Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
a) Acidosis Metabolik
b) Alkalosis Respiratonik
c) PT / PTT memanjang
d) Trombositopenia
e) Leokositosis (>12.000 / mm3)
f) Hyperglikemia
g) Kultur Sensi (luka, spuntum, urine, darah) positif
h) EKG : Perubahan segmen ST, Gelombang T, distania
i) BUN, creat, elektrolit meningkat
j) Perubahan hasil tes fungsi hati
C. Patofisiologi
Terjadinya sepsis dapat melalui dua cara yaitu aktivasi lintasan humoral dan aktivasi
cytokines. Lipopolisakarida (LPS) yang terdapat pada dinding bakteri gram negatif dan
endotoksinnya serta komponen dinding sel bakteri gram positif dapat mengaktifkan:
1.
Sistim
komplemen
2. Membentunk kompleks LPS dan protein yang menempel pada sel monosit
3. Faktor XII (Hageman faktor)
Sistim komplemen yang sudah diaktifkan akan merangsang netrofil untuk saling
mengikat dan dapat menempel ke endotel vaskuler, akhirnya dilepaskan derivat asam
arakhidonat, enzim lisosom superoksida radikal, sehingga memberikan efek vasoaktif lokal
pada mikrovaskuler yang mengakibatkan terjadi kebocoran vaskuler. Disamping itu sistim
komplemen yang sudah aktif dapat secara langsung menimbulkan meningkatnya efek
kemotaksis, superoksida radikal, ensim lisosom. LBP-LPS monosit kompleks dapat
mengaktifkan cytokines, kemudian cytokines akan merangsang neutrofil atau sel endotel, sel
endotel akan mengaktifkan faktor jaringan PARASIT-INH-1. Sehingga dapat mengakibatkan
vasodilatasi pembuluh darah dan DIC. Cytokines dapat secara langsung menimbulkan
demam, perobahan-perobahan metabolik dan perobahan hormonal.
Faktor XII (Hageman factor) akan diaktivasi oleh peptidoglikan dan asam teikot yang
terdapat pada dinding bakteri gram positif. Faktor XII yang sudah aktif akan meningkatkan
pemakaian faktor koagulasi sehingga terjadi disseminated intravascular coagulation (DIC).
Faktor XII yang sudah aktif akan merobah prekallikrein menjadi kalikrein, kalikrein merobah
kininogen sehingga terjadi pelepasan hipotensive agent yang potensial bradikinin, bradikinin
akan menyebabkan vasodiltasi pembuluh darah.
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan tempat
sumber infeksi lainnya.
Tanda ancaman terhadap kehidupan
Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan fungsi
organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka pasien harus dibawa ke
ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:
Penurunan fungsi ginjal
Penurunan fungsi jantung
Hyposia
Asidosis
Gangguan pembekuan
Acute respiratory distress syndrome (ards) tanda cardinal oedema pulmonal.
Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas dan istirahat
a) Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan dan insomnia
2. Sirkulasi
a) Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary, fenomena embolik (darah,
udara, lemak)
b) Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia), hipotensi terjadi
pada stadium lanjut (shock)
c) Heart rate : takikardi biasa terjadi
d) Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi disritmia dapat
terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal
e) Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi (stadium lanjut)
3. Integritas Ego
a) Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian
b) Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.
4. Makanan/Cairan
a) Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
b) Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan, hilang/melemahnya bowel sounds
5. Neurosensori
Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan mental, disfungsi motorik
6. Respirasi
a) Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal diffuse, kesulitan bernafas
akut atau khronis, air hunger
b) Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting
7. Rasa Aman
Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah, episode anaplastik
8. Seksualitas
Subyektif atau obyektif : Riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2 edema paru.
Tujuan & Kriteria hasil
( NOC)
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam .
pasien akan :
dypsneu.
Intervensi
(NIC)
Airway Management :
Buka jalan nafas
Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi ( fowler/semifowler)
Auskultasi suara nafas , catat adanya suara
tambahan
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
Monitor respirasi dan status O2
Monitor TTV.
Intervensi
(NIC)
Setelah
dilakukan
tindakan Fever Treatment :
keperawatan selama 3 x 24 jam
. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.
pasien akan :
Beri kompres hangat pada bagian lipatan tubuh
Suhu tubuh dalam rentang normal
( Paha dan aksila ).
Tidak ada perubahan warna kulit dan Monitor intake dan output
tidak ada pusing
Monitor warna dan suhu kulit
Nadi dan respirasi dalam rentang Berikan obat anti piretik
normal
Temperature Regulation
Beri banyak minum ( 1-1,5 liter/hari) sedikit
tapi sering
Ganti pakaian klien dengan bahan tipis
menyerap keringat.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac output yang tidak
mencukupi.
Tujuan & Kriteria hasil
Intervensi
( NOC)
(NIC)
Setelah
dilakukan
tindakan Management sensasi perifer:
keperawatan selama 3 x 24 jam
. Monitor tekanan darah dan nadi apikal setiap 4
pasien akan :
jam
Tekanan sisitole dan diastole dalam Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
rentang normal
kulit jika ada lesi
Menunjukkan tingkat kesadaran yang Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
baik
peka terhadap panas atau dingin
Kolaborasi obat antihipertensi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Intervensi
( NOC)
(NIC)
Setelah
dilakukan
tindakan Anxiety Reduction
keperawatan selama 3 x 24 jam
. Kaji tingkat kecemasan
pasien akan :
Jelaskan prosedur pengobatan perawatan.
Mampu mengidentifikasi dan Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya
mengungkapkan gejala cemas
tentang kondisi pasien.
TTV normal
Beri penjelasan tiap prosedur/ tindakan yang
Menunjukkan
teknik
untuk akan dilakukan terhadap pasien dan
mengontrol cemas.
manfaatnya bagi pasien.
Beri dorongan spiritual.
C. Discharge Planning
1. Menjaga kebersihan lingkungan
2. Nutrisi adekuat
3. Perawatan luka bila masih ada
4. Meningkatkan sistem imun
5. Minum obat sampai sembuh
6. Kontrol ke fasilitas pelayanan kesehatan
DAFTARA PUSTAKA
Ackley, Betty. J, Ladwig, Gail. B, Nursing Diagnosis Hand Book, A Guide to Planning Care,
Masby-year Book, Inc, Missouri, 1997.
Bongard, Frederic, S, Sue, Darryl. Y, Current Critical Care Diagnosis and Treatment, frst ed,
Paramount Publishing Bussiness and Group, Los Anggles, 1994.
Doenges, Marilyn. E, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencana dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa I Made Kariasa, EGC, Jakarta, 1993.
Japardi, Iskandar. 2002. Manifestasi Neurologik Shock Sepsis. library.usu.ac.id/download/fk/bedahiskandar%20japardi20.pdf.
North American Nursing Diagnosis Assosiation, Nursing Diagnosis : Deffinition and Classification,
The Assosiation, Philadelphia, 2009.
Sibbald, William J, Maudel, Jess, Management of Septic Shock in Adults, www.uptodate.com, 2003
Sibbald, William J, Neviere, Reny, Pathophysiology of Sepsis, www.uptodate.com, 2003
Taptich, Barbara, J, Nursing Diagnosa and Care Planning, WB. Saunders Company, Philadelphia,
1994.
www.nicnoc@harcourt.com,
Classification, 2000.
Nursing
Intervention
Classification
and
Nursing
Outcomes