Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Beranda
yang
mengabdikan
diri
dan
diangkat
untuk
menunjang
dan
kependidikan
yang
profesional.
Rekrutmen
pendidik
dan
dalam
bidang-bidang
pekerjaan
tertentu.
Terkadang
juga
terjadi
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi kerja tenaga pendidik dan
Untuk menganalisis dan mengetahui strategi dan proses perekrutan tenaga pendidik
motivasi kerja tenaga pendidik dan kependidikan di SDIT BIAS Giwangan Yogyakarta.
D. Batasan Masalah
Agar pembahasan yang akan dipaparkan oleh penulis lebih terfokus, maka
penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti hanya pada pelaksanaan
strategi perekrutan dan motivasi kerja tenaga pendidik dan kependidikan yang
diterapkan di SDIT BIAS Giwangan Yogyakarta sebagai suatu studi kasus.
E. Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian yang akan dilakukan adalah STRATEGI REKRUTMEN
DAN MOTIVASI KERJA TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN (Studi Kasus pada
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) BIAS Giwangan Yogyakarta).
F. Manfaat Penelitian
Bagi Penulis
Bagi Lembaga
b.
dan kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan yang
maksimal demi kemajuan lembaga.
perekrutan dan motivasi kerja tenaga pendidik dan kependidikan yang baik, ataupun
sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti berikutnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tenaga Pendidik dan Kependidikan Sekolah
1. Pengertian Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu sumber daya yang
sangat penting dalam dunia pendidikan. Di dalam dunia pendidikan sumber
daya manusia dikenal dengan istilah tenaga pendidik dan kependidikan.
Berdasarkan Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional)
melaksanakan
proses
pembelajaran,
menilai
hasil
belajar,
meliputi
pendidik
pada
TK/RA,
SD/MI,
SMP/MTs,
SMA/MA,
sosok
manusia
yang
berpendidikan.
Tenaga
kependidikan
kekhususannya,
serta
berpatisipasi,
dalam
penyelenggaraan
pendidikan.[9]
Dengan demikian, Guru merupakan tenaga kependidikan yang tergolong
sebagai pendidik. Secara yuridis guru di sekolah dasar merupakan guru kelas.
Selain guru kelas, di sekolah dasar juga terdapat guru mata pelajaran Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan. Dalam kondisi normal, jumlah pegawai di sekolah dasar
konvesional terdiri atas yaitu enam guru, dua orang guru mata pelajaran
(Pendidikan Agama dan Jasmani dan Kesehatan), satu orang Kepala Sekolah, dan
satu orang pesuruh), walaupun akhir-akhir ini telah bermunculan sekolah dasar
swasta yang dikelola secara profesional yang memiliki tenaga kependidikan
dalam jumlah yang banyak sekali.[10]
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Tenaga artinya orang yang
bekerja/pekerja,[11] Pendidik adalah guru atau orang yang berpendidikan,[12]
sedangkan guru adalah orang yang mengajari orang lain baik di sekolah atau
bukan tentang suatu ilmu pengetahuan atau tentang suatu ketrampilan,[13]
maksudnya yaitu bahwa tenaga pendidik atau guru adalah orang yang bekerja
untuk menyampaikan suatu ilmu kepada orang lain baik itu ilmu pengetahuan
maupun ilmu tentang suatu ketrampilan.
Dalam ilmu pendidikan, pendidik adalah tokoh masyarakat dan mereka
yang mengfungsikan dirinya untuk mendidik. Siapa saja dapat menjadi pendidik
dan melakukan upaya untuk mendidik secara formal ataupun nonformal. Para
pendidik dikenal dengan sebutan guru atau ustadz/ah pada sekolah agama.
Perbuatan pendidik artinya seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan
dan sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu menghadapi/mengasuh anak
didik dengan istilah lain, yaitu sikap atau tindakan menuntun, membimbing,
memberikan pertolongan dari seorang pendidik kepada anak didik menuju
kepada tujuan pendidikan islam (Nur Uhbiyati, 2004:14)
Para pendidik melakukan beberapa hal yang penting dalam kaitannya
dengan pendidikan, sebagaimana dijelaskan oleh Nur Uhbiyati (2005: 14-16),
yaitu:
a. Perbuatan memberikan keteladanan, yaitu berbuat yang terbaik agar layak
ditiru oleh anak didiknya (Nur Uhbiyati, 2004:14).
b.
Secara umum, ada tiga tugas guru sebagai profesi, yakni mendidik,
mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup; mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan; melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
untuk kehidupan siswa. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawab di atas, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan
kompetensi tertentu sebagai bagian dari profesionalisme guru.[15]
Pada
dasarnya,
kompetensi
diartikan
sebagai
kemampuan
atau
guru
harus
memiliki
kemampuan
profesional
dalam
bidang
tersebuat
secara
tidak
sadar
mematikan
kreatifitas,
bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Menjadi
profesioanl berarti menjadi ahli di bidangnya. Seorang ahli, tentunya
berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua ahli
dapat menjadi berkualitas, karena menjadi berkualitas bukan hanya masalah
persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan kepribadian.
Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional
adalah satu kesatuan antara konsep integritas dan kepribadian yang
dipadupadankan dengan keahliannya.
Menjadi guru yang profesional adalah keniscayaan. Profesi guru juga
sangat lekat dengan integritas dan kepribadian, bahkan identik dengan citra
kemanusiaan. Ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan
yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga bangsa.
Jika seorang guru tidak memiliki integritas keilmuwan dan personalitas yang
mumpuni maka bangsa ini tidak akan memiliki masa depan yang baik.[21]
Semua orang mungkin bisa menjadi guru. Tetapi, menjadi guru
memiliki keahlian dalam mendidik perlu pendidikan, pelatihan, dan jam
terbang yang memadai. Dalam konteks tersebut, menjadi guru profesional
setidaknya memiliki standar minimal, yaitu:
1) Memiliki kemampuan intelektual yang baik;
2) Memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan nasional;
3) Memiliki keahlian mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa secara
efektif;
4) Memahami konsep perkembangan psikologi anak;
5) Memiliki kemampuan mengorganisasi proses belajar;
6) Memiliki kreatifitas dan seni mendidik.
Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing,
memuaskan;
d) Mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika diperlukan.
Salah satu bagian penting dari proses rekrutmen adalah pengembangan suatu
pernyataan tertulis mengenai isi dan lokasi dari setiap pekerjaan. Ini disebut
diskripsi pekerjaan dan dalam tingkatan manajerial disebut diskripsi posisi.[28]
SDM
dalam
menentukan
dan
memilih
tenaga
pendidik
dan
kependidikan yang cakap, sesuai dengan motif orientasi sekolah. Secara garis besar
penentuan sumber tenaga pendidik dan kependidikan dapat dilakukan dengan dua
sumber, yaitu perekrutan dari internal dan perekrutan dari eksternal sekolah.
a. Metode Perekrutan
1) Metode Tertutup
Metode tertutup adalah ketika penarikan hanya diinformasikan kepada
para karyawan/pegawai atau orang-orang tertentu saja.[31] Lowongan kerja
dapat dicari melalui pengumuman pada papan pengumuman. Dari mulut ke
mulut, surat personalia sekolah, daftar promosi berdasarkan kinerja, ranting
potensial dari aktivitas-aktivitas penilaian, daftar senioritas, dan daftar yang
2) Metode Terbuka
Metode terbuka adalah ketika penarikan diinformasikan secara luas
dengan memasang iklan pada media massa, cetak maupun elektronik. Agar
tersebar luas ke masyarakat.[32] Metode ini biasanya digunakan untuk
menjaring pelamar yang lebih banyak dan berasal dari beragam latar belakang
yang berbeda baik latar belakang pendidikan, asal muasal sampai latar belakang
kebudayaan si pelamar yang datang.
3. Seleksi Pelamar
Setelah pendaftaran atau pelamaran guru baru ditutup, kegiatan berikutnya
adalah seleksi atau penyaringan terhadap semua pelamar. Seleksi merupakan
suatu proses pembuatan perkiraan mengenai pelamar yang mempunyai
kemungkinan besar untuk berhasil dalam pekerjaanya setelah diangkat menjadi
guru. Ada lima teknik dalam hal ini yaitu wawancara, pemeriksaan badan, biografis,
dan teknik tes.[33]
Sebelum sekolah menerima karyawan/pegawai menjadi tenaga pendidik dan
kependidikan tentunya ada prosedur perekrutan yang harus dilakukan dengan
menggunakan tes seleksi untuk menentukan seorang karyawan/pegawai dapat
diterima. Adapaun langkah-langkah seleksi meliputi sebagai berikut.
1. Seleksi surat-surat lamaran;
2. Pengisian blangko lamaran;
3. Pemeriksaan refrensi;
4. Wawancara pendahuluan;
5. Tes penerimaan;
6. Tes psikologi;
7. Tes kesehatan;
8. Wawancara akhir atasan langsung;
9. Memutuskan diterima atau ditolak.[34]
10. Masa Percobaan
Untuk mendapatkan keyakinan atas kemampuan calon karyawan, maka
dalam undang-undang ketatanegaraan memperbolehkan untuk melakukan masa
percobaan maksimum tiga bulan. Jika dalam masa percobaan calon karyawan
tersebut dianggap kurang tepat, maka pengusahaan dapat nelakukan pemutusan
sepihak tanpa perlu persetujuan dari pihak yang berwenang (Depnaker).[35]
4. Strategi Rekrutmen Tenaga Pendidik dan Kependidikan Sekolah
Strategi adalah suatu rencana kegiatan yang dikembangkan oleh seorang
administratur untuk mencapai suatu tujuan, baik itu pribadi ataupun untuk
organisasi.[37] Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) strategi
adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai kegiatan
khusus[38].
Penarikan tenaga pendidik dan kependidikan sekolah merupakan suatu
proses pemikatan para calon tenaga dan kependidikan yang mempunyai
kemampuan sesuai dengan rencana kebutuhan suatu lembaga pendidikan.
Pada latar sekolah dasar, rekrutmen dapat didefinisikan sebagai aktivitas
manajeman sekolah dasar yang mengupayakan didapatkannnya seorang atau lebih
guru yang betul-betul potensial untuk menjadi guru kelas, guru mata pelajaran atau
guru lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan guru di sekolah dasar yang
bersangkutan.[39]
Menurut E. Mulyasa Rekrutmen yaitu suatu upaya untuk mencari dan
mendapatkan calon-calon tenaga kependidikan yang memenuhi syarat sebanyak
mungkin, untuk kemudian dipilih calon terbaik dan tercakap. [40] Agar rekrutmen
biasanya
tercermin
dalam
berbagai
kegiatan
dan
bahkan
tidak memuat tiga unsur esensial. Pertama, faktor pendorong atau pembangkit
motif, baik internal maupun eksternal. Kedua, tujuan yang ingin dicapai. Ketiga,
strategi yeng diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan
tersebut.[42]
Oleh karena itu, motivasi merupakan hal yang sangat penting demi
terwujudnya kinerja maksimal seorang tenaga pendidik dan kependidikan dalam
mencapai tujuan pendidikan.
2. Teori-teori Motivasi
a. Teori Patton
Menurut patton (1961), motivasi merupakan fenomena kehidupan yang
sangat kompleks. Setiap individu memiliki motivasi yang berbeda dan banyak
jenisnya. Motivasi menurut Patton dipengaruhi oleh dua hal, yaitu individu itu
sendiri dan situasi yang dihadapinya. Dengan kata lain ada dua faktor yang
mempengaruhi motivasi dalam bekerja, yaitu motivasi internal dan motivasi
ekternal. Lebih lanjut lagi Patton berpendapat bahwa ada seperangkat motivator
yang sangat penting bagi pimpinan untuk memotivasi karyawanya. Motivator
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Tuntutan akan dunia kerja;
2. Posisi;
3. Kepemimpinan;
4. Persaingan;
5. Ketakutan; dan
6. Uang.[43]
b. Model Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow
Situasi Kerja
Lingkungan
kerja,
jarak
tempuh
dan
fasilitas
yang
tersedia
4. Nilai-Nilai Kerja
Dewasa ini, bangsa Indonesia dihadapkan pada sebuah masalah yang
bersumber dari perubahan-perubahan transformatif dan struktural, termasuk
berkeyakinan,
dan
dalam
pembentukan
atau
pengembangan
c. Nilai Sosial
Nilai sosial dari kerja dapat diartikan bahwa dengan bekerja manusia
memberikan makna atas kehadirannya dalam suatu komunitas tertentu
(Harefa, 2007). Di sini individu mengembangkan jatidiri kemanusiaannya
sebagai social- emotional being. Manusia adalah makhluk sosial yang hanya
mungkin mengembangkan potensi kemanusiaannya jika melihat dirinya dalam
suatu hubungan saling bergantung dengan orang lain. Bukan berarti manusia
bergantung sepenuhnya (dependence), sebab dengan begitu manusia sama seperti
parasit dan kanker dalam kehidupan bermasyarakat.[55]
d. Nilai moral-spiritual
Nilai moral-spiritual dari kerja adalah bahwa dengan bekerja kita
dimungkinkan untuk mengakui Tuhan sebagai Tuhan, memanusiawikan
manusia (diri sendiri dan sesama), dan alam diberikan Tuhan untuk dikelola
guna kemaslahatan manusia yang sebesar-besarnya. Inilah dimensi teologis
dari kerja, dimana kerja dipahami sebagai bagian dari ibadah, sebab kita ini
juga moral-spiritual being (Harefa, 2007).[56]
Sinamo (2005) memasukkan nilai kerja adalah ibadah menjadi salah satu
bagian dalam bukunya 8 Etos Kerja Profesional. Sinamo berpendapat:
Kerja memang ibadah, atau bisa juga, sebentuk ibadah. Kita beribadah
di dua tempat. Pertama di gedung peribadatan seperti gereja, masjid,
pura, dan vihara. Kedua, di tempat kerja. Bentuk ibadah pertama adalah
ritual rutin sedangkan bentuk ibadah kedua adalah olah kerja yang
dipersembahkan kepada Tuhan.[57]
Nilai penting terhadap penelitian perilaku organisasional karena menjadi
dasar pemahaman sikap dan motivasi individu, dan karena hal tersebut
berpengaruh terhadap persepsi kita (Robbins, 2008).[58]
berbuat atau karena diharuskan untuk melakukan tugas-tugas itu. Banyak faktor
yang memmpengaruhi motivasi kerja manusia dalam bekerja. Salah satu faktor
yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang adalah gaya kepemimpinan. Dengan
demikian, kepemimpinan dapat pula berarti kemampuan memberi motivasi kepada
bawahan.[60]
D. Penelitian Relevan
Putri Amalia (2010) melakukan penelitian dengan judul Strategi Rekrutmen
Tenaga Pendidik dan Kependidikan pada SDIT Darul Muttaqien Parung Bogor.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan empiris. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara dan angket. Populasi dalam penelitian ini adalah
tenaga dan kependidikan yang berjumlah 33 orang dan semuanya dijadikan sampel.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis secara deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata dari
aspek penelitian strategi rekrutmen tenaga pendidik dan kependidikan pada SDIT
Darul Muttaqien Parung Bogor sebesar 73,265% dan berkategori cukup baik.[61]
Arif Nur Fauzi (2011) melakukan penelitian dengan judul Strategi Rekrutmen
Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) Kota Yogyakarta Tahun 2005-2009. Metode
penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode wawancara/interview,
observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan kerangka berfikir
induktif yaitu pola pikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwaperistiwa yang kongkrit, untuk menarik generalisasi-generalisasi yang bersifat
umum. Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa Gerakan
Ahmadiyah Indonesia (GAI) dalam melakukan rekrutmen anggota menggunakan
langkah-langkah yang diawali dengan meakukan pemetaan sosial. Dimana
pengurus Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) melihat, membaca realita sosio
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian
secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
[63] Penelitian ini juga merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif
ini bertujuan untuk mendapatkan informasi-informasi yang jelas serta lengkap yang
berhubungan dengan rekrutmen dan motivasi kerja pendidik dan tenaga
kependidikan di SDIT BIAS Giwangan Yogyakarta.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDIT BIAS Giwangan Yogyakarta yang berkantor
pusat di Jl. Mendung Warih 155 Giwangan Yogyakarta. Telp. 0274-389 200.
Agar kegiatan penelitian dapat berjalan lancar dan terarah, maka peneliti
membuat rencana penelitian yang dijabarkan dalam rencana atau jadwal penelitian
yang sebagai berikut:
NO
WAKTU
KEGIATAN
4 Penyusunan
Proposal
KETERANGAN
1.
11 Agustus
September 2014
2.
4 6
2014
3.
8 20 September Observasi
wawancara
2014
lapangan dan dokumentasi
pengambilan
data
4.
22
SeptembeI2014
September Mengurus
Perizinan
Penelitian
Persetujuan
proposal oleh Dosen
Pembembing
Surat
penelitian
kampus
Izin
dari
dan
30 Pengolahan
Data
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti
sendiri atau anggota tim peneliti atau sering disebut human instrument yang
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan atas temuannya.[64]
Karena dalam penelitian ini menggunawan metode wawancara, maka
peneliti menyiapkan pedoman wawancara sebagai instrumennya.
ingin
digunakan
melakukan
sebagai
studi
teknik
pengumpulan
pendahuluan
untuk
data
apabila
menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui halhal responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi.
Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan
dalam
penelitian
kualitatif
adalah
wawancara
mendalam.
Wawancara
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam prakteknya
selain membawa instrument sebagai pedoman wawancara, maka pengumpul
data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur
dan amterial lain yang dapat membantu dalam wawancara.
2. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunya ciri yang spesifik
bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.
Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka
observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis
dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.
3. Triangulasi
Dalam
teknik
pengumpulan
data,
triangulasi
diartikan
sebagai
teknik
(1984) selama berada di lapangan. Telah dipahami bersama dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai
tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivits dalam analisis data meliputi reduksi
data, penyajian data, dan verification atau sering dikenal dengan penarikan
kesimpulan dan verifikasi.[67]
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci, untuk itu segera dibutuhkan analisis data
melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. [68] Dengan begitu, maka data yang nantinya akan
dipaparkan dalam penelitian ini akan lebih jelas dan mudah dipahami karena
hanya merupakan data-data yang memberikan informasi yang penting dan
memberi gambaran secara lebih menyeluruh.
2.Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian ini penyajian data akan disajikan dengan uraian teks yang
bersifat naratif. Tujuan dalam pendisplayan data ini adalah agar hasil penelitian ini
mudah untuk difahami.
3. Verification
Langkah ketiga dalam analisi data adalah Verifikasi atau penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Dengan langkah ini maka diharapkan dapat menjawab
rumusan masalah yang telah ditetapkan sehingga menjadi suatu masalah yang
sudah jelas dan mungkin dapat menemukan temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ada.
G. Keabsahan Data
[1] Suparlan. Guru sebagai Profesi, (Yogyakarta: Hikayat Publising, 2006), cet. 1, halaman
72-73.
[2] Panduan Diklat, Manajeman Pemberdayaan Sumber Daya Tenaga Pendidikan
Kependidikan Sekolah, (Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas, 2008), halaman 8. Skripsi Putri
Amalia,
<http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2529/1/PUTRI%20AMALIAFITK.pdf >, (diakses 20 Agustus 2014)
[3] Sudarwan Danin. Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. (Jakarta: PT
[10] Ibrahim Bafadal, Penigkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Dalam Kerangka
Manajeman Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumu Aksara, 2008), cet. 4,
halaman 18.
[11] JS Badudu, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1994), halaman 1473.
[12] Ibid. halaman 342.
[13] Ibid. halaman 478.
[14] Tatang S. M. Si, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012),
[15] Suyanto dan Jihad Asep, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta : Esensi Erlangga Group,
2013), halaman 1.
[16] McLeod, ibid.
[17] Ibid, halaman1-2.
[18] John Goodlad, Ibid, halaman 4.
[19] Paulo Freire, banking concept of education, ibid.
[20] Ibid.
[21] Ibid. halaman 5.
[22] Ibid. halaman 5.
[23] Ibid. halaman 6.
[24] Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas (1989), ibid. halaman 6-7.
[25] Ibid. halaman 7.
[26] Arun Monappa dan Mirza S. Saiyadain (1979: 104), Syukur Fatah, Manajemen
Sumber Daya Manusia Pendidikan, (Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, Cet Pertama,
2012), halaman 67.
[27] Dale Yoder (1981: 261), Ibid.
[28] Syukur Fatah, Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan, (Semarang : PT
Pustaka Rizki Putra, Cet Pertama, 2012), halaman 67-68.
[29] Hasibun Malayu S.P. Manejemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:Bumi Aksara,
2013), halaman 42.
[30] Edison Emron, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung:Alfabeta, 2010),
halaman 59.
[31] Hasibun Malayu S.P. Manejemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:Bumi Aksara,
2013), halaman 44.
[32] Ibid. halaman 42.
[33] Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru......., h.30
[34] Hasibun Malayu S.P. Manejemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:Bumi Aksara, 2013), h.57
[35] Edison Emron, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung:Alfabeta, 2010),h.65
[36] Edison Emron, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung:Alfabeta, 2010),h.64
[37] Buskirk Richard, Teknik Manajemen Yang Sukses,(Jakarta:Cypress, 1980), halaman 1.
[38] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Basar Bahasa Indonesia_Pusat Bahasa,
[41] Hasibun Malayu S.P. Manejemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:Bumi Aksara, 2013),
halaman 47.
[42] Sudarwan Danin. Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. (Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2004),h.2
[43] Patton (1961), Sudarwan Danin. Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok.
(Jakarta: PT Rineka Cipta. 2004), halaman 28.
[44] Abraham H. Maslow, ibid. halaman 25.
[45] Ibid. halaman 29-30.
[46] Ibid. halaman 31.
[47] Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE, 1998),
halaman 155.
[48] Faustino Cordoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Andi
Offset, 2003), halaman 181.
[49] Gunawan Ikhsan, Motivasi Kerja Guru Tidak Tetap Di Berbagai SMK Swasta Di Kota
Semarang, Semarang: Universitas Diponegoro, 2010) halaman 44. (tidak diterbitkan)
<http://eprints.undip.ac.id/23084/1/SKRIPSI_Lengkap_-_C2A006075.pdf > (diakses 8
September 2014)
[50] Farisi, (1998) Ibid.
[51] Ibid.
[52] Ibid. halaman 45.
[53] Harefa (2007), Ibid
[54] Ibid.
[55] Ibid.
[56] Ibid.
[57] Sinom (2007) Ibid.
[58] Robbins (2008) Ibid.
[59] Keith Davis, Danin Sudarwan. Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok.
(Jakarta: PT Rineka Cipta. 2004), halaman 18.
[60] Danin Sudarwan. Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. (Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2004), halaman 18-19.
[61] Putri Amalia, Strategi Rekrutmen Tenaga Pendidik dan Kependidikan pada SDIT
Darul Muttaqien, Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN), 2010 (tidak diterbitkan)
<http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2529/1/PUTRI%20AMALIAFITK.pdf >, (diakses 20 Agustus 2014)
[62] Arif Nur Fauzi, Strategi Rekrutmen Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) Kota
Yogyakarta Tahun 2005-2009, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri, 2011(diterbitkan)
[63] Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: PENERBIT SIC, Cetakan
ke 3 2010), halaman 23.
[64] Sugiyono, Metode Pendidikan pendekatan Kuantitaif, kualitatif, dan R&D,(Bandung:
Penerbit Alfa Beta, 2013), halaman 306.
[65] Ibid. Halaman. 300
[66] Ibid. halaman 330.
Miles and Huberman (1984), ibid. halaman 337.
1 komentar:
andriana diego 1 Desember 2014 23.45
informasinya bermanfaat sekali gan, wah jangan lupa kunjungi balik lapak ane nih
useful information gan, oh do not forget to visit the stall behind ane nih
Obat Penyakit Maag
http://obatpenyakitmaag.net/
Balas
Publikasikan
Unknown (Google)
Keluar
Pratinjau
Beranda