Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NPM
: 2402213055
Kelas
: Akuntansi S1-B
agen dan prinsipal membutuhkan adanya kehadiran pihak ketiga yang independen untuk
menengahi konflik diantara kedua pihak tersebut.
Berdasarkan pandangan teori keagenan tampak jelas peran auditor dalam memberikan
jasa atestasi atas laporan keuangan yang dibuat oleh pihak agen dan dijadikan dasar
pembuatan kontrak. Auditor diharapkan memberikan pandangan yang independen tentang
kesahihan angka-angka yang disajikan. Auditor dapat melakukan fungsinya dengan benar jika
memiliki kompetensi yang memadai dan sikap independen.
Faktor Yang Memperngaruhi Integritas, Objektivitas dan Independensi Seorang
Akuntan
Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak
dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak
hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak
lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Sikap mental independen
tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in
appearance). Terdapat empat hal yang menggangu independensi akuntan publik, yaitu:
1.
2.
3.
4.
keuangan dan manajemen atau karyawan dengan kliennya. Mutual interest terjadi jika
akuntan publik berhubungan dengan audit committee yang ada di perusahaan, sedangkan
conflict intetrest jika akuntan publik berhubungan dengan manajemen.Menurut Mulyadi
(1998:50) hal-hal yang dapat mempengaruhi integritas, objektivitas dan independensi,antara
lain:
1. Hubungan keuangan dengan klien
Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat
mengakibatkan pihak ketiga berKesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak dapat
dipertahankan. Contoh hubungan keuangan antara lain:
Pinjaman dari/kepada klien, karyawan, direktur, atau pemegang saham utama dalam
perusahaan klien.
Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan
laporan audit yang diterbitkan. Hubungan keuangan mencakup kepentingan keuangan oleh
suami, isteri, keluarga sedarah semenda, sampai garis kedua auditor yang bersangkutan. Jika
saham yang dimiliki merupakan bagian yang material dari:
Aktiva yang dimiliki pimpinan atau rekan pimpinan atau kantor akuntan publik suami
atau isteri, keluarga saudara semendanya sampai dengan garis kedua. Kondisi ini
bertentangan dengan integritas, objektivitas dan independensi auditor tersebut.
Konsekuensinya auditor harus menolak atau melanjutkan penugasan audit yang
bersangkutan, kecuali jika hubungan tersebut diputuskan.
Pemilikan saham diperusahaan klien secara langsung atau tidak langsung mungkin diperoleh
melalui warisan, perkawinan dengan pemegang saham atau pengambilalihan. Dalam hal
seperti itu pemilikan saham harus atau secepat mungkin auditor yang bersangkutan harus
menolak penugasan audit atas laporan keuangan perusahaan tersebut.
2. Kedudukan dalam perusahaan
Jika seorang auditor dalam atau segera setelah periode penugasan, menjadi:
anggota dewan komisaris, direksi atau karyawan dalam manajemen perusahaan klien,
atau
rekan usaha atau karyawan salah satu dewan komisaris, direksi atau karyawan
perusahaan klien, maka ia dianggap memiliki kepentingan yang bertentangan dengan
objektivitas dalam penugasan. Dalam keadaan demikian ia harus mengundurkan diri atau
menolak semua penugasan audit atas laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
dapat melakukan kerjasama bisnis dengan perusahaan klien atau dengan salah satu eksekutif
atau pemegang saham utama.
4. Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit
Jika seorang auditor disamping melakukan audit, juga melaksanakan jasa lain untuk klien
yang sama, maka ia harus menghindari jasa yang menuntut dirinya melaksanakan fungsi
manajemen atau melakukan keputusan manajemen. Contoh berikut ini menyebabkan auditor
tidak independen:
Auditor memperoleh kontrak untuk mengawasi kantor klien, menandatangani bukti
kas keluar (voucher) untuk pembayaran dan menyusun laporan operasional berkala,
sedangkan pada saat yang bersamaan dia juga melaksanakan penugasan audit atas laporan
keuangan klien tersebut.
Jika perusahaan klien akan financial consultant) sekaligus auditor bagi klien tersebut,
walaupun konsultan keuangan (partner yang ditugasi untuk melakukan audit berbeda
dengan partner yang melaksanakan penugasan konsultasi.
5. Hubungan keluarga atau pribadi
Hubungan keluarga yang pasti akan mengancam independensi adalah seperti akuntan publik
yang bersangkutan, atau staf yang terlibat dalam penugasan itu merupakan suami atau isteri,
keluarga sedarah semenda klien sampai dengan garis kedua atau memiliki hubungan pribadi
dengan klien. Termasuk dalam pengertian klien disini antara lain pemilik perusahaan,
pemegang saham utama, direksi dan eksekutif lainnya.
6. Fee atau jasa lainnya
Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang
dapat merusak citra profesi. Akuntan publik tidak boleh mendapatkan klien yang telah diaudit
oleh kantor akuntan publik lain dengan cara manawarkan atau menjanjikan fee yang jauh
lebih rendah dari fee yang diterima oleh kantor akuntan publik sebelumnya.
7. Penerimaan barang atau jasa dari klien
Akuntan publik, suami atau isterinya dan keluarga semendanya sampai dengan keturunan
keduanya tidak boleh menerima barang atau jasa dari klien yang dapat mengancam
independensinya, yang diterima dengan syarat tidak wajar, yang tidak lazim dalam kehidupan
sosial.
Dari pemaparan di atas, jelas sekali bahwa profesi seorang akuntan akan sangat rentan
dengan gangguan moral dari pihak agen (management) atau dari pihak principal (pemilik
perusahaan). Sehingga seorang akuntan memang sudah sepatutnya untuk menjalankan
tugasnya secara professional mengikuti Prinsip-Prinsip Kode Etik Akuntan yang telah
disepakai dalam Kongres Akutansi. Prinsip Kode Etik Akuntan yang paling cocok dengan
masalah Conflict of Interest adalah prinsip yang keempat yaitu Obyektivitas.
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan pejabat.
Prinsip obyektivitas mengharuskan bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual,
tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah
pengaruh pihak lain. Sudah sangat jelas bahwa setiap akuntan harus memiliki prinsip
obyektivitas yang tinggi dalam menjaankan profesinya sebagai akuntan.
Dengan mematuhi Prinsip Kode Etik Akuntan, seorang akuntan akan terhindar
dariConflict of Interest yang kemungkinan akan terjadi selama menjalankan tugasnya sebagai
auditor. Laporan-laporan yang dihasilkannyapun akan bersifat independen dan memberikan
opini yang sesuai dengan facta yang ada dan temuan-temuan yang ada, tidak memberikan
opini palsu atas laporan keuangan yang hanya mementingkan kepentingan atau keuntungan
pribadi atau golongan tertentu.
Menurut Don A. Moore dalam jurnalnya yang berjudul Conflict Of Interest And The
Case of Auditor Independence : Moral Seduaction and Strategic Issue Cycling (tahun 2005),
mengatakan bahwa setidaknya ada 5 langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya Conflict Of Interest dalam Profesi Akuntan, yaitu :
1.
Auditor harus melakukan audit dan bukan melakukan layanan yang lain.
2.
Sebuah perusahaan audit harus disewa untuk suatu periode tertentu, mungkin
tiga/lima tahun, hal ini untuk mengurangi auditor insentif yang bersifat menyenangkan
klien dengan pendapat/opini yang positif
3.
Semua pihak terlibat dalam audit baik level eksekutif ataupun staf dilarang untuk
menerima pekerjaan atau bukan bagian dari perusahaan yang sedang diaudit.
4.
Auditor harus membuat satu set penilaian independen, bukan sekadar meratifikasi
akuntansi dari perusahaan klien.
5.
Auditor seharusnya tidak dipilih oleh manajemen perusahaan tetapi oleh komite audit
dewan direksi.