Вы находитесь на странице: 1из 69

BAB 1

PEND
AHUL
UAN
1

LATAR BELAKANG

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 yang dimaksud dengan


pembangunan berwawasan lingkungan: Upaya sadar dan terencana memadukan
lingkungan hidup termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk
menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi
masa depan. Sebagai upaya dalam memenuhi konsep pembangunan berwawasan
lingkungan, maka usaha/kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan,
baik dampak positif maupun dampak negatif maka harus dilengkapi dengan dokumen
lingkungan. Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundangundangan yang berlaku dalam pengelolaan lingkungan hidup diantaranya Undangundang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL, serta Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Dan Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup, maka PT. Louis Dreyfus
Commodities (LCD) Indonesia bermaksud menyusun dokumen lingkungan untuk
kegiatanPembangunan Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang diatas Lahan Seluas
14.872 m2 dengan luas bangunan 6607,089 m2 di Jalan Soekarno-HattaKelurahan Way
Lunik Kecamatan Panjang.
Sesuai Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai
1 Pembangunan Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang

2013

PT. LOUIS DREYFUS COMMODITIES (LCD) INDONESIA

Dampak Lingkungan Hidup, dalam Lampiran I, huruf H Bidang Perindustrian, Point 8


menyatakan bahwa kegiatan industri yang tidak termasuk angka 1 sampai dengan 7
yang menggunakan areal seluas l0 ha di Kota Besar wajib dilengkapi Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Karena rencana kegiatan Pembangunan
Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang hanya menggunakan areal seluas 14.872 m2
dengan luas bangunan 6.607,089 m2 maka rencana kegiatan ini tidak perlu dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Hal ini diperkuat dengan

Surat

Rekomendasi Kepala Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup


(BPPLH) Kota Bandar Lampung, Nomor 660/827/III.2/2012, tentang rekomendasi
dokumen lingkungan yang menyatakan bahwa dokumen lingkungan yang perlu disusun
untuk kegiatan tersebut diatas adalah dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL).
Dokumen UKL-UPL adalah dokumen upaya pengelolaan dan pemantauan suatu usaha
dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau
kegiatan. Dokumen UKL-UPL menyajikan informasi tentang identitas pemrakarsa,
uraian kegiatan, dampak yang akan terjadi, program pengelolaan dan pemantauan
lingkungan,

dan

diharapkan

dengan

adanya

UKL/UPL

ini

dapat

menjadi

pedoman/petunjuk bagi pelaksanaan pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup


yang timbul akibat pembangunan dan operasional Refinery CPO dan Fasilitas
Penunjang.
Dengan tersusunnya dokumen ini, diharapkan dampak negatif yang mungkin timbul
akibat kegiatan pembangunan Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang dapat
dikendalikan dan dikelola dengan baik, serta dampak positif yang mungkin timbul dapat
dikembangkan.
2

TUJUAN DAN KEGUNAAN UKL/UPL

Tujuan disusunnya dokumen UKL dan UPL ini adalah :


a Untuk memberikan landasan dan kerangka kerja yang sistematis dalam
mengelola dan memantau komponen kegiatan yang menimbulkan dampak.

2 Pembangunan Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang

b Untuk memberikan landasan dan kerangka kerja yang sistematis dalam


mengelola dan memantau komponen lingkungan yang terkena dampak dalam
kegiatan proyek.
c Menyusun acuan yang bersifat teknis dalam pengelolaan dan pemantauan
lingkungan secara keseluruhan.
Kegunaan dokumen UKL dan UPL ini adalah:
a

Sebagai instrumen pengikat bagi memrakarsa dalam melakukan pengelolaan


lingkungan.

Sebagai pedoman/arahan bagi pemrakarsa dalam melakukan pengelolaan


lingkungan.

Sebagai alat bantu bagi aparat pemerintah dalam melakukan pengawasan


terhadap pengelolaan lingkungan.

DASAR HUKUM

Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan dokumen UKL dan UPL ini adalah
:
1

Undang-undang Nomor: 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah Nomor: 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan

Peraturan Pemerintah Nomor: 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran


Udara.

Peraturan Pemerintah Nomor: 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Air dan


Pengendalian Pencemaran Air .

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 05 Tahun 2012 Tentang Jenis
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-48/MENLH/11/1996


Tentang Baku Tingkat Kebisingan.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 13 Tahun 2010 Tentang


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup.

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 07 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan di Provinsi Lampung.

Surat Rekomendasi Kepala Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan


Hidup (BPPLH) Kota Bandar Lampung, Nomor: 660/827/III.2/2012, tentang
Rekomendasi Dokumen Lingkungan untuk Kegiatan Pembangunan Refinery CPO
dan Fasilitas Penunjang.

BAB 1I
RONA
LINGKUNG
AN AWAL
2.1.

IKLIM
a. Curah Hujan
Kondisi curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan di wilayah studi berdasarkan data
sekunder data dari Stasiun Meteorologi Maritim Lampung merupakan stasiun
meteorologi terdekat dengan lokasi kegiatan. Data curah hujan pada 10 tahun terakhir
(2002-2011) disajikan pada Tabel 2.1. Data pada Tabel 2.1 tersebut menunjukkan ratarata curah hujan bulanan berkisar antara 46,6 mm sampai dengan 295 mm per bulan.
Curah hujan rata-rata bulanan minimum terjadi pada bulan Agustus dan curah hujan
maksimum terjadi pada bulan Desember dan Januari, sedangkan bulan basah (bulan
dengan curah hujan > 100 mm) terjadi antara bulan November sampai dengan April,
sedangkan bulan kering (bulan dengan curah hujan < 60 mm) terjadi pada bulan
Agustus.
Secara rinci curah hujan bulanan di lokasi studi dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Berdasarkan data curah hujan rata-rata tahunan ini dapat diklasifikasikan tipe iklim

wilayah kegiatan berdasarkan Klasifikasi Schmidt dan Fergusson yang tergolong Tipe
B, dimana dalam satu tahun rata-rata terdapat 8 bulan basah dan 4 bulan kering.
Tabel 2.1. Rata-rata curah hujan bulanan di wilayah studi selama kurun waktu tahun
2002- 2011.
Tahun

Curah Hujan (mm) 10 Tahun Terakhir

Rerata

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Januari

369,4

230

208

230

327

344

165

327

333

412

295

Februari

142

355

314

286

290

103

183

307

308

173

246

Maret

410,1

256

194

273

251

202

247

82

361

194

247

April

171,6

162

300

122

195

304

174

160

72

192

185

Mei

132,8

140

196

113

39

116

38

92

128

60

105

Juni

81,2

81

237

99

108

123

46

246

345

48

141

Juli

175,5

77

114

57

132

83

29

49

193

67

97,7

Agustus

12,9

16

10

81

19

135

71

121

46,6

154

33

101

18

86

20

180

59,3

Oktober

25,7

71

38

110

50

154

85

124

122

78,4

November

99,3

197

208

74

69

128

205

121

225

142

147

Desember

159,2

170

388

110

281

451

479

230

274

158

270

Rata-rata

148

159

187

138

141

162

162

149

222

131

160

1779

1909

2240

1656

1696

1941

1941

1790

2664

1569

1919

September

Jumlah

Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Lampung, 2011.


Desember; 282

Januari; 280
Februari; 249
Maret; 225
April; 193
Curah hujan Bulanan (mm)

Juni; 142
Mei; 98

November; 152

Juli; 82 Oktober; 84
September; 66
Agustus; 49

Bulan

Gambar 2.1. Curah hujan bulanan di wilayah studi selama kurun waktu tahun 20032011 (Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Lampung, 2011).
b. Temperatur dan Kelembaban
i.

Temperatur udara

Berdasarkan data temperatur rata-rata bulanan pada wilayah studi selama sepuluh tahun
terakhir (tahun 2002- 2010) dapat diketahui bahwa temperatur rata-rata tertinggi terjadi
pada bulan Oktober tahun 2002 yaitu sebesar 28,7C sedangkan temperatur rata rata
terendah terjadi pada bulan Pebruari tahun 2009 yaitu sebesar 26,5C. Pada tahun 2010
dan 2011 diketahui bahwa temperatur rata rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan
Mei yaitu sebesar 28,2C dan 27C dan temperatur rata-rata bulanan terendah terjadi
pada bulan Juli yaitu sebesar 26,6C dan 26C. Data temperatur rata-rata bulanan secara
lengkap disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Rata-rata temperatur bulanan di wilayah studi selama kurun waktu tahun
2002-2011
No

Bulan

Tahun

Rata2

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

10

27,2

27,2

Jan.

27,7

27,8

27,7

26,9

26,6

27,2

27,3

26,7

27

Peb.

27,4

27,1

26,9

27,2

27,1

27,1

26,6

26,5

27,6

Maret

28,1

27,4

27,2

27,4

27,1

27,1

26,8

27,1

27,4

April

27,5

27,5

27

27,6

27,2

27,5

25,7

27,6

28,2

Mei

27,7

27,6

27,7

27,5

27,4

27,5

27,3

27,7

28,5

Juni

27,5

27,3

26,6

27,2

26,6

26,9

26,7

27,1

26,9

Juli

27,1

26,8

26,6

26,9

26,9

26,7

26,3

27,1

26,6

Agust

27,2

27,3

27

26,9

26,6

26,6

26,7

26,9

27

Sept.

27,7

27,3

27,1

27,9

27,3

27,2

27

28

26,9

10

Okto.

28,7

27,4

28,3

27,6

28,2

27,9

27

27,7

27,4

11

Nop.

28

27,3

27,5

27,5

28,4

27,9

27

27,5

27,3

12

Des.

27,8

26,8

27,3

27,6

27,5

27,2

26,8

27,3

27,1

27
26
27
27
27
27
26
26
27
27
27
27

Rata

27,7

27,3

27,24

27,35

27,24

27,23

26,76

27,26

27,325

26,8

26,9
27,3
27,3
27,6
26,9
26,7
26,8
27,3
27,7
27,5
27,2

Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Lampung, 2011.


ii.

Kelembaban Udara
Berdasarkan data kelembaban udara bulanan pada wilayah studi selama sepuluh tahun
terakhir (tahun 2002- 2011) dapat diketahui bahwa kelembaban udara tertinggi terjadi
pada bulan Juni Juli tahun 2010 yaitu sebesar 86% sedangkan kelembaban udara
terendah terjadi pada bulan September Oktober tahun 2006 yaitu sebesar 70%. Data
kelembaban udara rata rata bulanan secara lengkap disajikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4.

No

Bulan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agust.
Sept.
Okt.
Nop.
Des.
Rerata

Rata-rata kelembaban bulanan di wilayah studi selama kurun waktu tahun


2002-2011
Tahun
2002
1
82
81
82
85
83
82
84
79
75
72
77
82
80,33

2003
2
79
83
83
83
83
81
81
76
79
81
83
85
81,42

2004
3
81
81
84
84
82
79
83
78
78
76
79
82
80,58

2005
4
82
83
79
79
80
79
79
78
77
79
80
76
79,25

2006
5
83
81
81
82
80
81
77
72
70
70
74
81
77,67

2007
6
80
80
80
82
82
82
80
77
74
74
74
80
78,75

2008
7
80
83
83
83
80
83
79
81
81
83
83
84
81,92

2009
8
82
83
81
76
80
81
77
78
73
77
79
82
79,08

2010
9
84
82
82
79
84
86
86
84
83
79
82
80
82,58

2011
10
80
83
79
78
80
83
78
75
77
75
77
81
78,83

Rerata

81,3
82,0
81,4
81,1
81,4
81,7
80,4
77,8
76,7
76,6
78,8
81,3
80,04

Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Lampung, 2011.


c. Kecepatan dan Arah Angin
Berdasarkan data kecepatan angin di wilayah studi selama sepuluh tahun terakhir (tahun
2002-2011) dapat diketahui bahwa kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan April
tahun 2010 yaitu sebesar 15 knot dengan arah angin adalah 270 atau arah barat. Data
kecepatan dan arah angin secara lengkap disajikan pada Tabel 2.5, dan Gambar 2.2.

Gambar 2.2.

Gambar wind rose di wilayah studi (Sumber: Stasiun Meteorologi


Maritim Lampung, 2011)

Tabel 2.5. Rata-rata kecepatan dan arah angin di wilayah studi selama kurun waktu
tahun 2002-2011
Tahun 2003
No.

Bulan

Kec. Max

Arah

Tahun 2003
Kec. Max

()

Arah

Tahun 2004
Kec. Max

()

Arah

Tahun 2005
Kec. Max

()

Januari

12

360

10

350

11

290

Pebruari

11

300

360

11

Maret

10

300

April

90

20

Mei

10

120

10

20

Juni

10

120

10

Juli

10

20

10

Agustus

12

90

11

Sept

12

50

12

10

Oktober

14

30

11

Nop

12

100

Arah

Tahun 2006
Kec. Max

()

Arah

Tahun 2007
Kec. Max

()

Arah

Tahun 2008
Kec. Max

()

Arah

()

330

11

190

12

160

350

360

11

340

12

360

12

200

11

140

360

10

350

12

360

11

280

350

130

11

130

12

90

10

150

120

10

120

10

120

10

140

10

100

10

120

40

11

150

10

150

12

90

12

150

10

80

100

10

110

11

100

12

90

12

150

11

120

140

12

150

12

140

12

160

12

130

11

130

180

13

120

10

140

11

140

13

110

10

100

11

30

12

140

10

140

11

120

14

160

10

110

10

120

10

70

10

130

12

120

10

90

140

12

Des.

10

270

10

330

340

12

280

12

120

350

Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Lampung, 2011.

2.2.

Kualitas Udara dan Kebisingan

Kualitas udara serta kebisingan di lokasi studi merupakan tipikal daerah industri. Untuk
mendapatkan gambaran besaran kualitas udara dan kebisingan, maka dilakukan
pengukuran di lokasi rencana kegiatan. Hasilnya menunjukkan meskipun terdapat
beberapa nilai yang relatif besar namun semua variabel masih dibawah baku mutu
lingkungan. Hasil pengukuranya disajikan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Besaran parameter fisik dan kimia udara dan kebisingan
NO

PARAMETER

PARAMETER FISIK

1.
2.
3.
4.
5.
6.

B
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Suhu (C)
Kelembaban (%RH)
Kecepatan Angin (m/det)
Tekanan Udara (mm Hg)

Arah Angin
Cuaca

BML

-------

Lokasi (1)

Lokasi (2)

Lokasi (3)

33,80
59,60
0,020
760
US
Cerah

34,03
59,10
0,020
760
US
Cerah

33,90
58,80
0,010
760
US
Cerah

17,39
1100
21,20
115
< 0,010
< 0,005
< 0,005
56 58

19,85
1200
24,73
120
0,010
< 0,005
< 0,005
72 73

21,70
1200
25,83
140
0,013
< 0,005
< 0,005
65 66

PARAMETER KIMIA
NOx (g/Nm3)
CO (g/Nm3)
SOx (g/Nm3)
Debu (g/Nm3)
Plumbum (g / Nm3)
NH3 (mg / L)
H2S (mg / L)
Kebisingan (dBA)

150
10.000
365
230
2
2
0,02
70

Lokasi Titik Sampling:


(1) Di Luar dekat pabrik (050 27 27,60 LS 1050 18 55,50 BT)
(2) Depan pintu gerbang (050 27 26,60 LS 1050 18 57,70 BT)
(3) Dekat Pabrik Semen (050 27 30,80 LS 1050 18 59,60 BT)
Pengukuran dilakukan di pinggir jalan dekat lokasi rencana perluasan area produksi PT
LDC, Panjang Bandar Lampung.

340

Hasil pengukuran getaran di pinggir jalan (050 27 28,60 LS 1050 18


56,50 BT)

Tabel 2.7.

acc (m/s2)

acc (g)

vel (mm/s)

vel (cm/s)

Div (mm)

0
0
0,001
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0

0
0
0 - 0,2
0
0 - 0,1
0
0

0
0
0
0 - 0,01
0
0
0

0 -0,013
0 - 0,020
0 - 0,014
0 - 0,010
0 - 0,015
0 - 0,026
0 - 0,015

Lokasi : 5 meter dari jalan aspal


Hari pengukuran : Selasa, tanggal : 8 Januari 2013
Pukul 10.00 WIB
Tabel 2.8. Hasil pengukuran getara di titik rencana pabrik (050 27 29,60 LS 1050 18
49,50 BT).
acc (m/s2)
0
0
0
0
0
0
0,001

acc (g)
0
0
0
0
0
0
0

vel (mm/s)
0 - 0,1
0
0 - 0,1
0
0 - 0,4
0 - 0,4
0 - 0,7

vel (cm/s)
0
0
0 - 0,04
0
0 - 0,01
0 - 0,02
0 - 0,01

div
0 -0,008
0 - 0,015
0 - 0,012
0 - 0,015
0 - 0,031
0 - 0,025
0 - 0,028

Lokasi : 5 meter dari jalan


Hari pengukuran : Selasa Rabu, tanggal : 8 9 Januari 2013
Pukul 11.00 WIB
Hasil perhitungan frekuensi dari Tabel 2.7 didapatkan data hubungan frekuensi dan
amplitudi seperti pasa Tabel 2.9.
Tabel 2.9. Hasil perghitungan amplitudo dan frekuensi dari tabel data 2.7 (titik I).
Waktu
22.00
01.00
04.00
08.00
10.00
13.00

p-p (um)
5,00
6,00
44,00
4,50
13,00
15,50

f (Hz)
4,777
13,270
0,002
0,018
1,225
3,596

16.00
Rerata

10,50
14,07

0,008
3,271

Tabel 2.10. Hasil perhitungan frekuensi dan amplitudo dari Tabel 2.9 (titik II).
Waktu
22.00
01.00
04.00
08.00
10.00
13.00
16.00
Rerata

p-p (um)
4,10
5,30
22,10
4,30
11,20
9,40
11,30
9,67

f (Hz)
2,070
11,270
0,809
0,769
2,489
4,196
1,258
3,266

Data pada table frekuensi terlihat bahwa nilai rata-rata frekuensi sebesar 3,27 Hz
dengan amplitudo sebesar 14,07 m untuk lokasi I dan sedangkan lokasi II memberikan
nilai frekuensi sebesar 3,266 Hz dengan amplitudo sebesar 9,67 m. Nilai ini dapat
dianalisis terhadap nilai baku mutu sebagaimana pada Tabel 1 dan 2, bahwa frekuensi
getaran dari kedua titik menunjukkan nilai yang masih di bawah baku mutu yaitu 4 Hz.
Sedangkan untuk frekuensi di bawah 4 Hz akan memiliki pengaruh getaran yang sangat
mengganggu apabila nilai amplitudo yang terukur mulai di atas 100 m. Sedangkan
pada dua titik pengukuran hanya menunjukkan range amplitudo sebesar 4,1 44 m.
Rendahnya nilai getaran ini dikarenakan rencana lokasi kegiatan saat ini hanya berupa
area terbuka. Sumber getaran utama yang mungkin terjadi bersumber pada getaran
mesin-mesin pada pabrik sekitarnya dan kendaraan yang lewat di jalan raya.
Data pada tabel hasil perhitungan menunjukkan bahwa kenaikan amplitudo getaran
memberikan nilai frekuensi yang menurun, sehingga data seperti ini masih
menunjukkan nilai yang normal dan tidak mengkhawatirkan. Sebagaimana pada Tabel
2.7, baku mutu getaran akan tampak bahwa getaran akan semakin berbahaya apabila
kenaikan amplitudo juga diimbangi oleh kenaikan frekuensi getaran.

Gambar 2.3. Hasil simulasi rambatan intensitas getaran sebagai fungsi jarak.
Gambar 2.3 menunjukkan bahwa pada jarak di atas 500 m, nilai getaran berada di
bawah baku mutu, sehingga tidak memberikan dampak terhadap komponen lingkungan
lainnya.
pengukuran kebisingan
Dengan menggunakan metode yang telah diulas maka didapatkan nilai tingkat
kebisingan siang-malam (LSM) dengan persaamaan berikut:
L SM 10 log

1
24

16.10

0 ,1L

8.10 0,1 L M

dB( A)

Sebagai contoh data hasil pengukuran pada suatu titik di pinggir jalan dan di lokasi
rencana kegiatan untuk pengukuran pukul 10, diberikan pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11. Contoh salah satu data hasil pengukuran bising untuk dua titik pengukuran
pada pukul 22.00 WIB (data selengkapnya ada pada Lampiran).
Pukul
22.00
22.04
22.08
22.12
22.16
22.20
22.24

Intensitas (dB)
69,00
68,30
63,20
64,90
68,30
64,40
68,30

Dari data yang diperolah, didapatkan hasil perhitungan bahwa tingkat kebisingan LSM di
titik I sebesar 66,91 dB(A) dan untuk di titik II sebesar 65,09 dB(A). Nilai ini berada
sedikit di bawah batas baku mutu yang telah ditetapkan seperti pada Tabel 2.8, untuk
kawasan industri yaitu 70 dB(A). Terkait dengan sumber utama bising pada lokasi
kebanyakan bersifat temporer yang berasal dari kendaraan bermotor lewat, adapun yang
permanen untuk titik I berasal dari bising mesin industri di sekitar lokasi.
2.2. HIDROLOGI
Kondisi air sungai di dekat lokasi rencana kegiatan merupakan sungai pematusan dari
bukit di sebelah utara lokasi. Karena kondisi tutupan lahan pada bukit tersebut tidak lagi
didominasi oleh vegetasi maka sungai kecil ini lebih merupakan aliran pematusan yang
akan meningkat debitnya pada saat terjadi hujan. Hasil pengukuran parameter di lokasi
disajikan pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12. Besaran parameter fisik dan kimia air sungai
NO
A. F
1.
2.
3.
B. K
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

PARAMETER
I S I K A
SUHU
T D S
T S S
I M I A
PH
BOD
COD
DO
Total pospat
Nitrat sebagai N
Kadmium
Khrom 6+

SATUAN
0

BML

HASIL ANALISIS
Up Stream Down Stream

METODE

C
mg/L
mg/L

-1000
400

27,90
156
102

27,60
190
111

Elektroda
Gravimetri
Gravimetri

mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L

6,09,0
6,0
50
3,0
1,0
20
0,01
0,05

6,78
5,83
36
3,20
0,029
7,40
0,004
0,006

7,29
5,90
40
3,07
0,035
8,15
0,004
0,005

Elektroda
Volumetri
Volumetri
Elektroda
Spektroftometri
Spektroftometri
Spektroftometri
Spektroftometri

NO

PARAMETER

12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Timbal
Seng
Sianida
Florida
Nitrit sebagai N
Sulpida
Minyak/Lemak

Lokasi Sampaling
Titik Sampling

SATUAN

BML

mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L

0,03
0,05
0,02
1,5
0,06
0,002
1,0

HASIL ANALISIS
Up Stream Down Stream
0,007
0,010
0,029
0,032
< 0,005
< 0,005
0,030
0,046
0,016
0,020
< 0,002
< 0,002
0,30
0,40

METODE
Spektroftometri
Spektroftometri
Spektroftometri
Spektroftometri
Spektroftometri
Spektroftometri
Gravimetri

: Way Lunik
: Up Stream
(050 27 32,70 LS 1050 18 56,70 BT)
Down Stream (050 27 31,20 LS 1050 18 59,20 BT)

Kondisi air tanah di sekitar lokasi rencana kegiatan masih tergolong cukup baik. Hal ini
dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap air sumur penduduk secara visual di
lapangan kondisinya masih jernih. Untuk mengetahui kondisi kualitas air tanah di
sekitar lokasi rencana kegiatan (sebagai base line/rona awal), maka digunakan data
kualitas air sumur di sumur milik penduduk di dekat lokasi rencana kegiatan serta pada
sumur milik perusahaan di lahan rencana kegiatan. Dari data laboratorium diketahui
bahwa kandungan mikrobiologi (colyfom dan coly tinja) sudah melebihi baku mutu
terutama pada sumur penduduk. Parameter yang lain masih di bawah baku mutu
meskipun beberapa sudah mendekati baku mutu. Data selengkapnya disajikan dalam
Tabel 2.13.
Tabel 2.13. Besaran parameter fisik dan kimia air sumur
No
A
1
2
3
4
B
5
6
7
8

Parameter
FISIKA
Warna
TDS
Kekeruhan
Temperatur
KIMIA
PH
Besi
Flourida
Kesedahan

Standard
Maksimum
Satuan

Sumur
Penduduk

Sumur
Perusahaan

50
1500
25
Alami

TCU
mg / L
NTU
0
C

37,90
180
8,20
27,25

31,80
152
9,14
27,25

6,5 - 9,0
1,0
1,5
500

-mg / L
mg / L
mg / L

6,83
0,205
0,027
48,18

6,78
0,196
0,020
89,64

600
0,05
0,5
10
1,0
15
400
0,05

mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L

8,39
0,007
0,020
8,42
0,015
0,038
11,37
0,006

11,75
0,006
0,020
7,30
0,012
0,030
9,20
0,006

(CaCO3)
9
10
11
12
13
14
15
16

Khlorida
Kromium
Mangan
Nitrat
Nitrit
Seng
Sulfat
Timbal

No
17
18
C
19
20

Parameter
Cadmium
Zat Organik
Mikrobiologi
Coly Tinja
Colyfrom

Standard
Maksimum
Satuan
0,005
mg / L
10
mg / L
10
50

MPN/100 mL
MPN/100 mL

Sumur
Penduduk
0,003
8,86

Sumur
Perusahaan
0,003
7,20

45
116

15
93

Sumber : Data primer tahun 2012


Baku mutu lingkungan berdasarkan Permenkes Nomor : 416/MENKES/IX/1990 untuk Baku Mutu Air
Bersih

Sesuai dengan hasil analisa laboratorium, kondisi air sumur yang diuji menunjukkan
masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan menurut Permenkes Nomor:
416/MENKES/PER/IX/1990, kecuali coly tinja sebesar 21 MPN/100 ml total colyform
sebesar 116 MPN/100 ml (BML 10 MPN/100 ml dan 50 MPN/100 ml). Adanya bakteri
colyform dalam air tersebut harus diwaspadai karena mengindikasikan air tercemar
kotoran manusia. Hal ini bisa terjadi akibat jarak sumur yang terlalu dekat dengan
septic tank (< 10 meter) atau akibat merembesnya air limbah domestik ke dalam sumur.
2.3.
2.3.1.

BIOTA
BIOTA DARAT (FLORA DAN FAUNA DARAT)
Menurut Colivoux (1986), vegetasi merupakan kesatuan semua tumbuhan, baik sejenis
maupun tidak sejenis yang tumbuh di suatu wilayah dan memperlihatkan pola distribusi
dari masing-masing jenis menurut ruang (spatial) dan waktu (temporal). Sedangkan
flora mengacu pada daftar jenis atau taksa tumbuhan dalam suatu wilayah. Biasanya
flora tidak memberi informasi gabungan (sifat vegetasi/komunitas), juga tidak
memberikan informasi tentang kemelimpahan maupun arti penting atau keunikan
mereka. Tipe vegetasi merupakan bagian dari vegetasi atau komunitas tumbuhan yang
menonjol yang dicirikan oleh bentuk pertumbuhan tumbuhan yang dominan (terbesar),
paling melimpah dan tumbuhan khas (Harjosuwarno 1990). Tipe vegetasi yang ada di
wilayah studi merupakan vegetasi pekarangan.
Berdasarkan pengamatan, lokasi Pembangunan Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang
merupakan lahan pekarangan ditumbuhi semak belukar rumput (Eleocharis duleis),
alang-alang (Imperata cylindrica L), dan kirinyu (Eupatorium sp) serta berapa pohon.
Areal tersebut saat ini dimanfaatkan untuk tempat pembuangan sampah oleh
masyarakat sekitar. Hasil pencacahan jenis pohon di lokasi kegiatan (tapak proyek)
adalah jambu air (Syzygium aqueum), rambutan (Nephelium lappaceum), mangga

(Mangifera indica), nangka (Artocarpus heterophylus), kelapa (Cocos nucifera),


angsana ( Pterocarpus indicus), dan tumbuhan pisang (Musa paradisiaca).
Jenis tanaman yang ada di luar tapak proyek atau di pekarangan penduduk
kebanyakan berupa pohon buah-buahan seperti mangga, rambutan, dan jambu air
yang jumlahnya 1 atau 2 pohon setiap rumah dan tidak setiap rumah mempunyai
pohon buahan tersebut. Jenis tanaman yang dijumpai di setiap rumah berupa bunga
(estestika) yang ditanam dalam pot atau di atas tanah. Selain itu, di tepian Jalan
Soekarno-Hatta dijumpai tanaman perlndang jalan berupa angsana ( Pterocarpus
indicus Wild), bungur (Lagerstroemia speciosa Retz), dan daun kupu-kupu (Bauhinia
purpurea L). Kondisi flora yang ada di lokasi kegiatan disajikan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Kondisi lahan rencana tapak proyek dengan vegetasi rumput liar dan
tumbukan sampah serta berapa pepohonan.
Hewan (Fauna) darat
Jenis fauna hidup bebas (liar) yang ditemukan di wilayah studi (tapak proyek dan diluar
tapak proyek) dibagi dalam 3 kelompok yaitu: mamalia (hewan menyusui), aves
(burung) dan reptilia (hewan melata). Dari ketiga kelompok hewan yang diinventarisir
tidak ditemukan fauna yang di lindungi undang-undang. Hasil pengamatan satwa liar
atau yang hidup bebas disajika pada Tabel 2.14 dan Tabel 2.15. Khusus untuk ular
sanca berdasarkan informasi dari masyarakat, bahwa ular tersebut hanyutan dari hulu

dan terdapat sepasang, dan sempat ditangkap masyarakat yang betinanya, tetapi lepas ke
sungai lagi.
Tabel 2.14. Jenis hewan (fauna) darat mamalia dan reptilia di wilayah studi
N
Nama
o
Daerah
Ilmiah
1
Tupai
Tupaia javanica
2
Tikus
Rattus sp
3
Ular air
Natrix sp
4
Kadal
Mabouya multifasciata
5
Bunglon
Calotes jubatus
6
Tokek
Carcalus sp
7
Kodok bangkong Bufo melanostictus
8
Katak hijau
Rana sp
Sumber: Data Primer 2012

Kelompok
(klas)
Mamalia
Mamalia
Reptilia
Reptilia
Reptilia
Reptilia
Amphibia
Amphibia

Keterangan

Familia

Keterangan

Columbidae
Columbidae
Pycnonotide
Turdidae
Turdidae
Strurnidae
Estrildadae
Sylviidae
Passeridae

Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas

bebas
bebas
bebas
bebas
bebas
bebas
bebas
bebas

Tabel 2.15 Jenis burung (aves) di wilayah studi


No
Daerah
1
Perkutut
2
Tekukur
3
Kutilang
4
Kacer
5
Kucica hutan
6
Kapinis
7
Emprit
8
Prenjak belalang
9
Gereja
Sumber: Data Primer 2012

Nama
Ilmiah
Geopelia striata
Streptopelia chinensis
Pycnonotus aurigaster
Copsychees saulis
Copsychees malabartus
Sturnus sp
Lonchura sp
Lacustella certhiola
Paser montanus

2.3.2.

Biota Perairan
Biota perairan yang diamati dalam studi ini meliputi tumbuhan air dan fauna (hewan)
air yang dibedakan berdasarkan kebiasaan hidupnya, yaitu: (a) nekton; hewan yang
dapat berenang aktif dan dapat melawan arus air, (b) benthos; hewan yang hidupnya
menetap di dasar perairan, dan (c) plankton; kelompok organisme yang melayanglayang dalam perairan.

2.3.2.1.

Nekton
Fauna vang termasuk kelompok nekton yang ditemukan antara lain katak hijau (Rana
sp), jenis ikan wader (Barbicthys leavis), dan ikan wader cetul (Cyclochelichthys sp).

2.3.2.2.

Plankton

Kemelimpahan plankton dan benthos dalam suatu perairan dapat digunakan untuk
menentukan tingkat kesuburan dan tingkat pencemaran badan air (Knobs, 1978; Mason,
1981). Hasil perhitungan indeks kemelimpahan dan indeks diversitas plankton pada
sungai/saluran air di wilayah studi disajikan pada Tabel 2.16.
2.3.2.3.

Benthos

Hasil perhitungan indeks kemelimpahan dan indeks diversitas benthos pada saluran air
di wilayah studi disajikan pada Tabel 2.17.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks diversitas plankton dan benthos pada
sungai/saluran air di wilayah studi kondisi perairan tergolong dalam kondisi tercemar
sedang menurut kriteria Mason (1981).
Tabel 2.16. Perhitungan indeks kemelimpahan individu/liter dan indeks diversitas
plankton di wilayah studi
Spesies
N Familia
o
1 Fragillar
iaceae

Up stream

Down stream

pi

ln pi

Leuvonia sp

600
0

0,04
444

0,1
38

2 Melosir
aceae

Melosira sp.

120
00

0,08
889

0,2
15

1
6

3 Tabelari
aceae

Diatoma
lineia

150
0

0,01
111

0,0
5

4 Navicul
aceae

Navicula
affine

2
4

360
00

0,26
667

0,3
52

5 Pinulari
aceae

Pinularia
gibba

1
7

255
00

0,18
889

0,3
15

Pinularia
novalis

900
0

0,06
667

0,1
81

3,11
35
2,42
04
4,49
98
1,32
18
1,66
66
2,70
81
0

300
0

0,02
222

0,0
85

1
1

3,80
67
0

6 Surirella
ceae
7 Fragillar
iaceae

Surirella
ovalis
Synedra
ulana

8 Oscilato
riaceae

Spirulina sp

pi

ln pi

240
00

0,07
6555

900
0

0,02
8708

600
0

0,01
9139

105
00

0,03
3493

600
0

0,01
9139

165
00

0,05
2632

450
0

0,01
4354

0
2,56
975
3,55
057
3,95
604
3,39
642
3,95
604

0
0,19
6727
0,10
193
0,07
5714
0,11
3756
0,07
5714

0
0
2,94
444
4,24
372

0
0,15
497
0,06
0915

Spesies
N Familia
o

9 Epithem
iaceae

Up stream
A

Trichodesmiu
m sp
Rhopalodia
gibba

1 Sphatidi
0 dae

Homolozoon
vermiculare

1 Desmidi
1 aceae

Closterium sp

N
0
150
0

pi
0
0,01
111

450
0

0,03
333

600
0

0,04
444

Closteropsis
Longisima

1 Urotrich
2 idae

Urotricha sp

1 Amoebi
3 dae

Amoeba sp

1 Cloroph
4 iceae

Spirogira sp

1 Closteri
6 opyceae

1
3

195
00

0,14
444

150
0

0,01
111

Closteriopsis
longisima

1 Nostoca
7 ceae

Nostoc sp

1 Euglena
8 ceae

Astacia sp

1 Holophy
9 dae

Holonema sp

2 Scytone
0 maceae

Limnocaea sp

300
0

0,02
222

2 Amoebi
1 dae

Pelomyxa
villusa

300
0

0,02
222

2 Urotrich
2 idae

Urotricha
farets

150
0

0,01
111

150
0

0,01
111

135
000
1
Sumber: perhitungan dari data primer, 2012

Down stream

ln pi
0
4,49
98
3,40
12
3,11
35
0
0
1,93
49
4,49
98
0
0
4,49
98
0
3,80
67
3,80
67
4,49
98
53,5
99

H
0

a
4

pi

600
0

0,01
9139

450
0

0,01
4354

585
00

0,18
6603

300
0

0,00
9569

300
0

0,00
9569

144
000

0,45
933

900
0

0,02
8708

450
0

0,01
4354

450
0

ln pi
3,95
604

H
0,07
5714

0,0
5
0,1
13

0,1
38

3
9

0
0,2
79

2
9
6

0
4,24
372
1,67
877
4,64
919
4,64
919
0,77
799

0
0,06
0915
0,31
3264
0,04
449
0,04
449
0,35
7352

0,0
5
0
0

6
3

0
3,55
057
4,24
372

0
0,10
193
0,06
0915

0,0
5
0

0,01
4354

0
4,24
372

0,06
0915

313
500

1,89
971

0,0
85
0,0
85
0,0
5
2,2
36

2
0
9

Tabel 2.17. Indeks kemelimpahan individu/m2 dan indeks diversitas benthos


N
o

Fylum

1 Protozoa

N
o

Up stream
Familia

1 Paramici
idae

a N
1 184,0
3 0566

2 Didiniida 1 14,15
e
4282
2 Platyhel
minthes

3 Typhlopl
anidae

1 14,15
4282

3 Porifera

4 Spongili
dae

5 70,77
1408

pi
lnpi
0,64
9999 0,4
308
0,05
2,9
957
0,05
2,9
957
0,25
1,3
863

283,0
8563

H
0,2
8

a
2
1

0,1 1
498
0,1 6
498
0,3 1
466 5
0,9
262

Down stream
lnp
n
pi i
29 0,
7,2 48 0,7
4
8 17
14, 0,
15 02 3,7
4
3 61
84,
92 0, 1,9
6 14 69
21 0,
2,3 34 1,0
1
9 53
60
8,6
3

H
0,3
5
0,0
875
0,2
748
0,3
674
1,0
797

Sumber: perhitungan dari data primer, 2012

2.4. RUANG, TANAH, DAN LAHAN


Menurut Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor: 10 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030, secara
umum lokasi proyek termasuk dalam Bagian Wilayah Kota BWK E, meliputi
Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang dengan luas sekitar 3.123 ha
dengan peruntukkan sebagai kawasan industri menengah. Berdasarkan hal tersebut,
lokasi kegiatan Pembangunan Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang pabrik ini telah
sesuai dengan peruntukkannya.
Tanah
Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang sebagai pengaruh
gabungan dari gaya-gaya alam terhadap batuan induk yang terjadi di permukaan bumi.
Tubuh alam ini dapat berdiferensiasi membentuk horizon-horizon mineral maupun

organik yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifatnya morfologi, komposisi


kimia, sifat fisik, dan sifat biologisnya.
Berdasarkan peta satuan lahan dan tanah lembar Tanjungkarang Sumatera yang
diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah (1989), sifat-sifat tanah di lokasi studi dan
sekitarnya berkembang dari bahan induk yang berupa batuan beku dan berasal dari tufa
volkan gunung berapi yang berupa lava intermedier dan bersifat basis. Secara umum
tanah yang berkembang di wilayah studi masih termasuk tanah-tanah muda dari ordo
Inceptisol, yang terbagi dalam sub group Typic Dystropepts.

Tanah-tanah yang

tergolong dalam tanah Typic Dystrudepts menyebar mulai dari Kecamatan Jabung,
Kecamatan Tanjung Bintang dan Kecamatan Ketibung dan termasuk di daerah studi di
Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung. Sifat dan ciri tanah ini digambarkan dari
hasil pengamatan terhadap sifat fisik tanah di lapang baik dengan pengamatan langsung
maupun hasil pengeboran di lokasi rencana kegiatan.
Salah satu sifat fisik tanah yang paling banyak berperan dalam proses erosi, maupun
proses-proses lain di dalam tanah dan mudah diamati adalah tekstur tanah. Tekstur
tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat yang akan
membentuk macam/jenis tekstur tanah. Tekstur tanah di wilayah studi secara umum
berupa pasir berlempung dengan proporsi pasir > 30% pada kedalaman sekitar 4 meter
dari permukaan. Spesific gravity (Gs) tanah hasil pengeboran serta sifat fisik lainnya
disajikan pada Tabel 2.18.
Tabel 2.18. Sifat Fisik Tanah di Daerah Studi
Parameter

Gravel (%)
Pasir (%)

Silty Clay (%)


Density (gr/cm3)
Specific Grafity (Gs)
Kohesi ( c )
Sudut geser dalam ( )
Nilai N>50 dicapai pada
kedalaman (m)
Sumber: Data Primer, 2012

Lokasi Bor
Bor 1
Bor 2
Bor 3
Bor 4
Bor 5
12.91
4.29
7.45
0.66
1.25
59.04
68.49
56.78
71.84
84.49
28.05
27.22
35.77
27.5
14.25
1.645
1.821
1.779
1.791
1.897
2.67
2.45
2.48
2.53
2.40
0.27
0.32
0.429
0.078
0.14
30.4
32.4
29.36
31.26
32.98
11.5
11.5
12
11.5
15.5

2.5. KOMPONEN LINGKUNGAN SOSIAL DAN KESEHATAN


MASYARAKAT
2.5.1 Karakteristik Kependudukan
2.5.1.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Lokasi kegiatan rencana Pembangunan Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang oleh
PT Louis Dreyfus Commodities (LDC) Indonesia di Bandar Lampung, berlokasi di RT
23 Lingkungan 2 Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang. Secara keseluruhan
wilayah Kecamatan Panjang terbagi ke dalam 8 kelurahan, yaitu Kelurahan Pidada,
Kelurahan Way Gubak, Kelurahan Panjang Utara, Kelurahan Way Laga, Kelurahan Way
Lunik, Kelurahan Panjang Selatan, Kelurahan Srengsem, Kelurahan Karang Maritim,
dan Kelurahan Way Lunik. Dari kedelapan kelurahan tersebut, kelurahan Way Lunik
merupakan kelurahan yang masih baru bergabung kembali dengan Kecamatan Panjang
sejak tanggal 19 September 2012. Sebelumnya, kelurahan ini masuk dalam wilayah
administrasi Kecamatan Teluk Betung Selatan. Perubahan wilayah administratif
Kelurahan Way Lunik akan memberikan dampak terhadap pergeseran data monografi
Kelurahan yang awalnya berada di Kecamatan Teluk Betung Selatan, kemudian
berpindah ke Kecamatan Panjang. Hal ini menyebabkan data tentang Kelurahan Way
Lunik hingga akhir tahun 2012 masih tercantum pada Kecamatan Teluk Betung Selatan
(Wawancara dengan Bapak Norcahyo, Lurah Way Lunik tanggal 2 Desember 2012).
Jumlah penduduk Kecamatan Panjang Pada Tahun 2011 paling banyak (8.460 jiwa)
berada di Kelurahan Srengsem yang memiliki luas wilayah sebesar 5,56 Km 2 dan
jumlah penduduk yang paling sedikit (3.682 jiwa) berada di Kelurahan Way Gubak
dengan luas wilayah sebesar 4,53 Km2. Akan tetapi, kelurahan yang memiliki tingkat
kepadatan tertinggi adalah Kelurahan Panjang Selatan sebesar 11.421 orang per Km2,
sementara untuk tingkat kepadatan terendah adalah Kelurahan Way Gubak. Distribusi
jumlah dan kepadatan penduduk di Kecamatan Panjang berdasarkan jenis kelamin
secara lengkap disajikan pada Tabel 2.19.
Tabel 2.19. Jumlah penduduk, Luas Wilayah dan kepadatan penduduk berdasarkan jenis
kelamin tahun 2011
No
1

Kelurahan
Srengsem

Luas Daerah
Km2
5,56

Jenis Kelamin
Laki-laki
4.252

Wanita
4.208

Jml

Sex
Rasio

8.460

1,01

Kepadatan
Per Km2
1.521

2
3
4
5
6
7
8

Panjang Selatan
Panjang Utara
Pidada
Way Laga
Way Gubak
Karang Maritim
Way Lunik
Jumlah

1,06
1,22
3,18
4,53
5,66
1,05
1,44
23,7

6.045
6.074
6.475
6.186
5.682
5.199
3.427
3.157
1.938
1.744
4.473
4.482
Data masih di Kec. TBS
32.292
31.050

12.119
12.661
10.881
6.584
3.682
8.955

0,99
1,05
1,09
1,09
1,11
1,04

11.421
10.374
3.420
1.452
649
8.715

63.342

1,05

2.852

Sumber : Monografi Kecamatan Panjang 2012


Berdasarkan distribusi penduduk menurut golongan umur, sebagian besar penduduk
Kecamatan Panjang tergolong penduduk usia muda (15 hingga 24 tahun) dan produktif.
Sebaran penduduk di Kecamatan Panjang pada tahun 2011 secara rinci dapat dilihat
pada Tabel 2.20.

Tabel 2.20 Jumlah Penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin di
Kecamatan Panjang tahun 2011
Kelompok
Umur
(1)
04
59
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
Jumlah

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
(2)
3.260
3.156
3.328
3.800
3.506
3.106
2.685
2.378
2.055
1.493
1.056
736
594
811
31.964

Sumber : BPS Kecamatan Panjang 2012

(3)
3.022
2.955
3.218
3.997
3.766
3.210
2.636
2.302
1.768
1.231
874
618
546
824
30.967

Jumlah
(4)
6.282
6.111
6.546
7.797
7.272
6.316
5.321
4.680
3.823
2.724
1.930
1.354
1.140
1.635
62.931

Presentase

9,98
9,71
10,40
12,39
11,56
10,04
8,46
7,44
6,07
4,33
3,07
2,15
1,81
2,60
100,00

Menurut Monografi Kelurahan Way Lunik Oktober 2012, kelurahan ini dapat
dikatagorikan sebagai wilayah pantai, dikarenakan hampir 62 % wilayahnya berbatasan
dengan pantai. Luas wilayahnya 144 ha dengan jumlah penduduk 7.617 jiwa dan
tingkatan kepadatan penduduk sebesar 53 orang per Km2.

Gambar 2.5. Kantor Kelurahan Way Lunik yang secara administratif baru berpindah
ke Kecamatan Panjang
2.5.1.2 Komposisi Jumlah penduduk
Komposisi jumlah penduduk Kelurahan Way Lunik pada dasarnya seimbang, meskipun
jumlah penduduk pria (3.871 orang) relatif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
penduduk perempuan (3.746 orang), tetapi perbedaannya relatif kecil. Sebagai daerah
yang berdekatan dengan fasilitas pelabuhan, industri, dan jalur lintas Sumatra,
penduduk Kelurahan Way Lunik memiliki peluang kerja yang cukup besar bagi para
pencari kerja laki-laki, terutama bagi mereka yang mau bekerja di sektor tenaga kerja
pabrik dan bongkar muat di Pelabuhan Panjang. Untuk lebih lengkapnya komposisi
penduduk di kelurahan Way Lunik dapat dilihat pada Tabel 2.21.
Tabel 2.21.

No
1
2
3
4
5
6
7

Distribusi jumlah penduduk Kelurahan Way Lunik berdasarkan


kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2012

Kelompok Umur
04
56
7 13
14 16
17 24
25 54
55 >

Laki-laki
325
8,40
211
5,45
460
11,88
308
7,96
1.020
26,35
1.250
32,29
297
7,67

Perempuan
318
8,49
204
5,45
480
12,81
308
8,22
1.009
26,94
1.190
31,77
237
6,33

Jumlah
643
415
940
616
2.029
2.440
534

%
8,44
5,45
12,34
8,09
26,64
32,03
7,01

1
2

Jumlah

3.871

100,00

3.746

100,00

7.617

100,00

Dewasa
Anak-Anak
Jumlah

2.567
1.304
3.871

66,31
33,69
100,00

2.436
1.310
3.746

65,03
34,97
100,00

5.003
2.614
7.617

65,68
34,32
100,00

Sumber : Monografi Kelurahan 2012


Menurut struktur peduduk tersebut di atas nampak bahwa usia produktif penduduk di
Kelurahan Way Lunik masih cukup mendominasi, terutama pada usia 17 tahun hingga
54 tahun. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah angkatan kerja di Kelurahan
tersebut masih sangat besar untuk memasuki dunia kerja yang tersedia di sekitar
wilayah studi maupun di luar wilayah studi sesuai dengan peluang kerja yang tersedia.
Sebagai mana diketahui bahwa wilayah kelurahan Way Lunik merupakan wilayah yang
memiliki potensi daya serap tenaga kerja yang cukup tinggi, dikarenakan di wilayah ini
terdapat beberapa perusahaan besar yang telah berdiri cukup lama seperti PT Bumi
Waras, PT ISAB, PT Semen Baturaja dan juga perusahaan lainnya yang ada.

2.5.1.3 Jenis Pekerjaan Penduduk


Jenis pekerjaan penduduk di Kecamatan Panjang pada tahun 2011 yang teridentifikasi
sebagai pekerjaan penduduk yakni jenis pekerjaan sebagai buruh yang menempati
prosentase terbesar (13,68%), selanjutnya diikuti oleh jenis pekerjaan sebagai Tani
(7,13%) dan tukang (6,55%).

Distribusi jenis pekerjaan penduduk di Kecamatan

Panjang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.22.


Tabel 2.22.

N
o

Kelurahan

Srengsem

Jenis pekerjaan penduduk menurut kelurahan yang ada di Kecamatan


Panjang Tahun 2011
TNI/
POLR
I

Dagang

Tukang

Buru
h

202

308

315

52

3.997

48

950

95

2.572

102

517

405

58

1.495

285

229

Way Laga

14

778

327

305

Way Gubak

10

209

908

59

3.01
0
3.51
2
1.95
0
2.48
6
1.86
4
918

Panjang Selatan

420

52

Panjang Utara

432

Pidada

Karang
Maritim
Way Lunik

75

51

1.985

384

65

PNS

Tani

Data masih masuk Kecamatan Way Lunik

2.01
7

Pensiunan

Lainny
a

Jumlah

16

2.263

6.170

114

3.130

210

4.395

12.22
3
0.273

120

4.192

9.270

2.147

5.445

785

2.893

81

3.020

7.678

Jumlah
Prosentase

1.55
8
4,69

263

1.821

0,80

5,50

2.36
9
7,13

2.177
6,55

4.54
6
13,6
8

552

19.932

1,66

60,00

33.21
8
100.0
0

Sumber : BPS Kecamatan Panjang 2012


Kelurahan Way Lunik pada tahun 2012 teridentifikasi jenis pekerjaan penduduknya
paling banyak sebagai buruh ada sebanyak 2.829 orang (37,14%), kemudian diikuti oleh
jenis pekerjaan penduduk sebagai pedagang sebanyak 1.012 orang (13,29%). Sementara
itu hasil wawancara dengan Bapak Norcahyo (kepala Desa Way Lunik wawancara tgl 2
Desember 2012)

jenis pekerjaan sebagai nelayan sudah banyak ditinggalkan oleh

masyarakat di Kelurahan Way Lunik dengan alasan bahwa jenis pekerjaan tersebut
sudah tidak menjanjikan lagi sebagai jenis pekerjaan yang mampu menghidupi
keluarganya.
Tabel 2.23 Sebaran Penduduk di kelurahan Way Lunik Kecamatan Panjang
berdasarkan Mata Pencaharian Pokok dan Jenis Kelamin Tahun 2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis Pekerjaan
Laki-laki
Perempuan
Pegawai Negeri
55
39
ABRI
16
Pedagang
481
531
Tani
30
4
Tukang
16
Buruh
1.387
1.442
Pensiunan
16
5
Lainnya
1.901
1694
Total
3.902
3.715
Sumber : Daftar Isian Potensi Kelurahan 2012

Jumlah
94
16
1.012
34
16
2.829
21
3.595
7.617

Prosentase
1,23
0,21
13,29
0,44
0,21
37,14
0,27
47,20
100

2.5.1.4 Fasilitas Pendidikan


Fasilitas pendidikan yang tersedia di yang dimiliki beberapa Kelurahan di Kecamatan
Panjang menunjukan bahwa kelurahan Karang Maritim merupakan kelurahan yang
memiliki fasilitas pendidikan yang cukup lengkap dari jenjang pendidikan tingkat SD
hingga tingkat pendidikan SLTA. Fasilitas pendidikan untuk tingkat pendidikan SD
paling banyak dimiliki oleh Kelurahan Way Laga yakni sebanyak 4 buah, namun tidak
memiliki jenjang pendidikan di tingkat SLTA. Sementara kelurahan yang masih
memiliki jenjang pendidikan sedikit yakni kelurahan Way Gubak yang hanya ada

jenjang pendidikan tingkat SD sebanyak 2 buah. Lebih lengkapnya sebaran fasilitas


pendidikan di Kecamatan Panjang dapat dilihat pada Tabel 2.24.
Tabel 2.24.

Fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Panjang Tahun 2011

No
1
2
3
4
5
6
7
8

Kelurahan

SD
1
2
3
1
4
2
2
15

Srengsem
Panjang Selatan
Panjang Utara
Pidada
Way Laga
Way Gubak
Karang Maritim
Way Lunik
Jumlah
Sumber : Monografi Kecamatan 2012

SLTP
1
2
1
1
3
3

SLTA
1
1
18

Adapun fasilitas pendidikan yang tersedia di kelurahan Way Lunik terdiri atas 2 unit
sekolah dasar/sederajat, fasilitas pendidikan SLTP terdapat juga 1 unit. Dari jenjang
pendidikan yang telah/sedang ditempuh penduduk di kelurahan Way Lunik berada pada
jenjang pendidikan di tingkat SD sebesar 4.375 orang yang terdistribusi sebanyak 2.222
orang laki-laki dan 2.153 orang perempuan. Untuk itu bagi siswa dan siswi lulusan
SLTP yang ingin meneruskan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dapat menempuh
pendidikan SLTP dan SLTA yang terdapat di kelurahan Panjang Utara atau ke kelurahan
Karang Maritim.

Jenjang

pendidikan yang telah ditempuh dan teridentifikasi di

kelurahan Way Lunik disajikan pada Tabel 2.25.


Tabel 2.25 Tingkat pendidikan penduduk yang ada di kelurahan Way Lunik
berdasarkan jenis kelamin tahun 2012
No. Tingkat Pendidikan
1
2
3
4
5
6
7
8

Laki2

Buta Huruf
18
Belum Sekolah
498
TK
31
SD / Sederajat
2.222
SLTP
578
SLTA
513
AKADEMI
2
UNIVERSITAS
9
Jumlah
3.871
Sumber : Daftar Isian Potensi Kelurahan 2012

Perempuan
21
475
41
2.153
558
480
1
17
3.746

Jumlah
39
973
72
4.375
1.136
993
3
26
7.617

Untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari jenjang SLTA yakni Perguruan tinggi
banyak tersedia di Kota Tanjung Karang, baik jenjang pendidikan Diploma 1 hingga
jenjang pendidikan Strata 2 (S2).
2.5.1.5 Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk di wilayah studi sementara ini dapat dilakukan dengan lancar
karena didukung oleh sarana dan prasarana transportasi yang sangat memadai, sehingga
tidak ada hambatan bagi penduduk untuk bermobilitas baik antar wilayah dalam
propinsi maupun antar propinsi bahkan antar negara.
Sebagai salah satu daerah perkotaan, kelurahan Way Lunik di Kecamatan Panjang yang
berdekatan dengan lokasi kegiatan rencana Pembangunan Refinery CPO dan Fasilitas
Penunjang, yang memiliki berbagal prasarana, seperti jalan, terminal, pasar, pelabuhan,
dll. Transportasi dari pusat kecamatan ke daerah lain terutama ke kelurahan-kelurahan
sekitar lokasi kegiatan sangat lancar, karena didukung dengan fasilias jalan yang sudah
beraspal (hotmik), demikian pula mobilitas penduduk keluar daerah seperti Palembang
dan Jakarta, juga sudah relatif tancar. Keberadaan Terminal Bus antara kota dan antara
propinsi di Kelurahan Panjang Selatan, serta keberadaan dari pelabuhan samudra yang
ada, berbagai komuditas dan hasil pertanian di Lampung dapat diekspor ker luar
wilayah Lampung maupun keluar negri.
2.5.2 Karakteristik Sosial-Ekonomi
2.5.2.1 Sumber dan Tingkat Pendapatan Penduduk
Sumber pendapatan sebagian penduduk (37,14%) di Kelurahan Way Lunik Kecamatan
Panjang berasal dari lapangan usaha di sektor buruh/wiraswasta, sebagai buruh pabrik
dan buruh bongkar muat dipelabuhan maupun sebagai buruh bangunan serta sebagai
pekerja swasta. Sumber pendapatan dari sektor buruh/swasta banyak ditekuni oleh
penduduk di Kelurahan Panjang Utara yang memiliki fasilitas Pasar tradisional Panjang,
yang sangat dekat dengan akses Terminal mapun Pelabuhan bongkar muat cabang
Panjang.
Berdasarkan hasil survey pada bulan Desember 2012, harga beras di wilayah studi
berkisar antara Rp 7.500/kg Rp 9.000/kg. Pengukuran tingkat penghasilan penduduk
didasarkan pada kesejahteraan keluarga menurut kriteria BKKBN, yaitu keluarga

Prasejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III dan
Keluarga Sejahtera III Plus. Berdasarkan kriteria tersebut, keluarga yang berada pada
tahap prasejahtera dapat digolongkan ke dalam keluarga yang berada di bawah garis
kemiskinan menurut kriteria Sajogjo (1978). Ukuran tingkat penghasilan yang
digunakan oleh Sajogjo (1978), setara dengan nilai pengeluaran beras perkapita per
bulan yang berlaku di wilayah studi. Berdasarkan kriteria tersebut didapati bahwa
masih cukup banyak keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan, yaitu 41,74%
dari seluruh keluarga pada tahun 2012.
Cukup banyaknya rumah tangga yang masih berada di bawah garis kemiskinan
menunjukkan ketidak mampuan penduduk untuk memanfaatkan peluang usaha untuk
memperbaiki kinerja ekonomi

rumah tangga.

Identifikasi lebih lanjut terhadap

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan menunjukkan bahwa sebagian (40%)
adalah penduduk yang bekerja sebagai buruh, sedangkan sebagian lagi (60%) adalah
penduduk yang mempunyai pekerjaan sebagai pedagang maupun pegawai negeri sipil
dan swasta.

Hal ini menunjukkan bahwa keterbukaan daerah belum sepenuhnya

berdampak positif terhadap perekonomian rumah tangga, dan dapat bermanfaat


terutama bagi rumah tangga kecukupan (atau mereka yang hanya bekerja sebagai
buruh).
2.5.2.2 Kesempatan Kerja dan Peluang Usaha
a. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja di wilayah studi cukup bervariasi sesuai dengan karakteristiknya
sebagai daerah pantai dan berdekatan dengan kawasan perindustrian (pabrik),
perdagangan serta pelabuhan. Untuk kelurahan Way Lunik yang berdekatan dengan
wilayah Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang serta Pasar Tradisional Panjang maupu
komplek pertokoan serta warung-warung makan, memiliki indikasi adanya peluang
untuk kesempatan kerja yang relatif cukup banyak dan bervariasi.
Kesempatan kerja di luar kelurahan ditanggapi penduduk dengan bekerja di luar sektor
buruh dan perdagangan, antara lain menjadi pegawai di komplek pertokoan,
ABRI/POLRI maupun Pegawai swasta, bahkan berdasarkan dari hasil wawancara
dengan beberapa responden (2 Desembr 2012) menyatakan bahwa terdapat beberapa
orang penduduk yang bekerja sebagai TKI ke luar negeri. Kesempatan kerja di
pemerintahan, umumnya terserap di pekerjaan Pegawai Negeri, seperti pegawai di

kecamatan maupun di kelurahan, tenaga pendidikan (guru), tenaga kesehatan (dokter,


bidan, mantri dan perawat).
b. Peluang Usaha
Kegiatan usaha di kelurahan Way Lunik yang berdekatan dengan lokasi rencana
kegiatan Pembangunan Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang di Bandar Lampung,
sangatlah bervariasi dikarenakan lokasi wilayah kelurahan sangat berdekatan dengan
beberapa kegiatan industri, komplek pertokoan dan pelabuhan panjang. Namun peluang
usaha terbanyak yang dimiliki oleh masyarakat kecamatan Panjang berada di kelurahan
Panjang Utara yang memiliki akses terdekat dengan Pasar Tradisional Panjang serta
Kegiatan bongkar muat pelabuhan Panjang.
Sebagai wilayah yang berdekatan dengan lokasi pantai, meskipun tidak terlalu banyak,
terdapat beberapa penduduk di wilayah studi memiliki jenis kegiatan sebagai nelayan
tradisional yang mencari ikan di sekitar teluk lampung. Kegiatan disektor nelayan untuk
saat ini sudah tidak cukup memberikan kontribusi positip terhadap penghasilan
penduduk di wilayah studi, oleh karena itu jenis pekerjaan ini sudah mulai banyak
ditinggalkan oleh penduduk di Kelurahan Way Lunik.
2.5.2.4 Karakteristik Sosial Budaya
a. Hubungan Antar Kerabat, Tetangga dan Warga Kelurahan
Meskipun masyarakat di wilayah studi terdiri dari berbagai kelompok etnik dan masuk
sebagai salah satu wilayah perkotaan Bandar Lampung, berdasarkan informasi dari
ketiga kepala kelurahan (Bp Norcahyo,BA) yakni Kelurahan Way Lunik, hingga saat
survey dilakukan (Desember 2012) tidak terjadi gejolak sosial yang berarti. Pertemuan
beberapa kebudayaan dari beberapa etnik yang berbeda ternyata menciptakan akulturasi
budaya yang cukup kondusif diantara warga masyarakat yang berbeda etnik di wilayah
studi. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat persoalan-persoalan kecil
diantara warga masyarakat yang cukup dapat mengganggu keharmonisan kehidupan
warga masyarakat lainnya, namun ternyata persoalan-persoalan tersebut dapat segera
diselesaikan dengan baik secara musyawarah dan mufakat diantara warga masyarakat
yang memiliki persoalan.
b. Agama dan Kepercayaan

Penduduk di Kecamatan Panjang sebagian besar (80 s/d 90 %) beragama Islam (Tabel
2.27), di setiap Kelurahan tersedia tempat ibadah masjid/musholla, bahkan dalam satu
kelurahan ada yag terdapat lebih dari satu Masjid dan musholla. Sementara itu di
kelurahan Panjang Utara dan kelurahan Way Laga memiliki jumlah tempat beribadah
yang reltaif lebih banyak dibanding dengan tempat ibadah yang dimiliki oleh warga
masyarakat di kelurahan lainnya. Di kelurahan Panjang Selatan disamping memiliki
tempat beribadah untuk warga masyarakat yang beragama Islam dan Kristen, ternyata
juga memiliki tempat beribadah untuk warga masyarakat yang beragama budha yakni
berbentuk Vihara. Sementara untuk kelurahan Way Lunik ternyata memiliki jumlah
Masjid terbanyak dibanding dengan kelurahan lainnya yakni ada 8 buah masjid dan juga
satu-satunya kelurahan yang memiliki tempat ibadah Pura untuk adama hindu. Untuk
lebih jelasnya jumlah tempat beribadah di lokasi wilayah studi dapat dilihat pada Tabel
2.26.
Tabel 2.26. Jumlah tempat ibadah menurut kelurahan di Kecamatan Panjang
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Kelurahan

Masjid

Srengsem
Panjang Selatan
Panjang Utara
Pidada
Way Laga
Way Gubak
Karang Maritim
Way Lunik
Jumlah

6
3
5
7
7
2
5
8
43

Musholla
10
9
16
10
14
13
6
6
84

Gereja
Protestan
2

Gereja
Katholik

Pura

Vihara

1
1

1
3

1
1

Sumber : Monografi Kecamatan Panjang 2012


2.5.2.5 Persepsi Masyarakat terhadap Proyek
Berdasarkan hasil survey terhadap responden penduduk di wilayah studi yang
difokuskan pada warga masyarakat di RT 23 Kelurahan Way Lunik dengan
mempergunakan metode purposive sampling, ternyata diperoleh responden sebanyak 30
orang responden yang memiliki karakteristik seperti disajikan pada Tabel 2.27.
Tabel 2.27

Distribusi karakteristik responden dari kelurahan Way Lunik Kecamatan


Panjang Kota Bandar Lampung.

No

Karakteristik responden

Jenis Kelamin Responden

Jumlah

No

Karakteristik responden

Jumlah

Laki-laki
Perempuan
2

Jumlah

18
12
30

Jumlah

3
4
23
30

Jumlah

29
1
30

Jumlah

1
1
12
5
11
30

Jumlah

3
3
21
3
30

Jumlah

1
2
27
30

Lama Mukim
< dr 1 tahun
1 s/d 5 tahun
> 5 tahun
Agama
Islam
Kristen Katholik
Krsten Protestan
Hindu/Budha
Pendidikan terakhir
Tidak sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat Perguruan Tinggi
Pekerjaan Utama responden
PNS / TNI / POLRI
Swasta
Pedagang
Buruh
Lainnya
Status Sosial Responden
Perangkat Kelurahan
Tokoh Masyarakat
Masyarakat biasa

Sumber : Data primer 2012


Adapun untuk persepsi responden masyarakat di kelurahan terhadap rencana
Pembangunan Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang di Bandar Lampung terbagi
menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok yang setuju ada 96,66%, dan kelompok yang
kurang setuju (3,3%) dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju terhadap
rencana pembangunan tersebut. Untuk responden yang kurang setuju memilki alasan
bahwa kegiatan tersebut akan dapat menimbulkan bising dan debu di sekitar wilayah
studi, terutama kekhawatiran mereka terhadap gangguan kebisingan pada saat menonton

TV. Persepsi responden tentang rencana kegiatan pembangunan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2.28.
Tabel 2.28
No
1
2
3

Distribusi jawaban persetujuan responden tentang rencana kegiatan


pembangunan Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang

Katagori Jawaban
Setuju
Kurang Setuju
Tidak setuju

Frekuensi
29
1

Prosentasi
96,66
3,34

30

100,00

Sumber : Data Primer 2012


Dari 30 orang wakil masyarakat yang menjadi responden, terdapat 29 orang (93,66%)
yang menyatakan setuju terhadap rencana pembangunan tersebut dengan alasan bahwa
kegiatan pembangunan terse akan memberikan peluang adanya lapangan kerja baru bagi
warga masyarakat (54,46%) yang berada di sekitar lokasi kegiatan proyek tersebut.
Disamping itu juga terdapat responden yang menyatakan setuju terhadap kegiatan
rencana pembangunan tersebut

dengan alasan bahwa kegiatan tersebut tidak akan

merugikan/mengganggu masyarakat sekitar (29,7%), kemudian responden yang


menyatakan setuju dengan alasan bahwa kegiatan pembangunan tersebut dapat
dilakukan asalkan pihak perusahaan saling pengertian dengan warga (12,5%).
Sementara pada saat sosialisasi proyek sedang dilakukan (tgl 4 Desember 2012),
terdapat informasi bahwa ada beberapa KK yang pada saat ini masih menempati lahan
yang rencananya akan dibangun, mohon ada pengertian dari pihak perusahaan untuk
memberikan perhatian terhadap beberapa KK tersebut. Pihak pemrakarsa menyetujui
untuk memberikan perhatian terhadap KK tersebut, meskipun juga disampaikan bahwa
lahan yang mereka tempati adalah lahan milik PT ISAB yang telah dilakukan pembelian
oleh pihak pemrakarsa. Namun pada saat dilakukan survey pada tanggal 2 Desember
2012, ternyata pemukiman yang disampaikan pada saat sosilisasi telah tidak ada lagi.
2.5.2.6. Pembangkitan Lalu Lintas
Kondisi lalu lintas eksisting pada ruas jalan Soekarno-Hatta, tepatnya di depan lokasi
kegiatan, dengan indikator derajat kejenuhan dan tingkat pelayanan jalan. Pengamatan
dilakukan sepanjang hari mulai jam 06.15 sampai dengan jam 18.15
Hasil pengamatan lalu lintas yang memperlihatkan kondisi eksisting di lokasi studi
disajikan pada Tabel 2.29.

Tabel 2.29. Kondisi Geometrik di Ruas Jalan Soekarna-Hatta di depan lokasi kegiatan
Kondisi Geometrik
Tipe
Lebar per lajur
Lebar total

2/2 UD
4,5 m
9m

Proporsi Arah Lalu Lintas

55/45

Lebar bahu jalan

1,5 m

Kelas Hambatan Samping


Sumber : Data Primer Tahun 2012

Sedang

Berdasarkan hasil pengamatan lalu lintas, diketahui bahwa jam puncak terjadi pada jam
17.00 18.00 dengan total arus sebesar 1.686 smp/jam, sebagaimana diperlihatkan pada
gambar berikut ini;

Gambar 2.7. Fluktuasi Lalu Lintas di Ruas Soekarno-Hatta di depan lokasi Kegiatan
(Data Primer, 2012)
Berdasar grafik pada gambar 2.7, terlihat pola fluktuasi lalu lintas yang terjadi,
sebagaimana layaknya jalan antar kota, di mana volume lalu lintas cenderung stabil
sepanjang hari. Peningkatan lalu lintas terjadi pada jam 16.00 -18.00 hal ini disebabkan
jam pulang kerja serta jam berangkatnya kendara bus antar kota yang melintas ke
Bakauheni atau sebaliknya.
2.5.2.7 Kesehatan Masyarakat
Pola penyakit masyarakat diketahui berdasarkan peringkat penyakit yang paling sering
diderita oleh masyarakat. Data mengenai pola penyakit masyarakat didapat dari

Puskesmas Rawatinap Kecamatan Panjang. Data menunjukkan bahwa penyakit yang


terekam selama tahun 2011 oleh pihak PUSKESMAS Panjang terdapat beberapa jenis
penyakit yang diderita oleh warga masyarakat, sebaran 10 jenis penyakit dapat dilihat
pada Tabel 2.30.

Tabel. 2.30
No

Sepuluh jenis penyakit terbanyak tahun 2011 di PUSKESMAS


RAWATINAP Kecamatan Panjang
Jenis Penyakit

Jumlah Pasien

1
Commcold
2
Dyspepsia
3
Rhematoid Atritis
4
Hypertensi
5
Phringitis
6
Dermatitis Kontak
7
Demam Thypoid
8
Chepalgia
9
Diare
10 Bronkhitis Akut
Sumber : PUSKESMAS Panjang 2012

Prosentase

4.022
644
1.309
812
703
569
476
451
438
344

41,17
6,59
13,40
8,31
7,19
5,82
4,87
4,62
4,48
3,52

Hasil survey terhadap 30 orang responden yang berada di sekitar wilayah studi
menunjukan bahwa jenis penyakit yang melanda sebagian besar responden yakni Batuk
dan Pilek ( 70,00%) sebagai jenis penyakit yang sering di derita dengan istilah lain
yakni masuk angin, flu dan sesak nafas. Sementara jenis penyakit Maag, menempati
urutan kedua terbanyak jenis penyakit yang di derita oleh responden (13,33%), penyakit
Diare sebanyak 10,00% dan sisanya sebesar 3,33 % menderita penyakit seperti Typus,
rematik, darah tinggi bahkan ada yang menderita diabetes (Tabel 2.31).
Tabel 2.31 Jenis penyakit terbanyak yang di derita responden di RT Kelurahan Way
Lunik Kecamatan Panjang
No
1
2
3
4
7

Jenis Penyakit
Batuk pilek
Maag
Diare
Typus
Lainnya
Jumlah

Sumber : Data primer 2012

Jumlah Pasien
21
4
3
1
1
30

Prosentase
70
13,33
10
3,33
3,33
100

Gambar 2.8.

PUSKESMAS Rawat Inap Kecamatan Panjang.

BAB 1II
FORMULIR ISIAN UKL
DAN UPL
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010
Tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup Dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup, yang bertanda tangan di bawah ini menyampaikan UKL dan UPL dari rencana
usaha dan/atau kegiatan dengan benar dan akan mematuhi segala persyaratan dan
kewajiban yang telah ditentukan dalam UKL dan UPL serta izin yang diterbitkan oleh
pejabat dari instansi yang berwenang dapat diuraikan sebagai berikut :
3.1. IDENTITAS PEMRAKARSA
Nama Perusahaan
Nama Penanggungjawab

: PT. Louis Dreyfus Commodities (PT.LDC)


Indonesia
: Sanjay Joneja

Jabatan

: Presiden Direktur

Alamat

: Wisma 46, Kota BNI 15th floor


Suite 15.01, 15.10 - 12
Jl. Jend Sudirman Kav. 1
Jakarta 10220

3.2. RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN


1

Nama Rencana Usaha/Kegiatan

Pembangunan Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang

Lokasi Rencana Usaha/Kegiatan

Jalan

: Jl. Sukarno Hatta

Desa/Kelurahan

: Way Lunik

Kecamatan

: Panjang

Kota

: Bandar Lampung

Propinsi

: Lampung

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030, secara
umum lokasi proyek di RT 23 Lingkungan 2 Kelurahan Way Lunik Kecamatan Panjang,
termasuk dalam Bagian Wilayah Kota (BWK)

Kecamatan Panjang dengan

peruntukkan sebagai pusat kegiatan industri menengah dan pergudangan. Jadi kegiatan
Pembangunan Refinery CPO dan Fasiltas Penunjang ini telah sesuai dengan
peruntukkannya.
3

Skala Usaha/Uraian Kegiatan

Pembangunan Refinery CPO dan Fasiltas Penunjang PT. Louis Dreyfus


Commodities (LCD) Indonesia merupakan suatu usaha untuk meningkatkan produksi
minyak goreng demi menjaga peluang perusahaan dalam persaingan di sektor industri
minyak goreng. Proses pengolahan minyak kelapa sawit dimulai dari proses pengolahan
di Pabrik Kelapa Sawit-PKS, yang mengolahan tandan buah segar kelapa sawit dengan
memisahkan serabut dengan biji sawit (kernel). Serabut kelapa sawit diproses menjadi
Crude Palm Oil (CPO), selanjutnya CPO dikirim ke pabrik refinery untuk diolah lebih
lanjut menjadi minyak goreng siap konsumsi. Sedangkan inti sawit (kernel) dikirim ke
pabrik pengolahan kernel yaitu Kernel Crushing Plant-KCP untuk diolah menjadi
Crude Palm Kernel Oil (CPKO). Rencana kegiatan pembangunan Pabrik refinery CPO
dan fasilitas pendukungnya yang akan dibangun ini, merupakan kegiatan pengolahan
CPO menjadi minyak cair (olein): goreng komsumsi, dan minyak padat (stearin):
margarin. Serta pabrik pengolahan inti sawit/kernel untuk diolah menjadi CPKO.
Bahan baku produksi adalah Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) atau disebut
inti sawit. Bahan pembantu terdiri dari bahan kimia (phosphoric acid, citric acid, dan
bleaching earth) dan air, serta solar dan batubara untuk sumber energi. Bahan baku dan
bahan pembantu ini disimpan di

tank yard dan Gudang PK sebelum diproses ke

tahapan produksi. Proses Refinery terdiri dari proses refinery (bleaching, degumming,
deodorizing), fraksinasi (kristalisasi, filtrasi). Sedangkan proses pabrik CPKO & PKE
(pabrik

kernel

crushing

plant)

terdiri

dari

pengepresan

dan

penyaringan.

Keberlangsungan produki didukung oleh utilitas yang terdiri dari boiler dan water
treatment plant serta wastewater treatment plant.
a. Lokasi Rencana Kegiatan

Lokasi kegiatan pembangunan Pembangunan Refinery CPO dan Fasiltas Penunjang


di RT 23 LK II Kelurahan Way Lunik Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung,
Provinsi Lampung.
b. Tata Letak Rencana Bangunan Pabrik
Tata letak rencana bangunan Pembangunan Refinery CPO dan Fasiltas Penunjang
secara adminsitratif berada di RT 23 Lingkungan II Kelurahan Way Lunik dengan akses
jalan dari jalan Sukarno-Hatta untuk menuju ke lokasi kegiatan proyek. Rencana
pembangunan pabrik akan didesain dengan mempertimbangkan beberapa aspek antara
lain adalah mudah untuk dikonstruksi, mudah dalam pengoperasian, ruang yang cukup
untuk pemeliharaan dan optimum dalam susunan bangunan utama, bangunan
penunjang, jalan, dan prasarana area sesuai dengan lahan yang tersedia.
Pembangunan pabrik Refinery CPO dan fasilitas penunjang menggunakan lahan/tanah
milik Pelindo II (Cabang Panjang) berdasarkan Hak Penggunaan Lahan (HPL). PT.
LDC memperoleh hak guna bangunan (HGB) diatas HPL milik Pelindo II (Cabang
panjang). Luas lahan secara keseluruhan adalah 14.872 m2, pada tahap pertama luas
lahan yang akan dibangun 6.607,0895 m2, secara lengkap jenis bangunan dan luasanya
disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Rencana Pembangunan Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Unit Bangunan

Boiler House
Tank T1-T10
Genset
Refinery
Be Hopper
Wwt
Bleaching Earth
Hotwell
Dirty C. Tower
Pipe rack
Total luasan bangunan
Sumber: PT.LDC, 2012.

Luasan (m2)
1221,48
375,94
270,00
3759,50
66,40
397,27
96,00
80,00
77,10
263,40
6607,09

Tata letak rencana pengembangan pabrik PT LDC Indonesia selengkapnya dapat di


lihat pada Gambar 3.1. dan desain masing-masing unit bangunan disajikan pada
Lampiran 1.

c. Sumber Energi
Sumber energi yang akan digunakan untuk operasional pabrik refinery CPO dan
fasilitas penunjang adalah diesel untuk sumber listrik dan batubara untuk pemanasan
boiler.
d. Sumber Air Bersih
Kebutuhan air bersih digunakan untuk keperluan domestik (keperluan karyawan pabrik
dan perkantoran) dan juga keperluan produksi, boiler, bulking dan laboratorium.
Kebutuhan air untuk keperluan domestik (karyawan admkinistrasi dan pabrik
berdasarkan kebutuhan dasar akan air bersih sebesar 120 /orang/hari) (sumber: SNI 037065-2006 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem Plumbing). Sedangkan kebutuhan air
untuk produksi dan keperluan domistik sebesar 1. 037 m3/hari, dan sumber Air bersih
akan diambil dari air tanah dalam.

Gambar 3. 1 Lay Out Pabrik PT LDC Indonesia

Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Dari beberapa rencana kegiatan pembangunan pabrik Refinery CPO dan fasilitas
penunjang akan dibedakan kedalam 4 tahapan rencana kegiatan yang meliputi :
Tahap Pra Konstruksi

Sosialisasi dan Konsultasi Publik

Kegiatan sosialisasi dan konsultasi publik ditujukan untuk menginformasikan


tentang rencana kegiatan pembangunan pabrik Refinery CPO dan fasilitas
pendukungnya serta mendapatkan masukan-masukan dari warga masyarakat di
sekitar lokasi rencana kegiatan proyek. Sosialisasi telah dilaksanakan di Ruang
Pertemuan Kelurahan Way Lunik dengan mengundang perwakilan warga masyarakat
di RT 23 LK II dan tokoh masyarakat dari Kelurahan Way Lunik, Camat Panjang,
Muspika Kecamatan Panjang, dan pihak pemrakarsa PT LDC Indonesia (gambar
3.2). Berita acara konsultasi publik disajikan pada Lampiran 1.

Gambar 3.2. Kegiatan sosialisasi di Media Massa Lampost dan konsultasi


Publik di Ruang Pertemuan Kelurahan Way Lunik
b

Pembebasan Lahan

Tanah merupakan tanah milik Pelindo II (Cabang Panjang) berdasarkan Hak Pengunaan
Lahan (HPL) seluas 14.872 m2. PT. LDC Indonesia mendapatkan hak menggunakan
tanah berdasarkan Perjanjian dengan Pelindo II (Cabang Panjang), dan PT. LDC
memperoleh Hak Guna Bangunan (HGB)
panjang).
Tahap Konstruksi

diatas HPL milik Pelindo II (Cabang

a.

Rekrutmen Tenaga Kerja

Kegiatan rekrutmen tenaga kerja yang berjumlah sebanyak 83 orang terdiri dari tenaga
kerja yang memiliki keahlian (Skill), maupun tenaga kerja kasar (Unskill) yang diambil
dari masyarakat sekitar lokasi rencana kegiatan proyek dan juga tenaga kerja yang
berasal dari luar wilayah studi. Tenaga kerja yang berasal dari luar wilayah studi
diutamakan mereka yang memiliki keahlian dibidangnya, sementara tenaga kerja kasar
dapat direkrut dari tenaga kerja yang berada di sekitar wilayah studi. Jumlah dan
sepesifikasi tenaga kerja disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Jumlah dan sepesikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tahap kontruksi.
JenisPekerjaan Pendidikan
Kuli Bangunan
SD
Welder
SMK
Tukang Listrik
SMK
Tukang Pipa
SMK
Sumber: PT. LDC, 2012.
b.

Jumlah
40
10
8
25

Keterangan
Unskill/terampil
Ahli
Ahli
Ahli

Mobilisasi Peralatan dan Material

Mobilisasi peralatan dan material pada tahap ini, merupakan kegiatan mobilisasi alatalat berat yang dilakukan untuk kegiatan pembangunan pabrik dan mobilisasi material
bahan bangunan berupa pasir, batu bata, besi, batu kapur, dll. Material didatangkan dari
Bandar Lampung dan sekitarnya dan diangkut dengan menggunakan dump truck.
Kapasitas 9 10 m3/rit.
Alat berat dan meterial pabrik didatangkan dari luar kota (Medan dan Jakarta yang
diangkut melalui jalur laut menggunkan dermaga milik PT. ISAB. Jumlah dan
sepesifikasi alat berat dan material yang digunakan disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Jumlah dan sepesikasi alat berat dan material yang dibutuhkan dalam tahap
kontruksi.
AlatKerja
Ekskavator
MesinPancang
Dump Truck
Crane
Mesin Genset
Trafo Las
Tools

Jumlah

Asal
1
1
2
1
1
12
1 lot

Medan
Medan
lokal (Lampung)
lokal (Lampung)
Medan
Medan
Medan

Material
Beton
Besi
TiangPancang
Pipa "- 8"x 6 m
Sumber: PT. LDC, 2012.
c.

Satuan
m3
kg
buah
batang

Jumlah
2.000
10.000
1.200
10.000

Asal
lokal (Lampung)
Medan / Jakarta
Medan, local (Lampung)
Medan

Land Prepairing

Penyiapan lahan / land prepairing dilaksanakan dengan penimbunan dengan tanah,


sehingga didapatkan bentuk bentang lahan/kontur yang diinginkan. Valume urug yang
diperlukan diprakirakan 15.800 m3, material tanah urug didapatkan dari pihak ketiga
yang mempunyai izin penambangan galian C. Alat berat yang digunakan untuk land
prepairing terdiri bulldozer 1 unit, excavator 1 unit, dump truk 3 unit, dan roller 1 unit.
Pengangkutan material urug menggunakan dump truck dengan kapasitas angkut 22
m3/rit.
d.

Pekerjaan Kontruksi Sipil

Setelah lahan siap dilakukan pembangunan fisik atau kontruksi sipil untuk unit
bangunan perkantoran, refinery, power/genset house, water treatment plant (WTP),
waste water treatment plant (WWTP), tangki penimbunan. Secara garis besar volume
masing-masing unit bangunan disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4.

Jenis dan volume Unit Bangunan Rencana Pembangunan Refinery CPO


dan Fasilitas Penunjang.

Process House / Refinery


Jenis Pekerjaan
Fondasi
Piling
Concrete

Satuan

Jumlah

buah
m3

300
1000

Pembuatan Tembok
Pemasangan batu bata
Semen

buah
kg

9.800
8.000

Pemasangan Atap
Seng (8 x 5 m)

buah

1.500

Mekanik dan pipa


Pemasangan mesin
Pemasangan pipa "- 8" x 6 m

buah
batang

Listrik
Pemasangan kabel listrik

67
10
11759

Power/Genset House
Jenis Pekerjaan
Fondasi
Piling
Concrete

Satuan

Jumlah

buah
m3

47
400

Pembuatan tembok
Pemasangan batubata
Semen

buah
kg

10.134
8.772

Pemasangan Atap
Seng (8 x 5 m)

buah

816

Mekanik dan pipa


Pemasangan mesin
Pemasanganpipa "- 8" x 6 m

buah
batang

21
300

Listrik
Pemasangan kabel listrik

13209

WTP (Water Treatment Plant)


Jenis Pekerjaan
Fondasi
Piling
Concrete

Satuan

Jumlah

buah
m3

13
100

Pembuatan Tembok
Pemasangan batu bata
Semen

buah
kg

4.500
1.000

Pemasangan Atap
Seng (8 x 5 m)

buah

72

Mekanik dan pipa


Pemasangan mesin
Pemasanganpipa "- 8" x 6 m

buah
batang

16
53

Listrik

Pemasangan kabel listrik

459

WWTP (Waste Water Treatment Plant)


JenisPekerjaan
Fondasi
Piling
Concrete

Satuan

Jumlah

buah
m3

11
2100

Pembuatan Tembok
Pemasangan batu bata
Semen

buah
kg

1.200
1.000

Pemasangan Atap
Seng (8 x 5 m)

buah

72

Mekanik dan pipa


Pemasangan mesin
Pemasangan pipa "- 8" x 6 m

buah
batang

11
64

Listrik
Pemasangan kabel listrik

480

Tanki Penimbunan
JenisPekerjaan
Fondasi
Piling
Concrete

Satuan

Jumlah

buah
m3

185
3150

Pemasangan Dinding
Plat besi 8 mm (2.4 x 1.2 m)

buah

90

Pemasangan Atap
Plat besi 6 mm (2.4 x 1.2 m)

buah

16

Mekanik dan pipa


Pemasangan mesin
Pemasangan pipa "- 8" x 6 m

buah
batang

4
98

Listrik
Pemasangan kabel listrik
Sumber: PT. LDC, 2012.
Tahap Operasi (Pasca Konstruksi)
a. Penerimaan Tenaga Kerja

350

Setelah selesainya kegiatan konstruksi akan dilakukan pelepasan tenaga kerja pada
tahap konstruksi (83 orang) dan selanjutnya dilakukan kegiatan penerimaan tenaga kerja
untuk tahap operasi yang disikapi oleh warga masyarakat di sekitar wilayah studi
sebagai terbukanya kesempatan kerja dalam waktu yang sangat lama ( 20 tahun). Pada
tahap ini jumlah tenaga kerja kasar (Unskill) yang dibutuhkan tidak sebanyak jumlah
tenaga kerja pada tahap konstruksi, namun tidak menutup kemungkinan tenaga kerja
pada tahap konstruksi dapat juga tetap direkrut sebagai tenaga kerja tahap operasi
selama yang bersangkutan mampu mempertahankan prestasi kerjanya dan memenuhi
syarat kebutuhan tenaga kerja pada tahap operasi.
Sistim penerimaan tenaga kerja pada tahap operasi tentunya akan sangat berbeda
dengan sistim penerimaan pada tahap konstruksi. Untuk itu unsur keterbukaan dan
transparan dalam penerimaan tenaga kerja pada tahap operasi sangat dibutuhkan agar
tidak menimbulkan kecemburuan sosial yang berujung pada terjadinya keresahan sosial.
Kebutuhan tenaga kerja pada tahap operasi akan sangat didominasi oleh tenaga kerja
yang memiliki kualifikasi tertentu yang sesuai dengan jumlah dan jenis pekerjaan yang
akan ditanganinya. Jumlah dan spesifikasi tenaga kerja untuk operasional Pabrik
Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Jumlah, spesifikasi dan kualisasi tenaga kerja operasional


Jumlah
Kantor/administras
i

Pabrik

K3L

Satpam

JenisPekerjaan

Pendidikan

Keterangan

Operasionalisasi Pabrik

Operasional pabrik berupa pengoperasian refinery CPO yaitu memproses crude plam oil
(CPO) yang didatangkan dari pabrik sawit, untuk diolah lebih lanjut menjadi minyak
goreng siap konsumsi.

CPO didatangkan dari wilayah Lampung dan sekitarnya yang

diangkut menggunakan angkutan laut dan darat. Kapasitas pabrik refinery


MT/hari,

1.800

disamping bahan utama CPO, untuk operasional pabrik juga menggunakan

bahan tambahan seperti, bahan kimia (phosphoric acid, citric acid, dan bleaching earth)
dan air, serta solar dan batubara untuk sumber energi. Secara lengkap bahan baku dan
bahan tambahan dalam proses produksi disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Bahan baku dan bahan tambahan proses produksi refinery CPO
Number

Item
Plant Capacity

Consumption
(MT/Day)
1800

Consumption
(MT/ Month)
54000

1800

54000

1701
85.08
1360.8
340.2

51030
2552.4
40824
10206

23.76
1.43
0.12

712.8
42.84
3.6

20
16
30
12
24
24

600
478
900
360
720
720

1037

31104

A. Raw Material

CPO
B. Product

2
3
4
5

RBDPO
PFAD
RBDOLEIN
RBDSTearin
C. Chemical Consumables

1
2
3

Bleaching Earth
Phosporid Acid
Citrid Acid
D. Water Balance

1
2
3
4
5
6

Refinery
Fractionation
Boiler
Laboratorium
Office
Dormitory
E. Water Source

1
Deep Well
Sumber: PT. LDC, 2012.
Bahan Bakar

Operasional pabrik refeniry CPO dan fasilitas penunjang menggunakan energi dari
diesel untuk generator pembangkit listrik dan batubara untuk pemanasan boiler.

Kebutuhan bahan bakar, dan sistem pengangkutan dan tempat penyimpanan disajikan
masing-masing pada Tabel 3.7, dan Tabel 3.8.
Tabel 3.7. Kebutuhan Bahan Bakar untuk Produksi
No

Item

Konsumsi
(MT/Day)

1
2

Diesel
Batubara

7,43
73,5

Konsumsi
(MT/
Month)
223
2204

Tempat
Penimbunan

Volume
(MT)

Storage tank
Gudang

300
2.000

Tabel 3.8. Sistem Pengangkutan Bahan Bakar untuk Produksi


No
1
2
3
4
5

Alat berat
Excavator
Dumtruk
Hopper
Loader
Kapal diesel

Jumlah (unit)
1
2
2
1
1

Remark
Batubara
Batubara
Batubara
Batubara
Minyak diesel

Pemipaan Hasil Produksi.


Minyak hasil penyulingan dari pabrik refinery disimpan dalam tangki timbun, yang
disalurkan melalui pipa penghubung. Pengamanan sistem pemipaan digunakan secara
interlock. Jikalau ada terjadi kebocoran pada pipa, maka akan ada bunyi alarm atau
mesin akan mati sendirinya.
Sistem Tanggap Darurat
Sistem tanggap darurat merupakan sistem yang tidak terpisahkan dari operasional
produksi refinery CPO. Sistem tanggap darurat bertujuan :
1. Menghindari kekacauan dan kesimpangsiuran pada saat penanggulangan
keadaan darurat/emergency, sehingga penanggulangannya dapat dilakukan
secara tepat.
2. Kemandirian, dimana lokasi dan kondisi perusahaan jauh dari pusat bantuan
pemerintah.
Personil tanggap darurat disajikan dalam tabel 3.9
Tabel 3.9. Personil Tanggap Darurat
No
Team Tanggap Darurat
1.
Team Emergency & Safety
2.
Team Rescue
3.
Team First Aider
4.
Team Shut - Off

Jumlah Orang
50
10
13
10

5.
Team Security / Crowd Control
6.
Team Finance
7.
Team Logistic
8.
Team GA
9.
Team Komunikasi& Public Relation
10.
Team HR / Stand By
11.
Team Environment
12.
Team AlatBerat
Sumber: PT.LDC, 2012

13
2
4
6
2
3
2
2

Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah cair dilakukan dengan pengoperasian waste water treatment plant
(WWTP) dan desain WWTP disajikan pada Lampiran 2. Operasional WWTP bertujuan
untuk mengolah limbah cair sehingga memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu
Peraturan Gubernur No.7 tahun 2010 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau
kegiatan di Provinsi Lampung. Limbah cair yang dihasilkan 1,3 MT/day.
Pengelolaan limbah padat berasal dari aktivitas perkantoran dan karyawan pabrik.
Limbah padat/domestik yang dihasilkan 36 MT/day, pengelolaan sampah ditempatkan
di Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS), dan berkoordinasi dengan
Bekerjasama dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung dalam
pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Pengelolaan limbah B3
Limbah B3 yang dihasilkan berupa minyak pelumas bekas dan sisa pembakaran batu
bara yaitu bottom ash dan fly ash.
Pengoperasian boiler menggunakan bahan bakar batubara akan menghasilkan limbah
padat yang berupa fly ash dan battom ash, keduanya dibedakan berdasarkan ukuran
butiran. Fly ash/bottom ash yang dihasilkan oleh fluidized bed system berukuran 100200 mesh (1 mesh = 1 lubang/inch2). Ukuran ini relatif kecil dan ringan, sedangkan
bottom ash berukuran 20-50 mesh. Fly ash dengan ukuran yang relatif kecil, akan
terbuang melalui cerobong terdispresi bersamaan dengan gas buang lain (NOx dan SOx)
ke lingkungan. Penyebaran fly ash ke lingkungan ditentukan oleh arah dan kecepatan
angin, apabila fly ash jatuh ke lingkungan akan menimbulkan berbagai masalah
lingkungan.
Limbah padat berupa fly ash dan battom ash digolongkan sebagai limbah B3, sehingga
fasilitas penimbunan abu pada dasarnya akan mengikuti ketentuan yang berlaku, dalam
arti sesuai dengan tata cara pembuatan tempat penimbunan sementara abu batubara
sesuai Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor Kep.01/BAPEDAL/09/1995 dan Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup No 18 Tahun 2009 untuk memperoleh ijin penyimpanan


sementara limbah B3.
Pengelolaan fly ash dan bottom ash atau kedua disebut coal ash. Prakiraan abu batubara
(coal ash) dihitung berdasarkan rasio kebutuhan batubara dengan abu batubara baik
bottom ash atau fly ash berkisar 5 % (Studi Kelayakan PLTU Lampung, 2X100 MW,
2007). Sehinga total abu batubara yang dihasilkan 0,05 X 73,5 MT/day = 3,67 MT/day.
Pengelolaan battom ash dan fly ash ditempatkan pada tempat penimbunan sementara yang
berupa kantong/bag jumbo sebanyak 400 bag dengan total kapasitas 330 M 3. Selanjutnya
bekerjasama dengan pihak lain untuk pemanfaat bottom ash dan fly ash seperti pabrik semen
atau pemanfaatan lain.

Pengelolaan minyak pelumas bekas dengan membuat tempat penampungan sementara


yang berupa baby tank sebanyak 3 unit dengan kapasitas 3 M3, selanjutnya bekerjasama
dengan perusahan pengolahan minyak pelumas bekas yang telah mempunyai izin dari KLH.
Volume minyak pelumas bekas yang dihasilkan 1,8 MT/day.

Tahap Pasca Operasi


a. Pelepasan Tenaga Kerja
Apabila

kegiatan

operasional

pabrik

dinilai

secara

ekonomis

sudah

tidak

menguntungkan lagi atau terjadi kebijakan-kebijakan tertentu yang membuat pabrik ini
tidak beroperasional lagi, maka akan dilakukan pelepasan tenaga kerja secara bertahap.
Kegiatan pelepasan tenaga kerja yang berarti hilangnya kesempatan kerja akan
menciptakan terjadinya peningkatan pengangguran tenaga kerja di sekitar wilayah studi
yang berujung pada terjadinya penurunan tingkat pendapatan masyarakat dan
munculnya keresahan masyarakat.
b. Pembongkaran dan Reklamasi Lahan
Setelah selesainya operasional pabrik refinery CPO dan fasilitas penunjang akan
dilakukan penutupan pabrik atau pemanfaatan lain yang akan ditentukan dan dikaji
lebih lanjut.
Jika dilakukan penutupan pabrik maka akan dilakukan pembongkaran dan reklamasi
lahan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi lahan sebelum diserahkan
kepada pihak yang berwenang dengan berakhirnya masa HGB yang diberikan. Kegiatan

pembongkaran dan reklamasi dilakukan dengan menggunakan alat berat, sehingga akan
menyebabkan dampak terhadap komponen lingkungan udara ambient dan kebisingan.
c. Revegetasi
Setelah pembongkaran dan reklamasi lahan selesai dilanjutkan dengan kegiatan
revegetasi. Pemilihan jenis tanaman untuk kegiatan ini didasarkan pada sifat tananam
yang cepat tumbuh dan berkembang, serta disesuaikan dengan jenis tanaman yang ada
disekitar lokasi kegiatan. Kegiatan revegetasi akan memberikan dampak terhadap
komponen lingkungan lain berupa keindahan/estestika.

3
1

DAMPAK LINGKUNGAN YANG TERJADI


Kegiatan yang Menjadi Sumber Dampak

Kegiatan-kegiatan yang menjadi sumber dampak terhadap komponen

lingkungan,

dibedakan pada setiap tahapan kegiatan:


Pada Tahap Prakonstruksi :
a

Sosialisasi / Konsultasi Publik

Kegiatan sosialisasi dan konsultasi publik akan dapat menciptakan terjadinya perubahan
persepsi masyarakat terhadap perusahaan (proyek). Perubahan persepsi masyarakat dari
positif menjadi negatif dapat disebabkan oleh terjadinya kesimpangsiuran informasi
yang diterima masyarakat sebagai akibat ketidak jelasan informasi yang diterima,
maupun dikarenakan oleh ulah oknum-oknum tertentu yang sengaja mengaburkan
informasi sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap perusahaan.
b

Pembebasan lahan

Lahan yang digunakan kegiatan merupakan lahan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) PT.
Pelindo II (Cabang Panjang). Sehingga PT. LDC mendapatkan Hak Guna Bangunan
(HGB) dari lahan HPL dari PT. Pelindo II (Cabang Panjang). Peralihan hak pengunaan
lahan telah diselesaikan antara kedua belah pihak dan berjalan dengan baik, sehingga
tidak menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan lainnya.
Pada Tahap Konstruksi:
a

Rekrutmen tenaga kerja

Kegiatan rekrutmen tenaga kerja pada tahap konstruksi sebagai sumber dampak
terbukanya kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan oleh sebagian warga masyarakat
untuk mendapat pekerjaan.
b

Land prepairing/pematangan lahan

Kegiatan land prepairing/pematangan lahan yang menjadi sumber dampak adalah


operasional alat berat seperti: bulldozer 1 unit, excavator 1 unit, dump truk 3 unit, dan
roller 1 unit. Pengoperasian alat berat ini akan menjadi sumber dampak terhadap
komponen lingkungan kualitas udara ambient dan kebisingan.

Mobilisasi material

Mobiliasasi material tanah urug yang digunakan untuk pematangan lahan membutuhkan
15.800 m3 jika diangkut dengan dump truck dengan kapasitas angjut 22 m3, maka akan
diangkut material tanah urug sebanyak 718 rit, jika pematangan lahan dilakukan selama
1 bulan atau 30 hari, maka setiap hari akan dilakukan pengangkutan material tanah urug
24 rit. Mobiliasasi material urug ini akan menjadi sumber dampak komponen
lingkungan lalu lintas, kualitas udara, kebisingan dan getaran.
d

Pekerjaan kontruksi pabrik refinery CPO dan fasiltas penunjang

Kontruksi bangunan pabrik CPO dan fasiltas penunjang baik pekerjaan sipil maupun
mekanik menggunakan alat berat. Sehingga operasional alat berat tersebut sebagai
sumber dampak dari komponen lingkungan kualitas udara, kebisingan dan getaran serta
limbah B3 (minyak pelumas bekas dan ceceran BBM).
Pada Tahap Operasi
a. Penerimaan tenaga kerja operasional
Operasasional pabrik akan memerlukan tenaga kerja dalam berbagai bidang misalnya
bidang adminitrasi, operator pabrik, Tanggap darurat, satpam, yang diprakirakan
membutuhkan (165 orang). Kegiatan rekrutmen tenaga kerja ini tentunya akan
menciptakan terbukanya kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan oleh sebagian
warga masyarakat untuk mendapat pekerjaan.
b. Operasionalisasi pabrik

Pengoperasian pabrik refinery CPO dan fasilitas penunjang menjadi sumber dampak
komponen lingkungan kualitas udara dan kualitas air, pembangkitan limbah B3 (minyak
pelumas, bottom ash dan fly ash).
c

Mobilisasi bahan baku (CPO) dan produk jadi

Operasional pabrik refinery CPO dan fasilitas penunjang membutuhkan bahan baku
yang berupa CPO yang akan diangkut lewat jalur laut dan darat. Pengangkutan CPO
melalui jalur darat akan menjadi sumber dampak komponen lingkungan lalu lintas,
kualitas udara ambient dan kebisingan.
Tahap paskaoperasi:
a. Pemutusan Hubungan Tenaga Kerja
Penutupan operasional pabrik refinery CPO dan fasilitas penunjang akan diikuti dengan
pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. Kegiatan ini menjadi sumber dampak
komponnen lingkungan pendapatan masyarakat.
b. Pembongkaran dan reklamasi lahan
Kegiatan pembongkaran dan reklamasi lahan menggunkan alat berat akan menjadi
sumber dampak komponen lingkungan kualitas udara ambient, dan kebisingan
2

Jenis Dampak yang Terjadi

Tahap Prakonstruksi
a

Sosialisasi / Konsultasi Publik

Sosialisasi dan konsultasi publik memberikan dampak berupa :

Perubahan Persepsi masyarakat yang disebabkan oleh tingkat kejelasan pemberian


informasi dan juga tingkat kemampuan masyarakat menerima informasi terhadap
rencana kegiatan pembangunan.

Keresahan masyarakat sebagai dampak turunan dari dampak perubahan persepsi


masyarakat terhadap rencana kegiatan pembangunan. Keresahan ini akan memiliki
potensi mengganggu jalannya kegiatan pembangunan bahkan jika tidak dikelola
dengan baik akan dapat menggagalkan rencana kegiatan pembangunan.

Tahap Konstruksi

a. Rekrutmen Tenaga Kerja


Rekrutmen tenaga kerja memberikan dampak berupa :

Peningkatan kesempatan kerja bagi penduduk sekitar terutama yang mempunyai


keterampilan atau diterima sebagai pekerja (dampak positif)

Kecemburuan sosial sebagai dampak turunan dari dampak kesempatan kerja, bagi
masyarakat yang tidak diterima sebagai pekerja.

b. Land Prepairing/ Pematangan Lahan


Pada kegiatan land prepairing dilakukan sistem penimbunan menggunakan bulldozer
atau excavator, kemudian tanah dari dump truck dituang dan diratakan dengan
excavator dan bulldozer.
Dampak yang terjadi akibat operasional alat berat pada kegiatan land preapiring adalah:

Peningkatan konsentrasi kimia kualitas udara ambient (COx, SOx, COx, dan HC).

Peningkatan kadar debu (PM10) akibat lapisan tanah urug yang tertiup angin

Peningkatan tingkat kebisingan

Dampak turunan dari dampak-dampak tersebut adalah keresahan masyarakat

c. Mobilisasi Material
Pada kegiatan mobilisasi material tanah urug sebanyak 718 rit, dampak yang mungkin
terjadi adalah :

Peningkatan konsentrasi kimia kualitas udara ambient (COx, SOx, COx, dan HC)

Peningkatan kadar debu (PM10) akibat lapisan tanah urug yang tertiup angin

Peningkatan tingkat kebisingan dan getaran

Kerusakan jalan akibat muatan yang melebihi kemampuan jalan dan ceceran tanah
dari lokasi kegiatan (Jalan Soekarno-Hatta).

Peningkatan pembangkitan lalu-lintas

Turunan dari dampak-dampak tersebut adalah keresahan masyarakat.

d. Pekerjaan kontruksi pabrik Refinery CPO dan fasiltas penunjang


Kontruksi bangunan pabrik CPO dan fasiltas penunjang baik pekerjaan sipil maupun
mekanik menggunakan alat berat, sehingga dampak yang mungkin terjadi adalah:

Peningkatan konsentrasi kimia kualitas udara ambient (COx, SOx, COx, dan HC).

Peningkatan tingkat kebisingan dan getaran.

Timbulnya limbah B3 (minyak pelumas bekas) dan limbah padat (sampah/limbah


domestik).

Turunan dari dampak-dampak tersebut adalah keresahan masyarakat.

Tahap Operasi (Pascakonstruksi):


Kegiatan operasional pabrik menimbulkan dampak berupa:
a. Penerimaan tenaga kerja akan memberikan dampak berupa:

Terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakat, yang berdampak ikutan berupa


peningkatan pendapatan masyarakat.

Kecemburuan sosial akan terjadi dikarenakan jumlah yang dibutuhkan beserta


kualifikasinya tidak dapat dipenuhi oleh tenaga kerja sekitar proyek

b. Operasional Pabrik Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang

Penurunan kualitas udara ambient (peningkatan kadar kebauan)

Peningkatan tingkat kebisingan

Peningkatan limbah padat (limbah domestik)

c. Mobilisasi Bahan Baku (CPO dan Kernel Palm)

Peningkatan konsentrasi kimia kualitas udara ambient (COx, SOx, COx, dan HC).

Peningkatan tingkat kebisingan dan getaran.

d. Operasional Waste Water Treatment Plant (WWTP)


Operasional WWTP merupakan unit kegiatan yang tidak terpisahkan dari proses
produksi, jika WWTP tidak berjalan efektif akan menyebabkan dampak berupa:

Penurunan kualitas badan air selokan/sungai penerima out let dari WWTP.

Paskaoperasional
a. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Berakhirnya produksi pabrik akan diikuti dengan penutupan operasional pabrik yang
diikuti dengan pemutusan hubungan kerja dengan karyawan yang berdampak:

Hilangnya pekerjaan bagi masyarakat sekitar yang diterima sebagai karyawan

Hilangnya kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitar yang berusaha untuk


kebutuhan karyawan.

Ukuran Dampak

Ukuran dampak yang merupakan besaran/kuantitas dampak yang diperkirakan akan


muncul adalah sebagai berikut :
Tahap Prakonstruksi
a. Sosialisasi dan Konsultasi Publik

Perubahan Persepsi masyarakat akan dapat terjadi kepada sekitar 20 KK atau sekitar
80 jiwa di RT 23 LK II Kelurahan Way Lunik, yang disebabkan oleh tingkat
kejelasan pemberian informasi dan juga tingkat kemampuan masyarakat menerima
informasi terhadap rencana kegiatan pembangunan dapat diukur dari banyaknya
masyarakat yang paham dan mengerti akan rencana kegiatan. Sehingga masyarakat
akan mengambil sikap yang berupa presepsi postip atau presepsi negatip terhadap
rencana kegiatan tersebut. Presepsi negatip akan diwujudkan dalam bentuk
mengutarakan sikap baik secara terbuka dengan demo atau secara tertutup dengan
pembicaraan di warung-warung atau tempat berkumpulan lain di sekitar lokasi
kegiatan.

Tahap Konstruksi
a. Rekrutmen Tenaga Kerja
Pada rekrutmen tenaga kerja besaran dampak diperkirakan :

Peningkatan kesempatan kerja bagi penduduk sekitar terutama yang mempunyai


keterampilan sebagai tukang sebanyak 83 orang tenaga kerja kasar dan yang
memiliki ketrampilan tertentu . Pada kegiatan ini juga akan memberika peluang
terbukanya peluang usaha ( 20 orang) yang secara tidak langsung seperti pedagang
bahan bangunan, penjual makanan, dan sebagainya dapat menerima mafaat adanya
kegiatan pembangunan ini.

Kecemburuan sosial yang akhirnya akan menimbulkan keresahan masyarakat


sebanyak 20 KK, apabila tidak mengutamakan masyarakat sekitar dalam rekrutmen
pekerja. Pekerja diperkirakan meliputi masyarakat sekitar proyek di wilayah
Kelurahan Rajabasa dan sekitarnya.

b. Land Prepairing/pematangan lahan


Tolok ukur dampak sebagai berikut:

Tingkat kebisingan akibat operasional alat berat > 55 dBA untuk pemukiman
(Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor Kep-48/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan)

Konsentrasi debu (TSP) akibat lapisan tanah yang tertiup angin sebesar > 230
g/Nm3 (PP 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara)

Konsentrasi TSS > 50 mg/L akibat masuknya partikel tanah pada selokan /sungai
(Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air).

Keresahan masyarakat Kelurahan Way Lunik dan sekitarnya sebagai turunan


dampak-dampak tersebut di atas.

c. Mobilisasi Material Urug

Konsentrasi kimia kualitas udara ambient (COx, SOx, COx, HC dan PM 10, menurut
PP 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara)

Tingkat kebisingan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor Kep48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

Tingkat Getaran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep49/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran

Kerusakan jalan akibat muatan yang melebihi kemampuan jalan dan ceceran tanah
dari lokasi kegiatan (Jalan Soekarno-Hatta).

Peningkatan lalu lintas terutama pada ruas jalan masuk ke lokasi kegiatan

Turunan dari dampak-dampak tersebut adalah keresahan masyarakat sekitar lokasi


proyek.

b. Pekerjaan kontruksi pabrik refinery CPO dan fasiltas penunjang


Tolok ukur dampak meliputi:

Konsentrasi kimia kualitas udara ambient (COx, SOx, COx, HC dan PM 10, menurut
PP 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara)

Tingkat kebisingan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor Kep48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

Tingkat Getaran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep49/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran

Limbah B3 (minyak pelumas bekas) dan limbah padat (sampah/limbah domestik).

Turunan dari dampak-dampak tersebut adalah keresahan masyarakat.

Tahap Operasi (Pasca Konstruksi):


Tolok ukur dampak dari kegiatan operasional pabrik berupa :
a. Penerimaan tenaga kerja
Jumlah masyarakat sekitar yang diterima sebagai pekerja minimal 30% atau sama

dengan 24 orang dari 83 orang yang dibutuhkan.


Jumlah usaha perekonomian lain di sekitar lokasi kegiatan sekitar 20 KK.

b. Operasional Pabrik Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang


Konsentrasi kebauan udara ambient menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor Kep-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan


Tingkat kebisingan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor Kep-

48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan


Limbah B3 (minyak pelumas bekas) dan bottom ash dan fly ash dan limbah padat

(sampah/limbah domestik).
c. Mobilisasi Bahan Baku (CPO)
Konsentrasi kimia kualitas udara ambient (COx, SOx, COx, HC dan PM 10, menurut

PP 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara)


Tingkat kebisingan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor Kep-

48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan


Tingkat Getaran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-

49/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran


d. Operasional Waste Water Treatment Plant (WWTP)

Konsentrasi kimia air (BOD5, COD, H2S, minyak dan lemak, Nitrogen total
(sebagai N), dan pH) pada saluran out let dari WWTP menurut Peraturan Gubernur
Lampung No. 7 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan di Provinsi Lampung.

Paskaoperasi
a. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Tolok ukur dampak:

Jumlah pekerja yang di PHK terutama masyarakat sekitar sebagai karyawan sekitar
165 orang tenaga kerja.

Jumlah kesempatan usaha yang tutup/hilang yang diusahakan bagi masyarakat


sekitar yang berusaha untuk kebutuhan karyawan sekitar 20 KK.

Ringkasan dampak lingkungan yang akan terjadi dalam kegiatan pembangunan


perumahan dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Matriks Ringkasan Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi
SUMBER
DAMPAK

JENIS
DAMPAK

BESARAN
DAMPAK

Tahap Prakonstruksi
Sosialisasi dan - Perubahan persepsi
Konsultasi
masyarakat
Publik
Tahap Konstruksi
Rekrutmen
Tenaga
Kerja

Mobilisasi
Material
Urugan

20 KK

Peningkatan kesempatan kerja Peningkatan peluang


berusahan
Kecemburuan sosial
Keresahan masyarakat
-

83 orang

Peningkatan
Kosentrasi kimia udara
ambient

Peningkatan
debu di udara

Kebisingan
Peningkatan

Kerusakan

lalu lintas
jalan
Pekerjaan
kontruksi
pabrik refinery
CPO
dan
fasiltas
penunjang
-

Jumlah usaha
Jumlah
masyarakat yang demo/ujuk
rasa
NOx > 400g/Nm3
SOx > 900g/Nm3
COx > 30000g/Nm3
HC > 160g/Nm3
TSP > 230 g/Nm
> 55 dBA
(pemukinan) & 70 dBA
(industri)
< 1800
SMP/jam
Kondisi jalan
(pintu masuk lokasi)
Jumlah
masyarakat

Keresahan
masyarakat
Peningkatan Kosentrasi kimia - NOx> 400g/Nm3
udara ambient
SOx > 900g/Nm3
- COx > 30000g/Nm3
- HC > 160g/Nm3
Peningkatan
- TSP > 230 g/ Nm3
debu di udara
- 55 dBA
Kebisingan
- 50 mg/l
Peningkatan TSS
Peningkatan - <100m (KepmenLH 49 th 1996)
- Timbunan di Tempat
Getaran
Penyimpanan sementara limbah
B3 dan limbah domestik
Peningkatan
- Jumlah masyarakat yang protes.
limbah B3 dan limbah
domestik
Keresahan masyarakat

KET.

SUMBER
DAMPAK

JENIS
DAMPAK

BESARAN
DAMPAK

Tahap Pascakonstruksi (operasi)


Penerimaan
tenaga kerja
operasional

Peningkatan kesempatan kerja. -

Sekitar 165 orang

Peningkatan peluang berusaha -

Sekitar 30 KK

Operasional
Pabrik Refinery
CPO dan
Fasilitas
Penunjang

- Peningkatan konsentrasi
kebauan udara ambient
menurut Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup
Nomor Kep50/MENLH/11/1996
- Peningkatan kebisingan

NH3 > 0,02g / Nm3


H2S > 2,0 g / Nm3

> 55 dBA (pemukiman


terdekat)
>
70
dBA
(kawasan pabrik).

Peningkatan Kosentrasi kimia


udara ambient
Peningkatan
limbah B3 dan limbah
domestik

Mobilisasi
Bahan Baku
(CPO dan bahan
tambahan)

Peningkatan
Kosentrasi kimia udara
ambient

Peningkatan
debu di udara

Kebisingan

Peningkatan
lalu lintas

Kerusakan
jalan

Pengambilan airtanah dalam


Operasional
Waste
Water
Treatment Plant
(WWTP)

Keresahan
masyarakat
Penurunan muka air tanah
dangkal

- NOx > 400g/Nm3


SOx > 900g/Nm3
COx > 30000g/Nm3
HC > 160g/Nm3
TSP > 230 g/Nm
Timbunan di
Tempat Penyimpanan sementara
limbah B3 dan limbah domestik
NOx
>
400g/Nm3
SOx
>
900g/Nm3
COx
>
30000g/Nm3
HC > 160g/Nm3
TSP > 230 g/Nm
> 55 dBA
< 1800 SMP/jam
Kondisi jalan
(pintu masuk lokasi)
Jumlah
masyarakat yang protes.

Penurunan muka air sumur


penduduk

Peningkatan konsentrasi kimia air pada out let WWTP


-

BO5 > 100 mg/l


COD > 350
mg/l

Tahap Pascaoperasi

TSS > 250 mg/l


Nitrogen total
(sbg N)> 50 mg/l
pH 6,0-9,0
(Per Gub Lampung No. 7
Tahun 2010)

KET.

SUMBER
DAMPAK

JENIS
DAMPAK

Pemutusan
Hubungan
Kerja
(PHK)
Karyawan

4
1

BESARAN
DAMPAK

Kehilangan kesempatan kerja


Kehiliangan kesempatan
berusaha

Sekitar 30-50 KK

Sekitar 30-50 KK

KET.

PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN


HIDUP
Program Pengelolaan Lingkungan Hidup

Program-program yang akan dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi atau


mengelola dampak yang timbul dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8 Matriks Program Pengelolaan Lingkungan Hidup
JENIS
DAMPAK

UPAYA PENGELOLAAN

KETERANGAN

Tahap Prakontruksi
Presepsi negatip
masyarakat
Tahap Kontruksi
1 Peningkatan peluang
kerja dan usaha

2 Peningkatan lalu-lintas
dan kerusakan jalan

3 Penurunan Kualitas
Udara dan
Peningkatan
Kebisingan dan

Memberikan sosialisasi kepada masyarakat secara bertahap oleh pemrakarsa.


- Perekrutan tenaga kerja dilakukan secara
transparan dan melibatkan aperat desa
setempat.
- Memperioritaskan tenaga kerja masyarakat
sekitar selama memenui spesifikasi dan
kualifikasi yang diprasyaratkan perusahaan.
- Program CSR diarahkan dalam pembinaan
perekonomian masyarakat sekitar.
- Mengoperasikan dump truk yang masih layak
jalan sesuai dengan SOP.
- Menempatkan petugas pengatur lalu lintas
pada lokasi rawan kemacetan terutama
pintu masuk lokasi kegiatan.
- Mengatur waktu mobilisasi matreial/bahan
bukan pada jam puncak lalu lintas.
- Membatasi muatan sesuai kelas jalan.
- Membersihkan ban sebelum meninggalkan
lokasi proyek
- Bertanggung jawab mengembalikan kondisi
jalan seperti semula bekerja sama dengan
intansi terkait (Dinas Pekerjaan Umum)
- Mengoperasikan alat berat yang
layak/memenuhi baku tingkat emisi dan
kebisingan.
- Menutup dump truk dengan terpal.

Warga sekitar lokasi


kegiatan

JENIS
DAMPAK
getaran

UPAYA PENGELOLAAN
- Membatasi jam kerja / tidak bekerja dalam
jam-jam istirahat (ibadah).
- Melakukan penyiraman air pada lokasi
sumber debu.
- Membatasi kecepatan kendaraan maks. 50
km/jam.
- Segera menanami lahan yang tidak terbangun
dengan tanaman penghijauan dan land
cover crop.

4 Penurunan Kualitas dan - Pembuatan drainase yang dilengkapi dengan


Kuantitas Air
peredam kecepatan alir.
Permukaan
- Penjadualan land prepairing dan kontruksi
pada musim kemarau.
- Pengambilan air tanah dalam .
5 Peningkatan Sampah
- Menyediakan TPS sampah dengan jumlah
Domestik
yang memadai.
- Bekerjasama dengan Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Bandar Lampung dalam
pengangkutan sampah.
- Mengaktifkan SOKLI.
6 Peningkatan limbah B3 - Menyediakan TPS minyak pelumas bekas
(minyak pelumas
sesuai dengan persyaratan yang telah
bekas)
ditentukan dalam Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan RI
Nomor 255 tahun 1996 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Penyimpanan Dan
Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.
- Bekerjasama dengan perusahan pengolahan
limbah B3 (minyak pelumas bekas) yang
mempunyai izin dari KLH.
Tahap Operasional
1. Peningkatan peluang
kerja dan usaha.

2.

- Perekrutan tenaga kerja dilakukan secara


transparan dan melibatkan aperat desa
setempat.
- Memperioritaskan tenaga kerja masyarakat
sekitar selama memenui spesifikasi dan
kualifikasi yang diprasyaratkan perusahaan
- Program CSR diarahkan dalam pembinaan
perekonomian masyarakat sekitar.
Peningkatan Lalu- Mengoperasikan dump truck yang masih
lintas dan kerusakan
layak jalan sesuai dengan SOP.
jalan
- Menempatkan petugas pengatur lalu lintas
pada lokasi rawan kemacetan terutama
pintu masuk lokasi kegiatan.
- Mengatur waktu mobilisasi matreial/bahan
bukan pada jam puncak lalu lintas.
- Membatasi muatan sesuai kelas jalan.

KETERANGAN

JENIS
UPAYA PENGELOLAAN
DAMPAK
3. Penurunan Kualitas
- Membatasi jam kerja / tidak bekerja dalam
Udara (Kebauhan) dan
jam-jam istirahat (ibadah).
Peningkatan
- Melakukan penyiraman air pada lokasi
Kebisingan
sumber debu.
- Membatasi kecepatan kendaraan maks. 50
km/jam.
- Pemasangan alat penghisap udara pada unit
kerja penghasil bau.
- Penanaman pohon sebagai penghalang dan
penyerap bau.
4.

Penurunan Kualitas
Permukaan
5. Penurunan muka air
tanah
6. Peningkatan Sampah
Domestik

7. Peningkatan limbah B3
(minyak pelumas
bekas)

- Pengoperasian WWTP secara optimal.


- Pengambilan air menggunakan sumur dalam
- Menyediakan TPS sampah dengan jumlah
yang memadai.
- Bekerjasama dengan Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Bandar Lampung dalam
pengangkutan sampah.
- Mengaktifkan SOKLI.
- Menyediakan TPS minyak pelumas bekas
sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan dalam Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan RI
Nomor 255 tahun 1996 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Penyimpanan Dan
Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.
- Bekerjasama dengan perusahan pengolahan
limbah B3 (minyak pelumas bekas) yang
mempunyai izin dari KLH.

8.

Peningkatan Bottom - Mengoptimalisasi tempat penampungan


ash dan fly ash
bottom ash dan fly ash yang sudah tersedia
sesuai dengan Keputusan Kepala
BAPEDAL Nomor Kep.01/BAPEDAL /
09/1995 dan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No 18 Tahun 2009 untuk
memperoleh ijin penyimpanan sementara
limbah B3.
- Bekerjasama dengan perusahan yang
memanfaatkan fly ash (pabrik semen) dan
pemanfaatan lain untuk bottom ash
Tahap Pascaoperasi
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Karyawan

Mengacu pada
tenaga kerja yang berlaku

Program Pemantauan Lingkungan Hidup

peraturan

KETERANGAN

Programprogram yang akan dilaksanakan dalam rangka pemantauan terhadap dampak


yang akan terjadi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8 Matriks Program Pemantauan Lingkungan Hidup
JENIS
DAMPAK

TOLOK UKUR
DAMPAK

Tahap Prakontruksi
1 Keresahan
Tidak terjadi
Masyarakat.
keresahan/ protes
masyarakat.
Tahap Kontruksi
1. Peningkatan
peluang kerja
dan usaha.

LOKASI
PEMANTAUAN

RT 23 Kel. Way
Lunik dan sekitarnya.

Observasi,
wawancara, enam
bulan sekali.

RT 23 Kel. Way
Lunik dan sekitarnya.

Observasi,
wawancara, enam
bulan sekali.

Sepanjang jalur
transportasi material
(terutama pintu masuk
lokasi kegiatan).
Sepanjang jalur
transportasi material,
dan lokasi
pemukiman pada
jalan masuk lokasi.

Visual, setiap hari.

Jumlah masyarakat
lokal yang diterima
sebagai tenaga kerja
saat kontruksi.

2 Peningkatan lalulintas dan


kerusakan jalan.

Tidak terjadi
kemacetan dan
kerusakan jalan.

3 Penurunan Kualitas
Udara,

Debu.
Peningkatan
kebisingan dan
getaran.

DASAR HUKUM

NO
x=4
00
g/N
m3
SOx
=
900
g/
Nm3
CO
x=3
000
0g/
N
HC
=16
0g/
Nm3
TSP
=
230
g/
Nm
55
dB
A
(pe
muk
ima
n)
70
dB
A
(ind
ustr
i)
100
m

PP 41/1999

KepMenLH
48/MENLH/11/199
6.
KepmenLH 49 th
1996.

CARA DAN
PERIODE
PEMANTAUAN

Pengukuran kualitas
udara setiap 6 bulan
sekali.

JENIS
DAMPAK

TOLOK UKUR
DAMPAK

Tahap Operasional
1. Peningkatan
kesempatan
kerja dan
peluang usaha.

DASAR HUKUM

Jumlah tenaga kerja


dari masyarakat
sekitar
Jumlah peluang
usaha.
Terjadinya penurunan
muka air.

2. Penurunan
Kuantitas Air
Tanah.
4 Penurunan Kualitas
Selokan Induk.

TSS, TDS, pH,


BOD,COD, MBAS,
Cl2 bebas, Total P,
Nitrat, Nitrit, Cr 6+,
Florida, M&L, Fecal
Coli, Total Coli
(sesuai kelas air).
5 Penurunan kualitas
- NH3 = 0,02g /
udara
Nm3
(kebauhan)
- H2S = 2,0 g / Nm3
- NOx = 400g/Nm3
SOx =900g/Nm3
- COx=30000 g/Nm3
HC > 160g/Nm3
T
SP > 230 g/ Nm3
Kebisingan
Getaran
6

Peningkatan lalu
lintas.

8 Peningkatan
kualitas dan
kuantitas air
limbah

Visual, setiap bulan

Sumur sekitar.

Visual, setiap bulan.

Selokan induk sebelah


hilir dan hulu lokasi
proyek.

Pengukuran kualitas
air setiap 6 bulan
sekali.

Perkampungan
sekitar.

Pengukuran kualitas
udara setaip 6 bulan
sekali.

Jalan Soekarno-Hatta
terutama di depan
lokasi.
Lokasi TPS.

Visual, setiap hari.

Per Gub Lampung


No. 7 Tahun 2010

WWTP

Pengukuran kualitas
air limbah setiap
bulan dan dilaporkan
setiap 3 bulan sekali

Keputusan Kepala
Badan Pengendalian
Dampak
Lingkungan RI
Nomor 255 tahun

TPS minyak pelumas


bekas.

Visual, setiap 3 bulan.

PP 82/2001.

Kep50/MENLH/
11/1996.

KepmenLH 48 th
1996.
KepmenLH 49 th
1996.

> 55 dBA
<100m

Jumlah sampah yang


tertangani dan
ada/tidaknya sampah
berceceran.

B
O5 =100 mg/l

OD = 350 mg/l
-

CARA DAN
PERIODE
PEMANTAUAN

Perkampungan sekitar
lokasi

1500 smp/jam.

7 Peningkatan
Sampah
Domestik.

LOKASI
PEMANTAUAN

Visual, setiap hari.

T
SS = 250 mg/l

Peningkatan
limbah B3
(minyak
pelumas bekas).

N
itrogen total (sbg
N)= 50 mg/l
p
H 6,0-9,0
-Debit limbah 2,5
M3 /ton produk
minyak sawit (CPO)
Jumlah limbah B3
(minyak pelumas
bekas) di TPS.

JENIS
DAMPAK

10

Bottom Ash dan


fly ash

Tahap Paskaoperasi
Pemutusan
Hubungan
Kerja
(PHK) Karyawan

TOLOK UKUR
DAMPAK

Tolok ukur dampak


kegiatan
terhadap
terhadap limbah abu
batubara
adalah
dipatuhinya tata cara
dan
persyaratan
dalam penyimpanan
sementara
abu
batubara. Serta usaha
pemanfaatan
abu
batubara setelah 90
hari
dalam
penyimpanan
sementara
sebagai
bahan
tambahan
untuk kegiatan lain
oleh pihak ketiga
baik industri atau
masyarakat,
yang
mempunyai
ijin
pemanfaatan
Jumlah tenaga kerja
yang di PHK

DASAR HUKUM

1996.
Kep.Bapedal no
1/Bapedal/9/1995,
no 4/Bapedal/9/
1995 dan Permen
LH no 18 tahun
2009

LOKASI
PEMANTAUAN

CARA DAN
PERIODE
PEMANTAUAN

TPS bottom ash dan


fly ash

Visual, setiap 3 bulan

Warga di
perkampungan sekitar
lokasi

Visual, setiap 3 bulan.

BAB 1V
PELAPO
RAN
Pelaporan pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL/UPL) akan disampaikan kepada BPPLH Kota Bandar
Lampung dan instansi terkait lain yang dianggap perlu setiap enam bulan sekali pada
bulan Juni dan Desember tahun berjalan, yang berisi antara lain :
1

Ringkasan UKL dan UPL yang berisi : identitas pemrakarsa, rencana


usaha/kegiatan, dampak yang terjadi, program pengelolaan dan pemantauan
lingkungan.

Pelaksanaan UKL dan UPL.

Evaluasi pelaksanaan UKL dan UPL berisi : evaluasi terhadap

dampak yang

terjadi, pelaksanaan program pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

Lampiran berupa kompilasi data-data laboratorium, foto-foto, dan lain-lain.

BAB V
PERNYATAAN
PELAKSANAAN
Berdasarkan dokumen UKL/UPL yang kami ajukan, dengan ini kami menyatakan:
1

Data dan informasi yang kami sajikan dalam dokumen UKL/UPL ini adalah data
yang benar dan valid.

2Kami akan melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup


dengan sebaik-baiknya sesuai dengan dokumen UKL/UPL yang telah kami
sampaikan.
3Kami bersedia untuk dipantau dampak dari usaha/kegiatan kami dan akan
membantu petugas yang memiliki surat perintah tugas dari pejabat yang

berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk


melaksanakan tugasnya.
4Apabila kami lalai untuk melaksanakan UKL/UPL yang telah kami sampaikan
dan/atau usaha/kegiatan kami mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup, maka kami bersedia untuk menghentikan operasional
usaha/kegiatan kami dan bertanggung jawab serta bersedia untuk ditindak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5Kami bersedia untuk memperbaharui dokumen UKL/UPL ini bila terjadi setiap
perubahan dalam usaha/kegiatan kami (kapasitas, proses, lokasi, dan
sebagainya) atau setiap tiga tahun sekali sejak dokumen UKL/UPL kami ajukan
pertama kali.
Bandar Lampung, Maret 2013
Penanggungjawab Kegiatan,

Sanjay Joneja
Presiden Direktur

Вам также может понравиться