Вы находитесь на странице: 1из 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGENDALIAN GULMA


ALELOPATI

Oleh :
Nama

: Soniah Dian Wachidah

NIM

: 135040201111125

Kelas

:C

Kelompok

: Rabu, 14.45-16.20 Kel.1

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2016

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tidak
diinginkan manusia. Keberadaan gulma pada areal tanaman budidaya dapat menimbulkan
kerugian baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang ditimbulkan oleh
gulma misalnya yaitu penurunan hasil pertanian akibat persaingan dalam perolehan air, unsur
hara dan tempat hidup, penurunan kualitas hasil, menjadi inang hama dan penyakit. Gulma
bersifat merugikan tidak hanya karena bersifat kompetitif terhadap tanaman budidaya namun
juga karena mengandung senyawa kimia berbahaya yang dapat meracun tanaman budidaya, yaitu
alelopat.
Alelopati merupakan interaksi biokimia yan terjadi antara mikroorganisme atau tanaman baik
yang bersifat positif maupun negatif. Beberapa gulma telah terdeteksi mengandung senyawa ini
dan berbahaya bagi tanaman budidaya, misalnya yaitu gulma teki, alang-alang, dan babandotan.
Gulma yang memiliki senyawa alelokimia akan menjadi lebih kompetitif terhadap tanaman dan
dapat menurunkan produksi karena dalam hal ini gulma bersifat lebih unggul. Alelopat memiliki
dampak yang berbeda-beda pada setiap fase pertumbuhan tanaman namun pada intinya bersifat
merusak. Dalam laporan ini akan dibahas lebih lanjut terkait dengan pengaruh alelopat pada
pertumbuhan bibit tanaman kacang panjang dan buncis yang diaplikasikan berbagai dosis dan
ekstrak bagian tanaman yang mengandung alelopat.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengaruh senyawa alelopat pada tanaman budidaya.
b. Untuk mengetahui dosis dan bagian tumbuhan yang mengandung alelopat paling tinggi
sehingga sangat membahayakan tanaman budidaya.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Alelopati
a. Alelopati adalah fenomena ekologis pada satu jenis tanaman (termasuk mikroorganisme)
yang berpengaruh negative, baik langsung maupun tidak langsung terhadap jenis tanaman
lain oleh senyawa kimia yang dilepaskan ke lingkungan (Prawoto et al., 2006).
b. Alelopati menurut Kurniasih (2002) merupakan suatu pelepasan senyawa bersifat toksik yang
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman disekitarnya dan senyawa yang bersifat alelopati
tersebut disebut dengan alelokimia.
c. Menurut Indriyanto (2006) alelopati diartikan sebagai pengaruh yang merugikan secara
langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan yang lainnya
melalui produksi bahan kimia yang dilepaskan dan dibebaskan ke lingkungan hidup
tumbuhan tersebut.
2.2 Sumber Senyawa Alelopat
Senyawa alelopat atau alelokimia ini dapat ditemukan di setiap organ tumbuhan seperti daun,
batang, akar, rhizome, umbi, bunga, buah, dan biji serta bagian-bagian tumbuhan yang
membusuk. Senyawa alelopat ini dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam
berbagai cara melalui :
a. Penguapan
Senyawa alelopat ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang
melepaskan senyawa alelopat melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia.
Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa kimia ini dapat diserap
oleh tanaman atau tumbuhan disekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan masuk ke
dalam tanah yang akan diserap akar.
b. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar)
yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoate, sinamat, dan fenolat.
c. Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada diatas
permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Misalnya pada hasil cucian daun

tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat
hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
d. Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah
larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian organ yang mati akan kehilangan
permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya
dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman
yang ditanam pada musim berikutnya (Rahayu, 2003).
2.3 Jenis Gulma yang Berpotensi Mengandung Alelopati
Di dunia terdapat lebih dari 240 spesies gulma yang mengandung alelopat yang dapat
meracuni tanaman lain didekatnya yang memiliki spesies yang sama (autotoxicity) atau spesies
tanaman dengan gulma lainnya. Beberapa spesies gulma yang diketahui memiliki potensi untuk
mengeluarkan senyawa alelopat disajikan dalam tabel.1 berikut ini.

Tabel 1. Jenis gulma yang mengandung alelopat dan tanaman yang peka terhadapnya
(Colquhoun, 2006).
Jenis Gulma
Abutilon theoprasti
Agropyron epens
Agrostemma githago
Allium vineale
Amaranthus spinosus
Ambrosia artemisifolia
Ambrosia artemisifolia
Artemisia vulgaris
Asclepias syriaca
Avena fatua
Celosia argentea
Chenopodium album
Cynodon dactylon
Cyperus esculentus
Cyperus rotundus
Euporbia esula
Holcus mollis
Imperata cylindrica
Poa spp.
Polygonum persicaria
Rumex crisparus
Setaria faberii
Stellaria media

Jenis Tanaman Pertanian yang Peka


Beberapa jenis
Beberapa jenis
Gandum
Oat
Kopi
Berbagai jenis
Kacang pea, gandum
Mentimun
Sorgum
Berbagai jenis
Bajra
Mentimun, oat, jagung
Kopi
Jagung
Sorgum, kedelai
Kacang pea, gandum
Barley
Berbagai jenis
Tomat
Kentang
Jagung, sorgum
Jagung
Barley

2.4 Dampak Alelopati


Alelopat berdampak pada berbagai macam fase pertumbuhan yang meliputi penghambatan
dan pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh
suatu organisme (tumbuhan, hewan, atau mikroba) terhadap pertumbuhan dan perkembangan
organisme lain. Pengaruh alelopat bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme
tertentu namun tidak terhadap organisme lain. Pelepasan alelopat umumnya terjadi pada stadium
perkembangan tertentu dimana kadarnya dipengaruhi oleh stress biotik maupun abiotik. Menurut
Einhellig (1995) dalam Rahayu (2003) proses terpengaruhnya tanaman budidaya terhadap
alelopat diawali di membrane plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran
membrane, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan
dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses

fotosintesis. Hambatan selanjutnya terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa
karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebaian atau seluruh hambatan tersebut
kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya
menhambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran.

3. BAHAN DAN METODE


3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2016 pada pukul 15.00 WIB. Praktikum
dilakukan di laboratorium SDL 2 di gedung Budidaya Pertanian.
3.2 Alat dan Bahan
a.
-

Alat :
Gelas plastik
: Sebagai wadah dan tempat perkecambahan
Kertas label
: Untuk melabeli gelas
Kertas
: Sebagai alas perkecambahan pada gelas
Blender
: Untuk membuat ekstrak umbi dan bunga teki
Gunting
: Untuk memotong bagian tumbuhan
Penggaris
: Untuk mengukur panjang hipokotil dan akar
Kamera
: Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan
Timbangan
: Untuk mengukur berat segar umbi dan bunga teki
analitik
b. Bahan :
- Biji kacang panjang
: Sebagai obyek yang akan diamati
- Biji buncis
: Sebagai obyek yang akan diamati
- Air
: Sebagai pelarut dalam pembuatan ekstrak teki
- Bunga dan umbi teki
: Untuk diambil ekstraknya

3.3 Langkah Kerja


Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Memisahkan bagian bunga dan umbi teki masing-masing diambil 100 gram

Membuat ekstrak bunga dan umbi teki dengan cara menghaluskannya pada blender

Mengambil masing-masing 0 mL (tanpa ektrak teki), 1 mL, 5 mL, dan 10 mL ekstrak umbi dan
bunga yang masing-masing telah disaring

Memberi alas pada dasar gelas plastik yang telah dilabeli sesuai dengan perlakuan

Menuangkannya pada masing-masing gelas plastik yang telah berisi biji buncis dan biji kacang
panjang

Mencatat hasil pengamatan dan mendokumentasikannya

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
5.
Pen
gamatan

6.

Parameter
Pengamatan

11.

10.

Hari
ke-1

21.
Persentase
perkecambahan

31.

40.

Hari
ke-2

Jumlah
benih

Panjang
hipokotil

41.

Jumlah
benih

51.
Persentase
perkecambahan
61.

Panjang

7.

Tan
aman
12.
Kac
ang
panjang
17.
Bun
cis
22.
Kac
ang
panjang
27.
Bun
cis
32.
Kac
ang
panjang
37.
Bun
cis
42.
Kac
ang
panjang
47.
Bun
cis
52.
Kac
ang
panjang
57.
Bun
cis
62.
Kac

8.

Keterangan

13.

Benih belum berkecambah

18.

Benih belum berkecambah

23.

Benih belum berkecambah

28.

Benih belum berkecambah


33.

Belum tumbuh

38.

Belum tumbuh

9.

Dokumentasi

14.

44.
43.

Benih belum berkecambah

48.

Benih belum berkecambah

53.

Benih belum berkecambah

58.

Benih belum berkecambah


63.

Belum tumbuh

hipokotil

71.

70.

Hari
ke-3

Jumlah
benih

81.
Persentase
perkecambahan

ang
panjang
67.
Bun
cis
72.
Kac
ang
panjang
77.
Bun
cis
82.
Kac
ang
panjang
87.

Bun
cis

92.

91.

100. Hari
ke-4

Panjang
hipokotil

101.

Jumlah
benih

111. Persentase
perkecambahan

Kac
ang
panjang
97.
Bun
cis
102. Kac
ang
panjang
107. Bun
cis
112. Kac
ang
panjang
117. Bun
cis

68.
73.

Belum tumbuh

Semua benih mulai berkecambah kecuali


pada perlakuan K3

78.

Beberapa benih mulai berkecambah


kecuali pada perlakuan K3

83.
Semua benih berkecambah 100 %,
perlakuan K0 dan K3 tidak berkecambah
88.
Semua benih berkecambah 100 %,
perlakuan K0 dan K3 tidak berkecambah,
perlakuan K2 berkecambah 50 %
93.

Tinggi hipokotil paling tinggi adalah


pada perlakuan K2 yaitu 2 cm

98.

Tinggi hipokotil paling tinggi adalah


pada perlakuan K2 yaitu 4 cm

103.

Rata-rata benih yang berkecambah


adalah 2

108.

Pada perlakuan K2 hanya terdapat 1


benih yang berkecambah

113. Semua benih berkecambah 100 %,


perlakuan K0 dan K3 tidak berkecambah
118. Semua benih berkecambah 100 %,
perlakuan K0 dan K3 tidak berkecambah,

74.

perlakuan K2 berkecambah 50 %
122. Kac
ang
panjang
121. Panjang
hipokotil

127.

Bun

123.

Tinggi hipokotil paling tinggi adalah


pada perlakuan K2 yaitu 4 cm

128.

Tinggi hipokotil paling tinggi adalah


pada perlakuan K2 yaitu 3 cm

cis

131.

130. Hari
ke-5

Jumlah
benih

141. Persentase
perkecambahan

132. Kac
ang
panjang
137. Bun
cis
142. Kac
ang
panjang
147.

Bun
cis

151. Panjang
hipokotil
160.

152. Kac
ang
panjang
157. Bun
cis

133.

Rata-rata benih yang berkecambah


adalah 2

138.

Pada perlakuan K2 hanya terdapat 1


benih yang berkecambah

143. Semua benih berkecambah 100 %,


perlakuan K0 dan K3 tidak berkecambah

104.

148. Semua benih berkecambah 100 %,


perlakuan K0 dan K3 tidak berkecambah,
perlakuan K2 berkecambah 50 %
153.

Tinggi hipokotil paling tinggi adalah


pada perlakuan K2 yaitu 7 cm

158.

Tinggi hipokotil paling tinggi adalah


pada perlakuan K2 yaitu 4 cm

134.

160.1 Pembahasan
161.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada perlakuan K0 yaitu
perlakuan tanpa pemberian ekstrak umbi maupun bunga teki, tidak menunjukkan hasil yang
signifikan karena benih tanaman justru tidak tumbuh. Sedangkan pada perlakuan K3 yaitu pada
pemberian ekstrak umbi maupun bunga teki juga menghasilkan hasil yang kurang signifikan
karena bernilai nol untuk semua parameter pengamatan. Pada perlakuan K3 biji kacang panjang
maupun buncis justru membusuk yang ditandai dengan munculnya hifa jamur berwarna
keputihan pada biji tanaman yang menyebabkan tanaman tidak mampu berkecambah. Parameter
jumlah biji yang berkecambah dan persentase perkecambahan menunjukkan bahwa pada
perlakuan K1 dan K2 seluruh biji tanaman mampu berkecambah namun pada biji buncis hanya
terdapat satu biji yang mampu berkecambah. Namun pada parameter tinggi hipokotil, perlakuan
K2 yang diberi ekstrak bunga teki menunjukkan hasil yang paling tinggi dimana diperoleh ratarata sebesar 4,67 cm untuk kacang panjang dan 3 cm untuk buncis. Sedangkan tinggi hipokotil
yang paling rendah pada parameter ini ialah pada perlakuan K1 yang diberi ekstrak umbi teki
yaitu 1,67 cm baik untuk biji kacang panjang maupun biji buncis. Berdasarkan data tersebut
maka dapat diketahui bahwa alelopat yang diberikan pada tanaman belum tentu dapat
menurunkan pertumbuhan maupun mengganggu keberlangsungan hidup tanaman. Setyowati dan
Eko (2001) menjabarkan bahwa pemberian ekstrak umbi teki tidak menunjukkan pengaruh yang
nyata pada beberapa varieabel yang diamati kecuali panjang akar. Hal ini dikarenakan alelokimia
yang berasal dari ekstrak teki menghambat kinerja tanaman dalam hal pembelahan sel sehingga
akar tanaman sulit memanjang ataupun berkembang. Secara umum formula ekstrak teki lebih
menekan pemanjangan akar namun tanaman masih mampu berkecambah dan tumbuh. Daya
kecambah tanaman tidak dipengaruhi oleh formulasi ektrak teki. Daya kecambah lebih
bergantung pada sumber dan konsentrasi ektrak. Setyowati dan Eko (2001) juga menyebutkan
bahwa ekstrak bunga matahari mampu menekan daya kecambah tanaman sehingga tanaman
lebih sulit untuk tumbuh. Penekanan pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena aplikasi
ekstrak teki ditandai dengan penurunan tinggi tanaman, penurunan panjang akar, perubahan
warna daun serta bengkaknya akar tanaman.

162.
163.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa pemberian ekstrak

teki memberikan pengaruh terhadap panjang hipokotil. Pada parameter jumlah biji yang
berkecambah dan presentase perkecambahan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata
kecuali untuk perlakuan K0 dan K3 yang mana menunjukkan nilai nol pada semua
parameter pengamatan. Pada perlakuan K3 biji tanaman kacang panjang dan buncis
membusuk yang ditandai dengan adanya hifa putih pada biji. Hasil pengamatan pada tiap
parameter yang berbeda-beda tersebut menunjukkan bahwa pemberian ektrak teki yang
mengandung alelopat mempengaruhi tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi ektrak,
sumber ekstrak, dan jenis tanaman. Konsentrasi paling tinggi adalah pada pemberian 10
mL ektrak teki dimana pada konsentrasi ini menyebabkan biji tanaman tidak mampu
berkecambah.

164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.

DAFTAR PUSTAKA

Colquhoun, Jed B. 2006. Allelopathy in Weeds and Crops : Myths and Facts. Proc. of
the Wisconsin Fertilizer, Aglime and Pest Management Conference 45 : 318-320.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Prawoto, Adi, Abdul Mukti Nur, Sri Widodo Aris Soebagiyo, dan Mickey Zaubin. 2006.
Uji Alelopati Beberapa Spesies Tanaman Penaung terhadap Bibit Kopi Arabika (Coffea
Arabica L.). Jurnal Pelita Perkebunan. Vol. 22 (1) : 1-12.
Rahayu, E.S. 2003. Peranan Penelitian Alelopati dalam Pelaksanaan Low External Input
and Sustainabel Agriculture (LEISA). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Setyowati, Nanik dan Eko Suprijono. 2001. Efikasi Alelopati Teki Formulasi Cairan
terhadap Gulma Mimosa invisa dan Melochia corchorifolia. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Indonesia 3 (1) : 16-24.
Weston, Leslie A. 1996. Utilization of Allelopathy for Weed Management in
Agroecosystems. Journal of Agronomy 88 (11) : 860-866.

171.
172.

173.

174.

DOKUMENTASI

175.

176.

177.

Tang
gal
Pengamatan

178.
T
anaman
196.

195.

213.

231.

249.

267.

285.

19May-16

20May-16

23May-16

24May-16

25May-16

Rata
- rata

K
acang
Panjang
205.
B
uncis
214.
K
acang
Panjang
223.
B
uncis
232.
K
acang
Panjang
241.
B
uncis
250.
K
acang
Panjang
259.
B
uncis
268.
K
acang
Panjang
277.
B
uncis
286.
K
acang
Panjang
295.
B
uncis

LAMPIRAN
179.
Jumlah Benih Berkecambah
183.
184.
185.
K1
K2
K3
182.
K
189.
190. 191.
192. 193.
194.
B
U
B
U
B
U
197. 198.
0
0

199.
0

200.
0

201.
0

202.
0

203.
0

206. 207.
0
0

208.
0

209.
0

210.
0

211.
0

212.
0

215. 216.
0
0

217.
0

218.
0

219.
0

220.
0

221.
0

224. 225.
0
0

226.
0

227.
0

228.
0

229.
0

230.
0

233. 234.
0
2

235.
2

236.
2

237.
2

238.
0

239.
0

242. 243.
0
2

244.
2

245.
1

246.
2

247.
0

248.
0

251. 252.
0
2

253.
2

254.
2

255.
2

256.
0

257.
0

260. 261.
0
2

262.
2

263.
1

264.
2

265.
0

266.
0

269. 270.
0
2

271.
2

272.
2

273.
2

274.
0

275.
0

278. 279.
0
2

280.
2

281.
1

282.
2

283.
0

284.
0

287. 288.
0
2

289.
2

290.
2

291.
2

292.
0

293.
0

296. 297.
0
2

298.
2

299.
1

300.
2

301.
0

302.
0

303.
304.

Tang
gal
Pengamatan

305.
T
anaman

306.
Perkecambahan (%)
309. 310.
311.
312.
K
K1
K2
K3
316.
317. 318.
319. 320.
321.
B
U
B
U
B
U

323.
322.

340.

358.

19May-16

20May-16

23May-16

324. 325.
0
0

326.
0

327.
0

328.
0

329.
0

330.
0

333. 334.
0
0

335.
0

336.
0

337.
0

338.
0

339.
0

342. 343.
0
0

344.
0

345.
0

346.
0

347.
0

348.
0

351. 352.
0
0
361.
360.
10
0

353.
0
362.
1

354.
0
363.
10

355.
0
364.
1

356.
0

357.
0

365.
0

366.
0

370.
369.
10
0

371.
1

374.
0

375.
0

379.
378.
10
0

380.
1

383.
0

384.
0

388.
387.
10
0

389.
1

392.
0

393.
0

397.
396.
10
0

398.
1

401.
0

402.
0

406.
405.
10
0

407.
1

410.
0

411.
0

K
acang
Panjang

415.
414.
10
0

416.
1

419.
0

420.
0

424.
423.
10
0

425.
1

428.
0

429.
0

436. 437.

438.

441.

442.

acang
Panjang
332.
B
uncis
341.
K
acang
Panjang
350.
B
uncis
359.
K
acang
Panjang
368.

B
uncis

377.
376.

24May-16

acang
Panjang
386.

B
uncis

395.
394.

25May-16

acang
Panjang
404.
uncis
413.

412.

Rata
- rata

422.

B
uncis

430.
431.
432.
433.
443.

Tang
gal
Pengamatan

434.
435.

444.
T
anaman

372.
50
381.
10
390.
50
399.
10
408.
50
417.
10
426.
50
439.

373.
1
382.
1
391.
1
400.
1
409.
1
418.
1
427.
1

440.

445.
Jumlah Benih Berkecambah
449.
450.
451.
K1
K2
K3
448.
K
455.
456. 457.
458. 459.
460.
B
U
B
U
B
U

462.
461.

479.

497.

515.

533.

551.

19May-16

20May-16

23May-16

24May-16

25May-16

Rata
- rata

acang
Panjang
471.
B
uncis
480.
K
acang
Panjang
489.
B
uncis
498.
K
acang
Panjang
507.
B
uncis
516.
K
acang
Panjang
525.
B
uncis
534.
K
acang
Panjang
543.
B
uncis
552.
K
acang
Panjang
561.

B
uncis

569.

463. 464.
0
0

465.
0

466.
0

467.
0

468.
0

469.
0

472. 473.
0
0

474.
0

475.
0

476.
0

477.
0

478.
0

481. 482.
0
0

483.
0

484.
0

485.
0

486.
0

487.
0

490. 491.
0
0

492.
0

493.
0

494.
0

495.
0

496.
0

499. 500.
0
2

501.
1

502.
3

503.
2

504.
0

505.
0

508. 509.
0
1

510.
1

511.
2

512.
1

513.
0

514.
0

517. 518.
0
2

519.
2

520.
4

521.
3

522.
0

523.
0

526. 527.
0
2

528.
2

529.
3

530.
2

531.
0

532.
0

535. 536.
0
2

537.
2

538.
7

539.
5

540.
0

541.
0

544. 545.
0
2

546.
2
555.
1

547.
4
556.
4.

548.
3
557.
3

549.
0

550.
0

558.
0

559.
0

565.
3

566.
2

567.
0

568.
0

553. 554.
0
2
563.
562.
1.
0

564.
1

Вам также может понравиться