Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sampai saat ini semua orang mempercayai bahwa bumi merupakan satu-
satunya planet yang didalamnya terdapat makhluk hidup. Untuk itu sangat wajar
apabila di dalam bumi tersebut terdapat suatu proses ataupun fenomena geologi
yang memberikan dampak bagi kehidupan organisme di dalamnya baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam memahami proses-proses tersebut para
ilmuwan telah melakukan berbagai penelitian-penelitian ilmiah yang akhirnya
menghasilkan berbagai teori-teori tentang perkembangan bumi. Dalam ilmu
geologi waktu dan ruang yang dibahas memiliki dimensi yang sangat luas. Waktu
yang dibahas dalam skala jutaan tahun dan ruang dalam skala ratusan kilometer
atau lebih. Untuk itu sangat tidak mungkin apabila kita akan meneliti secara
langsung berbagai proses yang ada. Hal tersebut mendorong para ilmuwan untuk
melakukan
penelitian
berdasarkan
proses
yang
terjadi
saat
ini
dan
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
1.2.2
1.3
1.2.3
1.2.4
1.2.5
Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
BAB II
PEMBAHASAN
PEMEKARAN BENUA
Anggapan lama pernah ada pada abad-abad yang lampau bahwa bumi
adalah sesuatu yang rigid atau kaku sementara benua-benua berada pada
kedudukannya yang tetap tidak berpindah-pindah. Setelah ditemukannya benua
Amerika dan dilakukan pemetaan pantai di Amerika dan Eropa ternyata terdapat
kesesuaian morfologi dari pantai-pantai yang dipisahkan oleh Samudera Atlantik.
Hal ini menjadi titik tolak dari konsep-konsep yang menerangkan bahwa benuabenua tidak tetap akan tetapi selalu bergerak. Konsep-konsep ini dibagi menjadi
tiga menurut perkembangannya (Van Krevelen, 1993) :
1. Owen dan Snider (1857)
Konsep yang menerangkan bahwa terpisahnya benua disebabkan oleh
peristiwa yang katastrofik dalam sejarah bumi.
2. Alfred Wegener (1912)
Konsep apungan benua atau continental drift yang mengemukakan bahwa
benua-benua bergerak secara lambat melalui dasar samudera, dikemukakan oleh
Alfred Wegener (1912). Akan tetapi teori ini tidak bisa menerangkan adanya dua
sabuk gunung api di bumi.
3. Tektonik Lempeng
Konsep paling mutakhir yang dianut oleh para ilmuwan sekarang yaitu
Teori Tektonik Lempeng. Teori ini lahir pada pertengahan tahun enampuluhan.
Teori ini terutama didukung oleh adanya Pemekaran Tengah Samudera (Sea Floor
Spreading) dan bermula di Pematang Tengah Samudera (Mid Oceanic Ridge :
MOR) yang diajukan oleh Hess (1962).
2. Dalam kondisi tertentu dua arah arus yang saling bertemu bisa menghasilkan
arus interferensi yang arahnya ke atas. Arus interferensi ini akan menembus kulit
bumi yang berada di atasnya. Magma yang menembus ke atas karena adanya arus
konveksi ini akan membentuk gugusan pegunungan yang sangat panjang dan
bercabang-cabang di bawah permukaan laut yang dapat diikuti sepanjang
samudera-samudera yang saling berhubungan di muka bumi. Lajur pegunungan
yang berbentuk linear ini disebut dengan MOR (Pematang Tengah Samudera) dan
merupakan tempat keluarnya material dari mantle ke dasar samudera. MOR
mempunyai ketinggian melebihi 3000 m dan lebarnya lebih dari 2000 km, atau
melebihi ukuran Pegunungan Alpen dan Himalaya yang letaknya di daerah benua.
MOR Atlantik (misalnya) membentang dengan arah utara-selatan dari lautan
Arktik melalui poros tengah samudera Atlantik ke sebelah barat Benua Afrika dan
melingkari benua itu di selatannya menerus ke arah timur ke Samudera Hindia
lalu di selatan Benua Australia dan sampai di Samudera Pasifik. Jadi keberadaan
MOR mengelilingi seluruh dunia.
3. Kerak (kulit) samudera yang baru, terbentuk di pematang-pematang ini karena
aliran material dari mantle. Batuan dasar samudera yang baru terbentuk itu lalu
menyebar ke arah kedua sisi dari MOR karena desakan dari magma mantle yang
terus-menerus dan juga tarikan dari gaya gesek arus mantle yang horisontal
terhadap material di atasnya. Lambat laun kerak samudera yang terbentuk di
pematang itu akan bergerak terus menjauh dari daerah poros pematang dan
mengarungi samudera. Gejala ini disebut dengan Pemekaran Lantai Samudera
(Sea Floor Spreading).
4. Keberadaan busur kepulauan dan juga busur gunung api serta palung Samudera
yang memanjang di tepi-tepi benua merupakan fenomena yang dapat dijelaskan
oleh Teori Tektonik Lempeng yaitu dengan adanya proses penunjaman (subduksi).
Oleh karena peristiwa Sea Floor Spreading maka suatu saat kerak samudera akan
bertemu dengan kerak benua sehingga kerak samudera yang mempunyai densitas
lebih besar akan menunjam ke arah bawah kerak benua. Dengan adanya zona
penunjaman ini maka akan terbentuk palung pada sepanjang tepi paparan benua,
dan juga akan terbentuk kepulauan sepanjang paparan benua oleh karena proses
pengangkatan. Kerak samudera yang menunjam ke bawah ini akan kembali ke
mantle atau jika bertemu dengan batuan benua yang mempunyai densitas sama
atau lebih besar maka akan terjadi mixing antara material kerak samudera dengan
benua membentuk larutan silikat pijar atau magma. (Proses mixing terjadi pada
kerak benua sehingga tidak akan lebih dalam dari 30 km di bawah permukaan
bumi). Karena sea floor spreading terus berlangsung maka magma hasil mixing
yang terbentuk akan semakin besar sehingga akan menerobos batuan-batuan di
atasnya sampai akhirnya muncul ke permukaan bumi membentuk deretan gunung
api.
2.1 Pemekaran oleh Mantle Plumes
Mantle plumes terdapat nukleasi batu panas pada batas inti-mantel dan
naik melalui mantel bumi kepusat vulkanik aktif yang dikenal sebagai "hot spot".
Gambar
2.1 Mantle plumes dan Hotspot
Hipotesis Wilson (1963) tentang Mantle Plume, dikatakan bahwa Mantle
plume adalah suatu bentuk tidak teratur dari batuan panas di mantel bumi berupa
benjolan yang menuju ke permukaan bumi. Pada kedalaman yang mendekati
permukaan bumi menyebabkan batuan meleleh sehingga diasumsikan bahwa
mantle plume merupakan pusat dari sumber magma pada gunung api atau
merupakan salah satu faktor dari terjadinya gerakan lempeng. Mantle plume
adalah lidah-lidah yang mencuat ke atas dari suatu massa superplume, dan
menerobos ke permukaan sebagai hotspot. Bila tidak terjadi pergerakan lempeng
maka pelepasan panas dari inti bumi akan terganggu sehingga mantle plume akan
menyemburkan lava panas dalam skala sangat besar sebagi bentuk keseimbangan.
Lava panas yang naik ke permukaan (hotspot) melalui aktivitas vulkanik keluar
dalam bentuk magma yang kemudian akan membeku sehingga menyebabkan
pemekaran benua oleh mantle plumes.
2.2 Pandangan Terhadap Teori Mantle Plumes dan Hot Spot
Pada tahun 1963, geofisikawan Kanada, J. Tuzo Wilson yang juga
menemukan teori patahan transform mengemukakan ide cemerlang yang saat ini
disebut sebagai Teori Hot Spot. Wilson mengatakan bahwa pada beberapa tempat
di bumi ini terjadi proses vulkanik yang sangat aktif, dan berlangsung sudah
sangat lama. Menurut beliau hal ini bisa terjadi jika di bawah sebuah lempeng
tektonik ada sebuah area yang relatif kecil, sudah eksis dan bertahan lama, dan
memiliki panas yang sagat tinggi- yang disebut hotspot. Hot spot ini akan
memberikan sumber energi panas lokal yang tinggi untuk mempertahankan proses
vulkanik.
2.3 Rifting
Rifting adalah proses di mana kerak benua diperpanjang atau mengalami
pemekaran dan menipis, membentuk cekungan sedimen perpanjangan. Rifting
juga adalah salah satu istilah untuk menggambarkan proses ekstensional atau gaya
tarikan di permukaan bumi, sebagai bentuk gejala tektonik divergen (pemisahan
benua). Contoh rifting di seluruh dunia di antaranya Rio Grande Rift, Rhine
graben, Baikal rift, dan East African rift.
2.3.1
Bentuk rifting di bagian timur Afrika sangat terkenal, karena memiliki pola triple
junction yaitu proses bertemunya 3 jalur rifting yaitu Rifting di Afrika bagian
timur, Rifting di Laut Merah dan Rifting di Teluk Aden.
Gambar 2.3 Triple Junction Rifting (Afrika Timur, Laut Merah, Teluk Aden)
2.3.2
Contoh yang terkenal adalah Rio Grande Rift. Rio Grande Rift berada di wilayah
Amerika Serikat bagian barat. Bentuk morfologi Rift Rio Grande memanjang dari
daerah Leadville, Colorado - Presidio, Texas, dan Chihuahua, New Mexico,
dengan panjang lebih dari 1.000 kilometers. Gejala rifting ini terbentuk sebagai
bagian
tengah
mencapai
sekitar
26-25
Ma,
diikuti
dengan
mantle
memiliki elevasi tinggi
adanya pemunculan/pencapaian astenosfer dari bawah litosfer yang lemah
(attenuated lithosphere)
sesar-sesar normal pada bagian kerak
Rifting aktif tidak disebabkan oleh gaya langsung ke litosfer melainkan terjadi
karena erosi termal dari litosfer yang lebih rendah. Erosi litosfer menciptakan
potensial gravitasi yang lebih tinggi hal ini menyebabkan material runtuh karena
gaya gravitasi dan menyebar, sehingga terbentuklah rifting.
Passive Rifting
Rifting pasif disebabkan oleh aplikasi langsung dari kekuatan yang berlawanan
litosfer untuk membuat ekstensi. Tekanan berasal dari mantle plume, arus
konveksi dan dari zona subduksi.
Rifting pasif terjadi karena gaya regangan (tensile force) yang terjadi
secara regional pada litosfer benua yang mengakibatkan kerusakan atau
pelemahan pada litoster benua itu sendiri, sehingga batuan mantel yang bersuhu
tinggi (panas) menekan litosfer. Model rifting pasif McKenzie (1978) diterima
secara luas sebagai cikal bakal terjadinya pengendapan dalam cekungan (basin).
Pada saat rifting pasif terbentuk, rifting terjadi terlebih dahulu dan diikuti oleh
pengkubahan (dooming). Rifting yang terjadi adalah respon pasif dari tegangan
yang terjadi secara regional. Salah satu contoh daerah yang mengalami rifting
pasif adalah Rio Grande Rift.
2.5 Kerak Basin and Range Structure
Salah satu contoh keretakan intracontinental adalah Basin dan Range
structure (America Utara). Di wilayah ini, besar tekanan ekstensional di zona
tersebut lebarnya mulai dari 500-800 km. Dimana bagian tengah provinsi Amerika
Utara memiliki lebar sekitar 250-300 km ekstensi horizontal dan di bagian timur
jumlah total ekstensi permukaan horizontal adalah sekitar 120- 150 km.
gerakan lempeng
gaya apung termal karena upwelling asthenospheric
tractions di dasar litosfer yang dihasilkan oleh convecting astenosfer
buoyancy (gravitasi)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pemekaran oleh mantle plumes
Pemekaran benua yang disebabkan oleh mantle plumes diakibatkan karena
mantle yang mendekati inti bumi meleleh akibat suhu yang tinggi yang
kemudian mantle atau kerak bumi berubah menjadi matle plumes ato lelehan
mantle yang naik menuju ke permukaan. Akibat tidak adanya pergerakan
lempeng maka pelepasan panas inti bumi akan terganggu sehingga
menyemburkan lava yang sangat panas dalam skala yang besar sehingga
benua yang dulunya kecil mengalami pemekaran dan menjadi benua yang
lebih besar.
2. Pandangan terhadap teori mantle plumes dan hotspot
Wilson mengatakan bahwa pada beberapa tempat di bumi ini terjadi proses
vulkanik yang sangat aktif, dan berlangsung sudah sangat lama. Menurut
beliau hal ini bisa terjadi jika di bawah sebuah lempeng tektonik ada sebuah
area yang relatif kecil, sudah eksis dan bertahan lama, dan memiliki panas
yang sagat tinggi- yang disebut hotspot. Hot spot ini akan memberikan sumber
energi panas lokal yang tinggi untuk mempertahankan proses vulkanik.
3. Rifting
Rifting adalah proses di mana kerak benua diperpanjang atau mengalami
pemekaran dan menipis, membentuk cekungan sedimen perpanjangan.
4 tahapan dalam pembentukan tektonik rifting: Rift Valley, Youthful, Mature,
Fracture.
4. Intracontinental Rifting
Rifting pasif disebabkan oleh aplikasi langsung dari kekuatan yang
berlawanan litosfer untuk membuat ekstensi. Tekanan berasal dari mantle
plume, arus konveksi dan dari zona subduksi. Sedangkan, rifting aktif tidak
disebabkan oleh gaya langsung ke litosfer melainkan terjadi karena erosi
termal dari litosfer yang lebih rendah. Erosi litosfer menciptakan potensial
gravitasi yang lebih tinggi hal ini menyebabkan material runtuh karena gaya
gravitasi dan menyebar, sehingga terbentuklah rifting.
5. Kerak Basin and range structure
Contoh keretakan intracontinental adalah Basin dan Range structure (America
Utara). Di wilayah ini, besar tekanan ekstensional di zona tersebut lebarnya
mulai dari 500-800 km. Dimana bagian tengah provinsi Amerika Utara
memiliki lebar sekitar 250-300 km ekstensi horizontal dan di bagian timur
jumlah total ekstensi permukaan horizontal adalah sekitar 120- 150 km.
3.2 Kritik dan Saran
Menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka diperluhkan kritik dan
saran agar di makalah-makalah berikut yang akan kami buat akan lebih baik dari
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Website:
https://wiranto.wordpress.com/
http://geologistudy.blogspot.com/2008/12/geofisika-geothermal.html
http://haeranbessedalawati.blogspot.com/2011/07/mantleplumes-danhotspot.html
https://www.scribd.com/doc/26834877/Rifting
http://agustiawijono.blogspot.com/2012/04/pemekaran-lantai-samudera-danbenua.html
http://legoyaf.uns.ac.id/2010/09/02/teori-wilson/
http://www.geosci.usyd.edu.au/users/prey/Teaching/Geol3101/Rifting02/actpass.h
tml