Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan
perambatan
komponen
dalam
medium
tertentu.
Komponen-
komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase
gerak. Fase diam menahan komponen campuran sedangkan fase gerak
melarutkan
zat
komponen
yang
ada
pada
campuran
(Adnan,
1997).
1.2
Prinsip Percobaan
Memisahkan dan mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang
Tujuan Percobaan
1.3
cara
isolasi
senyawa
menggunakan
2.1
Uraian Tumbuhan
2.1.1
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Classis
: Dicotyledoneae
Ordo
: Piperales
Familia
: Piperaceae
Genus
: Piper
Species
2.1.1.2 Habitat
Ditemukan pertama kali di Malabar, pantai barat India bagian Selatan
sekitar 2000 tahun yang lalu. Kini lada banyak ditanam di wilayah Asia, terutama
Malaysia dan Indonesia (Muhammad, 2011).
2.1.1.3 Morfologi
Tanaman lada hitam berupa tanaman yang memanjat, dengan akar pelekat,
batang 5-15 m. Daun berseling atau tersebar, bertangkai, dengan daun penumpu
yang mudah gugur dan meninggalkan berkas yang berupa suatu lingkaran.
Helaian daun bulat telur, memanjang dengan ujung meruncing, 5-15 cm x 8-20
cm, pada sisi buah pada kelenjar-kelenjar yang tenggelam. Bulir terpisah-pisah,
bergantungan terdapat pada ujung atau berhadapan dengan daun. Bulir terpisahpisah, bergantungan terdapat pada ujung atau berhadapan dengan daun. Daun
pelindung memanjang, 4-5 mm panjang. Buah berupa buah buni, bangun bulat
(Amalina, 2008).
2.1.1.4 Sinonim (nama latin)
Tanaman lada hitam mempunyai sinonim Piper globrispicum DC.
(Amalina, 2008).
2.1.1.5 Nama lain ( nama daerah)
Lada hitam (Piper nigrum L.) mempunyai nama Sumatera: lada (Aceh),
leudeu pedih (Gayo), lada (Batak), lada (Nias), raro (Mentawai), lada kecik
(Bengkulu), lade ketek (Minangkabau), lada (Lampung). Jawa: Lada, pedes
(Sunda), merica (Jawa). Nusa Tenggara: maicam, mica (Bali), saha (Bima), saang
(Flores). Kalimantan: sahang laut (Dayak), sahang (Sampit). Sulawesi: kaluya
jawa, marisa jawa, malita lodawa (Gorontalo) (Amalina, 2008).
2.1.1.6 Kandungan kimia
Buah lada hitam mengandung minyak atsiri, pipen, kariofilen, limonen,
filandren, alkaloid piperin, kavisin, piperitin, piperidin, zat pahit, dan minyak
lemak (Amalina, 2008).
2.1.1.7 Kegunaan
Buah lada hitam berkhasiat sebagai bahan penyegar, menghangatkan
badan, merangsang semangat, obat perut kembung, merangsang keluarnya
keringat, dan obat sesak nafas. Selain itu juga sebagai karminatif, diaforetik, dan
analgesik (Amalina, 2008).
2.1.2
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Datura
Spesies
2.1.2.2 Habitat
Kecubung adalah tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah
dikenal sejak ribuan tahun. Diperkirakan tanaman ini pertama kali dipakai sebagai
obat-obat pada abad kesepuluh. Kecubung ada yang berasal dari Asia Tenggara,
namun ada juga yang berasal dari Benua Amerika (Depkes RI, 1995).
kuat. Buah Kecubung bagian luarnya dihiasi duri-duri pendek dan dalamnya berisi
biji-biji kecil warna kuning kecoklatan.
Diameter buah ini sekitar 4-5 cm. Buah yang masih muda berwarna hijau,
sedangkan yang sudah tua berwarna hijau tua. Bakal buah dalam paroan bawah
beruang 4 dan pada puncak beruang 2. Buah duduk pada dasar bunga yang
menebal dan melebar ditambah sisa-sisa dari kelopak. Buah berbentuk bola,
dinding pada waktu masak terpecah kecil-kecil dan tidak teratur. Biji Berwarna
kuning coklat, gepeng berbentuk telinga, berbintik atau bersaluran (tidak terang).
Akar Kecubung adalah sistem perakaran tunggang (Depkes RI, 1995).
2.1.2.4 Sinonim (nama latin)
Datura fastuosa, Hindu datura, Datura sauveolens, Datura stramonium,
Hyoscyamus niger, Black henbane, Devil's trumpet, Metel, Downy thorn-apple
(Depkes RI, 1995).
2.1.2.5 Nama lain ( nama daerah)
Kecubung (Jawa, Sunda), Kacobhung (Madura), Bemebe (Madura),
Bulutube (Gorontalo), Taruapalo(Seram), Tampong-tampong (Bugis), Kecubu
(Halmahera, Ternate), Padura (Tidore), Karontungan, Tahuntungan (Minahasa),
Kechubung, Terung pengar, Terung pungak ( Melayu) (Depkes RI, 1995).
2.1.2.6 Kandungan kimia
Alkaloid
(skopolamina,
hiosiamina,
RI,1995).
2.1.2.7 Kegunaan
atropina),
flavonoid
(Depkes
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Sub Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Costus
Spesies
2.1.3.2 Habitat
Tumbuh liar di tempat yang lembab dengan sedikit naungan atau tumbuh
liar di bawah tumbuh-tumbuhan yang tinggi seperti di hutan primer, hutan
sekunder dan hutan jati pada dataran rendah sampai ketinggian 1050 meter di atas
permukaan laut. Banyak ditemukan di pulau Jawa (Wahyuningsih, 2008).
2.1.3.3 Morfologi
Tumbuhan berupa herba tahunan, tegak, tingginya dapat mencapai 0,5-4
meter. Batangnya banyak mengandung air, mudah dipatahkan, dari luar kasar dan
dari dalam licin dan mengkilat. Batang tertutup oleh pelepah daun, berwarna hijau
keunguan. Daunnya merupakan daun tunggal, berwarna hijau, berbentuk lonjong
sampai lanset memanjang, tersusun secara spiral melingkari batang. Ujung daun
meruncing, tepi rata, pangkal daun tumpul, panjang 11-28 cm dan lebarnya 8-11
cm. Permukaan daun bagian bawah berbulu lembut, sedangkan permukaan atas
beralur. Tangkai daun pendek. Perbungaan berbentuk bulir besar yang terletak
pada ujung batang. Bunganya berwarna putih atau kuning. Daun pelindung bulat
telur dengan ujung runcing (Wahyuningsih, 2008).
Mahkota berbentuk tabung, panjang lebih kurang 1 cm dan diameter
sekitar 5 mm. Benang sari sepanjang 6 cm, ujungnya runcing, berwarna hijau.
Putik tersembul di atas kepala sari, warnanya putih. Buahnya buah kotak
berbentuk bulat telur, berwarna merah. Biji keras, kecil, diameter lebih kurang 2
mm, berwarna hitam. Akar serabut berwarna putih atau kuning kotor. Rimpang
mengandung pati (Wahyuningsih, 2008).
10
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Marga
: Curcuma
Species
2.1.4.2 Habitat
Tumbuh di seluruh pulau Jawa, tumbuh liar di bawah naungan di hutan
jati, di tanah yang kering dan di padang alang-alang, ditanam atau tumbuh liar di
tegalan, tumbuh pada ketinggian tempat 5m sampain 1500 m di atas permukaan
laut (Wahyuningsih, 2008).
2.1.4.3
Morfologi
2.1.4.3.1 Batang
11
cabang
umumnya
lebih
muda
dari
pada
rimpang
induk.
Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning-kotor. Atau
12
coklat kemerahan. Warna rimpang cabang umumnya lebih muda dari pada
rimpang induk. Warna daging rimpang adalah kuning atau oranye tua, dengan cita
rasanya amat pahit, atau coklat kemerahan berbau tajam, serta keharumannya
sedang. Rimpang terbentuk dalam tanah pada kedalaman + 16 cm. Tiap rumpun
tanaman kunyit umumnya memiliki enam buah rimpang tua dan lima buah
rimpang muda (Wahyuningsih, 2008).
2.1.4.3.5 Akar
Sistem perakaran tanaman kunyit termasuk akar serabut. Akar-akarnya
melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya
tidak beraturan (Wahyuningsih, 2008).
2.1.4.4 Sinonim (nama latin)
Sinonim dari tumbuhan pacing adalah sebagai berikut : Curcuma
domestica Val (Wahyuningsih, 2008).
2.1.4.5 Nama lain ( nama daerah)
Kunyot mempunyai berbagai nama daerah yang berbeda beda
diantaranya : Kuning (Gayo), Undre (Nias), Kunyir (Sunda), Kunir (Jawa
Tengah), Temo Kuneng (Madura), Kunit (Banjar), Huni (Bima), Unini (Ambon)
(Wahyuningsih, 2008).
2.1.4.6 Kandungan kimia
Rimpang kunyit mengandung kurkuminoid , mineral minyak atsiri serta
minyak lemak. Tepung merupakan kandungan utama, jumlahnya bervariasi antara
48 54 % tergantung dari ketinggian tempat tumbuhnya, makin tinggi tempat
tumbuhnya makin rendah kadar tepungnya. Selain tepung , kunyit juga
mengandung zat gizi antara lain karbohidrat, protein dan lemak serta serat kasar
13
mineral seperti kalium ( K ), natrium ( Na), magnesium (Mg ), zat besi (Fe),
mangan (Mn ) dan Kadmium ( Cd). Komponen utama kandungan zat yang
terdapat dalam rimpang kunyita dalah zat kuning yang disebut kurkumin dan
juga protein ,pati, serta zat zat minyak atsiri. Minyak atsiri kunyit mengandung
phelandren, kamfer, borneol, xanthorrizol, tumerol dan sineal. Kandungan
kurkumin berkisar antara 1,6% 2,22% dihitung berdasarkan berat kering. Berkat
kandungan dan zat zat minyak atsiri tadi, diduga penyebab berkhasiatnya kunyit
(Wahyuningsih, 2008).
2.1.4.7 Kegunaan
Obat
liver,
demam,
gangguan
pencernaan,
encok,
dan
untuk
14
15
1. Alkaloid golongan pirol dan pirolidin, yaitu alkaloid yang mengandung inti
pirol dan pirolidin dalam struktur kimianya. Contohnya higrin pada tumbuhan
Erythtroxylon coca.
2. Alkaloid golongan pirolizidin, yaitu alkaloid yang mengandung inti pirolizidin
dalam struktur kimianya. Contoh retronesin pada tumbuhan Senecio jacobaea.
3. Alkaloid golongan piridin dan piperidin, yaitu alkaloid yang mengandung inti
piridin dan piperidin dalam struktur kimianya. Contohnya nikotin pada
tumbuhan Nicotiana tabaccum yang mempunyai inti piridin.
4. Alkaloid golongan tropan, yaitu alkaloid yang mengandung inti tropan dalam
struktur kimianya. Contohnya atropin pada tumbuhan Atropa belladonna.
5. Alkaloid golongan kuinolin, yaitu alkaloid yang mengandung inti kuinolian
dalam struktur kimianya. Contohnya kuinin pada tumbuhan Cinchona
officinalis.
6. Alkaloid golongan isokuinolin, yaitu alkaloid yang mengandung inti
isokuinolin dalam struktrur kimianya. Contohnya papaverin pada tumbuhan
Papaver somniferum.
7. Alkaloid golongan aporfin, yaitu alkaloid yang mengandung inti aporfin dalam
struktrur kimianya. Contohnya boldin pada tumbuhan Peumus boldus.
8. Alkaloid golongan norlupinan, yaitu alkaloid yang mengandung inti norlupinan
dalam struktrur kimianya. Contohnya sitisin pada tumbuhan Cytisus scoparius.
9. Alkaloid golongan indol atau benzopirol, yaitu alkaloid yang mengandung inti
indol dalam struktrur kimianya. Contohnya psilosin pada tumbuhan Psilocybe
sp.
16
10. Alkaloid golongan imidazol atau glioksalin, yaitu alkaloid yang mengandung
inti imidazol dalam struktrur kimianya. Contohnya pilokarpin pada tumbuhan
Pilocarpus jaborandi.
11. Alkaloid golongan purin, yaitu alkaloid yang mengandung inti purin dalam
struktrur kimianya. Contohnya kafein pada tumbuhan Coffea arabica.
12. Alkaloid steroida, yaitu alkaloid yang mengandung inti steroida (siklopentano
perhidrofenantren) dalam struktrur kimianya. Contohnya solanidin pada
tumbuhan Lycopersicon esculentum (Robinson, 1995).
2.2.2 Glikosida saponin
Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin.
Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid.
Saponin adalah segolongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid
dan mempunyai sifat-sifat khas dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan
membui bila dikocok. Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan
menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir.
Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi
hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya
digunakan sebagai racun ikan (Gunawan, 2004).
Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut
sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi
sehingga dapat dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi
keras atau beracun seringkali disebut sebagai sapotoksin (Gunawan, 2004).
Berdasarkan struktur aglikonnya (sapogeninnya), saponin dapat dibedakan
menjadi 2 macam yaitu tipe steroid dan tipe triterpenoid. Kedua senyawa ini
17
memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika
yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid (Gunawan, 2004).
Keberadaan saponin steroid pada tanaman monokotil, terutama terkandung
dalam famili Dioscoreaceae (Dioscorea hispida), Amaryllidaceae (Agave
Americana), dan Liliaceae (Yucca sp. dan Trillium sp.). Pada tanaman dikotil.
Terutama terkandung dalam Leguminosae (Foenigraeci) dan Solanaceae. Berbeda
dengan saponin steroid , saponin triterpenoid jarang terdapat pada monokotil.
Saponin triterpenoid banyak terkandung dalam famili-famili dikotil seperti
Caryophyllaceae, Sapindaceae, Polygalaceae, dan Sapotaceae (Gunawan, 2004).
Penelitian yang dilakukan terhadap saponin biasanya didasari untuk
memperoleh bahan baku pembuatan hormon steroid dan kortison (Gunawan,
2004).
Sintesis total untuk memproduksi hormon kelamin dan kortison
langkahnya terlalu panjang dan mahal sehingga dibutuhkan steroid alami yang
dapat digunakan sebagai sarana dasar dalam modifikasi struktur dan bahan dasar.
Secara kimiawi, kortison dan turunannya merupakan 11-oksosteroid, sedangkan
hormon kelamin (termasuk kontrasepsi oral) tidak memiliki substitusi oksigen
pada lingkaran cincin C. Oleh karena itu, hekogenin merupakan bahan pemula
yang paling praktis untuk dapat dilakukan modifikasi struktur menuju kortikosteroid dan diosgenin cocok untuk pembuatan hormon kelamin dan kontrasepsi
oral. Selain itu, diosgenin ternyata dapat pula digunkan sebagai bahan sintesis
kortikosteroid dengan menggunakan cara fermentasi mikrobiologi, yakni dengan
memasukkan oksigen ke kedudukan 11-a dari inti pregnene pada tahap sintesis
yang sesuai (Gunawan, 2004).
Kebutuhan akan senyawa steroid terus meningkat dan lebih kurang 600700 ton diosgenin digunakan setiap tahun. Kegiatan besar dilakukan untuk
18
19
(Amalina, 2008).
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan
pengembangan bahan, tahap perkolasi sebenarnya(penetesan/ penampungan
ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya
(Purwani, 2008).
Soklet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Anwar, 2008)
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu
pada suhu 40-50 C. Cara ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat
aktifnya tahan terhadap pemanasan. Daya melarutkan cairan penyari akan
meningkat sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama
20
21
yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik (Rohman,
2007). Bila KLT dibandingkan dengan KKt, kelebihan khas KLT ialah
keserbagunaan, kecepatan dan kepekaannya (Harbone, 1987).
Pada kromatografi lapis tipis , sifat yang penting dari penyerap adalah besar
partikel dan homogenitasnya karena adhesi terhadap penyokong sangat tergantung
pada dua sifat tersebut. Besar partikel yang biasa digunakan adalah 1-21 mikron.
Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang
memuaskan dan salah satu alasan untuk menaikkan hasil pemisahn adalah
menggunakan penyerap yang butirannya halus. Beberapa contoh penyerap yang
digunakan untuk pemisahan-pemisahan dalam kromatografi lapis tipis antara lain
silika gel, alumina, kieselguhr, bubuk selulose dan pati (Sastrohamidjojo, 1985).
Fase gerak ialah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut
dan bergerak di dalam fase diam karena ada gaya kapiler. Bila diperlukan sistem
pelarut multi komponen, harus berupa suatu campuran sesederhana mungkin yang
terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985). Sistem pelarut untuk KLT
dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu
yang diperlukan hanya sebentar (Gritter, 1991). Pemilihan sistem pelarut yang
dipakai didasarkan atas prinsip like dissolves like, artinya untuk memisahkan
sampel yang bersifat nonpolar digunakan sistem pelarut yang bersifat nonpolar
juga (Adnan, 1997).
Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan
dengan angka Rf atau hRf.
Rf =
22
Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal.
Angka hRf ialah Rf dikalikan faktor 10 (h), menghasilkan nilai berjangka 0
sampai 100 (Stahl, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf pada KLT, antara lain:
a. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan.
b. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya.
c. Tebal dan kerataan lapisan penyerap.
d. Derajat kemurnian fase gerak.
e. Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana.
f. Jumlah cuplikan.
g. Suhu (Sastrohamidjojo, 1985).
2.2.5.2 KLT Preparatif
Salah satu metode pemisahan senyawa bahan alam yang memakai
peralatan yang paling dasar ialah kromatografi lapis tipis preparatif. KLT
preparatif dapat memisahkan bahan alam dalam jumlah gram, sebagian besar
pemakaian hanya dalam jumlah milligram. Ukuran pelat yang biasa digunakan
yaitu 20 x 20 cm atau 20x 40 cm. Penjerap yang paling umum ialah silika gel dan
dipakai untuk pemisahan senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil
(Sastrohamidjojo, 1985).
23
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah corong 75 ml
(Pyrex), chamber, tutup chamber, cawan penguap 75 ml, gelas ukur 50 ml (Pyrex),
kertas saring, kertas karkil, lumpang dan alu, pipet totol, pensil warna, pipet tetes,
tissue, plastik dan karet, cutter, sudip, spatula, plat pra tipis silikal silica GF 254,
vial, kromatografi lapis tipis.
3.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah lada hitam (Piper
nigrum), daun kecubung (Datura metel L), rimpang pacing (Coctus speciousus
Smith), dan rimpang kunyit (Curcuma longa Linn ).
3.3 Bahan kimia
Bahan kimia
metanol, amoniak, etanol 95%, n-heksan, etil asetat, pereaksi vanillin dalam asam
sulfat, LP Dragendorf, HCL (p).
3.4
Prosedur
24
25
26
sampai garis batas pegembangan keluarkan plat lapis tipis dari chamber dan
dikeringkan. Lalu dilihat secara visual, diamati, dihitung harga Rf. Lalu disemprot
plat lapis tipis tadi dengan pereaksi Vanillin-asam sulfat. Diamati noda dan hitung
Rf.
3.4. Flowsheet
3.5.1 Flowsheet pemisahan piperin dari lada hitam
Sampel
27
Filtrat
dipekatkan
ditambah 10 ml larutan KOH 10% dalam alkohol
Residu
didiamkan sehari semalam (24 jam)
Residu
Filtrat I
Filtrat
ditambahkan
etanol 10 ml
diaduk
disaring
Alkaloid kasar
28
Alkaloid kasar
ditotolkan pada plat KLT
dielusi dengan fase gerak sampai batas pengembangan
dimasukkan plat ke dalam chamber yang telah
dijenuhkan
dikeluarkan plat dari chamber
dikeringkan, diamati secara visual dan dihitung harga Rf
disemprot dengan penampak bercak Vanilin H2SO4
ditentukan harga Rf nya
Fase diam
: plat pra lapis silika GF254
Fase gerak Hasil :: negatif
campuran kloroform:metanol:amoniak (84:15:1) dalam 5 ml
Penampak bercak : pereaksi Dragendorf
Filtrat
Residu
29
Penampak bercak
: pereaksi Vanilin-H2SO4
3.5.1 Flowsheet pemisahan minyak atsiri dari kunyit
Sampel
dihaluskan
ditambahkan
10
ml
terendam
diekstraksi/dimaserasi
akuades
selama
30
sampai
menit
sambil dikocok
disaring
Filtrat
Fase diam
: plat pra lapis silika GF254
Hasil
:
positif
Fase gerak
: campuran n-heksan:etil asetat (8:2) dalam 5 ml
Penampak bercak
: pereaksi Vanilin H2SO4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil pemisahan piperin dari lada hitam
Tabel harga Rf ekstrak dari lada hitam pengembang kloroform : metanol :
amoniak ( 84 : 15 : 1 ) dalam 5 ml.
Sebelum penyemprotan dengan dagendorff
Noda
Noda I
Noda II
Noda III
Harga Rf
0,5/8 cm = 0,063
1/8 cm = 0,125
1,5/3 cm = 0,938
30
Warna
Hijau-kuning
Orange
Kuning
Warna
Hijau
Orange
Hijau
Warna
Tidak ada
Harga Rf
Tidak ada
Kesimpulan : tidak terdapat senyawa
Warna
Tidak ada
31
Warna
Hijau
Noda
Harga Rf
Warna
Noda I
1,2/ 8 cm = 0,163
Hijau
Noda II
2,5/ 8 cm = 0,325
Biru
Noda III
5,6/ 8 cm = 0,71
Hijau Tua
Noda IV
7,2/ 8 cm = 0,93
Pink
Kesimpulan : terdapat 4 senyawa
Kesimpulan akhir : Dari hasil percobaan yang dilakukan terhadap pemisahan
diosgenin dari rimpang pacing terdapat 5 senyawa yang teridentifikasi.
4.1.4 Hasil pemisahan minyak atsiri rimpang kunyit
Tabel harga Rf ekstrak rimpang kunyit dengan pengembang n-heksan :
Etil asetat (8:2) dalam 5 ml.
Sebelum penyemprotan dengan vanillin - H2SO4
Noda
Harga Rf
Noda I
0,6/ 8 cm = 0,0063
Kesimpulan : Terdapat satu senyawa.
Sesudah penyemprotan dengan vanillin - H2SO4
Warna
Hijau
Noda
Harga Rf
Warna
noda I
6,4/ 8 cm = 0,8
Biru
noda II
7,4/ 8 cm = 0,93
Pink
4.2
Pembahasan
4.2.1 Pemisahan piperin dari lada hitam
32
33
ialah mengenai derajat warna yang kecil terjadi jika pereaksi semprot dipakai,
contohnya tidak ada alkaloid yang menghasilkan warna tepat sama apabila
pereaksi dragendorff dipakai (Gritter dkk, 1991).
4.2.3 Pemisahan diosgenin dari rimpang pacing
Pemisahan diosgenin dari rimpang pacing (Coctus specious Smith)
menggunakan fase diam silica gel GF 254 dan fase geraknya adalah larutan
kloroform : etanaol ( 95 : 5 ) dalam 5 ml. diperoleh harga Rf sebelum
penyemprotan adalah 0,125 sedangkan harga Rf setelah penyemprotan dengan
pereaksi Dragendorf adalah 0,163; 0,325; 0,71 dan 0,93. Sesudah penyemprotan
warna coklat muda tidak ada setelah penyemprotan. Hal ini disebabkan setelah
divisualisasi dengan penyemprotan LP vanilin-H2SO4 beberapa senyawa tidak
terdeteksi karena merupakan zat pengotor.
Diosgenin merupakan konstituen utama yang ditemukan dalam tanaman
pacing. Pemberian reagen spesifik vanillin H2SO4 meberikan warna merah,
hijau dan pink pada rimpang pacing (Gritter dkk, 1991).
4.2.4 Pemisahan minyak atsiri dari rimpang kunyit
Isolasi minyak atsiri dari rimpang kunyit (Curcuma longa Linn)
menggunakan fase diam silica gel GF 254 dan fase geraknya larutan n-heksana :
etilasetat ( 8 : 2 ) dalam 5 ml. Percobaan ini didapatkan nilai Rf sebelum
penyemprotan 0,075 dan setelah penyemprotan terdapat 2 noda dengan harga Rf
0,8 dan 0,93.
Komponen utama yang terpenting dalam rimpang kunyit adalah
kurkuminoid dan minyak atsiri. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (Balittro) bahwa kandungan kurkumin rimpang kunyit rata-rata
10,92% (Rita, 2008).
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :
Harga Rf pada sampel piperin sebelum penyemprotan penampak bercak yaitu
0,063; 0,125 dan 0,938 dengan warna hijau-kuning, orange dan kuning lalu
sesudah penyemprotan yaitu 0,075; 0,9 dan 0,96 dengan warna hijau, orange
dan hijau. Pada kecubung tidak ditemukannya senyawa dalam sampel karena
noda tidak terbentuk. Harga Rf pada sampel rimpang pacing sebelum
penyemprotan penampak bercak yaitu 0,125 dengan warna hijau lalu sesudah
35
penyemprotan yaitu 0,163; 0,325; 0,71 dan 0,93 dengan warna hijau, biru,
hijau tua dan pink. Harga Rf pada sampel rimpang kunyit sebelum
penyemprotan penampak bercak yaitu 0,075 dengan warna hijau dan sesudah
penyemprotan yaitu 0,8 dan 0,93 dengan warna biru serta pink.
Jumlah minimum senyawa yang teridentifikasi pada pemisahan lada hitam
sebanyak 3 senyawa, pada kecubung tidak teridentifikasi lalu pada rimpang
pacing diperoleh 5 senyawa sedangkan rimpang kunyit teridentifikasi
sebanyak 3 senyawa.
Saran
Disarankan untuk percobaan selanjutnya untuk :
5.2
isolasi alkaloid.
Pada percobaan berikutnya digunakan sampel yang lain seperti katuk
untuk mengidentifikasi senyawa steroid.
36