Вы находитесь на странице: 1из 27

MATERIAL HANDLING

1. Arti dan Peranan Meterial Handling


Terdapat banyak sekali definisi atau pengertian yang
diberikan untuk material handling. Walaupun demikian secara
sederhana dapatlah dikatakan, bahwa material handling
merupakan kegiatan mengangkat, mengangkut, dan
meletakkan bahan-bahan/ barang- barang dalam proses
didalam pabrik. Setiap kegiatan-kegiatan yang meliputi
mengangkat, memindahkan atau mengangkut dan
melatakkan serta meninggikan atau merendahkan bahanbahan/barang-barang di dalam suatu pabrik, dapat
merupakan sumber yang memungkinkan adanya perbaikan
dalam material handling.
Walaupun banyak orang yang mengira bahwa kegiatan
material handling, adalah kegiatan yang kurang penting
dalam suatu pabrik, tetapi kemyataannya tidak demikian. Hal
ini karena terdapat banyak pekerjaan yang harus dilakukan
untuk pemindahan dan peletakkan bahan-bahan dalam
tingkat-tingkat proses produksi yang harus dilalui dalam
suatu pabrik. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila
terdapat perhitungan di dalam suatu perusahaan yang maju,
yang menyatakan bahwa pekerjaan material handling
merupakan sebagian besar dari kegiatan perusahaan pabrik
dan memakan biaya lebih dari lima puluh persen (50 %) dari
seluruh biaya pabrik.
2. Biaya Material Handling

Walapun terdapat kesulitan dalam menentukan besarnya


biaya material handling dalam suatu perusahaan pabrik tidak
dapat disangkal. Oleh karena itu, dalam hal ini yang
diperlukan adalah adanya usaha-usaha untuk mencari
sumber-sumber kemungkinan mengadakan perbaikan
material handling yang terdapat dalam perusahaan pabrik
tersebut. Untuk ini perlulah kiranya dilihat pekerjaanpekerjaan/kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu
perusahaan pabrik.
Sebenarnya pekerjaaan atau kegiatan yang dilakukan
dalam suatu perusahaan pabrik/ industri terdiri dari :
1. Menyediakan atau menempatkan bahan-bahan di tempat
kerja yang disebut make ready
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata dalam
pengolahan atau pembuatan barang-barang yang disebut
do
3. Memindahkan barang-barang dan bahan-bahan dari
tempat kerja yang disebut put away
Dari keterangan di atas bahwa kegiatan material handling
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
kegiatan/proses produksi. Dalam kenyataannya, diperkirakan
sekitar 60 sampai 80 persern dari waktu para pekerja dalam
kegiatan produksi dihabiskan atau digunakan untuk
memindahkan/ menghandle bahan-bahan dan barangbarang. Sedangkan kegiatan pengolahan atau pengerjaan
yang sebenarnya hanya kira-kira 20 sampai 40 persen dari
waktu produksi. Oleh karena itu kegiatan material handling
merupakan kegiatan terpenting dalam suatu perusahaan
pabrik atau industry membutuhkan biaya yang benar. Adapun
biaya material handling ini terdiri dari upah untuk orang yang
memindahkan bahan (material handler), biaya investasi dari

berbagai alat pemindah bahan yang digunakan, dan biayabiaya yang tidak dapat dipisahkan dan termasuk dalam biaya
produksi untuk mengerjakan produksi hasilnya. Dari biayabiaya material handling ini ada sebagian yang termasuk
dalam biaya langsung (direct cost) dan ada sebagian lagi
yang merupakan biaya tidak langsung (indirect cost).
3. Efisiensi dalam Material Handling
Sebenarnya sebagian dari biaya material handling yang
dikeluarkan untuk upah tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya
adalah kurang produktif dan tidak efisien, karena merupakan
pemborosan (ineffisiensi). Oleh karena itu, di dalam masalah
material handling ini kita harus dapat melihat kemungkinankemungkinan yang ada untuk mengurangi pemborosan
(ineffisiensi) dan melakukan usaha-usaha agar biaya material
handling dapat diperkecil.
Dalam rangka usaha untuk memungkinkan kegiatan
material handling dapat dilaksanakan secara efisien, maka
perlu diperhatikan sebab-sebab dari adanya pemborosan
dalam biaya material handling dan usaha-usaha untuk
mengurangi atau biaya material handluing.
4. Sebab-sebab adanya Pemborosan yang Besar dalam Biaya
Material Handling
Salah satu faktor yang dapat menghilangkan atau
mengurangi adanya pemborosan dalam menghandle bahanbahan atau barang-barang. Untuk ini, maka kita harus
mengetahui sebab-sebab adanya pemborosan dalam material
handling tersebut. Adapun sebab-sebab besarnya
pemborosan dalam material handling didalam suatu
perusahaan pabrik ialah :

a) Adanya keterlambatan aliran atau jalannya bahanbahan yang sedang dikerjakan dalam proses
produksi. Dengan adanya keterlambatan ini maka
akan menambah biaya baik karena penambahan
dalam waktu pengerjaan, maupun karena
penambahan dalam jumlah uang yang dikeluarkan.
Hal ini dapat menunjukan bahwa material
handlingnya tidak efisien oleh karena itu, pimpinan
bagian produksi atau produksi manager haruslah
memperhatikan adanya bahan-bahan secara
continue dan menjaga tetapnya aliran dari bahanbahan tersebut. Pemindahan bahan-bahan diantara
tingkat-tingkat proses harus jelas dapat diketahui
dan harus dapat dioasi dengan baik, sehingga dapat
dihindari adanya pemborosan yang besar dalam
waktu dan gerak yang tidak diperlukan atau sering
terjadi terutama dalam :
1) Proses pembuatan bahan (loading material)
2) Penggunaan trucks
3) Penggunaan ban berjalan
b) Sering dihandlenya hasil-hasil proses tamabahan (byproduct) dan scrap secara tidak efisien, sehingga
membutuhkan waktu yang banyak dan biaya yang
besar dalam proses pemindahan atau handling
tersebut.
c) Sering dibutuhkannya waktu yang lama untuk
memindahkan bahan-bahan atau barang-barang
ditempat pengiriman, penerimaan, dan pemeriksaan
atau pengecekan yang disebabkan karena tempattempat tersebut tidak diatur dengan baik. Akibatnya,
waktu pemindahan terlalu lama dna biaya yang
dikeluarkan lebih besar.

d) Adanya pemborosan dalam menghandle bahanbahan dibagian pemeliharaan (maintenance


departement), yang disebabkan karena kurnagnya
pengawasan langsung (direct supervision) dalam
menyusun barang-barang dan memindahkan bahanbahan atau barang-barang tersebut. Akibatnya biaya
material handling ini menjadi lebih besar dari
seharusnya.
5. Usaha-usaha yang Perlu Dilakukan untuk Mengurangi atau
Memperkecil Biaya Material Handling
Biaya material handling dapat dikurangi atau ditekan
menjadi sekecil mungkin dengan memper hatikan prinsipprinsip material handling yaitu :
a) Material handling harus dikurangi atau dihindari oleh
semua pekerjaan dalam pabrik.
b) Pekerjaan material handling yang tidak dapat
dihindarkan atau dikurangi harus dimekanisasikan
seperti dengan mengguankan ban berjalan
(conveyor) atau forktrucks.
c) Alat-alat handling harus dipilih berdasarkan
pertimbangan ekonomi atau efisiensi dan dapat
berguna bagi kepentingan seluruh pabrik.
d) Dalam mempersiapkan plant layout baru atau
memperbaiki layout yang ada, semua pekerjaan
material handling harus direncanakan dengan baik.
e) Sebelum memutuskan penggunaan suatu jenis
peralatan handling yang mekanis, perlu dibuatkan
suatu analisa yang lengkap untuk dapat ditentukan
jenis peralatan apa yang paling sesuai dan paling
efisien untuk pekerjaan tersebut.
f) Rencana untuk memperkenalkan peralatan handilng
atau membuat perubahan atas peralatan-perlatan

yang ada haruslah dibicarakan dan diterima oleh


semua pihak yang berkepentingan.
Dalam masalah material handling perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan bahwa :
1.

Uang yang dikeluarkan untuk pemindahan bahan

akan hilang selama-lamanya sedangkan uang yang


dikeluarkan untuk membeli alat handlin (handling device)
yang digunakan akan kembali dalam bentuk saving.
2.
Penyelidikan perlu dilakuakn untuk memungkinkan
perbaikan guna mengurangi pemborosan, perbaikan yang
mungkin dilakukan dapat berupa perbaikan dalam
pergerakan bahan (material movement) dan perbaikan
dalam alat-alat handling yang digunakan serta orang-orang
yang melaksanakannya.
Seperti telah dikatakan diatas bahwa dalam usaha
pemindahan bahan-bahan dan barang-barang tersebut,
diperlukan persiapan terutama mengenai alat-alat yang
digunakan, waktu yang dibutuhkan, dan biaya-biaya yang
mungkin terjadi. Tentunya, dalam persiapan-persiapan
tersebut membutuhkan analisa sehingga dapat dilihat
pengaruh pergerakan bahan pada proses produksinya.
Mengenai perbaikan alat-alat handling yang digunakan
dan orang-orang yang melaksanakannya, mempunyai sifat
dan pengaruh yang menyeluruh dari pekerjaan-pekerjaan
dalam pabrik tersebut. Dan tentu tidak lepas dari
pekerjaan pemindahan bahan-bahan yang ada.

6. Bagian Material Handling


Pentingnya kegaitan material handling dalam suatu
pabrik, sering terdapat suatu bagian khusus yang
mengendalikan dan mengawasi pemindahan bahan, yang

disebut dengan bagian material handling. Tidak semua


pabrik mempunyai bagian material handling terdapat atau
diperlukannya bagian material handling ini dalam struktur
organisasi dari suatu perusahaan tergantung pada, macam
atau jenis industrinya, jenis proses produksinya, jenis
produk yang dihasilkan, dan besrnya perusahaan tersebut.
Dalam perusahaan kecil mungkin fungsi material
handlingnya hanya merupakan sebgaian tugas dari bagian
teknik (engineering) atau tugas dari bagian produksi.
Dengan bertambah besarnya perusahaan, maka ada
usaha-usaha untuk menjalankan prinsip-prinsip spesialisasi
yang menekankan pentingnya bagaian material handling
yang terpisah. Dalam hal ini dibentuklan bagian material
handling untuk mempelajari atau menyelidiki serta
menjalankan prosedur-prosedur dan teknik material
handling yang lebih efisien.
Adapun tugas-tugas dari bagian material handling
meliputi :
1) Mengadakan penyelidikan dan analisa untuk dapat
menentukan bagaimana kegaitan material handling
dilakukan sehingga dapat lebih efisien.
2) Merencanakan, mengadakan pengujian dari perkembangan
alat-alat material handling yang baru.
3) Memberikan rekomendasi mengenai perbaikan yang perlu
dilakukan dalam cara pemindahan bahan dan dalam
pemasangan perlengkapan handling yang baru.
4) Mengikuti pelaksanaan dan membuat laporna menganai
pemasangan perlengkapan handling yang baru tersebut.
Jika dilihat kedudukan bagian material handling dalam
struktur organisasi dalam suatu perusahaan, makan sesuai
dnegan fungsinya bagian ini hanya meruapkan unsur atau

unit staff yang memberikan saran untuk membantu


direksi. Akan tetapi ada juga perusahaan yang
menempatkan bagian material handling sebagai unsur atau
unit pelaksana line yang meruapkan pelaksana dari
tugas-tugas pemindahan bahan yang diberikan direksi.
Agar kegiatan material handling dapat berjalan dengan bai
kdna efektif, maka perlu pelaksanaan material handling
dalam suatu perusahaan dikoordinasikan secara baik.
Dalam hal ini semua aspek dan metode material handling
dikoordinir dan diselidiki mulai dari perencanaan produk
(product design) sampai pada barang-barang tersebut siap
untuk dipasarkan kepada konsumen.
Pengkoordinasian terutama diperlukan dalam
penalaahan aspek-aspek produksi yang menyangkut
kegiatan material handling meliputi :
1. Product Design, di mana produk yang direncanakan
haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga mudah
diangkut atau dipindahkan.
2. Plant Layout, di mna bagian-bagian dan peralatan
haruslah diatur agar pemindahan bahan dalam proses
dapat berjalan dengan lancar, sehingga dapat
mengurangi waktu pengerjaan dan waktu material
handling.
3. Production Planning, di mana urutan produksi
haruslah diatur sedemikian rupa sehingga
pemindahan bahan-bahannya mudah dilakukan.
4. Pengepakan (packing), haruslah memperhatikan agar
handlingnya mudah, di mana pengepakannya mudah
diangkut.
7. Material Handling yang Baik dan Efisien

Suatu sistem material handling yang baik dan efisien


akan memebrikan keuntungan kepada pabrik secraa efektif
dengan cara sebagai berikut :
1. Biaya handling menjadi lebih murah
2. Hasil yang ditampung oleh pabrik lebih banyak,
dengan menggunakan ruangan yang lebih efektif
terutama overhead space.
3. Berkurangnya waktu yang tidak produktif, bila barang
atau bahan bergerak dengan lancar maka waktu
menganggurnya mesin-mesin dan tenaga kerja dapat
dihindarkan atau dikurangi.
4. Memeprtinggi keselamatan para pekerjaan mencegah
kerusakan barang yang dihasilkan.
5. Menaikkan semangat para pekerja, karena dapat
mengurangi kelelahan para pekerja sebab
dipergunakannya alat-alat handling seperti ban
berjalan.
6. Memperbaiki hubungan kerja (labor relation).
7. Mengurangi biaya per unit produk, yang dapat
disebabkan oleh kombinasi dari keenam cara tersebut
diatas.
8. Material Handling yang Kurang Baik dan Tidak Efisien
Untuk mengetahui metode material handling yang
dijalankan kurang baik, maka harus diadakan suatu
penialaian ekonomis mengenai perubahan metode material
handling yang diusulkan, meliputi kuantitas dan kulaitas
dari bahan yang dipindahkan, biaya tenaga kerja, serta
kemungkinan adanya penghematan. Adapun sifat-sifat dari
material handling yang kurang baik dan tidak efisien
adalah :
a) Bahan atau barang dibongkar dan dipindahkan
dengan tangan.

b) Adanya barang atau bahan yang diletakkaan


dihalaman atau pada tempat penerimaan yang
menunggu untuk disalurkan.
c) Banyak orang yang berkerumun menunggu untuk
melakukan suatu handling yang besar.
d) Lebih banyak barang atau bahan yang dikirimkan
daripada yang datang taau diterima.
e) Pemidnahna bahan dilakukan oleh orang-orang
yang ahli dan perlengkapan yang kurang lengkap.
f) Adanya barang atau bahan yang sering rusak
pada saat bongkar atau muat.
g) Adanya kekacauan dibangian produksi karena
banyakanya barang yang tertimbun.
h) Adanya kantong-kantong pembungkus yang rusak.
i) Orang-orang yang harus mengerjakan material
handling menunggu lift untuk mengangkut
barang-barang.
j) Banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk
pemindahan sisa-sisa bahan yang tidak dipakai
lagi.
k) Kotak-kotak barang diletakkan bertumpuk-tumpuk
di gang tempat jalan.
l) Tidak ada batas sampai setinggi mana barang
boleh ditimbun.
m) Gang-gang terllau sempit untuk memungkinkan
peralatan handling dapat bergerak dengan bebas.
n) Truk-truk dan peralatan handling yang lain
menunggu terlalu lama untuk muat atau bongkar
barang.
9. Peralatan Material Handling
Peralatan material handling yang biasanya digunakan
dalam suatu perusahaan pabrik dapat dibedakan atas dua
macam yaitu :

1. Fixed Path Equipment yaitu peralatan material


handling yang sudah tetap digunakan untuk suatu
proses produksi. Sifat-sifat dari fixed path equipment
ialah :
a) Biasanya tergantung oleh proses produksi.
b) Sifatnnya tetap (fixed) tidak fleksibel, karena
hanya digunakan untuk mengangkut baraang atau
bahan secara terus menerus dan tidka dapat
digunakan untuk maksud yang lain.
c) Mesin-mesin atau peralatan ini biasanya
menggunakan kekuatan tenaga listrik.
Contoh dari fixed path equipment yaitu :
1. Ban berjalan (conveyor) ada yang diletakkan di
atas ruangan dan ada yang diletakkan di lantai.
2. Derek (cranes).
3. Lift (elevator).
4. Kereta api
2. Varied Path Equipment yaitu peralatan material
handling yang sifatnya fleksibel dan dapat
dipergunakan untuk bermacam-macam tujuan dan
tidak khusus untuk mengangkut bahan atau barang
tertentu. Sifat sifat dari varied path equipment adalah
:
a. Biasanya tidak tergantung dari proses produksi.
b. Dapat digunakan untuk bermacam-macam operasi.
c. Peralatan semacam ini biasanya digunakan dengan
kekuatan tenaga manusia atau tenaga mesin
(motor).
Contoh dari varied path equipment yaitu :
1. Bermacam-macam truk
2. Fork truck atau fork lift
3. Kereta dorong
10.

Faktor-faktor material handling yang perlu di

pertimbangkan dalam penyusunan peralatan pabrik (plant


layout).

Plant layout yang dibuat harus mencerminkan


banyaknya kebutuhan atas kegiatan material bandling dari
suatu tingkat proses ke tingkat proses berikutnya. Adapun
faktor-faktor material handling dalam plant layout yang
baru yaitu :
1. Disediakannya ruang gerak yang cukup luas untuk
menempatkan dengan aman jenis-jenis peralatan
yang mekanis, dan dapat menampung muatan yang
terbesar yang diharapkan serta cukup bagi tempat
bergerak orang-orang yang berjalan sejajar.
2. Menyediakan ruangan yang cukup untuk berjalannya
pekerjaan.
3. Menyimpan barang agar barang tersebut tetap dalam
keadaan yang baik untuk dikerjakan.
4. Jangan sekali-kali meletakkan bahan lepas di lantai,
kecuali tidak dapat dihindarkan sama sekali.
5. Meniadakan kamar-kamar penyimpanan yang
terpencil dan dipagari.
6. Mengadakan suatu sistem pemindahan barang sisa
atau scrap dan bahan bekas yang dibuang.
7. Merencanakan pos-pos pengawasan sebagai suatu
bagian dari arus pekerjaan.
8. Menghindarkan semua gerakan yang menyilang yang
melalui arus yang berlaku umum.
9. Merencanakan pekerjaan pengepakan pada akhir
aliran untuk menghindarkan pekerjaan pengepakatan
atau pengangkutan kembali.
10. Dalam merencanakan tempat penerimaan dan
pengiriman barang, kekuatan lantai harus dibuat
dengan sedemikian rupa, sehingga memudahkan
masuknya kendaraan pengangkut.
11. Apabila bahan tidak membutuhkan perlindungan
terhadap udara, sebaiknya memakai tempat

penyimpanan lapangan untuk menghemat tempat


penyimpanan yang ada dalam ruangan.

PENGAWASAN PERSEDIAAN (INVENTORY CONTROL)


1. Arti dan Peranan Persediaan
Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai
suatu aktiva yang meliputi barang milik perusahaan
dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha
yang normal, atau persediaan barang yang masih dalam
pengerjaan, ataupun persediaan bahan baku yang
menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan yang
disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat
dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang
jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan
dari konsumen atau langganan setiap waktu.
Dengan adanya persediaan, produksi tidak perlu
dilakukan khusus buat konsumsi, atau sebaliknya tidak
perlu konsumsi didesak supaya sesuai dengan kepentingan

produksi. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh


suatu perusahaan adalah karena :
1. Dibutuhkannya waktu untuk mnyelesaikan operasi
produksi untuk memindahkan produk dari suatu
tingkat proses ketingkat proses yang lain, yang
disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.
2. Alasan organisasi, untuk memunkinkan suatu unit
atau bagian membuat schedule operasinya secara
bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.
Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari yang
bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi, antara
lain berguna untuk dapat :
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya
barang atau bahan yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan
tidak baik sehingga harus dikembalikan.
3. Untuk menumpuk bahan yang dihasilkan secara
musiman sehinggan dapat digunakan bila bahan
tersebut tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau
menjamin arus produksi.
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6. Memberika pelayanan kepada langganan dengan
baik, dimana keinginan langganan dapat dipenuhi.
7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai
dengan penggunaan atau penjualannya.
Dari keterangan diatas bahwa persediaan adalah sangat
penting artinya bagi suatu perusahaan karena berfungsi
menghubungkan antara operasi yang berurutan dalam
pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada
konsumen.
2. Jenis-jenis Persediaan

Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat


dibedakan menurut beberapa cara. Dilihat dari fungsinya,
persediaan dapat dibedakan atas :
1. Batch Stock atau Lot Size Inventory yaitu persediaan
yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan
atau barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah
yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini
pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah
besar, sedang penggunaan atau pengeluaran dalam
jumlah kecil. Keuntungan-keuntungan yang akan
diperoleh dari adanya batch-stock atau lot size inventory
antara lain :
a) Memperoleh potongan harga.
b) Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing
economies) karena adanya operasi yang lebih
lama.
c) Adanya penghematan didalam biaya angkutan.
2. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak
dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan
persediaan untuk dapat memenuhi permintaan
konsumen. Jadi apabila terdapat fluktuasi yang sangat
besar, maka persediaan ini dibutuhkan sangat besar pula
untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan
tersebut.
3. Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan,
berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu
tahun dan untuk menghadapi permintaan yang
meningkat.

Disamping perbedaan menurut fungsi, persediaan itu


dapat pula dibedakan menurut jenis dan posisi barang
tersebut didalam urutan pengerjaan produk, yaitu :
1. Persediaan Bahan Baku (Raw Materials Stock) yaitu
persedian dari barang berwujud yang digunakan
dalam proses produksi, barang mana yang dapat
diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier
yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan
yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh
pabrik untuk diolah, setelah melalui beberapa proses
diharapkan menjadi barang jadi.
2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli
(Purchased Part/Components Stock) yaitu persediaan
barang yang terdiri dari parts yang diterima dari
perusahaan lain, yang dapat secara langsung
diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses
produksi sebelumnya.
3. Persediaan bahan atau barang perlengkapan
(Supplies Stock) yaitu persediaan barang atau
bahanyang diperlukan dalam proses produksi untuk
membantu berhasilnya produksi dalam bekerjanya
suatu perusahaan, tapi tidak merupakan komponen
dari barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam
proses (Work in Process/Progress Stock) yaitu
persediaan barang yang keluar dari tiap-tiap bagian
dalam suatu pabrik jadi suatu bentuk, tetapi masih
perlu diproses lagi untuk kemudian menjadi barang
jadi.
5. Persediaan barang jadi (Finished Good Stock) yaitu
persediaan barang yang telah selesai diproses atau

diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada


konsumen atau kepada perusahaan lain
3. Biaya-biaya yang timbul dari adanya persediaan.
Adapun unsur-unsur biaya yang terdapat dalam
persediaan dapat digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :
1. Biaya pemesanan (ordering costs) adalah biaya yang
dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang
atau bahan dari penjual, sejak dari pesanan (order)
dibuat dan dikirim ke penjual, sampai barang/bahan
tersebut dikirimkan dan diserahkan serta di inspeksi
digudang atau daerah pengolahan.
2. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (inventory
carrying costs) adalah biaya yang diperlukan
berkenaan diadakannya persediaan yang meliputi
seluruh pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan
sebagai akibat adanya sejumlah persediaan.
3. Biaya kekurangan persediaan (out of stock costs)
adalah biayan yang timbul sebagai akibat terjadinya
persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang
diperlukan karena seorang konsumen meminta suatu
barang sedangkan barang atau bahan yang
dibutuhkan tidak tersedia.
4. Biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity
associated costs) adalah biaya yang terdiri dari biaya
kerja lembur, biaya latihan, biaya pemberhentian
kerja, dan biaaya pengangguran (idle time costs).
Biaya ini terjadi karena adanya penambahan atau
pengurangan kapasitas, atau bila terlalu banyak atau
terlalu sedikitnya kapasitas yang digunakan pada
suatu waktu tertentu.

4. Persediaan dalam menentukan atau mengukur


pendapatan.
Apabila barang yang telah dibeli atau diproduksi sendiri
semuanya terjual dalam suatu periode fiskal maka dalam
menentukan qross profit atas penjualan akan dapat
ditentukan dengan mudah, yaitu total harga pokok
pembelian atau biaya produksi yang juga merupaka harga
pokok penjualan dibebankan pada hasil penjualannya
(revenue from sales). Tetapi biasanya sebagian barang
yang dibeli atau diprodusir tidak atau belum terjual pada
akhir suatu periode, hal ini memerlukan penilaian atas
barang tersebut.
a. Cara-cara Penentuan Jumlah Persediaan
Ada 2 sistem yang umu di kenal dalam menentukan
jumlah persediaan pada akhir suatu periode yaitu :
1. Periodic System yaitu setiap akhir periode
dilakukan perhitungan secara fisik dalam
menentukan jumlah persediaan akhir
2. Book Inventories yaitu dalam hal ini dibina catatan
administrasi persediaan. Setiap mutasi daripada
persediaan sebagai akibat dari pembelian ataupun
penjualan d catat atau terlihat dalam kartu
administrasi persediaannya.
b. Metode Penilaian Persediaan
Dalam menilai suatu persediaan dan beberapa cara
yang dapat digunakan, diantaranya :
1. Cara First in, First out (FIFO-method) cara ini
didasarkan atas asumsi yang sudah terjual dinilai
menurut harga pembelian barang yang terdahulu

masuk. Dengan persedian akhir dinilai menurut


harga pembelian barang yang terakhir masuk.
2. Cara rata-rata ditimbang (Weight Avarage
Method) cara ini berbeda dengan cara yang sudah
dijelaskan sebelumnya karena didasarkan atas
harga tersebut dipengaruhi oleh jumlah barang
yang diperoleh oleh masing-masing harganya.
Dengan demikian persediaan dinilai dari harga
rata-rata.
3. Cara last in, First Out (LIFO Method) cara ini
didasarkanatas asumsi, bahwa harga barang yang
telah terjual dinilai menurut harga pembelian
barang yang terakhir masuk, sehinggan
persediaan yang masih ada, dinilai berdasarkan
harga pembelian barang yang terdahulu.
4. Perbandingan atas Hasil Penilaian, apabila
keadaan harga stabil, maka semua cara penilaian
menghasilkan angka yang sama. Akan tetapi bila
fluktuasi harga tidak stabil maka masing-masing
cara akan menghasilkan angka yang berbeda.
Pada saat harga meningkat :
a) Maka cara FIFO menunjukkan :
Nilai persediaan akhir yang tinggi
Harga pokok barang yang terjual rendah
Profit yang lebih besar
b) Cara LIFO menunjukkan :
Nilai persediaan akhir yang rendah
Harga pokok barang yang terjual tinggi
Profit yang rendah

PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL (PPIC)

1. Arti PPIC

PPIC adalah singkatan dari Production Planning and


Inventory Control yaitu suatu departement dalam suatu
organisasi perusahaan yang berfungsi merencanakan dan
mengendalikan rangkaian proses produksi agar berjalan
sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan serta
mengendalikan jumlah inventory agar sesuai dengan
kebutuhan yang ada.
PPIC merupakan bagian dari organisasi perusahaan yang
menjembatani 2 department yaitu: marketing & produksi.
PPIC menterjemahkan kebutuhan marketing kedalam
bentuk rencana produksi & ketersediaan bahan baku yang
akan dijalankan agar order yang diterima marketing bisa
dikirim tepat waktu dan tepat quantity.
Hal ini berbeda dengan PPC (Production Planning and
Control) dimana PPC hanya berfungsi merencanakan dan
mengendalikan rangkaian produksi agar berjalan sesuai
dengan rencana yang sudah ditetapkan tanpa harus
mengendalikan inventory perusahaan.
Pertanyaannya sekarang adalah kenapa inventory harus
dikendalikan. Ini adalah pertanyaan penting yang perlu

saya jelaskan agar kita bisa mengetahui alasan kenapa


pada era 80-an perusahaan menerapkan PPC tetapi sejak
satu dasawarsa terakhir ini lebih populer menggunakan
PPIC.
Inventory (persediaan) memiliki arti yang sangat penting
bagi operasi suatu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dan memastikan order yang diterima marketing
bisa selesai tepat waktu. Ad a 3 alasan mengapa inventory
perlu dikendalikan yaitu :
1. Antisipasi adanya unsur ketidakpastian permintaan
(order dari marketing).
2. Adanya unsur ketidakpastian pasokan dari supplier.
3. Adanya unsur ketidakpastian tenggang waktu (lead
time) barang yang kita pesan.
Untuk mengendalikan inventory itulah mengapa di PPIC
ada bagian yang namanya MRP (Material Requirement
Planning) agar ketersediaan bisa benar-benar seimbang
dan tidak berlebihan, karena inventory pada dasarnya
adalah biaya. Inventory yang berlebihan tentu akan
membebani cash flow perusahaan.
2. Tugas - tugas PPIC adalah sebagai berikut :
1. Menerima order dari Marketing dan membuat rencana
produksi
sesuai order yang diterima.
2. Memenuhi permintaan sample dari Marketing dan
memantau proses pembuatan sample sampai terkirim
ke pelanggan.
3. Membuat rencana pengadaan bahan berdasarkan
forecast dari marketing dengan memperhatikan kondisi
stock dengan menghitung kebutuhan material produksi
menurut standard stock yang ideal.

4. Memonitor semua inventory baik untuk proses produksi,


stock yang ada di gudang maupun yang akan
didatangkan sehingga proses produksi dan penerimaan
order bisa berjalan lancar dan seimbang.
5. Menyusun jadwal proses produksi pada waktu, routing
& quantity yang tepat sehingga barang bisa dikirim
tepat waktu dan sesuai dengan permintaan pelanggan.
6. Menjaga keseimbangan lini kerja di produksi agar tidak
ada mesin yang overload sementara mesin lain tunggu
order.
7. Menginformasikan ke bagian marketing jika ada
masalah di proses produksi yang menyebabkan delay
delivery.
8. Aktif berkomunikasi dengan semua pihak yang terkait
sehinggga diperoleh informasi akurat dan up to date.
3. Pengelolaan Inventory atau barang persediaan terdiri dari :
1. Material dan Supporting Material (M&SM). Ada dua hal
yang harus selalu diperhatikan untuk pengadaannya,
yaitu; 1) M&SM tanpa melihat order customer , 2)
M&SM berdasarkan order customer. Dengan
pertimbangan minimalisir biaya pengadaan dan buffer,
memiliki stock M&SM dalam batas optimum dengan
beberapa metode peramalan memberikan jaminan akan
kelancaran proses ( fluently production process ).
Namun tidak menutup kemungkinan adanya
emergency order atau order spesial sehingga
menyebabkan keluarnya Bill of material (BOM) setelah
kedatangan order customer atau setelah arrange order
( master production schedulle/MPS )
2. Work In Process ( WIP ). Kondisi ideal, tahapan process
dari satu station ke station lainnya berlangsung secara

continue. Namun ada beberapa proses memerlukan


pengelolaan khusus, akibatnya produksi terbagi
kedalam beberapa divisi berdasarkan proses.
Pergeseran barang jadi terkadang tidak bisa
sempurna atau satu banding satu. Karena aspek
kerumitan dan ongkos pengerjaan yang ekonomis,
produk dari Divisi A yang menjadi bahan baku untuk
proses di divisi B, terkadang tidak dibuat pas atau
sesuai dengan order customer, mempertimbangkan
aspek yang saya sebut sebelumnya, quantity yang
diproduksi kadang berlebih. Inilah yang disebut WIP,
bagian PPIC bertanggung jawab penuh dalam
mengendalikan barang persediaan jenis ini. Peranan
Sistem Informasi dan penerapan logic proses yang tepat
dapat menjamin pengendalian WIP. PPIC akan selalu
dapat memantau progress produksi di semua tahapan
proses.
3. Final Product. Barang persediaan jenis ini relatif lebih
mudah dikendalikan, karena posisinya sudah di tahap
akhir, dengan manajemen ware house yang baik,
pengendalian final product bisa dilakukan dengan baik.
Poinnya, PPIC harus secara real time dan up to date
dalam menerima informasi mengenai final product siap
dikirim ke customer.

4. Syarat agar kinerja PPIC bisa optimal


1. Ada rencana penjualan yang jelas dari marketing.
2. Ada keseimbangan jenis order sesuai dengan mesin yang dimiliki
perusahaan.
3. Ada standard kapasitas produksi tiap-tiap mesin.
4. Ada pengaturan delivery time yang merata dari marketing sesuai
kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan.
5. Ada pedoman waktu kedatangan (time arrival) untuk pengadaan
bahan/material, baik lokal maupun impor.
6. Ada batasan minimum dan maksimum stock

7. Ada koordinasi dan komunikasi yang baik dengan bagian terkait yaitu
marketing, produksi, purchasing, logistic ware house, quality
control dan F&A (Finance & Accounting).

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Sofyan Assauri., 1980. Management Produksi, Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta-Indonesia.
Indrajit, R,E., Djokopranoto,R., Manajemen Persediaan, 2003, Gramedia
http://kartonmedia.blogspot.com/2013/01/normal-0-falsefalse-false-en-us-x-none.html

TUGAS MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI

Disusun Oleh:

BASTIAN ARDI

(111031140)

SAEFUDIN BAHARSYAH

(111031142)

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN (S-1)


INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2013/2014

Вам также может понравиться