Вы находитесь на странице: 1из 25

Hipertensi dalam Keluarga

Sunny
102012325/FF23
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email : sunnytahir@live.com

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit yang sering di derita oleh usia lanjut dan
sampai saat ini hipertensi juga masih tetap menjadi masalah karena beberapa
hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien
hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi
tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan
komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.1,2
Pelayanan Kedokteran dengan pendekatan keluarga merupakan gabungan
antara pelayanan kedokteran dan pendekatan keluarga. Pengertian pelayanan
kedokteran adalah pelayanan yang dilakukan oleh dokter yang berwenang sesuai
dengan latar belakang pendidikannya di bidang kedokteran, baik yang
dijalankan sendiri ataupun bersama dalam organisasi, dengan cara memelihara,
meningkatkan kesehatan, mencegah, memberikan tindakan yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan untuk menyembuhkan dan
menyelesaikan masalah kesehatan dari pengguna jasa individu, keluarga dan
ataupun kelompok komunitas.3
Maka dari itu, memberikan pengetahuan mengenai penyakit ini kepada
masyarakat perlu didalami, agar dapat segera dikenal, dicegah dan diobati
dengan tepat dan tuntas.

Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dari kasus ini adalah:
1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien
2. Melihat bagaimana fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga
dalam mendukung penyembuhan pasien
3. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan pasien
Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus :
1. Mengetahui dan memahami betul tentang penyakit Hipertensi itu sendiri,
sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan berupa promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif

yang menyeluruh,

terpadu, dan

berkesinambungan berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga, dengan


mengiikutsertakan pasien dan keluarga.
2. Mengetahui adanya hubungan antara riwayat keluarga (riwayat biologis,
psikologis, lingkungan/keadaan rumah, spiritual, sosial, kultural keluarga)
terhadap penyakit pasien (Hipertensi).
3. Mengetahui sikap, pengetahuan, serta pengobatan yang dilakukan keluarga
terhadap anak yang menderita Hipertensi
4. Untuk memenuhi tugas Skill Lab Family Folder pada blok community
medicine.

Manfaat
1. Meningkatkan sikap, perilaku, dan pengetahuan pasien dan keluargannya
terhadap Hipertensi dan pengobatannya.
2. Mengenali gejala dini dan tanda-tanda bahaya dari penyakit tersebut, serta
memanfaatkan potensi pasien dan keluargannya dalam menanggulangi
masalah yang timbul.
3. Membantu dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas pada kasus
penyakit menular atau penyakit tidak menular.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.

Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah
jantung dan atau kenaikan pertahanan perifer. Menurut The Joint National
Commitee of Prevention, Detection, Evaluation

and

Treatment

of

The

Blood Pressure (2004) dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik yang
lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan darah
diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90mmHg. Umumnya tekanan
darah normal seseorang 120mmHg/80mmHg. Hasil pemeriksaan tersebut
dilakukan 2 atau lebih pemeriksaan dan dirata-rata.4

II.

Anamnesis
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
a) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
b) Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakian obatobat analgesic
c) Episode

berkeringat,

sakit

kepala,

kecemasan,

palpitasi

(feokromositoma)
d) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3. Faktor-faktor resiko :
a) Riwayat hipertensi atau

kardiovaskular pada pasien atau

keluarga

pasien
b) Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga pasien
c) Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarga pasien
d) Kebiasaan merokok
e) Pola makan
f) Kegemukan, intensitas olahraga
g) Kepribadian

4. Gejala kerusakan organ


a) Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient
ischemic attack, deficit sensoris atau motoris
b) Jantung : nyeri dada, sesak, bengkak kai
c) Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri
d) Arteri perifer : ekstremitas dingin
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan.
III.

Pemeriksaan Fisik
Selain memeriksa tekanan darah, juga untuk evaluasi adanya penyakit penyerta,

kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi sekunder.


Pengukuran tekanan darah :1

Pengukuran rutin di kamar periksa


Dilakukan dengan posisi duduk setelah pasien istirahat 5 menit, kaki di lantai
dengan posisi tangan setinggi jantung. Pengukuran dilakukan 2 kali, dengan sela
antara 1-5menit, pengukuran tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukuran
sebelumnya sangat berbeda

Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM)


Indikasi penggunaan ABPM antara lain:\
Hipertensi yang bonderline atau bersifat episodic
Bersifat office atau white coat
Adanya disfungsi saraf otonom
Hipertensi sekunder
Sebagai pedoman dalam pemilihan jenis obat anti hipertensi
Tekanan darah yang resisten terhadap pengobatan anti hipertensi
gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan antihipertensi

Pengukuran sendiri oleh pasien


Pengukuran sendiri di rumah memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Kekurangannya

adalah

masalah

ketepatan

pengukuran,

sedangkan

kelebihannya antara lain dapat menyingkirkan efek white coat dan

memberikan banyak hasil pengukuran.beberapa peneliti mengatakan kalau


pengukuran di rumah lebih mewakili tekanan darah sehari-hari. Pengukuran di
rumah juga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan
meningkatkan keberhasilan pengendalian tekanan darah serta menurunkan
biaya.
IV.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang rutin dilakukan sebelum memulai
terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan oragn dan factor resiko lain
atau mencari penyebab hipertensi.
Hematologi Rutin
Pada penderita hipertensi yang tidak diobati biasanya akan mengalami
peningkatan sel darah putih (leukosit) serta perubahan pada beberapa
komponen darah lainnya.
Gula Darah
Hipertensi yang disertai diabetes maupun diabetes yang disertai
hipertensi dapat menimbulkan risiko penyulit pada organ penting. Untuk
menghindari hal tersebut maka penyandang hipertensi juga perlu secara
teratur memeriksakan gula darahnya (gula puasa dan 2 jam PP).
Profil Lemak
Penyandang hipertensi berisiko mengalami penyakit kardiovaskular.
Risiko akan semakin besar apabila disertai peningkatan trigliserida,
kolesterol total dan kolesterol LDL, serta penurunan kolesterol HDL. Oleh
sebab itu sangat penting bagi penyandang hipertensi untuk memeriksakan
profil lemak secara berkala.
Fungsi Ginjal
Hipertensi pemicu utama terjadinya kerusakan pada ginjal. Dari hasil
evaluasi, 20 - 30% pasien cuci darah adalah penderita hipertensi. Untuk
itu perlu melakukan pemeriksaan laboratorium yang berkaitan dengan:

Urea N
Urea Nitrogen merupakan produk akhir dari metabolisme protein
yang mudah disaring oleh ginjal. Urea N dalam darah mencerminkan
perbandingan antara urea yang dihasilkan dan urea yang dibuang.
Urea N dalam darah dapat tinggi pada keadaan penyakit ginjal akut
maupun kronik.

Kreatin
Kreatin merupakan pemeriksaan fungsi ginjal yang paling umum
digunakan. Namun konsentrasi kreatin akan menunjukkan hasil tidak
normal setelah setengah atau lebih kerja ginjal tidak berfungsi. Saat
ini penanda baru yang lebih sensitif dari kreatinin dalam mendeteksi
penurunan fungsi ginjal adalah Cystatin C.

Asam Urat
Asam urat sangat berhubungan erat dengan hipertensi. Konsentarsi
asam urat yang tinggi di dalam darah akan meningkatkan risiko
komplikasi hipertensi.

Albumin Urin Kuantitatif


Pemeriksaan Albumin Urin Kuantitatif digunakan untuk menguji
saring mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria terjadi pada sekitar 30%
pasien hipertensi sedang maupun ringan. Uji saring mikroalbuminuria
pada penyandang hipertensi dapat digunakan sebagai penanda
kerusakan pada ginjal, dan penanda risiko penyakit kardiavaskular
dan risiko kematian akibat penyakit jantung lainnya.

V.

Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Seven Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(JNC7) kalsifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi
kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2
(Tabel 1)4

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi4

Klasifikasi Tekanan darah

TDS

TDD

(mmHg

(mmHg

Normal

)
< 120

)
< 80

Prahipertensi

120

80 89

90 99

139
Hipertensi derajat 1

140
159

Hipertensi derajat 2

160

100

TDS = Tekanan Darah Sistolik; TDD = Tekanan Darah


Diastolik

VI.

Epidemiologi
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang
cukup banyak menganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada
manusia yang sudah berusia setengah umur (usia lebih dari 40 tahun). Namun,
banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal
ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya.5
Di Amerika, data statistik pada tahun 1980 menunjukkan nahwa sekitar
20% penduduk menderita hipertensi. Di Indonesia belum ada penelitian
nasional yang menyeluruh, namun diperkirakan angka statistik di Indonesia
tidak jauh berbeda dengan Amerika.5
Boedi Darmoyo dalam penelitiannya, menemukan bahwa antara 1,8%28,6 % penduduk dewasa adalah penderita hipertensi. Angka 1,8% berasal dari
penelitian di Desa Kalirejo, Jawa Tengah, sedangkan nilai 28,6% dilaporkan
dari hasil penelitian di Sukabumi, Jawa Barat.5

VII.

Etiologi dan Faktor Resiko


Meskipun

hipertensi

primer

belum

diketahui

dengan

pasti

penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang

sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai


berikut :1,2
1. Obesitas (Kegemukan)
Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui
secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti
bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita
obesitasobesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada penderita
hipertensi dengan berat badan normal.
2. Stres
Diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan
meningkatnya tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).
3. Faktor Keturunan (Genetik)
Apabila riwayat hipertensi didapat pada keuda orang tua, maka dugaan
hipertensi essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar
monozigot (satu sel telur) apabila salah satunya adalah penderita
hipertensi.
4. Jenis Kelamin (Gender)
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada
wanita. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh
faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat
(merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status
pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan,
seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.

5. Usia

Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita


hipertensi juiga semakin besar.
6. Asupan garam
Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah
yang akan diikuti oleh peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga
kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal.
Pada hipertensi essensial mekanisme inilah yang terganggu
7. Gaya hidup yang kurang sehat
Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun
kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang olahraga
dapat pula mempenegaruhi peningkatan tekanan darah.
VIII.

Patogenesis
Sampai sekarang pengetahuan tentang patogenesis hipertensi primer
terus berkembang karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang dapat
menerangkan

terjadinya

peningkatan

tekanan

darah.

Tekanan

darah

dipengaruhi oleh curah jantung dan tahan perifer. Berbagai faktor yang
mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan
darah, seperti yang telihat pada gambar 1.

Gambar 1. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingginya Tekanan Darah

Perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga interstisial yang


dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin termasuk sitem kontrol
yang bereaksi kurang cepat. Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang
dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang
melibatkan berbagai organ terutama ginjal.
Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan
tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas
simpatik. Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan
tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks aoturegulasi. Yang
dimaksud dengan refleks autoregulasi ialah mekanisme tubuh untuk
mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah
jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter prekapiler yang
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer.6,7
Menurut Lund-Johansen, pada stadium awal sebagian besar pasien
hipertensi menunjukan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti
dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah
yang menetap. Guytonberpendapat bahwa hipertensi terjadi perubahan
autoregulasi dan sebagai penyebab awal perubahan ini adalah retensi garam
oleh ginjal. Mengenai perubahan di ginjal ini, Brenner dan kawan-kawan
menyatakan bahwa penurunan permukaan filtrasi pada ginjal dapat terjadi
secara kongenital atau didapat.4
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari tiga gram tiap
hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah sedangkan jika asupan
garam antara 5-15 gram per hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 1520%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Peningkatan
asupan garam ini akan diikuti oleh peninggian ekskresi garam sehingga
tercapai kembali keadaan hemodinamik yang normal. Pada pasien hipertensi
primer, mekanisme (peningkatan ekskresi garam tersebut terganggu, selain
adanya faktor lain yang ikut berperan.

10

IX.

Gejala
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan
darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi
esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi
komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.
Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi
mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun tahun. Masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang
bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit
kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis,
mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang.1,2

X.

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :4

Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal proteinuria) <130/80 mmHg

Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular

Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria


Selain pengobatan hipertensi, pengobatan

terhadap faktor resiko atau

kondisi penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus
dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi.
Pengobatan

hipertensi

terdiri

dari

terapi

nonfarmakologis

dan

farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksnakan oleh semua pasien


hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan
faktor-faktor resiko serta penyakit pemyerta lainnya.
Terapi nonfarmakologis terdiri dari :1

Menghentikan merokok

Menurunkan berat badan berlebih

Menurunkan konsumsi alcohol berlebih

Latihan fisik
11

Menurunkan asupan garam

Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak


Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmaklogis hipertensi yang
dianjurkan oleh JNC7 :1,2,4

Diuretika, HCT 1 - 2 X 25 mg/ hari atau furosemid 1-2 X 40 mg/ hari.


Kontraindikasi: DM, Gout

Beta Blocker (BB), Propanolol 2-3 X 10 mg / hari. Kontraindikasi : Asma,


DM, Gagal Jantung

Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB), Nifedipin 10 mg


tablet,3x 1per oral

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), captopril 2-3 12,5-25 mg

Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB)

XI.

Komplikasi
1. Stroke
Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan dengan singkat,
bahwa tahanan dari pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan
tekanan darah yang datang. Apalagi dalam otak pembuluh darah yang ada
termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis memiliki tahanan yang juga
kecil. Kemudian bila tekanan darah melebihi kemampuan pembuluh
darah, maka pembuluh darah ini akan pecah dan selanjutnya akan terjadi
stroke hemoragik yang memiliki prognosis yang tidak baik.2
2. Penyakit Jantung Hipertensi
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi
terhadap pemompaandarah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung
bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofiventrikel kiri untuk
meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan
dindingyang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang
jantung. Akan tetapikemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah
jantung dengan hipertrofi kompensasiakhirnya terlampaui dan terjadi
dilatasi dan payah jantung. Jantung semakin terancam seiringparahnya
aterosklerosis koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi karena gabungan
12

penyakitarterial koroner yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang


bertambah akibatpenambahan massa miokard.2
3. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan irreversible dariberbagai penyebab, salah satunya pada
bagian yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya
hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena penimbunan garam
danair, atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA).2

13

BAB III
MATERI dan METODE

Materi
Materi yang dibahas dalam laporan kasus ini adalah Hipertensi yang terjadi pada
pasien.

Metode
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam laporan, yaitu :
1. Pengamatan atau observasi terhadap pasien, keluarga, serta lingkungan
rumah dan sekitarnya.
2. Wawancara/interview langsung dengan menggunakan alat berupa daftar
pertanyaan. Wawancara dilakukan kepada pasien.
3. Dokumentasi dengan melampirkan foto sebagai bukti pelaksanaan
kunjungan ke rumah pasien.

14

BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
Hasil Data
Dari hasil wawancara dengan pasien serta pengamatan pada saat melaksanakan
kunjungan ke rumah pasien di Puskesmas Jelambar Baru, maka diperoleh data
sebagai berikut :

I.

Puskesmas

: Kelurahan Jelambar Baru

Alamat

: Jl. Jelambar Ilir Raya RT 013/RW 010

No Register

: ---

Identitas Pasien :

Nama

: Ibu Runi

Umur

: 56 Tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Pendidikan

: SMP

Alamat

: Jelambar Baru (JL. Jelambar Ilir Raya RT

013/RW 10 No 6
II.

Riwayat Biologis Keluarga :

Keadaan kesehatan sekarang

: Baik

Kebersihan perorangan

: Baik

Penyakit yang sering diderita

: Pusing, leher terasa tegang,

badan tidak enak dan tidak bisa tidur

Penyakit keturunan

: Hipertensi (Ayah),Almarhum

Penyakit kronis/menular

: Tidak ada

15

Kecacatan anggota keluarga

: Tidak ada

Pola makan

: Kurang sehat (ikan asin, jeroan

sayur asin, gorengan)

III.

IV.

V.

Jumlah anggota keluarga

: 3 orang

Psikologis Keluarga :

Kebiasaan buruk

: Tidur larut malam

Pengambilan keputusan keluarga

: Suami

Ketergantungan obat

: --

Tempat mencari pelayanan kesehatan

: Puskesmas

Pola rekreasi

: Baik

Keadaan Rumah /lingkungan :

Jenis bangunan

: Semi Permanen

Lantai rumah

: Semen

Luas rumah

: 30 m2

Penerangan

: Kurang

Kebersihan

: Kurang

Ventilasi

: Kurang

Dapur

: Ada

Jamban keluarga

: Ada, kurang bersih

Sumber air minum

: PAM

Sumber pencemaran

: Tidak ada

Sistem pembuangan air limbah

: Ada

Tempat pembuangan sampah

: Ada

Sanitasi lingkungan

: Kurang

Pemanfaatan pekarangan

: Tidak ada

Spiritual Keluarga :

Ketaatan beribadah

: Baik

16


VI.

VII.

Keyakinan tentang kesehatan

: Baik

Keadaan Sosial Keluarga

Tingkat pendidikan

: sedang

Hubungan antar aggota keluarga

: baik

Hubungan dengan orang lain

: baik

Kegiatan organisasi sosial

: Kurang

Keadaan ekonomi

: Sedang

Kultural Keluarga

Adat yang berpengaruh

: Jawa

Lain lain

: Tidak ada

VIII. Daftar anggota keluarga


No

Nama

Hub

Umur Pendi-

dgn

Pekerja

dikan

an

Agama

Keadaan

Keada

kesehatan

an gizi

Imunisasi

Agus S

KK
KK

60 th

SMP

Security

Islam

Baik

Cukup

Lupa

Runi

Isteri

56 th

SMP

Ibu

Islam

Baik

Cukup

Lupa

Islam

Baik

Cukup

Lengkap

Rumah
3

Muhha

Anak

28 th

S1 IT

Tangga
-

mad

IX.

Keluhan Utama :
Kepala Sering Pusing, Badan tidak enak

X.

Keluhan Tambahan :
Malam susah tidur

XI.

Riwayat Penyakit sekarang :


17

Sejak 2 tahun yang lalu pasien mengaku kepalanya sering


pusing terus menerus dan leher terasa tegang seperti kaku, pasien
mengaku untuk mengurangi sakitnya pasien hanya minum obat
warung, namun pusing yang dirasakan pasien hanya sembuh sebentar
jika minum obat dan pusing kembali setelah beberapa lama. Pasien
juga mengaku sulit tidur jika sudah larut malam karena banyak yang
dia pikirkan salah satunya masalah keluarganya. Pasien mengaku
mengkonsumsi obat amlodipin dan metformin serta beberapa macam
vitamin yang diberikan oleh dokter sewaktu masuk rumah sakit.
XII.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi sejak 2 tahun
yang lalu, pasien mengetahuinya saat pasien tiba-tiba terjatuh di tempat
tidur dan tidak dapat bangun. Pasien kemudian dibawa oleh anaknya
ke Rumah Sakit Sumber Waras dan pernah juga dirawat di Rumah
Sakit Tarakan. Oleh dokter disana pasien didiagnosis Hipertensi.

XIII. Pemeriksaan fisik :


Status Generalis

Keadaan umum

: Sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan darah

: 130/70 mmHg

RR

: 28x/menit

Suhu

: 37 C

Keadaan Regional
Kulit

Kulit berwarna sawo matang, ikterus (-),

Leher

Tidak teraba pembesaran kelenjar getah


bening

XIV. Diagnosis Penyakit :


Hipertensi primer grade I
XV.

Diagnosis keluarga :
18

Riwayat Hipertensi
XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit :
a. Promotif : Menjelaskan tentang penyakit Hipertensi
b. Preventif : -

Diet rendah garam

Olah raga teratur

Menghindari faktor resiko : rokok, alcohol, stress

c. Kuratif :
Terapi medikamentosa :
-

Amlodipin 5 mg/hari

Metformin 3x500 mg/hari

Terapi non-medikamentosa :
1. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus
memperhatikan kebiasaan makan penderita hipertensi.
2. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan
bagi pasien penderita hipertensi.
3. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan
kepada pasien penderita hipertensi untuk melakukan olahraga
seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu menghentikan kebiasaan
merokok dan mengurangi minum minuman beralkohol
sebaiknya juga dilakukan
d. Rehabilitatif : XVII. Prognosis :
Penyakit : dubia ad bonam
Keluarga : dubia ad bonam
Masyrakat : dubia ad bonam

XVIII. Resume
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 23 Juli
2015 pasien adalah penderita Hipertensi. Pasien kurang memiliki pengetahuan

19

tentang penyakitnya sehingga melakukan pola hidup yang salah, kurang tidur,
kurang olahraga dan berobat tidak teratur. Rumah pasien tergolong rumah
yang tidak sehat dilihat dari kurangnya ventilasi dan susunan ruangan yang
terlalu padat sehingga ventilasi pun berkurang. Untuk pencegahan terhadap
hal ini pasien disarankan minum obat secara teratur, kontrol tekanan darahnya
secara rutin minimal 1 bulan sekali dan olahraga secara teratur, memperbaiki
pola makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam perilaku hidup sehat.
Sedangkan keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk
berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah secara
teratur dan hidup dengan pola makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan
yang menyeluruh hendaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang sehat.
XIX. Lampiran : foto foto perilaku atau lingkungan yang mempengaruhi
timbulnya penyakit atau yang nantinya akan mempengaruhi keadaan
kesehatan keluarga

(a)
(a)
(a)
(a)
(a)
(a)
(a)
(a)
(a)
(a)
(b)

(a
(c)

Gambar 1. (a) Tampak luar rumah Ibu Runi dan


Keluarga; (b) Lingkungan
sekitar
20 rumah; (c)
(b
Foto bersama Ibu Runi

(a)

(b)

Gambar 2. (a) dan (b) Bagian dalam rumah

Gambar 3. Tempat Sampah (Tampak Bungkus Rokok yang Dibuang sembarangan)

21

(a)

(c)

(b)

Gambar 4. (a), (b), (c) Kondisi dalam ruangan dalam rumah (Banyak baju ditumpuk di
lantai, barang-barang yang ditumpuk, dan sebuah jendela yang tertutup

22

Gambar 5. (a) Kondisi dalam WC dan tempat


menampung air; (b) Wajan bekas memasak nasi
di depan WC

(a)

(b
)

Gambar 6. Dapur (Terlihat ada plastik berisi sampah yang digantung di lemari piring
dan makanan)

23

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 23 Juli 2015,
didapatkan bahwa pasien adalah penderita Hipertensi. Pasien kurang memiliki
pengetahuan tentang penyakitnya sehingga melakukan pola hidup yang salah,
kurang tidur, kurang olahraga dan pola makan tidak sehat. Rumah pasien
tergolong rumah yang tidak sehat dilihat dari kurangnya ventilasi dan udara
dalam ruangan yang panas. Pasien disarankan dengan minum obat secara
teratur, kontrol tekanan darahnya secara rutin minimal 1 bulan sekali dan
olahraga secara teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-hal yang
terdapat dalam perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien sebagai
kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini
mungkin dan mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup dengan pola
makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hedaknya
didukung pula oleh kondisi rumah yang sehat.

Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta: InternaPublishing, 2009.h.1079-85.
2. Arief Mansjoer,dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Jakarta .Penerbit
Media Aesculapius FKUI. 2000.h.518-21.
3. Soetono, Sadikin, & Zanilda. Membangun Praktek Dokter Keluarga Mandiri.
Jakarta : Pengurus Besar IDI. 2006.
4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi 6. Jakarta: EGC, 2005. h.583-5.
5. Gunawan L. Hipertensi: Tekanan darah tinggi. Jakarta: Kanisius, 2001. h. 159.

24

25

Вам также может понравиться