Вы находитесь на странице: 1из 74

PENGARUH AUDITOR SWITCHING DAN FINANCIAL DISTRESS PADA

OPINI AUDITGOING CONCERN

SKRIPSI

Oleh:
NI LUH AYU SETIADAMAYANTHI
NIM: 1206305076

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

PENGARUH AUDITOR SWITCHING DAN FINANCIAL DISTRESS PADA


OPINI AUDIT GOING CONCERN

SKRIPSI

Oleh:
NI LUH AYU SETIADAMAYANHI
NIM: 1206305076

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Denpasar
2015

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji
pada tanggal :21 Agustus 2015

Tim Penguji:

Tanda Tangan

1. Ketua : Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, SE., M.Si., Ak ..


2. Sekretaris

: Dr. Md. Gd. Wirakusuma, SE., M.Si.,Ak

..

3. Anggota

:Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., Ak

..

Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi

Pembimbing

Dr. A. A. G. P. Widanaputra,SE., M.Si., Ak

Dr. Md. Gd. Wirakusuma, SE., M.Si., Ak

NIP. 19650323 199103 1 004

NIP. 19641225 199303 1 003

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan


saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah
diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan
Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar rujukan.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Denpasar, 21 Agustus 2015

Mahasiswa

Ni Luh Ayu Setiadamayanthi


1206305076

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul PengaruhAuditor
Switching dan Financial Distress pada Opini AuditGoing Concern dapat
diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. I G. B. Wiksuana, SE., MS., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana.
2. Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, SE., MSi., Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Dr. A. A. G. P. Widanaputra, SE., MSi., Ak, dan Dr. I Dewa Nyoman Badera
SE., MSi., masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Drs. Herkulanus Bambang Suprasto, M.Si., Ak., sebagai Pembimbing
Akademik yang telah memberikan petunjuk dan nasihat selama mengikuti
kuliah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
5. Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., M.Si., Ak., CAdosen pembimbing atas
waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh keluarga tercinta, Bapak, Ibu, Gita, Trisna, yang telah mendukung dan
memberi semangat dalam penyusunan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat tercinta Gek In, Diah, Risma, Sayu, Komang Dyah, Mirah,
Anggreni, Mega, Rosa, Karina, Gek Ima, Siti, Desak, Anggar, Kak Indra,
Mayun, Kak Dewas, Metta, Dewik, teman-teman KKN X Desa Mengesta, dan
seluruh teman-teman Akuntansi 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu ataskebersamaan dan kekompakannya selama penulis menempuh


studi.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan tidak
terlepas dari kekurangan-kekurangan, serta menyadari tidak akan berhasil tanpa
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan Penulis. Akhir kata semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan berkepentingan. Terimakasih.

Denpasar, Agustus 2015

Penulis

Judul

Pengaruh Auditor Switching dan Financial Distress pada Opini


Audit Going Concern

Nama :

Ni Luh Ayu Setiadamayanthi

NIM

1206305076

ABSTRAK

Opini auditgoing concerndapat disebabkan karena faktor non keuangan, seperti


yang terjadi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014,
sebagian perusahaan menerima opini auditgoing concernsetelah melakukan
auditor switching. Selain itu, faktor keuangan seperti financial distress juga
menyebabkan perusahaan mendapat opini audit going concerndari
auditornya.Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
auditor switching dan financial distress pada opini audit going concern.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2014. Metode pengambilan sampel yang digunakan
adalah metode purposive sampling. Banyaknya sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 44 perusahaan. Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode observasi non participant. Teknik analisis data
yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut yaitu analisisregresi
logistik(logistic regression).
Berdasarkan hasil anlisis diketahui bahwa kecenderungan adanya auditor
switching tidak berpengaruh pada opini auditgoing concern, begitu juga dengan
kecenderungan terjadinya financial distress tidak berpengaruh pada opini
auditgoing concern.

Kata kunci:auditor switching, financial distress, going concern

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
PERNYATAAN ORISINALITAS ..........................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................

i
ii
iii
iv

ABSTRAK ..............................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................
DAFTAR TABEL ...................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................
1.4 Kegunaan Penelitian .........................................................
1.5 Sistematika Penulisan .......................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep.............................................
2.1.1........................................................Teori Agensi
...........................................................................11
2.1.2....Statement of Financial Accounting Concepts
(SFAC) No.2..........................................................
2.1.3................................................Auditor Switching
...........................................................................15
2.1.4...............................................Financial Distress
...........................................................................16
2.1.5.................................Opini AuditGoing Concern
...........................................................................19
2.2 Hipotesis Penelitian ........................................................
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian..........................................................
3.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian .........................
3.3 Objek Penelitian ...........................................................
3.4 Identifikasi Variabel .....................................................
3.5 Definisi Operasional Variabel.......................................
3.6 Jenis dan Sumber Data..................................................
3.6.1 Jenis Data ....................................................................................
3.6.2 Sumber Data ................................................................................
3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel .......
3.7.1 Populasi.............................................................
3.7.2 Sampel...............................................................
3.8 Metode Pengumpulan Data...........................................
3.9 Teknik Analisis Data.....................................................
3.9.1............................Analisis Statistik Deskriptif
.......................................................................34

vi
vii
ix
x
xi

BAB I

1
7
8
8
9
11

12

24
27
28
28
28
29
31
31
31
32
32
32
33
34

3.9.2........................................Pengujian Hipotesis
.......................................................................35
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 .................................Gambaran Umum Objek Penelitian
.......................................................................................39
4.2 ...................................................Hasil Statistik Deskriptif
.......................................................................................40
4.3 .........................................Hasil Analisis Regresi Logistik
.......................................................................................41
4.4 ...........................................................Pengujian Hipotesis
.......................................................................................47
4.4.1 Hipotesis Pertama Pengaruh Auditor Switching
Pada Opini Audit Going Concern......................
4.4.2 Hipotesis Kedua Pengaruh Financial Distress
Pada Opini Audit Going Concern......................
4.5 .............................................Pembahasan Hasil Penelitian
.......................................................................................48
4.5.1 Auditor Switching.....................................................
4.5.2 Financial Distress....................................................
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ...........................................................................
5.2 Saran .................................................................................
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................

47
47

48
49
50
50
52
57

DAFTAR TABEL

No.

Tabel

Halaman

3.1

Tahap Pemilihan Sampel..............................................................

33

4.1

Tahap Pemilihan Sampel..............................................................

39

4.2

Hasil Statistik Deskriptif .............................................................

40

4.3

Hasil Uji Hosmer and Lemeshow................................................

42

4.4

Perbandingan-2Log LikelihoodAwal dan Akhir...........................

43

4.5

Model Summary...........................................................................

43

4.6

Hasil Uji Multikolinearitas..........................................................

44

4.7

Matriks Klasifikasi ......................................................................

45

4.8

Variables in the Equation.............................................................

46

DAFTAR GAMBAR

No.

Gambar

Halaman

3.1

Desain Penelitian ........................................................................

27

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Lampiran

Halaman

1.

Daftar Perusahaanyang Menjadi Objek


Penelitian Tahun 2014..................................................................

57

2.

Hasil Output SPSS yang Menunjukkan Statistik Deskriptif........

59

3.

Output Regresi Logistik...............................................................

61

10

11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh perusahaan untuk

menunjukkan kepada investor tentang bagaimana keadaan perusahaannya.Laporan


keuangan membutuhkan opini auditor untuk memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan, selain menilai kewajaran laporan
keuangan, auditor juga melakukan penilaian terhadap kelangsungan usaha
perusahaan (selanjutnya dalam skripsi ini disebut dengan opini audit going
concern).Perusahaan dengan kondisi ekonomi yang memburuk dan dapat
mempengaruhi kelangsungan usahanya perlu melakukan penyusunan rencanarencana manajemen. Rencana-rencana tersebut menggambarkan tindakan apa saja
yang dilakukan oleh manajemen untuk mengatasi masalah going concern dan ini
yang akan menjadi dasar auditor untuk melakukan penilaian selanjutnya. Standar
Akuntansi (SA) 705 menyebutkan bahwa seorang auditor harus memodifikasi
opininya dalam laporan auditor ketika auditor menyimpulkan bahwa, berdasarkan
bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari
kesalahan penyajian material, atau auditor tidak memperoleh bukti yang cukup
dan tepat untuk meyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas
dari kesalahan penyajian material.

Perusahaan yang mengalami masalah mengenai kelangsungan usahanya dan


oleh

auditor

menyimpulkan

bahwa

manajemen

tidak

mencantumkan

pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangannya, maka auditor harus


menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar.
Auditor harus menyatakan dalam laporan auditor bahwa terdapat suatu
ketidakpastian material yang menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Opini tidak wajar
diberiakan oleh auditor jika laporan keuangan telah disusun berdasarkan basis
kelangsungan usaha, namun menurut pertimbangan auditor, penggunaan asumsi
kelangsungan usaha dalam laporan keuangan oleh manajemen adalah tidak tepat
(SA 570).
Opini

auditgoing

concerndikeluarkan

oleh

auditor

karena

auditor

menyangsikan kelangsungan usaha perusahaan tersebut (Sutedja, 2010).


Kesangsian atas kelangsungan usaha perusahaan ini dapat terjadi pada semua jenis
perusahaan, begitu pula dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Opini audit going concern yang diterima oleh perusahaan yang terdaftar di
BEI dapat disebabkan karena banyak faktor, salah satunya seperti kesulitan
keuangan yang dihadapi perusahaan (financial distress), adanya perkara hukum
yang dihadapi perusahaan, perusahaan menerima opini audit going concernpada
tahun sebelumnya, dan ketika perusahaan melakukan pergantian auditor (auditor
switching). Pada tahun 2014 terdapat 401 perusahaan yang terdaftar di BEI dan 46
diantaranya menerima opini auditgoing concern, 22 perusahaan diantaranya

menerima opini audit going concern karena faktor non keuangan yaitu saat
perusahaan melakukanauditor switching.
Auditor switching merupakan pergantian auditor atau Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien.Cameran et al. (2009)
menyatakan bahwa pergatian auditor (auditor switching) yang dilakukan oleh
perusahaan merupakan suatu solusi potensial yang diambil untuk mengatasi
kemungkinan masalah menurunnya kualitas audit yang disebabkan oleh masa
auditor yang panjang. Pemerintah Indonesia mengatur kewajiban mengenai
pergantian akuntan publik maupun KAP dengan dikeluarkannya Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 tentang Jasa
Akuntan Publik pada pasal 2, sebagai perubahan atas Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002. Peraturan tersebut membahas mengenai
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat
dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama untuk 5 (lima) tahun buku
berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun
buku berturut-turut.
Peraturan mengenai pergantian auditor ini kemudian disempurnakan
kembali dengan dikeluarkannya Peraturan Mentri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 17/PMK.01/2008 tentangJasa Akuntan Publik. Perubahan yang
dilakukan adalah pertama, pemberian jasa umum atas laporan keuangan suatu
entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 6 (enam) tahun
buku berturut-turut dan oleh Seorang Akuntan Publik 3 (tiga) tahun buku berturutturut (pasal 3 ayat 1), kedua, akuntan publik dan kantor akuntan publik dapat

menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah 1 (satu) tahun buku
tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama (pasal
3 ayat 2 dan 3). Adanya kewajiban rotasi inilah yang menyebabkan perusahaan
untuk melakukan auditor switching.
Namun, perusahaan mengganti auditor bukan karena regulasi yang
berlaku,tetapi adafaktor-faktor lain yang dapat menyebabkan perusahaan
mengganti auditornya diluar regulasi yang berlaku. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pergantian auditor di antaranya adanya perubahan manajemen,
ketidaksepakatan antara klien dan auditor, ketidakpuasan atas audit fee (Woo dan
Koh, 2001; Tate, 2006; Ismail et al. 2008; Chadegani et al. 2011), leverage dan
oportunitas manipulasi income (Woo dan Koh, 2001), qualified opinion (Hudaib
dan Cook, 2005; Carcello dan Neal, 2003; Calderon and Ofobike, 2008; Svanberg
dan Ohman, 2014), financial distress (Naseer et al. 2006; Chadegani et al. 2011),
upaya untuk mendapatkan kualitas audit yang lebih baik (Chadegani et al. 2011),
risiko finansial perusahaan (Nasser et al. 2006) dan pertumbuhan perusahaan
(Nasser et al. 2006). Halim (2008:95) auditor switching dapat terjadi karena
ketidakpuasan terhadap KAP lama, ketidaksesuaian biaya, kualitas audit,
ketidaksepakatan akuntansi, reputasi auditor dan kesulitan keuangan yang
dihadapi perusahaan.
Kesulitan keuangan (financial distress) merupakan suatu kondisi dimana
arus kas opersasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban lancarnya
(Ross et al., 2002). Kondisi financial distress pada suatau perusahaan
menyebabkan perusahaan mengalami arus kas negatif, rasio keuangan yang buruk

dan gagal bayar pada perjanjian hutang. Financial distress pada akhirnya akan
mengarah pada kebangkrutan perusahaan sehingga kelangsungan usaha
perusahaan diragukan. Dengan adanya keraguan perusahaan untuk dapat
melanjutkan kelangsungan usahanya, maka auditor dapat memberikan opini going
concern. Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa semakin kondisi
perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar kemungkinan
perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan
yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan financial distress auditor tidak
pernah mengeluarkan opini audit going concern.
Kesulitan keuangan financial distressdapat dialami oleh semua perusahaan,
walaupun perusahaan tersebut merupakan sebuah perusahaan yang besar. Kondisi
keuangan ini menjadi perhatian bagi banyak pihak, tidak hanya manajemen
perusahaan saja, karena kelangsungan usaha dan kondisi keuangan perusahaan
menentukan

kemakmuran

berbagai

pihak

yang

memiliki

kepentingan

(stakeholder), seperti diantaranya adalah para investor, kreditor, dan pihak


lainnya. Jika kondisi kesulitan keuangan (financial distress) ini dapat diprediksi
lebih dini, maka pihak manajemen perusahaan bisa melakukan tindakan-tindakan
yang bisa digunakan untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan.
Financial distress dapat timbul karena adanya pengaruh dari dalam
perusahaan sendiri (internal) dan dari luar perusahaan (eksternal). Damodara
(2001) dalam Agusti (2012) menyatakan faktor penyebab financial distress dari
dalam perusahaan seperti kesulitan arus kas, besarnya jumlah hutang, dan
kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun.

Sedangkan, faktor eksternalnya dapat berupa kebijakan pemerintah yang dapat


menambah beban perusahaan, kebijakan suku bunga yang meningkat sehingga
menyebabkan meningkatnya beban bunga yang ditanggung perusahaan.
Penelitian sebelumnya mengenai auditor switching dan financial distress
terhadap opini auditgoing concernmenunjukkan hasil yang tidak konsisten.
Kumalawati (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa adanya pergantian
auditor mengindikasi penerimaan opini qualified dari auditor baru. Susanto (2009)
mengungkapkan dalam penelitiannya pergantian auditor tidak berpengaruh
terhadap pemberian opini auditgoing concern.Awie (2014) menemukan variabel
pergantian auditor berpengaruh signifikan tehadap penerimaan opini audit going
concern.Lennox (2000) dalam Chen et al. (2005) berpendapat bahwa perusahaan
yang melakukan pergantian auditor (auditor switching) menurunkan kemungkinan
mendapat opini audit yang tidak diinginkan.Diyanti (2010) dalam penelitiannya
menemukan pergantian auditor berpengaruh terhadap penerimaan opini
auditgoingconcern. Kurangnya independensi dari auditor lama menyebabkan
perusahaan melakukan pergantian auditor untuk mendapat opini audityang
menjelaskan mengenai kelangsungan usahanya.
Santosa dan Wedari (2007) menemukan dalam penelitiannya financial
distress berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, semakin
kondisi perusahaan terganggu maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan
menerima opini audit going concern. Mc Keown et al. (1991) menemukan bahwa
auditor hampir tidak pernah memberikan opini audit going concern pada
perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Astuti (2012) dan Januarti (2008) yang menemukan bahwa
financial distress tidak berpengaruh pada opini audit going concern, fenomena
tidak dikeluarkannya opini audit going concern pada perusahaan yang berada
pada kondisi financial distress dapat disebabkan karena auditor takut untuk
mengeluarkan opini audit going concern, hal ini dipercaya akan menambah
buruknya keadaan perusahaan karena para investor akan menarik dananya
(Venuti, 2007).
Berdasarkan uraian di atas dan adanya ketidak konsistenan pada hasil-hasil
penelitian sebelumnya maka dari itu perlu diteliti kembali mengenai pengaruh
auditor switching dan financial distress pada opini audit going concern.

1.2

Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

permasalahan yang akan dibahas pada penelitian inisebagai berikut.


1)

Apakah auditor switching berpengaruh pada penerbitan opini yang

2)

menjelaskan going concern perusahaan?


Apakahfinancial distress berpengaruh pada penerbitan opini yang
menejelaskan going concern perusahaan?

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

permasalahan yang akan dibahas pada penelitian inisebagai berikut.

1) Untuk mengetahui pengaruh auditor switching pada opini audit going


concern.
2) Untuk mengetahui pengaruh financial distress pada opini audit going
concern.
1.4

Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, adapun kegunaan dari penelitian inisebagai

berikut.
1)
KegunaanTeoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan teori di
bidang akuntansi khususnya auditing dan dapat menjadikan refrensi
untuk penelitian-penelitian selanjutnya sehingga dapat menambah
pengetahuan pembaca mengenai opini audit going concern.
2)
Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusipraktis dan
bermanfaat bagi para investor dan kreditor dalam pengambilan suatu
keputusan investasi yang diharapkan dan laporan keuangan yang dapat
dijamin keandalannya dengan adanya opini audit going concern.

1.5

Sistematika Penulisan
Pembahasan secara keseluruhan untuk skripsi ini terdiri dari lima bab yang

merupakan satu kesatuan yang utuh dan antar bab memiliki hubungan yang erat
dengan sistematika penulisan sebagai berikut.
Bab I

Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan


masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika
penulisan penelitian.
Bab II

Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian


Bab ini menjelaskan mengenai landasan teori yang berkaitan
dengan

variabel

penelitian,

memaparkan

hasil

penelitian

sebelumnya yang relevan yang dapat mendukung penelitian serta


merumuskan hipotesis penelitian.
Bab III :

Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai desain penelitian, objek penelitian,
indentifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan
sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel,
metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian.

Bab IV :

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum perusahaan,
deskripsi variabel penelitian, hasil pengujian asumsi klasik, hasil
analisis regresi linear berganda dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V

Simpulan dan Saran

Bab ini menyampaikan simpulan dari hasil penelitian yang


diperoleh dari hasil analisis serta menyampaikan saran-saran sesuai
dengan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian.

10

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Agensi
Jansen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai
suatu kontrak kerjasama yang mana satu atau lebih orang, dimana principal
mengikat orang lain (agent) untuk melakukan pelayanan sesuai kepentingan
principal. Pemberi wewenang (principal) dapat diartikan sebagai pemilik
perusahaan atau pemegang saham dan pihak yang diberi wewenang (agent) dapat
diartikan sebagai manajemen yang mengelola perusahaan. Berdasarkan teori
dijelaskan bahwa pihak manajemen dalam bekerja menjalankan perusahaan harus
mengutamakan kesejahteraan pemilik perusahaan.
Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa masalah keagenan muncul ketika,
yang pertama, terjadinya pertentangan antara tujuan dari prinsipal dan agen serta
adanya kesulitan bagi prinsipal untuk menverifikasi apa yang sebenarnya
dilakukan oleh agen. Kedua, adanya permasalahan pembagian risiko yang
mungkin muncul ketika prinsipal dan agen memiliki prilaku yang berbeda
terhadap risiko. Pemilik tentu menghendaki manajer menjalankan perusahaan
dengan kaidah-kaidah yang memungkinkan maksimalisasi nilai saham, sementara
disisi lain manajer berkepentingan membangun kerajaan bisnis melalui ekspansi
secara cepat namun cenderung menurunkan harga saham perusahaan (Surbakti,
2011).
Agen secara moral memiliki tanggung jawab terhadap kelangsugan hidup
perusahaan yang dipimpinnya, pemilik memberi wewenang kepada agen untuk

11

melakukan operasional perusahaan, sehingga informasi lebih banyak diketahui


oleh agen dibandingkan pemilik. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan orang
ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Agen
mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh
pemilik, sehingga terdapat kecenderungan memanipulasi laporan keuangan
perusahaan, maka dari itu diperlukan pihak ketiga yang independen yaitu auditor.
Halim (2008:65) menyatakan bahwa auditor eksternal merupakan perantara
yang dapat mengkomunikasikan data dari manajemen sebagai pembuat laporan
keuangan kepada para pemakai laporan keuangan. Tugas auditor adalah
memberikan jasa untuk menilai laporan keuangan yang di buat oleh manajemen,
mengenai kewajaran laporan keuangan, dengan hasil akhir adalah opini audit.
Auditor juga diharuskan mengungkapkan permasalahan going concern yang
dihadapi

oleh

perusahaan

apabila

ada

keraguan

perusahaan

dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

2.1.2 Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 2


Statement of financial accounting concepts (SFAC) No. 2 bertujuan untuk
memberikan kualitas atau karakteristik yang harus dimiliki oleh informasi
akuntansi sehingga informasi tersebut menjadi lebih bermanfaat. Menurut SFAC
No. 2 karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi yang bergunan adalah:
1)

Dapat dipahami, pengguna infomasi akuntansi harus dapat memperoleh


pemehaman mengenai kondisi keuangan dan hasil operasional perusahaan
lewat laporan keuangan. Informasi akan dianggap berkualitas atau berguna

12

jika informasi tersebut mudah dipahami oleh pemakai atau para pengambil
2)

keputusan.
Relevansi, informasi keuangan dikatakan relevan jika dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan user, atau dengan kata lain mampu membuat beda
hasil dari berbagai alternatif keputusan yang ada. Karakteristik kualitatif
dari informasi yang relevan adalah bahwa informasi tersebut memiliki nilai
umpan balik (feedback value), prediktif (prediktif value), dan ketepatan
waktu (timeliness). Informasi yang memiliki nilai umpan balik adalah
informasi yang dapat membantu pemakai mengoreksi harapan-harapan
(ekspektasi) di masa lampau dan informasi tersebut selanjutnya dapat
digunakan untuk membantu memprediksi atau memperbaiki hasil di masa
yang akan datang (memiliki nilai prediktif). Jadi, informasi yang relevan
pada umumnya akan memberikan nilai umpan balik dan prediktif pada saat
yang bersamaan. Selain memiliki nilai umpan balik dan prediktif, faktor
ketepatan waktu juga sangat penting terutama bagi informasi yang mampu
membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Ketepatan waktu yang
dimaksud berarti bahwa informasi tersebut dapat tersedia saat dibutuhkan,

3)

terutama dalam setiap pengambilan keputusan bisnis (ekonomi).


Reliabilitas, informasi dikatakan memiliki karakteristik kualitatif reliabilitas
(kehandalan) jika informasi tersebut dapat diuji, disajikan secara tepat,
relatif bebas dari kesalahan, menggambarkan keadaan yang sebenarnya, dan
netral. Reliabilitas memiliki tiga karakteristik utama, yaitu:
(1) Dapat diperikasa atau memiliki daya uji (verivibility), yaitu jika
informasi tersebut menggambarkan sebuah konsensus. Daya uji ini
hadir ketika salah seorang pengukur independen (akuntan)

13

melakukan pengukuran atas suatu item dan ternyata hasilnya sama


seperti yang dihasilkan oleh pengukur independen lainnya dengan
menggunakan metode pengukuran yang sama.
(2) Ketepatan penyajian (representation faithfulness), yaitu adanya
kecocokan antara besarnya hasil pengukuran dengan aktivitas
ekonomi atau item yang diukur.
(3) Netralitas (neutrality), informasi yang netral berarti tidak bias atau
tidak memihak, faktual (apa adanya), dan tidak bergantung pada
4)

kepentingan sekelompok pemakai tertentu.


Komparabilitas, informasi akuntansi yang dapat dibandingkan menyajikan
kesamaan dan perbedaan yang timbul dari kesamaan dasar dan perbedaan
dasar dalam perusahaan dan transaksinya dan tidak semata-mata dari

5)

perbedaan perlakuan akuntansinya.


Konsistensi, yaitu keseragaman dalam penetapan kebijaksanaan dan
prosedur akuntansi yang tidak berubah dari periode ke periode.

2.1.3 Auditor Switching


Auditor atau KAP yang memiliki hubungan yang lama dengan perusahaan
atau kliennya dapat menyebabkan pengaruh yang merugikan pada independensi
auditor atau KAP itu sendiri, karena seiring berjalannya waktu dapat
menyebabkan berkurangnya objektifitas auditor atau KAP terhadap perusahaan
atau klien tersebut (Mautz dan Sharaf, 1961). Salah satu cara yang bisa dilakukan
untuk mengurangi kemungkinan berkurangnya independensi dari auditor atau
KAP adalah dengan melakukan auditor switching.
Auditor switching merupakan pergantian auditor atau Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan. Di Indonesia pembatasan jangka

14

waktu pemberian jasa audit oleh KAP dan akuntan publik dimuat dalam Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 17/PMK.01.2008. Auditor switching
dapat terjadi karena adanya peraturan regulasi yang berlaku (mandatory) atau
karena suatu alasan tertentu dari pihak perusahaan klien di luar ketentuan regulasi
yang berlaku (voluntary). Perusahaan yang melakukan pergantian auditor secara
voluntary dapat disebabkan oleh dua kemungkinan, yaitu: perusahaan yang
menghentikan auditor atau auditor yang mengundurkan diri (Divianto, 2011).
Halim (2008:95) menyebutkan bahwa auditor switching dapat terjadi karena
ketidakpuasan terhadap KAP lama, ketidaksesuaian biaya, kualitas audit,
ketidaksepakatan akuntansi, reputasi auditor dan kesulitan keuangan yang
dihadapi perusahaan. Tidak hanya dalam literatur praktis, faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya auditor switching juga telah banyak diungkapkan dalam
penelitian-penelitian

sebelumnya,

seperti

adanya

perubahan

manajemen,

ketidaksepakatan antara klien dan auditor, ketidakpuasan atas audit fee (Woo dan
Koh, 2001; Tate, 2006; Ismail et al. 2008; Chadegani et al. 2011), leverage dan
oportunitas manipulasi income (Woo dan Koh, 2001), qualified opinion (Hudaib
dan Cook, 2005; Carcello dan Neal, 2003; Calderon and Ofobike, 2008; Svanberg
dan Ohman, 2014), financial distress (Naseer et al. 2006; Chadegani et al. 2011),
upaya untuk mendapatkan kualitas audit yang lebih baik (Chadegani et al. 2011),
risiko finansial perusahaan (Nasser et al. 2006) dan pertumbuhan perusahaan
(Nasser et al. 2006).
Diyanti (2010) menyebutkan bahwa klien yang diaudit oleh KAP baru
mungkin lebih puas dengan beberapa pertimbangan. Pertama, perusahaan

15

cenderung melakukan pergantian auditor karena mereka tidak puas dengan


pelayanan yang diberikan oleh auditor sebelumnya atau mereka mempunyai
beberapa jenis perselisihan dengan auditor sebelumnya. Kedua, perikatan audit
yang baru terdapat ketidakyakinan manajemen klien terhadap kualitas pelayanan
yang disediakan dari KAP.
2.1.4 Financial Distress
Manurung

(2012:

96)

dan

Wruck

(1990)

dalam

Salim

(2013)

mendefinisikan kesulitan keuangan (financial distress) sebagai sebuah situasi


dimana aruh kas tidak dapat memenuhi untuk membayar kewajiban saat ini (a
situation where cash flow is insufficient to cover current obligations). Kewajiban
yang dimaksud bisa saja kewajiban kepada pemasok bahan baku, hutang, pajak,
hutang bank, dan kewajiban lainnya. Perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan (financial distress) dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan
tersebut. Perusahaan yang memiliki jumlah kewajiban lebih besar daripada
kekayaan perusahaan dapat dikatakan bahwa perusahaan sedang mengalami
kesulitan keuangan (financial distress) dan sebaliknya apabila kewajiban
perusahaan lebih kecil daripada kekayaan yang dimiliki maka perusahaan dapat
dikatakan tidak sedang mengalami kesulitan keuangan (financial distress)
(Astrini, 2013).
Ramadhany (2004) menyatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan
menggambarkan bagaimana kondisi kesehatan perusahaan sesungguhnya.
Semakin memburuk atau terganggunya kondisi keuangan suatu perusahaan maka
semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit (going concern).

16

Sebaliknya perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan


(financial distress), auditor tidak pernah memberikan opini audit (going concern)
(McKeown, 1991).
Kesulitan keuangan (financial distress) dapat timbul karena adanya
pengaruh dari dalam perusahaan sendiri (internal) dan dari luar perusahaan
(eksternal). Damodara (2001) dalam Agusti (2012) menyatakan faktor penyebab
financial distress dari dalam perusahaan seperti:
1) Kesulitan arus kas
Kesulitan arus kas terjadi ketika penerimaan pendapatan perusahaan dari
hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk menutupi beban usaha yang
timbul dari aktivitas operasi perusahaan, selain itu kesulitan arus kas juga
dapat terjadi karena adanya kesalahan manajemen ketika mengelola aliran
kas perusahaan untuk pembayaran aktivitas perusahaan yang memperburuk
kondisi keuangan perusahaan.
2) Besarnya jumlah hutang
Kebijakan pengambilan hutang perusahaan untuk menutupi biaya yang
timbul akibat operasi perusahaan akan menimbulkan kewajiban bagi
perusahaan tersebut untuk mengembalikan hutang di masa depan. Saat
tagihan jatuh tempo dan perusahaan tidak memiliki cukup dana untuk
membayar tagihan yang terjadi maka kemungkinan yang dilakukan kreditur
adalah melakukan penyitaan terhadap harta perusahaan untuk menutupi
kekurangan pembayaran tagihan tersebut.
3) Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun
Kerugian operasional perusahaan menimbulkan arus kas negatif dalam
perusahaan tersebut, hal ini dapat terjadi karen beban operasional lebih
besar dari pendapatan yang diterima perusahaan.

17

Perusahaan yang mampu menanggulangi atau menutupi tiga faktor internal


di atas belum tentu perusahaan tersebut dapat dikatakan terhindar dari masalah
kesulitan keuangan (fiancial distress) karena masih ada faktor eksternal
perusahaan yang dapat menyebabkan terjadinya financial distress yaitu, dapat
berupa kebijakan pemerintah yang dapat menambah beban perusahaan, kebijakan
suku bunga yang meningkat sehingga menyebabkan meningkatnya beban bunga
yang ditanggung perusahaan.

2.1.5 Opini AuditGoing Concern


Opini audit merupakan bagian dari laporan audit yang merupakan informasi
utama dari laporan audit. Pendapat auditor disajikandalam suatu laporan tertulis
yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit baku terdiri dari tiga
paragraf, yaitu paragraf pengantar (introductory paragraph), paragraf lingkup
(scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion paragraph). Paragraf
pengantar dicantumkan sebagai paragraf pertama laporan audit baku, diamana
terdapat tiga fakta yang diungkapkan oleh auditor dalam paragraf pengantar: (1)
tipe jasa yang diberikan oleh auditor, (2) objek yang diaudit, (3) pengungkapan
tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan tanggung jawab auditor
atas pendapat yang diberikan atas laporan keuangan berdasarkan hasil auditnya.
Paragraf lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang

18

dilaksanakan oleh auditor, dan paragraf pendapat berisi pernyataan ringkas


mengenai pendapat auditor tentang kewajaran laporan keuangan auditan.
Opini audit ada lima dan setiap opini yang dikeluarkan auditor atas dasarnya
masing-masing, yaitu:
1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), diberikan oleh
auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit, dan tidak terdapat
pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip
akuntansi

berterima

umum

dalam

penyusunan

laporan

keuangan,

konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta


pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified
opinion with explanatory language), diberikan auditor jika terdapat hal-hal
yang memerlukan bahasa penjelas (misalnya perubahan metode depresiasi),
namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan,
dan hasil usaha perusahaan klien.
3) Pendapat wajar dengan pengecualian (ualified opinion), diberikan oleh
auditor jika laporan keuangan yang disajikan klien adalah wajar, namun
ketika mengaudit, auditor menemukan kodisi lingkup audit dibatasi oleh
klien, auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak
dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di
luar kekuasaan klien maupun auditor, laporan keuangan tidak disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum, atau prinsip akuntansi berterima
umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak
diterapkan secara konsisten.

19

4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion), diberikan auditor jika laporan


keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima
umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan.
5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion), auditor
tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan
auditan, atau karena auditor tidak independen dalam hubungan dengan
klien.
Going concern menurut Belkaoui (2006) adalah suatu dalil yang
menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam
jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab
serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak terhenti. Dalil ini memberikan gambaran
bahwa suatu entitas tidak diharapkan akan dilikuidasi di masa depan atau bahwa
entitas tersebut akan berlajut sampai periode yang tidak dapat ditentukan.
Widyawati (2009) menyebutkan bahwa asumsi going concern digunakan
dalam pelaporan keuangan selama tidak terbuktinya informasi mengenai hal yang
berlawanan. Ketidakmampuan suatu usaha dalam memenuhi kewajibannya pada
saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak
luar secara bisnis biasa, restrukturiasai utang, perbaikan operasi yang diperlukan
dari luar atau kegiatan serupa lainnya merupakan informasi yang dianggap
berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu usaha. Going concern
adalah kelangsungan hidup suatu entitas (Hany et al.2003). Dengan adanya going
concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan

20

usahanya dalam jangka panjang. Suatu entitas dianggap going concern apabila
perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan dapat memenuhi kewajibannya.
Opini audit dengan paragraf going concern merupakan opini yang
dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan usahanya (Santosa dan Wedari, 2007).Jika auditor berkesimpulan
bahwa

terdapat

keraguan

besar

tentang

kemampuan

entitas

dalam

mempertahankan kelangsungan usahanya, auditor memberikan pendapat wajar


tanpa

pengecualian

dengan

paragraf

penjelas,

tanpa

memperhatikan

pengungkapan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2008).


SA 507 menjelaskan peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan
keraguan tentang asumsi kelangsungan usaha, seperti:
1) Keadaan keuangan.
(1) Posisi liabilitas bersih atau liabilitas lancar bersih.
(2) Pinjaman dengan waktu pengembalian tetap mendekati jatuh temponya
tanpa prospek yang realistis atas pembaharuan atau pelunasan; atau
pengandalan yang berlebih pada pinjaman jangka pendek untuk
mendanai aset jangka panjang.
(3) Indikasi penarikan dukungan keuangan oleh kreditor.
(4) Arus kas operasi yang negatif, yang diindikasi oleh laporan keuangan
historis atau prospektif.
(5) Rasio keuanga utama yang memburuk.
(6) Kerugian operasi yang substansial atau penurunan signifikan dalam nilai
aset yang digunakan untuk menghasilkan arus kas.
(7) Dividen yang sudah lama terutang atau yang tidak berkelanjutan.
(8) Ketidakmampuan untuk melunasi kreditur pada tanggal jatuh tempo.
(9) Ketidakmampuan untuk mematuhi persyaratan perjanjian pinjaman.
(10)
Perubahan transaksi dengan pemasok, yaitu dari transaksi kredit
menjadi transaksi tunai ketika pengiriman.

21

(11)

Ketidakmampuan

untuk

memperoleh

pendanaan

untuk

pengembangan produk baru yang esensial atau investasi esensial lainnya.


2) Kegiatan operasi.
(1) Intensi manajemen untuk melikuidasi entitas atau untuk menghentikan
operasinya.
(2) Hilangnya manajemen kunci tanpa penggantian.
(3) Hilangnya suatu pasar utama, pelanggan utama, wara laba, lisensi, atau
pemasok utama.
(4) Kesulitan tenaga kerja.
(5) Kekurangan penyediaan barang/bahan.
(6) Munculnya kompetitor yang sangat berhasil.
3) Lain-lain.
(1) Ketidakpatuhan terhadap ketentuan permodalan atau ketentuan statutori
lainnya.
(2) Perkara hukum yang dihadapi entitas yang jika berhasil dapat
mengakibatkan tuntutan kepada entitas yang kemungkinan kecil dapat
dipenuhi oleh intitas.
(3) Perubahan dalam peraturan perundang-undangan atau kebijakan yang
diperkirakan akan memberikan dampak buruk dari bagi entitas.
(4) Kerusakan aset yang diakibatkan oleh bencana alam yang tidak
diasuransikan atau kurang diasuransikan.
SA 705 tetang modifikasi terhadap opini dalam laporan auditor independen
menjelaskan kondisi yang mengharuskan seorang auditor harus melakukan
modifikasi terhadap opininya, ketika:
1) Auditor menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang diperoleh,
laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian
material.

22

2) Auditor tidak dapat memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk
menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari
kesalahan penyajian material.
2.2

Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Auditor Switching pada Opini AuditGoing Concern


Auditor switching merupakan perpindahan akuntan publik atau KAP yang
dilakukan oleh perusahaa (klien). Hal ini merupakan salah satu cara yang
dilakukan oleh klien untuk menjaga independensi auditor (Mustofa, 2010). Saat
independensi auditor terjaga, maka auditor akan menjalankan tugasnya dengan
baik, dan dapat memberikan opini yang sesungguhnya pada perusahaan. Opini
sesungguhnya yang dimaksud adalah opini yang berisi paragraf penjelas atau
menerangkan tentang kelangsungan usaha sebuah perusahaan. Susanto (2009)
mengungkapkan dalam penelitiannya pergantian auditor tidak berpengaruh
terhadap opini audit going concern. Berbeda dengan Awie (2014) menyebutkan
bahwa variabel pergantian auditor berpengaruh signifikan tehadap penerimaan
opini audit going concern, hal ini didukung oleh hasil penelitian Kumalawati
(2012) dan Diyanti (2010) yang menemukan pergantian auditor berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern. Kurangnya independensi dari
auditor lama menyebabkan perusahaan melakukan pergantian auditor untuk
mendapat opini audityang menjelaskan mengenai kelangsungan usahanya.
Berdasarkan hal di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H1 :Auditor switching berpengaruh pada opini audit going concern.

23

2.2.2 Pengaruh Financial Distress pada Opini Audit Going Concern


Kesulitan keuangan (financial distress) merupakan suatu kondisi dimana
arus kas opersasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban lancarnya
(Ross et al., 2002). Ramadhany (2004) menyatakan bahwa kondisi keuangan
perusahaan

menggambarkan

bagaimana

kondisi

kesehatan

perusahaan

sesungguhnya. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (financial


distress) dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Perusahaan
yang memiliki jumlah kewajiban lebih besar daripada kekayaan perusahaan dapat
dikatakan bahwa perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan (financial
distress) dan sebaliknya apabila kewajiban perusahaan lebih kecil daripada
kekayaan yang dimiliki maka perusahaan dapat dikatakan tidak sedang mengalami
kesulitan keuangan (financial distress) (Astrini, 2013). McKeown et al. (1991)
menemukan bahwa auditor hampir tidak pernah memberikan opini audit (going
concern) pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Januarti
(2008) menemukan bahwa financial distress tidak berpengaruh pada opini audit
(going concern). Santosa dan Wedari (2007) menemukan dalam penelitiannya
financial distress

berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going

concern,semakin kondisi perusahaan terganggu maka akan semakin besar


kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern.
Berdasarkan hal di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H2: Financial distress berpengaruh pada opini audit going concern.

24

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
yang dikuantitatifkan yang berbentuk asosiatif, yaitu meneliti pengaruh yang
diberikan oleh auditor switchingdan financial distressterhadap opini audit going
concern.

25

Desain dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.1
Desain Penelitian

Auditor Switching
(X1)
H1

Opini Audit Going


Concern
(Y)

Financial Distress

H2

(X2)

Keterangan:
1) H1 menunjukkan pengaruh dariauditor switching (X1) pada opini audit going
concern(Y).
2) H2 menunjukkan pengaruh darifinancial distress(X2) pada opini audit going
concern(Y).
3.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses
langsung ke situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu www.idx.co.id.
Penelitian ini dilakukan di BEI karenaperusahaan yang terdaftar di BEI
diwajibkan untuk melakukan audit atas laporan keuangan mereka agar informasi
yang disajikan menjadi relevan dan reliable bagi stakeholders. Lingkup penelitian

26

dibatasi pada pembahasan mengenai pengaruh auditor switching dan financial


distress terhadap opini audit going concernpadaperusahaanyang terdaftar di BEI
tahun 2014.
3.3 Obyek Penelitian
Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah opini audit going concernpada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014.

3.4 Identifikasi Variabel


Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat.
1) Variabel Independen (X)
Variable bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen)
(Sugiyono, 2014:59).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah auditor
switching (X1) dan financial distress (X2).
2) Variabel Depeden (Y)
Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014:59).Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah adalah opini audit going concern(Y).
3.5 Definisi Operasional Variabel
Ikhsan (2008) dalam Narutama (2011) mendefinisikan operasional variabel
sebagai suatu definisi yang diberikan kepada variabel dalam bentuk istilah yang
diuji secara spesifik atau dengan pengukuran kriteria.Definisi operasional variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Auditor switching (X1)

27

Auditor switchingadalah pergantian auditor yang dilakukan oleh perusahaan.


Auditor switchingdalam penelitian ini diukur dengan menggunakan variabel
dummy, apabila perusahaan melakukan auditor switching dan mendapat opini
audit going concern maka diberikan kode (1). Apabila perusahaan tidak
melakukan auditor switching dan tidak menerima opini audit going concern
maka diberikan kode (0). Data mengenai nama auditor yang mengaudit
perusahaanyang terdaftar di BEI tahun 2014 diperoleh dari laporan auditor
independen yang diakses langsung dari situs resmi BEI, yaitu www.idx.co.id.
2) Financial distress (X2)
Financial distress adalah kesulitan keuangan yang dialami oleh perusahaan,
pada penelitian ini kesulitan keuangan diukur dengan menggunakan DER
(debt to equity ratio) dari perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2014 yang
dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut.

DER=

Totalhutang
100 ......................................................................
Totalequitas

(3.1)
Rasio ini dipilih karena mampu mampu menggambarkan struktur modal yang
dimiliki perusahaan, semakin besar proporsi hutang yang digunakan oleh
perusahaan, maka investor menanggung risiko yang semakin besar pula. DER
yang lebih besar menunjukkan struktur modal dari hutang yang lebih banyak
diguakan untuk menandai ekuitas yang ada. Sinarwati (2010)menyebutkan
bahwa tingkat rasio DER yang aman adalah 100%. Rasio DER di atas 100%
merupakan salah satu indikator memburuknya kinerja keuangan sehingga

28

perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Nilai


DER yang lebih dari 100% dan nilai DER yang negatif menunjukkan bahwa
hutang lebih besar dari ekuitas pemilik, yang berarti modal pemilik tidak
mampu menutupi kewajibannya pada pihak luar atau kreditur.
3) Opini audit going concern (Y)
Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan auditor yang
berisi paragraf penjelas mengenai kelangsungan usahanya. Opini audit going
concern dalam penelitian ini diukur menggunakan variabel dummy. Apabila
perusahaan menerima opini audit going concern diberikan kode (1) dan
apabila perusahaan tidak menerima opini audit going concern diberikan kode
(0).
3.6 Jenis dan Sumber Data
3.6.1 Jenis Data
1) Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar
(Sugiyono, 2014:12). Data kualitatif dalam penelitian ini adalah daftar
perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), laporan auditor
independen, dan catatan atas laporan keuangan perusahaan.
2) Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka-angka atau data kualitatif
yang diangkakan (Sugiyono, 2014:12). Data kuantitatif dalam penelitian ini
adalah laporan keuangan auditan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2014.
3.6.2

Sumber Data
Data menurut sumbernya dibedakan menjadi data primer dan data sekunder

(Sugiyono, 2014: 193).Data sekunder merupakan sumber data yang tidak


langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau lewat dokumen (Sugiyono, 2014: 193). Data yang digunakan dalam

29

penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan auditanperusahaan


yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014. Data diakses melalui
http://www.idx.co.id/.
3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel
3.7.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2014:115). Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 yaitu sebanyak 401 perusahaan.
3.7.2

Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2014:116). Metode penentuan sampel yang


digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
peneliti (Sugiyono, 2014:122). Kriteria yang digunakan untuk pemilihan sampel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014.
2) Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan auditan secara lengkap pada
tahun 2014.
3) Perusahaan yang melakuakan auditor switching dan menerima opini audit
going concernpada tahun 2014.
4) Perusahaan yang tidak melakukan auditor switching dan tidak menerima
opini audit going concern, disesuaikan (perusahaan yang memiliki total aset
yang mendekati atau hampir sama) dengan perusahaan yang melakukan
auditor switching dan menerima opini audit going concern.

30

Adapun tahap pemilihan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3.1 Tahap Pemilihan Sampel
No
Kriteria
1
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2014
2
Perusahaan yang tidak melakukan auditor
switching dan tidak menerima opini audit (going
concern) tahun 2014
3
Perusahaan yang melakukan auditor switching dan
menerima opini audit (going concern)
4
Perusahaan yang tidak melakukan auditor
switching dan tidak menerima opini audit (going
concern)
5
Total sampel
Sumber: Data Sekunder diolah, 2015

Jumlah Perusahaan
401
(379)

22
22

44

3.8 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi non partisipan
yaitu peneliti dapat melakukan observasi sebagai pengumpul data tanpa ikut
terlibat dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2014:204).
Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi dari sumber yang digunakan
yaitu mengumpulkan data laporan keuangan auditan seluruh perusahaan yang
berakhir 31 Desember 2014 dengan mengakses website Bursa Efek Indonesia
http://www.idx.co.id/.

3.9 Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
logistik (logistic regression). Analisis regresi logistik (logistic regression)
digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat

31

diprediksi dengan variabel bebasnya. Persamaan regresi logistik yang digunakan


adalah:

ln

OGC
= + 1 AS+ 2 FD + ...................................................................
1OGC

(3.2)

Keterangan:
OGC

= probabilitas menerima opini audit going concern

= konstanta

1 dan 2

= koefisien regresi

AS

= auditor switching

FD

= financial distress

= error term

3.9.1 Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, nilai
minimum, dan nilai maksimum (Ghozali, 2013). Analisis statistik deskriptif
ditunjuk untuk memberikan gambaran atau deskripsi data dari variabel dependen
berupupa opini audit going concern dan variabel independen berupa auditor
switching dan financial distress. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran
keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk
dijadikan sampel penelitian.

32

3.9.2 Pengujian Hipotesis


Tahap dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik (logistic
regression) dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Ghozali, 2013:333).
1) Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshows Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshows Goodness of
Fit Test digunakan untuk menguji hipotesis nol apakah data empiris
cocok atau sesuai dengan model (tidak terdapat perbedaan antara model
dengan data) sehingga model dapat dikatakan fit. Jika nilai signifikansi
Hosmer and Lemeshows Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang
dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan
signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness fit
model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai
observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshows Goodness of
Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan
berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat
dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.

2) Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)


Hipotesis yang digunakan untuk menilai overall model fit, yaitu:
H0 : Mode yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesis nol agar
model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi
likelihood.

Besarnya

probabilitas

koefisien

regresi

yang

memaksimumkan kejadian ini disebut dengan log of likelihood. Untuk

33

menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi


-2LogL. Penurunan likelihood (-2LogL) menunjukkan model regresi
yang lebih baik atau dengan kata lain model dihipotesiskan fit dengan
data.
3) Koefisien Determinasi (Nagelkerkes R Square)
Cok dan Snells R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru
ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi
likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit
diinterpretasikan. Nagelkerkes R square merupakan modifikasi dari
koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari
0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox
dan Shells R2 dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerkes R square
dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regresion. Nilai
yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabilitas variabel dependen.
4) Uji Multikoleniaritas
Uji Multikoleniaritas merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat
apakah terdapat korelasi antara variabel independen. Model regresi yang
baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat antara
variabel bebasnya. Pengujian ini menggunakan matrik untuk melihat
besarnya korelasi antara variabel bebas. Apabila nilai matriks korelasi

34

lebih kecil dari 0,9 maka tidak terdapat gejala multikoleniaritas yang
serius antara variabel bebasnya.
5) Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi kemungkinan perusahaan mendapat opini audit going
concern, dimana kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi
kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyatakan dalam persen.
6) Model Regresi Logistik Yang Terbentuk
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh auditor
switching dan financial distress pada opini audit going concern pada
perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2014. Model regresi logistik yang
terbentuk menghasilkan nilai koefisien regresi dan signifikansi. Koefisien
regresi dari tiap variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antar
variabel. Pegujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan
antara nilai signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan (). Apabila sig<
maka dapat dikatakan variabel bebas berpengaruh signifikan pada
variabel terikat.

35

BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh auditor switching dan
financial distress pada opini audit going concern. Wilayah penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data penelitian
ini diperoleh dengan mengunduh laporan keuangan auditan perusahaan yang
terdaftar di BEI tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2014 yaitu sebanyak 401 perusahaan.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, sehingga sampel yang
digunakan pada penelitan ini merupakan representasi dari populasi sampel yang
ada serta sesuai dengan tujuan dari penelitian. Tahap pemilihan sampel yang telah
dilakukan, disajikan dalam Tabel 4.1.

36

Tabel 4.1 Tahap Pemilihan Sampel


No
1

Kriteria
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2014
2
Perusahaan yang tidak melakukan auditor switching
dan tidak menerima opini audit going concern tahun
2014
3
Perusahaan yang melakukan auditor switching dan
menerima opini audit going concern
4
Perusahaan yang tidak melakukan auditor switching
dan tidak menerima opini audit going concern
5
Total sampel
Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Jumlah Perusahaan
401
(379)

22
22
44

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dan diseleksi sesuai dengan


kriteria yang sudah ditentukan, maka diperoleh sampel sebanyak 44 perusahaan
dengan waktu pengamatan satu tahun.

4.2 Hasil Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif memberikan informasi mengenai karakteristik variabelvariabel yang mencakup penjelasan tentang nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, nilai minimum, dan nilai maksimum. Tabel 4.2 memperlihatkan hasil
statistik deskriptif.

Tabel 4.2Hasil Statistik Deskriptif


N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Auditor Switching

44

.50

.506

Finacial Distress

44

799

172.11

180.270

Opini Audit (Going Concern)

44

.50

.506

Valid N (listwise)

44

37

Sumber: Data diolah, 2015


Berdasarkan Tabel 4.2 statistik deskriptif yang ditunjukkan adalah nilai minimum,
nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi, serta N merupakan banyaknya
sampel yang diolah.
Variabel auditor switching (X1) memiliki nilai minimum sebesar 0 dan
nilai maksimum sebesar 1. Nilai rata-rata auditor switching sebesar 0,5
menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan auditor switching dan tidak
melakukan auditor switching memiliki jumlah yang sama atau setara. Dengan
nilai standar deviasi sebesar 0,506.
Variabel financial distress (X2) memiliki nilai minimum sebesar 4 dan nilai
maksimum sebesar 799. Nilai rata-rata financial distress sebesar 172,11
menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan atau financial distress. Dengan nilai standar deviasi sebesar 180,270.
Variabel opini audit going cincern (Y) memiliki nilai minimum sebesar 0
dan nilai maksimum sebesar 1. Nilai rata-rata sebesar 0,5 menunjukan bahwa
perusahaan yang menerima opini audit going concern dan tidak menerima opini
audit going concern memiliki jumlah yang sama atau setara. Dengan nilai standar
deviasi sebesar 0,506.

4.3 Hasil Analisi Regresi Logistik


Analisis regresi logistik digunakan karena variabel terikat dalam penelitian
ini merupakan variabel yang bersifat dikatomi atau kategorikal, dengan kategori

38

yaitu menerima opini audit going concern dan tidak menerima opini audit going
concern. Adapun tahapan-tahapan dalam uji regresi logistik sebagai berikut.
1) Menilai kelayakan model regresi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris
cocok atau sesuai dengan model. Kelayakan model regresi dinilai dengan
menggunakan uji Hosmer and Lemeshows. Jika nilai statistik uji Hosmer
and Lemeshow lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol diterima dan berarti
model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model
dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Berikut ini disajikan
tabel uji Hosmer and Lemesshow.

Tabel 4.3 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test


Step
1

Chi-square

Df
1.835

Sig.
6

0,934

Sumber: Data diolah, 2015


Dari tabel uji Hosmer and Lemeshow di atas dapat dilihat bahwa nilai
statistik uji Homemer and Lemeshow yaitu sebesar 0,934 yang lebih besar
dari 0,05 maka hipotesis nol diterima dan berarti model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima
karena cocok dengan data observasinya.
2) Menilai keseluruhan mode regresi (Overall model fit)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah keseluruhan model sesuai
dengan data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2
Log Likelihood (-2LogL) pada awal dengan nilai -2 Log Likelihood (2LogL) pada akhir. Apabila terdapat penurunan nilai Likelihood, ini

39

menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang
dihipotesiskan fit dengan data.

Tabel 4.4 Perbandingan -2Log Likelihood Awal dan Akhir


-2 Log Likelihood (-2LogL) pada awal
15,754
-2 Log Likelihood (-2LogL) pada akhir

4,647

Sumber: Data diolah, 2015


Nilai -2LogL awal sebesar 15,754 dan nilai -2LogL akhir sebesar 4,647,
penurunan nilai -2LogL ini menunjukkan bahwa model regresi yang baik
atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
3) Koefisien determinasi (Nagelkerkes R Square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik
ditunjukkan dengan nilai Nagelkerkes R Square. Nilai Nagelkerkes R
Square adalah variabilitas variabel tetap yang dapat dijelaskan oleh variabel
bebas, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar
penelitian. Nagelkerkes R Square ini digunakan untuk mengukur seberapa
besar variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu auditor
switching dan financial distress mampu mempengaruhi variabel terikat opini
audit going concern. Berikut hasil olah data pada Tabel 4.

Step
1

Tabel. 4.5Model Summary


-2 Log
Cox & Snell
likelihood
R Square
Nagelkerke R Square
4.647a

40

0.722

0.963

Sumber: Data diolah, 2015


Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukan bahwa Nagelkerke R Square sebesar
0,963. Hal ini berarti variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu auditor switching dan financial distressmempengaruhi variabel terikat
opini audit going concern sebesar 96,3% sedangkan 3,7% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini.
4) Uji multikoleniaritas
Model regresi yang baik adalah dengan tidak adanya gejala korelasi yang
kuat diantara variabel bebasnya. Pengujian multikolerasi dalam regresi
logistik menggunakan matrik untuk melihat besarnya korelasi antara
variabel bebas. Apabila nilai matrik korelasi lebih kecil dari 0,9 artinya tidak
terdapat gejala multikorelasi yang serius antara variabel bebas tersebut.
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas
CorrelationMatrix
Constant
Step 1

X1_AS

X2_FD

Constant

1.000

.005

-.457

X1_AS

.005

1.000

-.012

X2_FD

-.457

-.012

1.000

Sumber: Data diolah 2015


Hasil penelitian menunjukkan tidak ada nilai koefisien korelasi antara
variabel yang nilainya lebih besar dari 0,9 maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat gejala multikolinearitas yang serius antara variabel bebas.

5) Matriks klasifikasi

41

Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk


memprediksi probabilitas penerimaan opini audit going concern oleh
perusahaan.
Tabel 4.7Matriks Klasifikasi
Predicted
OGC
Observed
Step1

OGC

Percentage Correct

22

.0

22

100.0

Overall Percentage

50.0

Sumber: Data diolah 2015


Tampilan dalam Tabel 4.7 menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit
going concerndan tidak menerima opini audit going concern adalah masingmasing sebesar 50,0 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dengan model
regresi tersebut, terdapat sebanyak 22 perusahaan yang menerima opini
audit going concern dan 22 perusahaan yang tidak menerima opini audit
going concern.

6) Model regresi logistik terbentuk


Berdasarkan hasil analisis dengan mengunakan program SPSS 17 maka di
peroleh hasil sebagai berikut:

42

B
St X1_AS
ep
1a
X2_FD
Constant

Tabel. 4.8Variables in the Equation


S.E.
Wald
df
Sig.

Exp(B)

68.128 4704.283

.000

.988 3.868E
29

-8.220

9.497

.749

.387

.000

-.740

1.316

.316

.574

.477

a. Variable(s) entered on step 1: X1_AS, X2_FD.


Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
ln

OGC
=0,740+68,128 AS8,220 FD +
1OGC

Berdasarkan persamaan tersebut konstanta memiliki nilai sebesar -0,740, ini


mempunyai arti bahwa jika tidak terjadi auditor switchingdan financial
distress maka kecenderungan tidak terdapat peluang memperoleh opini audit
going concerndengan asumsi faktor lainnya konstan.
Persamaan koefisien regresi logistik dari auditor switching sebesar 68,128
mempunyai arti bahwa, apabila terdapat peningkatan kecenderunganauditor
switching,maka opini audit going concerncenderung meningkat dengan
asumsi faktor lainya konstan.
Persamaan koefisien regresi logistik dari financial distresssebesar-8,220
mempunyai arti bahwa apabila financial distressnaik, maka opini audit
going concernakan cenderung menurun dengan asumsi faktor lainya
konstan.

43

4.4 Pengujian Hipotesis


4.4.1 Hipotesis Pertama Pengaruh Auditor Switching pada Opini
AuditGoing Concern
Hipotesis pertama menyatakan bahwa auditor switching berpengaruh
pada opini audit going concern. Berdasarkan Tabel4.8variabel auditor
switching menunjukan nilai koefisien positif sebesar 68,128 dengan
signifikansi

0,988

hipotesispertamaditolak,

lebih
yang

besar
artinya

0,05.

Hal

auditor

ini

switching

berarti
tidak

berpengaruh pada opini audit going concern.


4.4.2 Hipotesis Kedua Pengaruh Financial Distress pada Opini Audit
Going Concern
Hipotesis kedua menyatakan bahwa financial distress berpengaruh
pada opini audit going concern.Berdasarkan Tabel 4.8 variabel
financial distressmenunjukan nilai koefisien negatif sebesar 8,220
dengan signifikansi 0,387 lebih besar 0,05. Hal ini berarti
hipotesiskeduaditolak,

yang

artinya

financial

distress

tidak

berpengaruh pada opini auditgoing concern.


4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
1) Auditor Switching
Hasil uji regresi logistik menunjukan nilai koefisien positif sebesar 68,128
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,988 yang lebih besar dari = 5%
(0,988 > 0,05). Hal ini diinterpretasikan bahwa variabel auditor switching
tidak memiliki pengaruh padaopini audit going concern, ketika perusahaan
melakukan auditor switching maka akan menurunkan kemungkinan
perusahaan untuk menerima opini audit going concern. Hal ini dapat terjadi
ketika perusahaan memiliki ketakutan untuk mendapat opini audit going

44

concern, sehingga perusahaan mencari auditor baru yang dianggap dapat


diajak bekerjasama sehingga dapat menurunkan kemungkinan perusahaan
mendapat opini audit going concern. Hasil penelitian ini menolak penelitian
yang dilakukan oleh Kumalawati (2012) dan Diyanti (2010) yang
menemukan bahwa pergantian auditor berpengaruh pada penerimaan opini
audit going concern. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Susanto (2009) dan Lennox (2000) dalam Chen et al.
(2005) yang berpendapat bahwa perusahaan yang melakukan pergantian
auditor (auditor switching) akan menurunkan kemungkinan mendapat opini
audit going concern.

2) Financial Distress
Hasil uji regresi logistik menunjukan nilai koefisien negatif sebesar 8,220
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,387 yang lebih besar dari = 5%
(0,387 > 0,05). Hal ini diinterpretasikan bahwa variabel financial distress
tidak memiliki pengaruh pada opini audit going concern. Hasil penelitian ini
menolak hasil penelitian yang dilakukan oleh Sentosa dan Wedari (2007)
dan McKeown et al. (1991) yang menyatakan bahwa auditor hampir tidak
pernah memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak
mengalami kesulitan keuangan. Namun, hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2012) dan Januarti (2008) yang
menemukan bahwa financial distress tidak berpengaruh pada opini audit
going concern, tidak dikeluarkannya opini audit going concern pada

45

perusahaan yang berada pada kondisi financial distress dapat disebabkan


karena auditor takut untuk mengeluarkan opini audit going concern, hal ini
dipercaya akan menambah buruknya keadaan perusahaan karena para
investor akan menarik dananya, ini sesuai dengan hipotesis self fulfilling
prophecy(Venuti, 2007). Hasil ini juga didukung oleh hasil hipotesis
pertama, yaitu perusahaan melakukan pergantian auditor atau auditor
switchinguntuk menurunkan kemungkinan perusahaan menerima opini audit
going concern.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1

Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya, dapat diambil simpulan sebagai berikut:


1) Auditor switching tidak berpengaruh pada kecenderungan opini audit going
concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014.

46

2) Financial distress tidak berpengaruh pada kecenderungan opini audit going


concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan simpulan, dapat diajukan beberapa saran
untuk penelitian selanjutnya dan untuk pihak-pihak yang berkepentingan sebagai
berikut:
1) Penelitian

selanjutnya,

diharapkan

dapat

menyempurnakan

penelitian ini dengan menambah variabel lain yang dapat


mempengaruhi opini audit going concern pada perusahaan dan
memperpanjang waktu amatan agar lebih terlihat jelas auditor
switching yang dilakukan oleh perusahaan apakah terjadi karena
regulasi yang berlaku atau diluar regulasi. Peneliti selanjutnya juga
dapat menggunakan pengukuran yang berberda untuk mengukur
financial distress pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
2) Keterbatasan penelitian ini adalah peneliti tidak mengelompokkan
perusahaan yang menerima opini audit going concern dan tidak
menerima

opini

audit

going

concern,

diharapkan

peneliti

selanjutnya mengkhususkan ke perusahaan yang menerima opini


audit going concern.
3) Kapasitas profesional auditor memiliki kualitas audit yang baik,
sehingga perusahaan seharusnya meningkatkan kinerja perusahaan
untuk menghindari penerimaan opini audit going concern.

47

4) Bagi investor dan kreditor diharapkan mampu menganalisis


informasi yang diberikan oleh auditor sehingga dapat mengeluarkan
keputusan investasi yang tepat.

Daftar Rujukan
Agusti, Chalendra Prasetya. 2013. Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Kemungkinan Terjadinya Financial Distress. Skripsi Sarjana Fakultas
Ekonomika dan Bisnis pada Universitas Diponegoro, Semarang.
Astuti, Irtanti Retno. 2012. Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan
Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurnal Akuntansi,
Vol.1 No.2. pp: 1-10.
Astrini, Novia Retno. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perusahaan Melakukan Auditor Switching Secara Voluntary. Skripsi
Sarjana Fakultas Ekonomia dan Bisnis pada Universitas Diponegoro,
Semarang.
Awie, Ruby Perkasa Untung. 2014. Pengaruh Pergantian Auditor, Audit Report
Lag Dan Reputasi KAP Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di
BEI Tahun 2012). Skipsi Sarjana pada Universitas Pendidikan Indonesia.

48

Belkaoui, Ahmad Riahi. 2006. Accounting Theory. Edisi5. Buku Satu. Jakarta:
Salemba Empat.
Calderon, Thomas G. and Emeka Ofobike. 2008. Determinants of Client-initiated
and Auditor-initiated Auditor Changes, Managerial Auditing Journal,
vol. 23, issue 1, 24-32.
Cameran, Mara., Annalisa Prencipe., Marco Trombeta. 2009. Does Mondatory
Audit Firm Rotation Really Improve Audit Quality?. In; AAA, Annual
Meeting New York, pp: 1-10.
Carcello, J.V dan T.L. Neal. 2003. Audit Committee Characteristics and Auditor
Dismissals following New Going Concern Reports., The Accounting
Review., Vol. 78, No. 1. January 2003, 95-1
Chadegani, Arezoo Aghaei, Zakiah Muhhammadun Mohamed and Azam Jari.
2011. The Determinant Factors of Audit Switch Among Companies
Listed on Tehran stock Exchange. International Research Journal of
Finance and Economics.
Chen, Ching-Lung, Fu Hsing Chang and Gili Yen. 2005. The Information
Contents of Auditor Change In Financial Distress Prediction Empirical
Findings from the TAIEX-listed firms. www.google.com
Divianto. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam
Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur di
BEI). Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi 1(2).
Diyanti, Fitri Tri. (2010). Pengaruh Debt Default, Pergantian Auditor, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern.Skripsi
Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Depok.
Eisenhardt, K. M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of
Managemen Riview. Vol. 14, No. 1:57-74.
Gozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS
21. Edisi Ketujuh, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Halim, Abdul. 2008. Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan, edisi ke 4.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN
.

49

Hani, Clearly dan Mukhlasin. 2003. Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi
pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi
VI.1221-1233.
Hudaib, Mohammad. dan Cooke, T. E., 2005. The Impact of Managing Director
Changes and Financial Distress on Audit Qualification and Auditor
Switching. Jurnal of Business Financial and Accounting,
November/Desember, Volume XXXII (9&10): 1703-1739.
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Profesional Akuntan Publik
Standar Audit (SA) 570. Jakarta Selatan: Salemba Empat.
___________________________. 2014. Standar Profesional Akuntan Publik
Standar Audit (SA) 705. Jakarta Selatan: Salemba Empat.
Ismail, Shahnaz.; Aliahmed, Huson Joher.; Nassir, Annuar Md. Dan Hamid,
Mohamad Ali Abdul. 2008. Why Malaysian Second Board Companies
Switch Auditor: Evidence of Bursa Malaysia. International Research
Journal of Finance and Economics. Volume XIII: 123-130.
Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari.(2008). Analisis Rasio Keuangan dan Rasio
Non Keuangan Yang Mempengaruhi Audit Dalam Memberikan Opini
Audit Going Concern Pada Auditee, Jurnal Maksi. 8, (1), 44-45.
Jensen, M. C. Dan W H Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics. Oktober. Vol.3. pp 305-306.
Kartika, Andi. 2012. Pengarh Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Terhadap
Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur di BEI.
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Hal. 25-40. Vol.1
Kumalawati, Lely. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Going
Concern: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Bisnis.Vol.1
Mautz, R. K., and H. A. Sharaf. 1961. The Philosophy of Auditing. Monograph
No. 6. Saratosa, Florida: American Accounting Association.

50

McKeown, J. Mutchler, J dan Hopwood W. 1991. Towards an Explanation of


Auditor Failure to modify the Audit Opinion of Bankrupt Companies.
Auditing: A Journal Practice & Theory. Supplement. 1-13.
Mustofa, Diana. 2010. The Impact of Auditor Rotation on The Audit Quality: A
Field Study from Egypt. Working Paper. Faculty of Management
Technology The German University, Cairo.
Nasser, Abu T.; Wahid, Emelin A.; Nazri, Sharifah N. F. S. M. dan Hudaib,
Mohammad. 2006. Auditor-Client Relationship: The Case of Audit
Tenure and Auditor Switching in Malaysia. Managemen Auditing
Journal. Volume XXI (7): 724-737.
Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEJ. Thesis. Semarang: Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro.
Ross, Stephen. R. W. Westerfield dan J.Jaffe. 2002. Corporate Finance.
MCGraw-Hill, New York.
Salim, Apriyeni dan Sri Rahayu. 2013. Pengaruh Opini Audit, Ukuran KAP,
Pergantian Manajemen, dan Financial Distress terhadap Auditor
Switching (Studi Kajian pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa
Efek
Indonesia
Tahun
2008-2012).
http://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/65570/jurnal_eproc
/pengaruh-opini-audit-ukuran-kap-pergantian-manajemen-danfinancialdistress-terhadap-auditor-switching.pdf. Diunduh tanggal 1,
bulan Mei, tahun 2015.
Santosa, Arga F. Dan Linda K. Wedari. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going
Concern. JAAI, Vol.11 No.3. pp: 141-158
Sari, Ana Indrakila. (2012). Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun
Sebelumnya, Ukuran Perusahaan, dan Kepemilikan Perusahaan Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi Sarjana
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.

51

Sinarwati, Ni Kadek. 2010. Mengapa Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di


BEI Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik?. Simposium
Nasional Akuntansi XIII.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Surbakti, M. Y. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini
Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia). Skripsi Sarjana pada Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro, Semarang.
Susanto, Y. Kurnia. (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini
Audit Going Concern Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur.Jurnal
Bisnis dan Akuntansi. 11. (3). 155-173.
Sutedja, Christian. 2010. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemberian
Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal
Akuntansi Kontemporer. 2(2), pp: 154-161.
Svanberg, J. dan P. Ohman. 2014. Lost Revenues Associated with Going
Concern Modified Opinions in the Swedish Audit Market. Journal of
Applied Accounting Research, Vol. 15, No. 2, Januari 2014, pp: 197-214.
Tate, S. L. 2006. Auditor Chage ang Auditor Choice in Non-Profit Organization.
Departement of Accounting and Finance University of New Hampshire.
Venuti, Elizabeth K. 2007. The Going Concern Assumption Revisited: Assessing
a Companys Future Viability. The CPA Journal Online.
Widyawati, Dyah Putri. 2009. Pengaruh Kualitas Audit, Likuiditas, Profitabilitas,
dan Auditor Change Terhadap Opini Audit Going Concern pada
Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2007. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Woo, E-Sah dan Koh, Hian Chye. 2001. Factor Associated With Auditor Change:
A Singapore Study. Accounting and Business Research. Volume XXXI
(2): 133-134.

52

Lampiran 1
Daftar Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian Tahun 2014
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kode
GZCO
UNSP
DSFI
DKFT
RUIS
ESSA
JECC
POLY
INKP
SULI
YPAS
BIPP
TRAM
IATA
BTEL

Nama Perusahaan
Gozco Plantations Tbk

Bakrie Sumatra Plantations Tbk


Dharma Samudera Fishing Ind. Tbk
Central Omega Resources Tbk
Radiant Utama Interinsco Tbk
Surya Esa Perkasa Tbk
Jembo Cable Company Tbk
Asian Pacific Fibers Tbk
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
PT SLJ Global Tbk
Yanaprima Hastapersada Tbk
Bhuwanatala Indah Permai Tbk
Trada Maritime Tbk
PT Indonesia Transport & Infrastruktur Tbk
Bakrie Telecom Tbk

53

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
No.
40
41
42
43
44

OCAP
BRMS
BHIT
BMTR
LPLI
WAPO
ITTG
SSMS
JAWA
ANJT
TINS
MEDC
PTRO
TBMS
INRU
TCID
FASW
LPIN
DART
SMDR
GIAA
TLKM
PNBN
MLPL

Kode
ASGR
KBLV
PSKT
PDES
VIVA

ONIX CAPITAL Tbk


Bumi Resources Minerals Tbk
PT MNC Investama Tbk
Global Mediacom Tbk
Star Pacific Tbk
Wahana Pronatural Tbk
Leo Investements Tbk
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk
Jaya Agra Wattie Tbk
PT Astindo Nusantara Jaya Tbk
Timah (Persero) Tbk
Medco Energi Internasional Tbk
Petrosea Tbk
Tembaga Mulia Semanan Tbk
Toba Pulp Lestari Tbk
Mandom Indonesia Tbk
Fajar Surya Wisesa Tbk
Multi Prima Sejahtera Tbk
Duta Anggarda Realty Tbk
Samudera Indonesia Tbk
Garuda Indonesia (Persero) Tbk
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
Bank Pan Indonesia Tbk
Multipolar Tbk
Nama Perusahaan
Astra Graphia Tbk
First Media Tbk
PT Red Planet Indonesia Tbk
Destinasi Tirta Nusantara Tbk
PT Visi Media Asia Tbk

54

Lampiran 2

Hasil Output SPSS yang Menunjuknan Statistik Deskriptif, Nilai Minimum,


Maksimum, Mean, dan Standar Deviasi,

Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Auditor Switching

44

.50

.506

Finacial Distress

44

799

172.11

180.270

Opini Audit (Going Concern)

44

.50

.506

Valid N (listwise)

44

55

Auditor Switching
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak Melakukan

22

50.0

50.0

50.0

Melakukan

22

50.0

50.0

100.0

Total

44

100.0

100.0

Opini Audit (Going Concern)

Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Tidak Mendapatkan

22

50.0

50.0

50.0

Mendapatkan

22

50.0

50.0

100.0

Total

44

100.0

100.0

56

Lampiran 3

Regresi Logistik
Hasil Output SPSS untuk Menguji Multikolinearitas
Correlation Matrix
Constant
Step 1

X1_AS

X2_FD

Constant

1.000

.005

-.457

X1_AS

.005

1.000

-.012

X2_FD

-.457

-.012

1.000

Hasil Output SPSS untuk Menganalisis Nilai Keseluruhan Model


(Overall Fit Model)

57

Iteration Historya,b,c,d
Coefficients
Iteration
Step 1

-2 Log likelihood

Constant

X1_AS

X2_FD

15.754

-1.761

3.843

-.042

9.962

-2.436

5.828

-.129

8.217

-2.596

7.469

-.321

7.283

-2.356

9.356

-.693

6.427

-1.918

12.898

-1.370

5.552

-1.357

20.368

-2.604

5.003

-1.031

30.568

-4.172

4.743

-.853

42.039

-5.908

4.661

-.767

52.075

-7.394

10

4.649

-.743

57.407

-8.103

11

4.647

-.740

59.111

-8.218

12

4.647

-.740

60.127

-8.220

13

4.647

-.740

61.128

-8.220

14

4.647

-.740

62.128

-8.220

15

4.647

-.740

63.128

-8.220

16

4.647

-.740

64.128

-8.220

17

4.647

-.740

65.128

-8.220

18

4.647

-.740

66.128

-8.220

19

4.647

-.740

67.128

-8.220

20

4.647

-.740

68.128

-8.220

a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 60.997
d. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been
reached. Final solution cannot be found.

58

Iteration Historya,b,c,d
Coefficients
Iteration
Step 1

-2 Log likelihood

Constant

X1_AS

X2_FD

15.754

-1.761

3.843

-.042

9.962

-2.436

5.828

-.129

8.217

-2.596

7.469

-.321

7.283

-2.356

9.356

-.693

6.427

-1.918

12.898

-1.370

5.552

-1.357

20.368

-2.604

5.003

-1.031

30.568

-4.172

4.743

-.853

42.039

-5.908

4.661

-.767

52.075

-7.394

10

4.649

-.743

57.407

-8.103

11

4.647

-.740

59.111

-8.218

12

4.647

-.740

60.127

-8.220

13

4.647

-.740

61.128

-8.220

14

4.647

-.740

62.128

-8.220

15

4.647

-.740

63.128

-8.220

16

4.647

-.740

64.128

-8.220

17

4.647

-.740

65.128

-8.220

18

4.647

-.740

66.128

-8.220

19

4.647

-.740

67.128

-8.220

20

4.647

-.740

68.128

-8.220

a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 60.997

59

Hasil Output SPSS untuk Menganalisis Kelayakan Model Regresi


(Goodness of Fit)

Hosmer and Lemeshow Test


Step
1

Chi-square

df

1.835

Sig.
6

.934

Hasil Output SPSS untuk Menganalisis Koefesien Determinasi


(Nagelkerke R Square)

60

Model Summary

Step

Cox & Snell R

Nagelkerke R

Square

Square

-2 Log likelihood
4.647a

.722

.963

a. Estimation terminated at iteration number 20 because


maximum iterations has been reached. Final solution cannot be
found.

Hasil Output SPSS untuk Menganalisis Koefesien Regresi Logistik


Variables in the Equation
B
Step 1a

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

X1_AS

68.128

4704.283

.000

.988

3.868E29

X2_FD

-8.220

9.497

.749

.387

.000

-.740

1.316

.316

.574

.477

Constant

a. Variable(s) entered on step 1: X1_AS, X2_FD.

61

Classification Tablea,b
Predicted
OGC
Percentage

Step1

OGC

Observed

Correct

22

.0

22

100.0

Overall Percentage

50.0

a. Constant is included in the model.


b. The cut value is .500

62

Вам также может понравиться

  • Mesa
    Mesa
    Документ7 страниц
    Mesa
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Manajemen
    Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Manajemen
    Документ17 страниц
    Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Manajemen
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Struktur Organisasi
    Struktur Organisasi
    Документ2 страницы
    Struktur Organisasi
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ57 страниц
    Kata Pengantar
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Proposal Cafe Daun
    Proposal Cafe Daun
    Документ28 страниц
    Proposal Cafe Daun
    hady_tekno
    Оценок пока нет
  • KeluhPKN
    KeluhPKN
    Документ1 страница
    KeluhPKN
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Tang Gal
    Tang Gal
    Документ1 страница
    Tang Gal
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Manajemen
    Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Manajemen
    Документ17 страниц
    Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Manajemen
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Surat Pernyataan Perdamaian
    Surat Pernyataan Perdamaian
    Документ1 страница
    Surat Pernyataan Perdamaian
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Mesa
    Mesa
    Документ7 страниц
    Mesa
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Документ9 страниц
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Fitri
    Fitri
    Документ8 страниц
    Fitri
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Документ9 страниц
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Dr. Suhaimi, S.H., M.Hum: Dosen Pembimbing
    Dr. Suhaimi, S.H., M.Hum: Dosen Pembimbing
    Документ21 страница
    Dr. Suhaimi, S.H., M.Hum: Dosen Pembimbing
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Alamat Dan Telepon Instansi Pemerintah Daerah Di Kabupaten Gianyar
    Alamat Dan Telepon Instansi Pemerintah Daerah Di Kabupaten Gianyar
    Документ6 страниц
    Alamat Dan Telepon Instansi Pemerintah Daerah Di Kabupaten Gianyar
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Tugas Perancangan
    Tugas Perancangan
    Документ1 страница
    Tugas Perancangan
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • TESIS
    TESIS
    Документ114 страниц
    TESIS
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • STRUKTURALISME
    STRUKTURALISME
    Документ8 страниц
    STRUKTURALISME
    manhuri
    Оценок пока нет
  • TEORIKONSUMSI
    TEORIKONSUMSI
    Документ13 страниц
    TEORIKONSUMSI
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Arisan Kawitan
    Arisan Kawitan
    Документ18 страниц
    Arisan Kawitan
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Lamp's Cfc
    Оценок пока нет
  • Pengurus Periode III
    Pengurus Periode III
    Документ2 страницы
    Pengurus Periode III
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Lamp's Cfc
    Оценок пока нет
  • Sutstro A07
    Sutstro A07
    Документ2 страницы
    Sutstro A07
    Arik Penghancur
    Оценок пока нет