Вы находитесь на странице: 1из 22

TEKNIK-TEKNIK KONSELING KELUARGA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling Keluarga


Dosen pengampu : Mulyani, M.Pd.

Disusun oleh :
Nama

Kelas

: Ihda Ayu Oktaviani

(1114500043)

Gilang Ramadlan S.

(1114500112)

Winda Lukitasari

(1114500114)

: BK-4D

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas mata kuliah Konseling Keluarga yang
berjudul Teknik-teknik Konseling Keluarga.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
konseling keluarga, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Pancasakti. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing
kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Terima kasih.

Penyusun

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas mata kuliah Konseling Keluarga yang
berjudul Teknik-teknik Konseling Keluarga.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
konseling keluarga, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Pancasakti. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing
kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Terima kasih.

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar.............................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teknik Konseling keluarga menurut Aliran Adler................................... 3
2.2 Teknik Konseling Keluarga dalam Pendekatan Sistem........................... 4
2.3 Skill Individual yang Perlu Dikuasai Konselor....................................... 6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................................ 13
3.2 Saran...................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah perkembangan konseling keluarga di dunia berasal dari Eropa
dan Amerika Serikat pada tahun 1919 yakni sesudah perang dunia I Magnus
Hirschfeld mendirikan klinik pertama untuk pemberian informasi dan nasehat
tentang masalah seks di Berlin Institut For sexual science. Pusat informasi dan
advis yang sama didirikan pula di Vienna pada tahun 1922 oleh Karl Kautsky
dan kemudian pusat lain didirikan lagi di Berlin pada tahun 1924.
Bimbingan dan konseling di sekolah pada masa tahun 60-an bahkan
sampai pada saat ini dirasakan sebagai suatu kebutuhan, karena banyak sekali
masalah-masalah siswa, seperti kesulitan belajar, penyesuaian sosial, dan
masalah perilaku siswa yang tidak dapat dipecahkan oleh guru biasa. Jadi
diperlukan guru BK untuk membantu siswa. Namun sejak awal lulusan BK ini
memang sangat sedikit, sehingga sekolah mengambil kebijakan menjadikan
guru biasa merangkap BK. Hal ini telah mencemarkan nama BK karena banyak
perlakuan guru BK yang tidak sesuai denga prinsip-prinsip BK, seperti
memarahi siswa, bahkan ada yang memukul. Mengenai kasus keluarga, banyak
juga ditemukan di sekolah seperti siswa yang menyendiri, dan suka bermenung.
Tiap keluarga akan senantiasa menghadapi berbagai masalah, tetapi
kemampuan untuk mengatasinya tidak terlalu memadai. Karena itu harus ada
usaha-usaha untuk memperkuat kemampuan keluarga atau anggota keluarga
dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam keluarga itu sendiri
maupun dari luar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja teknik konseling keluarga menurut aliran Adler ?
2. Apa saja teknik konseling keluarga dalam pendekatan sistem ?
3. Skill apa saja yang perlu dikuasai konselor ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teknik-teknik konseling keluarga menurut aliran
Adlerian
2. Untuk mengetahui teknik-teknik konseling keluarga dalam pendekatan
sistem
3. Untuk mengetahui skill apa saja yang perlu dikuasai konselor

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teknik Konseling keluarga menurut Aliran Adler


Teknik-teknik konseling keluarga yang dipelopori oleh Adlerian sebagai
garis besarnya dikemukakan oleh Lowe (1982), yaitu sebagai berikut:
a. Interview awal
Tujuan interview adalah membantu konselor mendiagnosis tujuan anakanak, mengevaluasi metode orang tua dalam mendidik anak memahami iklim
dikeluarga, dan dapat membuat rekomendasi khusus bagi perubahan dalam
situasi keluarga tersebut. Proses interview inti difokuskan pada usaha
memberikan keberanian dan memperkuat semua anggota keluarga. Yang paling
utama adalah pembentukan raport yang memungkinkan usaha produktif
tercapai. Konselor membuat suatu rancangan dan hipotesis sehubungan dengan
tujuan anak-anak, suasana keluarga, metode mendidik anak, dan menilai
kekuatan anggota keluarga. Interview berakhir dengan seperangkat rekomendasi
dan termasuk PR untuk orang tua dan orang lain di keluarga yang berarti bagi
anak-anak.
b. Role Playing (bermain peran)
Bermain peran dan metode-metode playing yang berorientasi kepada
perbuatan yang tampak, sering merupakan bagian dari sesi-sesi konseling
keluarga. Perbuatan yang tampak adalah hasil interaktif anggota di dalam
keluarga.
c. Interpretasi (penafsiran)
Interpretasi merupakan bagian penting dalam konseling Adlerian yang
dilanjutkan pada sesi-sesi seterusnya. Tujuannya adalah untuk menimbulkan
insight (pemahaman bagi anggota keluarga, memberi pemahaman tentang apa

yang telah dilakukannya), dan mendorong mereka untuk menerjemahkan apa


yang mereka pelajari dan diterapkan bagi perilakunya sehari-hari. Seorang
anggota keluarga memberikan tafsiran terhadap perilakunya terhadap anggota
lain, atas usul konselor.
2.2 Teknik Konseling Keluarga dalam Pendekatan Sistem
Pendekatan system yang dikemukakan oleh perez (1979) mengembangkan
10 teknik konseling keluarga, yaitu:
1. Sculpting (mematung)
Sculpting yaitu suatu teknik yang mengizinkan anggota-anggota keluarga
yang menyatakan kepada anggota lain, persepsinya tentang berbagai masalah
hubungan diantara anggota-anggota keluarga. Klien diberi izin menyatakan isi
hati dan persepsinya tanpa rasa cemas. Sculpting digunakan konselor untuk
mengungkapkan konflik keluarga melalui verbal, untuk mengizinkan anggota
keluarga mengungkapkan perasaannya melalui verbal, untuk mengizinkan
anggota keluarga mengungkapkan perasaannya melalui tindakan (perbuatan).
Hal ini bisa dilakukan dengan the family relationshop tebelau yaitu anggota
keluarga yang mematung, tidak memberikan respon apa-apa, selama seorang
anggota menyatakan perasaannya secara verbal.
2. Role playing (bermain peran)
Role playing yaitu suatu teknik yang memberikan peran tertentu kepada
anggota keluarga. Peran tersebut adalah peran orang lain dikeluarga itu,
misalnya anak memainkan peran sebagai ibu. Dengan cara itu anak akan
terlepas atau terbebas dari perasaan-perasaan penghukuman, perasaan tertekan
dan lain-lai. Peran itu kemudian bisa dikembalikan lagi kepada keadaan yang
sebenarnya jika ia menghadapai suatu prilaku ibunya yang mungkin kurang ia
sukai.
3. Silence (diam)

Apabila anggota berada dalam konflik dan frustasi karena ada salah satu
anggota lain yang suka bertindak kejam, maka biasanya mereka datang
kehadapan konselor dengan tutup mulut. Kedaan ini harus dimanfaatkan
konselor untuk menunggu suatu gejala prilaku yang akan muncul menunggu
munculnya pikiran baru. Disamping itu juga digunakan dalam menghadapi klien
yang cerewet, banyak omong dan lain-lain.
4. Confrontation (konfrontasi)
Confrontation ialah suatu teknik yang digunakan konselor untuk
mempertentangkan pendapat-pendapat anggota keluarga yang terungkap dalam
wawancara konseling keluarga. Tujuan agar anggota keluarga itu bisa bicara
terus terang, dan jujur serta menyadari perasaan masing-masing. Contoh respon
konselor: siapa biasabya yang banyak omong?, konselor bertanya dalam
suasana yang mungkin saling tuding.
5. Teaching via Questioning
Teaching via Questioning ialah suatu teknik mengajar anggota dengan cara
bertanya.
6. Listening (mendengarkan)
Teknik ini digunakan agar pembicaraan seorang anggota keluarga
didengarkan dengan sabar oleh yang lain. Konselor menggunakan teknik ini
untuk mendengarkan dengan perhatian terhadap klien. Perhatian tersebut terlihat
dari cara duduk konselor yang menghadapkan muka kepada klien, penuh
perhatian terhada setiap pernyataan klien, tidak menyela ketika klien sedang
serius.
7. Recapitulating (mengikhtisarkan)
Teknik ini dipakai konselor untuk mengikhtisarkan pembicaraan yang
bergalau pada setiap anggota keluarga, sehingga dengan cara itu kemungkinan
pembicaraan akan lebih terarah dan terfokus. Misalnya konselor mengatakan

rupanya ibu merasa rendah diri dan tak mampu menjawab jika suami anda
berkata kasar.
8. Summary (menyimpulkan)
Dalam suatu fase konseling, kemungkinan konselor akan menyimpulkan
sementara hasil pembicaraan dengan keluarga itu. Tujuannya agar konseling
bisa berlanjut secara progresif.
9. Clarification (menjernihkan)
Clarification yaitu usaha konselor untuk memperjelas atau menjernihkan
suatu pernyataan anggota keluarga karena terkesan samar-samar. Klarifikasi
juga terjadi untuk memperjelas perasaan yang diungkap secara samar-samar.
Misalnya mislannya konse,or mengatakan kepada jeni, bukan kepada saya.
Biasanya klarifikasi lebih menekankan kepada aspek makna kognitif dari suatu
pernyataan verbal klien.

10. Reflection (refleksi)


Reflection yaitu cara konselor untuk merefleksikann perasaan yang
dinyatakan klien, baik yang berbentuk kata-kata atau ekspresi wajahnya.
tanpaknya anda jengkel dengan prilaku seperti itu.

2.3 Skill Individual yang Perlu Dikuasai Konselor


Jika pelaksanaan konseling keluarga melalui pendekatan sistem tak mungkin
dilakukan, maka usaha konselor adalah melakukan pendekatan individual
terhadap klien yang mengalami kasus keluarga. Misalnya siswa yang
bermasalah bersumber dari keluarga. Berhubung kedua orang tuanya sulit untuk
di datangkan kesekolah maka buat pertama kali siswa itu diberi konseling
individual. Berikut ini adalah beberapa teknik konseling individual.

1. Teknik-teknik Yang Berhubungan Dengan Pemahaman Diri


Teknik-teknik yang berkaitan dengan pemahaman diri ini dibagi atas tujuh
kelompok yaitu:
a. Listening skill (keterampilan mendengarkan)
Keterampilan ini terdiri dari :
1) Attending, yaitu pernyataan dalam bentuk verbal dan non verbal
ketika klien memasuki ruang konselor.
2) Paraphrasing, yaitu respon konselor terhadap pesan utama dalam
pernyataan klien. Respon tersebu merupakan pernyataan ringkas
dalam bahasa konselor sendiri tentang pernyataan klien.
3) Clarfyng, yaitu pengungkapan diri dan memfokuskan diskusi.
Konselor memperjelas masalah klien.
4) Perception checking, yaitu menentukan ketepatan pendengaran
konselor.
b. Leading skill (keterampilan memimpin)
Keterampilan ini terdiri dari;
1) Indirect leading, digunakan dalam awal pembicaraan dimana
konselor secara tak langsung memimpin klien.
2) Direct leading, yaitu memberikan klien dan memperluas diskusi.
3) Focusing, yaitu memfokuskan pembicaraan, mengawasi keraguraguan, memfokuskan pembiacaraan yang menyebar atau
bertele-tele atau bersamar-samar.

4) Questioning, berhubungan dengan penilikan atau penyelidikan


agar klien membuka diri dengan pernyataan-pernyataan yang
baru.
c. Reflecting skill (keterampilan merefleksi)
1) Reflecting feeling, yaitu keterampilan merefleksi perasaan klien.
2) Reflecting

experience,

yaitu

keterampilan

merefleksikan

pengalaman klien.
3) Reflecting content, yaitu keterampilan dalam mengulang ide-ide
klien dengan bahasa yang lebih segar dan memberikan
penekanan.
d. Summarizing skill (keterampilan menyimpulkan)
Yaitu keterampilan konselor dalam menarik kesimpulankesimpulan yang menonjol dari pernyataan klien.
e. Confronting skill (keterampilan mengkonfrontasi)
1) Pengenala perasaan-perasaan dalam diri konselor, konselor sadar
akan pengalaman sendiri dihubungkan dengan pengalaman klien.
2) Mengkonfrontasikan pengalaman, perasaan dan pemikiran klien
yang bertentangan.
3) Pendapat-pendapat yang mereaksi ekspresi klien, konselor
mengkonfrontasikan antara pernyataan dengan ekspresi klien,
atau dengan gerakan tubuh, pandangan mata.
4) Meningkatkan konfrontasi diri.
5) Membuka perasaan-perasaan yang tak jelas (repeating)

6) Memudahkan munculnya perasaan-perasaan yang tenggelam


(associating)
f. Interpreting skill (keterampilan menafsirkan)
Terdiri dari;
1) Pertanyaan penafsiran (interpretive questions), memudahkan
munculnya kesadaran klien.
2) Fantasi

dan

metafora

(fantasy

and

metaphor),

yaitu

mengandaikan, menyimbolkan ide-ide dan perasaan klien.


g. Informing skill (keterampilan menginformasikan)
1) Nasehat (advising), yaitu member sugesti dan pandangan
berdasarkan pengalaman konselor.
2) Menginfrmasikan (informing), yaitu memberikan informasi yang
valid berdasarkan keahlian konselor.

2. Keterampilan Untuk Menyenangkan dan Menangani Krisis


Keterampilan ini berhubungan dengan klien atau siapa saja yang mengalami
krisis, agar supaya konselor mampu merespon dengan fleksibel, cepat dan aktif,
serta mencapai tujuan-tujuan yang terbatas. Skill ini juga berhubungan dengan
usaha menyenangkan dan konselor sebagai alatnya.
a. Contacting skill (keterampilan mengadakan kontak). Kontak tersebut
bisa berupa kontak mata, dan kontak fisik dengan cara memegang bahu
klien agar dia merasa senang dan aman. Tetapi kontak tersebut harus
didasari oleh kultur, usia, dan keadaan emosinal klien.
b. Reassuring skill (keterampilan menentramkan hati klien) keterampilan
ini merupakan usaha konselor untuk meyakinkan akibat logis

perbuatannya atau pendekatan. Hal ini merupakan hadiah (reward) bagi


klien dan mengurangi stress atau konfliknya. Tujuan teknik ini untuk
menanamkan kepercayaan diri klien, memobilisasi kekuatannya, dan
mengurangi kecemasan, dan menguatkan prilaku yang diinginkan.
Sebagai contoh: anda dapat merasakan lebih baik anda dapat
menyelesaikan sendiri masalah anda.
c. Relaxing skill (keterampilan untuk member relax/santai), teknik ini
berguna untuk menurunkan ketegangan dengan jalan mengendurkan
otot-otot. Teknik relaxation ini dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Tegangkan kedua otot tangan beberapa detik, kemudian kendorkan
perlahan-lahan.
2) Tegangkan otot perut dan dada, kemudian kendorkan perlahan-lahan.
3) Tegangkan otot kaki, kemudia kendorkan perlahan-lahan.
4) Tegangkan otot muka, kemudian kendorkan perlahan-lahan.
d. Crisis interpeving skill, teknik bertujuan untuk mengurangi atau
meringankan krisis dengan cara mengubah lingkungan klien.
e. Developing action alternatives, teknik ini adalah mengembangkan
laternatif-alternatif dalam mengatasi krisis. Konselor mendorong dan
memberanikan klien untuk mempertimbangkan alternative-alternatif
yang mungkin dapat dilakukan dalam mengatasi krisisnya. Alternative
tersebut hendaknya diarahkan konselor berdasarkan persepsi yang
realistic klien. Berdasarkan kenyataan, maka fase mengembangkan
tindakan mengambil alternative dalam peristiwa klien yang krisis adalah
sebagai berikut:
1) Mengembangkan persepsi realistic klien terhadap krisis yang
dihadapi klien.

2) Memberikan dorongan untuk mengurangi ketegangan karena adanya


krisis dan konflik.
3) Mempertimbangkan semua alternative untuk menagatasi krisis
tersebut.
4) Membuat suatu komitmen tentang perbuatan yang bertujuan
mencapai keseimbangan yang beralasan dan kesenangan bagi klien.
f. Reffering skill (keterampilan mereferal klien) keterampilan berhubungan
dengan sulitnya bagi konselor untuk membantu klien yang krisis. Karena
itu konselor harus merefer atau mengadakan referral kepada seorang
yang ahli terhadap kasus klien tersebut. Akan tetapi uspaya referral itu
berhasil, maka beberapa persyaratan berikut dapat dipenuhi:
1) Usaha kesediaan klien untuk referal
2) Mengetahui sumber-sumber referral yang tepat dimasyarakat
3) Jujurlah dengan keterbatasan konselor sehingga klien perlu direferal.
4) Mendiskusikan

kemungkinan

referral

dengan

lembaga

yang

menerima.
5) Bicarakan dengan klien tentang orang-orang atau lembaga yang
pernah ia datangi minta bantuan.
6) Jika klien masih muda, mintalah rekomendasi orang tuanya.
7) Katakana dengan jujur kepada klien bahwa setiap lembaga juga ada
keterbatasannya.
8) Berilah kesempatan kepada klien atau orang tuanya untuk membuat
perundingan dan perjanjian dengan lembaga baru yang akan
menanganinya.

9) Jangan mengirim informasi kepada lembaga baru tanpa izin tertulis


dari klien atau orang tuanya.
Mengenai kondisi-kondisi krisis yang mungkin dialami manusia dapat
dibagi atas tiga kategori:
1. Keahlian sesuatu (factor luar), yaitu:
a. Perceraian
b. Kehilangan pekerjaan
c. Kehilangan harta milik sperti kebakaran, pencurian, anak meninggal
dan lain-lain.
d. Mengalami bencana atau malapetaka
e. Terkena hukuman penjara
2. Keadaan yang sulit dalam diri, yaitu;
a. Kehilangan harapan
b. Putus asa
c. Depresi
d. Kelelahan dalam suasana perang
e. Usaha-usaha bunuh diri
f. Kecanduan narkotika
3. Keadaan transisi, yaitu;
a. Pindah pekerjaan
b. Konflik keluarga

c. Sakit-sakitan
d. Pindah tempat tinggal
e. Ketakutan akan keadaan yang akan datang mengancam

3. Keterampilan untuk Mengadakan Tindakan Posistif dan Perubahan


Prilaku Klien
Keterampilan ini tampaknya banyak diwarnai oleh aliran behavioral therapy
(terapi prilaku). Tujuannya agar setelah konseling klien mengalami perubahan
perilaku.
Perubahan prilaku ini adalah masalah teknologi, dan bukan maslah system
etika, Metode terapi ini mempunyai karakteristik:
a. Pendekatan empiric objektif terhadap tujuan-tujuan klien
b. Perubahan terhadap lingkungan klien
Mengingat tujuan yang akan dicapai, maka konselor terapi perilaku ditntut
keahlian khusus. Adapun keterampilan teknikyang termasuk dalam bagian ini
adalah:
a. Modeling. Modeling adalah metode belajar dengan cara mengalami atau
memperhatikan perilaku orang lain. Tentu model perilaku yang akan
ditiru klien hendaklah yang positif dan sesuai dengan tujuan klien.
Adapun prinsif-prinsif umum penggunaan teknik modeling adalah
sebagai berikut:
1) Tentukan dulu model perilaku mana yang menarik bagi klien
2) Tentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai

3) Pilihlah model yang terpercaya dan sesuai dengan usia, jenis kelamin
dan budaya bangsa.
4) Tentukan cara simulasi dan praktikum modeling itu
5) Membuat atau persiapkan dulu format modeling, skrip, dan urutanurutan permainan peranan
6) Diskusi dengan klien tentang reaksi-reaksinya dalam hal perasaan.,
belajar dan sugesti.
7) Klien akan melakukan model itu secara informasi terus menerus
hingga ia berhasil.
b. Rewarding skill (keterampila memberikan reward atau ganjaran)
keterampilan ini bertujuan untuk memberikan penguat (reinforcement)
kepada klien yang;
1) Berhasil mengatasi perilakunya yang kurang baik
2) Mengubah perilaku yang tidak diinginkan oleh klien
3) Dapat memelihar perilaku yang baik (perilaku baru)

Prinsip umum skill ini adalah:


1) Reward dan system insentif harus dapat mempertahankan derajat
perilaku yang tinggi dalam waktu lama.
2) Reward hendaknya sesuai dengan perilaku yang diinginkan
3) Reward hendaknya cukup kuat dalam menciptakan perilaku baru
penguat atau reward (hadiah) dapat diberikan berupa pujian, semangat,
hadiah, benda, senyuman, dan pegangan pada bahu.

c. Contracting skill (keterampilan mengadakan persetujuan dengan klien).


Kontrak adalah suatu persetujuan (agreement) dengan klien tentang
tugas-tugas khusus. Peran reward disini amat penting.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kelompok kami menyimpulkan bahwa ada berbagai
macam teknik konseling dalam pendekatan. Dalam melakukan konseling
keluarga seorang konselor juga harus memiliki skill-skill tertentu seperti teknikteknik yang berhubungan dengan pemahaman diri, keterampilan untuk
menyenangkan dan menangani krisis. Keterampilan ini berhubungan dengan
klien atau siapa saja yang mengalami krisis, agar supaya konselor mampu
merespon dengan fleksibel, cepat dan aktif, serta mencapai tujuan-tujuan yang
terbatas.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami sampaikan. Kami sadar makalah ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat dan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Sofyan S. Willis. 2009. Koseling Keluarga. Bandung : Alfabeta.

Freesri.

2016.

https://freesri.wordpress.com/konseling-keluarga/konseling-

keluarga/. Diunduh Tanggal 10 Mei 2016.

Вам также может понравиться