Вы находитесь на странице: 1из 23

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI


MAKALAH
diajukan kepada Tim Dosen sebagai salah satu tugas mata kuliah Seminar
Pendidikan Ekonomi

Oleh:
Ayi Tatang Juana
1305773

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmanirrahim
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan revisi makalah dengan
judul Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Ekonomi. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Seminar Pendidikan Ekonomi.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr, H. Disman, M.S, selaku Pembimbing I sekaligus Dosen Mata
Kuliah Seminar Pendidikan Ekonomi yang telah bersedia meluangkan waktu,
tenaga, dan pemikirannya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini,
2. Ibu Dr. Sumartini, M.P. selaku Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam memberi masukan dan
membuka wawasan penulis dalam menyelesaikan makalah ini,
3. Orang tua dan saudara-saudara penulis, terimakasih yang tak terhingga atas
doa, bimbingan, serta kasih sayang yang selalu tercurah selama ini.
4. Teman-teman seperjuangan di kelas Pendidikan Ekonomi, atas semua
dukungan, semangat, serta kerjasamanya.
5. Seluruh civitas akademika Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas
Pendidikan Indonesia yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Maka
dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya
sehingga akhirnya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan
dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Amiin..

Bandung,

Mei

2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1

Latar Belakang Masalah..................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah...........................................................................................3

1.3

Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................4

1.4

Manfaat Penulisan Makalah............................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................5


2.1

Konsep Dasar Keterampilan Berpikir Kritis...................................................5

2.2

Teori Multiple Intelligences............................................................................6

BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................9


3.1

Gambaran Model Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences...................9

3.2

Keterkaitan Kecerdasan dan Keterampilan Berpikir Kritis Serta Implikasinya


Terhadap Hasil Belajar Siswa........................................................................12

BAB IV PENUTUP...................................................................................................14
4.1

Kesimpulan....................................................................................................14

4.2

Saran..............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Keterampilan berpikir kritis merupakan sebuah hal mendasar yang harus
dimiliki setiap orang dalam tahapan memecahkan suatu masalah. Sesuai dengan
salah satu cakupan kompetensi dalam Kurikulum 2013 yaitu peserta didik
mampu mengenal dan memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya, sekolah seyogyanya mampu
mengembangkan peserta didik menjadi pribadi yang dapat berpikir kritis dan
terampil memecahkan masalah, memiliki inovasi dan kreativitas, dapat
berkomunikasi, bekerjasama, dan memiliki pemahaman tentang teknologi untuk
menghadapi perubahan dan perkembangan zaman (Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan).
Kurikulum 2013 yang mulai diimplementasikan di setiap lembaga
pendidikan menggunakan pembelajaran langsung (direct teaching) dan tidak
langsung (indirect teaching), dalam pembelajaran langsung pengembangan
berpikir kritis menjadi ruang lingkup kajian khusus karena ranah ini terdapat
pada kompetensi inti 3 (pengetahuan) dan 4 (keterampilan) yang menekankan
pada proses belajar. Namun, permasalahan-permasalahan yang terkait dalam
pembelajaran klasik masih berpusat pada upaya meningkatkan hasil belajar siswa
dalam bentuk angka. Permasalahan yang sering terjadi di lapangan menunjukkan
proses pembelajaran yang berpusat pada siswa masih mengalami kendalakendala yang berkaitan dengan rendahnya tingkat kemampuan menganalisis,
kemudian rendahnya kemampuan siswa dalam merancang rencana penyelesaian
masalah, dan kurangnya pemahaman materi apersepsi yang mendukung proses
penyelesaian masalah. Hal ini juga didukung dengan penjelasan PISA
(Programme for International Student Assessment) yang berkoordinasi dengan
OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) Paris,
Perancis, mengemukakan bahwa prestasi literasi sains Indonesia pada tahun 2000
berada pada peringkat 38 dari 41 negara peserta dengan skor 393, pada tahun

2003 berada pada peringkat 38 dari 40 negara peserta dengan skor 395, tahun
2006 berada pada peringkat 50 dari 57 negara peserta dengan skor 393.
Sedangkan pada tahun 2009, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 65 negara
peserta dengan skor 383, dan tahun terakhir diadakannya program ini pada tahun
2012, Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara peserta dengan jumlah
skor sebesar 382 (OECD, 2012). Skor literasi sains yang diperoleh siswa
Indonesia tiap tahunnya masih jauh di bawah skor rata-rata Internasional yang
menetapkan standar 500. Sementara hasil penelitian program pembangunan PBB
(UNDP) tahun 2011 menunjukkan kualitas SDM Indonesia berada pada urutan
124 dari 198 negara, dengan nilai indeks pembangunan manusianya sebesar
0,617 dan berada pada kategori Low Human Development (The UNDP Human
Development Report, 2011). Pada tingkat kemampuan ini, siswa Indonesia hanya
mampu

mengingat

fakta,

istilah

dan

hukum-hukum

ilmiah

serta

menggunakannya dalam menarik kesimpulan ilmiah yang sederhana. Literasi


yang di ukur oleh lembaga ini menggunakan pengetahuan dan mengidentifikasi
masalah untuk memahami fakta-fakta dan membuat keputusan tentang alam serta
perubahan yang terjadi pada lingkungan.
Ilmu ekonomi merupakan kajian yang bersifat teoritis dan praktis yang
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi sebagian besar siswa
masih mengalami kesulitan dalam memahami dan menganalisis materi ekonomi
yang diberikan karena kegiatan pembelajaran hanya sebatas pada penyampaian
pengetahuan dari guru. Hal ini berdampak pada aspek psikologis siswa yang
kemudian menganggap bahwa mata pelajaran ekonomi sulit untuk dipelajari
karena terdapat perhitungan matematis dan kurva dengan bahasan baku, ketika
anggapan tersebut telah kuat tertanam dipikiran siswa maka proses transformasi
ilmu pengetahuan yang menjadi inti dari pendidikan tidak akan terjadi.
Berdasar pada permasalahan tersebut, teori yang dapat dikaji dalam
makalah ini yaitu hakikat pembelajaran konstruktivistik (Brooks & Brooks,
1993) yang menyatakan bahwa pengetahuan bersifat non-objektif, bersifat
temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan

pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta


interpretasi. Sementara mengajar dapat diartikan menata lingkungan agar siswa
termotivasi dalam menggali makna dari permasalahan. Atas dasar ini, siswa
memiliki kemampuan belajar dan berpikir kritis yang berbeda terhadap
pengetahuan tergantung pada pengalaman dan perspektif yang digunakan dalam
menginterpretasikannya.
Setiap peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui
pengalaman, gaya belajar, orientasi dan pendekatan untuk belajar serta tingkat
perkembangan intelektualnya masing-masing. Berdasarkan pada hal tersebut,
selain dengan teori konstruktivistik yang dikemukakan oleh Brooks, pembahasan
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan pula
dengan Teori Multiple Intelligences (MI) Gardner, dan Teori Perkembangan
Kognitif Piaget yang akan dirumuskan dalam 6 tahapan, yaitu 1) mengenali
kemampuan diri sendiri, 2) ekspose konsep, 3) rumuskan keingintahuan, 4)
mendalami konsep, 5) mengakui bakat, 6) dan menyimpulkan ingatan (diadaptasi
dari model pembelajaran cerdas, Atiek Winarti, dkk).
Berkenaan dengan urgensi peningkatan berpikir kritis peserta didik dalam
mata pelajaran ekonomi, perlu disusun sebuah makalah yang mampu menjadi
wahana bagi guru untuk memperoleh wawasan, pengetahuan, dan konsep
keilmuan berkenaan dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis dalam mata
pelajaran ekonomi. Oleh sebab itu, penulis menulis sebuah makalah yang
bertajuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Mata
Pelajaran Ekonomi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran model pembelajaran yang mampu meningkatkan
keterampilan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran ekonomi
berdasarkan Teori Multiple Intelligences dan Teori Konstruktivistik?

2. Bagaimana urgensi serta keterkaitan keterampilan berpikir kritis dengan


hasil belajar peserta didik?

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH


Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui dan menganalisis :
1. Gambaran

model

pembelajaran

yang

mampu

meningkatkan

keterampilan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran ekonomi


berdasarkan Teori Multiple Intelligences dan Teori Konstruktivistik.
2. Urgensi serta keterkaitan keterampilan berpikir kritis dengan hasil
belajar peserta didik,
1.4 MANFAAT PENULISAN MAKALAH
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritik maupun secara praktis.
1. Penulis, pembahasan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan

khasanah

teoritik

di bidang

ilmu

pendidikan,

terutama

pada

pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan


berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran ekonomi.
2. Pembaca/guru, sebagai media informasi mengenai metode atau cara
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam mata pelajaran
ekonomi dengan pembahasan teori-teori belajar yang relevan.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan keterampilan yang harus dimiliki setiap orang dalam
berbagai situasi dan kesempatan untuk memecahkan persoalan kehidupan. Sangat
penting pula bagi seseorang untuk belajar tentang bagaimana berpikir kritis, karena
pada hakikatnya seseorang tidak serta merta mampu berpikir kritis tanpa melalui
proses belajar. Berpikir kritis adalah sebuah keterampilan yang didapatkan melalui
proses, bukan merupakan sifat yang diwariskan orang tua kepada anaknya. Untuk itu
perlu adanya upaya untuk mengajarkan tentang bagaimana berpikir kritis kepada
siswa di sekolah sedini mungkin.
Menurut Brownie dan Litwin (dalam Rickles, M. dkk, 2013) tidak ada
pernyataan yang jelas mengenai konsep dasar berpikir kritis, sebagian besar setuju
berpikir kritis tidak sekedar informasi recall atau aplikasi dari ide-ide. Sebaliknya,
berpikir kritis dapat dipahami sebagai keterampilan atau proses, bukan dari
pengetahuan. Berpikir kritis juga melibatkan sikap, kebiasaan, nilai-nilai, dan
perilaku. Sedangkan Baker dan Jones tahun 1981 (dalam Rickles, M., 2013)
menyatakan bahwa berpikir kritis sebagai pemikiran rasional yang terdiri kedua nalar
kritis dan kreatif dan melibatkan proses pembelajaran dua langkah. Pertama,
penalaran kritis mengevaluasi kecukupan logis dan empiris dari pernyataan. Kedua,
penalaran kreatif membela pernyataan logis dan empiris yang telah dibuat. Akibatnya,
berpikir kritis rasional dan tidak berdasarkan emosi, ideologi, keyakinan populer, atau
kebijaksanaan. Sejalan dengan ungkapan dari para peneliti diatas, Muhammad Yaumi
(dalam Maula, LN, 2014) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan proses
berpikir sistematis dalam mencari kebenaran dan membangun keyakinan terhadap
sesuatu yang dikaji dan ditelaah secara faktual dan realistis.
Susanto (2013: 125) mengemukakan lima indikator dalam berpikir kritis, yaitu:
a. Memberikan penjelasan sederhana, yang meliputi; (a) memfokuskan
pertanyaan, (b) menganalisis pertanyaan, (c) bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan

b. Membangun keterampilan dasar; (a) mempertimbangkan kredibilitas sumber,


(b) mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
c. Menyimpulkan; (a) mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (b)
membuat dan mempertimbangkan nilai pertimbangan
d. Membuat

penjelasan

lanjut;

(a)

mendefinisikan

istilah

dan

mempertimbangkan definisi, (b) mengidentifikasi asumsi


e. Strategi dan taktik ; (a) menentukan tindakan, (b) berinteraksi dengan orang.
Kaitan berpikir kritis dengan hasil belajar dalam Kurikulum 2013 yaitu siswa
dituntut untuk mampu mengembangkan pembiasaan berpikir efektif dan produktif
dengan penugasan yang menuntut siswa kritis terhadap pikirannya sendiri. Hal ini
didukung dengan arahan dari Kurikulum 2013 agar proses belajar mengajar berada
pada ranah berpikir tingkat tinggi. Begitupula dalam proses kegiatan belajar mengajar
materi Ekonomi, seyogyanya dapat menciptakan suatu proses belajar dengan kondisi
yang mengarahkan peserta didik untuk mampu membuat suatu analisis pilihan dalam
kehidupan sehari-harinya dengan menggunakan konsep-konsep ilmu ekonomi.
Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keterampilan berpikir kritis dengan
hasil belajar siswa yang dievaluasi melalui proses belajar mengingat bahwa dalam
implementasi Kurikulum 2013 pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analitis
(mengambil keputusan) bukan hanya berpikir secara mekanis.
2.2 Teori Multiple Intelligences
Tokoh pencetus teori kecerdasan ganda adalah Howard Gardner dari Havard
University. Howard Gardner adalah seorang psikolog beraliran humanistik. Tahun
1983 ia menulis buku berjudul Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences.
Menurutnya, ada tujuh macam kecerdasan, yaitu: kecerdasan linguistik, kecerdasan
logis-matematis,

kecerdasan

visual-spasial,

kecerdasan

kinestetik-jasmani,

kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal. Namun


dalam bukunya yang mutakhir Are There Additional Intelligences? (1998), Howard
Gardner menambahkan 3 kecerdasan, yaitu: kecerdasan naturalis, kecerdasan
spiritual, dan kecerdasan eksistensial. Dalam perjalanan waktu, meskipun Howard
menyatakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan salah satu kecerdasan yang
6

dimiliki seseorang, dalam bukunya yang paling mutakhir Multiple Intelligences:


New Horizons (2006), ia kurang yakin tentang bagaimana mendefinisikan dan
memasukkan kecerdasan spiritual dan eksistensial sebagai salah satu kecerdasan
manusia. Sebab di sisi lain, kedua kecerdasan ini sampai sekarang masih menjadi
perdebatan bagaimana mengukurnya. Berikut penjelasan dari 8 kecerdasan majemuk
yang dikemukakan oleh Gardner sebagaimana dikutip dalam jurnal penelitian
Kwartolo (2012).
1. Kecerdasan verbal, kecerdasan ini merujuk pada kemampuan seseorang dalam
membaca, menulis, berbicara (berkomunikasi). Anak yang memiliki
kecerdasan verbal cocok menjadi seorang penyair, jurnalis, ilmuwan.
Kemampuan verbal dapat dilatih dengan cara belajar bahasa baru, membaca
buku-buku

menarik,

bermain

kata-kata,

mendengarkan

rekaman,

menggunakan komputer, dan berpartisipasi dalam percakapan dan diskusi


online.
2. Kecerdasan logis matematis, kecerdasan ini merujuk pada kemampuan
seseorang dalam berhitung, berpikir sistematis, berpikir logis. Anak yang
memiliki kecerdasan logis-matematis cocok menjadi seorang insinyur, ahli
ekonomi,

ilmuwan,

keterampilan

akuntan.

komputasi,

Kecerdasan

analisa

pola

ini

dan

melibatkan
hubungan,

sejumlah

kemampuan

memecahkan berbagai masalah secara logis, memprediksi ketepatan waktu.


Kecerdasan logismatematis dapat dilatih melalui klasifikasi dan urutan
kegiatan, permainan, bermain logika, teka-teki.
3. Kecerdasan visual spasial, kecerdasan ini merujuk pada kemampuan berpikir
melalui

gambar,

kemampuan

visualisasi,

kemampuan

berimajinasi,

kemampuan membuat dan memanipulasi gambar mental. Kecerdasan spasial


dapat dikembangkan melalui aktivitas menggambar, melukis mematung,
observasi, memecahkan labirin, dan tugas-tugas spasial lainnya, dan latihan
dalam gambaran dan imajinasi aktif. Anak yang memiliki kecerdasan spasial
cocok menjadi seorang arsitek, artis, pemahat, fotografer, perencana strategik.

4. Kecerdasan kinestik-jasmani, kecerdasan ini merujuk pada kemampuan


seseorang dalam menggunakan badannya secara optimal yang berujung pada
prestasi. Dalam hal ini melibatkan koordinasi fisik secara tangkas,
keterampilan motorik halus dan kasar. Seseorang yang memiliki kecerdasan
kinestik-jasmani cocok menjadi penari, atlet, pesenam, aktor. Kecerdasan ini
dapat dilatih dengan menari, olahraga, dan bela diri.
5. Kecerdasan musikal, kecerdasan ini merujuk pada kemampuan seseorang
dalam bermain berbagai alat musik, bernyanyi, mencipta lagu, mengubah
lagu, atau mengaransemen lagu. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini
cocok menjadi komposer, penyanyi, pianis, atau pencipta lagu.
6. Kecerdasan interpersonal, kecerdasan ini merujuk pada kemampuan seseorang
dalam bekerja secara efektif dengan orang lain, memiliki simpati dan
pengertian, menghayati motivasi dan tujuan seseorang. Seseorang yang
memiliki kecerdasan ini cocok menjadi seorang guru, politikus, atau pemuka
agama.
7. Kecerdasan intrapersonal, kecerdasan ini merujuk pada kemampuan seseorang
dalam analisis diri, melakukan refleksi, menilai keberhasilan orang lain,
menilai eksistensi orang lain, memahami diri dan orang lain. Seseorang yang
memiliki kecerdasan ini cocok menjadi seorang ahli filsafat (filsuf), atau
konselor.
8. Kecerdasan naturalis, seseorang yang memiliki kecerdasan naturalis
ditunjukkan dengan keahlian dalam melakukan klasifikasi dari banyak spesies
flora dan fauna, termasuk bentuk bentuk batuan dan jenis gunung, dan
pengetahuannya tentang alam diterapkan dalam pertanian, pertambangan.

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Model Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
Setiap anak memiliki gaya belajarnya masing-masing yang akan mendukung
hasil belajarnya, keragaman gaya belajar ini dilatarbelakangi oleh kecerdasan yang
dimiliki masing-masing individu. Rakmat (dalam Winarti, A. dkk, 2015) menyatakan
bahwa dalam dunia pendidikan kecerdasan masih didefinisikan secara sempit sebagai
IQ, yang sebenarnya hanya menunjukkan kecerdasan bahasa dan logika matematika.
Apresiasi diberikan kepada mereka yang memiliki IQ tinggi dengan memberi label
murid pandai, juara kelas, dan rangking tinggi. Sementara untuk orang-orang yang
memiliki talenta dalam kecerdasan lainnya seperti musikus, disainer, penari, dan lainlain kurang mendapat perhatian. Berdasarkan hal tersebut, Winarti A dkk (2015)
mengembangkan model pembelajaran CERDAS berbasis teori multiple intelligences
yang telah diujicobakan pada siswa SMPN 24 Banjarmasin dalam mata pelajaran
IPA. Model pembelajaran ini merupakan hasil penelitian pengembangan (Research
dan Development) yang telah divalidasi, hasil validasi model pembelajaran CERDAS
dilihat dari hasil penilaian validator terhadap Buku Model, yang meliputi penilaian
terhadap kekokohan landasan teoritis model, sintaks, kelogisan, dan kejelasan
komponen model (validaitas isi), serta penilaian terhadap keterkaitan antar semua
komponen dan aspek Model CERDAS (validitas konstruk).
Model CERDAS dinilai valid, baik secara isi maupun konstruk dengan rerata
skor sebesar 4,04 dari nilai maksimum 5,0. Model CERDAS valid ditinjau dari
kekokohan landasan teoritis yang mendasari model pembelajaran maupun dari aspek
konsistensi komponen-komponen model CERDAS secara internal. Berikut penjelasan
model pembelajaran berbasis MI yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa.

Tabel 3.1 Sintaks Model Pembelajaran CERDAS berbasis Multiple


Intelligences

Langkah/
Sintaks
C; Cermin
Diri

E; Ekspose
Konsep

R; Rumuskan
keingintahuan

D; Dalami
Konsep

Kegiatan Guru
1.

Membimbing
siswa mengenali
diri sendiri
dengan meminta
siswa saling
bercerita tentang
diri mereka pada
teman
sebangkunya,
saling
mendengar dan
menuliskannya
dalam bentuk
sketsa atau
gambar.
2. Membimbing
siswa menilai
hasil
pekerjaannya
sendiri dan
merefleksi
kemajuan
belajarnya.
Memotivasi siswa agar
tertarik pada materi
pelajaran yang akan
diberikan melalui berbagai
kegiatan seperti membawa
benda asli, melakukan
demonstrasi yang menarik,
bermain game, dan
menunjukkan gambar.
1. Mengelompokka
n siswa dalam
kelompok
heterogen yang
terdiri atas siswa
dengan jenis
kecerdasan
berbeda.
2. Membimbing
siswa
merumuskan
pertanyaan yang
diminta dalam
LKS
Membimbing siswa
melakukan aktivitas
pembelajaran yang melatih
keterampilan berpikir kritis,

Kegiatan Siswa

Tujuan

Siswa mengenali dirinya sendiri 1.


2.
dengan melakukan:
1. Saling bercerita tentang diri
sendiri kepada teman lain,
siswa yang menjadi
pendengar menuliskan
cerita tersebut dalam bentuk 3.
sketsa atau gambar.
2. Menilai hasil karya sendiri
dan merefleksi kemajuan
belajar.

Memperhatikan pengenalan
konsep yang diberikan guru dan
ikut terlibat dalam permainan
game, ataupun dalam
demonstrasi menarik yang
dilakukan.

1.

Secara berkelompok
berdiskusi merumuskan
pertanyaan yang ingin diketahui
jawabannya terkait materi yang
akan dipelajari

1.

2.
3.

2.
3.
4.

Melakukan aktivitas-aktivitas
yang melatih keterampilan
berpikir kritis, memecahkan
masalah, melakukan percobaan

1.
2.

Meningkatkan motivasi
Mengembangkan
kecerdasan interpersonal,
intrapersonal, verbal
linguistik dan visualspasial.
Membangun citra diri yang
positif

Mengaktifkan semua jenis


kecerdasan
Membangkitkan minat
Mengembangkan berbagai
jenis kecerdasan

Mengembangkan
kecerdasan interpersonal
dan linguistik
Menumbuhkan curiosity,
Melatih keterampilan
proses
Menumbuhkan sikap kerja
sama

Mengembangkan berbagai
jenis kecerdasan
Membantu siswa
memahami materi

10

Langkah/
Sintaks

Kegiatan Guru
memecahkan masalah,
melakukan percobaan, dan
lain-lain.

A; Akui Bakat

1.

2.

S; Simpul
ingatan

Mengelompokka
n siswa dalam
kelompokkelompok yang
terdiri atas siswa
yang memiliki
jenis kecerdasan
yang sama
Membimbing
siswa melakukan
aktivitas
pembelajaran

Membimbing siswa
membuat rangkuman tentang
materi pelajaran yang telah
diberikan

Kegiatan Siswa
melalui kegiatan yang bersifat
hands on and mind on untuk
mengeksplorasi konsep.

1.

Membentuk kelompok
dengan siswa lain yang
memiliki kecerdasan sejenis
2. Siswa mengekspresikan
pemahaman tentang konsep
materi ekonomi yang
dipelajari melalui kegiatan
yang disukainya seperti
membuat puisi, membuat
lagu, menggambar, game,
dan memperesentasiknnya
secara bergiliran kepada
teman sekelompoknya.
3. Siswa lain mengomentari
relevansi materi yang
disampaikan oleh siswa
yang telah menjelaskan
hasil pekerjaannya.
Membuat rangkuman pada
kartu catatan dan melakukan
umpan balik

Tujuan
pelajaran
Meningkatkan memori
Meningkatkan aspek
afektif dan psikomotor
5. Menumbuhkan karakter
kerja sama, jujur, dan teliti
1. Mengembangkan
kecerdasan intra personal
dan verbal linguistik
2. Meningkatkan memori
jangka panjang (retensi)
3. Memperkaya struktur
kognitifMeningkatkan
motivasi instrinsik siswa
dalam belajar
3.
4.

Sumber : Winarti, A, dkk (Jurnal Kependidikan, Vol. 45, No. 1 Tahun 2015,
Hal. 16 28)
Beberapa tahapan dalam sintaks menunjukkan keterkaitan dengan teori-teori
belajar yang mendasarinya. Sebagai contoh, sintaks Rumuskan Keingintahuan yang
memberikan kesempatan pada siswa berdiskusi merumuskan pertanyaan tentang halhal yang ingin diketahuinya terkait materi pelajaran sejalan dengan teori Piaget
tentang konsep uilibrasi. Menurut Piaget (dalam Winarti, A, dkk: 2015) ketika
individu menghadapi hal-hal yang baru yang belum pernah dipelajarinya, ia berusaha
memahami semua itu melalui proses ekuilibrium yang melibatkan proses asimilasi
dan akomodasi.
Tahapan

selanjutnya

yaitu

merumuskan

pertanyaan,

siswa

mulai

mengidentifikasi hal-hal baru yang belum ada dalam struktur kognitifnya untuk
mempersiapkan apakah pengayaan kognisinya akan berlangsung secara asimilasi atau

11

akomodasi. Merumuskan pertanyaan dengan bantuan siswa lain ini sejalan dengan
teori Vygotsky tentang zone of proximal development yang menjelaskan bahwa
interaksi sosial dengan orang lain memacu pembangunan ide-ide baru dan
memperkaya

intelektual

siswa.

Tahapan

lainnya

yaitu

sintaks

Rumuskan

Keingintahuan telah relevan dengan Teori Multiple Intelligences (Kwartolo, 2012)


yang menyatakan bahwa penggunaan strategi curah gagasan dan kerja kelompok
memacu perkembangan kecerdasan interpersonal.
Tahapan lain yang sesuai dengan teori belajar Multiple Intelligences dan teori
Piaget tentang keunikan struktur kognitif individu yaitu Sintaks Akui Bakat yang
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengekspresikan pemahaman tentang
konsep yang dipelajari menurut kecerdasan dominannya, selain itu pada tahap ini
siswa terdorong untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam unjuk kerja
atau presentasi dan penyampaian pendapat mengenai relevansi materi yang telah
disampaikan siswa lain.
3.2 Keterkaitan Kecerdasan dan Keterampilan Berpikir Kritis Serta
Implikasinya Terhadap Hasil Belajar Siswa
Menurut Claporede dan Stern seperti dikutip dalam Kwartolo (2012),
intelegensi diartikan sebagai penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau
kondisi baru. Sedangkan K. Bulber mendifinisikan intelegensi sebagai perbuatan
yang disertai dengan pemahaman atau pengertian. Tokoh dunia pendidikan lain yaitu
David Wechsler (1958), berpendapat intelegensi adalah kemampuan individu untuk
berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan
secara efektif. Sedangkan Asri Budiningsih (2005) berpendapat, kecerdasan adalah
suatu kemampuan memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan
di dalam latar budaya tertentu. Rentang masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai
dari yang sederhana sampai yang kompleks termasuk mulai dari upaya mengakhiri
cerita, menentukan langkah-langkah permainan catur, menambal selimut yang sobek,
sampai menghasilkan teori-teori, komposisi musik dan politik. Seseorang dikatakan
cerdas bila ia dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu

12

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi umat manusia. Dengan demikian, konsep
kecerdasan dari beberapa difinisi yang disampaikan oleh para ahli tidak hanya
terpaku pada kemampuan akademik, namun di dalamnya mencakup sejumlah
kemampuan seseorang, baik fisik maupun psikis yang bekerja secara simultan untuk
memecahkan masalah, menyesuaikan diri, merespons stimulus secara tepat dan benar,
dan sebagainya.
Hasil penelitian Maula LN (2014) tentang penerapan pembelajaran berbasis
kecerdasan majemuk untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
menunjukkan bahwa proses belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam diri siswa
dan faktor-faktor di luar diri siswa, salah satu faktor yang mempengaruhi dari dalam
diri siswa yaitu kecerdasan. Besar indeks gain untuk kelas eksperimen yang
menggunakan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk menunjukkan angka
sebesar 0,333 yang artinya ada peningkatan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian lain
yang dilakukan Tores dan Cano (dalam Clark dan Raines, 2015) menunjukkan bahwa
kecerdasan membentuk gaya belajar siswa dan pengaruhnya terhadap keterampilan
berpikir kritis ditunjukkan oleh nilai korelasi r = .36, artinya kontribusi gaya belajar
siswa terhadap keterampilan berpikir kritis. Sejalan dengan hasil penelitian di atas,
kecerdasan merupakan potensi diri yang mampu digunakan dalam menyelesaikan
masalah, kecerdasan juga merupakan kemampuan mengolah informasi dan dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Karsini, dkk (2014) menunjukkan bahwa
pembelajaran Tipe Cooperative Learning dengan menggunakan Teknik Two Stay Two
Stray meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dengan nilai r = 0,512.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan Purwanto, dkk (2014) pada mata pelajaran
Sosiologi dengan model Inquiri dengan metode diskusi dan observasi berpengaruh
pada keterampilan berpikir kritis siswa SMAN 7 Yogyakarta. Sejalan dengan
penelitian sebelumnya, penelitian Tinjung Sari, dkk (2015) pada siswa SMA Negeri 3
Surakarta menunjukkan pembelajaran dengan Model Problem Based Learning
dengan metode diskusi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil

13

belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan nilai rata-rata untuk 2 siklus
sebesar 82,2, penilaian pada penelitian ini didasarkan pada indikator-indikator dari
keterampilan berpikir kritis. Dari hasil penelitian diatas, pembelajaran dengan teknik
TSTS, metode Inquiri, maupun Model Problem Based Learning ini bertumpu pada
kecerdasan dominan yang dimiliki peserta didik yaitu kecerdasan verbal,
intrapersonal, kinestetik, logical-matematical, dan interpersonal, sehingga peserta
didik mampu untuk meningkatkan keterampilannya dalam berpikir kritis.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Model pembelajaran CERDAS berbasis Multiple Intelligences
berdasarkan pada pondasi teori-teori belajar yang relevan, seperti teori
perkembangan dari Piaget, teori perkembangan sosial dari Vygotsky dan
teori Multiple Intelligences dari Gardner. Model pembelajaran ini
dirumuskan dalam 6 tahapan, yaitu 1) mengenali kemampuan diri sendiri,
2) ekspose konsep, 3) rumuskan keingintahuan, 4) mendalami konsep, 5)
mengakui bakat, 6) dan menyimpulkan ingatan. Model ini dapat menjadi
salah satu referensi bagi guru karena setiap tahapan pembelajaran
memuat upaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
4.1.2 Hasil beberapa penelitian yang mengkaji peningkatan keterampilan
berpikir kritis menunjukkan bahwa pembelajaran cooperative learning
dengan teknik Two Stray Two Stay, metode Inquiri, dan Model Problem
Based Learning bertumpu pada kecerdasan dominan peserta didik yaitu
kecerdasan verbal, intrapersonal, kinestetik, logical-matematical, dan
interpersonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa

14

merupakan intrepretasi dari keterampilan berpikir kritis, dengan


kecerdasan majemuk sebagai variabel perantara.
4.2 Saran
4.2.1 Guru harus mampu mengarahkan peserta didik untuk mengenali
potensi dirinya masing-masing
4.2.2 Guru seyogyanya dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif yang
sesuai dengan minat dan bakat berdasar pada kecerdasan siswa agar
kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat.
4.2.3 Praktisi pendidikan harus melakukan research dan development yang
berkelanjutan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Clark, L. N, dan Joan. M. Raines. (2015). Engaging Students In Critical Thinking
And Problem Solving: A Brief Review Of The Literature. Journal of Studies in
Education. ISSN 2162-6952 Tahun 2015, Vol. 5, No. 4. Hal. 100 113.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Silabus Mata Pelajaran Ekonomi
SMA/MA. Permendikbud: Jakarta.
Kwartolo, Yuli. (2012). Multiple Intelligences dan Impelementasinya dalam
Taksonomi Bloom. Jurnal Pendidikan Penabur. No.18/Tahun ke-11/Juni 2012.
ISSN: 1412-2588. 67 77.
Karsini, dkk. (2014). Pengaruh Model Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Mata Pelajaran Sejarah Siswa.
Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol. 3 No. 2 Tahun 2014.
Maula, L. N. dan Alimufli Arief. (2014). Penerapan Pembelajaran Berbasis
Kecerdasan Majemuk Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Pada Materi Listrik Dinamis Kelas X MAN Mojokerto. Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika (JIPF). Vol. 03 No. 03 Tahun 2014 ISSN: 2302-4496. Hal.
46 50.

15

Organisation for Economic Cooperation Development. (2012). PISA 2012 Results:


Learning Trends: Changes in Student Performance Since 2000. Volume V.
Programme for International Student Assesment.
Purwanto, E, dkk (2014). Implementasi Model Inquiri Sebagai Upaya Meningkatkan
Berpikir Kritis SIswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 7 Yogyakarta Pada Mata
Pelajaran Sosiologi. Jurnal Kependidikan. Vol. 7 No. 1 Tahun 2014. 49 61.
Rickles, L. M, dkk. (2013). Assessing Change in Student Critical Thinking for
Introduction to Sociology Classes. Teaching Sociology. 41(3) 271 281.
American Sociological Association 2013 DOI: 10.1177/0092055X13479128. eJournal [Online]. Tersedia : ts.sagepub.com.
Susanto, Ahmad. (2013). Teori belajar dan pembelajaran. Jakarta : Kharisma Putra
Pratama.
The UNDP Human Development Report. (2011). Tersedia Online: diakses 3 Maret
2016. http://hdr.undp.org/en/reports/global/hdr2011/
Tinjung, Sari, dkk (2015). Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Iis
1 Pada Materi Ekonomi Di SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran
2014/2015. Jurnal Inovasi Pendidikan. Vol. 03 No. 03 Tahun 2015. Hal. 1 15.
Winarti, A. dkk. (2015). Pengembangan Model Pembelajaran CERDAS Berbasis
Teori Multiple Intelligences Pada Pembelajaran IPA. Jurnal Kependidikan. Vol.
45. No. 1, Mei 2015. Hal. 16 28.

16

Berita Acara Seminar Pendidikan Ekonomi


Hari/ Tanggal : Selasa, 24 Mei 2016
Ruangan

: FPEB 13-3-05

Waktu

: 9.40 WIB

Penyaji

: Ayi Tatang Juana

a. Judul Makalah :
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Ekonomi
b. Penanya:
1. Farah Fauziah:
Bagaimana implementasi serta kelebihan dan kekurangan dari model
pembelajaran CERDAS berbasis Multiple Intelligences?
2. Friska N Matondang:
Apakah semua KD dalam mata pelajaran ekonomi dapat menggunakan
Model CERDAS? Teori-teori pembelajaran apa saja selain dari Teori
Multiple Intelligences

yang relevan dengan Model Pembelajaran

CERDAS?
3. Okina Oda Sinaga

17

Langkah dalam Model Pembelajaran CERDAS salah satunya adalah akui


bakat. Bagaimana pelaksanaan yang menunjang di dalam kelas? Dan
apakah kekurangannya?
c. Jawaban
1. Implementasi Model Pembelajaran CERDAS ini dapat dikolaborasikan
dengan metode atau teknik tertentu, pada sintaks yang telah dijelaskan,
terlihat bahwa model pembelajaran ini menggunakan metode diskusi juga
presentasi yang dilakukan oleh siswa. Untuk implementasi dari
pembelajaran di dalam kelas guru harus mampu melakukan pengembangan
kembali dengan model atau teknik lain yang lebih baik dan sesuai dengan
pembelajaran. Kelebihan dari Model Pembelajaran CERDAS ini yaitu
pembelajaran sebagai sarana pengembangan kecerdasan siswa, selain itu
pembelajaran diarahkan untuk menyesuaikan dengan minat dan bakat siswa
sehingga siswa dapat termotivasi untuk belajar.
Sedangkan untuk kekurangan Model Pembelajaran CERDAS berbasis
multiple intelligences ini yaitu memerlukan waktu yang banyak karena
mengingat langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan guru dan
siswa sangat kompleks. Oleh karena itu, RPP yang dibuat harus efektif dan
disesuaikan dengan pembelajaran.
2. Untuk pengaplikasian Model Pembelajaran CERDAS dalam KD mata
pelajaran ekonomi tentu tidak bisa semua. Model Pembelajaran CERDAS
ini dapat diaplikasikan dengan materi-materi yang bersifat analisis dan
memerlukan pemikiran kritis siswa. Oleh karena itu, dalam penggunaan
model pembelajaran ini sebaiknya diaplikasikan untuk siswa kelas XI IIS.
Teori yang relevan selain Teori Multiple Intelligences dalam Model
Pembelajaran CERDAS yaitu dalam langkah merumuskan pertanyaan
dengan bantuan siswa lain ini sejalan dengan teori Vygotsky tentang zone
of proximal development yang menjelaskan bahwa interaksi sosial dengan
orang lain memacu pembangunan ide-ide baru dan memperkaya intelektual
siswa. Selain itu, sintaks Rumuskan Keingintahuan yang memberikan

18

kesempatan pada siswa berdiskusi merumuskan pertanyaan tentang hal-hal


yang ingin diketahuinya terkait materi pelajaran sejalan dengan teori Piaget
tentang konsep uilibrasi. Menurut Piaget ketika individu menghadapi halhal yang baru yang belum pernah dipelajarinya, ia berusaha memahami
semua itu melalui proses ekuilibrium yang melibatkan proses asimilasi dan
akomodasi.
3. Pelaksanaan yang menunjang untuk langkah Akui Bakat dalam Model

Pembelajaran CERDAS ini siswa dapat dikelompokkan dengan siswa lain


yang memiliki kecerdasan yang sama, dengan berdasar pada data atau
gambaran yang telah dibuat dari langkah Cermin Diri. Untuk kekurangan
Model Pembelajaran CERDAS berbasis multiple intelligences ini yaitu
memerlukan waktu yang banyak karena mengingat langkah-langkah
pembelajaran yang harus dilakukan guru dan siswa sangat kompleks. Oleh
karena itu, RPP yang dibuat harus efektif dan disesuaikan dengan
pembelajaran.

19

Вам также может понравиться