Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
STATIGRAFI
Formasi Pelang
Formasi ini dianggap sebagai formasi tertua yang tersingkap di Mandala
Kendeng. Formasi ini tersingkap di Desa Pelang, Selatan Juwangi. Tidak jelas
keberadaan bagian atas maupun bawah dari formasi ini karena singkapannya pada
daerah upthrust ,berbatasan langsung dengan formasi Kerek yang lebih muda. Dari
bagian yang tersingkap tebal terukurnya berkisar antara 85 meter hingga 125 meter
(de Genevraye & Samuel, 1972 dalam Rahardjo, 2004). Litologi utama
penyusunnya adalah napal, napal lempungan dengan lensa kalkarenit bioklastik
yang banyak mengandung fosil foraminifera besar.
3.1.2
Formasi Kerek
Formasi Kerek memiliki kekhasan dalam litologinya berupa perulangan
tufaan. Perulangan ini menunjukkan struktur sedimen yang khas yaitu perlapisan
bersusun (graded bedding). Lokasinya berada di Desa Kerek, tepi sungai Bengawan
Solo, 8 km ke utara Ngawi. Di daerah sekitar lokasi tipe formasi ini terbagi
menjadi tiga anggota (de Genevraye & Samuel, 1972 dalam Rahardjo, 2004), dari
tua ke muda masing-masing :
a.
Anggota Banyuurip
Anggota Banyuurip tersusun oleh perselingan antara napal
lempungan, lempung dengan batupasir tuf gampingan dan batupasir
tufaan dengan total ketebalan 270 meter. Di bagian tengahnya dijumpai
sisipan batupasir gampingan dan tufaan setebal 5 meter, sedangkan
bagian atasnya ditandai dengan adanya perlapisan kalkarenit pasiran
setebal 5 meter dengan sisipan tuf halus. Anggota ini berumur N10
N15 (Miosen tengah bagian tengah atas).
Anggota Sentul
Anggota Sentul tersusun atas perulangan yang hampir sama
b.
Formasi Kalibeng
Formasi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian bawah dan bagian atas.
Bagian bawah formasi Kalibeng tersusun oleh napal tak berlapis setebal 600 meter,
berwarna putih kekuning-kuningan sampai abu-abu kebiru-biruan, kaya akan
kanndungan foraminifera plangtonik.
a.
Formasi Kalibeng bagian bawah
Formasi Kalibeng bagian bawah ini terdapat beberapa perlapisan
tipis batupasir yang ke arah Kendeng bagian barat berkembang menjadi
suatu endapan aliran rombakan, yang disebut sebagai Formasi Banyak
(Harsono, 1983 dalam Rahardjo, 2004) atau anggota Banyak dari
formasi Kalibeng (Nahrowi dan Suratman, 1990 dalam Rahardjo,
2004), ke arah Jawa Timur, yaitu di sekitar Gunung Pandan, Gunung
Antasangin dan Gunung Soko, bagian atas formasi ini berkembang
sebagai endapan vulkanik laut yang menunjukkan struktur turbidit.
Fasies tersebut disebut sebagai anggota Antasangin (Harsono, 1983
b.
Formasi Pucangan
Formasi Pucangan ini mempunyai penyebaran yang cukup luas. Di Kendeng
bagian barat satuan ini tersingkap luas antara Trinil dan Ngawi. Di Mandala
Kendeng yaitu daerah Sangiran, Formasi Pucangan berkembang sebagai fasies
vulkanik dan fasies lempung hitam. Fasies vulkaniknya berkembang sebagai
endapan lahar yang menumpang diatas formasi Kalibeng. Fasies lempung hitamnya
berkembang dari fasies laut, air payau hingga air tawar. Di bagian bawah dari
lempung hitam ini sering dijumpai adanya fosil diatomae dengan sisipan lapisan
tipis yang mengandung foraminifera bentonik penciri laut dangkal. Semakin ke atas
akan menunjukkan kondisi pengendapan air tawar yang dicirikan dengan adanya
fosil moluska penciri air tawar.
3.1.5
Formasi Kabuh
Formasi ini mempunyai lokasi tipe di desa Kabuh, Kec. Kabuh, Jombang.
Formasi ini tersusun oleh batupasir dengan material non vulkanik antara lain kuarsa,
berstruktur silang siur dengan sisipan konglomerat, mengandung moluska air tawar
dan fosil-fosil vertebrata. Formasi ini mempunyai penyebaran geografis yang luas.
Di daerah Kendeng barat formasi ini tersingkap di kubah Sangiran sebagai batupasir
silang siur dengan sisipan konglomerat dan tuf setebal 100 meter. Batuan ini
Formasi Notopuro
Formasi ini mempunyai lokasi tipe di desa Notopuro, Timur Laut Saradan,
Madiun yang saat ini telah dijadikan waduk. Formasi ini terdiri atas batuan tuf
berselingan dengan batupasir tufaan, breksi lahar dan konglomerat vulkanik. Makin
keatas sisipan batupasir tufaan semakin banyak. Sisipan atau lensa-lensa breksi
volkanik dengan fragmen kerakal terdiri dari andesit dan batuapung juga ditemukan
yang merupakan cirri formasi Notopuro. Formasi ini terendapkan secara selaras
diatas formasi Kabuh, tersebar sepanjang Pegunungan Kendeng dengan ketebalan
lebih dari 240 meter. Umur dari formasi ini adalah Plistosen akhir dan merupakan
endapan lahar di daratan.
3.1.7
statigrafi. Berdasarkan sampel yang diambil dan analisa lanjut dilaboratorium, maka
satuan batuan yang berumur tua kemuda yaitu:
1. Satuan batupasir
2. Satuan batulempung
butir
lempung,
kekompakan
sedang,
fragmen
pembentuk
4. Lingkungan pengendapan
Pada satuan ini memiliki ukuran butir yang halus, bentuk butir
membundar menandakan bahwa materialnya terbawa jauh dari asalnya, dan
semen karbonatan yang bereaksi dengan HCL 10%. Maka dapat
disimpulkan bahwa satuan ini berasal dari lingkungan pengendapan laut.
Namun jika dilihat lingkungan pengendapan berdasarkan kehadiran
fosil dalam batuan melalui analisis paleontologi menggunakan pengamatan
bawah mikroskop, fosil yang diamati berupa mikrofosil. Ditemukan fosil
5. Hubungan statigrafi
Tidak ditemukan satuan yang lebih tua dari satuan batupasir ini, maka
satuan batupasir menjadi dasar satuan di daerah pemetaan. Hubungan
dengan satuan diatasnya yaitu satuan batulempung adalah selaras.
Kesebandingan satuan ini secara regional yaitu Formasi Kerek, Anggota
Banyuurip.
3.2.2 Satuan Batulempung
Satuan ini ditemukan pada hampir seluruh daerah pemetaan selain daerah
satuan batupasir. Keadaan singkapan pada satuan batulempung ini rata-rata
ditemukan dalam keadaan kurang segar (fresh) sampai keadaan lapuk. Berikut
penjelasaannnya:
1. Penyebaran
Satuan ini menempati 90% dari daerah pemetaan terletak dibagian utara,
barat, tengah, timur peta. Memiliki indikasi batas satuan dengan batupasir
disebelah selatan peta. Satuan ini merupakan satuan yang paling dominan
dan dijumpai selama kegiatan pemetaan.
2. Pencirian
Kondisi di lapangan bila diamati satuan ini terbilang besar dengan
kondisi singkapan yang kondisinya segar (fresh) (Foto 3.6) sampai kondisi
lapuk (Foto 3.8). Pemeriaan secara megaskopik di lapangan, satuan batuan
ini termasuk kedalam batu sedimen klastik dengan warna putih kekuningan,
besar
butir
lempung,
kekompakan
sedang,
fragmen
pembentuk
Foto 3.10 Singkapan batulempung dengan kondisi cukup segar (fresh) pada
LP 47 ditemukan di area persawahan pada daerah sekitar Selogender
3. Umur Relatif
Umur yang dilihat berdasarkan kehadiran fosil dalam batuan melalui
analisis paleontologi menggunakan pengamatan bawah mikroskop, fosil
yang diamati berupa mikrofosil. Ditemukan fosil dalam jumlah yang cukup
banyak dengan fosil yang dominan yaitu fosil planktonik diantaranya
Globorotalia subscitula, Orbulina universa, dan Globorotalia miocenica.
Berdasarkan data fosil tersebut menunjukkan kisaran umur relatif satuan ini
N15-N17 yang termasuk pada rentang umur miosen akhir.
Tabel 3.4 Kolom umur relatif satuan batulempung
4. Lingkungan Pengendapan
Pada satuan ini memiliki ukuran butir lempung, bentuk butir membundar
menandakan bahwa materialnya terbawa jauh dari asalnya, dan semen
karbonatan yang bereaksi dengan HCL 10%. Maka dapat disimpulkan
bahwa satuan ini berasal dari lingkungan pengendapan laut.
Namun jika dilihat lingkungan pengendapan berdasarkan kehadiran fosil
dalam batuan melalui analisis paleontologi menggunakan pengamatan
bawah mikroskop, fosil yang diamati berupa mikrofosil. Ditemukan fosil
bentonik Amphistegina lessonii. Berdasarkan data fosil tersebut maka
kisaran lingkungan pengendapan mulai dari neritik tepi hingga neritik
tengah (kedalaman 0 100 m).
5. Hubungan Stratigrafi
Tidak ditemukan satuan yang lebih muda dari satuan batulempung ini,
maka satuan batulempung termuda di daerah pemetaan. Hubungan dengan
satuan dibawahnya yaitu satuan batupasir adalah selaras. Kesebandingan
satuan ini secara regional yaitu Formasi Kerek, Anggota Sentul dan Anggota
Kerek dan masuk kedalam Formasi Kalibeng Bawah.