Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit
ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan
prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju
(WHO, 2003). Penyakit ini merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan
jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat mengakibatkan
terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular (Depkes, 2006). Hipertensi
merupakan faktor risiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada saat ini hipertensi
adalah faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini. Hipertensi
menyebabkan 62% penyakit kardiovaskular dan 49% penyakit jantung. Penyakit ini
telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan jumlah hipertensi akan terus meningkat seiring dengan
jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29%
atau sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia mengalami hipertensi (Tedjasukmana,
2012).
utama ketiga di Indonesia untuk semua umur, yaitu mencapai 17-21 % dari
proporsi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi (Depkes, 2008). Di Indonesia,
B. Batasan Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada pemberian asuhan
keperawatan pada klien Tn. Y dengan hipertensi di Ruang teratai RSUD M.
Yunus
Bengkulu
meliputi
tahap
pengkajian,
perencanaan,
diagnosa,
BAB II
TINJAUAN TEORI
A Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah
jantung dan/atau kenaikan pertahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
Menurut The Joint National Commitee of Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of The Blood Pressure (2004) dikatakan hipertensi jika tekanan
darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan
tekanan darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90mmHg.
Umumnya tekanan darah normal seseorang 120 mmHg/80 mmHg.
Hasil pemeriksaan tersebut dilakukan 2 atau lebih pemeriksaan dan diratarata.
B Etiologi Hipertensi
1 Stres atau perasaan tertekan.
Stress merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana
hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis. Peningkatan saraf simpatis dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten
(tidak
menentu).
Stress
yang
berkepanjangan
dapat
Kegemukan (Obesitas).
Perubahan struktur dan fungsi vaskuler berhubungan dengan patogenesis
hipertensi pada obesitas. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para
ahli melaporkan terjadinya penurunan komplians arteri, penurunan
distensibilitas dan penurunan fungsi endotel pada penderita obes
dibandingkan kontrol. Meskipun data tersebut menjelaskan potensi
hipertensi pada obesitas, tetapi mekanisme terjadinya hipertensi pada
Kurang berolahraga.
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang
yang kuat aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung
yang lebih tingi sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada tiap
kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin
5
10
11
12
13
Arteri
Arteri terdiri dari beberapa bagian yaitu :
Arteri Kepala dan Leher, arteri vertebralis, arteri basilaris, arteri
subklavia: terdiri dari dekstra yaitu cabang dari arteri anonima dan sinitra
cabang dari arkus aorta, arteri Rongga perut terdiri dari : arteri seliaka, A.
splinika, A. mesenterika superior, A. renalis, A. spermatika dan Ovarika,
14
vena
retromadibularis,
vena
jugularis
eksterna
posterior,
vena
D Patofisiologi hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan Total Peripheral
Resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang
tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi (Corwin,
2001). Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan
darah
secara
akut
yang
disebabkan
oleh
gangguan
sirkulasi
dan
15
16
17
dengan asupan tinggi garam (Chris at al, 2010) Jantung harus memompa
secara kuat dan menghasilkan tekanan lebih besar untuk mendorong darah
melintasi pembuluh darah yang menyempit pada peningkatan Total
Periperial Resistence. Keadaan ini disebut peningkatan afterload jantung
yang berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Peningkatan
afterload yang berlangsung lama, menyebabkan ventrikel kiri mengalami
hipertrofi. Terjadinya hipertrofi mengakibatkan kebutuhan oksigen
ventrikel semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa
darah lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi,
serat-serat otot jantung mulai menegang melebihi panjang normalnya yang
akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup
(Wibowo, 2011).
2). Sistem renin-angiotensin
Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan
ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem renin-angiotensin merupakan
sistem endokrin penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin
disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai respon glomerulus
underperfusion, penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem
saraf simpatetik Mekanisme terjadinya hipertensi melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme
(ACE). ACE memegang peranan fisiologis penting dalam pengaturan
tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi hati,
18
kemudian oleh hormon renin yang diproduksi ginjal akan diubah menjadi
angiotensin I (dekapeptida tidak aktif). Angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II (oktapeptida sangat aktif) oleh ACE yang terdapat di paruparu. Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena
bersifat sebagai vasokonstriktor melalui dua jalur, yaitu:
a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis) sehingga urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkan, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian instraseluler. Akibatnya volume
darah meningkat sehingga meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang berperan penting pada ginjal untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler. Aldosteron mengurangi ekskresi
NaCl dengan cara reabsorpsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada akhirnya meningkatkan volume dan
tekanan darah.
3). Sistem saraf simpatis
19
Sistem
saraf
otonom
memiliki
peran
penting
dalam
natrium
menyebabkan
vasokonstriksi
yang
mengubah
20
besar
manifestasi
klinis
timbul
setelah
mengalami
21
2
3
4
5
saraf pusat
Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler
F Klasifikasi hipertensi :
a Berdasarkan Nilai Tekanan Darahnya
Pada tahun 2004, The Joint National Commitee of Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of The Blood Pressure (JNC-7) mengeluarkan
batasan baru untuk klasifikasi tekanan darah, <120/80 mmHg adalah batas
optimal untuk risiko penyakit kardiovaskular. Didalamnya ada kelas baru
dalam klasifikasi tekanan darah yaitu pre-hipertensi. Kelas baru prehipertensi tidak digolongkan sebagai penyakit tapi hanya digunakan untuk
mengindikasikan bahwa seseorang yang masuk dalam kelas ini memiliki
resiko tinggi untuk terkena hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke
dengan demikian baik dokter maupun penderita dapat mengantisipasi
kondisi ini lebih awal, hingga tidak berkembang menjadi kondisi yang
lebih parah.
Hipertensi berat
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah
Diastolik (mmHg)
180
110
22
Hipertensi sedang
Hipertensi ringan
160-179
140-159
100-109
90-99
Hipertensi perbatasan
140-149
90-94
Hipertensi sistolik
perbatasan
Hipertensi sistolik
terisolasi
Normotensi
140-149
< 90
> 140
< 90
Optimal
< 140
< 90
< 120
< 80
Dikutip dari: Mansjoer, dkk, Nefrologi dan Hipertensi. Jakarta: Media, 2001.
Berdasarkan Etiologinya
Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :
1
hipertensi
yang
tidak
diketahui
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat
suatu penyakit, kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi
ini sudah diketahui penyebabnya. Umumnya penyebab Hipertensi
sekunder dapat disembuhkan dengan pengobatan kuratif, sehingga
penderita dapat terhindar dari pengobatan seumur hidup yang sering
kali tidak nyaman dan membutuhkan biaya yang mahal.
Krisis Hipertensi
23
24
G Tes diagnostik
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:
Tes darah rutin yang terdiri dari :
25
Penatalaksanaan farmakologis
a
Terapi Tunggal
Penggunaan satu macam obat anti hipertensi untuk pengobatan
hipertensi dapat direkomendasikan bila nilai tekanan darah awal
mendekati nilai tekanan darah sasaran. Menurut JNC-7 nilai tekanan
darah awal mendekati nilai tekanan darah sasaran apabila selisihnya
kurang dari 20 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan kurang darah
sistolik dan kurang dari 10 mmHg untuk tekanan darah diastolik. Hal
ini meliputi penderita hipertensi tahap 1 dan tekanan darah
sasaran<140/90 mmHg.
26
Terapi Kombinasi
Bila menggunakan terapi obat kombinasi, biasanya dipilih obat obat
yang dapat meningkatkan efektivitas masing masing obat atau
mengurangi efek samping masing-masing obat. Memulai terapi
dengan kombinasi dua obat direkomendasikan untuk penderita
hipertensi tahap 2 atau penderita hipertensi yang nilai tekanan darah
sasarannya jauh dari nilai tekanan darah awal ( 20 mmHg untuk
tekanan darah sistolik dan 10 mmHg untuk tekanan darah diastolik).
Contohnya kombinasi obat hipertensi adalah : ACE inhibitor kalsium
antagonis, ACE inhibitor diuretik, ACE inhibitor beta bloker, beta
bloker diuretik, beta bloker kalsium antagonis.
27
terjadi
sebagai
respon
kompensasi
28
29
kebiasaan
merokok,
dan
sering
30
31
32
33
dengan
keadaan
umum
pucat,
perdarahan
yang
34
mengakibatkan stroke
dikarenakan
pembuluh darah.
8. Sistem syaraf pusat
Pada hipertensi ringan adanya rasa nyeri pada daerah kepala dan
tengkuk, kesadaran compos mentis, pada hipertensi berat kesadaran
dapat dapat menurun menjadi koma, refleks fisiologi meliputi
refleks biceps fleksi dan triceps ekstensi, serta refleks patologis
negative.
9. Sistem pencernaan
Sistem pencernaan pada pasien hipertensi dalam keadaan baik, pada
kasus hipertensi berat dengan komplikasi menyerang organ pada
abdomen mengakibatkan pasien mengalami nyeri pada daerah
abdomen.
10. Sistem Endokrin
Pada pasien dengan hipertensi tidak mengalami gangguan pada
sistem endokrin.
organ
ginjal
sehingga
menyebabkan
terjadinya
35
36
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian pasien 4 Desember 2013 diruang kenanga Kelas II
dengan
Pengkajian
37
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
-----: Lk / Pr Meninggal
: tinggal serumah
: pasien I (Pasien)
: Menikah
e. Tidak ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang menjadi faktor
resiko terjadinya penyakit pada pasien I.
f. Riwayat psikososial
1. Adakah orang terdekat dengan pasien : Ada, istri pasien
2. Pola komunikasi : Baik, pasien memiliki komunikasi yang baik
dengan istri dan keluargaa besar pasien
3. Dampak penyakit pasien pada keluarga : dampak penyakit pasien pada
keluarga adalah dapat dilihat dari sisi aktivitas keluarga yang
terganggu akibat menjaga pasien dirumah sakit dan berdampak pula
38
39
BAK dirumah lebih kurang 2 x sehari dan pengeluaran urin sedikit dengan
warna urin kuning dan tidak ada keluhan saat mengeluarkan urin. Dalam
pengeluaran BAB pada pasien I dirumah pasien mengalami kesulitan
dalam pengeluaran BAB ketika dirumah sakitdengan frekuensi 1x atau
tidak sama sekali dengan konsistensi feses padat, berbeda dengan keadaan
pasien sebelum masuk rumah sakit, dimana frekuensi pengeluaran feses
dirumah 2 x sehari dengan konsisensi padat dan tidak ada keluhan ketika
BAB.
c. Personal hygine
kebiasaan kebersihan diri pribadi pasien dirumah sakit dengan frekuensi
mandi 1 x sehari, menggosok gigi 1 x sehari dan mencuci rambut 1 x
sehari dan hal tersebut dilakukan dengan dibantu oleh keluarga pasien
dalam menyiapkan peralatan mandi kebersiha diri pasien sedangkan ketika
dirumah pasien melakukan aktivitas kebersihan diri secara mandiri dengan
frekuensi mandi 2 x sehari dan menggosok gigi serta mencuci rambut 2 x
sehari.
d. Pola istirahat tidur
Tidak ada perbedaan pola tidur dirumah dan dirumah dakit bagi pasien
dimana waktu tidur dirumah dan dirumah sakit pada pasien I dam yaitu 68 jam dengan tidak adanya keluhan saat tidur.
e. Pola aktivitas
Dirumah sakit pasien memiliki kesulitan dalam melakukan aktivitas yang
berat, pasien dapat melakukan aktivitas mandiri dalam kegiatan yang
ringan seperti personal hygine, ketika dirumah pasien biasanya melakukan
40
4. Pengkajian fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
Ketika dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien Y pada tanggal 25-112014 didapakan hasil berat badan pasien 56 kg dengan tinggi badan 153
CM dan tekanan darah pasien 160/90 mmhg, nadi pasien 78x/menit.
Frekuensi nafas pasien 20 x/menit suhu tubuh pasien dalam batas normal
dengan 36,9 C dan kesadaran pasien kompos mentis.
b. Sistem pengelihatan
Posisi mata klien I simetris antara kiri dan kanan dengan kelopak mata
normal, konjungiva pasien ananemis serta pupil pasien berespon terhadap
cahaya, fungsi pengelihatan pasien baik
c. Sistem pendengaran
Keadaan daun telinga pasien simetris antara kiri dan kanan dengan kondisi
telinga tengah sedikit kotor, tidak terdapatnya cairan dalam telinga dengan
fungsi pendengaran pasien baik. Tidak terdapat gangguan keseimbangan
pada psien I.
d. Sistem wicara
Pasien ketika ditanyai seputar identitasnya pasien dapat menjawab dengan
baik dan tidak mengalami gangguan dalam menyampaikan jawaban dari
pertanyaan yang diberikan.
41
e. Sistem pernafasan
Keadaan jalan nafas pasien baik, tidak mengalami sumbatan dari cairan
dan benda padat, tidak adanya penggunaan otot bantu nafas pada pasien
dengan frekuensi pernafasan 20 x/menit dengan irama teratur dan
kedalaman pernafasan normal. Pasien juga mengalami batuk tampa
seputum, tidak adanya darah ketika pasien batuk dan suara nafas klien
vaskuler.
f. Sistem kardiovaskuler
Frekuensi nadi pasien 78 x/mnt dengan irama regular dan lemah dengan
tekanan darah 160/90 mmhg, tidak terdapatnya distensi vena jugularis
dengan temperatur kulit 36,9 C. warna kulit gelap dengan adanya edema
pada ekstremitas bawah dengan kapilarirefil pasien < 3 detik.
g. Sirkulasi jantung
pasien yang diperiksa oleh penulis yaitu kecepatan denyut apical teratur
dengan bunyi jantung S1, S2 normal dengan irama teratur dan pasien tidak
mengalami nyeri dada.
h. Sistem hematologi
Dalam sistem hematologi pasien pucat tetapi tidak mengalami perdarahan,
i. Sistem syaraf pusat
Pasien I mengalami nyeri atau pusing kepala dengan kualitas nyeri seperti
tertusuk benda tajam dan region nyeri di daerah frontal kepala dengan
skala nyeri 4 dan durasi waktu terjadinya nyeri lebih kurang 5 menit.
Tingkat kesadaran pasien kompos mentis dengan nilai GCS adalah 15
menit, reflex fisiologis pasien yang terdiri dari biceps dan triceps secara
42
berturut turut adalh fleksi dan ekstensi dan tidak adanya refleks patologis
yang terjadi.
j. Sistem pencernaan
Keadaan sistem pencernaan pasien baik dengan keadaan mulut pasien
yang berupa gigi utuh serta keadaan lidah bersih, pasien tidak mengalami
muntah serta tidak mengalami nyeri pada bagian abdomen, konsistensi
feses padat dan ketika dilakukan palpasi pada bagian abdomen tidak
terabanya pembesaran hepar dan keadaan abdomen kembung
k. Sistem Endokrin
Ketika dilakukan pemeriksaan fisik pada bagian sistem endokrin,
didapatkan hasil tidak adnya pembesaran kelenjar tiroid dan tidak adanya
l.
43
l. Data penunjang
25-11-2014 : 00:52
Tabel 3.1
No
Yang diperiksa
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
1.
GDS
101
70-120
Mg/dl
2.
Ureum
35
20-40
Mg/dl
3.
Creatin
1,6
0,5-1,2
Gr/dl
4.
Hematocrit
32
Lk:37-47%
Pr : 40-54 %
Gr/dl
5.
Hb
11,6
Lk:13,00-18,0
Pr : 12,0-16,0
Gr/dl
6.
Leukosit
11.600
4000-10.000
Mm3
7.
Trombosit
470.000
150.000-400.000
Sel/mm3
B. Penatalaksanaan
Infus RL = 20 tts/menit, Drip ondan/kolop 1 ampul
Glukosa 10% 30 tts/menit
1. Obat Parenteral
Tabel 3.2
No
Obat
Dosis
1.
Ranitidin
2.
Ceftriaxone
3.
4.
Furosemide
Ketorolac
4.
Ondan
25-11-14
09.00
21.00
09.00
12.00
12.00
26-11-14
09.00
21.00
09.00
21.00
12.00
12.00
20.00
12.00
20.00
27-11-14
12.00
24.00
12.00
24.00
12.00
12.00
20.00
04.00
12.00
20.00
04.00
44
2. Obat oral
Tabel 3.3
No
1.
2.
Obat
Amlodipin
As. Folat
Dosis
100 mg/ml 1x1 tablet
1 mg 3x1 tablet
25-11-14
3.
Caco3
50 gr 3x1 tablet
09.00
14.00
4.
Ambrokol
15 mg 3x1 tablet
09.00
14.00
09.00
14.00
26-11-14
21.00
06.00
12.00
17.00
06.00
12.00
17.00
27-11-14
21.00
06.00
12.00
17.00
06.00
12.00
17.00
06.00
12.00
17.00
06.00
12.00
17.00
Analisa data
Tabel 3.4
N
o
Data penunjang
1.
2.
Etiologi
Masalah
Peningkatantekanan
intra kranial
Nyeri akut
Nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
45
3.
Kelemahan dalam
beraktiitas
Intoleransi
aktifitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d peningkatan vaskularitas cerebral
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Intake inadekuat
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
C. PERENCANAAN
Tabel 3.5
No
1
Diagnosa
Nyeri akut
berhubunga
n dengan
agen cidera
biologi
NOC
NIC
Rasional
Indikator
Manajemen Nyeri :
Pengendalian
1. Lakukan
pengkajian
nyeri 1. Mengetahui
secara komprehensif termasuk
perkembangan nyeri
Nyeri:
lokasi, karakteristik, durasi,
dan tanda-tanda nyeri
1: Tidak pernah
frekuensi, kualitas dan faktor
sehingga
dapat
2: Jarang
presipitasi
menentukan intervensi
3: Kadang-kadang
selanjutnya
4: Sering
2. Mengetahui
respon
5: Selalu
pasien terhadap nyeri
2. Observasi reaksi nonverbal dari
3. Menumbuhkan sikap
Outcomes:
ketidaknyamanan
saling percaya
1. Mengenali
3. Gunakan teknik komunikasi
awitan nyeri
terapeutik untuk mengetahui
46
2. Menggunakan
pengalaman nyeri pasien
tindakan
pencegahan
4. Bantu pasien dan keluarga
3. Melaporkan
untuk mencari dan menemukan
nyeri
dapat
dukungan
dikendalikan 5. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
Indikator
suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
Tingkat Nyeri:
6. Kurangi faktor presipitasi nyeri
1: Sangat berat
2: Berat
7. Kaji tipe dan sumber nyeri
3: Sedang
untuk menentukan intervensi
4: Ringan
5: Tidak ada
8. Ajarkan tentang teknik non
Outcomes:
farmakologi
1. Ekspresi nyeri
pada wajah
2. Gelisah atau 9. Berikan
analgetik
untuk
ketegangan
mengurangi nyeri
otot
3. Durasi episode
nyeri
4. Merintih dan 10. Tingkatkan istirahat
menangis
5. Gelisah
13. Verifikasiresepatau
obatsebelum memberikanobat
14. Monitortanda-tanda
vitaldanlaboratoriumnilaisebel
12. Menghindari
kesalahan
dalam
pemberian obat
13. Memastikan
tidak
terjadi
kesalahan
47
um
pemberianobat,
yang
dalam pemberian obat
sesuai
14. Informasi yang tepat
15. Bantupasien dalamminum obat
membantu
dalam
keefektifan intervensi
15. Memenuhi kebutuhan
Penatalaksanaan Analgesik :
dengan mendukung
16. Tentukan lokasi, karakteristik,
partisipasi
dan
kualitas, dan derajat nyeri
kemandirian
pasien
sebelum pemberian obat
17. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
16. Sebagai acuan dalam
pemberian dosis obat
18. Cek
riwayat
alergi
yang tepat
17. Menghindari
kesalahan
dalam
pemberian obat
19. Tentukan pilihan analgesik 18. Menghindari adanya
kemerahan,
gataltergantung tipe dan beratnya
gatal dan efek lain
nyeri
dari konsumsi obat
yang salah
20. Monitor vital sign sebelum dan
19.
Mengurangi
nyeri
sesudah pemberian analgesik
yang
dirasakan
pertama kali
sehingga
dapat
menentukan
intervensi selanjutnya
21. Evaluasi efektivitas analgesik, 20. Mengetahui
tanda
dan
gejala
(efek
perubahan
status
samping)
kesehatan
setelah
pemberian obat
21. Memberikan
informasi
untuk
membantu
dalam
menentukan pilihan/
keefektifan intervensi
48
ketidak
seimbangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubunga
n dengan
intake yang
tidak
adekuat
Indikator Status
Gizi:
1: Tidak adekuat
2: Sedikit adekuat
3: Cukup adekuat
4: Adekuat
5: Sangat adekuat
Outcomes:
1. Makanan oral,
pemberian
makanan
lewat slang,
atau
nutrisi
parenteral
total
2. Asupan cairan
oral atau IV
Manajemen Nutrisi
1. Kaji adanya alergi makanan
1. Mengetahui intake
masukan pasien dan
menentukan
intervensi
yang
sesuai
2. Meningkatkan
keseimbangan nutrisi
yang adekuat
3. Meningkatkan
kesehatan pasien
4. Dapat meningkatkan
intake yang adekuat
5. Meningkatkan
darah
gula
6. Mempermudah
melancarkan
defekasi
7. Nutrisi yang adekuat
dapat meningkatkan
status kesehatan
8. Mempertahankan
nutrisi pasien yang
adekuat
9. Mepertahankan
keseimbangan nutisi
10. Pengetahuan
yang
cukup
dapat
meningkatkan
motivasi pasien
11. Menjaga kebutuhan
nutrisi
12. Meningkatkan
keseimbangan nutrisi
13. Penurunan
berat
badan menunjukkan
49
turgor
14.
dan
15.
kulit
16.
17.
18.
19.
20.
Intoleransi
aktivitas
Berhubung
an dengan :
Kelemahan
fisik
NOC :
Self Care : ADLs
1: tergantung,tidak
bisa berpartisipasi
2:
memerlukan
bantuan
dan
penjagaan
3:memerlukan
bantuan 4:sedikit
mandiri
dengan
penjagaan
5: mandiri
Outcomes:
kebutuhan
nutrisi
yang tidak adekuat
Aktivitas yang baik
dapat
meningkat
intake
masukan
nutrisi
Lingkungan
yang
nyaman
meningkatkan nafsu
makan
Kulit
kering
menunjukkan
kurangnya
cairan
dalam tubuh
Menentukan
intervensi
lebih
lanjut
Mual
muntah
menurunkan
pemasukan
dann
memerlukan
intervensi
Meningkatkan
pemasukan oral
Mengidentifikasi
kekurangan nutrisi
NIC :
1. Observasi adanya pembatasan 1. Kesulitan dalam bergerak
berdampak pada tonus
klien
dalam
melakukan
otot pasien
aktivitas
2. Kaji adanya faktor yang
2. Faktor eksternal dan
menyebabkan
kelelahan
internal berpengaruh
3. Monitor nutrisi dan sumber
energi
yang
adekuat
terhadap faktor
kelelahan pada pasien
50
1. Berpartisipasi
dalam aktivitas
fisik
tanpa
disertai
peningkatan
tekanan
darah,
nadi dan RR
2. Mampu melakukan
aktivitas sehari
hari
(ADLs)
secara mandiri
3. Keseimbangan
aktivitas
dan
istirahat
menyebabkan
terkurasnya energy
yang berlebih terutama
dari sisi psikologis
pasien
51
pasien dalam
melakukan aktivitas
fisik
13. Jadwal latihan yang
teratur mempermudah
latihan yang efektif
16.
Bantu
pasien
untuk
pada pasien
mengembangkan motivasi diri dan
14. Identifikasi dini
penguatan
terhadap kelemahan
fisik pada pasien
membantu menemukan
17. Monitor respon fisik, emosi,
terapi yang tepat pada
sosial dan spiritual
pasien
15. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
D. IMPLEMENTASI
Tabel 3.6
Nama Pasien : Ny. I
Dx. Medis
: Hipertensi, AKI
Umur
Ruangan
: Kenanga
NO
1.
: 25 tahun
Hari/
tanggal
Selasa,
25 Nov
2014
NO.
Implementasi
Diagnosa
I
1. Mengkaji nyeri pada
pasien
Respon hasil
1. Pasien mengatakan nyeri,
nyeri dengan sekala 3 di
daerah kepala, nyeri seperti
Paraf
52
3. Mengobservasi respon
non verbal terhadap
nyeri
4. Mengajarkan tehnik
nafas dalam
5. Mengajarkan tehnik
distraksi
6. Kalaborasi pemberian
analgesic keterolak 1
ampul
2.
II
1. Mengkaji masukan
nutrisi pasien
1. Pasien mendapatkan
masukan nutrisi dari infus,
air putih dan makanan
2. Pasien mengerti dan
melakukan instruksi
perawat
3. Makanan pasien tersedia
sesuai keadaan pasien
2. Menganjurkan pasien
untuk menghabiskan
makanan
3. Mengkalaborasikan
pemberian makanan
rendah garam pada ahli
gizi
4. Mengkalaborasikan obat 4. Obat ondan 1 ampul
berhasil diberikan
untuk mengurangi mual
muntah (ondan 1 ampul)
5. RL 10 % dalam 20 tts/mnt
5. Memberikan RL 10 %
berhasil diberikan
6. Memonitor penurunan
6. BB : 57 Kg
berat badan pasien
3.
III
1. Mengkaji respon
pasien terhadap
aktivitas
2. Memonitor nutrisi dan
sumber energi yang
adekuat
3. Melakukan instruksi
tirah baring pada
pasien
53
4. Memberikan dorongan
pada pasien untuk
melakukan aktivitas
NO
1.
Rabu,
26 Nov
2014
Hari/
NO. Diagnosa
tanggal
I
1. Mengkaji nyeri
Implementasi
3. Mengobservasi respon
non verbal terhadap
nyeri
4. Memotovasi pasien
melakukan tehnik nafas
dalam
5. Memotivasi pasien
melakukan teknik
distraksi pada
6. Kalaborasi pemberian
analgesic keterolak 1
ampul
1. Mengkaji masukan
nutrisi pasien
2.
II
2. Menganjurkan pasien
untuk menghabiskan
makanan
3. Mengkalaborasikan
Respon hasil
Paraf
54
pemberian makanan
pasien
rendah garam pada ahli
gizi
4. Obat ondan 1 ampul
4. Mengkalaborasikan
berhasil diberikan
obat untuk mengurangi
mual muntah (ondan 1
ampul)
5. RL 10 % dalam 20 tts/mnt
5. Memberikan glukosa 10
berhasil diberikan
%
6. BB : 57 Kg
6. Memonitor BB pasien
3.
III
D. IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Ny. I
Dx. Medis
: Hipertensi, AKI
Umur
Ruangan
: Kenanga
: 34 tahun
Tabel 3.6
NO
1.
Hari/
tanggal
Kamis,
26
Nov
2014
NO.
Implementasi
Diagnosa
I
1. Mengkaji nyeri
2. Mengkaji TTV
Respon hasil
1. Pasien mengatakan nyeri,
nyeri dengan sekala 4 di
daerah kepala, nyeri
seperti ditusuk tusuk
dengan durasi 3 menit
2. TTV :
TD : 150/100 mmhg
Paraf
55
T : 36,7 C
N : 80 x/menit
RR : 21 x/menit
3. Pasien tampak rileks
3. Mengobservasi respon
non verbal terhadap
nyeri
4. Kalaborasi pemberian
analgesic keterolak 1
ampul
2.
II
1. Menganjurkan pasien
untuk menghabiskan
makanan
2. Mengkalaborasikan
pemberian makanan
rendah garam pada ahli
gizi
3. Obat ondan 1 ampul
3. Mengkalaborasikan
berhasil diberikan
obat untuk mengurangi
mual muntah (ondan 1
ampul)
4. Memberikan glukosa 10 4. RL 10 % dalam 20 tts/mnt
berhasil diberikan
%
5.
BB : 57 Kg
5. Memonitor BB pasien
1. Mengkaji respon pasien
terhadap aktivitas
3.
III
56
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn. I
Umur
: 34 tahun
Dx. Medis
Ruangan
: Hipertensi, AKI
: Kenanga
Tabel 3.7
No
1
Diagnosa
Nyeri akut
berhubunga
n
dengan
peningkatan
vascular
serebral.
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubunga
n
dengan
intake
inadekuat
Intoleransi
aktivitas
berhubunga
n
dengan
kelemahan
fisik.
Evaluasi
S : pasien mengatakan nyeri berkurang
O : TD 150/100 mmhg, Nadi 84 x/mnt, RR 21 x/mnt, T
36,8 C dengan keadaan nyeri P : peningkatan
tekanan intra kranial, Q : seperti tertusuk tusuk
benda tajam, R : daerah kepala, S : 4, T : 5 menit,
pasien tampak rileks, pasien menggunakan teknik
non farmakologi dalam mengatasi nyeri.
A : nyeri berkurang, indikator tingkat nyeri ringan.
P : Intervensi dihentikan
Paraf
57
58
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan pada
pasien I dengan Hipertensi di Ruangan Kenanga RSUD DR. M. Yunus Kota
Bengkulu Tahun 2014. Dalam melakukan asuhan keperawatan telah diterapkan
proses keperawatan sesuai teori yang ada. Dimana proses keperawatan yang
mempunyai 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
A. Pengkajian
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah
jantungdan atau kenaikan pertahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2000).
Menurut The Joint National Commitee of Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of The Blood Pressure (2004) dikatakan hipertensi jikatekanan darah
sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan
darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90mmHg. Umumnya tekanan
darah normal seseorang 120 mmHg/80 mmHg. Hasil pemeriksaan tersebut
dilakukan 2 atau lebih pemeriksaan dan dirata-rata.
Pada studi kasus pasien I menderita hipertensi yang ditandai dengan
tekanan darah pada pasien dalam 3 hari berturut-turut adalah 160/90 mmhg,
140/90 mmhg, dan 150/100 mmhg, pasien mengalami gangguan pada sistem
syaraf pusat yang mengakibatkan pasien mengalami nyeri pada bagian frontalis
kepala, pasien mengalami mual dan penurunan nafsu makan serta pasien
59
60
61
C. Rencana Keperawatan
Pada kasus pasien I, penulis melakukan rencana tindakan keperawatan.
Penulismerencanakan mengatasi masalah nyeri terlebih dahulu karena nyeri tidak
dapat diatasi dalam waktu singkat dan perlu penanganan terlebih dahulu karena
nyeri berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, rasa nyaman dan harus terpenuhi
(Potter, 2006) dan kriteria hasil yang ditulis penulis yaitu pasien mengatakan
nyeri berkurang dengan skala nyeri (4-5).
Rencana tindakan diagnosa pertama untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
pasien yaituLakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan, gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien, bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan, kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan, Kurangi faktor presipitasi
nyeri, kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi, ajarkan tentang
teknik non farmakologi, berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, tingkatkan
istirahat, berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur, ikuti lima
benar obat, verifikasiresepatau obatsebelum memberikanobat, monitortandatanda vitaldanlaboratoriumnilaisebelum pemberianobatyang sesuai, bantupasien
dalamminum obat, tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat, cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi, cek riwayat alergi, tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
62
beratnya nyeri, monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali, evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping).
Pada diagnosa kedua untuk mengatasi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
dilakukan Kaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, anjurkan pasien
untuk meningkatkan intake Fe, anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
vitamin C, berikan substansi gula, yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi, berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi, ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian, monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori, berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi, kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan, BB pasien dalam batas normal, monitor adanya penurunan
berat badan, monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan, monitor
lingkungan selama makan, monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi,
monitor turgor kulit, monitor mual dan muntah, monitor makanan kesukaan,
monitor kalori dan intake nuntrisi.
Pada diagnosa ketiga untuk mengatasi intoleransi aktivitas dilakukan
rencana tindakan yaitu, observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas, kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan, monitor nutrisi dan
sumber energi yang adekuat, monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan, monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
(takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik),
63
D. Implementasi keperawatan
Implementasi pada paien I, dilakukan penulis sesuai rencana tindakan
keperawatan dimana pada diagnosa pertama dengan nyeri akut terdapat 21 item
yang terdapat dalam intervensi, tetapi dalam pelaksanaannya penulis hanya
melakukan 6 item tindakan. Item- item yang tidak digunakan seperi mengurangi
faktor presipitasi nyeri telah dikontrol dengan tindakan keperawatan lain seperi
mengkaji keadaan nyeri serta melakukan diit rendah garam kepada pasien. Pada
diagnosa kedua yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terdapat 20 item
64
rencana tindakan dan hanya 6 item rencana tindakan yang dilakukan, tindakan
seperti mengkaji alergi makana pada pasien tidak dilakukan karena pasien tidak
memiliki riwayat alergi makanan sebelumnya.
Pada diagnosa ketiga yaitu intoleransi aktivitas, dari 17 item rencana
tindakan keperawatan hanya 4 yang dilakukan oleh penulis. Tindakan
keperawatan yang tidak dilakukan seperti bantu pasien untuk mendapatkan ala
bantu kursi roda atau kruk tidak dilakukan karena pada diagnosa ini penulis ingin
melatih kemampuan fisik pasien agar kembali optimal, sedangkan jika dilakukan
pemakaian alat bantu seperti kursi roda akan menghambat kriteria hasil penulis
dalam peningkatan akttivitas fisik pasien. Penulis pada pelaksanaan tindakan
keperawatan tidak mengalami kesulitan karena pasien kooperatif, tidak ada
rencana
keperawatan
yang
dilakukan
penulis
diluar
rencana
tindakan
65
indikator status gizi pasien dalam keadaan cukup adekuat dan dapat dilihat dari
porsi makan pasien dihabiskan.
Pada diagnosa ketiga yaitu intoleransi aktivitas dimana kemampuan
pasien dalam melakukan aktivitas meningkat yang ditandai dengan kriteria hasil
pasien dapat melakukan aktivitas ringan seperi personal hygine dan pasien juga
dapat melakukan kegiatan kecil seperti berjalan disekitar ruangan, maka dari itu
intervensi pada pasien Ny. Y untuk diagnosa intoleransi aktivitas dihentikan.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bersarkan data diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan penulis dalam asuhan keperawatan ini sesuai
dengan teori. Beberapa tanda gejala dari peyakit hipertensi ditemukan saat
pengkajian baik anamnesa maupun pengkajian fisik. Hipertensi pada kasus
Ny. I adalah hipertensi ringan atau sekunder dan disebabkan oleh komplikasi
penyakit ginjal yang dideritanya.
2. Diagnosa yang muncul pada Tn. Y dengan hipertensi sudah tepat menurut
NANDA NIC NOC, yaitu nyeri akut berhubungan dengan peningkatan
vascular serebral, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake inadekuat dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
fisik.
3. Perencanaan pada kasus ini telah dibuat sesuai dengan rencana keperawatn
berdasarkan NANDA NIC NOC. Perencanaan keperawatan pada Tn. Y telah
disusun menurut diagnosa yang muncul pada kasus Tn. Y.
4. Implementasi yang dilakukan sudah efektif dan telah dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Tidak ada tindakan pada Tn. Y pada
implementasi yang tidak dapat dilakukan.
5. Evaluasi pada kasus Tn. Y dengan hipertensi yang terdiri dari 3 diagnosa
dimana pada diagnosa nyeri dalam waktu 3 hari belum mampu untuk
menghilangkan nyeri pada Tn. Y, pada masalah keperawatan nutrisi dan
67
Pada kasus
68
a.
b.
69
Yogiantoro M. (2006). Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I edisi IV.Jakarta: FK UI.
Sloane, E., 1994. Anatomy and Physiology: An Easy Learner. Jones and Bartlett
Publisher, Inc, USA.
Sherwood, L. 2003. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta;EGC
Doenges Marlyn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, (Edisi 3), (Alih Bahasa 1 Made
Kriase), Jakarta: EGC.
Black, J.M, Hawks J.H, 2006, Medical Surgical Nursing, Clinical Management for
Positive Outcomes (8 Edition), Philadelpia: WB. Saunders Company
Corwin, Elizabeth J., 2001. Buku Saku PatofisiologI. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; hal 356
Gray, et al., 2005. Hipertensi. Lecturer Notes Kardiologi, Edisi ke-4, Jakarta:
Erlangga
Joanne, C. Mc. Closkey dan Bulechek, Gloria M. 2014. Nursing Intervention
classification (Nic). Edisi 2. St Louis : Mosby.
Johnson, et al. 2014. Nursing oucomes classification, (Noc), Edisi 2. St. Louis :
Mosby.
Dongeoes, dkk. 2010. Nursing care plans, guidelines for individualizing client care
across the life span. I group press Co., Ltd : Thailand
Kaplan M. Norman. Measurenment of Blood Pressure and Primary Hypertension:
Pathogenesis in Clinical Hypertension: Seventh Edition. Baltimore,
Maryland USA: Williams & Wilkins; 1998.
[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Judha, M. 2012. Teori Pengukuran Nyeri. Yogyakarta : Nuha Medika
Potter, P. A. Perry, A. G., 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep
Proses Keperawatan dan Praktek, Vol. 1 E/4. Jakarta : EGC
70