Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
___________________________________________________________________________________
Presentasi kasus
KEJANG DEMAM
Disusun oleh:
Dokter pembimbing :
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
: An. T
Umur
: 1 tahun 2 bulan
Jenis kelamin
: perempuan
Alamat
: tembilahan
Agama
: Islam
Tanggal masuk RS
: 29 april 2016
RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan utama: Demam sejak 1 hari sebelum datang ke puskesmas
Riwayat perjalanan penyakit sekarang
Sejak 1 hari sebelum datang ke puskesmas, pasien panas tinggi. Panas timbul
mendadak dan panas berlangsung terus menerus. Sewaktu panas pasien tidak
menggigil. Ibu pasien mengatakan pasien tidak mengalami batuk dan pilek, tidak
mencret, tidak ada bintik bintik merah ditubuh, tidak ada mimisan. Ibu pasien
mengatakan sejak mengalami demam pasien tidak mau menyusu dan muntah setiap
diberi susu. Muntahan berisi air dan asi, kira kira gelas aqua.
Ibu pasien mengatakan saat panas tinggi dirumah pada malam hari, tiba tiba pasien
mengalami kejang. Awalnya kejang terjadi pada tangan pasien lalu kaki turut kejang
namun kejang tidak sampai kelonjotan diseluruh tubuh. Kejang berlangsung sebentar
selama 1 menit. Kemudian pasien diam. Ibu pasien mengatakan dirumah anak tidak
dilakukan pengukuran suhu tubuh dan tidak diberi obat apapun. Sebelumnya pasien
tidak pernah mengalami hal ini dan pasien tidak mengalami epilepsi. Di keluarga
pasien tidak ada yang pernah kejang seperti ini.
Pada pagi hari nya pasien dibawa kepuskesmas, dipuskesmas pasien tampak
lemas,tidak mau meyusu. Pasien mengalami muntah 1 kali kira-kira sebanyak gelas
aqua berisi asi dan air. Suhu tubuh terukur 39,50, kemudian pasien diberikan obat
penurun panas yang dimasukkan lewat anus. 15 menit kemudian suhu tubuh pasien
terukur 39,10. Setelah 30 menit, pasien mengalami kejang lagi dimulai dari tangan
dan kaki namun tidak sampai kelonjotan diseluruh tubuh. Pasien diberikan obat
kejang melalui anus. Kejang terjadi selama 2menit. Setelah kejang berhenti, pasien
tertidur.
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Psikomotor:
: 6 bulan
- Tengkurap
: 3 bulan
- Berjalan
: 12 bulan
- Duduk
: 5 bulan
- Berbicara
: 12 bulan
- Berdiri
: 9 bulan
RIWAYAT IMUNISASI
Hepatitis B
:3x
BCG
:1x
DPT
:3x
Polio
:4x
Campak
:1x
Kesan
RIWAYAT MAKANAN
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
Pasien mendapat ASI sampai saat ini. Sejak usia 7 bulan, pasien mendapat
makanan tambahan berupa bubur bayi. Sedangkan nasi lunak diberikan sejak usia 8
bulan. Saat ini pasien minum ASI. Tetapi semenjak sakit pasien tidak nafsu makan.
PEMERIKSAAN FISIS
Tanggal
: 29 april 2016
Jam: 09.30
Pemeriksaan umum
Keadaan umum
Kesadaran
: Delirium
Tanda vital:
Frekuensi nadi
: 96 x / menit
Frekuensi napas
: 20 / menit
Suhu tubuh
: 39,5 0C
DATA ANTROPOMETRI
Berat badan
: 7 Kg
Tinggi badan
: 93 cm
Lingkar kepala
: 48 cm
: 54 cm
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
KEPALA
: normocephal
Mata
Telinga
Hidung
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
Mulut
Tenggorokan
Leher
TORAKS
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: timpani
EKSTREMITAS
KULIT
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS:
Refleks Fisiologis :
-
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
Refleks Patologis :
- Babinski (-)
- Chadock (-)
- Rangsang meningeal :
Kaku kuduk : Brudzinski I : Brudzinski II : RINGKASAN
Telah diperiksa seorang anak perempuan berumur 1 tahun 2 bulan yang datang
dengan keluhan utama demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Dari
alloanamnesa didapatkan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien panas
tinggi, timbul mendadak dan terus menerus dan pasien mengalami kejang 1 kali
dirumah. Menggigil (-) . Pasien mengalami kejang 1 menit, kejang diawali pada
bagian tangan dan kaki, tidak kelojotan. Setelah kejang, pasien tertidur. Mual dan
muntah setiap diberi makan atau setelah minum ASI sebanyak gelas
aqua.Tidak ada batuk, tidak pilek, tidak mencret,tidak ada bintik merah ditubuh dan
tidak mimisan. BAK lancar, banyak, berwarna kuning jernih. BAB tidak mencret,
konsistensi lunak dan berwarna kuning.
DIAGNOSIS KERJA
Kejang demam sederhana e.c GEA
DIAGNOSIS BANDING
- epilepsi
- meningitis
- ensefalitis
- meningoensepalitis
ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin
EEG
CT-Scan
Lumbal pungsi
PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
PENATALAKSANAAN
Atasi kejang dengan:
1. Diazepam supp 10 mg
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
Landasan Teori
KEJANG DEMAM
Definisi (1,2,3)
Kejang adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu
rectal di atas 38
demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering ditemui pada anak,
terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Onset kejang paling tinggi
pada usia 14 18 bulan. Hampir 3 % anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderitanya ( Millichap,1968). Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung
kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat. Faktor hereditas juga mempunyai
peranan. Lennox-Buchtal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan
kejang demam diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi tidak sempurna.
Patofisiologi (1)
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan
suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak
yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses tersebut adalah oksidasi dimana oksigen
disediakan dengan perantaraan fungsi paru paru dan diteruskan ke otak melalui
sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam yang
berupa lipoid dan permukaan luar yang berupa ionik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium ( K+) dan sangat
sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl -).
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na + rendah,
sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang
disebut potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membrane ini, diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP ase yang terdapat
pada permukaan sel.
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah
gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel
neuron otak.
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang
yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi
serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.
Manifestasi klinis (1)
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di
luar susunan saraf pusat, misalnya tonsillitis, otitis media akut, bronchitis,
furunkulosis dan lain lain. Serangan kejang biasanya tejadi dalam 24 jam pertama
sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik
klonik, tonik, fokal maupun akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu
kejang berhenti anak tidak dapat memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah
beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya
kelainan saraf. Livingstone membuat kriteria dan membagi kejang demam atas 2
golongan, yaitu:
1. Kejang demam sederhana ( simple febrile convulsion)
2. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam ( epilepsi triggered off by fever)
Namun selain itu, ada pula yang membagi kejang demam menjadi dua tipe, yaitu : (2)
1. Kejang demam sederhana
2. Kejang demam kompleks
Kejang demam sederhana biasanya berbentuk umum tonik- klonik tanpa
adanya kejang fokal, berlangsung singkat kurang dari 10 menit, kejang tidak berulang
dalam waktu 24 jam dan umumnya akan berhenti sendiri.
Sedangkan kejang demam kompleks memiliki satu atau lebih ciri antara lain :
Adanya kejang parsial ( fokal ), berlangsung lebih dari 10-15 menit, dan berulang
lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Faktor resiko terjadinya kejang demam berulang meliputi :
-
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
10
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
11
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
12
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang jangan lupa dengan pengobatan penunjang.
Semua pakaian yang ketat dibuka. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung. Penting sekali mengusahakan jalan nafas yang bebas agar
oksigenisasi terjamin, kalau perlu dilakukan secara teratur dan pengobatan ditambah
dengan pemberian oksigen.
Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernafasan dan fungsi
jantung diawasi secara ketat. Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan monitoring
untuk kelainan metabolik dan elektrolit. Bila terdapat tanda tekanan intrakranial yang
meninggi jangan diberikan cairan dengan kadar natrium yang terlalu tinggi. Bila suhu
meninggi (hiperpireksia) dilakukan hibernasi dengan kompres atau alkohol. Obat
untuk hibernasi adalah klorpromazin 2-4 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis;
prometazin 4-6 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis secara suntikan.
Untuk mencegah terjadinya edema otak, diberikan kortikosteroid, yaitu dengan dosis
20 30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukortikoid misalnya
deksametazon 0,5 1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
3. Pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat. Daya kerja
diazepam sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntik. Oleh
sebab itu harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama misalnya
fenobarbital atau difenilhidantoin.
Fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti dengan diazepam. Dosis awal
adalah neonatus 30 mg; umur 1 bulan 1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75
mg, semuanya secara intramuskuler. Sesudah itu diberikan fenobarbital sebagai dosis
rumat. Karena metabolismenya di dalam tubuh perlahan, pada anak cukup diberikan
dalam 2 dosis sehari dan kadar maksimal dalam darah terdapat setelah 4 jam. Untuk
mencapai kadar terapeutik secepat mungkin diperlukan dosis yang lebih tinggi
daripada biasa. Dengan dosis ganda 8-10 mg/kgbb/hari kadar 10-20 mikrogram/ml,
yaitu kadar efektif dalam darah tercapai dalam 48-72 jam. Di sub Bagian Saraf Anak
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
13
FKUI-RSCM Jakarta, fenobarbital sebagai dosis awal diberikan setelah dosis awal
sebanyak 8-10 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis untuk hari pertama dan kedua,
diteruskan untuk hari berikutnya dengan dosis biasa 4-5 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2
dosis. Selama keadaan belum memungkinkan antikonvulsan diberikan secara suntikan
dan bila telah membaik diteruskan secara oral.
Lanjutan pengobatan rumat ini tergantung aripada keadaan penderita.
Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu :
A. Profilaksis intermiten
B. Profilaksis jangka panjang
A. profilaksis intermiten
Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari, penderita yang
menderita kejang demam sederhana diberikan obat campuran antikonvulsan dan
antipiretika, yang harus diberikan kepada anak bila menderita demam lagi.
Antikonvulsan yang diberikan ialah fenobarbital dengan dosis 4-5 mg/kgbb/hari yang
mempunyai akibat samping paling sedikit dibandingkan dengan obat antikonvulsan
lainnya. Obat antipiretika yang dipakai misalnya aspirin. Dosis aspirin adalah 60
mg/tahun/kali, sehari diberikan 3 kali atau untuk bayi di bawah umur 6 bulan
diberikan 10 mg/bulan/kali, sehari diberikan 3 kali. Kadar maksimum dalam darah
tercapai dalam 2 jam pemberian oral.
Sebenarnya pemberian antikonvulsan dan antipiretik seperti ini dianggap
kurang tepat, oleh karena biasanya kejang pada kejang demam sederhana timbul di
dalam 16 jam pertama setelah anak demam. Akan tetapi pada penyelidikan Camfield
dkk, pemberian antipiretika tanpa antikonvulsan dibanding dengan yang diberi
konvulsan ternyata pada golongan yang kedua, kejang dapat dicegah dengan hasil
yang bermakna ( p < 0,02). Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, sebenarnya
diperlukan fenobarbital dengan dosis yang lebih tinggi yakni 10-15 mg/kgbb/hari,
tetapi dengan dosis tersebut terdapat efek samping seperti mengantuk, penekanan
terhadap pusat pernapasan dan sebagainya.
Obat yang kini lebih ampuh dan banyak dipergunakan untuk mencegah
terulangnya kejang demam sederhana ialah diazepam, baik diberikan secara rektal
maupun oral pada waktu anak mulai teraba panas.
Profilaksis intermiten ini sebaiknya diberikan sampai kemungkinan anak untuk
menderita kejang demam sederhana sangat kecil, yaitu sampai sekitar umur 4 tahun.
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
14
15
elektroensefalogram,
ekoensefalografi,
brain
scan,
16
yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit atau kelainan neurologi. Tidak ada
penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan saat kejang demam atau
segera setelahnya atau sebulan setelahnya dapat memprediksi akan timbulnya
kejang tanpa demam di masa yang akan datang. Walaupun dapat diperoleh
gambaran yang abnormal setelah kejang demam gambaran tersebut tidak bersifat
prediktif terhadap resiko berulangnya kejang demam atau resiko epilepsi.
-
Lumbal Pungsi
Adalah pemeriksaan cairan cerebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang
belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaaan ini dilakukan setelah
kejang demam pertama pada bayi ( usia >12 bulan) karena gejala dan tanda meningitis
pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada kejang demam pertama di
usia antara 12 18 bulan, ada beberapa pendapat berbeda. Berdasar penelitian yang
telah diterbitkan, cairan serebrospinal yang abnormal umumnya diperoleh pada anak
dengan kejang demam yang :
1. memiliki tanda peradangan selaput otak
2. mengalami complex partial seizure
3. sudah sakit dalam 48 jam sebelumnya
4. kejang saat tiba di UGD
5. keadaan postiktal yang berkelanjutan. Mengantuk saat kejang demam
adalah normal
6. kejang pertama setelah usia 3 tahun
- CT-Scan dan MRI tidak dilakukan pada kejang demam yang baru perjadi untuk
perrtama kalinya.
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
17
atau
diazepam rektal
: 30 mg intramuskuler
1 bulan 1 tahun
: 50 mg intramuskuler
> 1 tahun
: 75 mg intramuskuler
pengobatan rumat
4 jam kemudian
dosis : Hari I + II
: fenobarbital 8 10 mg/kgbb
dibagi dalam 2 dosis
Hari berikutnya
: fenobarbital 4 5 mg/kgbb
dibagi dalam 2 dosis
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief, Abdul dkk. Ilmu Kesehatan Anak 2. Bagian/ SMF Ilmu kesehatan
Anak FKUI, Jakarta, 1985, hal. 847 854.
2. Soetomo, Taslim dkk. Neurologi Anak. Jakarta. Badan Penerbit IDAI:
1999; 244 251.
3. Mason H. Willbert : measles. Nelson textbook of pediatrics 18th. 2007
4. Soedaemo,S. Sumarmo, dkk : Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropis. 2008
5. http://www.who.int/topics/measles/en/
6. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001569.htm
7. http://www.emedicinehealth.com/measles/article_em.htm
_______________________________________________________________________________
Puskesmas Tembilahan Kota
19