Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
&
UU PENGADILAN HAM 2000
By : Heru Susetyo
Hukum dan Hak Asasi Manusia
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Mei 2014
KASUS LP CEBONGAN :
PELANGGARAN HAM ATAU BUKAN?
Kementerian Pertahanan : Kasus Cebongan
Apa itu
pelanggaran
HAM berat?
(Nasution, 2012)
War Crime
(Blacks Law Dictionary)
Wilful killing;
Torture or any inhuman treatment,including biological
experiments;
Wilfully causing great suffering or serious injury to body
or health;
Extensive destruction and appropriation of property, not
justified by military necessity and carried out unlawfully
and wantonly;
Compelling a protected persons to serve in the forces of
a hostile power;
Wilfully depriving a protected person of the rights of fair
and regular trial prescribed in the Conventions;
Unlawful deportation or transfer of civilians;
Unlawful confinement of civilians
The taking of hostages
attack;
Launching an indiscriminate attack or an
attack against works or installations
containing dangerous forces in the knowledge
that such attack will cause excessive damage
to civilian objects in relation to the
anticipated military advantage;
Making demilitarized zone or non-defended
localities the object of attack;
Attacking a person who is hors de combat;
The perfidious use of a protective emblem.
IMT Nuremberg
Agreement
IMTFE Tokyo
Order
ICTY
ICTR
Sierra Leone
Govt
East Timor
London
Executive
UNSC Resolution
UNSC Resolution
UN and Local
Agreement
UNTAET Regulation
YURISDIKSI NUREMBERG
PUTUSAN DARI
IMT Nuremberg
Peradilan berlangsung dari 14 Nopember 1945 sampai
Herman W. Goering
dipidana mati dan digantung
Rudolf Hess
dipidana penjara seumur hidup
Joachim V. Ribbenstrop
dipidana mati dengan digantung
Wilhelm Keitel
dipidana mati dengan digantung
Ernst Kaltenbrunner
dipidana mati dengan digantung
Alfred Rosenberg
dipidana mati dengan digantung
Hans Frank
dipidana mati dengan digantung
Wilhem Frick
dipidana mati dengan digantung
Julius Streicher
dipidana mati dengan digantung
Walther Funk
dipidana penjara seumur hidup
Karl Doenitz
dipidana penjara 10 tahun
Erich Raeder
dipidana penjara seumur hidup
Baldur von Van Schirach
dipidana penjara 20 tahun
Fritz Sauckel
dipidana mati dengan digantung
Alfred Jodle
dipidana mati dengan digantung
Arthur Seyss
dipidana mati dengan digantung
Albert Speer
dipidana mati 20 tahun
Konstantin Von Neurath
dipidana penjara 15 tahun
Martin Bormann
dipidana mati dengan digantung
Schacht, von Papen, dan Fritzsche
dibebaskan dari dakwaan.
Rudolf Hess
hukuman seumur hidup diubah
menjadi hukuman mati.
IMTFE Tokyo
Dibentuk berdasarkan executive order dari
Gen. MacArthur
Charter-nya hampir sama dgn IMT
Yurisdiksi sama dengan IMT Nuremberg
Dikritisi sebagai pengadilan politis
Gen. MacArthur sangat menentukan siapa
yang harus diadili dan dimana
IMTFE Tokyo
Tidak mengadili Kaisar Hirohito selaku
kepala negara
Mengadili major war criminals seperti :
Araki (minister of war), Hirota (Former Prime
Minister), Oshima (Ambassador to Germany)
War criminals lainnya diadili oleh military
commissions oleh US-UK-France-AustraliaUSSR
YURISDIKSI ICTY
Crimes against humanity
War crimes
Genocide
Yang dilakukan di negara2 mantan Yugoslavia
PUTUSAN ICTY
Situasi pada June 2004 :
102 orang disidangkan
35 kasus dituntaskan
2 orang dibebaskan
61 masih dalam penahanan
20 sdh dikeluarkan arrest warrant
...
YURISDIKSI ICTR
PUTUSAN ICTR
1 dakwaan thd 8 org pada 28 Nov. 95
Lebih dari 70 org telah didakwa
18 dihukum, termasuk PM Jean Kambanda
3 dibebaskan
14 menteri yg menjabat pd 1994 dalam penahanan
12 proses banding (appeal)
8 masih dlm persidangan dgn 20 terdakwa
6 menjalani hukuman penjara di Mali dan negara
Lain
PUTUSAN ICTR
17 June 2004
(1) At least 2000 Tutsis were killed in Taba from April to June
1994. Killings were so open and widespread that the
defendant must have have known about them, but despite
his authority and responsibility, he never attempted to prevent
the kiliings.
(2) Hundreds of displaced Tutsi civilians sought refuge at the
bureau communal. Females among them were regulary taken
by the armed local militia and subjected to sexual violence,
including multiple rapes. Civilians were frequently murdered
on or near the communal premises. Akeyesu knew of these
events and at times was present during their commisions.
That presence and his failure to attempt to prevent
encouraged these activities.
Transnational Crimes
Human trafficking
People smuggling
Smuggling/ trafficking of goods (arms
PELANGGARAN
HAM BERAT?
KONFLIK HORIZONTAL :
Poso, Maluku dan Maluku Utara
VIOLENCE
PENGERTIAN
DASAR HUKUM
PENGADILAN HAM INDONESIA
Pasal 104 UU No. 39 tahun 1999
tentang HAM :
(1) Untuk mengadili pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang berat dibentuk
Pengadilan Hak Asasi Manusia di
lingkungan Peradilan Umum
UU No. 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM
APAKAH YURISDIKSI
UU NO. 26 TAHUN 200O
TENTANG PENGADILAN HAM?
CRIME AGAINST HUMANITY?
WAR CRIMES?
VIOLATION TO GENEVA CONVENTION 1949?
GENOCIDE?
CRIME AGAINST PEACE/ AGRESSION?
TERRORISM
retroaktif
Pelanggaran HAM Berat mempunyai sifat
khusus dan digolongkan sebagai kejahatan
yang luar biasa (extra ordinary crime)
sehingga berlaku asas retroaktif
(menyimpang dari asas legalitas dalam
kejahatan biasa)
Menyimpangi asas non retroaktif dalam
Pasal 28 UUD 45
Proses Perkara
Laporan
Penyidik KPP HAM
Penyidik Kejaksaan Agung
Pembahasan DPR
Keppres Penuntut Umum
HAM ad hoc
Pengadilan
YURISDIKSI PENGADILAN
HAM RI
Pasal 4 UU No. 26 tahun 2000 :
Memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
Berat
Pasal 7 UU No. 26 tahun 2000 :
Pelanggaran HAM berat meliputi :
a. Kejahatan Genosida
b. Kejahatan Kepada Kemanusiaan
Perbandingan dengan
International Criminal Court
(Rome Statute 1998)
Article 5
1. The jurisdiction of the Court shall be
limited to the most serious crimes of concern
to the international community as a whole.
The Court has jurisdiction in accordance with
this Statute with respect to the following
crimes:
(a) The crime of genocide;
(b) Crimes against humanity;
(c) War crimes;
(d) The crime of aggression.
KEMANUSIAAN
Pasal 9 UU No. 26 tahun 2000
Kejahatan terhadap kemanusiaan
adalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik
(widespread and systematic attack)
yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut ditujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil, berupa :
(a) pembunuhan
(b) pemusnahan
(c) Perbudakan
(d) pengusiran atau pemindahan
penduduk secara paksa
(e) perampasan kemerdekaan atau
perampasan kebebasan fisik lain
Pengertian meluas
Putusan Pengadilan HAM Ad Hoc Jakpus 14
KEJAHATAN GENOSIDA
(GENOCIDE) (pasal 8)
(a) Membunuh anggota kelompok
(b) mengakibatkan penderitaan fisik atau mental
Pasal 9
PENGADILAN MILITER
berwenang:
1. Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh
seseorang yang pada waktu melakukan tindak
pidana adalah:
a. Prajurit;
b. yang berdasarkan undang-undang
dipersamakan dengan Prajurit;
c. anggota suatu golongan atau jawatan atau
badan atau yang dipersamakan atau dianggap
sebagai Prajurit berdasarkan undang-undang;
Pasal 10
Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer
HUKUM ACARA
PENGADILAN HAM
(UU No. 26 tahun 2000)
Hukum Acara
Pasal 10 UU No. 26 tahun 2000 :
JENIS
PENGADILAN HAM
(Munarman, 2005)
AD HOC
SEBELUM
UU NO 26 TAHUN 2000
(24 NOV 2000)
REGULER
SETELAH
UU NO 26 TAHUN 2000
PERTANGGUNGJAWABAN
PELANGGARAN HAM (Munarman, 2005)
STATE
RESPONSIBILITY
(Pertanggungjawab
an Negara
PERISTIWA
PELANGGARAN
HAM
TINDAKAN
PENGHUKUMAN
THD PELAKU
INDIVIDUAL
RESPONSIBILITY
(Pertanggungjawab
an Individu)
LINGKUP KEWENANGAN
PERADILAN HAM
BAB III PSL. 4 6 (Munarman, 2005)
PELANGGARAN HAM BERAT
(GROSS VIOLATION OF HUMAN RIGHTS)
GENOCIDE
TERITORIAL
TERITORIAL
NASIONALITASAKTIF
AKTIF
NASIONALITAS
TIDAK BERLAKU BAGI PELAKU YG BERUMUR DIBAWAH 18 TAHUN
GENOCIDE
GENOCIDE
BY COMMISSION
CRIMES
CRIMES
AGAINST
AGAINST
HUMANITY
HUMANITY
BY OMMISSSION
DELIK-DELIK
PELANGGARAN HAM BERAT
(Munarman, 2005)
DELICT BY COMMISSION
(PASAL 8 DAN 9 UU NO 26 TAHUN 2000)
DELICT BY OMMISSION
(PASAL 42 UU NO 26 TAHUN 2000)
DELICT BY OMMISSION
DELICT BY OMMISSION
(PEMBIARAN)
Komandan militer atau seseorang yang secara efektif bertindak
sebagai komandan militer dapat dipertanggungjawabkan
terhadap tindak pidana yang berada di dalam yurisdiksi
Pengadilan HAM, yang dilakukan oleh pasukan yang berada di
bawah komando dan pengendaliannya yang efektif, atau
dibawah kekuasaan dan pengendaliannya yang efektif dan
tindak pidana tersebut merupakan akibat dari tidak dilakukan
pengendalian pasukan secara patut, yaitu:
a. komandan militer atau seseorang tersebut mengetahui atau
atas dasar keadaan saat itu seharusnya mengetahui bahwa
pasukan tersebut sedang melakukan atau baru saja melakukan
pelanggaran hak asasi manusia yang berat; dan
b. komandan militer atau seseorang tersebut tidak melakukan
tindakan yang layak dan diperlukan dalam ruang lingkup
kekuasaannya untuk mencegah atau menghentikan perbuatan
tersebut atau menyerahkan pelakunya kepada pejabat yang
berwenang untuk dilakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan.
Superior responsibility
Pada putusan MA RI tanggal 4 Nov 2004 No. 45/
aran
g
g
n
a
l
a Pe
w
i
t
s
i
Per Berat:
HAM osida
adap
h
r
n
e
e
-G
tan T
a
h
a
j
- Ke nusiaan
a
Kem
Korban berhak
Pra-peradilan
Tim penyidik
memutuskan
Sidang memutuskan
Pelaku bersalah
Banding
Peraturan Pemerintah
No.2/2003
Bebas
PENANGKAPAN
KEWENANGAN PENANGKAPAN HANYA PADA
JAKSA AGUNG
JANGKA WAKTU PENANGKAPAN HANYA UNTUK
PALING LAMA 1 HARI
PENAHANAN
(Munarman, 2005)
TINGKAT PENYIDIKAN
90 HARI
JAKSA AGUNG
90 HARI
60 HARI
PENAHANAN
(Munarman, 2005)
TINGKAT PENUNTUTAN
30 HARI
JAKSA AGUNG
20 HARI
Ka.Pengdl.HAM
20 HARI
Ka.Pengdl.HAM
PENAHANAN
(Munarman, 2005)
TK.PERTAMA
90 HARI
Ka.Pengdl.HAM
30 HARI
Ka.Pengdl.HAM
PENAHANAN
(Munarman, 2005)
60 HARI
Ka.P.T
30 HARI
Ka.P.T
60 HARI
30 HARI
Ka.M.A
Ka.M.A
PENYELIDIKAN
PENYELIDIK ADALAH KOMNAS HAM
KOMNAS DAPAT MEMBENTUK TIM AD HOC
PENYELIDIK MEMBERITAHUKAN KEPADA
utk penyidikan
Max 90 hr & dpt diperpanjang 90 hr + 60
hr
Proses Pengadilan
Hakim:
Majelis Hakim 5 Orang:
2 hakim karir
3 hakim non-karir
usulan Ketua MA
Masa jabatan 5 tahun dan dapat diangkat
kembali
Acara Pemeriksaan
Maximum 180 hari
Banding di PT 90 hari oleh majelis hakim 5
Restitusi
Dimaksud Restitusi, berdasarkan Penjelasan
Kompensasi:
Dimaksud kompensasi, berdasarkan
Rehabilitasi:
Dimaksud dengan Rehabilitasi, berdasarkan
perkembangan kasus;
Mendapatkan informasi mengenai putusan
pengadilan;
Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;
Mendapat identitas baru;
Mendapatkan kediaman baru;
Memperoleh penggantian biaya transportasi
sesuai dengan kebutuhan;
Mendapat nasihat hukum;
Memperoleh bantuan biaya hidup sementara
sampai batas waktu tertentu.
Rehabilitasi Psikososial:
Dalam penjelasannya yang dimaksud
Perlindungan Fisik
Pasal 29 ayat (1), bahwa bentuk perlindungan
Perlindungan-non Fisik
Pasal 30 ayat (1), bahwa bentuk perlindungan
Perlindungan hukum
Pasal 31 ayat (1), bahwa bentuk perlindungan hukum
Perlindungan Darurat
2). Berdasarkan Pasal 36, diatur mengenai Perlindungan darurat
yakni:
a).Dalam hal keadaan situasi dan kondisi tertentu terhadap saksi
dan/atau korban, LPSK dapat melakukan perlindungan darurat;
b). Perlindungan yang bersifat darurat sebagaimana di maksud
pada ayat (1) melakukan tindakan pengamanan, pengawalan,
menempatkan pada rumah aman, serta dapat memberikan
perndampingan terhadap saksi dan/atau korban dalam
pemeriksaan pada tingkat proses peradilan pidana;
C). Ketentuan persyaratan baik formil maupun materiil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan 7 sementara dapat
diabaikan
e.
Restitusi;
2. Permohonan untuk memperoleh Restitusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
oleh Korban, Keluarga, atau kuasanya dengan
surat kuasa khusus;
3. Permohonan untuk memperoleh Restitusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan
secara tertulis bahasa Indonesia di atas kertas
bermaterai cukup kepada pengadilan melalui LPSK
Ketentuan Pidana
Genosida: 10 (min)-25 th (max), seumur
hidup, mati.
KTK: 10 (min)-25 th (max), seumur
hidup, mati; utk; pembunuhan,
pemusnahan, deportasi, perampasan
kemerdekaan, apartheid
KTK: 5 (min)-15 (max) utk perbudakan,
penyiksaan
KTK: 10 20 th utk perkosaan &
kejahatan seksual, penganiayaan /
persekusi, penghilangan orang
Percobaan / Permufakatan /
Pembantuan: Sama
berlaku
Dibentuk dgn Keppres atas usul
DPR
Berada di lingkungan
Pengadilan Umum
Pusat
Keputusan
Divonis 3 tahun di PN
Dikuatkan di tingkat PT
MA menolak kasasi-nya
MA mengabulkan PK-nya (ada novum)
Bebas
Kasasi Jaksa tak dapat diterima
Bebas
Kasasi Jaksa tak dapat diterima
Yayat Sudrajat
Bebas
Kasasi Jaksa tak dapat diterima
Adam Damiri
(mantan Pangdam Udayana)
3 tahun
Di tingkat PT dibebaskan
Beberapa Kelemahan
Legislasi (UU 26/2000)
Expertise
Independency & Impartiality
Infra Structure
Budaya Menghormati Proses Pengadilan
kurang jelas
Tidak memasukan Kejahatan
Perang seperti halnya ICC
Tidak jelasnya definisi Meluas
(widespread), Sistematik
(systematic) dan diketahui
(intention)
Tidk dilengkapi elements of crime
Hukuman Minimum
Tdk ada pre trial chamber
Tidak mempunyai hukum acara tersendiri