Вы находитесь на странице: 1из 39

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA ANORAGANIK II

Disusun oleh:

EMSAL YANUAR
G1C008 009

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2010

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan tetap praktikum Kimia Anorganik II ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Kimia Anorganik II
Disetujui pada tanggal: 15 Desember 2010
Mengetahui:
Coordinator

Dwi Arif Sulistiono


NIM. G1C 007 008
Acara I

Acara II

Husnul Khotimah

Nuraini Yusuf

NIM.G1C 007 011

NIM. G1C 007 029

Acara III

Acara IV

Febritania Wardani

Sumarni

NIM. G1C 007 009

NIM. G1C 007 039


Acara V

Taufik Abdullah

Silfiarini Pramita

NIM. G1C 007 043

NIM. G1C 007 036

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
nikmat-Nya pada kita semua.Antara lain nikmat sehat dan kesempatan,sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.
Laporan ini disusun dalam rangka sebagai syarat untuk lulus mata kuliah kimia
Anorganik II .Laporan ini berisi kumpulan laporan sebelumnya dengan urutannya masingmasimg dan di beri beberapa perbaikan didalamnya.
Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaikan laporan tetap ini.salah satunya yaitu pada co.Ass yang telah
mengarahkan saya ketika praktikum,dan yang terakhir kepada teman-teman dan keluarga
yang telah mendukung saya sepenuhnya.
Penulis sadar bahwa banyak terdapat kekurangan dalam laporan ini,baik dari segi
penyusunan maupun isi laporan ini.Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritikannya
pada laporan disusun ini.
Demikian laporan ini di susun agar dapat di terima dan digunakan sebagai acuan laporanlaporan selanjutnya.

Mataram, 15 desember 2010

Praktikan,

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
Acara 1 : Pemurnian NaCl ........................................................................................... 1
Acara 2 : pembuatan tawas ............................................................................................
Acara 3 : kimia mangan .................................................................................................
Acara 4

: pembuatan kristal tembaga 2 sulfat ...............................................................

Acara 5

: pembuatan garam rangkap dan garam kompleks dari tembaga.....................

PERCOBAAN I

PEMURNIAN NACL
A. Pelaksanaan Praktikum
Tujuan

: Memahami prinsip Pemurnian dan Pengkristalan garam NaCl.

Waktu

: Senin, 8 November 2010.

Tempat

: Laboratorium Kimia Dasar Fakultas MIPA Universitas Mataram.

B. Landasan Teori
Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97,5oC.
Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam
seluruhnya dalam pelarut naftal atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan air
membentuk natrium hidroksida dan hidrogen. Dalam garam-garamnya natrium berada
sebagai kation monovalen Na+. Garam-garam ini membentuk larutan tak berwarna,
hampir semua garam natrium larut dalam air, merkuri (I) klorida (HgCl2), perak klorida
(AgCl), timbal klorida (PbCl2), tembaga (I) klorida (CuCl2), bismuth oksiklorida (BiOCl)
dan merkuri (I) oksiklorida (HgOCl2), tak larut dalam air (Vogel, 1979).
Natrium klorida adalah garam ionik dari logam Na. Senyawa ini banyak
terkandung dalam air laut dan batuan garam seperti karnalit (NaCl.MgCl.6H2O) yang
merupakan hasil penguapan air laut dalam jangka waktu geologis. Danau garam di Utah
dan laut mati di Israel merupakan contoh dari penguapan yang masih berlangsung
(Cotton, 1989 :251).
Walaupun kelarutan ion itu tertentu, dapat juga berkurang bila di dalam larutan
memiliki ion sejenis dari senyawa lain yang disebut dengan pengaruh ion sejenis
contohnya kelarutan AgCl akan lebih kecil di dalam larutan yang mengandung ion Ag+
atau Cl- dari senyawa lain. Seperti AgNO3 dan NaCl. Hal ini disebabkan oleh adanya ion
sejenis yang menggeser kesetimbangan AgCl ke arah reaktan. Sehingga kelarutan akan
berkurang. Dengan menggunakan Ksp, dapat dihitung kelarutan senyawa dalam larutan
bergantung pada jumlah totalnya, tanpa membedakan asalnya (Syukri, 1999 : 440).

C. Alat dan Bahan


1. Alat

Gelas kimia

Gelas ukur

Neraca analitik

Batang pengaduk

Cawan penguapan

Pipa T

Penutup karet

Erlenmeyer

Pipet tetes

statif

2. Bahan

Garam dapur

H2SO4

Aquades

D. Cara Kerja
50 gram garam dapur

Digerus terlebih dahulu

Dilarutkan sedikit demi sedikit ke dalam 100 mL


aquades sampai diperoleh larutan jenuh

Dicatat berapa gram garam yang digunakan

Larutan jenuh

Dialirkan gas HCl pelan-pelan sampai terbentuk


butiran endapan (gas HCl dibuat dengan reaksi antara
garam dapur dengan H2SO4 pekat). ( 20 menit)

Hasil (endapan)

Disaring endapan dengan penyaring Buchner

Dicuci endapan dengan sedikit air dingin

Dikeringkan dalam oven pada suhu 200oC.

Hasil
Ditimbang hasil yang diperoleh

E. Hasil Pengamatan
Prosedur Kerja

Hasil Pengamatan

1. Dilarutkan 50gr garam dapur

1. Terbentuk larutan garam januh

sedit demi sedikit sampai larutan

berwarna keruh

jenuh dalam 100 ml air


2. Penaambahan H2SO4 pada garam

2. Terbentuk

gelembung-gelembung

pada larutan garam dan bau gasnya


menyengat
3. Terbentuk endapan pada dasar
tabung (Erlenmeyer)

3. Pengaliran gas HCl

4. Terbentuk

gas

menyebabkan
4. Hasil endapan

HCl

yang

terbentuknya

endapan seperti bubuk-bubuk kotor


Berwarna putih kehitaman (tidak
terbentuk Kristal)

F. Analisis Data
1. Persamaan Reaksi
NaCl (s) + H2O

Na+(aq) + Cl-(aq)

2NaCl(s) + H2SO4

Na2SO4 (l) + 2HCl (g)

NaCl kotor + HCl

NaCl murni

Keterangan:
1. Statif
2. Selang
3. Erlenmeyer
4. Garam dapur + H2SO4
5. Larutan NaCl jenuh
G. pembahasan
Pada percobaan pemurnian NaCl dari garam dapur dilakukan dengan cara kristalisasi,
pada larutan jenuh garam dapur dengan menggunakan gas HCl. Sebab, jika dilakukan
dengan cara penguapan, tidak akan menghasilkan NaCl murni. Karena garam dapur yang
diuapkan hanya akan menghilangkan kandungan air pada garam dapur tersebut.
Sedangkan pengotor-pengotornya, seperti KCl dan MgCl2 yang tidak larut masih tetap di
dalam kristal garam tersebut.
Gas HCl yang dialirkan ke dalam larutan jenuh garam dapur diperoleh dari reaksi
garam dapur dengan H2SO4 pekat. Hasil utama reaksi garam dapur dengan H2SO4 adalah
pembentukan garam sulfat, sedangkan gas HCl yang dihasilkan merupakan hasil
sampingan dari reaksi tersebut yang digunakan untuk menjenuhkan larutan jenuh garam
dapur.Ga HCl akan menjenuhkan garam dapur dengan cara meningkatkan kadar ion Cldalam larutan yang berfungsi mengikat pengotor seperti K+, Mg2+, dan Ca2+ membentuk
garam serta mengikat Na+ sehingga diperoleh garam NaClnya. Garam-garam pengotor
tersebut masih dalam bentuk larutan sedangkan agarm NaCl berada dalam bentuk butiranbutiran putih. Hal ini disebabkan garam KCl, MgCl2, dan CaCl2 memiliki kelarutan yang
lebih besar daripada NaCl sehingga kristal NaCl akan lebih dulu terbentuk dari larutan
jenuh tersebut. Maka kristal NaCl tersebut dipisahkan dari larutan dengan cara disaring
dan kemudian dikeringkan dengan cara dioven untuk lebih menguapkan larutan ataupun
air yang masih tertinggal sebagai zat pengotor. Namun praktikum kali ini gagal karena

kesalhan pada saat melakukan praktikum diantaranya tidak disaring terlebih dahulu
larutan jenuh sehingga menghasilkan banyak pengotor.

H. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Prinsip pemurnian NaCl adalah memisahkan NaCl dari zat-zat pengotor berdasarkan
perbedaan daya larut (KSP) dengan melewatkan ion sejenis seperti HCl.
2. Garam dapur masih mengandung NaCl yang tidak murni (adanya garam pengotor
lain).
3. Gas HCl dibuat dengan mereaksikan garam dapur (NaCl) dengan H2SO4 pekat.
4. Adanya gas HCl ditandai dengan adanya gelembung pada larutan jenuh NaCl dan
adanya bau yang menyengat.
5. Pemisahan yang dilakukan pada pemurnian NaCl tersebut didasarkan pada kelarutan.
6. Pada praktikum kali ini tidak terbentuk Kristal NaCl murni salah satunya adalah

karena adanya pengotor.


7. Gas hidrogen klorida (HCl) diperoleh dengan mereaksikan garam dapur dan asam
sulfat pekat (H2SO4).
8. Pemurnian garam NaCl dengan penguapan tidak menghasilkan NaCl murni
karena masih terkandung pengotor seperti Ca2+, Mg 2+ dan K+.
9. Endapan garam dapat terbentuk karena larutan garam yang dibuat sudah jenuh
yang ditandai dengan tidak larutnya garam dapur.

DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F. Albert dan Geoffrey Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik. Jakarta : UI Press.
Syukri. 1999. Kimia Dasar II. Bandung : ITB press.
Vogel. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif f Makro dan Semimakro. Jakarta :
Kalman Media Pustaka

PERCOBAAN II

PEMBUATAN AlK(SO4)2.12H2O
A. Pelaksanaan Praktikum
Tujuan

: - Memahami beberapa aspek tentang unsur aluminium


- Membuat tawas

Waktu

: Senin, 8 November 2010.

Tempat

: Laboratorium Kimia Dasar Fakultas MIPA Universitas Mataram.

B. Landasan Teori
Aluminium, Al merupakan anggota golongan IIIA berada di alam dalam
aluminosilikat di kerak bumi dan lebih melimpah dari pada besi. Mineral aluminium
yang paling penting dalam metalurgi adalah bauksit Alx(OH)3-2x. walaupun Al adalah
logam mulia yang mahal di abad ke-19 harganya jatuh bebas setelah diproduksi dengan
jumlah besar elektrolisis alumina, Al2O3 yang telah dilelehkan dalam krolit Na3AlF6
namun karena produksinya memerlukan sejumlah besar energi listrik. Sifat aluminium
dikenal dengan baik dan aluminium banyak digunakan dalam keseharian, misalnya untuk
koin, panic, dan kusein. Logam aluminium digunakan dengan kemurniannya lebih dari
99% dan logam atau paduannya (missal : duralium) banyak digunakan (Saito, 1996 :
112).
Aluminium dibuat dalam skala besar dari bauksit Al2O3.nH2O (n = 1 3). Al
dimurnikan dengan pelarutan dalam NaOH aqua dan diendapkan ulang sebagai Al(OH)3
dengan menggunakan CO2. Hasil dehidrasi dilarutkan dalam lelehan kriolit dan
lelehannya pada suhu 8001000oC dielektrolisis mesti sangat elektropositif, Al
bagaimanapun juga tahan terhadap korosi karena lapisan oksidanya yang kuat dan liat
yang terbentuk pada permukaan aluminium larut dalam asam encer, tetapi dipasifkan
oleh HNO3 pekat. Logamnya dapat bereaksi dengan NaOH panas, halogen dan berbagai
non logam (Cotton, 1989 : 288).
Senyawa tawas merupakan senyawa aluminium yang memiliki rumus molekul
AlK(SO4)2.12H2O. senyawa ini dapat dijumpai dengan mudah dipasaran, bermanfaat
dalam proses penjernihan air dan industri pencelupan dan pewarnaan. Aluminium sulfat
juga dapat dipakai sebagai bahan pemadam kebakaran tipe busa jika dicampurkan

dengan soda NaHCO3. Dalam proses penjernihan air, biasanya tawas dicampur dengan
air kapur Ca(OH)2 dan persamaan reaksi yang terjadi adalah :
Al3+(aq) + SO42-(aq) + Ca2+(aq) + 3OH-(aq)

Al(OH)3 (s) + CaSO4 (s)

Produk reaksi berupa glatin yang mampu menyerap kotoran dan zarah bakteri untuk
dibawa mngendap ke dasar tempat air sehingga diperoleh air yang bersih (Sugiarto, 2003
: 44-45).
Larutan berair yang mengandung jumlah molar yang sama dari Al2(SO4)2 dan
K2SO4 mengkristal sebagai kalium aluminium sulfat KAl(SO4)2.12H2O. Garam ini
dikenal dengan potas alum atau tawas. Alum mempunyai kegunaan yang penting dari
potas alum adalah sebagai pewarna tekstil yang diwarnai (dicelup) direndam dalam
larutan alum dan dipanaskan dengan uap (Petrucci, 193: 115).
senyawa tawas digunakan untuk menjernihkan air. Aluminium sulfat ini dengan
kapur membentuk endapan Al(OH)3. Senyawa ini dibuat dengan mereaksikan bauksit
dengan asam sulfat dengan reaksi sebagai berikut :
Al2O3 (s) + 3H2SO4 (g)

Al2(SO4)3 (aq) + H2O (l)

Dan bila mengkristal menjadi Al2(SO4)3.18H2O (syukri, 1999 : 631).


C. Alat dan Bahan
1. Alat-alat

Gelas kimia 250 mL

Corong

Pengaduk

Cawan penguapan

Neraca analitik

Gelas ukur 25 mL

Pemanas listrik

Thermometer

2. Bahan-bahan

Padatan K2SO4

Padatan Al2(SO4)3.18H2O

Aquades

Kertas saring

D. Skema Kerja
16,7 gr Al2(SO4)3.18H2O

4,35 gr K2SO4

Dilarutkan dalam
12,5 mL aquades 80oC

Dilarutkan dalam 25 mL
aquades

dicampurkan

Campuran

Dipindahkan campuran ke dalam cawan


penguapan

Didinginkan pada suhu kamar sehingga


terbentuk Kristal

Kristal

Dicuci dengan sedikit air dingin

Dikeringkan dengan kertas saring

Hasil
E. Hasil Pengamatan
Prosedur Kerja
1.

Hasil Pengamatan
16,7 gr Al2(SO4)3.18H2O +

12,5 mL aquades 80oC


2.

4,35 gr K2SO4 + 25 mL

Al2(SO4)3.18H2O larut dan terbentuk


larutan berwarna agak putih keruh

Terbentuk 2 fase

Larutan berwarna putih keruh

Terbentuk Kristal yang masih terdapat

aquades

3. A + B
4.

campuran

Campuran
dituangkan

dikeringkan

kotoran

Terbentuk Kristal yang cukup bersih

Hasil penimbangan yang diperoleh =

disaring
Kristal dicuci
Kristal

Kristal murni ditimbang

19,07 gram + kertas saring

F. Analisis Data
1. Persamaan Reaksi
Al2(SO3)2.18H2O(s) + H2O(l) 2AL3+(aq) + 3SO42-(aq) + 19H2O(l)
- K2SO4 (s) + H2O(l) 2K+(aq) + SO42-(aq) + H2O(l)
Al2(SO4)3.18H2O(aq) + K2SO4 (aq) 2KAL(SO4)2.12H2O(s)

2. Perhitungan
Diketahui : berat Al2(SO4)3.18H2O = 16,7 gr
berat K2SO4

= 4,35 gr

berat Kristal

+ kertas saring= 19,07 gr

berat kertas saring

=1,03 gram

: % Al2(SO4)3.18H2O = ?

Ditanya

mol Al2(SO4)3.18H2O =
mol K2SO4 =

= 0,025 mol

= 0,025 mol

persamaan reaksi : Al2(SO4)3.18H2O + K2SO4


mula-mula

0,025

0,025

bereaksi

0,025

0,025

setimbang

2AlK(SO4)2.12H2O
0,05

0,05

mol AlK(SO4)2.12H2O =
0,05

gram

= 0,05 x 474
= 23,67 gram (secara teori)

# gram yang terbentuk dalam praktikum = 19,23 gram

% Rendemen =
=

x 100%
,

x 100%

= 76,21 %

G. Pembahasan
Aluminium adalah logam kuat, keras dan ringan dan berwarna putih. Aluminium
juga rermasuk unsur yang banyak ditemukan di kulit bumi dan tahan terhadap korosi. Di
antara logam golongan IIIA, aluminium termasuk logam yang paling reaktif. Dua faktor
yang harus dipertimbangkan untuk menilai kelarutan senyawa Al dalam air adalah
kecilnya ukuran dan tingginya muatan ion Al3+ serta tingginya energi hidrasi. Sejumlah
garam Al dapat mengkristal dari larutannya sebagai hidrat. Sebagian dari hidrat ini amat
larut dalam air dan bersifat delikuesen.
Pada percobaan kali ini akan dipelajari cara pembuatan tawas yaitu salah satu bentuk
senyawa garam dari aluminium. Rumus kimia dari tawas adalah KAl(SO4)2.12H2O, yang
pada percobaan ini dibuat dengan mereaksikan larutan Al2(SO4)3 dengan K2SO4.
KAl(SO4)2.12H2O dilarutkan dengan air panas pada suhu maksimal 80oC, hal ini
bertujuan mempercepat proses pelarutan dari Al2 (SO4)3. 18 H2O. Suhu larutan tidak
diperbolehkan melebihi 80oC agar tidak terjadi hidrolisis. Pelarutan Al2(SO4)2.12H2O
dengan air panas diperoleh larutan putih keruh dengan reaksinya:
Al2 (SO4)3(s) + H2O(l) Al3+(aq) +SO42-(aq) + H2O(l)
Kemudian larutan tersebut dicampurkan dengan larutan K2SO4 dan didinginkan sehingga
terbentuk kristal berwarna putih yang diprediksikan sebagai kristal KAl(SO4)2.12H2O,
dengan reaksinya
Al2 (SO4)3. 18 H2O(aq) + K2SO4(aq) 2 KAl (SO4)2. 12 H2O
Kristal tersebut dipisahkan dari larutan dengan cara disaring dan kemudian dikeringkan
sehingga diperoleh kristal murni yaitu tawas sebanyak 18,04 gram. Berat ini tidak sesuai
dengan berat tawas dari perhitungan secar teori yaitu 23,67 gram. Perbeedaan berat ini
mungkin disebabkan karena kurang larutnya Al2(SO4)3 atau K2SO4 dalam air sehingga
diperoleh tawas yang kurang dari perhitungan teori. Sehingga dengan diperoleh berat
tawas dari percobaan dan teori, diperoleh rendemen tawas sekitar 76,21 %.
H. kesimpulan
1. Tawas dapat dibuat dengan mereaksikan Al2(SO4)3.18H2O dan larutan K2SO4,
berdasarkan persamaan reaksi:
Al2(SO4)3.18H2O (aq) + K2SO4 (aq) 2 KAl(SO4)2.12H2O + 2SO4 + 6H2O
2. Tawas dapat membentuk kristal putih pada suhu kamar

3. Pemanasan dilakukan pada larutan Al2(SO4)3.18H2O untuk mempercepat kelarutan.


4. Kristal yang terbentuk dalam percobaan kali ini ditimbang sebanyak 18,04 gram.
5. % rendemen yang diperoleh pada percobaan kali ini adalah 76,21 %
6. Larutan dibuat benar-benar jenuh agar dapat diperoleh hasil yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Alerts, G dan Santika, S.S.. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional.
Cotton, F.. 1996. Kimia Anorganik. Jakarta : UI Press.
Saito, Taro. 1996. Kimia Anorganik. Tokyo : iwanami Publisher.
Sugiarto, Kristian. 2003. Dasar-dasar Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta. UNY Press.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung : ITB Press.

PERCOBAAN IV

KIMIA MANGAN
A. Pelaksanaan Praktikum
Tujuan

: Mempelajari pembuatan senyawa mangan (VI), Mangan (III), dan sifatsifatnya

Waktu

: Senin, 15 November 2010

Tempat

: Laboratorium Kimia Dasar Fakultas MIPA Universitas Mataram.

B. Landasan Teori
Mineral mangan tersebar secara luas dalam bentuk diantaranya oksida, silikat,
dan karbonat merupakan senyawa yang paling umum. Sumber mangan yang terbesar
adalah di dasar lautan dengan kandungan sebesar 24% sehingga menjadi salah satu
sumber mangan. Penemuan mangan di dasar lautan ini bersamaan dengan penemuan
unsure lainnya walaupun dengan jumlah kandungan yang lebih sedikit. Irolusi dan
rhodokhrosif adalah mineral mangan yang paling banyak dijumpai. Logam mangan dapat
diperoleh dengan mereduksi oksida mangan dengan natrium, magnesium, alumunium,
atau dengan proses elektrolisis (Petrucci, 1987).
Mangan merupakn salah satu anggota golongan transisi. Sifat kimia dan fisika
unsur transisi ditentukan oleh konfigurasi elektronnya. Tingkat energi orbital d dan f
kulit terluarnya hampir sama. Sehingga terjadi kombinasi orbital d dan f dalam
konfigurasi elektronnya. Dalam senyawa unsur transisi selalu mempunyai bilangan
oksidasi positif dan nilainya dapat bervariasi dari +1 sampai +8, dan kebanyakan unsur
transisi mempunyai lebih dari 1 bilangan oksidasi. Hal ini berlaku juga pada mangan.
Mangan memiliki bilangan oksidasi dari +2 sampai +7. Tetapi senyawa mangan yang
stabil dalam larutan adalah +2, berupa kompleks Mn(H2O)62+ (Syukri, 1999 : 615 623).
Mangan bersifat metalik dengan titik leleh kira-kira 1244oC dan titik didih
1962oC. dalam keadaan murni logam mangan berwarna putih seperti perak, sangat keras
tetapi mudah patah. Mangan mudah teroksidasi oleh udara, bereaksi lambat dengan air.
Untuk memperoleh logam mangan murni, pirolusit diolah menurut proses termit. Dalam
proses ini, pirolusit (MnO2) dipanaskan agar mengalami reduksi sebagian menjadi
Mn3O4. Reaksi lebih lanjut dengan logam aluminium menghasilkan logam mangan yang

dapat dipisahkan sebagai lelehannya. Pemurnian Mn lebih lanjut dilakukan secara


destilasi (Sugiarto, 2001 : 34-36).
Ion mangan (III) diperoleh dengan elektrolitik atau oksidasi persulfat larutan
Mn

2+

atau dengan reduksi MnO4-. Zat tersebut tidak dapat diperoleh dengan konsentrasi

tinggi karena direduksi oleh air. Mangan juga sangat cenderung untuk terhidrolisis atau
terdisproporsionasi dalam larutan asam lemah. Kompleks mangan (III) dan mangan (IV)
mungkin penting dalam fotosintesis, dimana pengeluaran oksigen tergantung mangan
(Cotton dan Wilkinson, 1989 : 460).
Senyawa mangan (VI) stabil dalam larutan basa dan berwarna hijau. Pada
penetralannya terjadi reaksi disproporsionasi, terbentuk endapan mangan dioksida dan
ion pemanganat. Jika mangan (VI) oksida diolah dengan asam, terbentuk ion mangan
(II). Senyawa mangan (VII) mengandung ion manganat (VII) atau permanganate MnO4-.
Permanganat alkali adalah senyawa yang stabil yang menghasilkan warna lembayun.
Semuanya merupakan zat pengoksidasi yang kuat (Shevla, 1990).
C. Alat dan Bahan
1. Alat

Tabung reaksi besar

Tabung reaksi kecil

Gelas kimia

Pipet volume

Pipet tetes

Corong

Rak tabung reaksi

2. Bahan

KMnO4 0,1 M

KMnO4 0,01 M

NaOH 2 M

H2SO4 encer

H2SO4 pekat

MnSO4 (s)

MnO2 (s)

Aquadest

Kertas saring

D. Skema Kerja
1. Pembuatan senyawa Mangan (VI)
10 mL KMnO4 0,01 M

Tabung I

Tabung II

+ 5 mL NaOH 2 M

+ 5 mL H2SO4 encer

+ MnO2

+ MnO2

Dikocok (2 menit)

Dikocok (2 menit)

Disaring

Disaring

Hasil

Hasil

2. Pembuatan senyawa Mangan (III)


0,5 gr MnSO4
+ 2 mL H2SO4 encer
+ 10 tetes H2SO4 pekat
Didinginkan (dengan air dingin)
+ 5 tetes KMnO4 0,1 M
Hasil
+ 50 mL aquadest
Hasil

E. Hasil Pengamatan
Prosedur kerja

Hasil pengamatan

1. Pembuatan Mangan (VI)

Larutan berwarna ungu

a. KMnO4 + H2SO4 encer + MnO2

hasil Terdapat endapan, kertas saring dan


filtrate berwarna ungu

b. KMnO4 + NaOH 2M + MnO2


Hasil

disaring

Filtrate + H2SO4

filtrat

hasil Terbentuk larutan ungu


Kertas saring dan filtrate berwarna ungu
Terbentuk larutan yang memisahkan

hijau di bawah dan merah di atas,


terdapat sedikit endapan

Terbentuk larutan berwarna merah


2. Pembuatan Mangan (III)

terdapat endapan

MnSO4 + H2SO4 encer + H2SO4 pekat


+ KMnO4

hasil

Larutan menjadi coklat tua dan endapan


yang terbentuk
Larutan menjadi coklat.

Hasil + 50 mL air

hasil

F. Analisis Data
1. Pembuatan mangan (VI)
a. Suasana asam

KMnO4 +NaOH

MnO4- + Na+ + KOH

MnO4- + MnO2

MnO42- + MnO2

2MnO4- + 3MnO2 + 2H2O

2MNO42- + 2MnO2 + 4H+

b. Suasana basa

KMnO4 + H2SO4

4MnO4 + MnO2 +H2O

3MnO42- + 4H+

K2SO4 + MnO2 + H2O


5MnO4- + H+
2MnO4- + MnO2 + 2H2O

2. Pembuatan Mangan (III)

MnSO4 (s) + H2SO4 (aq)

MnSO4 (s) + KMnO4 (aq)

K2SO4 + MnO4- + Mn3+

4Mn2+ + 2MnO4- + 8H+

4MnO4- + 5Mn3+ + 4H2O

MnSO4 (aq) + H2SO4 (aq)

G. Pembahasan
Mangan merupakan unsur yang relatif melimpah keberadaannya dan terdapat dalam
banyak deposit terutama oksida, oksida hidrat atau karbonat. Mangan termasuk unsur
yang cukup elektropositif dan mudah melarut dalam asam bukan pengoksidasi. Mangan

memiliki tingkat oksidasi tertinggi dengan jumlah total elektron berada pada sub 3d dan
4s.
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui pembuatan mangan (III) dan mangan
(VI). Pada pembuatan mangan (VI) dilakukan dengan dua cara yaitu dalam suasana asam
dan suasana basa. Pada pembuatan mangan (VI) dalam suasana asam digunakan KMnO4
0,01 M dan KMnO4 0,1 M dalam tabung berbeda yang masing-masing berwarna ungu
dan direaksikan dengan asam kuat H2SO4. Pada larutan asam seperti H2SO4, ion mangan
akan lebih mudah larut dimana ion manganat MnO42- yang memiliki warna hijau ini akan
dibentuk pada oksidasi MnO2 dalam larutan OH- (suasana basa). Mangan (VI) tidak
terbentuk dalam suasana asam karena walaupun MnO42- mudah larut dalma asam akan
mengalami disproporsionasi.
3MnO4

4 H 2 MnO4 MnO2 H 2 O

Hal ini ditandai dengan warna larutan pada saat praktikum tidak berwarna hijau
melainkan berwarna ungu dengan endapan hitam (KMnO4 0,01 M) dan untuk KMnO4 0,1
M berwarna ungu dengan endapan oranye. Dalam hal ini MnO4- bertindak sebagai
oksidator.
Pembuatan mangan (VI) dalam suasana basa dilakukan dengan mereaksikan
KMnO4 0,01 M dengan basa kuat (NaOH 0,1 M) dan MnO2 pada tabung pertama
diperoleh larutan ungu dan endapan berwarna coklat. Namun setelah konsentrasi KMnO4
0,1 yang dimasukkan ke tiga buah tabung reaksi lainnya, dan ditambahkan NaOH dengan
konsentrasi yang berbeda pada masing-masing tabung reaksi (yaitu NaOH 0,1 M, 1 M,
dan 2 M) dan ditambahkan MnO2 diperoleh larutan ungu dengan endapan berwarna hijau.
Tetapi warna hijau pada penambahan NaOH 0,1 M hanya sebentar, hal ini mungkin
disebabkan karena konsentrasi NaOH terlalu kecil. Serta untuk tabung pertama
dikarenakan konsentrasi KMnO4 dan NaOH yang digunakan terlalu kecil. Dan untuk
pembuatan mangan (VI) dalam suasana basa ini dibutuhkan filtrat yang berwarna hijau
untuk direaksikan (ditambahkan) dengan asam sulfat (H2SO4) dengan tujuan untuk
menetralkan kembali larutan mangan (VI) tersebut sehingga larutan tersebut akan kembali
menjadi ungu. Akan tetapi kenyataannya dari hasil percobaan larutan mangan (VI)
tersebut tidak berwarna hijau melainkan berwarna ungu sehingga praktikan tidak
menambahkan asam sulfat. Hal ini terjadi karena kesalahan praktikan dalam melakukan
pengukuran bahan atau mungkin karena larutan tersebut tidak bercampur/dikocok dengan

merata. Dengan terbentuknya warna hijau pada larutan menunjukkan bahwa mangan (VI)
telah dapat dibuat, karena mangan dengan bilangan oksidasi VI berwarna hijau.
Lain halnya dengan pembuatan mangan (VI), pada pembuatan mangan (III)
digunakan garam sulfatnya (MnSO4) yang dilarutkan dengan asam sulfat (H2SO4) pekat
didapat larutan bening. Selanjutnya, saat larutan ini ditambahkan dengan H2SO4 pekat
diperoleh larutan putih dan menghasilkan kalor yang menandakan reaksi belangsung
secara eksoterm. Larutan ini ditambahkan KMnO4 0,1 dan berubah warnanya menjadi
coklat dan terdapat endapan cokelat jua. Warna coklat lebih terlihat jelas setelah
ditambahkan air. Hal ini menunjukkan bahwa mangan (III) lebih mudah larut dalam air
(endapan larut) dari pada didala KMnO4. Mangan (III) diperoleh sebagian besar dengan
osidasi elektrolit, dimana mangan (II) yang dihasilkan tidak stabil dan mudah berubah
menjadi mangan (III).
H. Kesimpulan
1. Mangan (VI) dapat dibuat dengan mereaksikan KMnO4, MnO2 dengan NaOH
(suasana basa).
2. Terbentuknya mangan (VI) ditandai dengan terbentuknya warna hijau pada kertas
saring dan filtrate.
3. Mangan VI lebih stabil dalam dalam keadaan basa dibandingkan dalam keadaan
asam.
4. Pembuatan mangan (III) dapat dibuat dengan mereaksikan MnSO4 dengan KMnO4
dalam suasana asam (H2SO4 pekat dan encer)
5. Pada pembuatan mangan (III), H2SO4 pekat dan encer bertindak sebagai pelarut.
6. Dalam keadaan asam akan mudah terjadi reaksi terdisproporsionasi

DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F.A. dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik. Jakarta : UI Press.
Petrucci,Ralph H.1987.Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.Erlangga:Jakarta
Shevla, G.. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : PT kalmah
Media Pustaka.
Sugiarto, Kristian H.. 2001. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta : UNY Press.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung : ITB Press.

PERCOBAAN V
PEMBUATAN KRISTAL TEMBAGA (II) SULFAT

A. Pelaksanaan Praktikum
Tujuan

: - Membuat dan mengenal sifat Kristal tembaga (II) sulfat.


- Memahami proses pembentukkan Kristal.

Waktu

: Senin, 22 November 2010

Tempat

: Laboratorium Kimia Dasar Kimia Fakultas MIPA Universitas Mataram.

B. Landasan Teori
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu+
mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan
berarti senyawa larutan Cu (I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada keadaan
bagaimana Cu(I) dan Cu(II) terbentuk, yaitu membuat (Cu+) cukup banyak pada larutan air,
Cu2+ akan berada pada banyak jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta
dikalikan pangkat dua dari Cu+). Dispropordionasi ini akan menjadi sempurna. Dilain pihak
jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap).
Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap (Petrucci, 1987 : 350).
Tembaga (Cu) adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Tembaga
melebur pada 1038oC. karena potensial elektroda standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan
Cu/Cu2+), tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan
adanya oksigen ia dapat larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah
melarutkan tembaga (Svehla, 1990 : 229).
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun hanya
tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dalam air, hampir semua garam
tembaga (II) berwarna biru oleh karena warna ion kompleks koordinasi enam [Cu(H2O)6]2+.
Reaksi ion Cu2+ dengan OH- pada berbagai konsentrasi bergantung pada metodenya.
Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat (0,1-0,5 M) secara bertetes
dengan kecepatan ~ 1 mL/menit menyebabkan terjadinya endapan gelatin biru muda dari
garam tembaga (II) hidroksida sulfat, bukan endapan Cu(OH)2 (Sugiarto, 2003 : 569).
Senyawa tembaga bersifat diamagnetik. Tembaga sulit teroksidasi superficial
dalam udara kadang menghasilkan lapisan warna hijau hidroksida karbonat dan hidrokso

sulfat dan SO2, di atmosfer tembaga mudah larut dalam asam nitrat dan asam sulfat dengan
adanya oksigen. Kstabilan realtif kepro dan kopri diartikan dengann potensial Cu* = 0,52V
dan Cu+ = 0,153V. Kestabilan relatif tergantung pada sulfat anion dan ligan yang cukup
beragam dengan pelarut/sifat fisik atom tetangganya dalam Kristal. Pelarutan tembaga
hidroksida karbonat dan sebagainya dalam asam yang dihasilkan akuo hijau kebiruan yang
ditulis [Cu(H2O)6]2+. Di antara berbagai Kristal hidratnya adalah sulfat biru CuSO4.5H2O
yang paling lazim. CuSO4.5H2O dapat dihidrasi menjadi zat anhidrat yang berwarna putih.
Penambahan ligan menyebabkan kompleks dengan pertukaran molekul air secara berurutan
(Syukri, 1999 : 321).
C. Alat dan Bahan
1. Alat

Gelas kimia

Cawan

Pipet volum

Pengaduk

Neraca analitik

Hot plate

Corong

2. Bahan

Kepingan tembaga

H2SO4 pekat

HNO3 pekat

Aquades

D. Cara Kerja
25 mL air (aquades)

Hasil

+ 4,25 mL H2SO4 pekat


+ 2,5 gr keping tembaga
+ 6,25 mL HNO3 pekat
Diaduk

Setelah gas berwarna coklat tua tidak keluar, larutan dipanaskan hingga
uap tidak lagi berwarna coklat muda.
Hasil
Disaring ketika masih panas
Endapan

Filtrat

Disimpan hingga terbentuk Kristal

Kristal

Dicuci Kristal dengan air


Dilarutkan dengan air sesedikit mungkin
dan dikristalkan kembali

Kristal

Kristal

Diulang langkah diatas


Kristal
terbebas dari nitrat
Ditimbang CuSO4.5H2O yang diperoleh

E. Hasil Pengamatan
Prosedur kerja

Hasil pengamatan

1. 25 mL air + 4,25 mL H2SO4 pekat Warna tetap bening dan terdapat uap (gas)
hasil

Larutan tetap bening, terdapat gelembung

2. Hasil + 2,5 gr Cu

hasil

3. Hasil + 6,25 mL HNO3 pekat

Warna larutan menjadi biru dan muncul


hasil

gas berwarna coklat


Uap

4. Hasil

dipanaskan

coklat

menghilang

dan

larutan

menjadi biru bening.


Terbentuk Kristal serta terdapat endapan
yang tidak larut

5. Disaring

panas-panas

dan

disimpan Diperoleh Kristal yang lebih halus dan

larutan

lebih terbebas dari kotoran

6. Berat kristal

4,39 gram

F. Analisis Data
1. Persamaan reaksi
Cu(s) + H2SO4(aq)

CuSO4(s) + SO2(g) + H2O(l)

Cu(s) + HNO3(aq)

3Cu(NO3)2 + 2NO2(g) + 4H2O(l)

Cu(s) + 3H2O(l) + H2SO4(aq) + HNO3(aq)


CuSO4 + 5H2O

CuSO4(s) +5H2O(l) + 2NO2(g)

CuSO4.5H2O(s)

2. Perhitungan secara teori


Mol Cu

mol CuSO4.5H2O

=
=

,
,

gr

=
=

= 9,8425 gr

% rendemen =
=

x 100%
,

x 100%

= 44,6 %
G. Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk membuat dan mengenal sifat Kristal tembaga (II)
sulfat, dan memahami proses pembentukan Kristal. Suatu zat dapat membentuk lebih dari
satu macam hidrat yang masing-masing stabil dalam suasana tertentu. Tembaga sulfat
membentuk 3 macam hidrat, yakni pentahidrat CuSO4.5H2O, trihidrat CuSO4.3H2O, dan
monohiderat CuSO4. H2O. Pada praktikum ini akan dibuat pentahidrat CuSO4.5H2O. untuk
membuat Kristal CuSO4.5H2O dpat dengan mereaksikan logam tembaga (Cu), H2SO4 pekat,
serta HNO3 pekat. Yang pertama dilakukan adalah mereaksikan logam tembaga (Cu) dengan
H2SO4 pekat agar terbentuk Kristal CuSO4, pada reaksi ini terbentuk gelembung kecil yang
merupakan gelembung H2O dari hasil reaksi dan juga terbentuk gas SO2 (Svehla,1990).

Logam Cu tidak dapat larut sempurna dalam H2SO4 walaupun H2SO4 merupakan salah satu
oksidator kuat. Sehingga perlu direaksikan dengan oksidator yang lebih kuat yaitu HNO3
pekat. Hal ini dikarenakan karena potensial oksidasi HNO3 lebih besar dari H2SO4. Selain itu
daya oksidasi yang tinggi dari HNO3 disebabkan adanya ion H+ dan NO3-.H+ merupakan
oksidator begitu pula NO3- namun kekuatan oksidasi NO3- jauh lebih tinggi dari H+ (
Purwoko,2000). Proses oksidasi Cu oleh HNO3 menjadi lebih cepat karena adanya H2SO4
pekat yang menghasilkan ion kompleks Cu koordinasi 6, [Cu(H2O)6]2+, yang menimbulkan
warna biru keruh serta timbul gas berwarna cokelat pada larutan yang merupakan gas NO2
dari hasil reaksi. Dilakukan selalu pengadukan dalam reaksi untuk mempercepat reaksi.
Setelah gas NO2 telah habis terbentuk, selanjutnya dilakukan pemanasan campuran
larutan dengan tujuan mempercepat reaksi pembentukan CuSO4. Sehingga terbentuk larutan
biru agak pekat dan logam Cu hamper larut semua. Lalu dilakukan penyaringan untuk
memisahkan logam Cu yang tidak larut sepenuhnya sehingga diharapkan dapat diperoleh
Kristal CuSO4 yang bersih dari pengotor. Penyaringan ini dilakukan saat larutan masih
dalam keadaan panas. Ini dilakukan untuk menghindari terbentuknya Kristal yang masih
mengandung pengotor.
Kristal yanga dproleh berwarna biru.kristal yang terbentuk dipisahkan dengan
penyaringan dan kemudian dicuci dengan sedikit air untuk menghilangkan zat pengotor .
bentuk kristal tembaga sulfat adalah triklin yang berwarana biru dari hasil itu kristal yagn
dihasilkan ditimbang dan didapatkan berat kristal nya sebesar 4,39 gram. Sehingga dapat
diproleh persen rendemen uyang diproleh sebesar 44,6 %.
H. Kesimpulan
1. Kristal CuSO4.5H2O dapat dibuat dengan mereaksikan antara logam Cu, H2SO4 pekat
dan HNO3 pekat
2. Logam Cu mengalami oksidasi membentuk Cu2+
3. Pelarutan dan pencucian kembali dilakukan untuk membebaskan Kristal dari NO3
sehingga diperoleh Kristal CuSO4.5H2O yang murni
4. Kristal CuSO4.5H2O yang diperoleh berwarna biru dan memiliki bentuk triklin
5. Massa Kristal CuSO4.5H2O yang diperoleh adalah 4,39 gram
6. Persen rendemen yang didapatkan dari percobaan pembuatan Kristal CuSO4.5H2O
adalah 44, 6%.

DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph.H.. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta : Erlangga.
Svehla, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : PT Kalman
Media Pustaka.
Sugiarto, Kristian. 2003. Dasar-dasar Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta : UNY Press.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung : ITB Press.

PERCOBAAN IV

PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP


DARI TEMBAGA
A. Pelaksanaan Praktikum
Tujuan

: - Membuat dan mengenal sifat garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat
heksa hidrat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
- Membuat dan memeriksa sifat garam kompleks tetraamin tembaga (II)
sulfat monohidrat.

Waktu

: Senin, 29 November 2010

Tempat

: Laboratorium Kimia Dasar Fakultas MIPA Universitas Mataram.

B. Landasan Teori
Tembaga murni merupakan penghantar panas tertinggi diantara semua logam dan
konduktor listrik kedua setealah perak. Tembaga adalah logam yang relatif lunak dan
sering digunakan sebagai logam paduan. Misalnya kuningan dan perunggu. Tembaga
membentuk senyawa dengan tingkat oksidasinya +1 dan +2. Namun hanya tembaga (II)
yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dalam air, hampir semua tembaga (II)
berwarna biru oleh karena ion kompleks koordinasi enam [Cu(H2O)2]2+. Jika larutan
amoniak ditambahkan dalam larutan ion Cu2+, larutan berubah menjadi biru tua karena
terjadi pendesakan ligan air oleh ligan ammonia menurut reaksi (Sugiarto, 2003 : 568569).
[Cu(H2O)2]2+(aq) + 5NH3 (aq)

[Cu(NH3)(4-5)(H2O)(2-4)]2+ + 5H2O

Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Tembaga
melebur pada 1038oC. karena potensial elektroda standarnya positif (+0,34 V untuk
pasangan Cu/Cu2+), ia tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun
dengan adanya oksigen ia dapat larut sedikit. Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawasenyawa temabaga satu diturunkan dari tembaga (I) oksida (CuO2) yang merah dan
mengandung ion Cu+. Senyawa-senyawa ini tidak berwarna, kebanyakan garam tembaga
(I) tidak larut dalam air. Perilakunya mirip dengan senyawa perak (I). mereka mudah
dioksidasi menjadi senyawa tembaga (II) yang dapat diturunkan dari senyawa tembaga
(II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru. Baik dalam
bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air. Garam-garam tembaga (II) anhidrat,

seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam
larutan air selalu terdapat tetraaquo (Svehla, 1990 : 229).
Garam rangkap adalah gram yang terbentuk apabila seluruh hydrogen asam dari
suatu asam digantikan oleh ion logam tak sejenis. Salah satu contoh garam rangkap yaitu
FeSO4(NH4)2SO4.6H2O dan K2SO4AL2(SO3)2.24H2O. dalam larutan, garam ini
merupakan ion sederhana yang akan mengion bila dilarutkan lagi. Proses pembentukkan
dari garam rangkap terjadi bila dua garam mengkristal bersama-sama dengan
perbandingan tertentu. Garam-garam ini memiliki struktur tersendiri dan tidak harus
sama denga struktur garam komponennya (Idris, 2008 : 215).
Suatu garam terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen
dua atau lebih garam tertentu disebut garam rangkap. Sedangkan garam-garam kompleks
yang mengandung ion-ion dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks,
misalnya heksamin kobalt (II) klorida, Co(NH3)6Cl dan kalium heksasinoferat (III),
KFe(CN)6. Bila suatu kompleks dilarutkan akan terjadi pengionan, sehingga akhirnya
akan terbentuk kesetimbangan antara kompleks yang tersisa (tidak terdisosiasi) dari
komponen-komponennya. Proses pembentukkan dari garam rangkap terjadi bila dua
garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan tertentu. Garam-garam ini
memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama denga struktur garam komponennya.
Kompleks ialah suatu satuan baru yang terbentuk dari satuan-satuan yang dapat berdiri
sendiri, tetapi membentuk ikatan baru dalam kompleks itu (Haryadi, 1997 : 201).
Senyawa kompleks telah banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu tahapantahapan reaksi (mekanisme reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam dan ligan yang
berbeda-beda. Salah satu keistimewaan dari reaksi kompleks adalah rekasi penggantian
ligan melalui efek trans (Mita, 2008).
Padatan yang mengandung molekul-molekul senyawa bersama-sama dengan
molekul air disebut hidrat. Sebagian besar terdiri dari molekul-molekul air distrit baik
terikat pada kation melalui atom oksigen atau terikat pada anion atau atom yang kaya
akan elektron melalui hydrogen atau keduanya. Pada banyak kasus bila hidrat dipanaskan
di atas 100oC air dapat dikeluarkan dan mengikat senyawa anhidratnya. Namun, pada
beberapa kasus bukannya air melainkan zat lain yang dikeluarkan (Cotton, 2007 : 300).

C. Alat dan Bahan


1. Alat

Neraca analitik

Batang pengaduk

Hot plate

Mortal

Pipet tetes

Pipet volum

Cawan penguapan

Corong

Gelas kimia

2. Bahan

Aquades

CuSO4.5H2O

(NH4)2.SO4

NH3 15 M

Etanol

Es batu

Kertas saring

D. Cara Kerja
1. Pembuatan garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat heksahidrat. CuSO4.5H2O
9,98 gram CuSO4.5H2O

+ 5,28 gram (NH4)


+ 30 mL aquades
Diaduk

Didekantasi
Disaring

Hasil

Filtrat

Endapan
Dikeringkan di atas kertas saring
Diamatai bentuknya
Ditimbang
Hasil

2. Pembuatan

garam

kompleks

tetraamin

tembaga

(II)

sulfat

monohidrat

[Cu(NH3)4].SO4.H2O
7,5 mL NH3 15 M

Hasil

7,5 mL aquades
7,03 gr CuSO4.5H2O (digerus terlebih dahulu)
Diaduk

Hasil

7,5 mL etanol
Ditutup cawan
Disimpan semalaman

Diaduk
Didekantasi
Disaring

Filtrat

Endapan

Hasil

Dibilas cawan dengan 0,88 NH3


pekat dan 0,88 mL etanol
Dicuci endapan dengan 1,67 mL
etanol
Dikeringkan
Ditimbang

E. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat heksahidrat. CuSO4.5H2O
Prosedur kerja

9,98

gr

CuSO4.5H2O

Hasil pengamatan
+

5,28

gr

Larutan berwarna biru muda terang

(NH4)2SO4 + 30 mL aquades

Diuapkan

Larutan berwarna biru muda dan


volume larutan berkurang

Didinginkan dalam air es

Terbentuk Kristal warna biru muda dan


masih basah

Didekantasi, dikeringkan dan disaring

Diperoleh

Kristal

yang

berwarna biru dan putih kilat.

kering

Ditimbang

2. Pembuatan

garam

kompleks

15,07 gr dengan kertas saring

tetraamin

tembaga

(II)

sulfat

monohidrat

[Cu(NH3)4]SO4.H2O
Prosedur kerja

Hasil pengamatan

7,5 mL NH3 15 M + 7,5 mL aquades

Larutan bening

(larutan A)

Larutan A + 7,03 gr CuSO4.5H2O +

Larutan berubah menjadi terbentuk da

etanol (larutan B)

fase, endapan berwarna biru dan


larutan agak bening di atasnya

Larutan B didekantasi dan disaring

Kristal mengendap berwarna biru tua


(Kristal)

Ditimbang endapan (Kristal)

4,70 gr dengan kertas saring

F. Analisis Data
a. Persamaan reaksi
CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l)
CuSO4.5H2O(s) + 4NH3(aq)

CuSO4(NH4)2SO4.6H2O

Cu(NH3)4SO4.H2O(s) + 4H2O(l)

b. Perhitungan

Pembuatan Garam Rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O


Berat Kristal + berat kertas saring = 16,62 gram
Berat kertas saring = 1,06 gram
Berat Kristal = 16,62 1,06 = 15,56 gram

Pembuatan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O


Berat kertas saring + [Cu(NH3)4]SO4.H2O = 5,79 gram
Berat kertas saring = 1,06 gram
Berat [Cu(NH3)4]SO4.H2O = 5,79 1,06 = 4,73 gram
Gram CuSO4.H2O = 5 gram
Namun yang tersedia adalah CuSO4.5H2O. Jadi beratnya =.
mol CuSO4.5H2O = mol CuSO4.H2O
=

gram =

=7,028 gram CuSO4.5H2O

yang digunakan 7,03 gram


1. Pembuatan Garam Rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l) CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Mula-mula

0,04 mol

0,04 mol

Bereaksi

0,04 mol

0,04 mol

Setimbang

0,04 mol

0,04 mol

Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O secara teori :


m CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = n x Mr
= 0,04 x 399,5
= 15,98 gram
Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang diperoleh dalam praktikum :
m CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 15,56 gram
% rendemen =
=

x 100%
,

x 100%

= 98,81 %
2. Pembuatan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O
m CuSO4.5H2O = 7,03 gram
Mr CuSO4.5H2O = 249,5 gram/mol
n=

= 0,028 mol

dari persamaan reaksi diketahui :


n CuSO4.5H2O = n [Cu(NH3)4]SO4.H2O
0,028 = n [Cu(NH3)4]SO4.H2O
m [Cu(NH3)4]SO4.H2O = n x Mr
= 0,028 x 247
Secara teoritis

= 6,916 gram

Massa [Cu(NH3)4]SO4.H2O hasil percobaan = 4,70


% rendemen =
=

x 100%
,

x 100%

= 68,4%

G. PEMBAHASAN
Garam rangkap adalah garam dalam kisi kristalnya mengandung dua kation berbeda
dengan proporsi tertentu. Garam rangkap biasanya lebih mudah membentuk kristal besar
dibandignkan garam-garam tunggal lainnya. Garam kompleks merupakan kebalikan dari
garam rangkap, dimana terbentuk kombinasi garam yang memiliki atom pusat yang sama
namun dengan sisa ion yang berbeda. Amonia dapat berperan sebagai basa maupun ligan.
Jika larutan ammonia ditambahkan kedalam larutan Cu2+, larutan biru berubah menajdi
larutan biru tua karena terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan ammonia menurut
reaksi: [Cu(H2O)6]2+(aq) + 5NH3 (aq) [Cu(NH3)4 (H2O)2]2+ + 5H2O(l)
Pada percobaan pembuatan garam rangkap CuSO4(NH4)2.6H2O dapat diperoleh
dengan mereaksikan hidrat CuSO4.5H2O dengan (NH4)2SO4 yang dilarutkan dalam air,
sehingga diperoleh larutan biru tua. Untuk mempercepat reaksi kedua zat, maka dilakukan
pemanasan. Kemudian larutan ini didinginkan/dibiarkan semalaman untuk mendapatkan
kristal besarnya, sehingga diperolehlah larutan dan kristal besar berbentuk seperti jarum
dengan warna menjadi biru muda. Untuk lebih mendapatkan kristal yang besar dan
banyak, maka dilakukan inkubasi. Sehingga diperoleh kristal murni sebanyak 15,79 gram
sedangkan dari perhitungan diperoleh sebesar 15,96 gram. Namun dapat dilihat atau
diselisihkan bahwa berat kristal dari percobaan tidak terlalu jauh bedanya dengan
penghitungan berat secara teori. Dan ini juga dapat dibuktikan dengan persentase
rendemennya yaitu sebesar 98,81%.
Untuk

pembuatan

garam

kompleks

[Cu(NH3)4]SO4.H2O

dilakukan

dengan

mereaksikan ammonia pekat yang sudah diencerkan dengan CuSO4.5H2O sehinga


diperoleh larutan biru tua, kemudian ditambahkan etanol yang larutan berubah menjadi
warna iru pekat. Penambahan etanol dimaksudkan bahwa [Cu(NH3)4]SO4.H2O lebih
mudah terbentuk dalam suasana basa. Campuran larutan ini kemudian ditutup dengan
aluminium fosil dan dibiarkan semalam agar terbentuk endapan yang diprediksikan
sebagai kristalnya. Kristal tersebut didekantasi/disaring dari filtratnya. Kristal yang
tertinggal pada cawan dicuci dengan NH3 pekat dan etanol untuk mengikat garam
[Cu(NH3)4]SO4.H2O yang tertinggal dan disaring lagi. Kristal yang terbentuk berwarna
biru pekat. Kemudian kristal dicuci dengan etanol dan dikeringkan serta ditimbang. Dari
percobaan diperoleh kristal garam kompleks sebanyak 4,70 gr. Angka ini berbeda jauh
dari berat berdasarkan teori sebesar 6,575 gr dan dapat dilihat hasil persentase
rendemannya yaitu 68,4 %.

H. Kesimpulan
1. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O
merupakan senyawa koordinasi.
2. Pada garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O, Cu2+ merupakan ion pusat dan SO4serta NH4+ merupakan ligannya.
3. Bahan dasar pembuatan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O adalah NH3 dan
CuSO4.5H2O
4. Etanol yang digunakan dalam pembuatan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O
berfungsi sebagai pelarut.
5. Dari hasil percobaan diperoleh garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O sebesar 15,79
gram dan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O sebesar 4,70 gram
6. Dari hasil perhitungan % rendemen yang diperoleh untuk pembentukkan garam
rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O adalah 98,81% dan untuk pembuatan garam
kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O adalah 68,4%

DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press.
Haryadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
Idris, M.dkk.. 2008. Kamus MIPA. Yogyakarta : Ar-Ruzz Press.
Mita, Rilyanti. 2008. Sintesis Senyawa Kompleks Cis [Co(Bipi)(CN)] dan Uji Interaksi
dengan Gas NO menggunakan Metode Spektrometri UV-Vis dan IR. http
://blog.spot.Chemistry.com. 29 November 2010.
Svehla, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : PT Kalman
Media Pustaka.
Sugiarto, Kristian. 2003. Dasar-dasar Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta : UNY Press.

Вам также может понравиться