Вы находитесь на странице: 1из 10

Keracunan

By mbudiono20

PENGERTIAN
Adalah masuknya racun ke dalam tubuh melalui saluran pencernakan, pernapasan atau kontak langsung dan menimbulkan tanda tanda atau gejala klinik.
ETIOLOGI
Pada umumnya semua zat kimia bersifat racun, tergantung kepada jumlah dan cara masuknya
ke dalam tubuh.
PATOFISIOLOGI
- Biji jengkol mengandung asam jengkol yaitu asam amino yang mengandung belerang. Di
saluran kemih, asam jengkol mengkristal dan menyumbat saluran maka timbul nyeri perut,
oligo
uria sampai anuria dan kadang hematuria. Begitu hebatnya sumbatan dapat terjadi infiltrasi
urin pada penis dan skrotum.
- Singkong mengandung asam syanida (HCN). Asam ini akan mengikat enzym cytochrom
oxydase sehingga pengangkutan oksigen terganggu. Jaringan kekurangan oksigen dan terjadilah
asfiksia. Organ yang cepat terpengaruh oleh asfiksia adalah otak, sehingga timbul dahulu de
presi otak, kejang kemudian kematian.
- Hidrokarbon (minyak tanah) yang teraspirasi ke dalam paru akan menimbulkan
perdarahan
dan bronkopneumonia. Selanjutnya timbul edem paru dan konsolidasi paru sehingga terjadi
asfiksia dan kematian. Hidrokarbon yang terminum a kan terserap dan ikut aliran darah sam
pai ke paru, organ lain dan otak. Di organ akan timbul kelainan degeneratif dan perdarahan
kecil kecil yang reversibel. Sedangkan di otak akan terjadi depresi otak.
- Bongkrek mengandung racun taxoflavin yang bekerja seperti curare yaitu melumpuhkan
otot.

- Zat racun chlorinated hidrokarbon akan menyerang susunan saraf pusat terutama batang
otak, serebelum dan kortek serebri. Gejala yang timbul adalah rangsangan saraf dan peneka
nan pusat pernapasan.
- Zat racun organofosfat akan menghambat enzym kolinesterase menyebabkan rangsang saraf
makin kuat dan lama.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang khas:
- Bau hidrokarbon dijumpai pada keracunan minyak tanah, bensin, terpentin.
- Bau bawang putih pada keracunan arsen atau fosfat.
- Bau aseton karena alkohol atau aspirin.
Gejala mata:
- Miosis dijumpai pada keracunan narkotika atau fosfat organik.
- Midriasis pada atropin, kokain atau amfetamin.
Gejala kulit:
-Bekas tusukaan jarum mengindikasikan keracunan narkotik.
- Bula pada kaki dijumpai pada keracunan karbon monoksida.
- Kulit kering: Keracunan belladona, botulism.
- Berkeringat: Nitrat, nikotin, arsen, aspirin atau jamur.
Gejala mulut:
- Salivasi: Fosfat organik, arsen, aspirin, jamur
- Kering: Belladona, efedrin, narkotika.
Gejala kardiovaskuler:
- Takikardi: Alkohol, arsen, atropin, aspirin.
- Bradikardi: Digitalis, minyak tanah, jamur, narkotika.

- Hipertensi: Amfetamin, nikotik.


- Hipotensi: Fenotiazin
- Aritmia: Sianida, freon.
Gejala respiratorik:
- Depresi pernapasan: Narkotika , alkohol.
- Hiperventilasi: Aspirin, karbon monoksida, minyak tanah.
Gejala gastrointestinal:
- Kolik: arsen, jamur
- Diare, arsen, zat besi.
- Konstipasi: Timah hitam, narkotika.
Gejala susunan saraf pusat:
- Kejang: Amfetamin, kamfer, sianida, strichnin, jamur, nikotin.
- Koma: Barbiturat, alkohol, khlorhidrat, jamur.
- Sakit kepala: Karbon monoksida, alkohol, timah hitam.
Hiperpireksia: Atropin, aspirin
Sianosis: Sianida, karbon monoksida, morfin, nitrat.
PENATALAKSANAAN
Dasar diagnosis:
- Anamnesa yang seksama
- Gejala klinik yang tidak sesuai dengan keadaan patologik penyakit tertentu harus dicurigai
kearah kemungkinan keracunan.
- Begitu pula anak yang sehat tiba tiba menjadi sakit.
- Diagnosis dapat diperjelas dengan pemeriksaan laboratorium
- Tetapi campuran beberapa zat beracun dapat menyebabkan hilangnya gejala klinik yg khas.

Langkah penatalaksanaan:
1. Identifikasi racun.
Sedapat mungkin orang tua ditanya apakah anaknya pernah bermain dengan tempat tempat
penyimpanan barang barang beracun/ berbahaya. Tanyakan pula semua obat obat yang diper
gunakan keluarga.
2. Mengeluarkan racun:
- Muntah:
Muntah adalah cara yang efektif untuk mengeluarkan racun dari lambung. Beberapa
obat dapat menyebabkan muntah. Misalnya Apomosihin 0,1 mg/KgBB/dosis, sk, sekali
pemberian. Sirup ipekak 15-20 ml, oral, diikuti 1-2 gelas air, diulangi setelah 15-30 menit kemudian, bila belum muntah.
- Lavase lambung:
Walaupun efektif tetapi tidak sebaik muntah. Sebab memasukkan NGT akan menimbulkan trauma pada anak, diameter dari selang sangat terbatas sehingga tidak dapat mengeluarkan tablet yang besar atau zat lain berukuran besar sehingga diperlukan pengenceran. Hal ini menyebabkan absorbsi lebih cepat.
- Netralisasi racun:
Tertelan alkali dapat diberikan asam yaang ringan semacam juice lemon.
Tertelan asam dapat diberikan alkali yang ringan semacam susu magnesia.
Tertelan zat besi dapat diberikan Na Bikarbonat.
Charcoal dapat diberikan kecuali pada keracunan asam atau alkali.
- Mempercepat pengeluaran racun.
* Diuretika dapat diberikan dan dapat memperpendek waktu pengikatan racun oleh
jaringan, efektif pada keracunan salisilat dan fenobarbital.

* Dialisis akan memberikan hasil yang sangat memuaskan dalam mengeluarkan racun. *
Hemodiaalisis lebih efisien daripada dialisis peritoneal, tapi cara ini perlu tenaga ahli,
sedangkan dialisis peritoneal lebih mudah dilakukan.
* Transfusi ganti berguna pada beberapa kasus keracunan toksin yang tidak terikat
dengan jaringan atau diendapkan. Juga cara ini berguna pada anak kecarunan salisilat, barbituraat dll.
KERACUNAN KHUSUS
1. KERACUNAN OBAT
a. SALISILAT
Dasar diagnosis

: Ada riwayat makan salisilat.

Gejala klinis: Hiperventilasi, asidosis metabolik, muntah, dehidrasi, poliu


ri kemudian oliguri. Kadang didapatkan perdarahan, edem paru, depresi
pernapasan dan nekrosis tubular akut.
Penatalaksanaan

: Resusitasi jantung paru otak, emesis dengan sirup ipekak, rehidrasi,

vitamin K 1 mg, im, alkalinisasi urin 2 mEq/Kg Na bikarbonat iv, dan jika
keadaan berat dilakukan transfusi tukar atau dialisis.
b. OBAT HIPNOTIK
Dasar diagnosis

: Anamnesa dan gejala klinik

Penatalaksanaan

: Resusitasi jantung paru otak, eliminasi, pemberian antidotum.

c. ASETAMINOFEN
Dasar diagnosis

: Anamnesa dan gejala klinik

Penatalaksanaan

: Resusitasi jantung, paru otak, diberikan metionin, glutation atau N-asetil

sistein dengan dosis awal 140 mg/Kg BB dilanjutkan 70 mg/Kg BB tiap 4


jam. Bila muntah diberikan melalui selang duodenum. Pada kasus
berat dilakukan hemodialisis.

2. KERACUNAN GAS
a. KARBON MONOKSIDA
Dasar diagnosis

: Sakit kepala, gangguan kesadaran, koma. Depresi pernapasan dan

syok. SGOT, SGPT meningkat, edem paru dan aritmia.


Penatalaksanaan

: Berikan oksigen yang adekuat, bila mungkin gunakan hyperbaric O2

b. GAS TOKSIK IRITAN


Dasar diagnosis

: Iritasi lokal di mata, hidung, faring seperti pilek dan batuk

Dapat timbul edem paru dan kematian


Pemeriksaan fisik dan foto paru periodik.
Penatalaksanaan

: Pindahkan penderita dari daerah bahaya ke lingkungan udara segar.

Resusitasi jantung paru otak


Kortikosteroid dan antibiotika.
3. KERACUNAN ZAT KIMIA INDUSTRI
a. METIL ALKOHOL
Dasar diagnosis

: Gangguan penglihatan, sakit kepala, muntah, sakit perut, hiperpne, tre-

mor, kejang, koma dan syok.


Penatalaksanaan

: Resusitasi homeostasis, bilas lambung dengan larutan Na bikarbonat,

berikan etil alkohol sebagai kompetitif dalam proses alkohol dehidrogenase, diuterikum dam hemodialisis.
b. ASAM SIANIDA
Dasar diagnosis

: Dispnea, sianosis, sakit kepala, kejang dan koma.

Penatalaksanaan

: Berikan anti dotum Na nitrit dan Na tiosulfat.

c. KAUSTIK
Dasar diagnosis

: Korosi mukosa mulut, esofagus, faring. Sakit di saluran pencernaan

dan sangat haus. Sakit menelan, mual dan muntah, diare dan kolaps.
Inflamasi, pembengkaan, perionitis dan striktura saluran cerna.
Penatalaksanaan

: Resusitasi homeostasis. Jangan dibuat muntah dan dibilas lambung.

Diberikan venegarial lemon dan orange pieve untuk menetralkan.


Asam oleh susu atau milk of magnesium
Opiat untuk mengurangi sakit, antibiotika dan prednison.
Bila dapat menelan diberikan makanan cair.
d. HIDROKARBON
Dasar diagnosis

: Hidrokarbon menyebabkan perubahan paru paru dan Susunan saraf pu

sat. Menekan zat ini akan menyebabkan iritasi mukosa, muntah dan dia
re. Kadang timbul distres pernapasan, sianosis, takikardi, demam dan
kematian. Bensin, gasolin, karosen dan minyak polish sangat bahaya.
Diagnosis dibantu dengan foto thorak adanya pneumonia hidrokarbon.
Penatalaksanaan

: Resusitasi JPO / homeostasis. Observasi selama 24 jam. Kontraindika

si emesis dan bilas lambung. Berikan oksigen, antibiotika dan kortikoste


roid. Hindari penggunaan adrenalin. Jangan diberikan alkohol dan minyak mineral karena akan mempermudah absorbsi. Boleh diberikan caf
fein pada depresi saraf pusat.
4. KERACUNAN AGROCHEMICAL / INSEKTISIDA
a. KLORINATED HIDROKARBON
Dasar diagnosis

: Salivasi, nyeri perut, mual, muntah, diare, depresi SSP, kejang.

Inhalasi menyebabkan iritasi di mata, hidung, faring, batuk dan edem.


Absorbsi dapat melalui kulit, sal napas dan sal cerna.
Susu dan minyak castor di lambung menambah absorbsi.

Contoh: Aldrin, DDT, dieldrin, endrin, heptaklor, klordan dll


Penatalaksanaan

: Resusitasi, bilas lambung dan diberikan diazepam bila kejang.

b. ORGANOFOSFAT
Dasar diagnosis

: Salivasi, sakit kepala, keluar air mata, mual, muntah.

Sianosis, hipoglikemi, gejala akibat kolinesterase inhibitor.


Contoh: Diazinon, malabtion, panaokson, potosan, sistoks dll
Penatalaksanaan

: Resusitasi, emesis dan bilas lambung. Atropinisasi dengan sulfas atro

pin 0,015 0,050 mg/KgBB, iv tiap 5-10 menit, sampai timbul tanda
tanda atropinisasi: Kulit kering dan kemerahan, takikardia, berhentinya
sekresi dari mulut dan trakhea.
5. KERACUNAN MAKANAN
a. SINGKONG
Dasar diagnosis

: Zat beracun dalam singkong adalah asam sianida. Zat ini mengganggu

oksidasi jaringan karena mengikat enzim sitokrom oksidase.


Beberapa jam setelah makan singkong timbul muntah, pusing, lemah,
kesadaran menurun sampai koma, dispneu, sianosis dan kejang.
Penatalaksanaan

: Resusitasi, berikan Na tiosulfat 10-30 ml, iv, pelan pelan. Sebelumnya

dapat diberikan amil nitrit secara inhalasi.


b. JENGKOL
Dasar diagnosis

: Penyumbatan saluran kencing karena hablur asam jengkol. Keluhan tim

bul 5-12 jam sesudah makan jengkol, berupa nyeri perut, muntah, kolik,
sakit kencing, anuria dan kadang hematuria. Napas bau jengkol.
Penatalaksanaan

: Resusitasi. Pada yang ringan diberikan Na bikarbonat, bila berat infus

dengan larutan bikarbonat.

c. BONGKREK
Dasar diagnosis

: Zat beracun dalam bongkrek adalah toksoplavin. Gejala klinik timbul

sesudah 12-48 jam makan bongkrek, berupa pusing, diplopia, anorek


sia, lemah, ptosis, strabismus, sukar bernapas / menelan / berbicara.
Kematian timbul dalam 1-8 hari.
Penatalaksanaan

: Resusitasi, bilas lambung. Dapat pula diberikan antitoksin yang disertai

dengan pemberian glukose i.v, larutan garam fisiologik dan plasma.


KOMPLIKASI
- Perdarahan: Salisilat
- Edem paru: Salisilat, CO, Gas toksik iritan
- Depresi pernapasan: Salisilat, CO, hidrokarbon
- Nekrosis tubular akuta: Salisilat
- Syok: CO, Metil alkohol
- Koma: CO, Metil alkohol
- Aritmia: CO
- Kejang: Metil alkohol
PROGNOSIS
- Keracunan jengkol pada umumnya sembuh kecuali ada gagal ginjal akut.
- Keracunan singkong pada umumnya sembuh bila pengobatan cepat diberikan.

. Pengobatan
Pada pasien yang sadar :
- Kumbah lambung
- Injeksi sulfas atropin 2 mg ( 8 ampul ) Intra muscular
- 30 menit kemudian berikan 0,5 mg SA ( 2 ampul ) i.m , diulang tiap 30 menit sampai
artropinisasi
- Setelah atropinisasi tercapai , diberikan 0 , 25 mg SA ( 1 ampul ) i.m tiap 4 jam selama 24
jam .
Pada pasien yang tidak sadar
- Injeksi sulfus Atropin 4 mg intra vena ( 16 ampul )
- 30 menit kemudian berikan SA 2 mg ( 8 ampul ) i.m , diulangi setiap 30 menit sampai os
sadar.
- Setelah os sadar , berikan SA 0,5 mg ( 2 ampul ) i.m sampai tercapai atropinisasi, ditandai
dengan midriasis , fotofobia, mulut kering , takikardi, palpitasi , tensi terukur.
- Setelah atropinisasi tercapai , berikan SA 0,25 mg ( 1 ampul ) i.m tiap 4 jam selama 24 jam.
Pada Pasien Anak ( 5,6 )
- Lakukan tindakan cuci lambung atau membuat penderita muntah.
- Lakukan pernafasan buatan bila terjadi depresi pernafasn dan bebaskan jalan nafas dari
sumbatan sumbatan.
- Bila racun mengenai kulit atau mukosa mata, bersihkan dengan air.
- Atropin dapat diberikan dengan dosis 0,015 0,05 mg / Kg BB secara intra vena dan dapat
diulangi setiap 5 10 menit sampai timbul gejala atropinisasi. Kemudian berikan dosis rumat
untuk mempertahankan atropinisasi ringan selama 24 jam.
- Protopan dapat diberikan pada anak dengan dosis 0,25 gram secara intra vena sangat
perlahan lahan atau melalui ivfd
- Pengobatan simtomatik dan suportif.

Вам также может понравиться