Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB III

STATIGRAFI

3.1 Statigrafi Regional


Daerah kegiatan Pemetaan Geologi termasuk dalam Zona Kendeng yaitu, stratigrafi
penyusun Zona Kendeng merupakan endapan laut dalam di bagian bawah yang semakin
ke atas berubah menjadi endapan laut dangkal dan akhirnya menjadi endapan non laut.
Endapan di Zona Kendeng merupakan endapan turbidit klastik, karbonat dan
vulkaniklastik. Stratigrafi Zona Kendeng terdiri atas 7 formasi batuan, urut dari tua ke
muda sebagai berikut (Harsono, 1983 dalam Rahardjo 2004) :
3.1.1

Formasi Pelang
Formasi ini dianggap sebagai formasi tertua yang tersingkap di Mandala

Kendeng. Formasi ini tersingkap di Desa Pelang, Selatan Juwangi. Tidak jelas
keberadaan bagian atas maupun bawah dari formasi ini karena singkapannya pada
daerah upthrust ,berbatasan langsung dengan formasi Kerek yang lebih muda. Dari
bagian yang tersingkap tebal terukurnya berkisar antara 85 meter hingga 125 meter
(de Genevraye & Samuel, 1972 dalam Rahardjo, 2004). Litologi utama
penyusunnya adalah napal, napal lempungan dengan lensa kalkarenit bioklastik
yang banyak mengandung fosil foraminifera besar.
3.1.2

Formasi Kerek
Formasi Kerek memiliki kekhasan dalam litologinya berupa perulangan

perselang-selingan antara lempung, napal, batupasir tuf gampingan dan batupasir

tufaan. Perulangan ini menunjukkan struktur sedimen yang khas yaitu perlapisan
bersusun (graded bedding). Lokasinya berada di Desa Kerek, tepi sungai Bengawan
Solo, 8 km ke utara Ngawi. Di daerah sekitar lokasi tipe formasi ini terbagi
menjadi tiga anggota (de Genevraye & Samuel, 1972 dalam Rahardjo, 2004), dari
tua ke muda masing-masing :
a.
Anggota Banyuurip
Anggota Banyuurip tersusun oleh perselingan antara napal
lempungan, lempung dengan batupasir tuf gampingan dan batupasir
tufaan dengan total ketebalan 270 meter. Di bagian tengahnya dijumpai
sisipan batupasir gampingan dan tufaan setebal 5 meter, sedangkan
bagian atasnya ditandai dengan adanya perlapisan kalkarenit pasiran
setebal 5 meter dengan sisipan tuf halus. Anggota ini berumur N10
N15 (Miosen tengah bagian tengah atas).
Anggota Sentul
Anggota Sentul tersusun atas perulangan yang hampir sama

b.

dengan anggota Banyuurip, tetapi lapisan yang bertuf menjadi lebih


tebal. Ketebalan anggota Sentul mencapai 500 meter. Anggota Sentul
c.

berumur N16 (Miosen atas bagian bawah).


Anggota Batugamping Kerek
Merupakan anggota teratas dari formasi Kerek, tersusun oleh
perselingan antara batugamping tufaan dengan perlapisan lempung dan
tuf. Ketebalan anggota ini mencapai 150 meter. Umur batugamping
kerek ini adalah N17 (Miosen atas bagian tengah).
3.1.3

Formasi Kalibeng

Formasi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian bawah dan bagian atas.
Bagian bawah formasi Kalibeng tersusun oleh napal tak berlapis setebal 600 meter,
berwarna putih kekuning-kuningan sampai abu-abu kebiru-biruan, kaya akan
kanndungan foraminifera plangtonik.
a.
Formasi Kalibeng bagian bawah
Formasi Kalibeng bagian bawah ini terdapat beberapa perlapisan
tipis batupasir yang ke arah Kendeng bagian barat berkembang menjadi
suatu endapan aliran rombakan, yang disebut sebagai Formasi Banyak
(Harsono, 1983 dalam Rahardjo, 2004) atau anggota Banyak dari
formasi Kalibeng (Nahrowi dan Suratman, 1990 dalam Rahardjo,
2004), ke arah Jawa Timur, yaitu di sekitar Gunung Pandan, Gunung
Antasangin dan Gunung Soko, bagian atas formasi ini berkembang
sebagai endapan vulkanik laut yang menunjukkan struktur turbidit.
Fasies tersebut disebut sebagai anggota Antasangin (Harsono, 1983
b.

dalam Rahardjo, 2004).


Formasi Kalibeng bagian atas
Bagian atas dari formasi ini oleh Harsono (1983) disebut sebagai
Formasi Sonde, yang tersusun mula-mula oleh anggota Klitik yaitu
kalkarenit putih kekuning-kuningan, lunak, mengandung foraminifera
plangtonik maupun besar, moluska, koral, algae dan bersifat napalan
atau pasiran dengan berlapis baik. Bagian paling atas tersusun atas
breksi dengan fragmen gamping berukuran kerikil dan semen karbonat.
Kemudian disusul endapan napal pasiran, semakin keatas napalnya

bersifat semakin bersifat lempungan. Bagian teratas ditempati oleh


lempung berwarna hijau kebiru-biruan. Formasi Sonde ini ditemukan
sepanjang sayap lipatan bagian selatan antiklinorium Kendeng dengan
ketebalan berkisar 27 589 meter dan berumur Pliosen (N19 N21).
3.1.4

Formasi Pucangan
Formasi Pucangan ini mempunyai penyebaran yang cukup luas. Di Kendeng

bagian barat satuan ini tersingkap luas antara Trinil dan Ngawi. Di Mandala
Kendeng yaitu daerah Sangiran, Formasi Pucangan berkembang sebagai fasies
vulkanik dan fasies lempung hitam. Fasies vulkaniknya berkembang sebagai
endapan lahar yang menumpang diatas formasi Kalibeng. Fasies lempung hitamnya
berkembang dari fasies laut, air payau hingga air tawar. Di bagian bawah dari
lempung hitam ini sering dijumpai adanya fosil diatomae dengan sisipan lapisan
tipis yang mengandung foraminifera bentonik penciri laut dangkal. Semakin ke atas
akan menunjukkan kondisi pengendapan air tawar yang dicirikan dengan adanya
fosil moluska penciri air tawar.
3.1.5

Formasi Kabuh
Formasi ini mempunyai lokasi tipe di desa Kabuh, Kec. Kabuh, Jombang.

Formasi ini tersusun oleh batupasir dengan material non vulkanik antara lain kuarsa,
berstruktur silang siur dengan sisipan konglomerat, mengandung moluska air tawar
dan fosil-fosil vertebrata. Formasi ini mempunyai penyebaran geografis yang luas.
Di daerah Kendeng barat formasi ini tersingkap di kubah Sangiran sebagai batupasir
silang siur dengan sisipan konglomerat dan tuf setebal 100 meter. Batuan ini

diendapkan fluvial dimana terdapat struktur silang siur, maupun merupakan


endapan danau karena terdpaat moluska air tawar seperti yang dijumpai di Trinil.
3.1.6

Formasi Notopuro
Formasi ini mempunyai lokasi tipe di desa Notopuro, Timur Laut Saradan,

Madiun yang saat ini telah dijadikan waduk. Formasi ini terdiri atas batuan tuf
berselingan dengan batupasir tufaan, breksi lahar dan konglomerat vulkanik. Makin
keatas sisipan batupasir tufaan semakin banyak. Sisipan atau lensa-lensa breksi
volkanik dengan fragmen kerakal terdiri dari andesit dan batuapung juga ditemukan
yang merupakan cirri formasi Notopuro. Formasi ini terendapkan secara selaras
diatas formasi Kabuh, tersebar sepanjang Pegunungan Kendeng dengan ketebalan
lebih dari 240 meter. Umur dari formasi ini adalah Plistosen akhir dan merupakan
endapan lahar di daratan.
3.1.7

Endapan undak Bengawan Solo


Endapan ini terdiri dari konglomerat polimik dengan fragmen napal dan

andesit disamping endapan batupasir yang mengandung fosil-fosil vertebrata. di


daerah Brangkal dan Sangiran, endapan undak tersingkap baik sebagai konglomerat
dan batupasir andesit yang agak terkonsolidasi dan menumpang di atas bidang erosi
pada Formasi Kabuh maupun Notopuro.

Tabel 3.1 Kolom Stratigrafi Umum Zona Kendeng (Harsono, 1983)

Berdasarkan pembagian keurut-urutan statigrafi regional diatas daerah pemetaan


termasuk kedalam dua formasi. Urutan formasi dari tua-muda sebagai berikut:
1. Formasi Kerek
2. Formasi Kalibeng
3.2 Statigrafi Daerah Pemetaan
Statigrafi daerah pemetaan pembagiannya didasarkan pada jenis litologi yang
ditemukan dan kesamaan umur yang didapat melalui analisa laboratorium serta hukum

statigrafi. Berdasarkan sampel yang diambil dan analisa lanjut dilaboratorium, maka
satuan batuan yang berumur tua kemuda yaitu:
1. Satuan batupasir
2. Satuan batulempung

Tabel 3.2 Kolom statigrafi daerah pemetaan tanpa skala

3.2.1 Satuan Batupasir


Satuan ini ditemukan hampir dalam keseluruhan daerah pemetaan selain
daerah satuan batu lempung. Keadaan singkapan pada satuan batupasir ini rata-rata
ditemukan dalam keadaan lumayan segar. Berikut penjelasannya:
1. Penyebaran

Satuan ini menempati 10% dari daerah pemetaan terletak di bagian


selatan peta. Memiliki indikasi batas satuan dengan batu lempung disebelah
utara peta. Satuan ini merupakan satuan yang paling jarang dijumpai
selama kegiatan pemetaan.
2. Pencirian
Kondisi dilapangan bila diamati satuan ini tidak terlalu besar dengan
kondisi singkapan yang terbilang segar (fresh) (Foto 3.2). Pemeriaan secara
megaskopik di lapangan, satuan batuan ini termasuk kedalam batuan
sedimen klastik dengan warna abu-abu kekuningan, ukuran butir pasir
halus, bentuk butir membundar, sortasi baik, kemas grain supported,
porositas baik, kekompakan baik, fragmen pembentuk klastika/pecahan,
semen karbonat setelah bereaksi dengan HCL 10%, matriks sangat halus
sampai lempung.
Berdasarkan analisis petrografi (Lampiran Petrografi) menggunakan
pengamatan sayatan tipis batuan melalui mikroskop batuan ini memiliki
komposisi mineral dominan feldspar, sediki kuarsa, glaukonit, dan mineral
opak dengan kandungan dominan semen karbonat, pecahan (lithic), dan
fosil.
Berdasarkan data analisa secara megaskopik dan mikroskopik
disimpulkan bahwa nama batuan ini yaitu batupasir karbonatan.
Pada satuan ini ditemukan indikasi kontak antara batupasir dengan
batulempung berupa ditemukannya singkapan perselingan antara batupasir
dengan batulempung di beberapa lokasi pengamatan (Foto 3.4 dan Foto

3.5), khususnya berada di daerah selatan daerah pemetaan. batulempung ini


termasuk kedalam batu sedimen klastik dengan warna putih kekuningan,
besar

butir

lempung,

kekompakan

sedang,

fragmen

pembentuk

klastika/pecahan, semen karbonat setelah bereaksi dengan HCL 10%. Maka


dapat disimpulkan bahwa nama batuan sedimen klastik ini yaitu
batulempung karbonatan.
Tabel 3.3 Kolom litologi batupasir tanpa skala

Foto 3.1 Singkapan batupasir pada LP 26 yang ditemukan pada daerah


sekitar desa Bendokerep

Foto 3.2 Singkapan batupasir dengan kondisi segar (fresh) pada LP 66

Foto 3.3 Singkapan batupasir dengan kondisi segar (fresh) pada LP 58

Foto 3.4 Singkapan batupasir selang-seling batulempung pada LP 37

Foto 3.5 Singkapan batupasir selang-seling batulempung pada LP 60 yang


kurang segar (fresh), ditemukan pada daerah sekitar Jatilimo
3. Umur relatif
Umur yang dilihat berdasarkan kehadiran fosil dalam batuan melalui
analisis paleontologi menggunakan pengamatan bawah mikroskop, fosil
yang diamati berupa mikrofosil. Ditemukan fosil dalam kuantitas yang
cukup banyak dengan fosil yang dominan yaitu fosil planktonik
diantaranya Globorotalia siakensis, Globorotalia lobata, Globorotalia
minardii, Orbulina universa, dan Globigerinoides trilobus. Berdasarkan
data fosil tersebut menunjukkan kisaran umur relatif satuan ini N11-N14
yang termasuk pada rentang umur miosen tengah.

Tabel 3.4 Kolom umur relatif satuan batupasir LP 36

Tabel 3.5 Kolom umur relatif satuan batupasir LP 66

4. Lingkungan pengendapan
Pada satuan ini memiliki ukuran butir yang halus, bentuk butir
membundar menandakan bahwa materialnya terbawa jauh dari asalnya, dan
semen karbonatan yang bereaksi dengan HCL 10%. Maka dapat
disimpulkan bahwa satuan ini berasal dari lingkungan pengendapan laut.
Namun jika dilihat lingkungan pengendapan berdasarkan kehadiran
fosil dalam batuan melalui analisis paleontologi menggunakan pengamatan
bawah mikroskop, fosil yang diamati berupa mikrofosil. Ditemukan fosil

bentonik diantaranya Robulus sp., Nonionella atlantica, dan Elphidium sp..


Berdasarkan data fosil tersebut maka kisaran lingkungan pengendapan
mulai dari neritik tengah hingga neritik luar (kedalaman 30 150 m).
Tabel 3.6 Kolom lingkungan pengendapan satuan batupasir

5. Hubungan statigrafi
Tidak ditemukan satuan yang lebih tua dari satuan batupasir ini, maka
satuan batupasir menjadi dasar satuan di daerah pemetaan. Hubungan
dengan satuan diatasnya yaitu satuan batulempung adalah selaras.
Kesebandingan satuan ini secara regional yaitu Formasi Kerek, Anggota
Banyuurip.
3.2.2 Satuan Batulempung
Satuan ini ditemukan pada hampir seluruh daerah pemetaan selain daerah
satuan batupasir. Keadaan singkapan pada satuan batulempung ini rata-rata
ditemukan dalam keadaan kurang segar (fresh) sampai keadaan lapuk. Berikut
penjelasaannnya:
1. Penyebaran
Satuan ini menempati 90% dari daerah pemetaan terletak dibagian utara,
barat, tengah, timur peta. Memiliki indikasi batas satuan dengan batupasir

disebelah selatan peta. Satuan ini merupakan satuan yang paling dominan
dan dijumpai selama kegiatan pemetaan.
2. Pencirian
Kondisi di lapangan bila diamati satuan ini terbilang besar dengan
kondisi singkapan yang kondisinya segar (fresh) (Foto 3.6) sampai kondisi
lapuk (Foto 3.8). Pemeriaan secara megaskopik di lapangan, satuan batuan
ini termasuk kedalam batu sedimen klastik dengan warna putih kekuningan,
besar

butir

lempung,

kekompakan

sedang,

fragmen

pembentuk

klastika/pecahan, semen karbonat setelah bereaksi dengan HCL 10%. Maka


dapat disimpulkan bahwa nama batuan sedimen klastik ini yaitu
batulempung.
Berdasarkan analisis petrografi (Lampiran Petrografi) menggunakan
pengamatan sayatan tipis batuan melalui mikroskop batuan ini memiliki
komposisi dominan fosil dan lumpur karbonat, dan komposisi mineral
dominan mineral lempung, sedikit kuarsa, feldspar dan mineral opak.
Berdasarkan data analisa secara megaskopik dan mikroskopik
disimpulkan bahwa nama batuan ini yaitu batulempung karbonatan.
Tabel 3.7 Kolom litologi batulempung tanpa skala

Foto 3.6 Singkapan batulempung pada LP 12 yang ditemukan pada


daerah sekitar desa Kuwujo

Foto 3.7 Singkapan batulempung pada LP 55

Foto 3.8 Singkapan batulempung dengan kondisi lapuk pada LP 18

Foto 3.9 Singkapan batulempung pada LP 42

Foto 3.10 Singkapan batulempung dengan kondisi cukup segar (fresh) pada
LP 47 ditemukan di area persawahan pada daerah sekitar Selogender
3. Umur Relatif
Umur yang dilihat berdasarkan kehadiran fosil dalam batuan melalui
analisis paleontologi menggunakan pengamatan bawah mikroskop, fosil
yang diamati berupa mikrofosil. Ditemukan fosil dalam jumlah yang cukup
banyak dengan fosil yang dominan yaitu fosil planktonik diantaranya
Globorotalia subscitula, Orbulina universa, dan Globorotalia miocenica.
Berdasarkan data fosil tersebut menunjukkan kisaran umur relatif satuan ini
N15-N17 yang termasuk pada rentang umur miosen akhir.
Tabel 3.4 Kolom umur relatif satuan batulempung

4. Lingkungan Pengendapan
Pada satuan ini memiliki ukuran butir lempung, bentuk butir membundar
menandakan bahwa materialnya terbawa jauh dari asalnya, dan semen
karbonatan yang bereaksi dengan HCL 10%. Maka dapat disimpulkan
bahwa satuan ini berasal dari lingkungan pengendapan laut.
Namun jika dilihat lingkungan pengendapan berdasarkan kehadiran fosil
dalam batuan melalui analisis paleontologi menggunakan pengamatan
bawah mikroskop, fosil yang diamati berupa mikrofosil. Ditemukan fosil
bentonik Amphistegina lessonii. Berdasarkan data fosil tersebut maka
kisaran lingkungan pengendapan mulai dari neritik tepi hingga neritik
tengah (kedalaman 0 100 m).

Tabel 3.6 Kolom lingkungan pengendapan satuan batupasir

5. Hubungan Stratigrafi
Tidak ditemukan satuan yang lebih muda dari satuan batulempung ini,
maka satuan batulempung termuda di daerah pemetaan. Hubungan dengan
satuan dibawahnya yaitu satuan batupasir adalah selaras. Kesebandingan
satuan ini secara regional yaitu Formasi Kerek, Anggota Sentul dan Anggota
Kerek dan masuk kedalam Formasi Kalibeng Bawah.

Вам также может понравиться