Вы находитесь на странице: 1из 16

LAPORAN

Supply dan Pengendalian serta Pengawasan / Monitoring BBM untuk Kapal


Perintis
1. Supply / Pengisian.
Terhitung mulai tanggal 1 januari 2016 sesuai dengan Keputusan Presiden
No 02. 2016 PT. Pelni dipercaya mengoperasikan kapal kapal perintis.
Pergantian pengoperasian kapal perintis dari Operator Lama Ke PT.Pelni sedikit
banyak akan merubah SOP ( Standard Operasional Prosedur ) yang digunakan
oleh operator lama dan kenyataannya sebagian besar ABK masih memiliki
pemikiran terpola ke Operator Lama. Untuk pelaksanaan pengendalian dan
penyelarasan Standart Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di PT. Pelni
maka dilaksanakan sosialisasi langsung diatas kapal perihal supply BBM ke Kapal
Terdapat 4 cara pengisian / supply bahan bakar ke dalam kapal pelni :
a) Dari Termal / Depot BBM Pertamina melalui Bunker Pit dari dermaga langsung
ke kapal contoh Dilaksanakan di Port Bunker Bitung dan Kupang serta
Makassar
b) Dari Termal / Depot BBM Pertamina diangkut dengan Mobil Tanki di bongkar
di tongkang selanjutnya dari Tongkang ke kapal dilaksanakan di Pelabuhan
Semarang.
c) Dari Termal / Depot BBM diisikan Kedalam Tongkang selanjutnya dari
tongkang ke kapal dilaksanakan di Jakarta , Surabaya, Ambon
d) Dari Termal / Depot BBM diisikan melalui mobil tangki kemudian diisikan
kedalam kapal dilaksanakan pada pelabuhan kecil, pada umumnya pengisian
kapal perintis menggunakan metode ini.

Gambar 1. Alur Supply BBM.

2. Pengendalian.
Dalam rangka pelaksanaan pengendalian dan monitoring bbm kapal perintis
Biro BBM telah membuat sistim mulai dari format Permintaan BBM Kapal, Format
persetujuan BBM, Format Pelaporan tiap Voyage dan Format penggunaan BBM
dan Minyak pelumas perbulan tujuannya untuk mempermudah pengawasan dan
supply bbm kapal perintis sedangkan untuk memperkecil terjadinya losses maka
pelaksanaan bunker yang dulunya dilaksanakan di beberapa Port Bunker
sekarang ditetapkan satu port pengisian untuk satu round voyage. Berikut
adalah contoh format yang disosialisasikan ke kapal Perintis dan telah
digunakan:
a. Format Baku Permintaan BBM dan Minyak Pelumas

Gambar 2. Permintaan BBM & LO

b. Format Persetujuan dari Biro BBM

c. Format Baku Pelaporan Bulanan Kapal

d. Format Baku Laporan Pemakaian BBM dan LO tiap Voyage

e. Penentuan Port Pengisian Bunker Kapal Kapal Perintis yang telah diajukan ke
BPH Migas

3. Program Pengawasan dan Monitoring.


a. Pengawasan & Monitoring saat bunker :
1) Untuk saat ini monitoring dan pengawasan dilaksanakan oleh petugas
cabang, pusat dan kapal. Pelaksanaannya dilakukan di tongkang / mobil
tangki dengan melaksanakan sounding (pengukuran kuantitas) serta
pengambilan sample untuk mengetahui kualitas dari BBM.

2) Teknis pelaksanaan monitoring yaitu dengan dilakukan sounding tanki di


kapal sebelum bunker dan sesudah pengisian BBM serta membuat Berita
Acara penerimaan yang ditandatangani Pihak Kapal, Pegawai/pengawas
cabang dan Pertamina/trasnportir.
3) Pengawasan dengan menggunakan Pihak Ketiga (Independent) dalam hal
ini PT. Sucofindo. Sebagaimana yang dipersyaratkan oleh BPH Migas, bahwa
pengawasan diupayakan menggunakan pihak independent PT.Pelni sejak
5

bulan Mei tahun 2015. Khususnya kapal penumpang telah menggunakan


PT.Sucifindo sebagai pengawas Bunker Survey Independen dan hasilnya
dapat mengurangi terjadinya Loses, sedangkan untuk kapal-kapal perintis
belum dapat dilaksanakan, mengingat kapal perintis baru dioperasikan PT.
Pelni sejak Januari 2016 dan biaya jasa survey untuk kapal perintis sangat
tinggi. Berikut rekapitulasi biaya bunker survey.

Memperhatikan biaya bunker survey untuk kapal perintis sangat tinggi


dibanding biaya pembelian BBM, maka diperlukan metode agar efisiensi BBM
dapat tercapai dengan biaya pengawasan dan monitoring lebih hemat, metode
tersebut antara lain :
1) Sistem pembelian BBM dengan Auto Collection.
2) Perubahan pembelian BBM pertamina dari Loco ke Franco kapal.
3) Pengawasan Sucofindo dilaksanakan mulai dari bbm diterima dikapal
dilanjutkan monitoring konsumsi BBM.
4) Pelaksanaan monitoring konsumsi / penggunaan BBM oleh Sucofindo /
Pihak Independen dilaksanakan sesuai kebutuhan PT.Pelni tidak perlu
setiap Bunker.
5) Mengoptimalkan pengawasan dan monitoring internal cabang dan pusat.
Estimasi biaya program pengawasan dan monitoring oleh Sucofindo / Pihak
Independen untuk kapal Perintis dengan metode tersebut diatas sebagai
berikut :

Rekapitulasi Biaya Monitoring BBM Kapal Perintis sebagai berikut :


a. Apabila 12 Kali Kunjungan dalam 1 tahun = Rp. 3.686.400.000
b. Apabila 6 Kali Kunjungan dalam 1 Tahun = Rp. 1.843.200.000
Salah satu program pengendalian dan pengawasan BBM adalah
dilaksanakanya monitoring ROB dan Pelaksanaan Bunker di Kapal Kapal berikut
jadwal Program Monitoring Lanjutan Kapal Perintis dari bulan Juli s/d Desember
Tahun 2016.

b. Pengawasan dan Monitoring konsumsi BBM


Tujuan pengawasan & monitoring konsumsi BBM adalah untuk mengetahui
pemakaian BBM pada kapal baik saat Layar dan Labuh selama satu round
voyage dan juga meminimalisisr terjadinya penyimpangan penggunaan BBM.
Monitoring dilakukan secara terjadwal dengan melaksanakan pencatatan
penggunaan tiap jam ataupun tiap 4 jam dengan keadaan kapal berlayar,
berlabuh maupun kapal melakukan olah gerak. Untuk memonitor penggunaan
BBM kapal Perintis agar lebih akurat, sebaiknya menyesuaikan Flow Meter, tetapi
hal tersebut tidak dapat dilaksanakan karena berdasarkan hasil survey kapal
kapal perintis tidak dilengkapi flow meter untuk memonitor penggunaan bahan
bakar oleh karena itu pelaksanaan monitoring konsumsi BBM dilaksanakan
dengan metode melalui pengamatan gelas duga dari tangki service dan
dilakukan secara berkala setiap jam pada saat berlayar atau sandar sehingga
akan diperoleh konsumsi BBM per Voyage. Berikut contoh beberapa Flow Meter.

Contoh Flowmeter Analog

Contoh Flowmeter Coriolis yang memiliki tingkat akurasi lebih baik daripada
analog
4.

Saran Efisiensi Pengawasan Bunker :

Dengan akan diberlakukannya pembelian BBM Loco ke Franco Kapal, maka


pengawasan dilakukan hanya di kapal saat proses supply sehingga dapat
dilakukan langkah efisiensi sebagai berikut :

Pengawasan bunker oleh sucofindo atau pihak independen dapat


dilaksanakan berkala setiap bulan atau per 2 bulan untuk memonitor
penggunaan Bahan bakar dalam satu ruas / perjam perhari dan peruas.
Pengawasan dilaksanakan dengan pihak Independent dilaksanakan 2
bulan sekali atau perbulan untuk Penghematan biaya.
Mengoptimalkan pemeriksaan dan pengawasan internal secara berkala
dengan jadwal yang tidak besamaan dengan Sucofindo
Negosiasi Biaya survey dengan Pihak Independent atau Sucofindo
seefisien mungkin.

Bila memungkinkan monitoring konsumsi BBM dilaksanakan dengan


memasang Flow Meter atau menggunakan sistim Teknologi (VWA) yang
akan direalisasikan bertahap.
Time Frame Pemasangan VWA untuk Kapal Penumpang

5. Pencapaian Pengendalian :
Dengan program pengendalian BBM yang telah dilaksanakan oleh Biro
BBM BBM sejak bulan januari s/d April 2016 Sebagaimana pada grafik
sbb :

10

Sales

Anggaran 1
Tahun = 60,123
KL
DIAGRAM REALISASI PENGGUNAAN JANUARI S/D APRIL 2016

6. Pelaksanaan sistim Pembayaran Auto Collection


Salah satu hal terpenting dalam pelayanan angkutan transportasi publik
dengan kapal laut adalah ON TIME PERFORMANCE Salah satu hal yang menjadi
kendala terlambatnya proses Bunker Kapal adalah terhambatnya proses
administrasi yang meliputi permintaan kapal mendadak dan ketersediaan modal
kerja pada Cabang Port Bunker tidak mencukupi sehingga harus menunggu
kiriman modal kerja dari kantor pusat dan hal ini hanya dapat dilakukan pada
jam kerja dikarenakan bank pada hari sabtu/minggu tutup, untuk memperingkas
dan mempercepat proses administrasi tersebut maka di gunakanlah sistem
pembayaran terpusat (Auto Collection) sehingga cabang port bunker tidak perlu
lagi menunggu modal kerja yang dikirimkan dari Kantor Pusat.
Sistem Pembayaran BBM dengan Auto Collection untuk Kapal Penumpang ,
Kapal Tol Laut, dan Kapal Ternak adalah kerjasama antara PT. Pelni , PT.
Pertamina dan Bank Mandiri yang sudah diberlakukan Go Live mulai 15 Maret
2016, dan Untuk Kapal-kapal Perintis bekerjasama dengan Bank BRI yang
rencana akan diberlakukan pada akhir Juni 2016 menunggu kesiapan Pt.
Pertamina.

Berikut adalah Flow chart pengisian BBM Sebelum sistim Auto Collection
11

Berikut adalah Flow chart pengisian BBM dengan sistem Auto Collection

12

Perbedaan dari skema pengisian BBM yang lama dengan sistem auto collection
adalah terletak pada sistem pembayaran saja. Jika dalam skema yang lama
pembayaran dibayar di muka sebelum BBM di isikan ke tongkang atau kapal.
Dengan sistem pemabayaran auto collection ini PT. Pertamina langsung
memotong saldo PT. Pelni yang ada di rekening Bank setelah BBM didistribusikan
ke kapal atau tongkang. Berikut Skema Auto Collection

7. Pertanggungjawaban Pelaporan untuk sistim Pembayaran Auto


Collection
Untuk pertanggung jawaban keuangan perusahaan maka perincian
pemotongan saldo rekening PT. Pelni di Bank berdasarkan Quotation Pertamina,
delivery order BBM dan Berita Acara Bunker. Dari data tersebut Biro BBM dan
Peluamas akan membuat PP (Permintaan Pembayaran) setiap transaksi
pengisian kapal. Pihak Cabang Port Bunker akan mengirimkan Scan dokumen
Quotation Pertamina, Delivery Order BBM dan Berita Acara Bunker. Berkas yang
asli tetap disimpan di cabang Port bunker sebagai berkas apabila ada
pemeriksaan / verifikasi dokumen.
Berikut Ini adalah contoh berkas yang dikirimkan cabang ke Biro BBM
Pusat sebagai dasar Pembuatan PP :

13

Quotation Pertamina

Berita Acara Bunker

14

Deliveri Order

8. Kesimpulan :
a. Pelaksanaan supply bbm kapal perintis yang dulunya dilaksanakan di
beberapa Port Bunker sekarang ditetapkan satu port pengisian untuk satu
round voyage.
b. Untuk mempermudah monitoring bbm kapal perintis Biro BBM telah
membuat sistim dan sudah disosialisasikan ke Kapal dan cabang bunker
perihal penyamaan format Permintaan BBM Kapal, Format persetujuan BBM,
Format Pelaporan tiap Voyage dan Format penggunaan BBM dan Minyak
pelumas perbulan.
c. Berdasarkan hasil survey kapal kapal perintis tidak dilengkapi flow meter
untuk memonitor penggunann bahan bakar oleh karena itu pelaksanaan
monitoring konsumsi BBM dengan metode melalui pengamatan gelas duga
dari tangki service.

15

d. Estimasi Perhitungan Biaya Monitoring BBM Kapal Perintis dengan


menggunakan jasa PT. Sucofindo Rp. 10.704.870.000 / 10,7 M. Apabila
pengawasan tidak dilaksanakan setiap bunker maka estimasi biaya survey
sebagai berikut :
1). 12 Kali Kunjungan dalam 1 tahun = Rp. 3.686.400.000
2).
6 Kali Kunjungan dalam 1 Tahun = Rp. 1.843.200.000
e. Sistem Pembayaran BBM dengan Auto Collection untuk Kapal-kapal Perintis
bekerjasama dengan Bank BRI yang rencana akan diberlakukan pada akhir
Juni 2016 menunggu kesiapan Pt. Pertamina.

SM Biro BBM dan


Pelumas

Cahyono Rubyan

16

Вам также может понравиться