Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengan gejala klinis berupa
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopeni, ruam,
limfadenopati, dan trombositopenia. Pada DHF terjadi perembesan plasma
yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh (Suhendro, Leonard, Khie, & Herdiman
dalam Sudoyo, 2009).
Infeksi dengue adalah penyakit virus berasal dari nyamuk yang paling
cepat menyebar di dunia. WHO melaporkan insiden demam dengue
meningkat secara dramatis dalam 50 tahun terakhir. Kurang lebih 2,5 miliar
orang tinggal di daerah endemis yang lebih dari 70% berada di Asia
Tenggara dan daerah Pasifik barat. Setiap tahunnya sekitar 50 juta terjadi
infeksi dengue, dan 500.000 pasien dirawat di rumah sakit karena DHF
(Karyanti, et al., 2014).
Indonesia merupakan salah satu daerah endemis DHF. Data tahun
1986-2007 menunjukkan kecenderungan peningkatan insiden DHF di
Indonesia. Sejak tahun 2004, Indonesia merupakan negara dngan laporan
kasus infeksi virus dengue terbanyak. Peningkatan jumlah ini diiringi
dengan pnurunan mortalitas DHF dari 3,4% (1985) menjadi 1% (2006).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2009) prevalensi kasus DHF tersebar di Indonesia sebesar 0,6%.
Prevalensi tertinggi diperoleh pada kelompok usia dewasa muda (25-34
tahun) sebanyak 0,7% dan terendah pada bayi (0,2%) (Wibisono, Aditya,
Leonard dalam Tanto, 2014).
Demografi dan perubahan sosial seperti pertumbuhan populasi,
urbanisasi, dan transportasi modern sepertinya berperan penting dalam
meningkatkan insiden dan penyebaran virus dengue (Karyanti, et al., 2014).
B. TUJUAN PENULISAN
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk mempelajari kasus
demam berdarah (DHF) disertai dengan Gastroenteritis akut sehingga dapat
mengenali terjadinya gejala dan tanda yang muncul, penegakkan diagnosis,
dan menentukan penatalaksanaan yang tepat.
BAB II
LAPORAN KASUS
A.
B.
IDENTITAS
-
Nama Pasien
: Sdr. TH
Umur
: 24 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
No. RM
: 33xxxx
Pekerjaan
: wiraswasta
Status perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Tanggal masuk RS
: 19 Juli 2015
Tanggal pemeriksaan
: 21 Juli 2015
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh demam sejak 4 hari lalu. Demam dirasakan tibatiba dan langsung tinggi. Demam turun pada pagi dan siang hari, namun
tinggi kembali jika menjelang malam. Pasien priksa ke dokter umum,
namun
4. Riwayat Pribadi
5. Riwayat Keluarga
A.
ANAMNESIS SISTEM
Sistem Serebrospinal
Sistem Kardiovaskular
Sistem Respiratorius
Sistem Genitourinarius
Sistem Gastrointestinal
Sistem Muskuloskeletal
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
: Sadar
Kesadaran
Status Gizi
BB
: 65
TB
: 165
Vital Signs
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Konjungtiva anemis
(-/-), sklera
Paru
Posisi
Anterior
Inspeksi
Simetris
Posterior
simetris
Retraksi (-/-)
Palpasi
Fremitus
Normal, Fremitus
Normal,
simetris, ketinggalan simetris, ketinggalan
gerak (-/-)
gerak (-/-)
Perkusi
Sonor
Auskultasi
SDV
Sonor
+/+
Jantung
Hasil Pemeriksaan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas Kiri
-bawah : SIC IV LMCS
-atas : SIC II LPS
Batas kanan
-atas : SIC II Linea parasternalis dextra:
-bawah: SIC II LPD
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
-
akral dingin
- edema
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin tanggal 27 Mei 2015 :
Pemeriksaan
Hemoglobin
Nilai
18,1
Ket
Satuan
gr/dl
Eritrosit
5,91
106 ul
Lk : 4,5 5,5
Pr : 4,0 5,0
Hematokrit
51,3
Lk : 40 48
Pr : 37 43
MCV
86,8
Pf
82 92
MCH
30,6
Pg
27 31
MCHC
35,3
32 36
Leukosit
3,21
103 ul
5,0 10,0
46
103 ul
150 400
Trombosit
Nilai Normal
Lk : 13,0 16,0
Pr : 12,0 14,0
Nilai
17,7
Ket
Satuan
gr/dl
Nilai Normal
Lk : 13,0 16,0
Pr : 12,0 14,0
Eritrosit
5,82
106 ul
Lk : 4,5 5,5
Pr : 4,0 5,0
Hematokrit
49,4
Lk : 40 48
Pr : 37 43
MCV
84,8
Pf
82 92
MCH
30,4
Pg
27 31
MCHC
35,8
Leukosit
3,41
13
Trombosit
32 36
103 ul
5,0 10,0
103 ul
150 400
Nilai
17,1
Ket
Satuan
gr/dl
Eritrosit
5,70
106 ul
Lk : 4,5 5,5
Pr : 4,0 5,0
Hematokrit
50,0
Lk : 40 48
Pr : 37 43
MCV
87,8
Pf
82 92
MCH
30,0
Pg
27 31
MCHC
34,2
32 36
Leukosit
3,40
103 ul
5,0 10,0
11
103 ul
150 400
Trombosit
Nilai Normal
Lk : 13,0 16,0
Pr : 12,0 14,0
Nilai
18,1
Ket
Satuan
gr/dl
Eritrosit
6,36
106 ul
Lk : 4,5 5,5
Pr : 4,0 5,0
Hematokrit
51,0
Lk : 40 48
Pr : 37 43
MCV
86,8
Pf
82 92
MCH
30,6
Pg
27 31
MCHC
35,3
32 36
Leukosit
6,36
103 ul
5,0 10,0
103 ul
150 400
Trombosit
20
Nilai Normal
Lk : 13,0 16,0
Pr : 12,0 14,0
IgG Dengue
positive
IgM Dengue
Positive
Nilai
16,5
Eritrosit
5,42
106 ul
Lk : 4,5 5,5
Pr : 4,0 5,0
Hematokrit
47,2
Lk : 40 48
Pr : 37 43
MCV
87,1
Pf
82 92
MCH
30,4
Pg
27 31
MCHC
35,0
32 36
Leukosit
9,03
103 ul
5,0 10,0
103 ul
150 400
Trombosit
22
Ket
Satuan
gr/dl
Nilai Normal
Lk : 13,0 16,0
Pr : 12,0 14,0
Nilai
16,1
Eritrosit
5,32
106 ul
Lk : 4,5 5,5
Pr : 4,0 5,0
Hematokrit
46,4
Lk : 40 48
Pr : 37 43
MCV
87,5
Pf
82 92
MCH
30,4
Pg
27 31
MCHC
34,7
32 36
Leukosit
11,4
103 ul
5,0 10,0
103 ul
150 400
Trombosit
28
Ket
Satuan
gr/dl
Nilai Normal
Lk : 13,0 16,0
Pr : 12,0 14,0
Nilai
14,9
Eritrosit
5,32
106 ul
Lk : 4,5 5,5
Pr : 4,0 5,0
Hematokrit
42,5
Lk : 40 48
Pr : 37 43
MCV
86,5
Pf
82 92
MCH
30,3
Pg
27 31
MCHC
35,1
32 36
Leukosit
11,9
103 ul
5,0 10,0
103 ul
150 400
Trombosit
64
Ket
Satuan
gr/dl
Nilai Normal
Lk : 13,0 16,0
Pr : 12,0 14,0
D.
Pemeriksaan
Hemoglobin
Nilai
15,3
Eritrosit
4,99
106 ul
Lk : 4,5 5,5
Pr : 4,0 5,0
Hematokrit
42,4
Lk : 40 48
Pr : 37 43
MCV
85
Pf
82 92
MCH
30,7
Pg
27 31
MCHC
36,1
32 36
Leukosit
13,8
103 ul
5,0 10,0
Trombosit
167
103 ul
150 400
RESUME
Ket
Satuan
gr/dl
Nilai Normal
Lk : 13,0 16,0
Pr : 12,0 14,0
E.
DIAGNOSIS KERJA
DHF
F.
DIAGNOSIS BANDING
Demam Typhoid
Malaria
G.
H.
TERAPI
RL 20 tpm
Cholescore 3x1
Transfusi TC 4 kolf
HASIL FOLLOW UP
28 Mei
2015
PRL 20 tpm
O/ VS :
Ranitidin 1 amp/12 j
Cholescor 3x400mg
KU : CM, lemah
Kepala: ca (-/-), si (-/-), nyeri
retroorbital (+/+)
trombosit: 13
A/ DHF
Leukositopeni
29 Mei
2015
RL 20 tpm
Ranitidin 1 amp/12 jam
omeprazol1 gr/12 jam
O/ VS:
MP 1/3vial /8 jam
KU : baik, CM
Cholescor 3x400mg
Transamin 1 amp/12jam
Trombosit: 20
A/ DHF grd II
30 Mei
2015
O/ VS:
TD 120/80 mmHg; N 60 x/menit,
RR 20 x/menit, S 36,7C
KU : CM, cukup
Trombosit: 22
A/ DHF grd II
31 Mei
2015
O/ VS:
TD 110/70 mmHg; N 70 x/menit,
RR 20 x/menit, S 36,6C
KU : CM, lemah
Kepala: ca (-/-), si (-/-), nyeri
retroorbital (-/-)
Leher: PKGB (-/-), P.tiroid (-/-),
Tho: dada simetris, dinding
dada>dinding abdomen, fremitus (+/
+), massa (-), SDV (+/+), rh (-/-), wh
(-/-)
Cor: HR 70, iktus tidak tampak, tidak
teraba, BJ I II murni reg, bising (-)
Abdomen : massa (-), supel, NT
epigastrik (+), peristaltik +
Ekstr: akral dingin (-/-) (-/-), edem perdarahan pada yg di pungsi vena
Trombosit: 28
A/ DHF grd II
1 Juni
2015
O/ VS:
TD 120/70 mmHg; N 68 x/menit,
RR 20 x/menit, S 36,5C
KU : CM, lemah
Kepala: ca (-/-), si (-/-), nyeri
retroorbital (-/-)
Trombosit: 64
A/ DHF grd II
2 Juni
2015
i Cefoperazone 1gr/12jam
RR 20 x/menit, S 36,6C
Cholescor 3x400mg
KU : CM, lemah
Kepala: ca (-/-), si (-/-), nyeri
retroorbital (-/-)
Leher: PKGB (-/-), P.tiroid (-/-),
Tho: dada simetris, dinding
dada>dinding abdomen, fremitus (+/
+), massa (-), SDV (+/+), rh (-/-), wh
(-/-)
Cor: HR 68, iktus tidak tampak, tidak
teraba, BJ I II murni reg, bising (-)
Abdomen : massa (-), supel, NT
epigastrik (+), peristaltik +
Ekstr: akral dingin (-/-) (-/-), edem
-perdarahan pada lengan yg di pungsi
vena
Trombosit: 167
A/ DHF grd II
blpl
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Dengue Haemorrhagic Fever merupakan penyakit demam akut akibat
virus yang memiliki empat gejala utama meliputi: demam tinggi, fenomena
perdarahan, kadang dengan hepatomegali, dan pada kasus yang lebih berat
terdapat tanda kegagalan sirkulasi (World Health Organization (WHO),
1997).
B. Etiologi
Demam dengue disebabkan oleh satu dari 4 virus dengue serotipe
yang disebut DENV -1, -2, -3, dan -4. Virus dengue tersebut merupakan virus
RNA yang termasuk dalam famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus
dengue ditransmisikan secara primer ke manusia melalui gigitan nyamuk
yang terinfeksi yaitu nyamuk spesies Aedes. Transmisi juga dapat terjadi
melalui transfusi pada darah yang terinfeksi atau transplantasi organ yang
terinfeksi (Center for Disease Control and Pervention, 2014).
terlewati,
akan
terjadi
peningkatan
hematopoiesis
termasuk
sebagai stress cells. Pada penderita DBD, sitokin yang banyak berperan
dalam menyebabkan aktivasi endotel terutama tumor necrotizing factor-
(TNF), interleukin-1 (IL-1), dan interleukin-6 (IL-6).
(Djunaedi, D., 2005)
D. Gejala klinis
Kasus DHF sering ditandai dengan 4 gejala klinis mayor berupa
demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi.
Trombositopenia ringan sampai berat dengan diikuti hemokonsentrasi
merupakan penemuan laboratorium klinis yang khas pada DHF. Adanya
kebocoran plasma merupakan patofisiologi utama yang membedakan DHF
dan DF serta menentukan derajat keparahan DHF ditunjukkan dengan
peningkatan hematokrit. Pasien DHF biasanya datang dengan peningkatan
suhu secara tiba-tiba, wajah kemerahan, dan gejala konstitusional non spesifik
DF seperti anoreksia, muntah, sakit kepala, nyeri di belakang mata, dan nyeri
tulang maupun otot. Beberapa pasien mengeluhkan adanya tenggorokan sakit,
dan injeksi faring sering ditmukan pada pemeriksaan. Nyeri epigastrik, nyeri
pada tepi kosta kanan, dan nyeri abdominal keseluruhan sering ditemui. Suhu
biasanya tinggi (>39C) dan berlangsung selama 2-7 hari.
Fenomena perdarahan yang sering ditemui adalah tes torniquet positif,
mudah memar, dan perdarahan pada tempat punktur vena, sedangkan
epistaksis dan gusi berdarah jarang terjadi. Stadium krisis penyakit DHF
adalah saat mencapai akhir fase demam. Setelah 2-7 hari demam, penurunan
suhu yang cepat disertai tanda gangguan sirkulasi dengan derajat keparahan
yang berbagai macam. Pasien dapat mengeluh berkeringat, ekstremitas
dingin, gelisah, dan menunjukkan perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
Banyak pasien sembuh secara spontan atau setelah diberi terapi cairan dan
lektrolit. Pada kasus kehilangan plasma yang sangat banyak, dapat terjadi
syok dan berkembang menjadi syok hebat bahkan kematian jika tidak
ditangani dengan tepat.
(World Health Organization, 2009)
E. Diagnosis
Kriteria diagnosis untuk DHF menurut WHO (1997) yaitu harus ada
semua gejala:
1. Demam, atau riwayat demam berlangsung 2-7 hari, kadang bersifat
bifasik
2. Kecenderungan perdarahan, dibuktikan oleh paling tidak satu dari:
a. Tes torniquet positif
b. Peteki, ekimosis, atau purpura
c. Perdarahan mukosa, GIT, injeksi
d. Hmatemesis atau melena
3. Trombositopenia (100.000 sel per mm3 atau kurang)
4. Bukti kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas vaskuler,
dengan sedikitnya satu dari:
a. Peningkatan hematokrit lebih atau sama dengan 20% di atas angka
normal sesuai usia, jenis kelamin dan populasi.
b. Penurunan hematokrit setelah terapi pengganti cairan lebih atau sama
dengan 20% dari angka awal.
c. Tanda
kebocoran
plasma
seperti
efusi
pleura,
asites,
dan
hipoproteinemia.
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah rutin dilakukan pada pasien DHF untuk
mengetahui kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan
darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif. Diagnosis pasti
didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun deteksi
antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptase
Polymerase Chain Reaction), namun karena lebih rumit, saat ini tes serologis
yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap
dengue berupa antibodi total, IgM maupun 1gG. Parameter Laboratoris yang
dapat diperiksa antara lain:
a. Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45 % dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase
syok akan meningkat.
b. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
c.
Derajat III : adanya kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi cepat lemah
serta hipotensi, dengan adanya kulit dingin dan lembab serta
gelisah.
Derajat IV: syok hebat dngan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.
H. Tatalaksana
Tatalaksana baik DF maupun DHF secara umum adalah tirah baring,
pemberian cairan, medikamentosa simtomatik, dan antibiotik jika terdapat
infeksi sekunder. Selanjutnya, tatalaksana spektrum DF/DHF dibagi menjadi
lima protokol berdasarkan PAPDI (Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam
Indonesia) (Suhendro, Leonard, Khie, & Herdiman dalam Sudoyo, 2009)
Hb,Infeksi
Ht normal,
Ht
Hb Ht
normal, Tropik
T
bersama
Penyakit
dan
dan T
Divisi Hb
Hematologi
Hb, Ht,dengan
T Divisi
<100.000 Indonesia. T
normal/turun
normal
dan
Onkologi Medik100.000-150.000
Fakultas Kedokteran Universitas
Protokol
ini
Observasi
Observasi
Rawat jalan
Rawat jalan
Rawat
Rawat
/24 jam
/24 jam
Gambar 1. Observasi dan pemberian cairan suspek DHF dewasa tanpa renjatan di Unit Gawat
Darurat
Suspek DHF
Perdarahan Spontan dan Masif (- )
Syok (-)
Hb, Ht normal
T <100.000
Infus Kristaloid
Hb, Ht, T / 24 jam
Hb, Ht 10-20%
T <100.000
infus kristaloid
Hb, Ht, T / 24 jam
Hb, Ht >20%
T <100.000
Protokol pemberian
Cairan DHF dengan
Ht >20%
Gambar 2. Pemberian cairan pada suspek DHF dwasa di ruang rawat.
5% defisit cairan
Terapi awal cairan IV
Kristaloid 6-7 ml/kg/jam
PERBAIKAN
Ht dan nadi , TD
mmbaik, produksi urin
TIDAK MEMBAIK
Ht dan nadi TD
<20mmhg, produksi
urin
PERBAIKAN
PERBAIKAN
Infus kristaloid
10ml/kg/jam
TIDAK MEMBAIK
Infus kristaloid
15ml/kg/jam
PERBAIKAN
KONDISI MEMBURUK
Tanda syok
Terapi cairan
dihentikan 24-48 jam
Tatalaksana sesuai
protokol syok dan
perdarahan
PERBAIKAN
KASUS DHF:
Perdarahan spontan dan masif: epistaksis tak terkendali, hematemesis melena,
perdarahan otak
Syok
Hb, Ht, T, L, pemeriksaan hemostasis (KID)
Golongan darah, uji cross-match
KID (+)
Trf komponen darah: *PRC (hb
<10 g/dL
*FFP
*TC (T <100.000)
**Heparinisasi 5000-10000.24 jam drip
*pemantauan Hb, Ht, T tiap 4-6 jam
*ulang pemeriksaan hemostasis 24 jam
Cek APTT tiap hari, target 1,5-2,5 kali
kontrol
KID (+)
Trf komponen darah: *PRC
(hb <10 g/dL
*FFP
*TC (T <100.000)
*pemantauan Hb, Ht, T tiap 4-6
jam
*ulang pemeriksaan hemostasis
24 jam
A. Gastroenteritis akut
1. Definisi
Pengertian diare adalah suatu penyakit pencernaan atau
adanya gangguan usus ditandai dengan gangguan frekuensi
abnormal dan fluiditas evakuasi tinja (Schiller et al., 2013).
Selain itu diare menurut Departemen Kesehatan ialah dimana
penderita mengalami buang air besar yang lembek ataupun cair
dan bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering
dari biasanya dan berlangsung kurang dari 14 hari. Selain itu
diare bisa saja disertai dengan atau tanpa darah/lendir dalam
tinja, dan juga disertai dengan muntah atau tanpa muntah
(Depkes RI, 2011).
2. Epidemiologi
Colitis ulserasi
Crohn disease
Keganasan
-
Kanker usus
Limfoma
Invasif
-
Entamoeba histolytica
Tuberkulosis
4. Motilitas
Scleroderma
Diabetes mellitus
hipertirodisme
Diare fungsional
(Schiller et al., 2013).
b. Diare Akut :
Diare yang bisa terjadi sewaktu waktu tetapi bisa
mengakibatkan gejala yang berat. Penyebabnya bisa
dikarenakan oleh sebagai berikut.
1. Gangguan bakteri yang masuk kedalam usus halus.
2. Jasad renik yang berkembang dengan cepat didalam usus
halus
3. Racun yang dikeluarkan oleh bakteri.
4. Kelebihan cairan usus yang disebabkan oleh bakteri.
(Widjaja, 2011).
4. Faktor Risiko
Faktor risiko yang bisa mengakibatkan meningkatnya
penularan enteropatogen, yaitu :
a. ASI yang diberikan secara tidak penuh pada 4 6
bulan pertama.
b. Tidak layak dan memadaianya penyediaan air bersih.
c. Pencemaran air oleh tinja.
d. Kurang memadainya sarana kebersihan (MCK).
e. Buruknya sanitasi lingkungan.
f. Penyajian dan penyimpanan makanan yang tidak
higienis.
(Soebagyo & Santoso, 2010).
5. Etiologi
Etiologi diare dikelompokkan dalam enam golongan besar
namun penyebab diare yang paling sering ialah :
mengakibatkan
keadaan
hiperosmolaritas.
segmen
usus
jejunum
yang
bersifat
Karena
adanya
penurunan
maupun
peningkatan
Dehidrasi
Ringan
Sedang
Berat
Kesadaran
Baik
Gelisah
Apatis koma
Rasa haus
++
+++
Normal
Cepat
Cepat sekali
Biasa
Agak cepat
Kussmaul
Keadaan
umum
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Ubun-ubun
Agak cekung
Cekung
Cekung sekali
Agak cekung
Cekung
Cekung sekali
Agak kering
Kering sekali
Anuria
besar
Mata
Turgor
dan Biasa
tonus
Diuresis
Normal
Oliguria
Selaput lendir
Normal
Agak kering
Kering/asidos
is
(Subijanto, 2006).
Tabel derajat dehidrasi menurut Depkes tahun 2011
Gejala atau
Diare tanpa
Diare
Diare
derajat
dehidrasi
dehidrasi
dehidrasi
ringan/seda
berat
dehidrasi
ng
Keadaan
Bila terdapat
Bila terdapat
Bila terdapat
lebih
lebih
lebih
Baik, sadar
Gelisah, rewel
Lesu, lunglai,
umum
atau tidak
sadar
Mata
Tidak cekung
Cekung
Cekung
Keinginan
Normal tidak
Ingin minum
Malas minum
untuk
minum
Turgor
haus
Kembali segera
8. Diagnosis
Kembali
Kembali sangat
lambat
lambat
Penegakkan
diagnosis
berdasarkan
anamnesis,
Status
perubahan
volume
ortostatik
dinilai
pada
dengan
tekanan
memperhatikan
darah
dan
nadi,
darah
tepi
lengkap
(hemoglobin,
ureum
dan
keratinin,
pemeriksaan
tinja
dan
yang
menghilangkan
dikeluarkan.
Prinsip
pengobatan
adalah
Komplikasi
1. Dehidrasi (Ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik
atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
(meteorismus,
hipotoni,
bradikardia,
perubahan EKG)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder defisiensi enzim laktase
6. Kejang
7. MEP
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
M.,
&
Firmansyah
A.M.,
2010.
Clinical
Approach
and
Systematic
review
penelitian
akademik
bidang
Cara
Pengambilan
Sampel
Dalam
Penelitian
Kesehatan
RI.
2014.
Penyakit
2014.
http://www.depkes.go.id/index.php?
vw=2&id=SNR.14010008 Diakses 15 Juli 2014
Hardiyanti, A.E., 2005. Indikator Perbaikan Kesehatan Lingkungan
Anak. Jakarta: EGC, Pp 23
Iswari, Y., 2011. Analisis Faktor Risiko Kejadian Diare pada Anak Usia di
Bawah 2 Tahun di RSUD Koja Jakarta. Magister Ilmu Keperawatan
Tesis.
Juckett, G, Trivedi R. 2011. Evaluation of chronic diarrhea. Am Fam Phys.
84(10):1119-26
Notoatmodjo, S., 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta: Rineka Cipta. Pp 168-199
Primadani, W., Santoso L., Wuryanto A.M., 2012. Hubungan Sanitasi
Lingkungan Dengan Kejadian Diare di Duga Akibat Infeksi di Desa
Gondosali Kecamatan Buluh Kabupaten Temanggung. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 1:535-541
Purnawijayanti, A.H., 2001. Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja
dalam Pengelolahan Makanan. Yogyakarta: Kanisius, Pp 22
Purba, M.E., 2012. Faktor-faktor yang beruhubungan dengan kejadian diare
pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Mastiti Kecamatan
Doloksanggul
Kabupaten
Humbang
Hasundutan.Universitas
Definition,
Classification,
Diagnosis.
Journal
of
(Studi
Kasus
di
Kabupaten
Semarang).
Universitas