Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak
dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah
tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi
ketakutan, kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat
memberikan perubahan pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implicit dan
eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan ini penting khususnya dalam
kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara konstan mencoba menggerakkkan
sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk memecahkan masalah. Maka secara
konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk merubah orang lain
dan memecahkan masalah.
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon
Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap
psikomotor dan tindakan (ketrampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media
massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari
tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi
sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam
koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan,
menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi.
Dalam promosi kesehatan perubahan perilaku merupakan hal yang penting karena
untuk mengetahui sejauh mana promosi kesehatan yang di berikan berjalan efektif.
Keberhasilan suatu promosi kesehatan dapat di nilai dari perubahan perilaku dari
penerima promosi kesehatan.Olehnya, makalah ini membahas perubahan perilaku
secara spesifik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi dalam perubahan perilaku?
2. Bagaimana aplikasi konsep komunikasi kesehatan masyarakat
3. Bagaimana perencanaan program komunikasi kesehatan
C. TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
1. Pengertian
Komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis yang berarti kebersamaan dan
communico yang berarti membagi. Secara garis besar, komunikasi adalah penyampaian
gagasan, ide, atau pikiran dari seseorang ke orang lain sehingga pesan tersebut dapat
dipahami oleh orang lain.
2. Jenis komunikasi
Komunikasi menurut bentuknya terbagi dua yaitu komunikasi verbal dan non-verbal.
Verbal berarti menggunakan kata-kata atau tulisan sedangkan non-verbal tidak
menggunakan kata-kata dan tulisan tetapi biasanya menggunakan isyarat gerakan tubuh
dan wajah. Selain menurut bentuknya komunikasi juga dibagi menurut tingkat
formalitasnya, ada komunikasi formal dan non-formal. Komunikasi formal atau resmi
menggunakan bahasa yang baku. Komunikasi non-formal berarti tidak resmi.
Komunikasi ini menggunakan bahasa yang bebas seperti komunikasi antar sesama
teman2.
3. Fungsi komunikasi
Fungsi komunikasi adalah untuk menyampaikan pesan atau informasi ke orang lain
sehingga orang lain memahami informasi tersebut. Hal ini bertujuan agar penerima
informasi memiliki pemahaman atau persepsi sesuai kehendak pemberi informasi.
B. KOMUNIKASI DALAM PERUBAHAN PERILAKU
1. Perilaku
perilaku telah menjadi suatu bidang yang amat luas cakupanya. Hampir semua
aktivitas manusia tidak terlepas dari perilaku dalam berbagai cara apakah itu secara
verbal, tulisan, gestural, dan bentuk perilaku lainya. Sebagai suatu proses, perilaku
seseorang mempengaruhi asumsi dasar bahwa dengan berperilaku, seseorang dapat
ditingkatkan kemampuan dasarnya untuk kemudian dapat mengatasi segala persoalan
yang dihadapinya.
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu
sendiri.Misalnya berjalan, berbicara, berpakaian, bereaksi, berfikir ataupun emosiemosi lainya.
Perilaku mempunyai arti yang konkrit dari pada jiwa.Karateristik perilaku ada yang
terbuka dan tertutup. Perilaku terbuka adalah perilaku yang dapat diketahui oleh orang
lain tanpa menggunakan alat bantu. Sedangkan perilaku tertutup ialah perilaku yang
respon
adalah
respon
yang
timbul
dan
Factor predisposisi merupakan factor anteseden terhadap prilaku yang menjadi dasar
atau motivasi bagi prilaku, yang termasuk dalam factor ini adalah pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan pengalaman. Sebagai contoh : prilaku
ibu hamil dalam meminum tablet Fe akan termotifasi apabila ibu hamil tersebut tahu
manfaat dari tablet Fe. Kepercayaan ibu hamil terhadap tablet Fe dapat mencegah
terjadinya anemia akan bertambah apabila ibu tersebut sudah punya pengalaman dari
kehamilan pertama.
b. Factor pemungkin atau pendukung (Enabling Factors)
Factor pemungkin adalah factor antaseden terhadap prilaku yang memungkinkan
motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk dalam factor ini adalah
keterampilan, fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang
memfasilitasi terjadinya prilaku seseorang atau masyarakat. Sebagai contoh : ibu
hamil akan mudah mendapatkan tablet Fe apabila tersedianya tablet Fe dipuskesmas
atau rumah sakit.
c. Factor penguat (reinforcing factors)
Factor penguat merupakan factor penyerta prilaku atau yang datang sesudah prilaku
itu ada. Hal hal yang termasuk dalam factor ini adalah keluarga, teman, petugas
kesehatan dan sebagainya. Sebagai contoh : ibu hamil akan teratur minum tablet Fe
apabila dia didukung atau diingatkan oleh keluarga, suami dan sebagainya.
Adapun skema tiga kategori factor yang member kontribusi atas prilaku keehatan
menurut L. Green (1980) adalah sebagai berikut :
Factor Predisposisi
Pengetahuan
Kepercayaan
Nilai
Sikap
Factor
pendukung
demografi
ketersediaan sumber daya
kesehatan
keterampilan individu
keterjangkauan sumber daya
kesehatan
Perilaku Kesehatan
Factor penguat
keluarga
teman
suami
petugas kesehatan
Tiap tiap perilaku kesehatan dapat dilihat dari sebagai fungsi dari pengaruh ketiga
factor yang dapat memengaruhi prilaku tersebut (predisposisi, pendukung dan penguat).
Dengan kata lain, program penyebaran informasi kesehatan tanpa memperhatikan
pengaruh dari factor ppredisposisi, factor pendukung, dan factor penguat tidak akan
berhasil mempengaruhi perilaku.
Berdasarkan tiga factor determinan prilaku tersebut, maka kegiatan promosi
kesehatan sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarahkan kepada tiga factor
tersebut:
a. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada factor predisposisi adalah dalam
bentuk pemberian informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Tujuan
kegiatan ini memberikan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Tujuan kegiatan
ini memberikan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan yang diperlukan oleh
seseorang atau masyarakat sehingga akan mempermudah terjadinya prilaku sehat
mereka. Upaya ini dimaksudkan untuk meluruskan tradisi, kepercayaan, nilai nilai,
dan sebagainya yang tidak kondusif bagi prilaku sehat.
b. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan untuk factor pendukung/pemungkin
adalah memberdayakan masyarakat melalui pengembangan masyarakat, diharapkan
masyarakat mampu memfasilitasi diri mereka atau masyarakat sendiri untuk
berprilaku sehat.
c. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan pada factor penguat adalah dengan
pelatihan pelatihan kepada keluarga, tokoh, masyarakat untuk menguatkan prilaku
yang sudah terbentuk.
2. Perilaku Kesehatan
Berdasarkan teori perilaku dan Skiner (1983), perilaku kesehatan adalah suatu
respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
6
sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan ini, prilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga
a.
b.
antibiotic makan dan minuman yang bergizi, pemberian tablet Fe dan sebagainya.
Prilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau
prilaku pencarian pengobatan. Prilaku yang menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat sakit atau kecelakaan. Prilaku ini dimulai dari yang sederhana
yaitu mengobati sendiri (self treatmen) sampai ke cara modern (teknologi) dengan
pergi keluar negeri, misalnya : pada saat ibu akan bersain dia mencari tenaga
kesehatan (bidan, dokter,perawat) untuk menolong persalianannya, penderita sakit
c.
jantung akan pergi keluar negeri untuk melakukan pengobatan dan sebagainya.
Prilaku kesehatan lingkungan
Menurut Hendrik L.Blum, factor lingkungan mempunyai kontribusi besar yang
dapat mempengaruhi derajat kesehatan. Lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya. Apabila individu bisa mengelola
lingkungan dengan baik, maka lingkungan tidak akan mengganggu kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat, misalnya : pengelolaan sampah, air minum,
pembuangan tinja, pembangunan limbah dan sebagainya.
Sebagai ahli prilaku lain, Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang prilaku
kesehatan yaitu sebagai berikut :
a. Perilaku Hidup Sehat
Prilaku yang berkaitan dengan
upaya
atau
kegiatan
seseorang
untuk
yang perlu dipertimbangkan adalah dari segi umur dan status kesehatan yang
bersangkutan.
3) Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan yang jelek yang dapat
mengakibatkan berbagai penyakit. Di Indonesia hampir 50% penduduk usia
4)
5)
6)
7)
Domain Prilaku
Meskipun perilaku dibedakan antara prilaku tertutup (covert), dan perilaku terbuka
(overt) seperti telah diuraikan sebelumnya, tetapi sebenarnya prilaku adalah totalitas
yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, perilaku adalah
keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktifitas seseorang yang merupakan hasil
bersama antara factor internal dan eksternal. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli
psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga area wilayah, ranah atau domain
prilaku
ini,
yakni
kognitif
(cognitive),
(psychomotor).
8
afektif
(affective),
dan
psikomotor
a.
objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya). Dengan
sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian
besar penngetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan
indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai
intensitas atau tingkat yang berbeda beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6
tingkat pengetahuan yaitu :
1)
Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat
banyak mengandung vitamin C, jawabannya adalah tempat membuang air besar,
penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes agepti dan
2)
sebagainya.
Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekadar
dapat
menyebutkan,
tetapi
orang
tersebut
harus
dapat
6)
b.
pengetahuanyang dimiliki.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang
tidak senang, setuju tidak setuju dan sebagainya) jadi jelas, disini di katakana
bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus
atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan kejiwaan
yang lain.
Komponen Pokok sikap, Menurut Allport (1945) sukap terdiri dari 3 komponen
pokok, yaitu :
1) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana
keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang
terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan
2)
3)
kusta apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.
Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan
komponen yang mendahului tindakan atau prilaku terbuka. Sikap adalah ancang
ancang untuk bertindak atau berprilaku terbuka (tindakan). Misalnya, tentang
contoh sikap terhadap penyakit kusta tersebut adalah apakah yang dilakukan
seseorang apabila ia menderita penyakit kusta.
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat tingkat berdasarkan
diberikan (objek).
Menaggapi (responding)
Menaggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
3)
4)
10
c.
1)
2)
a.
2)
a.
b.
c.
11
d.
e.
f.
3)
a.
b.
c.
d.
b.
Sikap
Sikap merupakan prilaku tertutup. Setelah seseorang diberi stimulus atau objek,
proses selanjutnya dia akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek
kesehatan tersebut. Indicator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan
kesehatan yaitu sebagai berikut :
1) Sikap terhadap sakit dan penyakit : bagaimana penilaian atau pendapat
seseorang terhadap gejala atau tanda tanda penyakit, penyebab penyakit, cara
2)
Praktik (Tindakan)
Praktik (tindakan) dalam prilaku terjadi apabila seseorang telah melewati dua
domain terlebih dahulu yaitu pengetahuan dan sikap. Setelah melewati dua tahapan
sebelumnya, maka seseorang akan mempraktikkan atau melaksanakan apa yang
diketahui dan disikapinya (dinilai baik). Indicator praktik kesehatan sama seperti
kedua domain sebelumnya yaitu sebagai berikut :
1) Tindakan (praktik) sehubungan dengan penmyakit
Tindakan atau prilaku pencegahan penyakit : Imunisasi TT pada ibu hamil,
menggunakan masker pada saat bekerja di tempat berdebu dan sebagainya.
Tindakan penyembuhan penyakit misalnya : minum obat, berobat kefasilitas
pelayanan kesehatan dan sebagainya.
2) Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan ini mencakup mengkonsumsi makanan yang bergizi, melakukan
olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak narkoba dan minuman keras dan
sebagainya.
3) Tindakan kesehatan lingkungan
12
a.
perilaku cenderung bersifat tidak tahan lama. Pemberontakan pikiran bahkan sering
terjadi pada individu tersebut. Hal yang perlu diketahui, tidak semua individu bisa
menerima informasi-informasi yang mereka butuhkan, apalagi suatu pemaksaan
dalam perubahan perilaku. Individu yang demikian cenderung memberontak dan
bahkan mungkin cenderung berfikir negatif terhadap pemaksaan perubahan perilaku
yang diharapkan, meskipun perubahan perilaku yang diharapkan adalah positif. Oleh
karena itu cara perubahan perilaku ini cenderung tidak efektif. Contoh:
1) Seorang anak yang dipaksa orang tuanya untuk menggosok gigi sehabis makan
dan sebelum tidur,awalnya anak tersebut tidak mau.tapi lama-lama krena
paksaan dari orang tuanya anak tersebut jadi mau sehingga terjadilah perubahan
prilaku anak tersebut, karena dipaksa oleh orang tuannya si anak menjadi mau
melakukannya.
2) Orang tua yang menyuruh anaknya melakukan aborsi,dan meminta bantuan
kepada bidan. awalnya si bidan tidak mau melakukan aborsi, tapi karena diberi
imbalan yang begitu besar dan si bidan dipaksa untuk mau melakukannya dan
akhirnya ia mau melakukan aborsi.
3) Seorang ibu yang telah mempunyai banyak anak dengan jarak anak yang terlalu
dekat. Lalu hamil lagi pada usia 45 tahun, dan tenaga kesehatan menyarankan dan
memaksa ibu tersebut untuk menjalani program kb dan suaminya juga memaksa.
Beberapa upaya telah dilakukan dan tenaga kesehatan juga sudah mengatakan
resiko hamil dan melahirkan pada usia tersebut agar si istri mau KB tapi si ibu
tersebut tidak mau karena si ibu berpendapat bahwa banyak anak banyak rezeki
tapi setelah mendengar pemberitahuan dari si bidan, si ibu jadi mau untuk menjadi
aseptor KB.
b.
Perubahan perilaku dengan cara meniru merupakan suatu cara perubahan perilaku
yang paling banyak terjadi. Seseorang cenderung meniru tindakan orang lain atau
bahkan meniru apa yang dia lihat tanpa mencerna apa yang dia lihat. Contoh:
1) Seorang remaja yang awalnya tidak memperhatikan kebersihan pada
dirinya/personal hyginenya,tapi setelah dberikan penyuluhan dan apa manfaat
dari menjaga kebersihan diri.dan akhirnya remaja tersebut meniru bagaimana
2)
3)
c.
pernafasan
beberapa
kali
memeriksakan diri ke dokter dan dokter tersebut meminta agar bapak tersebut
14
untuk tidak merokok lagi. Akan tetapi bapak tersebut tidak mempedulikan
nasehat dokter, dia tetap mengkonsumsi rokok. Ternyata penyakitnya semakin
parah dengan stadium lanjut. Kemudian bapak tersebut teringat kembali dengan
saran dokter untuk berhenti merokok dan akhirnya bapak tersebut menyadari
bahwa dia memang harus berhenti merokok. Setelah itu perlahan-lahan bapak
tersebut mencoba untuk berhenti merokok dan akhirnya berhasil dan
penyakitnya mulai berkurang.
6.
a.
1)
akan kebersihan diri dan perawatan dirinya. Setelah belajar tentang pentingnya
perawatan dan kebersihan diri serta penyakit yang dapat ditimbulkan jika tidak
adanya personal hygiene, maka siswa tersebut mulai peduli dengan kesehatan
dirinya, kemudian dia akan mengaplikasikan bagaimana cara merawat kesehatan
dirinya
2) Seorang mahasiswa kedokteran yang sedang meneliti tentang penyakit kista,
menemukan bahwa salah satu penyebabnya adalah pola makan yang tidak sehat.
Dalam penelitiannya mahasiswa ini benar-benar menghayati betapa pentingnya
pola makan yang sehat dan seimbang bagi kesehatan seseorang. Karena itu,
mahasiswa tersebut mulai menerapkan pola makan sehat dan seimbang.
b. Mengganti
Setelah seseorang menyadari untuk merubah perilakunya, maka proses selanjutnya
yang perlu dilakukan adalah mengganti. Mengganti merupakan proses melawan
bentuk keyakinan, pemikiran, dan perasan yang diyakini salah, Contoh:
1) Dulu seorang bidan atau perawat melakukan perawatan tali pusat dengan
membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alkohol. Kemudian bidan atau
perawat juga membungkus tali pusat. Ini dimaksudkan agar bayi terhindar dari
adanya infeks pada tali pusat. Akan tetapi setelah adanya Evidence Based maka
15
diketahui hal ini sebenarnya hal ini yang justru meningkatkan kemungkinan
infeksi. Betadhine dan alkohol akan menyebabkan tali pusat lembab bahkan
basah. Apalagi ditambah dengan pembungkusan tali pusat yang membuat tali
pusat semakin basah dan tidak adanya pertukaran udara. Hal ini justru bgi bakteri
dan kuman untuk merupakan lingkungan yang baik bagi bakteri dan kuman untuk
berkembang biak dan berpeluang besar menghakibatkan infeksi. Oleh karena itu
kebiasaan merawat tali pusat dengan membungkus dan membubuhi tali pusat
dengan betadhine atau alcohol diganti dengan perawatan tali pusat tanpa
membungkus dan membubuhi tali pusat dengan betadhine ataupun alcohol. Kini
perawatan tali pusat cukup dengan hanya membersihkan dengan air DTT dan
mengeringkannya.
2) Sebelum diketahui betapa pentingnya Inisiasi Menyusui Dini danBounding
Attachment, ibu cenderung dipisahkan dengan bayinya pasca kelahiran bayinya
tersebut. Ini dimaksudkan agar sang bayi tidak mengganggu istirahat ibu pasaca
persalinan yang melelahkan. Akan tetapi, saat ini tidak lagi. Sebisa mungkin
bidan atau tenaga kesehatan lain yang menolong persalinan akan berusaha untuk
terciptanya IMD dan Bounding Attachment. Ini dilakukan karena sangat penting
terciptanya keterikatan hubungan emosional ibu dan bayi segera setelah
persalinan dan juga menginngat betapa besarnya keuntungan IMD bagi ibu dan
c.
bayinya.
Mengintrospeksi
Mengintrospeksi merupakan proses dimana seseorang membuat penilaian
mengenai apa yang sudah diraih dan apalagi yang perlu untuk dilakukan. Di
samping itu instropeksi juga berguna untuk mendeteksi kadar self-excusing yang
bisa jadi masih tetap ada dalam diri seseorang hanya karena lupa membuat elaborasi,
analogi, atau interpretasi dalam memahami dan melaksanakan, Contoh:
1)
Seorang ibu yang hamil anak keduanya, dia akan cenderung mengingat
pengalaman hamil sebelumnya. Dia akan mencoba memperbaiki perilakunya saat
hamil agar kehamilannya kali ini sama dengan kehamilan sebelumnya atau lebih
baik dari sebelumnya. Contoh lainnya: jika sebelumnya seorang ibu melahirkan
bayi prematur maka pada kehamilannya yang selanjutnya dia akan mencari
penyebabnya dan memperbaiki pola perilakunya saat kehamilan ini agar anaknya
Penghisapan lendir bahkan dapat membahayakan jiwa bayi bila tidak dilakukan
dengan benar.
C. APLIKASI
KONSEP
KOMUNIKASI
DALAM
PROGRAM
KESEHATAN
MASYARAKAT.
Ruang lingkup aplikasi komunikasi kesehatan meliputi pencegahan penyakit, promosi
1.
17
dsb.
3) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala
penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu
menyadari bahwa berhasil atau tidaknya usaha pengobatan, tidak hanya
tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian tenaga kesehatnnya, melainkan
juga tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan. Pengobatan yang terlambat
akan menyebabkan usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin
tidak dapat sembuh lagi misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang
terlambat. Kemungkinan kecacatan terjadi lebih besar penderitaan si sakit
menjadi lebih lama, biaya untuk pengobatan dan perawatan menjadi lebih besar.
4) Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan
bekerja yang diakibatkan suatu penyakit (disibility limitation).
Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha poin c, yaitu dengan pengobatan dan
perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat. Bila
sudah terjadi kecacatan, maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertamabah
berat (dibatasi), fungsi dari alat tubuh yang menjadi cacat ini dipertahankan
semaksimal mungkin.
2.
Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam
masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna
18
cacat
badania
muncul
pula
kelainan-kelaianan
atau
gangguan
perlu
dilakukan
untuk
Promosi Kesehatan.
Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health promotion.
Sesungguhnya, penerjemahan kata health promotion atau tepatnya promotion of health
kedalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan ketika para ahli kesehatan
masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima tingkatan pencegahan (five levels of
prepention) dari H.R.Leavell dan E. G. Clark dalam buku preventive medicine for the
19
doctor in his community. Menurut leavell dan clark (1965), dari sudut pandang
kesehatan masyarakat, terdapat 5 tingkat pencegahan terhadap penyakit, yaitu :
20
a.
b.
c.
d.
e.
Promotion of healt,
Specific protection,
Early diagnosis and prompt treatment,
Limitation of disability, dan
Rehablitation.
Tingkat pencegahan yang pertama, yaitu promotion of healt oleh para ahli kesehatan
masyarakat di Indonesia di terjemahkan menjadi peningkatan kesehatan,bukan promosi
kesehatan.Mengapa demikian? Tidak lain karena makna yang terkandung dlam istilah
promotion of health disini adalah meningkatkan kesehatan seseorang,yaitu melalui
asupan gizi seimbang,olahraga teratur,dan lain sebagainya agar orang tersebut tetap
sehat,tidak terserang penyakit.
Namun
demikian,bukan
berarti
bahwa
peningkatan
kesehatan
tidak
ada
Kebijakan Kesehatan
Definisi Kebijakan Kesehatan
Ilmu kebijakan adalah ilmu yang mengembangkan kajian tentang hubungan
antara pemerintah dan swasta, distribusi kewenangan dan tanggung jawab antar
berbagai
level
pemerintah,
hubungan
21
antara
penyusunan
kebijakan
dan
c.
e.
f.
pedoman
semua
23
pihak
dalam
penyelenggaran
3)
Keputusan ini berlaku mulai pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan
diadakan perubahan sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan ditetapkan 10 Februari 2004 ( Jakarta/ MenKes RI).
.
D. P-PRETESTING MEDIA, IMPLEMENTASI, MONITORING, KOMUNIKASI
BERKELANJUTAN.
Proyek Healthcom (Health Communication for Child Survival) berlangsung pada tahun
1978-1995 yang menerapkan kerangka kerja pemasaran sosial untuk mencapai perubahan
perilaku, menggambarkan hubungan dari berbagai bidang seperti pemasaran, komunikasi,
analisis perilaku, pendidikan nonformal, dan antropologi kesehatan. Pendampingan teknis
dilakukan dalam penerapan metode ini di lebih dari 40 negara dengan pembiayaan USAID
dan dukungan dari berbagai badan internasional, regional, LSM maupun lembaga swasta
seperti WHO, UNICEF, SEAMEO, Save The Children dan lain-lain.
Metode healthcom dikembangkan sebagai suatu kumpulan langkah praktis dan alat uji
lapangan yang dapat digunakan oleh para praktisi kesehatan dan komunikasi sosial di
negara berkembang. Mulanya metode ini merupakan suatu alat yang dikembangkan untuk
membantu
petugas
dalam
penyusunan
strategi
komunikasi
kesehatan
dan
Assesment (pengkajian)
Plan (perencanaan)
Pre-test
Deliver Message
Monitor, Evaluate (monitor, evaluasi)
plan (perencanaan)... terus berputar pada point 2,3,4,5
1. ASSESMENT
(Pengkajian) Assesment (pengkajian) adalah langkah awal dari program komunikasi
kesehatan. Tahap ini merupakan bagian terpenting dari seluruh program komunikasi
kesehatan di mana kunci keberhasilan program terletak pada sejauh mana tahap ini
dirancang. Pada tahap ini yang dilakukan adalah menganalisis situasi masalah
kesehatan dan profil audiens. Upaya sistematis harus dilakukan untuk mengidentifikasi
masalah yang hendak ditanggulangi dengan mengumpulkan data dasar, membuat
rumusan masalah, mencari akar masalah, dan prioritas masalah. Berdasarkan rumusan
24
ini kemudian disusun bentuk-bentuk perilaku baru yang akan dikomunikasikan kepada
kelompok sasaran. (Notoatmodjo, 2010)
2. PLAN (Perencanaan)
Setelah tahap assesment telah dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menyusun
tujuan, mendesain pesan, dan memilih media. Tentunya kegiatan kegiatan ini
disesuaikan dengan hasil analisis masalah dan karakteristik audiens yang sebelumnya
telah dilakukan. Pesan (message) adalah formulasi ide atau konsep yang disampaikan
oleh komunikator kepada audiens. Pesan disusun berdasarkan tujuan yang telah dibuat
dan diharapkan dapat menarik perhatian, menimbulkan rasa percaya, dan merangsang
kelompok sasaran untuk mengadopsinya. Media adalah alat atau sarana yang digunaan
oleh komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada audiens. Dalam
memilih media harus didasarkan pada hasil riset untuk memperoleh informasi
mengenai hal-hal berikut: a. Biaya b. Jangkauan c. Pengaruh media terhadap kelompok
sasaran. Hasil pengembangan pesan dan media ini berikutnya akan diujicobakan
sebelum tahap pelaksanaan penyajian pesan (deliver message)
3. PRE-TEST
Pre-test adalah pengujian bahan draft atau konsep dan pesan kepada perwakilan
target audiens sebelum bahan tersebut diproduksi dalam bentuk final. Adapun bahanbahan kominikasi yang sebaiknya diuji coba adalah media, saluran komunikasi, konsep,
produk dan ide-ide produk, kemasan, simbol, dan slogan. Tahap pre-test atau uji coba
bertujuan untuk menghindari kesalahan dan meyakinkan bahwa materi dan media yang
telah dikembangkan dapat menarik perhatian dan diterima kelompok sasaran. Tahapan
ini dibutuhkan untuk mencari kelemahan yang mungkin ada dan atau menemukan
sebab kegagalan dalam suatu program komunikasi kesehatan. Dengan melakukan tahap
uji coba, maka akan diperoleh umpan balik (feedback) dari masyarakat sehingga
mendorong terjadinya inovasi dan kesempatan dalam memperbaiki pesan atau
pemilihan media yang kurang sesuai. Dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan
bahan komunikasi yang maksimal dan berkualitas.
4. DELIVER MESSAGE
Bahan komunikasi yang telah diperbaiki berdasarkan hasil uji coba kemudian
didistribusikan kepada audiens. Dalam metodologi Healthcom, hasil pembelajaran di
25
BAB III
KESIMPULAN
Komunikasi merupakan penyampaian informasi dalam sebuah interaksi tatap muka yang
berisi ide, perasaan, perhatian, makna, serta pikiran, yang diberikan pada penerima pesan
dengan harapan si penerima pesan memahami pesan yang disampaikan.
Dalam komunikasi, setiap individu memiliki sikap dan perilaku yang berbeda. Sikap yang
bisa muncul dalam komunikasi dapat dibedakan menjadi sikap agresif yang cenderung
mendominasi komunikasi, sikap pasif yang cenderung diam dalam sebuah komunikasi, dan
sikap asertif yaitu menyampaikan pendapat dengan tetap menghargai pendapat orang lain.
Ruang lingkup komunikasi kesehatan adalah pencegahan penyakit, promosi kesehatan,
kebijakan kesehatan, dan bisnis perawatan kesehatan serta peningkatan kualitas hidup dan
kesehatan individu dalam masyarakat.
Dampak komunikasi kesehatan terhadap pembangunan kesehatan sebenarnya berbanding
lurus. Makin berhasil komunikasi kesehatan, maka makin berhasil pula pembangunan
kesehatan itu.
26
promosi kesehatan, sebagai sebuah alat, dapat digunakan untuk membuat perubahan, baik
perubahan sikap, perilaku maupun kebijakan.Untuk itu semua diperlukan motivasi yang
tinggi, niat kuat, ketelatenan, dan kesabaran, karena akan banyak hambatan yang akan
dihadapi, mengingat selama ini promosi kesehatan ini belum mendapatkan umpan balik yang
maksimal dari masyarakat. Sehingga perlu usaha lebih ekstra dan maksimal untuk
mewujudkan perubahan perilaku yang diharapkan melalui adanya promosi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Universitas Gunadarma. Konsep Dasar Komunikasi.[online][cited 11 September 2013]
Available from: http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/studyprogram-of-midwife-practices-d3/komunikasi-konseling-dalam-praktekkebidanan/konsep-dasar-komunikasi.
2. Wiyana M. Konsep Dasar Komunikasi. [online]. [cited 11 September 2013]. Available
from: http://www.scribd.com/doc/60444777/Konsep-Dasar-Komunikasi.
3. Sasongko A, Setiarini A, Hadi E, Pratomo H, Putra W.Buku Ajar Komunikasi Efektif. Ed.
2. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.
4. Fanani A, Putri T. Komunikasi Kesehatan : Komunikasi efektif untuk perubahan perilaku
kesehatan. Yogyakarta: Merkid Press; 2013.
5. Maulana H D. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009.
6. Supartini Y. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.
7. Arwani. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2003.
27
8. Nasir A,Muhith A, Sajidin M, Mubarak WI. Komukasi dalam Keperawatan Teori dan
Aplikasi. Salemba Medika.
9. http://www.kompasiana.com/andriustariremusasshihhah/komunikasi-
kesehatan_54f93034a3331176038b4843
28