Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BELLS PALSY
DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
04124707009
04124707010
04124707012
04124707013
04124707014
04124707015
04124707016
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Bells palsy adalah paralisis fasialis dimana paralisis ini terjadi secara tiba-tiba
pada satu sisi muka. Bells palsy ditemukan oleh dokter dari Inggris yang bernama
Charles Bell. Bells palsy merupakan suatu keadaan paresis atau kelumpuhan yang
akut dan idiopatik akibat disfungsi nervus fasialis perifer.1
2.2. Etiologi
Pada masa yang lalu, paparan dingin terhadap wajah, seperti angin dingin,
terkena AC terus menerus, dianggap sebagai satu-satunya penyebab bells palsy.2
Pada masa kini, beberapa hal diduga dapat menyebabkan bells palsy, salah satu
diantaranya adalah infeksi. Pada tahun 1972, McCormick yang pertama kali
menyinggung bahwa HSV (Herpes Simplex Virus) bertanggung jawab dalam
menyebabkan kelumpuhan fasial idiopatik.3 Penemuan ini berdasarkan suatu analogi
bahwa HSV ditemukan di vesikel-vesikel, kemudian menetap dan bersifat laten di
ganglion genikulatum. Sejak saat itu, sering dilakukan autopsi pada pasien bells
palsy dan hasilnya mengarah kepada terdapatnya HSV di ganglion genikulatum pada
pasien bells palsy. Apabila hal ini benar, maka diduga virus ini berjalan melalui
akson sensoris dan menetap di sel ganglion. Sehingga pada saat stres, virusnya akan
mengalami reaktivasi dan merusak selubung mielin.3
2.3. Struktur Anatomi
Nervus kranialis VII (fasialis) berfungsi terutama sebagai saraf motoris
(beberapa serabut sensoris dari meatus akustikus eksternus, serabut pengendali salivasi
dan serabut pengecapan dari lidah bagian depan dalam cabang chorda tympani). Saraf
ini juga mempersarafi stapedius (sehingga lesi saraf total akan merubah kepekaan
pendengaran pada daerah yang terkena).
lateral pons diantara nervus fasialis dan nervus vestibukoklearis. Nervus fasialis
bersama dengan nervus intermedius dan nervus vestibulokoklearis kemudian memasuki
meatus akustikus internus. Di sini nervus fasialis bersatu dengan nervus intermedius
dan menjadi satu berkas yang berjalan di dalam kanalis fasialis dan kemudian masuk ke
dalam os mastoid. Ia keluar dari tulang tengkorak melalui foramen stilomastoideum,
dan bercabang untuk mempersarafi otot-otot wajah.4
2.4. Patofisiologis
Para ahli menyebutkan bahwa pada bells palsy terjadi proses inflamasi akut
pada nervus fasialis di daerah tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus.
Bells palsy hampir selalu terjadi secara unilateral. Patofisiologisnya belum jelas, tetapi
salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada nervus fasialis yang
menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari saraf
tersebut pada saat melalui tulang temporal. Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang
temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang
menyempit pada pintu keluar sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang
unik tersebut, adanya inflamasi, demielinisasi atau iskemik dapat menyebabkan
gangguan dari konduksi. Implus motorik yang dihantarkan oleh nevus fasialis bisa
mendapat gangguan di lintasan supranuklear, nuklear dan infranuklear. Lesi
supranuklear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau di jaras
kortikobulbar ataupun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan daerah
somatotropik wajah di korteks motorik primer.5
Paparan udara seperti angin kencang, AC, atau mengemudi dengan kaca terbuka
diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya bells palsy. Karena itu nervus fasialis
bisa sembab, terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan
fasialis LMN. Pada lesi LMN bias terletak di pons, di sudut sereblo-pontin, di os
petrosum atau kavum timpani, di foramen stilomastoideus dan pada cabang-cabang tepi
nervus fasialis.5
Berdasarkan beberapa penelitian bahwa penyebab utama bells palsy adalah
reaktivasi virus herpes (HSV tipe 1 dan virus herpes zoster) yang menyerang saraf
kranialis. Terutama virus herpes zoster karena virus ini menyebar ke saraf melalui sel
satelit. Pada radang herpes zoster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa ikut
terlibat sehingga menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN.
7. Gangguan gerakan pada otot wajah yang sering dijumpai ialah gerakan involunter
yang dinamakan tic fasialis atau spasmus klonik fasialis. Sebab dan mekanisme
sebenarnya belum diketahui yang dianggap sebagai sebabnya adalah suatu
rangsangan iritatif di ganglion genikulatum. Namun demikian gerakan-gerakan otot
wajah involunter bisa bangkit juga sebagai suatu pencerminan kegelisahan atau
depresi. Pada gerakan involunter tersebut, sudut muka terangkat dan kelompok
mata memejam secara berlebihan.
2.6. Sistem Grading pada Bells Plasy7
Sistem grading pada pasien Bells palsy adalah skala I hingga VI:
maksimal.
Grade III adalah disfungsi sedang dimana terjadi gangguan pergerakan dahi,
ada kontrktur, mata dapat menutup dengan usaha maksimal, pergerakan mulut
sedikit.
Grade VI adalah paresis total. Tidak ada pergerakan sama sekali.
2.7. Diagnosa
Anamesa pada pasien bells palsy dilakukan dimana pasien biasanya
mengeluhkan bells palsy ini terjadi tiba-tiba dan pasien ada riwayat dalam situasi
yang dingin. Pemeriksaan fisik pada pasien bells palsy menunjukkan pasien tidak
dapat mengangkat alis, tidak menutup mata secara sempurna, serta senyuman tidak
simetris. Pada pemeriksaan otologik dilakukan, biasanya pada pasien bells palsy tidak
ada keluhan pendengaran namun jika ada, berarti bells palsy disebabkan oleh otitis
media. Pemeriksaan okular pada pasien bells palsy menunjukkan pasien logotalamus
BAB III
KESIMPULAN
Bells palsy didefenisikan sebagai suatu keadaan yang paresis atau
kelumpuhan yang akut dan idiopatik akibat disfungsi nervus fasialis perifer. Penyebab
Bells palsy adalah edema dan iskemia akibat penekanan (kompresi) pada nervus
fasialis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sullivan FM, Swan IR, Donnan PT Morrison JM, Smith BH, Mckinstry B, et al. Early
treatment with prednisolone oracyclovir in Bells palsy. N Engl J Med. Oct 18 2007;
357(16):1598-607.
2. Danette C Taylor, DO, MS; Chief Editor: B Mark Keegan, MD. Bell Palsy. Emedicine
online , available at http://emedicine.medscape.com/article/1146903- overview
http://www.google.com/bells palsy/medical.
3. McCormick DP. Herpes-simplex virus as a cause of Bells palsy. Lancet. Apr 29 2001;
1(7757):937-9.
4. Lumbantobing SM. Neurologi KlinikPemeriksaan Fisik dan Mental: Saraf Otak, FK
UI Jakarta 2004, hal 55-59.
5. Ropper AH, Brown RH. Bells Palsy Disease Of The Kranial Nerve. Adams and
Victors Principles of Neurology, 8th ed. New York : McGraw Hill, 2005.1181-1184.
6. Mardjono, M. Sidhrata. Nervus Fasialis dan Patologinya. Nuerologi Klinis Dasar, 5 th
ed. Jakarta : PT Dian Rakyat, 2005. 159-163.
7. Peitersen E. The natural history of Bells palsy. Am J Otol. Oct 2002;4(2):107-11.
8. Hashisaki GT. Medical management of Bells palsy. Compr Ther. Nov
2007;23(11):715-8.