan
merasapakaiannya menjadi lebih lonngar sejak 4 bulan SMRS. Pemeriksaan fisik pada
status generalis dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan Hb
dan albumin, maka pasien dilakukan trasfusi PRC sebanyak 7x dan transfusi plasma
sebanyak 2x. Setelah keadaan umum os membaik, maka dilakukan insisi biopsi pada 3
September 2010.
Status lokalis Regio Mammae Sinistra (os berbaring dengan tangan diatas kepala.)
Inspeksi: payudara kiri dan kanan tidak simetris, payudara kiri terlihat lebih besar.
tampak benjolan pada payudara kiri bagian kuadran lateral atas, tampak retraksi puting,
tidak tampak nipple discharge, tidak tampak luka dan tanda peradangan, tidak tampak
perubahan warna kulit sekitar, tidak tampak peau d orange. Palpasi: teraba benjolan
berjumlah 1 buah berbentuk bulat pada kuadran lateral atas, berbatas tegas, dengan
ukuran 5.5x4x2 cm, konsistensi padat keras, permukaan rata, bisa digerakkan dari dasar,
tidak nyeri pada perabaan, suhu sama dengan suhu kulit sekitar, nipple discharge (-) saat
dilakukaan penekanan.
Status lokalis regio aksilaris sinistra, inspeksi: tidak tampak kelainan. Palpasi:
terdapat pembesaran KGB infrasubskapuler pada puncak aksila sinistra, berjumlah 1,
ukuran 3x2x1 cm yang tidak dapat digerakkan dari dasar.
Status lokalis Regio Abdomen, inspeksi: tidak terlihat benjolan, warna kulit sama
dengan warna kulit sekitar. Palpasi: teraba benjolan berjumlah 2 buah, pada abdomen
kuadran kanan atas dan kuadran kiri atas, berbentuk bulat, berbatas tegas dengan ukuran
1x1x1 cm, konsistensi padat keras, tidak dapat digerakkan dan nyeri pada perabaaan.
VI.DIAGNOSIS KERJA:
Tumor Mammae suspek ganas stadium III A (T3N2M0) dan tumor abdomen
Dasar diagnosis :
1. Jenis kelamin wanita (wanita:pria = 1000:1)
2. Usia 53 tahun resiko meningkat seiring dengan pertambahan usia
3. Penurunan berat badan (pakaian terasa lebih longgar) dalam waktu 4 bulan
curiga keganasan
4. Terdapat benjolan pada payudara kuadran lateral atas dengan ukuran 5.5x4x2
cm T3
5. Tampak retraksi puting
6. Terdapat pembesaran KGB infrasubskapuler pada puncak aksila kiri
berukuran 3x2x1 cm yang tidak dapat digerakkan dari dasar N2
7. Terdapat benjolan pada abdomen kuadran lateral atas kanan dan kiri yang
terasa nyeri disertai, tidak mengalami penjalaran, nyeri mendadak, tidak
dipengaruhi oleh waktu, baik sebelum ataupun sesudah mengkonsumsi
makanan, kembung(-), mual(-), muntah(-),demam (-). BAB normal, tidak
keras ataupun diare, frekuensi 1x sehari, berwarna kuning, dan tidak disertai
darah.
Kulit
dan
sclera
pasien
tidak
kuning,
serta
tidak
ada
: dubia ad malam
Qua ad fungsionam
: dubia ad malam
Qua ad sanationam
: dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi2
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan
tidak terkendali.
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel
menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik
menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
2. Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas.
Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen).
Klasifikasi2
Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah
tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun
penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan
tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan
pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu
histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan,
scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling
banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang
direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World Health
Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh
American Cancer Society dan American College of Surgeons).2
Pada sistem TNM1,2,3
TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor , "N" yaitu node
atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh.
Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga
sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara,
penilaian TNM sebagai berikut:
T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau
dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau
bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar
tumor utama
Stadium 0: T0 N0 M0
Stadium 1: T1 N0 M0
Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Gejala klinis1,2,3
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa:
1.Benjolan pada payudara
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula
kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan
perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
2.Erosi atau eksema puting susu
Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda
atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk
(peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu semakin
lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh
payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar,
sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas
Heagensen sebagai berikut:
terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema
kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter
lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
Pengobatan kanker2
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada
stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu:
1.Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut &
Pressman, 1992):
mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti
dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada
pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
2.Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih
tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi
lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb
dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
3.Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau
kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker
pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah
pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan
yang diberikan pada saat kemoterapi.
Strategi pencegahan2
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu
pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog
sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular
adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara,
pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri
dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
Pencagahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara
sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor resiko terkena
kanker payudara ini
2.Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena
kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan
populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan
deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining
melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker
payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining
dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit
pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker
payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas
mendeteksi secara dini menjadi 75%.
3.Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya
akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta
mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat
berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita.
Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.
Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan
dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.
Prognosis5
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh :
1.Stadium kanker
Semakin dini semakin baik prognosisnya.
Stadium
100%
98%
IIA
88%
IIB
76%
IIIA
56%
IIIB
49%
IV
16%
2. Tipe histopatologi
CIS (Carsinoma In Situ) mempunyai prognosis yang lebih baik dibandingkan invasif.
3. Reseptor hormon
Kanker yang mempunyai reseptor (+) dengan hormon memiliki prognosis lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
27,
2007.
[cited
2010
September
15].
Available:
http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/12/hati-hati-kanker-mengintaipayudara-anda
3. Breast Cancer. Wikipedia, the free encyclopedia. September 15, 2010. [cited 2010
September 15]. Available:
http://en.wikipedia.org/wiki/Breast_cancer#External_links
4. Diagnosis dan stadium kanker payudara. Pita pink peduli kanker payudara (situs
resmi yayasan kesehatan payudara Indonesia). 2005. [cited 2010 September 15].
Available: http://www.pitapink.com/id/pengobatan.php
5. Status Kanker Payudara.Scribd.2010. [cited 2010 September 15]. Available:
http://www.scribd.com/doc/20798551/Status-Kanker-Payudara
PRESENTASI KASUS
BEDAH UMUM
TUMOR MAMMAE
Pembimbing:
dr S.Marbun, Sp. B
Disusun oleh:
Mariana Felichiani
030.06.155