Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Ayi Tatang Juana
1305773
KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmanirrahim
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan revisi makalah dengan
judul Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Ekonomi. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Seminar Pendidikan Ekonomi.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr, H. Disman, M.S, selaku Pembimbing I sekaligus Dosen Mata
Kuliah Seminar Pendidikan Ekonomi yang telah bersedia meluangkan waktu,
tenaga, dan pemikirannya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini,
2. Ibu Dr. Sumartini, M.P. selaku Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam memberi masukan dan
membuka wawasan penulis dalam menyelesaikan makalah ini,
3. Orang tua dan saudara-saudara penulis, terimakasih yang tak terhingga atas
doa, bimbingan, serta kasih sayang yang selalu tercurah selama ini.
4. Teman-teman seperjuangan di kelas Pendidikan Ekonomi, atas semua
dukungan, semangat, serta kerjasamanya.
5. Seluruh civitas akademika Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas
Pendidikan Indonesia yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Maka
dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya
sehingga akhirnya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan
dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Amiin..
Bandung,
Mei
2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1
1.2
Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3
1.4
2.2
3.2
BAB IV PENUTUP...................................................................................................14
4.1
Kesimpulan....................................................................................................14
4.2
Saran..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Keterampilan berpikir kritis merupakan sebuah hal mendasar yang harus
dimiliki setiap orang dalam tahapan memecahkan suatu masalah. Sesuai dengan
salah satu cakupan kompetensi dalam Kurikulum 2013 yaitu peserta didik
mampu mengenal dan memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya, sekolah seyogyanya mampu
mengembangkan peserta didik menjadi pribadi yang dapat berpikir kritis dan
terampil memecahkan masalah, memiliki inovasi dan kreativitas, dapat
berkomunikasi, bekerjasama, dan memiliki pemahaman tentang teknologi untuk
menghadapi perubahan dan perkembangan zaman (Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan).
Kurikulum 2013 yang mulai diimplementasikan di setiap lembaga
pendidikan menggunakan pembelajaran langsung (direct teaching) dan tidak
langsung (indirect teaching), dalam pembelajaran langsung pengembangan
berpikir kritis menjadi ruang lingkup kajian khusus karena ranah ini terdapat
pada kompetensi inti 3 (pengetahuan) dan 4 (keterampilan) yang menekankan
pada proses belajar. Namun, permasalahan-permasalahan yang terkait dalam
pembelajaran klasik masih berpusat pada upaya meningkatkan hasil belajar siswa
dalam bentuk angka. Permasalahan yang sering terjadi di lapangan menunjukkan
proses pembelajaran yang berpusat pada siswa masih mengalami kendalakendala yang berkaitan dengan rendahnya tingkat kemampuan menganalisis,
kemudian rendahnya kemampuan siswa dalam merancang rencana penyelesaian
masalah, dan kurangnya pemahaman materi apersepsi yang mendukung proses
penyelesaian masalah. Hal ini juga didukung dengan penjelasan PISA
(Programme for International Student Assessment) yang berkoordinasi dengan
OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) Paris,
Perancis, mengemukakan bahwa prestasi literasi sains Indonesia pada tahun 2000
berada pada peringkat 38 dari 41 negara peserta dengan skor 393, pada tahun
2003 berada pada peringkat 38 dari 40 negara peserta dengan skor 395, tahun
2006 berada pada peringkat 50 dari 57 negara peserta dengan skor 393.
Sedangkan pada tahun 2009, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 65 negara
peserta dengan skor 383, dan tahun terakhir diadakannya program ini pada tahun
2012, Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara peserta dengan jumlah
skor sebesar 382 (OECD, 2012). Skor literasi sains yang diperoleh siswa
Indonesia tiap tahunnya masih jauh di bawah skor rata-rata Internasional yang
menetapkan standar 500. Sementara hasil penelitian program pembangunan PBB
(UNDP) tahun 2011 menunjukkan kualitas SDM Indonesia berada pada urutan
124 dari 198 negara, dengan nilai indeks pembangunan manusianya sebesar
0,617 dan berada pada kategori Low Human Development (The UNDP Human
Development Report, 2011). Pada tingkat kemampuan ini, siswa Indonesia hanya
mampu
mengingat
fakta,
istilah
dan
hukum-hukum
ilmiah
serta
model
pembelajaran
yang
mampu
meningkatkan
khasanah
teoritik
di bidang
ilmu
pendidikan,
terutama
pada
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan keterampilan yang harus dimiliki setiap orang dalam
berbagai situasi dan kesempatan untuk memecahkan persoalan kehidupan. Sangat
penting pula bagi seseorang untuk belajar tentang bagaimana berpikir kritis, karena
pada hakikatnya seseorang tidak serta merta mampu berpikir kritis tanpa melalui
proses belajar. Berpikir kritis adalah sebuah keterampilan yang didapatkan melalui
proses, bukan merupakan sifat yang diwariskan orang tua kepada anaknya. Untuk itu
perlu adanya upaya untuk mengajarkan tentang bagaimana berpikir kritis kepada
siswa di sekolah sedini mungkin.
Menurut Brownie dan Litwin (dalam Rickles, M. dkk, 2013) tidak ada
pernyataan yang jelas mengenai konsep dasar berpikir kritis, sebagian besar setuju
berpikir kritis tidak sekedar informasi recall atau aplikasi dari ide-ide. Sebaliknya,
berpikir kritis dapat dipahami sebagai keterampilan atau proses, bukan dari
pengetahuan. Berpikir kritis juga melibatkan sikap, kebiasaan, nilai-nilai, dan
perilaku. Sedangkan Baker dan Jones tahun 1981 (dalam Rickles, M., 2013)
menyatakan bahwa berpikir kritis sebagai pemikiran rasional yang terdiri kedua nalar
kritis dan kreatif dan melibatkan proses pembelajaran dua langkah. Pertama,
penalaran kritis mengevaluasi kecukupan logis dan empiris dari pernyataan. Kedua,
penalaran kreatif membela pernyataan logis dan empiris yang telah dibuat. Akibatnya,
berpikir kritis rasional dan tidak berdasarkan emosi, ideologi, keyakinan populer, atau
kebijaksanaan. Sejalan dengan ungkapan dari para peneliti diatas, Muhammad Yaumi
(dalam Maula, LN, 2014) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan proses
berpikir sistematis dalam mencari kebenaran dan membangun keyakinan terhadap
sesuatu yang dikaji dan ditelaah secara faktual dan realistis.
Susanto (2013: 125) mengemukakan lima indikator dalam berpikir kritis, yaitu:
a. Memberikan penjelasan sederhana, yang meliputi; (a) memfokuskan
pertanyaan, (b) menganalisis pertanyaan, (c) bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan
penjelasan
lanjut;
(a)
mendefinisikan
istilah
dan
kecerdasan
visual-spasial,
kecerdasan
kinestetik-jasmani,
menarik,
bermain
kata-kata,
mendengarkan
rekaman,
ilmuwan,
keterampilan
akuntan.
komputasi,
Kecerdasan
analisa
pola
ini
dan
melibatkan
hubungan,
sejumlah
kemampuan
gambar,
kemampuan
visualisasi,
kemampuan
berimajinasi,
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Model Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
Setiap anak memiliki gaya belajarnya masing-masing yang akan mendukung
hasil belajarnya, keragaman gaya belajar ini dilatarbelakangi oleh kecerdasan yang
dimiliki masing-masing individu. Rakmat (dalam Winarti, A. dkk, 2015) menyatakan
bahwa dalam dunia pendidikan kecerdasan masih didefinisikan secara sempit sebagai
IQ, yang sebenarnya hanya menunjukkan kecerdasan bahasa dan logika matematika.
Apresiasi diberikan kepada mereka yang memiliki IQ tinggi dengan memberi label
murid pandai, juara kelas, dan rangking tinggi. Sementara untuk orang-orang yang
memiliki talenta dalam kecerdasan lainnya seperti musikus, disainer, penari, dan lainlain kurang mendapat perhatian. Berdasarkan hal tersebut, Winarti A dkk (2015)
mengembangkan model pembelajaran CERDAS berbasis teori multiple intelligences
yang telah diujicobakan pada siswa SMPN 24 Banjarmasin dalam mata pelajaran
IPA. Model pembelajaran ini merupakan hasil penelitian pengembangan (Research
dan Development) yang telah divalidasi, hasil validasi model pembelajaran CERDAS
dilihat dari hasil penilaian validator terhadap Buku Model, yang meliputi penilaian
terhadap kekokohan landasan teoritis model, sintaks, kelogisan, dan kejelasan
komponen model (validaitas isi), serta penilaian terhadap keterkaitan antar semua
komponen dan aspek Model CERDAS (validitas konstruk).
Model CERDAS dinilai valid, baik secara isi maupun konstruk dengan rerata
skor sebesar 4,04 dari nilai maksimum 5,0. Model CERDAS valid ditinjau dari
kekokohan landasan teoritis yang mendasari model pembelajaran maupun dari aspek
konsistensi komponen-komponen model CERDAS secara internal. Berikut penjelasan
model pembelajaran berbasis MI yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa.
Langkah/
Sintaks
C; Cermin
Diri
E; Ekspose
Konsep
R; Rumuskan
keingintahuan
D; Dalami
Konsep
Kegiatan Guru
1.
Membimbing
siswa mengenali
diri sendiri
dengan meminta
siswa saling
bercerita tentang
diri mereka pada
teman
sebangkunya,
saling
mendengar dan
menuliskannya
dalam bentuk
sketsa atau
gambar.
2. Membimbing
siswa menilai
hasil
pekerjaannya
sendiri dan
merefleksi
kemajuan
belajarnya.
Memotivasi siswa agar
tertarik pada materi
pelajaran yang akan
diberikan melalui berbagai
kegiatan seperti membawa
benda asli, melakukan
demonstrasi yang menarik,
bermain game, dan
menunjukkan gambar.
1. Mengelompokka
n siswa dalam
kelompok
heterogen yang
terdiri atas siswa
dengan jenis
kecerdasan
berbeda.
2. Membimbing
siswa
merumuskan
pertanyaan yang
diminta dalam
LKS
Membimbing siswa
melakukan aktivitas
pembelajaran yang melatih
keterampilan berpikir kritis,
Kegiatan Siswa
Tujuan
Memperhatikan pengenalan
konsep yang diberikan guru dan
ikut terlibat dalam permainan
game, ataupun dalam
demonstrasi menarik yang
dilakukan.
1.
Secara berkelompok
berdiskusi merumuskan
pertanyaan yang ingin diketahui
jawabannya terkait materi yang
akan dipelajari
1.
2.
3.
2.
3.
4.
Melakukan aktivitas-aktivitas
yang melatih keterampilan
berpikir kritis, memecahkan
masalah, melakukan percobaan
1.
2.
Meningkatkan motivasi
Mengembangkan
kecerdasan interpersonal,
intrapersonal, verbal
linguistik dan visualspasial.
Membangun citra diri yang
positif
Mengembangkan
kecerdasan interpersonal
dan linguistik
Menumbuhkan curiosity,
Melatih keterampilan
proses
Menumbuhkan sikap kerja
sama
Mengembangkan berbagai
jenis kecerdasan
Membantu siswa
memahami materi
10
Langkah/
Sintaks
Kegiatan Guru
memecahkan masalah,
melakukan percobaan, dan
lain-lain.
A; Akui Bakat
1.
2.
S; Simpul
ingatan
Mengelompokka
n siswa dalam
kelompokkelompok yang
terdiri atas siswa
yang memiliki
jenis kecerdasan
yang sama
Membimbing
siswa melakukan
aktivitas
pembelajaran
Membimbing siswa
membuat rangkuman tentang
materi pelajaran yang telah
diberikan
Kegiatan Siswa
melalui kegiatan yang bersifat
hands on and mind on untuk
mengeksplorasi konsep.
1.
Membentuk kelompok
dengan siswa lain yang
memiliki kecerdasan sejenis
2. Siswa mengekspresikan
pemahaman tentang konsep
materi ekonomi yang
dipelajari melalui kegiatan
yang disukainya seperti
membuat puisi, membuat
lagu, menggambar, game,
dan memperesentasiknnya
secara bergiliran kepada
teman sekelompoknya.
3. Siswa lain mengomentari
relevansi materi yang
disampaikan oleh siswa
yang telah menjelaskan
hasil pekerjaannya.
Membuat rangkuman pada
kartu catatan dan melakukan
umpan balik
Tujuan
pelajaran
Meningkatkan memori
Meningkatkan aspek
afektif dan psikomotor
5. Menumbuhkan karakter
kerja sama, jujur, dan teliti
1. Mengembangkan
kecerdasan intra personal
dan verbal linguistik
2. Meningkatkan memori
jangka panjang (retensi)
3. Memperkaya struktur
kognitifMeningkatkan
motivasi instrinsik siswa
dalam belajar
3.
4.
Sumber : Winarti, A, dkk (Jurnal Kependidikan, Vol. 45, No. 1 Tahun 2015,
Hal. 16 28)
Beberapa tahapan dalam sintaks menunjukkan keterkaitan dengan teori-teori
belajar yang mendasarinya. Sebagai contoh, sintaks Rumuskan Keingintahuan yang
memberikan kesempatan pada siswa berdiskusi merumuskan pertanyaan tentang halhal yang ingin diketahuinya terkait materi pelajaran sejalan dengan teori Piaget
tentang konsep uilibrasi. Menurut Piaget (dalam Winarti, A, dkk: 2015) ketika
individu menghadapi hal-hal yang baru yang belum pernah dipelajarinya, ia berusaha
memahami semua itu melalui proses ekuilibrium yang melibatkan proses asimilasi
dan akomodasi.
Tahapan
selanjutnya
yaitu
merumuskan
pertanyaan,
siswa
mulai
mengidentifikasi hal-hal baru yang belum ada dalam struktur kognitifnya untuk
mempersiapkan apakah pengayaan kognisinya akan berlangsung secara asimilasi atau
11
akomodasi. Merumuskan pertanyaan dengan bantuan siswa lain ini sejalan dengan
teori Vygotsky tentang zone of proximal development yang menjelaskan bahwa
interaksi sosial dengan orang lain memacu pembangunan ide-ide baru dan
memperkaya
intelektual
siswa.
Tahapan
lainnya
yaitu
sintaks
Rumuskan
12
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi umat manusia. Dengan demikian, konsep
kecerdasan dari beberapa difinisi yang disampaikan oleh para ahli tidak hanya
terpaku pada kemampuan akademik, namun di dalamnya mencakup sejumlah
kemampuan seseorang, baik fisik maupun psikis yang bekerja secara simultan untuk
memecahkan masalah, menyesuaikan diri, merespons stimulus secara tepat dan benar,
dan sebagainya.
Hasil penelitian Maula LN (2014) tentang penerapan pembelajaran berbasis
kecerdasan majemuk untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
menunjukkan bahwa proses belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam diri siswa
dan faktor-faktor di luar diri siswa, salah satu faktor yang mempengaruhi dari dalam
diri siswa yaitu kecerdasan. Besar indeks gain untuk kelas eksperimen yang
menggunakan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk menunjukkan angka
sebesar 0,333 yang artinya ada peningkatan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian lain
yang dilakukan Tores dan Cano (dalam Clark dan Raines, 2015) menunjukkan bahwa
kecerdasan membentuk gaya belajar siswa dan pengaruhnya terhadap keterampilan
berpikir kritis ditunjukkan oleh nilai korelasi r = .36, artinya kontribusi gaya belajar
siswa terhadap keterampilan berpikir kritis. Sejalan dengan hasil penelitian di atas,
kecerdasan merupakan potensi diri yang mampu digunakan dalam menyelesaikan
masalah, kecerdasan juga merupakan kemampuan mengolah informasi dan dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Karsini, dkk (2014) menunjukkan bahwa
pembelajaran Tipe Cooperative Learning dengan menggunakan Teknik Two Stay Two
Stray meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dengan nilai r = 0,512.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan Purwanto, dkk (2014) pada mata pelajaran
Sosiologi dengan model Inquiri dengan metode diskusi dan observasi berpengaruh
pada keterampilan berpikir kritis siswa SMAN 7 Yogyakarta. Sejalan dengan
penelitian sebelumnya, penelitian Tinjung Sari, dkk (2015) pada siswa SMA Negeri 3
Surakarta menunjukkan pembelajaran dengan Model Problem Based Learning
dengan metode diskusi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil
13
belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan nilai rata-rata untuk 2 siklus
sebesar 82,2, penilaian pada penelitian ini didasarkan pada indikator-indikator dari
keterampilan berpikir kritis. Dari hasil penelitian diatas, pembelajaran dengan teknik
TSTS, metode Inquiri, maupun Model Problem Based Learning ini bertumpu pada
kecerdasan dominan yang dimiliki peserta didik yaitu kecerdasan verbal,
intrapersonal, kinestetik, logical-matematical, dan interpersonal, sehingga peserta
didik mampu untuk meningkatkan keterampilannya dalam berpikir kritis.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Model pembelajaran CERDAS berbasis Multiple Intelligences
berdasarkan pada pondasi teori-teori belajar yang relevan, seperti teori
perkembangan dari Piaget, teori perkembangan sosial dari Vygotsky dan
teori Multiple Intelligences dari Gardner. Model pembelajaran ini
dirumuskan dalam 6 tahapan, yaitu 1) mengenali kemampuan diri sendiri,
2) ekspose konsep, 3) rumuskan keingintahuan, 4) mendalami konsep, 5)
mengakui bakat, 6) dan menyimpulkan ingatan. Model ini dapat menjadi
salah satu referensi bagi guru karena setiap tahapan pembelajaran
memuat upaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
4.1.2 Hasil beberapa penelitian yang mengkaji peningkatan keterampilan
berpikir kritis menunjukkan bahwa pembelajaran cooperative learning
dengan teknik Two Stray Two Stay, metode Inquiri, dan Model Problem
Based Learning bertumpu pada kecerdasan dominan peserta didik yaitu
kecerdasan verbal, intrapersonal, kinestetik, logical-matematical, dan
interpersonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
14
15
16
: FPEB 13-3-05
Waktu
: 9.40 WIB
Penyaji
a. Judul Makalah :
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Ekonomi
b. Penanya:
1. Farah Fauziah:
Bagaimana implementasi serta kelebihan dan kekurangan dari model
pembelajaran CERDAS berbasis Multiple Intelligences?
2. Friska N Matondang:
Apakah semua KD dalam mata pelajaran ekonomi dapat menggunakan
Model CERDAS? Teori-teori pembelajaran apa saja selain dari Teori
Multiple Intelligences
CERDAS?
3. Okina Oda Sinaga
17
18
19