Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEND
AHUL
UAN
1
LATAR BELAKANG
2013
Surat
dan
diharapkan
dengan
adanya
UKL/UPL
ini
dapat
menjadi
DASAR HUKUM
Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan dokumen UKL dan UPL ini adalah
:
1
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 05 Tahun 2012 Tentang Jenis
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.
Peraturan Gubernur Lampung Nomor 07 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan di Provinsi Lampung.
BAB 1I
RONA
LINGKUNG
AN AWAL
2.1.
IKLIM
a. Curah Hujan
Kondisi curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan di wilayah studi berdasarkan data
sekunder data dari Stasiun Meteorologi Maritim Lampung merupakan stasiun
meteorologi terdekat dengan lokasi kegiatan. Data curah hujan pada 10 tahun terakhir
(2002-2011) disajikan pada Tabel 2.1. Data pada Tabel 2.1 tersebut menunjukkan ratarata curah hujan bulanan berkisar antara 46,6 mm sampai dengan 295 mm per bulan.
Curah hujan rata-rata bulanan minimum terjadi pada bulan Agustus dan curah hujan
maksimum terjadi pada bulan Desember dan Januari, sedangkan bulan basah (bulan
dengan curah hujan > 100 mm) terjadi antara bulan November sampai dengan April,
sedangkan bulan kering (bulan dengan curah hujan < 60 mm) terjadi pada bulan
Agustus.
Secara rinci curah hujan bulanan di lokasi studi dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Berdasarkan data curah hujan rata-rata tahunan ini dapat diklasifikasikan tipe iklim
wilayah kegiatan berdasarkan Klasifikasi Schmidt dan Fergusson yang tergolong Tipe
B, dimana dalam satu tahun rata-rata terdapat 8 bulan basah dan 4 bulan kering.
Tabel 2.1. Rata-rata curah hujan bulanan di wilayah studi selama kurun waktu tahun
2002- 2011.
Tahun
Rerata
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Januari
369,4
230
208
230
327
344
165
327
333
412
295
Februari
142
355
314
286
290
103
183
307
308
173
246
Maret
410,1
256
194
273
251
202
247
82
361
194
247
April
171,6
162
300
122
195
304
174
160
72
192
185
Mei
132,8
140
196
113
39
116
38
92
128
60
105
Juni
81,2
81
237
99
108
123
46
246
345
48
141
Juli
175,5
77
114
57
132
83
29
49
193
67
97,7
Agustus
12,9
16
10
81
19
135
71
121
46,6
154
33
101
18
86
20
180
59,3
Oktober
25,7
71
38
110
50
154
85
124
122
78,4
November
99,3
197
208
74
69
128
205
121
225
142
147
Desember
159,2
170
388
110
281
451
479
230
274
158
270
Rata-rata
148
159
187
138
141
162
162
149
222
131
160
1779
1909
2240
1656
1696
1941
1941
1790
2664
1569
1919
September
Jumlah
Januari; 280
Februari; 249
Maret; 225
April; 193
Curah hujan Bulanan (mm)
Juni; 142
Mei; 98
November; 152
Juli; 82 Oktober; 84
September; 66
Agustus; 49
Bulan
Gambar 2.1. Curah hujan bulanan di wilayah studi selama kurun waktu tahun 20032011 (Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Lampung, 2011).
b. Temperatur dan Kelembaban
i.
Temperatur udara
Berdasarkan data temperatur rata-rata bulanan pada wilayah studi selama sepuluh tahun
terakhir (tahun 2002- 2010) dapat diketahui bahwa temperatur rata-rata tertinggi terjadi
pada bulan Oktober tahun 2002 yaitu sebesar 28,7C sedangkan temperatur rata rata
terendah terjadi pada bulan Pebruari tahun 2009 yaitu sebesar 26,5C. Pada tahun 2010
dan 2011 diketahui bahwa temperatur rata rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan
Mei yaitu sebesar 28,2C dan 27C dan temperatur rata-rata bulanan terendah terjadi
pada bulan Juli yaitu sebesar 26,6C dan 26C. Data temperatur rata-rata bulanan secara
lengkap disajikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Rata-rata temperatur bulanan di wilayah studi selama kurun waktu tahun
2002-2011
No
Bulan
Tahun
Rata2
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
10
27,2
27,2
Jan.
27,7
27,8
27,7
26,9
26,6
27,2
27,3
26,7
27
Peb.
27,4
27,1
26,9
27,2
27,1
27,1
26,6
26,5
27,6
Maret
28,1
27,4
27,2
27,4
27,1
27,1
26,8
27,1
27,4
April
27,5
27,5
27
27,6
27,2
27,5
25,7
27,6
28,2
Mei
27,7
27,6
27,7
27,5
27,4
27,5
27,3
27,7
28,5
Juni
27,5
27,3
26,6
27,2
26,6
26,9
26,7
27,1
26,9
Juli
27,1
26,8
26,6
26,9
26,9
26,7
26,3
27,1
26,6
Agust
27,2
27,3
27
26,9
26,6
26,6
26,7
26,9
27
Sept.
27,7
27,3
27,1
27,9
27,3
27,2
27
28
26,9
10
Okto.
28,7
27,4
28,3
27,6
28,2
27,9
27
27,7
27,4
11
Nop.
28
27,3
27,5
27,5
28,4
27,9
27
27,5
27,3
12
Des.
27,8
26,8
27,3
27,6
27,5
27,2
26,8
27,3
27,1
27
26
27
27
27
27
26
26
27
27
27
27
Rata
27,7
27,3
27,24
27,35
27,24
27,23
26,76
27,26
27,325
26,8
26,9
27,3
27,3
27,6
26,9
26,7
26,8
27,3
27,7
27,5
27,2
Kelembaban Udara
Berdasarkan data kelembaban udara bulanan pada wilayah studi selama sepuluh tahun
terakhir (tahun 2002- 2011) dapat diketahui bahwa kelembaban udara tertinggi terjadi
pada bulan Juni Juli tahun 2010 yaitu sebesar 86% sedangkan kelembaban udara
terendah terjadi pada bulan September Oktober tahun 2006 yaitu sebesar 70%. Data
kelembaban udara rata rata bulanan secara lengkap disajikan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4.
No
Bulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agust.
Sept.
Okt.
Nop.
Des.
Rerata
2003
2
79
83
83
83
83
81
81
76
79
81
83
85
81,42
2004
3
81
81
84
84
82
79
83
78
78
76
79
82
80,58
2005
4
82
83
79
79
80
79
79
78
77
79
80
76
79,25
2006
5
83
81
81
82
80
81
77
72
70
70
74
81
77,67
2007
6
80
80
80
82
82
82
80
77
74
74
74
80
78,75
2008
7
80
83
83
83
80
83
79
81
81
83
83
84
81,92
2009
8
82
83
81
76
80
81
77
78
73
77
79
82
79,08
2010
9
84
82
82
79
84
86
86
84
83
79
82
80
82,58
2011
10
80
83
79
78
80
83
78
75
77
75
77
81
78,83
Rerata
81,3
82,0
81,4
81,1
81,4
81,7
80,4
77,8
76,7
76,6
78,8
81,3
80,04
Gambar 2.2.
Tabel 2.5. Rata-rata kecepatan dan arah angin di wilayah studi selama kurun waktu
tahun 2002-2011
Tahun 2003
No.
Bulan
Kec. Max
Arah
Tahun 2003
Kec. Max
()
Arah
Tahun 2004
Kec. Max
()
Arah
Tahun 2005
Kec. Max
()
Januari
12
360
10
350
11
290
Pebruari
11
300
360
11
Maret
10
300
April
90
20
Mei
10
120
10
20
Juni
10
120
10
Juli
10
20
10
Agustus
12
90
11
Sept
12
50
12
10
Oktober
14
30
11
Nop
12
100
Arah
Tahun 2006
Kec. Max
()
Arah
Tahun 2007
Kec. Max
()
Arah
Tahun 2008
Kec. Max
()
Arah
()
330
11
190
12
160
350
360
11
340
12
360
12
200
11
140
360
10
350
12
360
11
280
350
130
11
130
12
90
10
150
120
10
120
10
120
10
140
10
100
10
120
40
11
150
10
150
12
90
12
150
10
80
100
10
110
11
100
12
90
12
150
11
120
140
12
150
12
140
12
160
12
130
11
130
180
13
120
10
140
11
140
13
110
10
100
11
30
12
140
10
140
11
120
14
160
10
110
10
120
10
70
10
130
12
120
10
90
140
12
Des.
10
270
10
330
340
12
280
12
120
350
2.2.
Kualitas udara serta kebisingan di lokasi studi merupakan tipikal daerah industri. Untuk
mendapatkan gambaran besaran kualitas udara dan kebisingan, maka dilakukan
pengukuran di lokasi rencana kegiatan. Hasilnya menunjukkan meskipun terdapat
beberapa nilai yang relatif besar namun semua variabel masih dibawah baku mutu
lingkungan. Hasil pengukuranya disajikan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Besaran parameter fisik dan kimia udara dan kebisingan
NO
PARAMETER
PARAMETER FISIK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
B
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Suhu (C)
Kelembaban (%RH)
Kecepatan Angin (m/det)
Tekanan Udara (mm Hg)
Arah Angin
Cuaca
BML
-------
Lokasi (1)
Lokasi (2)
Lokasi (3)
33,80
59,60
0,020
760
US
Cerah
34,03
59,10
0,020
760
US
Cerah
33,90
58,80
0,010
760
US
Cerah
17,39
1100
21,20
115
< 0,010
< 0,005
< 0,005
56 58
19,85
1200
24,73
120
0,010
< 0,005
< 0,005
72 73
21,70
1200
25,83
140
0,013
< 0,005
< 0,005
65 66
PARAMETER KIMIA
NOx (g/Nm3)
CO (g/Nm3)
SOx (g/Nm3)
Debu (g/Nm3)
Plumbum (g / Nm3)
NH3 (mg / L)
H2S (mg / L)
Kebisingan (dBA)
150
10.000
365
230
2
2
0,02
70
340
Tabel 2.7.
acc (m/s2)
acc (g)
vel (mm/s)
vel (cm/s)
Div (mm)
0
0
0,001
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 - 0,2
0
0 - 0,1
0
0
0
0
0
0 - 0,01
0
0
0
0 -0,013
0 - 0,020
0 - 0,014
0 - 0,010
0 - 0,015
0 - 0,026
0 - 0,015
acc (g)
0
0
0
0
0
0
0
vel (mm/s)
0 - 0,1
0
0 - 0,1
0
0 - 0,4
0 - 0,4
0 - 0,7
vel (cm/s)
0
0
0 - 0,04
0
0 - 0,01
0 - 0,02
0 - 0,01
div
0 -0,008
0 - 0,015
0 - 0,012
0 - 0,015
0 - 0,031
0 - 0,025
0 - 0,028
p-p (um)
5,00
6,00
44,00
4,50
13,00
15,50
f (Hz)
4,777
13,270
0,002
0,018
1,225
3,596
16.00
Rerata
10,50
14,07
0,008
3,271
Tabel 2.10. Hasil perhitungan frekuensi dan amplitudo dari Tabel 2.9 (titik II).
Waktu
22.00
01.00
04.00
08.00
10.00
13.00
16.00
Rerata
p-p (um)
4,10
5,30
22,10
4,30
11,20
9,40
11,30
9,67
f (Hz)
2,070
11,270
0,809
0,769
2,489
4,196
1,258
3,266
Data pada table frekuensi terlihat bahwa nilai rata-rata frekuensi sebesar 3,27 Hz
dengan amplitudo sebesar 14,07 m untuk lokasi I dan sedangkan lokasi II memberikan
nilai frekuensi sebesar 3,266 Hz dengan amplitudo sebesar 9,67 m. Nilai ini dapat
dianalisis terhadap nilai baku mutu sebagaimana pada Tabel 1 dan 2, bahwa frekuensi
getaran dari kedua titik menunjukkan nilai yang masih di bawah baku mutu yaitu 4 Hz.
Sedangkan untuk frekuensi di bawah 4 Hz akan memiliki pengaruh getaran yang sangat
mengganggu apabila nilai amplitudo yang terukur mulai di atas 100 m. Sedangkan
pada dua titik pengukuran hanya menunjukkan range amplitudo sebesar 4,1 44 m.
Rendahnya nilai getaran ini dikarenakan rencana lokasi kegiatan saat ini hanya berupa
area terbuka. Sumber getaran utama yang mungkin terjadi bersumber pada getaran
mesin-mesin pada pabrik sekitarnya dan kendaraan yang lewat di jalan raya.
Data pada tabel hasil perhitungan menunjukkan bahwa kenaikan amplitudo getaran
memberikan nilai frekuensi yang menurun, sehingga data seperti ini masih
menunjukkan nilai yang normal dan tidak mengkhawatirkan. Sebagaimana pada Tabel
2.7, baku mutu getaran akan tampak bahwa getaran akan semakin berbahaya apabila
kenaikan amplitudo juga diimbangi oleh kenaikan frekuensi getaran.
Gambar 2.3. Hasil simulasi rambatan intensitas getaran sebagai fungsi jarak.
Gambar 2.3 menunjukkan bahwa pada jarak di atas 500 m, nilai getaran berada di
bawah baku mutu, sehingga tidak memberikan dampak terhadap komponen lingkungan
lainnya.
pengukuran kebisingan
Dengan menggunakan metode yang telah diulas maka didapatkan nilai tingkat
kebisingan siang-malam (LSM) dengan persaamaan berikut:
L SM 10 log
1
24
16.10
0 ,1L
8.10 0,1 L M
dB( A)
Sebagai contoh data hasil pengukuran pada suatu titik di pinggir jalan dan di lokasi
rencana kegiatan untuk pengukuran pukul 10, diberikan pada Tabel 2.11.
Tabel 2.11. Contoh salah satu data hasil pengukuran bising untuk dua titik pengukuran
pada pukul 22.00 WIB (data selengkapnya ada pada Lampiran).
Pukul
22.00
22.04
22.08
22.12
22.16
22.20
22.24
Intensitas (dB)
69,00
68,30
63,20
64,90
68,30
64,40
68,30
Dari data yang diperolah, didapatkan hasil perhitungan bahwa tingkat kebisingan LSM di
titik I sebesar 66,91 dB(A) dan untuk di titik II sebesar 65,09 dB(A). Nilai ini berada
sedikit di bawah batas baku mutu yang telah ditetapkan seperti pada Tabel 2.8, untuk
kawasan industri yaitu 70 dB(A). Terkait dengan sumber utama bising pada lokasi
kebanyakan bersifat temporer yang berasal dari kendaraan bermotor lewat, adapun yang
permanen untuk titik I berasal dari bising mesin industri di sekitar lokasi.
2.2. HIDROLOGI
Kondisi air sungai di dekat lokasi rencana kegiatan merupakan sungai pematusan dari
bukit di sebelah utara lokasi. Karena kondisi tutupan lahan pada bukit tersebut tidak lagi
didominasi oleh vegetasi maka sungai kecil ini lebih merupakan aliran pematusan yang
akan meningkat debitnya pada saat terjadi hujan. Hasil pengukuran parameter di lokasi
disajikan pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12. Besaran parameter fisik dan kimia air sungai
NO
A. F
1.
2.
3.
B. K
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
PARAMETER
I S I K A
SUHU
T D S
T S S
I M I A
PH
BOD
COD
DO
Total pospat
Nitrat sebagai N
Kadmium
Khrom 6+
SATUAN
0
BML
HASIL ANALISIS
Up Stream Down Stream
METODE
C
mg/L
mg/L
-1000
400
27,90
156
102
27,60
190
111
Elektroda
Gravimetri
Gravimetri
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
6,09,0
6,0
50
3,0
1,0
20
0,01
0,05
6,78
5,83
36
3,20
0,029
7,40
0,004
0,006
7,29
5,90
40
3,07
0,035
8,15
0,004
0,005
Elektroda
Volumetri
Volumetri
Elektroda
Spektroftometri
Spektroftometri
Spektroftometri
Spektroftometri
NO
PARAMETER
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Timbal
Seng
Sianida
Florida
Nitrit sebagai N
Sulpida
Minyak/Lemak
Lokasi Sampaling
Titik Sampling
SATUAN
BML
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
0,03
0,05
0,02
1,5
0,06
0,002
1,0
HASIL ANALISIS
Up Stream Down Stream
0,007
0,010
0,029
0,032
< 0,005
< 0,005
0,030
0,046
0,016
0,020
< 0,002
< 0,002
0,30
0,40
METODE
Spektroftometri
Spektroftometri
Spektroftometri
Spektroftometri
Spektroftometri
Spektroftometri
Gravimetri
: Way Lunik
: Up Stream
(050 27 32,70 LS 1050 18 56,70 BT)
Down Stream (050 27 31,20 LS 1050 18 59,20 BT)
Kondisi air tanah di sekitar lokasi rencana kegiatan masih tergolong cukup baik. Hal ini
dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap air sumur penduduk secara visual di
lapangan kondisinya masih jernih. Untuk mengetahui kondisi kualitas air tanah di
sekitar lokasi rencana kegiatan (sebagai base line/rona awal), maka digunakan data
kualitas air sumur di sumur milik penduduk di dekat lokasi rencana kegiatan serta pada
sumur milik perusahaan di lahan rencana kegiatan. Dari data laboratorium diketahui
bahwa kandungan mikrobiologi (colyfom dan coly tinja) sudah melebihi baku mutu
terutama pada sumur penduduk. Parameter yang lain masih di bawah baku mutu
meskipun beberapa sudah mendekati baku mutu. Data selengkapnya disajikan dalam
Tabel 2.13.
Tabel 2.13. Besaran parameter fisik dan kimia air sumur
No
A
1
2
3
4
B
5
6
7
8
Parameter
FISIKA
Warna
TDS
Kekeruhan
Temperatur
KIMIA
PH
Besi
Flourida
Kesedahan
Standard
Maksimum
Satuan
Sumur
Penduduk
Sumur
Perusahaan
50
1500
25
Alami
TCU
mg / L
NTU
0
C
37,90
180
8,20
27,25
31,80
152
9,14
27,25
6,5 - 9,0
1,0
1,5
500
-mg / L
mg / L
mg / L
6,83
0,205
0,027
48,18
6,78
0,196
0,020
89,64
600
0,05
0,5
10
1,0
15
400
0,05
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
mg / L
8,39
0,007
0,020
8,42
0,015
0,038
11,37
0,006
11,75
0,006
0,020
7,30
0,012
0,030
9,20
0,006
(CaCO3)
9
10
11
12
13
14
15
16
Khlorida
Kromium
Mangan
Nitrat
Nitrit
Seng
Sulfat
Timbal
No
17
18
C
19
20
Parameter
Cadmium
Zat Organik
Mikrobiologi
Coly Tinja
Colyfrom
Standard
Maksimum
Satuan
0,005
mg / L
10
mg / L
10
50
MPN/100 mL
MPN/100 mL
Sumur
Penduduk
0,003
8,86
Sumur
Perusahaan
0,003
7,20
45
116
15
93
Sesuai dengan hasil analisa laboratorium, kondisi air sumur yang diuji menunjukkan
masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan menurut Permenkes Nomor:
416/MENKES/PER/IX/1990, kecuali coly tinja sebesar 21 MPN/100 ml total colyform
sebesar 116 MPN/100 ml (BML 10 MPN/100 ml dan 50 MPN/100 ml). Adanya bakteri
colyform dalam air tersebut harus diwaspadai karena mengindikasikan air tercemar
kotoran manusia. Hal ini bisa terjadi akibat jarak sumur yang terlalu dekat dengan
septic tank (< 10 meter) atau akibat merembesnya air limbah domestik ke dalam sumur.
2.3.
2.3.1.
BIOTA
BIOTA DARAT (FLORA DAN FAUNA DARAT)
Menurut Colivoux (1986), vegetasi merupakan kesatuan semua tumbuhan, baik sejenis
maupun tidak sejenis yang tumbuh di suatu wilayah dan memperlihatkan pola distribusi
dari masing-masing jenis menurut ruang (spatial) dan waktu (temporal). Sedangkan
flora mengacu pada daftar jenis atau taksa tumbuhan dalam suatu wilayah. Biasanya
flora tidak memberi informasi gabungan (sifat vegetasi/komunitas), juga tidak
memberikan informasi tentang kemelimpahan maupun arti penting atau keunikan
mereka. Tipe vegetasi merupakan bagian dari vegetasi atau komunitas tumbuhan yang
menonjol yang dicirikan oleh bentuk pertumbuhan tumbuhan yang dominan (terbesar),
paling melimpah dan tumbuhan khas (Harjosuwarno 1990). Tipe vegetasi yang ada di
wilayah studi merupakan vegetasi pekarangan.
Berdasarkan pengamatan, lokasi Pembangunan Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang
merupakan lahan pekarangan ditumbuhi semak belukar rumput (Eleocharis duleis),
alang-alang (Imperata cylindrica L), dan kirinyu (Eupatorium sp) serta berapa pohon.
Areal tersebut saat ini dimanfaatkan untuk tempat pembuangan sampah oleh
masyarakat sekitar. Hasil pencacahan jenis pohon di lokasi kegiatan (tapak proyek)
adalah jambu air (Syzygium aqueum), rambutan (Nephelium lappaceum), mangga
Gambar 2.4. Kondisi lahan rencana tapak proyek dengan vegetasi rumput liar dan
tumbukan sampah serta berapa pepohonan.
Hewan (Fauna) darat
Jenis fauna hidup bebas (liar) yang ditemukan di wilayah studi (tapak proyek dan diluar
tapak proyek) dibagi dalam 3 kelompok yaitu: mamalia (hewan menyusui), aves
(burung) dan reptilia (hewan melata). Dari ketiga kelompok hewan yang diinventarisir
tidak ditemukan fauna yang di lindungi undang-undang. Hasil pengamatan satwa liar
atau yang hidup bebas disajika pada Tabel 2.14 dan Tabel 2.15. Khusus untuk ular
sanca berdasarkan informasi dari masyarakat, bahwa ular tersebut hanyutan dari hulu
dan terdapat sepasang, dan sempat ditangkap masyarakat yang betinanya, tetapi lepas ke
sungai lagi.
Tabel 2.14. Jenis hewan (fauna) darat mamalia dan reptilia di wilayah studi
N
Nama
o
Daerah
Ilmiah
1
Tupai
Tupaia javanica
2
Tikus
Rattus sp
3
Ular air
Natrix sp
4
Kadal
Mabouya multifasciata
5
Bunglon
Calotes jubatus
6
Tokek
Carcalus sp
7
Kodok bangkong Bufo melanostictus
8
Katak hijau
Rana sp
Sumber: Data Primer 2012
Kelompok
(klas)
Mamalia
Mamalia
Reptilia
Reptilia
Reptilia
Reptilia
Amphibia
Amphibia
Keterangan
Familia
Keterangan
Columbidae
Columbidae
Pycnonotide
Turdidae
Turdidae
Strurnidae
Estrildadae
Sylviidae
Passeridae
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
bebas
bebas
bebas
bebas
bebas
bebas
bebas
bebas
Nama
Ilmiah
Geopelia striata
Streptopelia chinensis
Pycnonotus aurigaster
Copsychees saulis
Copsychees malabartus
Sturnus sp
Lonchura sp
Lacustella certhiola
Paser montanus
2.3.2.
Biota Perairan
Biota perairan yang diamati dalam studi ini meliputi tumbuhan air dan fauna (hewan)
air yang dibedakan berdasarkan kebiasaan hidupnya, yaitu: (a) nekton; hewan yang
dapat berenang aktif dan dapat melawan arus air, (b) benthos; hewan yang hidupnya
menetap di dasar perairan, dan (c) plankton; kelompok organisme yang melayanglayang dalam perairan.
2.3.2.1.
Nekton
Fauna vang termasuk kelompok nekton yang ditemukan antara lain katak hijau (Rana
sp), jenis ikan wader (Barbicthys leavis), dan ikan wader cetul (Cyclochelichthys sp).
2.3.2.2.
Plankton
Kemelimpahan plankton dan benthos dalam suatu perairan dapat digunakan untuk
menentukan tingkat kesuburan dan tingkat pencemaran badan air (Knobs, 1978; Mason,
1981). Hasil perhitungan indeks kemelimpahan dan indeks diversitas plankton pada
sungai/saluran air di wilayah studi disajikan pada Tabel 2.16.
2.3.2.3.
Benthos
Hasil perhitungan indeks kemelimpahan dan indeks diversitas benthos pada saluran air
di wilayah studi disajikan pada Tabel 2.17.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks diversitas plankton dan benthos pada
sungai/saluran air di wilayah studi kondisi perairan tergolong dalam kondisi tercemar
sedang menurut kriteria Mason (1981).
Tabel 2.16. Perhitungan indeks kemelimpahan individu/liter dan indeks diversitas
plankton di wilayah studi
Spesies
N Familia
o
1 Fragillar
iaceae
Up stream
Down stream
pi
ln pi
Leuvonia sp
600
0
0,04
444
0,1
38
2 Melosir
aceae
Melosira sp.
120
00
0,08
889
0,2
15
1
6
3 Tabelari
aceae
Diatoma
lineia
150
0
0,01
111
0,0
5
4 Navicul
aceae
Navicula
affine
2
4
360
00
0,26
667
0,3
52
5 Pinulari
aceae
Pinularia
gibba
1
7
255
00
0,18
889
0,3
15
Pinularia
novalis
900
0
0,06
667
0,1
81
3,11
35
2,42
04
4,49
98
1,32
18
1,66
66
2,70
81
0
300
0
0,02
222
0,0
85
1
1
3,80
67
0
6 Surirella
ceae
7 Fragillar
iaceae
Surirella
ovalis
Synedra
ulana
8 Oscilato
riaceae
Spirulina sp
pi
ln pi
240
00
0,07
6555
900
0
0,02
8708
600
0
0,01
9139
105
00
0,03
3493
600
0
0,01
9139
165
00
0,05
2632
450
0
0,01
4354
0
2,56
975
3,55
057
3,95
604
3,39
642
3,95
604
0
0,19
6727
0,10
193
0,07
5714
0,11
3756
0,07
5714
0
0
2,94
444
4,24
372
0
0,15
497
0,06
0915
Spesies
N Familia
o
9 Epithem
iaceae
Up stream
A
Trichodesmiu
m sp
Rhopalodia
gibba
1 Sphatidi
0 dae
Homolozoon
vermiculare
1 Desmidi
1 aceae
Closterium sp
N
0
150
0
pi
0
0,01
111
450
0
0,03
333
600
0
0,04
444
Closteropsis
Longisima
1 Urotrich
2 idae
Urotricha sp
1 Amoebi
3 dae
Amoeba sp
1 Cloroph
4 iceae
Spirogira sp
1 Closteri
6 opyceae
1
3
195
00
0,14
444
150
0
0,01
111
Closteriopsis
longisima
1 Nostoca
7 ceae
Nostoc sp
1 Euglena
8 ceae
Astacia sp
1 Holophy
9 dae
Holonema sp
2 Scytone
0 maceae
Limnocaea sp
300
0
0,02
222
2 Amoebi
1 dae
Pelomyxa
villusa
300
0
0,02
222
2 Urotrich
2 idae
Urotricha
farets
150
0
0,01
111
150
0
0,01
111
135
000
1
Sumber: perhitungan dari data primer, 2012
Down stream
ln pi
0
4,49
98
3,40
12
3,11
35
0
0
1,93
49
4,49
98
0
0
4,49
98
0
3,80
67
3,80
67
4,49
98
53,5
99
H
0
a
4
pi
600
0
0,01
9139
450
0
0,01
4354
585
00
0,18
6603
300
0
0,00
9569
300
0
0,00
9569
144
000
0,45
933
900
0
0,02
8708
450
0
0,01
4354
450
0
ln pi
3,95
604
H
0,07
5714
0,0
5
0,1
13
0,1
38
3
9
0
0,2
79
2
9
6
0
4,24
372
1,67
877
4,64
919
4,64
919
0,77
799
0
0,06
0915
0,31
3264
0,04
449
0,04
449
0,35
7352
0,0
5
0
0
6
3
0
3,55
057
4,24
372
0
0,10
193
0,06
0915
0,0
5
0
0,01
4354
0
4,24
372
0,06
0915
313
500
1,89
971
0,0
85
0,0
85
0,0
5
2,2
36
2
0
9
Fylum
1 Protozoa
N
o
Up stream
Familia
1 Paramici
idae
a N
1 184,0
3 0566
2 Didiniida 1 14,15
e
4282
2 Platyhel
minthes
3 Typhlopl
anidae
1 14,15
4282
3 Porifera
4 Spongili
dae
5 70,77
1408
pi
lnpi
0,64
9999 0,4
308
0,05
2,9
957
0,05
2,9
957
0,25
1,3
863
283,0
8563
H
0,2
8
a
2
1
0,1 1
498
0,1 6
498
0,3 1
466 5
0,9
262
Down stream
lnp
n
pi i
29 0,
7,2 48 0,7
4
8 17
14, 0,
15 02 3,7
4
3 61
84,
92 0, 1,9
6 14 69
21 0,
2,3 34 1,0
1
9 53
60
8,6
3
H
0,3
5
0,0
875
0,2
748
0,3
674
1,0
797
Tanah-tanah yang
tergolong dalam tanah Typic Dystrudepts menyebar mulai dari Kecamatan Jabung,
Kecamatan Tanjung Bintang dan Kecamatan Ketibung dan termasuk di daerah studi di
Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung. Sifat dan ciri tanah ini digambarkan dari
hasil pengamatan terhadap sifat fisik tanah di lapang baik dengan pengamatan langsung
maupun hasil pengeboran di lokasi rencana kegiatan.
Salah satu sifat fisik tanah yang paling banyak berperan dalam proses erosi, maupun
proses-proses lain di dalam tanah dan mudah diamati adalah tekstur tanah. Tekstur
tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat yang akan
membentuk macam/jenis tekstur tanah. Tekstur tanah di wilayah studi secara umum
berupa pasir berlempung dengan proporsi pasir > 30% pada kedalaman sekitar 4 meter
dari permukaan. Spesific gravity (Gs) tanah hasil pengeboran serta sifat fisik lainnya
disajikan pada Tabel 2.18.
Tabel 2.18. Sifat Fisik Tanah di Daerah Studi
Parameter
Gravel (%)
Pasir (%)
Lokasi Bor
Bor 1
Bor 2
Bor 3
Bor 4
Bor 5
12.91
4.29
7.45
0.66
1.25
59.04
68.49
56.78
71.84
84.49
28.05
27.22
35.77
27.5
14.25
1.645
1.821
1.779
1.791
1.897
2.67
2.45
2.48
2.53
2.40
0.27
0.32
0.429
0.078
0.14
30.4
32.4
29.36
31.26
32.98
11.5
11.5
12
11.5
15.5
Kelurahan
Srengsem
Luas Daerah
Km2
5,56
Jenis Kelamin
Laki-laki
4.252
Wanita
4.208
Jml
Sex
Rasio
8.460
1,01
Kepadatan
Per Km2
1.521
2
3
4
5
6
7
8
Panjang Selatan
Panjang Utara
Pidada
Way Laga
Way Gubak
Karang Maritim
Way Lunik
Jumlah
1,06
1,22
3,18
4,53
5,66
1,05
1,44
23,7
6.045
6.074
6.475
6.186
5.682
5.199
3.427
3.157
1.938
1.744
4.473
4.482
Data masih di Kec. TBS
32.292
31.050
12.119
12.661
10.881
6.584
3.682
8.955
0,99
1,05
1,09
1,09
1,11
1,04
11.421
10.374
3.420
1.452
649
8.715
63.342
1,05
2.852
Tabel 2.20 Jumlah Penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin di
Kecamatan Panjang tahun 2011
Kelompok
Umur
(1)
04
59
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
Jumlah
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
(2)
3.260
3.156
3.328
3.800
3.506
3.106
2.685
2.378
2.055
1.493
1.056
736
594
811
31.964
(3)
3.022
2.955
3.218
3.997
3.766
3.210
2.636
2.302
1.768
1.231
874
618
546
824
30.967
Jumlah
(4)
6.282
6.111
6.546
7.797
7.272
6.316
5.321
4.680
3.823
2.724
1.930
1.354
1.140
1.635
62.931
Presentase
9,98
9,71
10,40
12,39
11,56
10,04
8,46
7,44
6,07
4,33
3,07
2,15
1,81
2,60
100,00
Menurut Monografi Kelurahan Way Lunik Oktober 2012, kelurahan ini dapat
dikatagorikan sebagai wilayah pantai, dikarenakan hampir 62 % wilayahnya berbatasan
dengan pantai. Luas wilayahnya 144 ha dengan jumlah penduduk 7.617 jiwa dan
tingkatan kepadatan penduduk sebesar 53 orang per Km2.
Gambar 2.5. Kantor Kelurahan Way Lunik yang secara administratif baru berpindah
ke Kecamatan Panjang
2.5.1.2 Komposisi Jumlah penduduk
Komposisi jumlah penduduk Kelurahan Way Lunik pada dasarnya seimbang, meskipun
jumlah penduduk pria (3.871 orang) relatif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
penduduk perempuan (3.746 orang), tetapi perbedaannya relatif kecil. Sebagai daerah
yang berdekatan dengan fasilitas pelabuhan, industri, dan jalur lintas Sumatra,
penduduk Kelurahan Way Lunik memiliki peluang kerja yang cukup besar bagi para
pencari kerja laki-laki, terutama bagi mereka yang mau bekerja di sektor tenaga kerja
pabrik dan bongkar muat di Pelabuhan Panjang. Untuk lebih lengkapnya komposisi
penduduk di kelurahan Way Lunik dapat dilihat pada Tabel 2.21.
Tabel 2.21.
No
1
2
3
4
5
6
7
Kelompok Umur
04
56
7 13
14 16
17 24
25 54
55 >
Laki-laki
325
8,40
211
5,45
460
11,88
308
7,96
1.020
26,35
1.250
32,29
297
7,67
Perempuan
318
8,49
204
5,45
480
12,81
308
8,22
1.009
26,94
1.190
31,77
237
6,33
Jumlah
643
415
940
616
2.029
2.440
534
%
8,44
5,45
12,34
8,09
26,64
32,03
7,01
1
2
Jumlah
3.871
100,00
3.746
100,00
7.617
100,00
Dewasa
Anak-Anak
Jumlah
2.567
1.304
3.871
66,31
33,69
100,00
2.436
1.310
3.746
65,03
34,97
100,00
5.003
2.614
7.617
65,68
34,32
100,00
N
o
Kelurahan
Srengsem
Dagang
Tukang
Buru
h
202
308
315
52
3.997
48
950
95
2.572
102
517
405
58
1.495
285
229
Way Laga
14
778
327
305
Way Gubak
10
209
908
59
3.01
0
3.51
2
1.95
0
2.48
6
1.86
4
918
Panjang Selatan
420
52
Panjang Utara
432
Pidada
Karang
Maritim
Way Lunik
75
51
1.985
384
65
PNS
Tani
2.01
7
Pensiunan
Lainny
a
Jumlah
16
2.263
6.170
114
3.130
210
4.395
12.22
3
0.273
120
4.192
9.270
2.147
5.445
785
2.893
81
3.020
7.678
Jumlah
Prosentase
1.55
8
4,69
263
1.821
0,80
5,50
2.36
9
7,13
2.177
6,55
4.54
6
13,6
8
552
19.932
1,66
60,00
33.21
8
100.0
0
masyarakat di Kelurahan Way Lunik dengan alasan bahwa jenis pekerjaan tersebut
sudah tidak menjanjikan lagi sebagai jenis pekerjaan yang mampu menghidupi
keluarganya.
Tabel 2.23 Sebaran Penduduk di kelurahan Way Lunik Kecamatan Panjang
berdasarkan Mata Pencaharian Pokok dan Jenis Kelamin Tahun 2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Jenis Pekerjaan
Laki-laki
Perempuan
Pegawai Negeri
55
39
ABRI
16
Pedagang
481
531
Tani
30
4
Tukang
16
Buruh
1.387
1.442
Pensiunan
16
5
Lainnya
1.901
1694
Total
3.902
3.715
Sumber : Daftar Isian Potensi Kelurahan 2012
Jumlah
94
16
1.012
34
16
2.829
21
3.595
7.617
Prosentase
1,23
0,21
13,29
0,44
0,21
37,14
0,27
47,20
100
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Kelurahan
SD
1
2
3
1
4
2
2
15
Srengsem
Panjang Selatan
Panjang Utara
Pidada
Way Laga
Way Gubak
Karang Maritim
Way Lunik
Jumlah
Sumber : Monografi Kecamatan 2012
SLTP
1
2
1
1
3
3
SLTA
1
1
18
Adapun fasilitas pendidikan yang tersedia di kelurahan Way Lunik terdiri atas 2 unit
sekolah dasar/sederajat, fasilitas pendidikan SLTP terdapat juga 1 unit. Dari jenjang
pendidikan yang telah/sedang ditempuh penduduk di kelurahan Way Lunik berada pada
jenjang pendidikan di tingkat SD sebesar 4.375 orang yang terdistribusi sebanyak 2.222
orang laki-laki dan 2.153 orang perempuan. Untuk itu bagi siswa dan siswi lulusan
SLTP yang ingin meneruskan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dapat menempuh
pendidikan SLTP dan SLTA yang terdapat di kelurahan Panjang Utara atau ke kelurahan
Karang Maritim.
Jenjang
Laki2
Buta Huruf
18
Belum Sekolah
498
TK
31
SD / Sederajat
2.222
SLTP
578
SLTA
513
AKADEMI
2
UNIVERSITAS
9
Jumlah
3.871
Sumber : Daftar Isian Potensi Kelurahan 2012
Perempuan
21
475
41
2.153
558
480
1
17
3.746
Jumlah
39
973
72
4.375
1.136
993
3
26
7.617
Untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari jenjang SLTA yakni Perguruan tinggi
banyak tersedia di Kota Tanjung Karang, baik jenjang pendidikan Diploma 1 hingga
jenjang pendidikan Strata 2 (S2).
2.5.1.5 Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk di wilayah studi sementara ini dapat dilakukan dengan lancar
karena didukung oleh sarana dan prasarana transportasi yang sangat memadai, sehingga
tidak ada hambatan bagi penduduk untuk bermobilitas baik antar wilayah dalam
propinsi maupun antar propinsi bahkan antar negara.
Sebagai salah satu daerah perkotaan, kelurahan Way Lunik di Kecamatan Panjang yang
berdekatan dengan lokasi kegiatan rencana Pembangunan Refinery CPO dan Fasilitas
Penunjang, yang memiliki berbagal prasarana, seperti jalan, terminal, pasar, pelabuhan,
dll. Transportasi dari pusat kecamatan ke daerah lain terutama ke kelurahan-kelurahan
sekitar lokasi kegiatan sangat lancar, karena didukung dengan fasilias jalan yang sudah
beraspal (hotmik), demikian pula mobilitas penduduk keluar daerah seperti Palembang
dan Jakarta, juga sudah relatif tancar. Keberadaan Terminal Bus antara kota dan antara
propinsi di Kelurahan Panjang Selatan, serta keberadaan dari pelabuhan samudra yang
ada, berbagai komuditas dan hasil pertanian di Lampung dapat diekspor ker luar
wilayah Lampung maupun keluar negri.
2.5.2 Karakteristik Sosial-Ekonomi
2.5.2.1 Sumber dan Tingkat Pendapatan Penduduk
Sumber pendapatan sebagian penduduk (37,14%) di Kelurahan Way Lunik Kecamatan
Panjang berasal dari lapangan usaha di sektor buruh/wiraswasta, sebagai buruh pabrik
dan buruh bongkar muat dipelabuhan maupun sebagai buruh bangunan serta sebagai
pekerja swasta. Sumber pendapatan dari sektor buruh/swasta banyak ditekuni oleh
penduduk di Kelurahan Panjang Utara yang memiliki fasilitas Pasar tradisional Panjang,
yang sangat dekat dengan akses Terminal mapun Pelabuhan bongkar muat cabang
Panjang.
Berdasarkan hasil survey pada bulan Desember 2012, harga beras di wilayah studi
berkisar antara Rp 7.500/kg Rp 9.000/kg. Pengukuran tingkat penghasilan penduduk
didasarkan pada kesejahteraan keluarga menurut kriteria BKKBN, yaitu keluarga
Prasejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III dan
Keluarga Sejahtera III Plus. Berdasarkan kriteria tersebut, keluarga yang berada pada
tahap prasejahtera dapat digolongkan ke dalam keluarga yang berada di bawah garis
kemiskinan menurut kriteria Sajogjo (1978). Ukuran tingkat penghasilan yang
digunakan oleh Sajogjo (1978), setara dengan nilai pengeluaran beras perkapita per
bulan yang berlaku di wilayah studi. Berdasarkan kriteria tersebut didapati bahwa
masih cukup banyak keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan, yaitu 41,74%
dari seluruh keluarga pada tahun 2012.
Cukup banyaknya rumah tangga yang masih berada di bawah garis kemiskinan
menunjukkan ketidak mampuan penduduk untuk memanfaatkan peluang usaha untuk
memperbaiki kinerja ekonomi
rumah tangga.
penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan menunjukkan bahwa sebagian (40%)
adalah penduduk yang bekerja sebagai buruh, sedangkan sebagian lagi (60%) adalah
penduduk yang mempunyai pekerjaan sebagai pedagang maupun pegawai negeri sipil
dan swasta.
Penduduk di Kecamatan Panjang sebagian besar (80 s/d 90 %) beragama Islam (Tabel
2.27), di setiap Kelurahan tersedia tempat ibadah masjid/musholla, bahkan dalam satu
kelurahan ada yag terdapat lebih dari satu Masjid dan musholla. Sementara itu di
kelurahan Panjang Utara dan kelurahan Way Laga memiliki jumlah tempat beribadah
yang reltaif lebih banyak dibanding dengan tempat ibadah yang dimiliki oleh warga
masyarakat di kelurahan lainnya. Di kelurahan Panjang Selatan disamping memiliki
tempat beribadah untuk warga masyarakat yang beragama Islam dan Kristen, ternyata
juga memiliki tempat beribadah untuk warga masyarakat yang beragama budha yakni
berbentuk Vihara. Sementara untuk kelurahan Way Lunik ternyata memiliki jumlah
Masjid terbanyak dibanding dengan kelurahan lainnya yakni ada 8 buah masjid dan juga
satu-satunya kelurahan yang memiliki tempat ibadah Pura untuk adama hindu. Untuk
lebih jelasnya jumlah tempat beribadah di lokasi wilayah studi dapat dilihat pada Tabel
2.26.
Tabel 2.26. Jumlah tempat ibadah menurut kelurahan di Kecamatan Panjang
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Kelurahan
Masjid
Srengsem
Panjang Selatan
Panjang Utara
Pidada
Way Laga
Way Gubak
Karang Maritim
Way Lunik
Jumlah
6
3
5
7
7
2
5
8
43
Musholla
10
9
16
10
14
13
6
6
84
Gereja
Protestan
2
Gereja
Katholik
Pura
Vihara
1
1
1
3
1
1
No
Karakteristik responden
Jumlah
No
Karakteristik responden
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
2
Jumlah
18
12
30
Jumlah
3
4
23
30
Jumlah
29
1
30
Jumlah
1
1
12
5
11
30
Jumlah
3
3
21
3
30
Jumlah
1
2
27
30
Lama Mukim
< dr 1 tahun
1 s/d 5 tahun
> 5 tahun
Agama
Islam
Kristen Katholik
Krsten Protestan
Hindu/Budha
Pendidikan terakhir
Tidak sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat Perguruan Tinggi
Pekerjaan Utama responden
PNS / TNI / POLRI
Swasta
Pedagang
Buruh
Lainnya
Status Sosial Responden
Perangkat Kelurahan
Tokoh Masyarakat
Masyarakat biasa
TV. Persepsi responden tentang rencana kegiatan pembangunan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2.28.
Tabel 2.28
No
1
2
3
Katagori Jawaban
Setuju
Kurang Setuju
Tidak setuju
Frekuensi
29
1
Prosentasi
96,66
3,34
30
100,00
Tabel 2.29. Kondisi Geometrik di Ruas Jalan Soekarna-Hatta di depan lokasi kegiatan
Kondisi Geometrik
Tipe
Lebar per lajur
Lebar total
2/2 UD
4,5 m
9m
55/45
1,5 m
Sedang
Berdasarkan hasil pengamatan lalu lintas, diketahui bahwa jam puncak terjadi pada jam
17.00 18.00 dengan total arus sebesar 1.686 smp/jam, sebagaimana diperlihatkan pada
gambar berikut ini;
Gambar 2.7. Fluktuasi Lalu Lintas di Ruas Soekarno-Hatta di depan lokasi Kegiatan
(Data Primer, 2012)
Berdasar grafik pada gambar 2.7, terlihat pola fluktuasi lalu lintas yang terjadi,
sebagaimana layaknya jalan antar kota, di mana volume lalu lintas cenderung stabil
sepanjang hari. Peningkatan lalu lintas terjadi pada jam 16.00 -18.00 hal ini disebabkan
jam pulang kerja serta jam berangkatnya kendara bus antar kota yang melintas ke
Bakauheni atau sebaliknya.
2.5.2.7 Kesehatan Masyarakat
Pola penyakit masyarakat diketahui berdasarkan peringkat penyakit yang paling sering
diderita oleh masyarakat. Data mengenai pola penyakit masyarakat didapat dari
Tabel. 2.30
No
Jumlah Pasien
1
Commcold
2
Dyspepsia
3
Rhematoid Atritis
4
Hypertensi
5
Phringitis
6
Dermatitis Kontak
7
Demam Thypoid
8
Chepalgia
9
Diare
10 Bronkhitis Akut
Sumber : PUSKESMAS Panjang 2012
Prosentase
4.022
644
1.309
812
703
569
476
451
438
344
41,17
6,59
13,40
8,31
7,19
5,82
4,87
4,62
4,48
3,52
Hasil survey terhadap 30 orang responden yang berada di sekitar wilayah studi
menunjukan bahwa jenis penyakit yang melanda sebagian besar responden yakni Batuk
dan Pilek ( 70,00%) sebagai jenis penyakit yang sering di derita dengan istilah lain
yakni masuk angin, flu dan sesak nafas. Sementara jenis penyakit Maag, menempati
urutan kedua terbanyak jenis penyakit yang di derita oleh responden (13,33%), penyakit
Diare sebanyak 10,00% dan sisanya sebesar 3,33 % menderita penyakit seperti Typus,
rematik, darah tinggi bahkan ada yang menderita diabetes (Tabel 2.31).
Tabel 2.31 Jenis penyakit terbanyak yang di derita responden di RT Kelurahan Way
Lunik Kecamatan Panjang
No
1
2
3
4
7
Jenis Penyakit
Batuk pilek
Maag
Diare
Typus
Lainnya
Jumlah
Jumlah Pasien
21
4
3
1
1
30
Prosentase
70
13,33
10
3,33
3,33
100
Gambar 2.8.
BAB 1II
FORMULIR ISIAN UKL
DAN UPL
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010
Tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup Dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup, yang bertanda tangan di bawah ini menyampaikan UKL dan UPL dari rencana
usaha dan/atau kegiatan dengan benar dan akan mematuhi segala persyaratan dan
kewajiban yang telah ditentukan dalam UKL dan UPL serta izin yang diterbitkan oleh
pejabat dari instansi yang berwenang dapat diuraikan sebagai berikut :
3.1. IDENTITAS PEMRAKARSA
Nama Perusahaan
Nama Penanggungjawab
Jabatan
: Presiden Direktur
Alamat
Jalan
Desa/Kelurahan
: Way Lunik
Kecamatan
: Panjang
Kota
: Bandar Lampung
Propinsi
: Lampung
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030, secara
umum lokasi proyek di RT 23 Lingkungan 2 Kelurahan Way Lunik Kecamatan Panjang,
termasuk dalam Bagian Wilayah Kota (BWK)
peruntukkan sebagai pusat kegiatan industri menengah dan pergudangan. Jadi kegiatan
Pembangunan Refinery CPO dan Fasiltas Penunjang ini telah sesuai dengan
peruntukkannya.
3
tahapan produksi. Proses Refinery terdiri dari proses refinery (bleaching, degumming,
deodorizing), fraksinasi (kristalisasi, filtrasi). Sedangkan proses pabrik CPKO & PKE
(pabrik
kernel
crushing
plant)
terdiri
dari
pengepresan
dan
penyaringan.
Keberlangsungan produki didukung oleh utilitas yang terdiri dari boiler dan water
treatment plant serta wastewater treatment plant.
a. Lokasi Rencana Kegiatan
Unit Bangunan
Boiler House
Tank T1-T10
Genset
Refinery
Be Hopper
Wwt
Bleaching Earth
Hotwell
Dirty C. Tower
Pipe rack
Total luasan bangunan
Sumber: PT.LDC, 2012.
Luasan (m2)
1221,48
375,94
270,00
3759,50
66,40
397,27
96,00
80,00
77,10
263,40
6607,09
c. Sumber Energi
Sumber energi yang akan digunakan untuk operasional pabrik refinery CPO dan
fasilitas penunjang adalah diesel untuk sumber listrik dan batubara untuk pemanasan
boiler.
d. Sumber Air Bersih
Kebutuhan air bersih digunakan untuk keperluan domestik (keperluan karyawan pabrik
dan perkantoran) dan juga keperluan produksi, boiler, bulking dan laboratorium.
Kebutuhan air untuk keperluan domestik (karyawan admkinistrasi dan pabrik
berdasarkan kebutuhan dasar akan air bersih sebesar 120 /orang/hari) (sumber: SNI 037065-2006 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem Plumbing). Sedangkan kebutuhan air
untuk produksi dan keperluan domistik sebesar 1. 037 m3/hari, dan sumber Air bersih
akan diambil dari air tanah dalam.
Dari beberapa rencana kegiatan pembangunan pabrik Refinery CPO dan fasilitas
penunjang akan dibedakan kedalam 4 tahapan rencana kegiatan yang meliputi :
Tahap Pra Konstruksi
Pembebasan Lahan
Tanah merupakan tanah milik Pelindo II (Cabang Panjang) berdasarkan Hak Pengunaan
Lahan (HPL) seluas 14.872 m2. PT. LDC Indonesia mendapatkan hak menggunakan
tanah berdasarkan Perjanjian dengan Pelindo II (Cabang Panjang), dan PT. LDC
memperoleh Hak Guna Bangunan (HGB)
panjang).
Tahap Konstruksi
a.
Kegiatan rekrutmen tenaga kerja yang berjumlah sebanyak 83 orang terdiri dari tenaga
kerja yang memiliki keahlian (Skill), maupun tenaga kerja kasar (Unskill) yang diambil
dari masyarakat sekitar lokasi rencana kegiatan proyek dan juga tenaga kerja yang
berasal dari luar wilayah studi. Tenaga kerja yang berasal dari luar wilayah studi
diutamakan mereka yang memiliki keahlian dibidangnya, sementara tenaga kerja kasar
dapat direkrut dari tenaga kerja yang berada di sekitar wilayah studi. Jumlah dan
sepesifikasi tenaga kerja disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Jumlah dan sepesikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tahap kontruksi.
JenisPekerjaan Pendidikan
Kuli Bangunan
SD
Welder
SMK
Tukang Listrik
SMK
Tukang Pipa
SMK
Sumber: PT. LDC, 2012.
b.
Jumlah
40
10
8
25
Keterangan
Unskill/terampil
Ahli
Ahli
Ahli
Mobilisasi peralatan dan material pada tahap ini, merupakan kegiatan mobilisasi alatalat berat yang dilakukan untuk kegiatan pembangunan pabrik dan mobilisasi material
bahan bangunan berupa pasir, batu bata, besi, batu kapur, dll. Material didatangkan dari
Bandar Lampung dan sekitarnya dan diangkut dengan menggunakan dump truck.
Kapasitas 9 10 m3/rit.
Alat berat dan meterial pabrik didatangkan dari luar kota (Medan dan Jakarta yang
diangkut melalui jalur laut menggunkan dermaga milik PT. ISAB. Jumlah dan
sepesifikasi alat berat dan material yang digunakan disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Jumlah dan sepesikasi alat berat dan material yang dibutuhkan dalam tahap
kontruksi.
AlatKerja
Ekskavator
MesinPancang
Dump Truck
Crane
Mesin Genset
Trafo Las
Tools
Jumlah
Asal
1
1
2
1
1
12
1 lot
Medan
Medan
lokal (Lampung)
lokal (Lampung)
Medan
Medan
Medan
Material
Beton
Besi
TiangPancang
Pipa "- 8"x 6 m
Sumber: PT. LDC, 2012.
c.
Satuan
m3
kg
buah
batang
Jumlah
2.000
10.000
1.200
10.000
Asal
lokal (Lampung)
Medan / Jakarta
Medan, local (Lampung)
Medan
Land Prepairing
Setelah lahan siap dilakukan pembangunan fisik atau kontruksi sipil untuk unit
bangunan perkantoran, refinery, power/genset house, water treatment plant (WTP),
waste water treatment plant (WWTP), tangki penimbunan. Secara garis besar volume
masing-masing unit bangunan disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Satuan
Jumlah
buah
m3
300
1000
Pembuatan Tembok
Pemasangan batu bata
Semen
buah
kg
9.800
8.000
Pemasangan Atap
Seng (8 x 5 m)
buah
1.500
buah
batang
Listrik
Pemasangan kabel listrik
67
10
11759
Power/Genset House
Jenis Pekerjaan
Fondasi
Piling
Concrete
Satuan
Jumlah
buah
m3
47
400
Pembuatan tembok
Pemasangan batubata
Semen
buah
kg
10.134
8.772
Pemasangan Atap
Seng (8 x 5 m)
buah
816
buah
batang
21
300
Listrik
Pemasangan kabel listrik
13209
Satuan
Jumlah
buah
m3
13
100
Pembuatan Tembok
Pemasangan batu bata
Semen
buah
kg
4.500
1.000
Pemasangan Atap
Seng (8 x 5 m)
buah
72
buah
batang
16
53
Listrik
459
Satuan
Jumlah
buah
m3
11
2100
Pembuatan Tembok
Pemasangan batu bata
Semen
buah
kg
1.200
1.000
Pemasangan Atap
Seng (8 x 5 m)
buah
72
buah
batang
11
64
Listrik
Pemasangan kabel listrik
480
Tanki Penimbunan
JenisPekerjaan
Fondasi
Piling
Concrete
Satuan
Jumlah
buah
m3
185
3150
Pemasangan Dinding
Plat besi 8 mm (2.4 x 1.2 m)
buah
90
Pemasangan Atap
Plat besi 6 mm (2.4 x 1.2 m)
buah
16
buah
batang
4
98
Listrik
Pemasangan kabel listrik
Sumber: PT. LDC, 2012.
Tahap Operasi (Pasca Konstruksi)
a. Penerimaan Tenaga Kerja
350
Setelah selesainya kegiatan konstruksi akan dilakukan pelepasan tenaga kerja pada
tahap konstruksi (83 orang) dan selanjutnya dilakukan kegiatan penerimaan tenaga kerja
untuk tahap operasi yang disikapi oleh warga masyarakat di sekitar wilayah studi
sebagai terbukanya kesempatan kerja dalam waktu yang sangat lama ( 20 tahun). Pada
tahap ini jumlah tenaga kerja kasar (Unskill) yang dibutuhkan tidak sebanyak jumlah
tenaga kerja pada tahap konstruksi, namun tidak menutup kemungkinan tenaga kerja
pada tahap konstruksi dapat juga tetap direkrut sebagai tenaga kerja tahap operasi
selama yang bersangkutan mampu mempertahankan prestasi kerjanya dan memenuhi
syarat kebutuhan tenaga kerja pada tahap operasi.
Sistim penerimaan tenaga kerja pada tahap operasi tentunya akan sangat berbeda
dengan sistim penerimaan pada tahap konstruksi. Untuk itu unsur keterbukaan dan
transparan dalam penerimaan tenaga kerja pada tahap operasi sangat dibutuhkan agar
tidak menimbulkan kecemburuan sosial yang berujung pada terjadinya keresahan sosial.
Kebutuhan tenaga kerja pada tahap operasi akan sangat didominasi oleh tenaga kerja
yang memiliki kualifikasi tertentu yang sesuai dengan jumlah dan jenis pekerjaan yang
akan ditanganinya. Jumlah dan spesifikasi tenaga kerja untuk operasional Pabrik
Refinery CPO dan Fasilitas Penunjang disajikan pada Tabel 3.5.
Pabrik
K3L
Satpam
JenisPekerjaan
Pendidikan
Keterangan
Operasionalisasi Pabrik
Operasional pabrik berupa pengoperasian refinery CPO yaitu memproses crude plam oil
(CPO) yang didatangkan dari pabrik sawit, untuk diolah lebih lanjut menjadi minyak
goreng siap konsumsi.
1.800
bahan tambahan seperti, bahan kimia (phosphoric acid, citric acid, dan bleaching earth)
dan air, serta solar dan batubara untuk sumber energi. Secara lengkap bahan baku dan
bahan tambahan dalam proses produksi disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Bahan baku dan bahan tambahan proses produksi refinery CPO
Number
Item
Plant Capacity
Consumption
(MT/Day)
1800
Consumption
(MT/ Month)
54000
1800
54000
1701
85.08
1360.8
340.2
51030
2552.4
40824
10206
23.76
1.43
0.12
712.8
42.84
3.6
20
16
30
12
24
24
600
478
900
360
720
720
1037
31104
A. Raw Material
CPO
B. Product
2
3
4
5
RBDPO
PFAD
RBDOLEIN
RBDSTearin
C. Chemical Consumables
1
2
3
Bleaching Earth
Phosporid Acid
Citrid Acid
D. Water Balance
1
2
3
4
5
6
Refinery
Fractionation
Boiler
Laboratorium
Office
Dormitory
E. Water Source
1
Deep Well
Sumber: PT. LDC, 2012.
Bahan Bakar
Operasional pabrik refeniry CPO dan fasilitas penunjang menggunakan energi dari
diesel untuk generator pembangkit listrik dan batubara untuk pemanasan boiler.
Kebutuhan bahan bakar, dan sistem pengangkutan dan tempat penyimpanan disajikan
masing-masing pada Tabel 3.7, dan Tabel 3.8.
Tabel 3.7. Kebutuhan Bahan Bakar untuk Produksi
No
Item
Konsumsi
(MT/Day)
1
2
Diesel
Batubara
7,43
73,5
Konsumsi
(MT/
Month)
223
2204
Tempat
Penimbunan
Volume
(MT)
Storage tank
Gudang
300
2.000
Alat berat
Excavator
Dumtruk
Hopper
Loader
Kapal diesel
Jumlah (unit)
1
2
2
1
1
Remark
Batubara
Batubara
Batubara
Batubara
Minyak diesel
Jumlah Orang
50
10
13
10
5.
Team Security / Crowd Control
6.
Team Finance
7.
Team Logistic
8.
Team GA
9.
Team Komunikasi& Public Relation
10.
Team HR / Stand By
11.
Team Environment
12.
Team AlatBerat
Sumber: PT.LDC, 2012
13
2
4
6
2
3
2
2
Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah cair dilakukan dengan pengoperasian waste water treatment plant
(WWTP) dan desain WWTP disajikan pada Lampiran 2. Operasional WWTP bertujuan
untuk mengolah limbah cair sehingga memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu
Peraturan Gubernur No.7 tahun 2010 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau
kegiatan di Provinsi Lampung. Limbah cair yang dihasilkan 1,3 MT/day.
Pengelolaan limbah padat berasal dari aktivitas perkantoran dan karyawan pabrik.
Limbah padat/domestik yang dihasilkan 36 MT/day, pengelolaan sampah ditempatkan
di Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS), dan berkoordinasi dengan
Bekerjasama dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung dalam
pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Pengelolaan limbah B3
Limbah B3 yang dihasilkan berupa minyak pelumas bekas dan sisa pembakaran batu
bara yaitu bottom ash dan fly ash.
Pengoperasian boiler menggunakan bahan bakar batubara akan menghasilkan limbah
padat yang berupa fly ash dan battom ash, keduanya dibedakan berdasarkan ukuran
butiran. Fly ash/bottom ash yang dihasilkan oleh fluidized bed system berukuran 100200 mesh (1 mesh = 1 lubang/inch2). Ukuran ini relatif kecil dan ringan, sedangkan
bottom ash berukuran 20-50 mesh. Fly ash dengan ukuran yang relatif kecil, akan
terbuang melalui cerobong terdispresi bersamaan dengan gas buang lain (NOx dan SOx)
ke lingkungan. Penyebaran fly ash ke lingkungan ditentukan oleh arah dan kecepatan
angin, apabila fly ash jatuh ke lingkungan akan menimbulkan berbagai masalah
lingkungan.
Limbah padat berupa fly ash dan battom ash digolongkan sebagai limbah B3, sehingga
fasilitas penimbunan abu pada dasarnya akan mengikuti ketentuan yang berlaku, dalam
arti sesuai dengan tata cara pembuatan tempat penimbunan sementara abu batubara
sesuai Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor Kep.01/BAPEDAL/09/1995 dan Peraturan
kegiatan
operasional
pabrik
dinilai
secara
ekonomis
sudah
tidak
menguntungkan lagi atau terjadi kebijakan-kebijakan tertentu yang membuat pabrik ini
tidak beroperasional lagi, maka akan dilakukan pelepasan tenaga kerja secara bertahap.
Kegiatan pelepasan tenaga kerja yang berarti hilangnya kesempatan kerja akan
menciptakan terjadinya peningkatan pengangguran tenaga kerja di sekitar wilayah studi
yang berujung pada terjadinya penurunan tingkat pendapatan masyarakat dan
munculnya keresahan masyarakat.
b. Pembongkaran dan Reklamasi Lahan
Setelah selesainya operasional pabrik refinery CPO dan fasilitas penunjang akan
dilakukan penutupan pabrik atau pemanfaatan lain yang akan ditentukan dan dikaji
lebih lanjut.
Jika dilakukan penutupan pabrik maka akan dilakukan pembongkaran dan reklamasi
lahan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi lahan sebelum diserahkan
kepada pihak yang berwenang dengan berakhirnya masa HGB yang diberikan. Kegiatan
pembongkaran dan reklamasi dilakukan dengan menggunakan alat berat, sehingga akan
menyebabkan dampak terhadap komponen lingkungan udara ambient dan kebisingan.
c. Revegetasi
Setelah pembongkaran dan reklamasi lahan selesai dilanjutkan dengan kegiatan
revegetasi. Pemilihan jenis tanaman untuk kegiatan ini didasarkan pada sifat tananam
yang cepat tumbuh dan berkembang, serta disesuaikan dengan jenis tanaman yang ada
disekitar lokasi kegiatan. Kegiatan revegetasi akan memberikan dampak terhadap
komponen lingkungan lain berupa keindahan/estestika.
3
1
lingkungan,
Kegiatan sosialisasi dan konsultasi publik akan dapat menciptakan terjadinya perubahan
persepsi masyarakat terhadap perusahaan (proyek). Perubahan persepsi masyarakat dari
positif menjadi negatif dapat disebabkan oleh terjadinya kesimpangsiuran informasi
yang diterima masyarakat sebagai akibat ketidak jelasan informasi yang diterima,
maupun dikarenakan oleh ulah oknum-oknum tertentu yang sengaja mengaburkan
informasi sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap perusahaan.
b
Pembebasan lahan
Lahan yang digunakan kegiatan merupakan lahan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) PT.
Pelindo II (Cabang Panjang). Sehingga PT. LDC mendapatkan Hak Guna Bangunan
(HGB) dari lahan HPL dari PT. Pelindo II (Cabang Panjang). Peralihan hak pengunaan
lahan telah diselesaikan antara kedua belah pihak dan berjalan dengan baik, sehingga
tidak menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan lainnya.
Pada Tahap Konstruksi:
a
Kegiatan rekrutmen tenaga kerja pada tahap konstruksi sebagai sumber dampak
terbukanya kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan oleh sebagian warga masyarakat
untuk mendapat pekerjaan.
b
Mobilisasi material
Mobiliasasi material tanah urug yang digunakan untuk pematangan lahan membutuhkan
15.800 m3 jika diangkut dengan dump truck dengan kapasitas angjut 22 m3, maka akan
diangkut material tanah urug sebanyak 718 rit, jika pematangan lahan dilakukan selama
1 bulan atau 30 hari, maka setiap hari akan dilakukan pengangkutan material tanah urug
24 rit. Mobiliasasi material urug ini akan menjadi sumber dampak komponen
lingkungan lalu lintas, kualitas udara, kebisingan dan getaran.
d
Kontruksi bangunan pabrik CPO dan fasiltas penunjang baik pekerjaan sipil maupun
mekanik menggunakan alat berat. Sehingga operasional alat berat tersebut sebagai
sumber dampak dari komponen lingkungan kualitas udara, kebisingan dan getaran serta
limbah B3 (minyak pelumas bekas dan ceceran BBM).
Pada Tahap Operasi
a. Penerimaan tenaga kerja operasional
Operasasional pabrik akan memerlukan tenaga kerja dalam berbagai bidang misalnya
bidang adminitrasi, operator pabrik, Tanggap darurat, satpam, yang diprakirakan
membutuhkan (165 orang). Kegiatan rekrutmen tenaga kerja ini tentunya akan
menciptakan terbukanya kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan oleh sebagian
warga masyarakat untuk mendapat pekerjaan.
b. Operasionalisasi pabrik
Pengoperasian pabrik refinery CPO dan fasilitas penunjang menjadi sumber dampak
komponen lingkungan kualitas udara dan kualitas air, pembangkitan limbah B3 (minyak
pelumas, bottom ash dan fly ash).
c
Operasional pabrik refinery CPO dan fasilitas penunjang membutuhkan bahan baku
yang berupa CPO yang akan diangkut lewat jalur laut dan darat. Pengangkutan CPO
melalui jalur darat akan menjadi sumber dampak komponen lingkungan lalu lintas,
kualitas udara ambient dan kebisingan.
Tahap paskaoperasi:
a. Pemutusan Hubungan Tenaga Kerja
Penutupan operasional pabrik refinery CPO dan fasilitas penunjang akan diikuti dengan
pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. Kegiatan ini menjadi sumber dampak
komponnen lingkungan pendapatan masyarakat.
b. Pembongkaran dan reklamasi lahan
Kegiatan pembongkaran dan reklamasi lahan menggunkan alat berat akan menjadi
sumber dampak komponen lingkungan kualitas udara ambient, dan kebisingan
2
Tahap Prakonstruksi
a
Tahap Konstruksi
Kecemburuan sosial sebagai dampak turunan dari dampak kesempatan kerja, bagi
masyarakat yang tidak diterima sebagai pekerja.
Peningkatan konsentrasi kimia kualitas udara ambient (COx, SOx, COx, dan HC).
Peningkatan kadar debu (PM10) akibat lapisan tanah urug yang tertiup angin
c. Mobilisasi Material
Pada kegiatan mobilisasi material tanah urug sebanyak 718 rit, dampak yang mungkin
terjadi adalah :
Peningkatan konsentrasi kimia kualitas udara ambient (COx, SOx, COx, dan HC)
Peningkatan kadar debu (PM10) akibat lapisan tanah urug yang tertiup angin
Kerusakan jalan akibat muatan yang melebihi kemampuan jalan dan ceceran tanah
dari lokasi kegiatan (Jalan Soekarno-Hatta).
Peningkatan konsentrasi kimia kualitas udara ambient (COx, SOx, COx, dan HC).
Peningkatan konsentrasi kimia kualitas udara ambient (COx, SOx, COx, dan HC).
Penurunan kualitas badan air selokan/sungai penerima out let dari WWTP.
Paskaoperasional
a. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Berakhirnya produksi pabrik akan diikuti dengan penutupan operasional pabrik yang
diikuti dengan pemutusan hubungan kerja dengan karyawan yang berdampak:
Ukuran Dampak
Perubahan Persepsi masyarakat akan dapat terjadi kepada sekitar 20 KK atau sekitar
80 jiwa di RT 23 LK II Kelurahan Way Lunik, yang disebabkan oleh tingkat
kejelasan pemberian informasi dan juga tingkat kemampuan masyarakat menerima
informasi terhadap rencana kegiatan pembangunan dapat diukur dari banyaknya
masyarakat yang paham dan mengerti akan rencana kegiatan. Sehingga masyarakat
akan mengambil sikap yang berupa presepsi postip atau presepsi negatip terhadap
rencana kegiatan tersebut. Presepsi negatip akan diwujudkan dalam bentuk
mengutarakan sikap baik secara terbuka dengan demo atau secara tertutup dengan
pembicaraan di warung-warung atau tempat berkumpulan lain di sekitar lokasi
kegiatan.
Tahap Konstruksi
a. Rekrutmen Tenaga Kerja
Pada rekrutmen tenaga kerja besaran dampak diperkirakan :
Tingkat kebisingan akibat operasional alat berat > 55 dBA untuk pemukiman
(Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor Kep-48/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan)
Konsentrasi debu (TSP) akibat lapisan tanah yang tertiup angin sebesar > 230
g/Nm3 (PP 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara)
Konsentrasi TSS > 50 mg/L akibat masuknya partikel tanah pada selokan /sungai
(Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air).
Konsentrasi kimia kualitas udara ambient (COx, SOx, COx, HC dan PM 10, menurut
PP 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara)
Tingkat kebisingan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor Kep48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
Tingkat Getaran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep49/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran
Kerusakan jalan akibat muatan yang melebihi kemampuan jalan dan ceceran tanah
dari lokasi kegiatan (Jalan Soekarno-Hatta).
Peningkatan lalu lintas terutama pada ruas jalan masuk ke lokasi kegiatan
Konsentrasi kimia kualitas udara ambient (COx, SOx, COx, HC dan PM 10, menurut
PP 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara)
Tingkat kebisingan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor Kep48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
Tingkat Getaran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep49/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran
(sampah/limbah domestik).
c. Mobilisasi Bahan Baku (CPO)
Konsentrasi kimia kualitas udara ambient (COx, SOx, COx, HC dan PM 10, menurut
Konsentrasi kimia air (BOD5, COD, H2S, minyak dan lemak, Nitrogen total
(sebagai N), dan pH) pada saluran out let dari WWTP menurut Peraturan Gubernur
Lampung No. 7 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan di Provinsi Lampung.
Paskaoperasi
a. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Tolok ukur dampak:
Jumlah pekerja yang di PHK terutama masyarakat sekitar sebagai karyawan sekitar
165 orang tenaga kerja.
JENIS
DAMPAK
BESARAN
DAMPAK
Tahap Prakonstruksi
Sosialisasi dan - Perubahan persepsi
Konsultasi
masyarakat
Publik
Tahap Konstruksi
Rekrutmen
Tenaga
Kerja
Mobilisasi
Material
Urugan
20 KK
83 orang
Peningkatan
Kosentrasi kimia udara
ambient
Peningkatan
debu di udara
Kebisingan
Peningkatan
Kerusakan
lalu lintas
jalan
Pekerjaan
kontruksi
pabrik refinery
CPO
dan
fasiltas
penunjang
-
Jumlah usaha
Jumlah
masyarakat yang demo/ujuk
rasa
NOx > 400g/Nm3
SOx > 900g/Nm3
COx > 30000g/Nm3
HC > 160g/Nm3
TSP > 230 g/Nm
> 55 dBA
(pemukinan) & 70 dBA
(industri)
< 1800
SMP/jam
Kondisi jalan
(pintu masuk lokasi)
Jumlah
masyarakat
Keresahan
masyarakat
Peningkatan Kosentrasi kimia - NOx> 400g/Nm3
udara ambient
SOx > 900g/Nm3
- COx > 30000g/Nm3
- HC > 160g/Nm3
Peningkatan
- TSP > 230 g/ Nm3
debu di udara
- 55 dBA
Kebisingan
- 50 mg/l
Peningkatan TSS
Peningkatan - <100m (KepmenLH 49 th 1996)
- Timbunan di Tempat
Getaran
Penyimpanan sementara limbah
B3 dan limbah domestik
Peningkatan
- Jumlah masyarakat yang protes.
limbah B3 dan limbah
domestik
Keresahan masyarakat
KET.
SUMBER
DAMPAK
JENIS
DAMPAK
BESARAN
DAMPAK
Sekitar 30 KK
Operasional
Pabrik Refinery
CPO dan
Fasilitas
Penunjang
- Peningkatan konsentrasi
kebauan udara ambient
menurut Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup
Nomor Kep50/MENLH/11/1996
- Peningkatan kebisingan
Mobilisasi
Bahan Baku
(CPO dan bahan
tambahan)
Peningkatan
Kosentrasi kimia udara
ambient
Peningkatan
debu di udara
Kebisingan
Peningkatan
lalu lintas
Kerusakan
jalan
Keresahan
masyarakat
Penurunan muka air tanah
dangkal
Tahap Pascaoperasi
KET.
SUMBER
DAMPAK
JENIS
DAMPAK
Pemutusan
Hubungan
Kerja
(PHK)
Karyawan
4
1
BESARAN
DAMPAK
Sekitar 30-50 KK
Sekitar 30-50 KK
KET.
UPAYA PENGELOLAAN
KETERANGAN
Tahap Prakontruksi
Presepsi negatip
masyarakat
Tahap Kontruksi
1 Peningkatan peluang
kerja dan usaha
2 Peningkatan lalu-lintas
dan kerusakan jalan
3 Penurunan Kualitas
Udara dan
Peningkatan
Kebisingan dan
JENIS
DAMPAK
getaran
UPAYA PENGELOLAAN
- Membatasi jam kerja / tidak bekerja dalam
jam-jam istirahat (ibadah).
- Melakukan penyiraman air pada lokasi
sumber debu.
- Membatasi kecepatan kendaraan maks. 50
km/jam.
- Segera menanami lahan yang tidak terbangun
dengan tanaman penghijauan dan land
cover crop.
2.
KETERANGAN
JENIS
UPAYA PENGELOLAAN
DAMPAK
3. Penurunan Kualitas
- Membatasi jam kerja / tidak bekerja dalam
Udara (Kebauhan) dan
jam-jam istirahat (ibadah).
Peningkatan
- Melakukan penyiraman air pada lokasi
Kebisingan
sumber debu.
- Membatasi kecepatan kendaraan maks. 50
km/jam.
- Pemasangan alat penghisap udara pada unit
kerja penghasil bau.
- Penanaman pohon sebagai penghalang dan
penyerap bau.
4.
Penurunan Kualitas
Permukaan
5. Penurunan muka air
tanah
6. Peningkatan Sampah
Domestik
7. Peningkatan limbah B3
(minyak pelumas
bekas)
8.
Mengacu pada
tenaga kerja yang berlaku
peraturan
KETERANGAN
TOLOK UKUR
DAMPAK
Tahap Prakontruksi
1 Keresahan
Tidak terjadi
Masyarakat.
keresahan/ protes
masyarakat.
Tahap Kontruksi
1. Peningkatan
peluang kerja
dan usaha.
LOKASI
PEMANTAUAN
RT 23 Kel. Way
Lunik dan sekitarnya.
Observasi,
wawancara, enam
bulan sekali.
RT 23 Kel. Way
Lunik dan sekitarnya.
Observasi,
wawancara, enam
bulan sekali.
Sepanjang jalur
transportasi material
(terutama pintu masuk
lokasi kegiatan).
Sepanjang jalur
transportasi material,
dan lokasi
pemukiman pada
jalan masuk lokasi.
Jumlah masyarakat
lokal yang diterima
sebagai tenaga kerja
saat kontruksi.
Tidak terjadi
kemacetan dan
kerusakan jalan.
3 Penurunan Kualitas
Udara,
Debu.
Peningkatan
kebisingan dan
getaran.
DASAR HUKUM
NO
x=4
00
g/N
m3
SOx
=
900
g/
Nm3
CO
x=3
000
0g/
N
HC
=16
0g/
Nm3
TSP
=
230
g/
Nm
55
dB
A
(pe
muk
ima
n)
70
dB
A
(ind
ustr
i)
100
m
PP 41/1999
KepMenLH
48/MENLH/11/199
6.
KepmenLH 49 th
1996.
CARA DAN
PERIODE
PEMANTAUAN
Pengukuran kualitas
udara setiap 6 bulan
sekali.
JENIS
DAMPAK
TOLOK UKUR
DAMPAK
Tahap Operasional
1. Peningkatan
kesempatan
kerja dan
peluang usaha.
DASAR HUKUM
2. Penurunan
Kuantitas Air
Tanah.
4 Penurunan Kualitas
Selokan Induk.
Peningkatan lalu
lintas.
8 Peningkatan
kualitas dan
kuantitas air
limbah
Sumur sekitar.
Pengukuran kualitas
air setiap 6 bulan
sekali.
Perkampungan
sekitar.
Pengukuran kualitas
udara setaip 6 bulan
sekali.
Jalan Soekarno-Hatta
terutama di depan
lokasi.
Lokasi TPS.
WWTP
Pengukuran kualitas
air limbah setiap
bulan dan dilaporkan
setiap 3 bulan sekali
Keputusan Kepala
Badan Pengendalian
Dampak
Lingkungan RI
Nomor 255 tahun
PP 82/2001.
Kep50/MENLH/
11/1996.
KepmenLH 48 th
1996.
KepmenLH 49 th
1996.
> 55 dBA
<100m
B
O5 =100 mg/l
OD = 350 mg/l
-
CARA DAN
PERIODE
PEMANTAUAN
Perkampungan sekitar
lokasi
1500 smp/jam.
7 Peningkatan
Sampah
Domestik.
LOKASI
PEMANTAUAN
T
SS = 250 mg/l
Peningkatan
limbah B3
(minyak
pelumas bekas).
N
itrogen total (sbg
N)= 50 mg/l
p
H 6,0-9,0
-Debit limbah 2,5
M3 /ton produk
minyak sawit (CPO)
Jumlah limbah B3
(minyak pelumas
bekas) di TPS.
JENIS
DAMPAK
10
Tahap Paskaoperasi
Pemutusan
Hubungan
Kerja
(PHK) Karyawan
TOLOK UKUR
DAMPAK
DASAR HUKUM
1996.
Kep.Bapedal no
1/Bapedal/9/1995,
no 4/Bapedal/9/
1995 dan Permen
LH no 18 tahun
2009
LOKASI
PEMANTAUAN
CARA DAN
PERIODE
PEMANTAUAN
Warga di
perkampungan sekitar
lokasi
BAB 1V
PELAPO
RAN
Pelaporan pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL/UPL) akan disampaikan kepada BPPLH Kota Bandar
Lampung dan instansi terkait lain yang dianggap perlu setiap enam bulan sekali pada
bulan Juni dan Desember tahun berjalan, yang berisi antara lain :
1
dampak yang
BAB V
PERNYATAAN
PELAKSANAAN
Berdasarkan dokumen UKL/UPL yang kami ajukan, dengan ini kami menyatakan:
1
Data dan informasi yang kami sajikan dalam dokumen UKL/UPL ini adalah data
yang benar dan valid.
Sanjay Joneja
Presiden Direktur