Вы находитесь на странице: 1из 29

A.

Awal perkembangan Kerajaan Mataram Islam


Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah
tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Para raja yang pernah memerintah di
Kerajaan Mataram yaitu : Penembahan Senopati (1584-1601), Panembahan Seda
Krapyak (1601-1677).
Dalam sejarah Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam
perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat
dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para
penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga
pengembangan kebudayaan yang bercorak islam di Jawa.
Pada awalnya daerah mataram dikuasai kesultanan pajang sebagai balas jasa atas
perjuangan dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya menghadiahkan
daerah mataram kepada Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan
Mataram dibangun sebagai tempat permukiman baru dan persawahan.
Akan tetapi, kehadirannya di daerah ini dan usaha pembangunannya mendapat
berbagai jenis tanggapan dari para penguasa setempat. Misalnya, Ki Ageng Giring
yang berasal dari wangsa Kajoran secara terang-terangan menentang kehadirannya.
Begitu pula ki Ageng tembayat dan Ki Ageng Mangir. Namun masih ada yang
menerima kehadirannya, misalnya ki Ageng Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan
dan sambutan yang beraneka itu tidak mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan
untuk melanjutkan pembangunan daerah itu. ia membangun pusat kekuatan di plered
dan menyiapkan strategi untuk menundukkan para penguasa yang menentang
kehadirannya.
Pada tahun 1575, Pemahanan meninggal dunia. Ia digantikan oleh putranya, Danang
Sutawijaya atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Di samping bertekad melanjutkan
mimpi ayahandanya, ia pun bercita-cita membebaskan diri dari kekuasaan pajang.
Sehingga, hubungan antara mataram dengan pajang pun memburuk.Hubungan yang
tegang antara sutawijaya dan kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan.
Dalam peperangan ini, kesultanan pajang mengalami kekalahan. Setelah penguasa
pajak yakni hadiwijaya meninggal dunia (1587), Sutawijaya mengangkat dirinya
menjadi raja Mataram dengan gelar penembahan Senopati Ing Alaga. Ia mulai
membangun kerajaannya dan memindahkan senopati pusat pemerintahan ke
Kotagede. Untuk memperluas daerah kekuasaanya, penembahan senopati melancarkan
serangan-serangan ke daerah sekitar. Misalnya dengan menaklukkan Ki Ageng Mangir
dan Ki Ageng Giring.

daerah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam


Pada tahun 1590, penembahan senopati atau biasa disebut dengan senopati menguasai
madiun, yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan
kediri dan jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada
tahun 1598-1599.
Sebagai raja islam yang baru, panembahan senopati melaksanakan penaklukkanpenaklukan itu untuk mewujudkan gagasannya bahwa mataram harus menjadi pusat
budaya dan agama islam, untuk menggantikan atau melanjutkan kesultanan demak.
Disebutkan pula dalam cerita babad bahwa cita-cita itu berasal dari wangsit yang
diterimanya dari Lipura (desa yang terletak di sebelah barat daya Yogyakarta).
Wangsit datang setelah mimpi dan pertemuan senopati dengan penguasa laut selatan,
Nyi Roro Kidul, ketika ia bersemedi di Parangtritis dan Gua Langse di Selatan
Yogyakarta. Dari pertemuan itu disebutkan bahwa kelak ia akan menguasai seluruh
tanah Jawa.
B. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang dianut Kerajaan mataram islam adalah sistem Dewa-Raja.
Artinya pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak adaa pada diri sultan. Seorang sultan
atau raja sering digambarkan memiliki sifat keramat, yang kebijaksanaannya terpacar
dari kejernihan air muka dan kewibawannya yang tiada tara. Raja menampakkan diri
pada rakyat sekali seminggu di alun-alun istana.
Selain sultan, pejabat penting lainnya adalah kaum priayi yang merupakan
penghubung antara raja dan rakyat. Selain itu ada pula panglima perang yang bergelar
Kusumadayu, serta perwira rendahan atau Yudanegara. Pejabat lainnya adalah
Sasranegara, pejabat administrasi.
Dengan sistem pemerintahan seperti itu, Panembahan senopati terus-menerus
memperkuat pengaruh mataram dalam berbagai bidang sampai ia meninggal pada
tahun 1601. ia digantikan oleh putranya, Mas Jolang atau Penembahan Sedaing

Krapyak (1601 1613). Peran mas Jolang tidak banyak yang menarik untuk dicatat.
Setelah mas jolang meninggal, ia digantikan oleh Mas Rangsang (1613 1645). Pada
masa pemerintahannyalah Mataram mearik kejayaan. Baik dalam bidang perluasan
daerah kekuasaan, maupun agama dan kebudayaan.
Pangeran Jatmiko atau Mas Rangsang Menjadi raja mataram ketiga. Ia mendapat
nama gelar Agung Hanyakrakusuma selama masa kekuasaan, Agung Hanyakrakusuma
berhasil membawa Mataram ke puncak kejayaan dengan pusat pemerintahan di
Yogyakarta. Gelar sultan yang disandang oleh Sultan Agung menunjukkan bahwa ia
mempunyai kelebihan dari raja-raja sebelumnya, yaitu panembahan Senopati dan
Panembahan Seda Ing Krapyak. Ia dinobatkan sebagai raja pada tahun 1613 pada
umur sekitar 20 tahun, dengan gelar Panembahan. Pada tahun 1624, gelar
Panembahan diganti menjadi Susuhunan atau Sunan. Pada tahun 1641, Agung
Hanyakrakusuma menerima pengakuan dari Mekah sebagai sultan, kemudian
mengambil gelar selengkapnya Sultan Agung Hanyakrakusuma Senopati Ing Alaga
Ngabdurrahman.
Karena cita-cita Sultan Agung untuk memerintah seluruh pulau jawa, kerajaan
Mataram pun terlibat dalam perang yang berkepanjangan baik dengan penguasapenguasa daerah, maupun dengan kompeni VOC yang mengincar pulau Jawa.
Pada tahun 1614, sultan agung mempersatukan kediri, pasuruan, lumajang, dan
malang. Pada tahun 1615, kekuatan tentara mataram lebih difokuskan ke daerah
wirasaba, tempat yang sangat strategis untuk menghadapi jawa timur. Daerah ini pun
berhasil ditaklukkan. pada tahun 1616, terjadi pertempuran antara tentara mataram
dan tentara surabaya, pasuruan, Tuban, Jepara, wirasaba, Arosbaya dan Sumenep.
Peperangan ini dapat dimenangi oleh tentara mataram, dan merupakan kunci
kemenangan untuk masa selanjutnya. Di tahun yang sama Lasem menyerah. Tahun
1619, tuban dan Pasuruan dapat dipersatukan. Selanjutnya mataram berhadapan
langsung dengan Surabaya. Untuk menghadapi surabaya, mataram melakukan strategi
mengepung, yaitu lebih dahulu menggempur daerah-daerah pedalaman seperti
Sukadana (1622) dan Madura (1624). Akhirnya, Surabaya dapat dikuasai pada tahun
1625.
Dengan penaklukan-penaklukan tersebut, Mataram menjadi kerajaan yang sangat
kuat secara militer. Pada tahun, 1627, seluruh pulau jawa kecuali kesultanan Banten
dan wilayah kekuasaan kompeni VOC di Batavia ttelah berhasil dipersatukan di bawah
mataram. Sukses besar tersebut menumbuhkan kepercayaan diri sultan agung untuk
menantang kompeni yang masih bercongkol di Batavia. Maka, pada tahun 1628,
Mataram mempersiapkan pasukan di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan
Tumenggung Sura Agul-agul, untuk mengempung Batavia.
Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan
tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat
menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka
pada pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng
Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan
dilancarkan terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini
kembali dapat dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur

pada tahun itu juga. Selanjutnya, serangan mataram diarahkan ke blambangan yang
dapat diintegrasikan pada tahun 1639.
Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan
tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat
menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka
pada pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng
Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan
dilancarkan terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini
kembali dapat dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur
pada tahun itu juga. Selanjutnya, serangan mataram diarahkan ke blambangan yang
dapat diintegrasikan pada tahun 1639.
Bagi Sultan Agung, Kerajaan Mataram adalah kerajaan islam yang mengemban
amanat Tuhan di tanah Jawa. Oleh sebab itu, struktur serta jabatan kepenghuluan
dibangun dalam sistem kekuasaan kerajaan. Tradisi kekuasaan seperti sholat jumat di
masjid, grebeg ramadan, dan upaya pengamanalan syariat islam merupakan bagian tak
terpisahkan dari tatanan istana.
Sultan agung juga berprediksi sebagai pujangga. Karyanya yang terkenal yaitu kitab
Serat Sastra Gendhing. Adapun kitab serat Nitipraja digubahnya pada tahun 1641 M.
Serat sastra Gendhing berisi tetang budi pekerti luhur dan keselarasan lahir batin. Serat
Nitipraja berisi tata aturan moral, agar tatanan masyarakat dan negara dapat menjadi
harmonis. Selain menulis, Sultan Agung juga memerintahkan para pujangga kraton
untuk menulis sejarah babad tanah Jawi.
Di antara semua karyanya , peran sultan agung yang lebih membawa pengaruh luas
adalah dalam penanggalan. Sultan agung memadukan tradisi pesantren islam dengan
tradisi kejawen dalam perhitungan tahun. Masyarakat pesantren biasa menggunakan
tahun hijriah, masyarakat kejawen menggunakan tahun Caka atau saka. Pada tahun
1633, Sultan Agung berhasil menyusun dan mengumumkan berlakunya sistem
perhitungan tahun yang baru bagi seluruh mataram. Perhitungan itu hampir
seluruhnya disesuaikan dengan tahun hijriah, berdasarkan perhitungan bulan. Namun,
awal perhitungan tahun jawa ini tetap sama dengan tahun saka, yaitu 78 m. Kesatuan
perhitungan tahun sangat penting bagi penulisan serat babad. Perubahan perhitungan
itu merupakan sumbangan yang sangat penting bagi perkembangan proses
pengislaman tradisi dan kebudayaan jawa yang sudah terjadi sejak berdirinya
kerajaan demak. Hingga saat ini, sistem penanggalan ala sultan Agung ini masih
banyak digunakan.
Sejak masa sebelum sultan Agung pembangunan non-militer memang telah dilakukan.
Satu yang layak disebut, panembahan Senopati menyempurnakan bentuk wayang
dengan tatanan gempuran. Setelah zaman senopati, mas jolang juga berjasa dalam
kebudayaan, dengan berusaha menyusun sejarah negeri demak, serta menulis beberapa
kitap suluk. Misalnya Sulu Wujil (1607 M) yang berisi wejangan Sunan bonang kepada
abdi raja majapahit yang bernama Wujil. Pangeran Karanggayam juga menggubah
Serat Nitisruti (1612 m) pada masa mas jolang.
Menjelang akhir hayatnya. Sultan Agung menerapkan peraturan yang bertujuan
mencegah perebutan tahta, antara keluarga raja dan putra mahkota. Di bawah

kepemimpinan Sultan Agung, Mataram tidak hanya menjadi pusat kekuasaan, tapi
juga menjadi pusat penyebaran islam.
C. Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Sultan Agung
Kemajuan yang dicapai meliputi kemajuan di bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya, yaitu :
a. Bidang Politik
Kemajuan politik yang dicapai Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-kerajaan
Islam di Jawa dan menyerang Belanda di Batavia.
a. Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam
Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Usaha inidimulai
dengan menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang,Pasuruhan,
kemudian Surabaya. Salah satu usahanya mempersatukan kerajaan Islamdi Pulau
Jawa ini ada yang dilakukan dengan ikatan perkawinan. Sultan Agung mengambil
menantu Bupati Surabaya Pangeran Pekik dijodohkan dengan putrinya yaitu Ratu
Wandansari
b. Anti penjajah Belanda
Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah Belanda. Hal ini
terbukti dengan dua kali menyerang Belanda ke Batavia, yaitu yang pertama tahun
1628 dan yang kedua tahun 1629. Kedua penyerangan ini mengalami
kegagalan.Adapun penyebab kegagalannya, antara lain:
- Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram. Mereka
harus menempuh jalan kaki selama satu bulan dengan medan yang sangat sulit.
- Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di
Batavia menjadi lemah.
- Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda
yang serba modern.
- Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin
memperlemah kekuatan.
- Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat
laut,sedangkan Mataram lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya
Mataram dalam menghadapai Belanda tanpa bantuan Portugis.
- Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama dengan Banten
dalam menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.
- Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat.
Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awal sehingga rencana
penyerangan Mataram ini diketahui Belanda.
- Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan ini
diketahui Belanda sebelumnya.
b. Bidang Ekonomi

Kemajuan dalam bidang ekonomi meliputi hal-hal berikut ini:


- Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan
memanfaatkan beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan
pemindahan penduduk (transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur
dengan irigasi yang baik. Dengan usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras
ke Malaka.
- Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan
politik,tetapi juga kekuatan ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak
semata-mata tergantung ekonomi agraris, tetapi juga karena pelayaran dan
perdagangan.
c. Bidang sosial Budaya
Kemajuan dalam bidang sosial budaya meliputi hal-hal berikut:
a. Timbulnya kebudayaan kejawen
Unsur ini merupakan akulturasi dan asimilasi antara kebudayaan asli Jawa
denganIslam. Misalnya upacara Grebeg yang semula merupakan pemujaan roh nenek
moyang. Kemudian, dilakukan dengan doa-doa agama Islam. Sampai kini, di jawa kita
kenal sebagai Grebeg Syawal, Grebeg Maulud dan sebagainya.
b. Perhitungan Tarikh Jawa
Sultan Agung berhasil menyusun tarikh Jawa. Sebelum tahun 1633 M, Mataram
menggunakan tarikh Hindu yang didasarkan peredaran matahari (tarikh
syamsiyah).Sejak tahun 1633 M (1555 Hindu), tarikh Hindu diubah ke tarikh Islam
berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah). Caranya, tahun 1555 diteruskan
tetapi dengan perhitungan baru berdasarkan tarikh komariah. Tahun perhitungan
Sultan Agung ini kemudian dikenal sebagaitahun Jawa.
c. Berkembangnya Kesusastraan Jawa
Pada zaman kejayaan Sultan Agung, ilmu pengetahuan dan seni berkembang
pesat,termasuk di dalamnya kesusastraan Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang kitab
yang berjudul Sastra Gending yang merupakan kitab filsafat kehidupan dan
kenegaraan.Kitab-kitab yang lain adalah Nitisruti, Nitisastra, dan Astrabata. Kitabkitab ini berisi tentang ajaran-ajaran budi pekerti yang baik.Pengaruh Mataram mulai
memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 M.Selanjutnya, Mataram
pecah menjadi dua, sebagaimana isi Perjanjian Giyanti (1755) berikut:
- Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah kekuasaan Paku
Buwono III dengan pusat pemerintahan di Surakarta.
- Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan
Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat
pemerintahannya di Yogyakarta.Perkembangan berikutnya, Kesunanan Surakarta
pecah menjadi dua yaitu Kesunanan dan Mangkunegaran (Perjanjian Salatiga 1757).
Kesultanan Yogyakarta juga terbagi atas Kesultanan dan Paku Alaman. Perpecahan ini
terjadi karena campur tangan Belanda dalam usahanya memperlemah kekuatan
Mataram, sehingga mudah untuk di kuasai.Sultan Agung meninggal pada Februari
1646. ia dimakamkan di puncak Bukit Imogiri, Bantul ,Yogyakarta.
Selanjutnya,Mataram diperintah oleh putranya, SunanTegalwangi, dengan gelar
Amangkurat I ( 1646 1677). Dalam masa pemerintahan Amangkurat I, kerajaan
mataram mulai mundur. Wilayah kekuasaan mataram berangsur-angsur menyempit

karena direbut oleh kompeni VOC. Yang paling mengenaskan, pada tahun1675, Rade
Trunajaya dari Madura memberontak. Pemberontakannya demikian tak terbendung,
sampai-sampai Trunajaya berhasil menguasai keraton Mataram yang waktu ituteletak
di Plered. Amangkurat terlunta-lunta mengungsi, dan akhirnya meninggal di
Tegal.Sepeninggal Amangkurat I, Mataram dipegang oleh Amangkurat II yang
menurunkanDinasti Paku Buwana di Solo dan Hamengku Buwana di Yogyakarta.
Amangkurat II meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan
Trunajaya. Setelah berakhirnya Perang Giyanti (1755), wilayah kekuasaan mataram
semakin terpecah belah. Berdasarkan perjanjian giyanti, mataram dipecah menjadi
dua, yakni mataram sukrakarta dan mataram yogyakarta. Pada tahun 1757 dan 1813,
perpecahan terjadi lagi dengan munculnya Mangkunegara dan pakualaman. Di masa
pemerintahan Hindia Belanda, keempat pecahan kerajaan mataram ini disebut sebagai
vorstenlanden. Saat ini, keempat pecahan Kesultanan Mataram tersebut masih
melanjutkan dinasti masing-masing. Bahkan peran dan pengaruh pecahan mataram
tersebut, terutama kesultanan Yogyakarta masih cukup besar dan diakui masyarakat.
Aspek Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum
Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan
Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian
diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu,
khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di
bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan
pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan
peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk
Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini
menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya
yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di
daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang
berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram. Kebudayaan yang
berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan
sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang
merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam. Di samping itu,
perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup
terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam
dengan adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.E.
Puncak Kejayaan Mataram Islam
Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada jaman Sultan Agung
Hanyokrokusumo (1613-1646). Daerah kekuasaannya mencakup Pulau Jawa (kecuali
Banten dan Batavia), Pulau Madura, dan daerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada
waktu itu, Batavia dikuasai VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie )
Belanda.Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan Agung yang sangat anti
kolonialisme itumenyerang VOC di Batavia sebanyak dua kali (1628 dan 1629).
Menurut Moejanto sepertiyang dikutip oleh Purwadi (2007), Sultan Agung memakai
konsep politik keagungbinataran yang berarti bahwa kerajaan Mataram harus berupa
ketunggalan, utuh, bulat, tidak tersaingi,dan tidak terbagi-bagi.

Kemunduran Mataram Islam


Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia
dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi
rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.

D. Silsilah Raja dan Sistem Pemerintahan


1. Ki Ageng Pamanahan ( Ki Gede Pamanahan )
- Pendiri desa mataram tahun 1556
- bergelar Panembahan Senapati dibawah pimpinan anaknya
- Ki Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela
- menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng Saba
(kakak perempuan Ki Ageng Henis).
- Ki Pamanahan dan adik angkatnya, yang bernama Ki Penjawi, mengabdi pada
Hadiwijaya bupati Pajang (murid Ki Ageng Sela ) Keduanya dianggap kakak oleh raja
dan dijadikan sebagai lurah wiratamtama di Pajang.
- Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja. Ki Pamanahan bekerja sama dengan Ratu
Kalinyamat membujukHadiwijaya supaya bersedia menghadapi Arya Penangsang.
Sebagai hadiah, Ratu Kalinyamat memberikan cincin pusakanya kepada Ki
Pamanahan.
- Meninggal tahun 1584
2. Sutawijaya ( Danang sutawijaya )
- pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun
1587-1601
- bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah
Jawa
- dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram.
- putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah
- Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja terakhir
Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri anggota Walisanga
- Nyai Sabinah memiliki kakak laki-laki bernama Ki Juru Martani, yang kemudian
diangkat sebagai patih pertama Kesultanan Mataram. Ia ikut berjasa besar dalam
mengatur strategi menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549.

- Sutawijaya juga diambil sebagai anak angkat oleh Hadiwijaya bupati Pajang sebagai
pancingan, karena pernikahan Hadiwijaya dan istrinya sampai saat itu belum
dikaruniai anak. Sutawijaya kemudian diberi tempat tinggal di sebelah utara pasar
sehingga ia pun terkenal dengan sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar.
- Sayembara menumpas Arya Penangsang tahun 1549 merupakan pengalaman perang
pertama bagi Sutawijaya. Ia diajak ayahnya ikut serta dalam rombongan pasukan
supaya Hadiwijaya merasa tidak tega dan menyertakan pasukan Pajang sebagai bala
bantuan. Saat itu Sutawijaya masih berusia belasan tahun.
- meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia kemudian
dimakamkan di Kotagede.
3. Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyakrawati / Sri Susuhunan Adi Prabu
Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram )
- raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613
- putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama
Ratu Mas Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati
- Ketika menjabat sebagai Adipati Anom (putra mahkota), Mas Jolang menikah dengan
Ratu Tulungayu putri dari Ponorogo. Namun perkawinan tersebut tidak juga
dikaruniai putra, kemudian menikah lagi dengan Dyah Banowati putri Pangeran
Benawa raja Pajang. Dyah Banowati yang kemudian bergelar Ratu Mas Hadi
melahirkan Raden Mas Rangsang dan Ratu Pandansari (kelak menjadi istri Pangeran
Pekik). Empat tahun setelah Mas Jolang naik takhta, ternyata Ratu Tulungayu
melahirkan seorang putra bernama Raden Mas Wuryah alias Adipati Martapura.
Padahal saat itu jabatan adipati anom telah dipegang oleh Mas Rangsang.
- Pada tahun 1610 melanjutkan usaha ayahnya, yaitu menaklukkan Surabaya, musuh
terkuat Mataram. Serangan-serangan yang dilakukannya sampai akhir
pemerintahannya tahun 1613 hanya mampu memperlemah perekonomian Surabaya
namun tidak mampu menjatuhkan kota tersebut. Serangan pada tahun 1613 sempat
menyebabkan pos-pos VOC di Gresik dan Jortan ikut terbakar. Sebagai permintaan
maaf, Hanyakrawati mengizinkan VOC mendirikan pos dagang baru di Jepara. Ia juga
mencoba menjalin hubungan dengan markas besar VOC di Ambon.
- meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di
Hutan Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta Panembahan
Seda ing Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda
yang wafat di Krapyak"
4. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli :
Raden Mas Jatmika )
- lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered, Bantul),
Kesultanan Mataram, 1645
- raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645
- Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di
Jawa dan Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan )
- Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan
menjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975
tanggal3 November 1975.
- putra dari pasangan Prabu Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati.( putri
Pangeran Benawa raja Pajang ( Dyah Banowati ))
- Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara periodik.
- kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut Batavia

dengan VOC
- menyerang Batavia sebanyak 2x.
serangan pertama ( 1628 ) terjadi di benteng Holandia, dipimpin oleh Tumenggung
Bahureksa, dan Pangeran Mandurareja sebanyak 10.000 pasukan akan tetapi gagal.
Kegagalan serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung
beras di Karawang dan Cirebon. Namun pihak VOC berhasil memusnahkan semuanya.
Serangan kedua ( 1629 ) dipimpin Adipati Ukur dan Adipati Juminah Total semua
14.000 orang prajurit. serangan kedua Sultan Agung berhasil membendung dan
mengotori Sungai Ciliwung, yang mengakibatkan timbulnya wabah penyakit kolera
melanda Batavia. Gubernur jenderal VOC yaitu J.P. Coen meninggal menjadi korban
wabah tersebut.
5. Amangkurat I (Sri Susuhunan Amangkurat Agung)
- Memerintah pada tahun 1646-1677
- Memiliki gelar anumertaSunan Tegalwangi atau Sunan Tegalarum
- Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin putra Sultan Agung. Ibunya bergelar Ratu
Wetan, yaitu putri Tumenggung Upasanta bupatiBatang (keturunan Ki Juru Martani).
- Ketika menjabat Adipati Anom ia bergelar Pangeran Arya Prabu Adi Mataram.
- memiliki dua orang permaisuri. Putri Pangeran Pekik dari Surabaya menjadi Ratu
Kulon yang melahirkan Raden Mas Rahmat, kelak menjadi Amangkurat II. Sedangkan
putri keluarga Kajoran menjadi Ratu Wetan yang melahirkan Raden Mas Drajat,
kelak menjadi Pakubuwana I.
- mendapatkan warisan Sultan Agung berupa wilayah Mataram yang sangat luas
- menerapkan sentralisasi atau sistem pemerintahan terpusat.
- Pada tahun 1647 ibu kota Mataram dipindah ke Plered. Perpindahan istana tersebut
diwarnai pemberontakan Raden Mas Alit atau Pangeran Danupoyo, adik Amangkurat
I yang menentang penumpasan tokoh-tokoh senior. Pemberontakan ini mendapat
dukungan para ulama namun berakhir dengan kematian Mas Alit. Amangkurat I ganti
menghadapi para ulama. Mereka semua, termasuk anggota keluarganya, sebanyak
5.000 orang lebih dikumpulkan di alun-alun untuk dibantai.
- Amangkurat I menjalin hubungan dengan VOC yang pernah diperangi ayahnya. Pada
tahun 1646 ia mengadakan perjanjian, antara lain pihak VOC diizinkan membuka pospos dagang di wilayah Mataram, sedangkan pihak Mataram diizinkan berdagang ke
pulau-pulau lain yang dikuasai VOC. Kedua pihak juga saling melakukan pembebasan
tawanan. Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I dianggap sebagai bukti takluk VOC
terhadap kekuasaan Mataram. Namun ia kemudian tergoncang saat VOC merebut
Palembang tahun 1659.
- hubungan diplomatik Mataram dan Makasar yang dijalin Sultan Agung akhirnya
hancur di tangan putranya setelah tahun 1658. Amangkurat I menolak duta-duta
Makasar dan menyuruh Sultan Hasanuddin datang sendiri ke Jawa. Tentu saja
permintaan itu ditolak.
- tanggal 28 Juni 1677 Trunajaya berhasil merebut istana Plered. Amangkurat I dan
Mas Rahmat melarikan diri ke barat.Babad Tanah Jawi menyatakan, dengan jatuhnya
istana Plered menandai berakhirnya Kesultanan Mataram. Pelarian Amangkurat I
membuatnya jatuh sakit dan meninggal pada 13 Juli 1677 di desa Wanayasa, Banyumas
dan berwasiat agar dimakamkan dekat gurunya di Tegal
6. Amangkurat II (Nama asli Amangkurat II ialah Raden Mas Rahmat )
- putra Amangkurat I raja Mataram yang lahir dari Ratu Kulon putri Pangeran
Pekikdari Surabaya.

- memiliki banyak istri namun hanya satu yang melahirkan putra (kelak menjadi
Amangkurat III)
- Pada bulan September 1680 Amangkurat II membangun istana baru di hutan
Wanakerta karena istana Plered diduduki adiknya, yaituPangeran Puger. Istana baru
tersebut bernama Kartasura.
- Amangkurat II akhirnya meninggal dunia tahun 1703. Sepeninggalnya, terjadi
perebutan takhta Kartasura antara putranya, yaituAmangkurat III melawan adiknya,
yaitu Pangeran Puger.
- Pada bulan September 1677 diadakanlah perjanjian di Jepara. Pihak VOC diwakili
Cornelis Speelman. Daerah-daerah pesisir utaraJawa mulai Kerawang sampai ujung
timur digadaikan pada VOC sebagai jaminan pembayaran biaya perang Trunajaya.
- Mas Rahmat pun diangkat sebagai Amangkurat II, seorang raja tanpa istana. Dengan
bantuan VOC, ia berhasil mengakhiri pemberontakan Trunajaya tanggal 26 Desember
1679. Amangkurat II bahkan menghukum mati Trunajaya dengan tangannya sendiri
pada 2 Januari 1680.
7. Amangkurat III (Nama aslinya adalah Raden Mas Sutikna )
- memerintah antara tahun 1703 1705.
- dijuluki Pangeran Kencet, karena menderita cacat di bagian tumit.
- Ketika menjabat sebagai Adipati Anom, ia menikah dengan sepupunya, bernama
Raden Ayu Lembah putri Pangeran Puger. Namun istrinya itu kemudian dicerai karena
berselingkuh dengan Raden Sukra putra Patih Sindureja.
- Raden Sukra kemudian dibunuh utusan Mas Sutikna, sedangkan Pangeran Puger
dipaksa menghukum mati Ayu Lembah, putrinya sendiri. Mas Sutikna kemudian
menikahi Ayu Himpun adik Ayu Lembah.
- Rombongan Amangkurat III melarikan diri ke Ponorogo sambil membawa semua
pusaka keraton. Di kota itu ia menyiksa Adipati Martowongso hanya karena salah
paham. Melihat bupatinya disakiti, rakyat Ponorogo memberontak. Amangkurat III
pun lari ke Madiun. Dari sana ia kemudian pindah ke Kediri.
- Sepanjang tahun 1707 Amangkurat III mengalami penderitaan karena diburu
pasukan Pakubuwana I. Dari Malang ia pindah ke Blitar, kemudian ke Kediri,
akhirnya memutuskan menyerah di Surabaya tahun 1708.
- Pangeran Blitar, putra Pakubuwana I, datang ke Surabaya meminta Amangkurat III
supaya menyerahkan pusaka-pusaka keraton, namun ditolak. Amangkurat III hanya
sudi menyerahkannya langsung kepada Pakubuwana I.
- VOC kemudian memindahkan Amangkurat III ke tahanan Batavia. Dari sana ia
diangkut untuk diasingkan ke Sri Lanka.
- Meninggal di negeri itu pada tahun 1734.
- Konon, harta pusaka warisan Kesultanan Mataram ikut terbawa ke Sri Lanka.
Namun demikian, Pakubuwana I berusaha tabah dengan mengumumkan bahwa
pusaka Pulau Jawa yang sejati adalah Masjid Agung Demak dan makam Sunan
Kalijaga di Kadilangu, Demak.
- Perang Suksesi Jawa I (17041708), antara Amangkurat III melawan Pakubuwana I.
- Perang Suksesi Jawa II (17191723), antara Amangkurat IV melawan Pangeran Blitar
dan Pangeran Purbaya.
- Perang Suksesi Jawa III (17471757), antara Pakubuwana II yang dilanjutkan oleh
Pakubuwana III melawan Hamengkubuwana I dan Mangkunegara I.
E. Peninggalan sejarah kerajaan mataram Islam :

I . Sumber- Sumber Berita:


a. Babad Tanah Djawi
b. Babad Meinsma
c. Serat Kandha
d. Serat Centini
e. Serat Cabolek
f. Serat Dharma Wirayat (yang sangat populer sebagai karya Sri Paku Alam III.)
g. Serat Nitipraja
h. Babad Sangkala
i. Babad Sankalaniang Momana
j. Sadjarah Dalem
II. Seni dan Tradisi:
a. Sastra Ghending karya Sultan Agung
b. Tahun Saka
Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan
perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan
c. Kerajinan Perak
Perak Kotagede sangat terkenal hingga ke mancanegara, kerajinan ini warisan dari
orang-orang Kalang.

d. Kalang Obong
Upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara ini seperti Ngaben di Bali, tetapi
upacara Kalang Obong ini bukan mayatnya yg dibakar melainkan pakaian dan
barang-barang peninggalannya

e. KUE KIPO
Makanan tradisional ini sangat khas dan hanya ada di Kotagede, terbuat dari kelapa,
tepung, dan gula merah.

f. Pertapaan Kembang Lampir


Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa
Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan
pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.

III. Bangunan- Bangunan, Benda Pusaka, dan Lainnya:


a. Segara Wana dan Syuh Brata
Adalah meriam- meriam yang sangat indah yang diberikan oleh J.P. Coen (pihak
Belanda) atas perjanjiannya dengan Sultan Agung. Sekarang meriam itu diletakkan di
depan keraton Surakarta dan merupakan meriam yang paling indah di nusantara

b. Puing - puing / candi- candi Siwa dan Budha di daerah aliran Sungai Opak dan
Progo yang bermuara di Laut Selatan

c. Batu Datar di Lipura yang tidak jauh di barat daya Yogyakarta


d. Baju keramat Kiai Gundil atau Kiai Antakusuma
e. Masjid Agung Negara
Masjid Agung dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.

f. Masjid Jami Pakuncen


Masjid Jami Pekuncen yang berdiri di Tegal Arum, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah,
merupakan salah bangunan peninggalan Islam yang dibuat Sunan Amangkurat I
sebagai salah satu tempat penting untuk penyebaran Islam kala itu.
g. Gerbang Makam Kota Gede
Gerbang ini adalah perpaduan unsur bangunan Hindu dan Islam.

h. Masjid Makam Kota Gede


Sebagai kerajaan Islam, Mataram memiliki banyak peninggalan masjid kuno, inilah
masjid di komplek makam Kotagede yang bangunannya bercorak Jawa.

i. Bangsal Duda

j. Rumah Kalang

k. Makam Raja- Raja Mataram di Imogiri

Kerajaan/Kesultanan Mataram Islam ~ Pada waktu Sultan Hadiwijaya


berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik menjadi bupati di Mataram
sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aria Penangsang.
Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya.
Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi
bupati di Mataram.
Sutawijaya ternyata tidak puas menjadi bupati dan ingin menjadi raja yang
menguasai seluruh Jawa. Oleh karena itu, Sutawijaya mulai memperkuat sistem
pertahanan Mataram. Hal itu ternyata diketahui oleh Hadiwijaya sehingga ia
mengirim pasukan untuk menyerang Mataram. Peperangan sengit terjadi pada
tahun 1582. Prajurit Pajang menderita kekalahan. Keadaan Sultan Hadiwijaya
sendiri pada saat itu sedang sakit. Beberapa waktu kemudian Sultan Hadiwijaya
mangkat. Setelah itu, terjadilah perebutan kekuasaan di antara para bangsawan
Pajang. Pangeran Pangiri (menantu Hadiwijaya yang menjabat Bupati Demak)
datang menyerbu Pajang untuk merebut takhta. Hal itu tentu saja ditentang keras
oleh para bangsawan Pajang yang bekerja sama dengan Sutawijaya, Bupati Mataram.
Akhirnya, Pangeran Pangiri beserta pengikutnya dapat dikalahkan dan diusir dari
Pajang.
Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan
takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian memindahkan pusat pemerintahannya
ke Mataram pada tahun 1586. Sejak saat itu berdirilah Kerajaan Mataram. Nah, pada
kesempatan kali ini Zona Siswa akan mencoba untuk menghadirkan sebuah
penjelasan tentang Sejarah Kerajaan Mataram Islam dari segi politik, ekonomi, dan
sosial-budaya. Semoga bermanfaat. Check this out!!!
A. Kehidupan Politik
Sutowijoyo mengangkat dirinya sebagai raja Mataram dengan gelar Panembahan
Senopati (1586-1601) dengan ibukota kerajaan di Kota Gede. Tindakan-tindakan
penting yang dilakukan adalah meletakkan dasar-dasar Kerajaan Mataram dan
berhasil memperluas wilayah kekuasaan ke timur, Surabaya, Madiun dan Ponorogo,
dan ke barat menundukkan Cirebon dan Galuh.
Pengganti Panembahan Senopati adalah Mas Jolang. Ia gugur di daerah Krapyak
dalam upaya memperluas wilayah, sehingga disebut Panembahan Seda Krapyak.
Raja terbesar Kerajaan Mataram ialah Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung
Hanyokrokusumo (1613-1645). Sultan bercita-cita: (1) mempersatukan seluruh Jawa
di bawah kekuasaan Mataram dan (2) mengusir kompeni (VOC) dari Batavia. Masa
pemerintahan Sultan Agung selama 32 tahun dibedakan atas dua periode, yaitu
masa penyatuan negara dan masa pembangunan. Masa penyatuan negara (16131629) merupakan masa peperangan untuk mewujudkan cita-cita menyatukan
seluruh Jawa. Sultan Agung menundukkan Gresik, Surabaya, Kediri, Pasuruan dan
Tuban, selanjutnya Lasem, Pamekasan, dan Sumenep. Dengan demikian seluruh
Jawa telah tunduk di bawah Mataram, dan luar Jawa kekuasaan meluas sampai
Palembang, Sukadana (Kalimantan), dan Goa.
Setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Cirebon berhasil dikuasai, Sultan Agung
merencanakan untuk menyerang Batavia. Serangan pertama dilancarkan pada bulan
Agustus 1628 di bawah pimpinan Bupati Baurekso dari Kendal dan Dipati Ukur dari

Sumedang. Batavia dikepung dari darat dan laut selama 2 bulan, namun tidak mau
menyerah bahkan sebaliknya akhirnya tentara Mataram terpukul mundur.
Dipersiapkan serangan yang kedua dan dipersiapkan lebih matang dengan membuat
pusat-pusat perbekalan makanan di Tegal, Cirebon dan Krawang serta dipersiapkan
angkatan laut. Serangan kedua dilancarkan bulan September 1629 di bawah
pimpinan Sura Agul-Agul, Mandurarejo, dan Uposonto. Namun nampaknya VOC
telah mengetahui lebih dahulu rencana tersebut, sehingga VOC membakar dan
memusnahkan gudang-gudang perbekalan. Serangan ke Batavia mengalami
kegagalan, karena kurangnya perbekalan makanan, kalah persenjataan, jarak
MataramJakarta sangat jauh, dan tentara Mataram terjangkit wabah penyakit
Setelah Sultan Agung meninggal, penetrasi politik VOC di Mataram makin kuat.
Akibat campur tangan VOC dan adanya perang saudara dalam memperebutkan
takhta pemerintahan menjadikan kerajaan Mataram lemah dan akhirnya terpecahpecah menjadi kerajaan kecil.
Perseturuan antara Paku Buwono II yang dibantu Kompeni dengan Pangeran
Mangkubumi dapat diakhiri dengan Perjanjian Giyanti tanggal 13 Februari 1755 yang
isinya Mataram dipecah menjadi dua, yakni:
1. Mataram Barat yakni KesultananYogakarta, diberikan kepada Mangkubumi
dengan gelar Sultan Hamengku Buwono I.
2. Mataram Timur yakni Kasunanan Surakarta diberikan kepada Paku Buwono
III.

Selanjutnya untuk memadamkan perlawanan Raden Mas Said diadakan Perjanjian


Salatiga, tanggal 17 Maret 1757, yang isinya Surakarta dibagi menjadi dua, yakni:
1. Surakarta Utara diberikan kepada Mas Said dengan gelar Mangkunegoro I,
kerajaannya dinamakan Mangkunegaran.
2. Surakarta Selatan diberikan kepada Paku Buwono III kerajaannya dinamakan
Kasunanan Surakarta.

Pada tahun 1813 sebagian daerah Kesultanan Yogyakarta diberikan kepada Paku
Alam selaku Adipati. Dengan demikian kerajaan Mataram yang satu, kuat dan kokoh
pada masa pemerintahan Sultan Agung akhirnya terpecah-pecah menjadi kerajaankerajaan kecil, yakni:
1. Kerajaan Yogyakarta
2. Kasunanan Surakarta

3. Pakualaman
4. Mangkunegaran

Grebeg merupakan salah satu peninggalan kebudayaan dari Kerajaan/Kesultanan Mataram


Islam
B. Kehidupan Ekonomi
Letak geografisnya yang berada di pedalaman didukung tanah yang subur,
menjadikan kerajaan Mataram sebagai daerah pertanian (agraris) yang cukup
berkembang, bahkan menjadi daerah pengekspor beras terbesar pada masa itu.
Rakyat Mataram juga banyak melakukan aktivitas perdagangan laut. Hal ini dapat
terlihat dari dikuasainya daerah-daerah pelabuhan di sepanjang pantai Utara Jawa.
Perpaduan dua unsur ekonomi, yaitu agraris dan maritim mampu menjadikan
kerajaan Mataram kuat dalam percaturan politik di nusantara.
C. Kehidupan Sosial-budaya
Pada masa pertumbuhan dan berkaitan dengan masa pembangunan,maka Sultan
Agung melakukan usaha-usaha antara lain untuk meningkatkan daerahdaerah
persawahan dan memindahkan banyak para petani ke daerah Krawang yang subur.
Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu masyarakat yang bersifat feodal.
Para pejabat pemerintahan memperoleh imbalan berupa tanah garapan (lungguh),
sehingga sistem kehidupan ini menjadi dasar munculnya tuan-tuan tanah di Jawa.
Pada masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang antara lain seni tari,
seni pahat, seni sastra dan sebagainya. Di samping itu muncul Kebudayaan Kejawen
yang merupakan akulturasi antara kebudayan asli, Hindu, Buddha dengan Islam.

Upacara Grebeg yang bersumber pada pemujaan roh nenek moyang berupa kenduri
gunungan yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit dijatuhkan pada waktu
perayaan hari besar Islam, sehingga muncul Grebeg Syawal pada hari raya idul Fitri.;
Grebeg Maulud pada bulan Rabiulawal. Hitungan tahun yang sebelumnya
merupakan tarikh Hindu yang didasarkan pada peredaran matahari (tarikh
Samsiah) dan sejak tahun 1633 diubah menjadi tarikh Islam yang berdasarkan pada
peredaran bulan (tarikh Kamariah). Tahun Hindu 1555 diteruskan dengan
perhitungan baru dan dikenal dengan Tahun Jawa.
Adanya suasana yang aman, damai dan tenteram, maka berkembang juga
Kesusastraan Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang Kitab Sastra Gending yang
berupa kitab filsafat. Demikian juga muncul kitab Nitisruti, Nitisastra, dan Astabrata
yang berisi ajaran tabiat baik yang bersumber pada kitab Ramayana.

Sejarah Lengkap Kerajaan Mataram Islam


Wednesday, November 5th, 2014 - Umum
Advertisement
Sejarah Lengkap Kerajaan Mataram Islam Sesudah runtuhnya Kerajaan Demak, pusat
pemerintahan dipindahkan ke Pajang oleh Joko Tingkir ( menantu Sultan Trenggono). Joko
Tingkir menaiki takhta Kerajaan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijoyo. Usia
pemerintahannya tidak begitu lama yakni 15681586. Hal ini disebabkan kota-kota pesisir
terus memperkuat diri dan erusaha melepaskan dari kekuasaan Pajang. Setelah Sultan
Hadiwijoyo meninggal (1586) takhta Pajang digantikan oleh putranya, yakni Pangeran
Benowo. Ternyata, Pangeran Benowo tidak dapat mengatasi kekacauan-kekacauan sehingga
kekuasaan diserahkan kepada Sutowijoyo. Puncaknya, Sutawijoyo memindahkan pusat
pemerintahan ke Kotagede dan berdirilah Kerajaan Mataram Islam.
Sutowijoyo mengangkat dirinya sebagai Raja Mataram pertama dengan gelar Panembahan
Senopati (15861601) dengan Kotagede sebagai ibukotnya. Tindakan-tindakannya yang
penting, antara lain sebagai berikut:
1. meletakkan dasar-dasar Kerajaan Mataram;
2. memperluas wilayah kekuasaan dengan menundukkan Surabaya, Madiun, dan
Ponorogo ke timur dan ke barat berhasil menundukkan Cirebon dan Galuh.
Pengganti Panembahan Senopati ialah Mas Jolang gugur di daerah Krapyak sehingga disebut
Panembahan Seda Krapyak. Raja terbesar Kerajaan Mataram ialah Mas Rangsang dengan
gelar Sultan Agung Hanyokrokusumo (16131645).Sultan Agung bercita-cita mempersatukan
seluruh Jawa di bawah kekuasaan Mataram dan mengusir Kompeni (VOC) dari Batavia.
Masa pemerintahan Sultan Agung yang selama 32 tahun dibedakan atas dua periode, yaitu
masa Penyatuan Kerajaan dan masa Pembangunan.
Masa Penyatuan Kerajaan (16131629) merupakan masa peperangan untuk mewujudkan
cita-cita menyatukan seluruh Jawa. Sultan Agung menundukkan Gresik, Surabaya, Kediri,
Pasuruan, dan Tuban. Selanjutnya, menundukkan Lasem, Pamekasan, dan Sumenep, bahkan
juga Sukadana di Kalimantan. Dengan demikian, seluruh Jawa telah takluk di bawah
Mataram bahkan sampai ke luar Jawa, yakni Palembang, Sukadana, dan Goa.

Setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Cirebon berhasil dikuasai, Sultan Agung
merencanakan untuk menyerang Batavia. Serangan pertama dilancarkan pada bulan Agustus
1628 di bawah pimpinan Bupati Baurekso dari Kendal dan Bupati Ukur dari Sumedang.
Batavia dikepung dari darat dan laut selama dua bulan, namun tidak mau menyera,h bahkan
sebaliknya tentara Mataram dipukul mundur.
Dipersiapkan serangan yang kedua lebih matang dengan membuat pusat-pusat perbekalan
makanan di Tegal, Cirebon, dan Krawang. Serangan kedua dilancarkan bulan September
1629 di bawah pimpinan Bupati Sura Agul-Agul, Mandurarejo, dan Uposonto. Namun, VOC
telah mengetahui lebih dahulu rencana tersebut. Hal itu dibuktikan dengan tindakan VOC
membakar dan memusnahkan gudang-gudang perbekalan. Serangan kedua Mataram ke
Batavia mengalami kegagalan karena kurangnya perbekalan makanan, kalah persenjataan,
jarak MataramJakarta sangat jauh, dan tentara Mataram terjangkit wabah penyakit.
Setelah Sultan Agung meninggal, takhta kerajaan digantikan oleh putranya yang bergelar
Sultan Amangkurat I (16451677). Berbeda dengan ayahnya, raja ini tidak bijaksana dan
cenderung kejam dan kurang memperhatikan kepentingan rakyat. Banyak rakyat dan kaum
bangsawan tidak menyukainya.
Hal yang sangat tidak disenangi ialah persahabatannya dengan VOC yang dahulu sangat
dibenci oleh ayahnya. Akibat muncullah pemberontakan Trunojoyo (16741680). Trunojoyo
adalah pangeran dari Madura yang tidak senang terhadap tindakan Amangkurat I sehingga
menghimpun kekuatan untuk menyerang Mataram. Pada tahun 1677 pasukan Trunojoyo
berhasil menduduki Plered, ibu kota Mataram. Amangkuat I bermaksud minta bantuan VOC
ke Batavia, namun baru sampai di Tegalarum meninggal sehingga dimakamkan di tempat itu
juga. Oleh karena itu, Amangkurat I dikenal juga sebagai Sultan Tegalarum. Pengganti
Amangkurat I adalah putra mahkota yang bergelar Sultan Amangkurat II (16771703).
Untuk menghadapi Trunojoyo, Amangkurat II meminta bantuan VOC di Semarang. Pimpinan
VOC, Speelman menyetujui permintan Amangkurat II dengan suatu perjanjian (1670) yang
isinya sebagai berikut.

1. VOC mengakui Amangkurat II sebagai Raja Mataram.


2. VOC mendapatkan monopoli di Mataram.
3. Seluruh biaya perang harus diganti oleh Amangkurat II.
4. Sebelum hutangnya lunas seluruh pantai utara Jawa digadaikan kepada VOC.
5. Mataram harus menyerahkan daerah Krawang, Priangan, Semarang dan sekitarnya
kepada VOC.
Pada saat itu Tronojoyo telah berhasil mendirikan istana di Kediri dengan gelar Prabu
Maduretno. Tentara VOC di bantu oleh tentara Aru Palaka dari Makasar dan Kapten Jonker
dari Ambon bersama tentara Mataram akhirnya menyerang Kediri. Tronojoyo tidak mampu
menghadapi gempuran tentara Mataram dan VOC, terus terdesak ke daerah pegunungan dan
bertahan di Gunung Wilis. Trunojoyo menyerah pada tanggal 25 Desember 1679 dan
akhirnya gugur ditikam keris oleh Amangkurat II pada tanggal 2 Januari 1680. Sultan
Amangkurat II kemudian memindahkan pusat pemerintahan dari Plered ke Kartasura.
Perlawanan Untung Suropati (16861706)
Untung Suropati, demikianlah nama pejuang pada masa Mataram di bawah pemerintahan
Amangkurat II. Sikap benci Untung kepada VOC telah muncul sejak di Batavia. Untung
kemudian melarikan diri ke Cirebon dan terjadi perkelahian dengan Suropati maka namanya
menjadi Untung Suropati. Dari Cirebon Untung terus melanjutkan perjalanan ke Kartasura.
Amangkurat II setelah menjadi raja merasakan betapa beratnya perjanjian yang telah
ditandatangani dan berusaha untuk melepaskan diri. Ketika Untung Suropati tiba di Kartasura
disambut dengan baik. Pada tahun 1686 datang utusan dari Batavia di bawah pimpinan
Kapten Tack dengan maksud merundingkan soal hutang Amangkurat II dan menangkap
Untung Suropati.
Amangkurat II menghindari pertemuan ini dan terjadilah pertempuran. Kapten Tack beserta
pengikutnya berhasil dihancurkan oleh pasukan Untung Suropati. Untung Suropati kemudian
melanjutkan perjalanan ke Jawa Timur dan sampailah ke Pasuruan Di sinilah akhirnya
Untung mendirikan istana dan mengangkat dirinya sebagai bupati dengan gelar Adipati
Wironagoro. Di Bangil didirikan perbentengan. Bupati-bupati seluruh Jawa Timur
mendukungnya, dengan demikian kedudukannya makin kuat.
Pada tahun 1703, Amangkurat II wafat, digantikan oleh putranya Sunan Mas dengan gelar
Sultan Amangkurat III yang anti kepada Belanda. Pamannya Pangeran Puger (adik
Amangkurat II) berambisi ingin menjadi raja di Mataram dan pergi ke Semarang untuk
mendapatkan dukungan dari VOC. Selanjutnya, VOC berserta Pangeran Puger menyerang
Kartasuradan berhasil diduduki. Amangkurat III melarikan diri ke Jawa Timur bergabung
dengan Untung Suropati. Pada tahun 1704 Pangeran Puger dinobatkan sebagai Raja Mataram
dengan gelar Sunan Paku Buwono I.
Pihak Belanda menyiapkan pasukan secara besar-besaran untuk menggempur pasukan
Untung di Pasuruan. Di bawah pimpinan Herman de Wilde, pasukan kompeni berhasil
mendesak perlawanan Untung. Dalam pertempuran di Bangil, Untung terluka dan akhirnya

gugur pada tanggal 12 Oktober 1706. Sunan Mas bisa tertangkap dan kemudian dibuang ke
Sailan/Sri Langka (1708).
Pada tahun 1719 Sunan Paku Buwono I wafat dan digantikan oleh Amangkurat IV (Sunan
Prabu) di bawah mandat VOC. Makin eratnya hubungan denganVOC membuat para
bangsawan benci kepada kompeni. Mereka mengadakan perlawanan, antara lain Pangeran
Purboyo (adik Sunan) dan Pangeran Mangkunegoro (putra Sunan sendiri). Perlawanan
terhadap Kompeni dapat dipadamkan dan para pemimpinya ditangkap dan dibuang ke Sailan
dan Afrika Selatan, kecuali Pangeran Mangkunegoro yang diampuni ayahnya.
Pada masa pemerintahan Paku Buwono II (17271749) Mataram diguncang lagi perlawanan
yang dipimpin oleh Mas Garendi (cucu Sunan Mas). Perlawanan ini di dukung oleh orangorang Tionghoa yang gagal mengadakan pemberontakan terhadap VOC di Batavia. Mas
Garendi berhasil menduduki ibu kota Kartasura.
Paku Buwono II melarikan diri ke Ponorogo. VOC meminta bantuan kepada Bupati Madura,
Cakraningrat untuk merebut kembali Kartasura dengan imbalan keinginan Cakraningrat
untuk melepaskan diri dari Mataram akan dikabulkan. Cakraningrat berhasil merebut kembali
Kartasura dan Paku Buwono II berhasil kembali ke Kartasura sebagai raja. Namun, antara
VOC dan Cakraningrat terjadi perselisihan karena Cakraningrat keberatan meninggalkan
Kartasura. Perselisihan berakhir dengan ditangkapnya dan di buang ke Afrika Selatan (1745).
Setelah beberapa kali terjadi perlawanan di Kartasura, Kartasura dianggap tidak layak sebagai
ibu kota kerajaan sehingga pusat pemerintahan dipindahkan ke Surakarta. Makin bercokolnya
VOC di Mataram menyebabkan pada masa Paku Buwono II ini juga terjadi perlawanan lagi
di bawah pimpinan Raden Mas Said (putra Pangeran Mangkunegoro) dan menduduki
Sukowati. Oleh Paku Buwono II dikeluarkan semacam sayembara, siapa yang dapat merebut
daerah Sukowati akan mendapat daerah itu sebagai imbalannya. Pangeran Mangkubumi, adik
Paku Buwono II berhasil merebut Sukowati, tetapi ternyata daerah itu tidak diberikan.
Pangeran Mangkubumi meninggalkan kota dan bergabung dengan Raden Mas Said
melakukan perlawanan.
Mataram Terpecah Belah
Setelah Mangkubumi bergabung dengan Mas Said, terjadilah persekutuan antara
Mangkubumi dan Mas Said melawan Paku Buwono II dan III. Pada waktu Paku Buwono II
sakit keras, utusan VOC dari Batavia datang ke Surakarta. Dalam keadaan lemah dan tidak
sadar, Paku Buwono II menyerahkan Mataram kepada VOC. Hasl yang demikian mungkin
saja terjadi. Menurut tradisi Timur orang yang akan meninggal biasanya menyerahkan
keluarganya kepada orang yang menjadi kepercayaannya. Hal ini diartikan oleh Belanda
bahwa sejak itu VOC berkuasa penuh atas Mataram.
Pada tahun 1749 Paku Buwono II wafat dan digantikan oleh putranya yang bergelar Paku
Buwono III. Awalnya, Belanda mengakuinya sebagai Sultan Mataram yang baru, tetapi
setelah itu VOC berusaha untuk memecah belah Mataram sehingga dapat dikuasainya.
Perlawanan Mangkubumi dan Mas Said cukup tangguh. Raden Mas Said mendapat julukan
Pangeran Samber Nyowo (pangeran perenggut jiwa). Namun, karena di antara keduanya
kterjadi perselisihan sehingga dimanfaatkan oleh Belanda untuk memecah belah Mataram.

Perseteruan antara Paku Buwono II yang dibantu Kompeni dan Pangeran Mangkubumi dapat
diakhiri dengan Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755
Isi Perjanjian Giyanti pada intinya Mataram dipecah menjadi dua.
1. Mataram baratn yakni Kasultanan Yogakarta diberikan kepada Mangkubumi dengan
gelar Sultan Hamengku Buwono I.
2. Mataram timur ,yakni Kasunanan Surakarta diberikan kepada Paku Buwono III.
Selanjutnya ,untuk memadamkan perlawanan Raden Mas Said diadakan Perjanjian Salatiga
pada tanggal 17 Maret 175. Isi Perjanjian Salatiga pada intinya Surakarta dibagi menjadi dua.
1. Surakarta utara diberikan kepada Mas Said dengan gelar Mangkunegoro I,
kerajaannya dinamakan Mangkunegaran.
2. Surakarta selatan diberikan kepada Paku Buwono III kerajaannya dinamakan
Kasunanan Surakarta.
Pada tahun 1813 sebagian daerah Kasultanan Yogyakarta diberikan kepada Paku Alam selaku
bupati. Dengan demikian, Kerajaan Mataram yang dahulinya satu, kuat, dan kokoh pada
masa pemerintahan Sultan Agung akhirnya terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajan kecil
berikt ini:
1. Kerajaan Yogyakarta;
2. Kasunanan Surakarta;
3. Pakualaman;
4. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram yang terletak di pedalaman merupakan sebuah kerajaan agraris dengan
hasil utamanya beras. Pada masa Sultan Agung, kehidupan masyarakat Mataram mengalami
perkembangan pesat. Pada masa ini hasil bumi Mataram cukup melimpah.
Kehidupan Sosial-Budaya Kerajaan Mataram Islam
Pada masa Pembangunan, maka Sultan Agung melakukan usaha-usaha antara lain untuk
meningkatkan daerah-daerah persawahan maka memprogramkan pemindahan para petani ke
daerah Krawang yang subur. Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu masyarakat
yang bersifat feodal. Para pejabat pemerintahan memperoleh imbalan berupa tanah garapan
(lungguh), sehingga sistem kehidupan ini menjadi dasar munculnya tuan-tuan tanah di Jawa.
Pada masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang, antara lain seni tari, seni
pahat, seni sastra, dan sebagainya. Di samping itu juga muncul kebudayaan kejawen yang
merupakan akulturasi antara kebudayan jawa, Hindu, Buddha dengan Islam.
Upacara Garebeg yang bersumber pada pemujaan roh nenek moyang berupa kenduri
gunungan yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit dijatuhkan pada waktu perayaan

hari besar Islam sehingga muncul Garebeg Syawal pada hari raya Idul Fitri dan Garebeg
Maulud pada bulan Rabiulawal. Hitungan tahun yang sebelumnya merupakan tarikh Hindu
yang didasarkan pada peredaran matahari (tarikh samsiah) maka sejak tahun 1633 diubah
menjadi tarikh Islam yang berdasarkan pada peredaran bulan (tarikh komariah). Tahun Hindu
1555 diteruskan dengan perhitungan baru dan dikenal dengan tahun Jawa.
Adanya suasana yang aman, damai dan tenteram menyebabkan berkembangnyaa
kesusastraan Jawa. Sultan Agung mengarang kitab Sastra Gending yang berupa filsafat.
Demikian juga muncul kitab Nitisruti, Nitisastra, dan Astabrata yang berisi ajaran tabiat baik
yang bersumber pada kitab Ramayana.[ps]
Sejarah Kerajaan Mataram Islam - Kesultanan Mataram ( Kerajaan mataram yang
bercorak islam ) tidak ada hubungannya sama sekali dengan kerajaan mataram hindu.
Kebetulan nama yang digunakan sama. Pemindahan pusat pemerintahan dari pajang ke
mataram pada tahun 1586 M di lakukan oleh Sutowijaya menandai berdirinya kesultanan
mataram. Pusat pemerintahannya berada di kota gede yogyakarta. Kesultanan Mataram
merupakan kerajaan Islam yang berada di Pulau Jawa yang berdiri pada tahun 1586 M
sampai tahun 1755 M. Kerajaan ini di pimpin oleh keturunan-keturunan dari Ki Ageng Sela
dan Ki Ageng Pemanahan, yang dipercaya masih mempunyai keturunan dari penguasa
Kerajaan Majapahit. Kerajaan ini berawal dari sebuah Kadipaten di bawah kekuasaan
Kesultanan Pajang, yang berada di Bumi Mentaok yang diberikan kepada Ki Ageng
Pemanahan oleh Raja Pajang sebagai hadiah atas jasanya mengalahkan arya panangsang.
Raja pertama yang memimpin adalah Sutawijaya ( ia mempunyai gelar Panembahan Senopati
ing Alaga Sayidin Panatagama ), yang merupakan anak dari Ki Ageng Pemanahan.
Berdirinya Kerajaan Mataram islam
Kerajaan ini berawal dari sebuah Kadipaten di bawah kekuasaan Kerajaan Pajang, yang
berada di Bumi Mentaok yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan oleh Raja Pajang Jaka
Tingkir sebagai hadiah atas jasanya mengalahkan arya panangsang dari jipang. Ki Ageng
Pemanahan sebagai bupati di Mataram ia mempunyai seorang anak yang bernama
Sutawijaya. Sutawijaya sendiri merupakan yang membunuh arya panangsang sangat berbakat
di bidang militer. Ia kemudian diangkat menjadi anak angkat Sultan Adiwijaya ( Jaka
Tingkir ) dan ia dijadikan saudara dengan putra mahkota yaitu Pangeran Benawa. Pada tahun
1575 M, Ki Ageng Pemanahan wafat. Oleh Raja Pajang kemudian Sutawijaya di angkat
sebagai Bupati Mataram menggantikan ayahnya. Dibawah kepemimpinannya mataram
semakin pesat berkembang.
Di tahun 1582, Sultan Hadiwijaya atau Jaka tingkir Raja Pajang meninggal dunia. Arya
Panggiri yang saat itu menjadi adipati di Demak merebut Pajang. Putra Sultan Hadiwijaya
yang bernama Pangeran Benawa dapat ia singkirkan. Kemudian Arya Panggiri naik takhta
menjadi Raja Pajang untuk melanjutkan darah dari keturunan Demak. Dalam masa
kepemimpinannya Arya Panggiri kurang disukai oleh rakyat Pajang. Melihat hal tersebut,
pangeran Benawa berniat untuk merebut kembali kekuasaannya. Dengan bantuan dari bupati
mataram yaitu Sutawijaya, Arya Panggiri bisa dikalahkan. Kemudian di tahun 1586 M,
Pajang diambil alih oleh Sutawijaya karena tidak ada putra mahkota yang menggantikan
kepemimpinan pangeran benawa dan pusat pemerintahan pajang kemudian di pindahkan ke
Mataram. Pemindahan pusat pemerintahan dari pajang ke mataram sekaligus menandai
berdirinya Kesultanan Mataram.

Kejayaan Kerajaan Mataram Islam


Mataram mencapai masa kejayaannya pada saat di pimpin oleh Mas Rangsang yang bergelar
Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo tetapi ia lebih di kenal dengan Sultan Agung. Sultan
agung di kenal mempunyai pribadi yang ulet, kuat dan berani, ia mempunyai cita-cita
menyatukan pulau jawa di bawah kekuasaan mataram. Pada tahun 1615 M sultan agung
memulai ekspedisinya dengan menyerang para bupati didaerah pesisir utara yang tidak mau
tunduk pada mataram. Seperti Bupati Pati, Bupati Lasem, Bupati Tuban, Bupati Madura.
Kemudian ia juga berhasil menguasai wilayah surabaya, madiun, ponorogo, blora dan
bojonegoro.
Ads

Pada tahun 1625 hampir seluruh wilayah pulau jawa berada di bawah kekuasaan mataram
kecuali banten, cirebon, blambangan, dan batavia. Sultan agung juga pernah berusaha
merebjut banten dan batavia, karena saat itu banten dan batavia masih dalam kekuasaan VOC
maka ia harus terlebih dahulu mengalahkan pasukan VOC. Serangan tersebut terjadi pada
tahun 1628 dan 1629. Tetapi kedua serangan Sultan Agung tersebut mengalami kekalahan
karena kapal-kapal pengangkut beras perbekalan ditenggelamkan oleh VOC dan gudanggudang beras pasukan Mataram dibakar, selain itu pasukan mataram juga mengalami
kelelahan karena melakukan perjalanan yang cukup jauh.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645, ia kemudian digantikan oleh putranya Amangkurat 1.
Pada masa pemerintahan sultan agung ia juga menciptakan sistem penanggalan jawa
menggunakan sistem perhitungan yang sama dengan tahun hijriyah.

wilayah mataram setelah di bagi menjadi empat, image Wikipedia


Terpecahnya Kerajaan Mataram Islam
Setelah sepeninggal sultan agung Mataram tidak mempunyai pemimpin secakap beliau
sehingga terjadi berbagai kekacauan. Pengganti Sultan agung secara berturut-tururt adalah

Amangkurat I

Amangkurat II

Amangkurat III (1703-1708)

Pakubuwana I (1704-1719)

Amangkurat IV (1719-1726)

Pakubuwana II (1726-1749)

VOC tidak menyukai Amangkurat III karena menentang VOC sehingga VOC
mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai raja. Akibatnya Mataram memiliki dua raja dan
ini menyebabkan perpecahan internal. Amangkurat III memberontak hingga tertangkap di
Batavia lalu dibuang ke Ceylon ( sri lanka ).
Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III, setelah wilayah
mataram di bagi menjadi dua. Pada tahun 1755 tanggal 13 februari wilayah mataram di bagi
menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasuhunan Surakarta, pembagian wilayah
ini tertuang dalam perjanjian Giyanti. Kemudian pada tahun 1757 dengan intervensi belanda
dan berdasarkan perjanjian salatiga, kesultanan mataram dipecah lagi menjadi tiga bagian
yaitu Kesultanan yogyakarta, Kasuhunan Surakarta dan Mangkunegaran. Dan di tahun 1813
Kesultanan yogyakarta di pecah lagi menjadi dua yaitu Kesultanan yogyakarta dan
Pakualaman.
Demikian informasi tentang Sejarah Kerajaan( Kesultanan ) Mataram Islam yang saya
rangkum dari berbagai sumber, semoga dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan dan pembahasan di atas mohon saran perbaikannya agar
kiranya bisa lebih baik lagi.[]

Вам также может понравиться