Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DIAGRAM
PENDAHULUAN
Menurut hemat saya, selama bekerja di operasi produksi pabrik minyak dan gas bumi industri
hulu, terlihat bahwa kekurangsempurnaan seseorang dalam mengartikan gambar P&ID terletak
pada pengetahuan yang kurang terhadap unit operasi, keterkaitan antar unit operasi, plant safety,
serta perhatian detil pada catatan-catatan kaki di P&ID itu sendiri. Tidak dimengertinya atau tidak
dibacanya Process Flow Diagram atau PFD juga merupakan faktor penyumbang yang cukup
significant.
Tulisan ini diperuntukkan bagi mereka yang bekerja di front line operation, para operator, para
process engineer, operation engineer, dan mereka yang berminat terhadap surface facility
operation. Diusahakan dalam tulisan ini, seminimal mungkin menghilangkan hal-hal yang terlalu
teknik karena konsumen utamanya adalah para operator dan pekerja lapangan.
Di dalam tulisan ini, ada beberapa tebakan yang memancing para pembaca untuk berpikir.
Diusahakan tebakannya adalah hal-hal praktis yang akan ditemui di lapangan. Jawaban tebakan
ini ada di halaman akhir tulisan.
Beberapa bagian dari tulisan ini pernah dipublikasikan di Milis Migas Indonesia, ataupun milis
Teknik Kimia ITB, hanya saja sedikit diubah guna mendukung tema dari tulisan ini.
Semoga berguna dan tiada maksud untuk menggurui.
Salam,
Cahyo Hardo
DAFTAR ISI
Prinsip Kerja Beberapa Alat Proses
Separator
Prinsip Control Sederhana
Elemen Pengendali Akhir
Steap A head: Pengenalan kurva Karakteristik Sumur
Pompa Sentrifugal
Prinsip kerja pompa sentrifugal
Karakteristik kurva pompa sentrifugal
Operasi seri-paralel
Minimum re-circulation
Prinsip control di pompa sentrifugal
Lead and lag principle
Kompresor Sentrifugal
Karakteristik kurva
Surge
Stonewall
Prinsip control kompresor sentrifugal capacity vs surge control
Safety yang tergambarkan di P&ID
Kekuatan material yang tertampilkan di P&ID
MAWP vessel, pipa, serta flange
Kelas-kelas kekuatan pipa (ANSI rating, API rating)
Specification Break
Pengenalan Pressure Safety Valve: konsep perancangannya
Shutdown System instrumented-based
Overpressure protection : separator, pompa, kompresor
Overpressure protection : by-pass control valve, reducing flow (menggunakan RO, limited
pipe diameter), fail-safe condition (control valve fail open, fail closed, fail at last
position), lock open dan lock closed
Sistem pembuangan fluida (Flare system, burn pit)
Membaca P&ID
Pengenalan Legenda
Pengenalan valve
Tanda-tanda khusus
Tipe pengendalian (selector, cascade, on-off)
Memperhatikan catatan kaki
Bab 2, Lanjutan
Gambar 6
231 ft
28 ft
s. g. = 0.85
minyak mentah
P1
10 km
10. 4
psig
Pd
24 ft
s. g. = 1.0
Air
P2
10. 4
psig
Gambar 6 di atas adalah gambar 5 tetapi flow control valve di keluaran pompa dicopot, serta
fluida cairnya diganti dari naphta menjadi minyak mentah.
Jika pada gambar 5, untuk menghasilkan tekanan di suction pumpa sebesar 10,4 psig mempunyai
aras/level cairan di tangki setinggi 40 ft jika tangki berisi naphta dengan sg = 0,6, maka pada
gambar 6, untuk minyak mentah dengan sg 0,85 akan memberikan aras/level cairan setinggi 28 ft
untuk suatu tekanan suction pompa yang sama. Apakah pernyataan tersebut benar ? Berapakah
angka pasti dari aras/level cairan di dalam tangki yang berisi minyak mentah?
Apa yang bisa kita simpulkan dari gambar 6? Atau pertanyaan yang lebih khusus, berapakah
tekanan sembur pompa jika minyak mentah dipompakan, jika air dipompakan, berapakah masingmasing laju alirnya? Kenapa ditanya masing-masing laju alirannya, apakah memang berbeda, dan
kenapa?
Kalau instalasi seperti gambar 6 sudah terpasang di lapangan, cara yang paling gampang untuk
menjawab pertanyaan di atas adalah dengan membaca langsung tekanan sembur pompa, atau Pd
lewat pressure gauge terpasang. Pompakan minyak mentah dan bacalah tekanan sembur
pompanya, pompakan air dan bacalah tekanan sembur pompanya. Bagaimanakah dengan laju alir
pompanya? Jawabannya cukup sederhana, yaitu, hitunglah penurunan level atau aras tangki
pengumpan pada suatu beda waktu tertentu, dan dengan mengetahui dimensi tangki, dapatlah kita
laju alirnya. Atau ditulis dalam bahasa matematika:
Penurunan level cairan di tangki pengumpan x luas permukaan tangki pengumpan / waktu
pemompaan.
Atau untuk tangki penerima, menjadi:
Kenaikan level cairan di tangki penerima x luas permukaan tangki penerima / waktu pemompaan
Masalahnya adalah, di lapangan, tidak semua dapat diperlakukan demikian. Sistem di gambar 6
diasumsikan beroperasi secara batch dan tidak kontinyu. Bagaimana kalau pipa air atau minyak
mentahnya terus menerima aliran dari sumber lain serta tangki penerima di bukit juga
mengeluarkan cairan yang diterimanya dari pompa ?.
Sebenarnya hal ini masih bisa didebat dengan pertanyaan seperti ini, apakah tidak ada cara agar
sementara waktu sistem pemompaan tersebut dibuat batch, maksudnya dihentikan semua aliran
masukan ke tangki minyak dan air, serta dihentikannya pengurasan cairan di tangki penerima di
bukit ?.
Masih ada masalah lain, bagaimana kalau sistem pemompaan yang menggunakan perpipaan yang
sama tetapi dengan lokasi stasiun pompa yang berbeda dengan (lebih dari satu pompa) dan
mempunyai tujuan tangki penerima yang sama (seperti operasi perpipaan minyak via trukline)?.
Anyway, kita tidak akan memperpanjang masalah teknis ini. Anggap saja tidak dapat dilakukan,
lalu bagaimana. Akankah dengan berbekal tekanan sembur dan tekanan suction kita sudah dapat
menebak laju alir pompa ?. Jawabannya tentu saja Ya!
Hanya saja, seorang operator mungkin tidak dapat melakukannya, kecuali dia mengerti
bagaimana membuat suatu grafik system head di perpipaan pompa tersebut. System head, terdiri
dari static head dan friction head. Static head adalah tekanan atau head yang dianggap tidak
dipengaruhi oleh aliran. Umumnya direpresentasikan oleh beda ketinggian antara tangki
pengumpan dan penerima atau beda tekanan antara tekanan pengumpan atau penerima. Friction
head adalah head yang terjadi karena adanya aliran di dalam perpipaan.
231 ft
10 km
28 ft
s. g. = 0.85
minyak mentah
70 m
Jika gambar di atas diterjemahkan ke dalam bahasa grafik kinerja keseluruhan sistem
pemompaan, maka menjadi demikian:
KURVA KINERJA POMPA
1700
1600
1500
1400
Diameter pipa 8 in
1300
1200
Diameter pipa 10 in
1000
900
800
700
600
500
400
Friction head
pipa 10 in
HEAD, FT
1100
300
200
100
STATIC HEAD
0
0
200
400
600
800
1000
1200
Kurva A menunjukkan kurva kinerja pompa. Kurva B dan C adalah kurva yang menunjukkan
hilang tekan atau pressure drop sepanjang perpipaan dari suction tank sampai ke tangki tujuan
jika diamaternya masing masing 8 dan 10 in. Terlihat tulisan static head yang merupakan beda
ketinggian antara level cairan di tangki penampung dengan suction tank, atau sebesar 231 28 ft
= 203 ft.
Perhatikan bahwa system head dipengaruhi oleh diameter pipa sistem pemompaan. Semakin
besar diameter pompa, maka kurva system head akan semakin landai. Lihatlah kurva C yang
mewakili diameter pipa 10 in yang lebih landai dari kurva B yang mewakili diameter pipa 8 in.
Ini sejalan dengan rumus pressure drop atau hilang tekan, di mana hilang tekan atau yang dalam
kurva tersebut dinyatakan dalam bentuk friction head adalah berbanding terbalik dengan
diameter. Untuk suatu laju alir tertentu, semakin besar diameter, maka hilang tekan juga akan
mengecil. Dinyatakan dalam hubungan matematika sederhana:
Friction head = fungsi (K, Q2 1/diameter5), dengan K adalah besaran yang didalamnya terdapat
besaran lain dari pipa seperti roughness, panjang pipa, serta transport properties dari fluida). Q
adalah laju alir cairan di dalam pipa. Persamaan tersebut tidak dimaksudkan untuk dibahas lebih
detil dalam tulisan ini.
Perpotongan antara kurva B dan C dengan kurva A menunjukkan laju alir pompa beserta head
yang dihasilkan pompa. Perpotongan kurva A dan B, yaitu untuk system head dengan perpipaan 8
in, akan menghasilkan laju alir pompa sebesar kira-kira 750 GPM, sedangkan untuk pipa 10 in,
yang diwakili oleh perpotongan kurva A dan C menghasilkan laju alir pompa kira-kira 950 GPM.
Besaran 203 ft , yang disebut sebagai static head, diasumsikan tidak terpengaruh dengan adanya
aliran pemompaan.
Jika setelah waktu berjalan dengan tidak adanya masukan ke tangki pengumpan dan tidak adanya
keluaran dari tangki penerima, maka besaran perbedaan ketinggian cairan antara dua tangki akan
naik, sehingga static head juga akan naik. Bagaimanakan efeknya terhadap laju alir keseluruhan?.
Misalnya, pada waktu pemompaan ke sekian jam, maka level di tangki penerima akan naik
menjadi x ft dan level di tangki penumpang turun menjadi y ft sedemikian rupa sehingga total
perbedaan ketinggian cairan di tangki menjadi 300 ft, maka bagaimanakah laju alir pompanya?
Perhatikan gambar kurva berikut di bawah ini dengan memilih diameter pipa sebesar 10 in.
Diameter pipa 10 in
1300
1200
HEAD, FT
1100
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
STATIC HEAD
100
0
0
200
400
600
800
1000
1200
3. Kurva kinerja pompa differential pressure (dp) vs laju alir terpengaruh oleh perubahan
densitas cairan yang dipompakan
System head
Sejauh ini, kita hanya membicarakan tentang bagaimana cara membaca laju alir dan head.
Bagaimanakah sebenarnya cara membuat kurva system head itu ?. Pertanyaan ini tidak
dimaksudkan untuk operator lapangan, tetapi wajib bagi engineer yang berkecimpung di dunia
pemompaan untuk tahu lebih dalam.
System head pada dasarnya adalah hasil hitungan, dimana untuk berbagai laju alir cairan yang
melintasi pipa, maka akan didapat hilang tekan atau pressure drop atau friction head yang
bersesuaian. Dengan mem-plot-kan persamaan : friction head = fungsi (K, Q2 1/diameter5), maka
untuk setiap nilai Q, akan didapatkan nilai friction head.
Pertanyaannya adalah untuk pipa yang mana saja ?. Cukup pipa keluaran pompa atau meliputi
bagian suction juga ?. Jawabannya adalah meliputi semuanya. Akan tetapi, biasanya, friction
head di bagian suction pipe diabaikan karena besarannya tidak significant dibandingkan dengan
perpipaan di keluaran pompa. Laju alir yang divariasikan untuk mendapatkan friction head,
biasanya bersesuaian dengan laju alir pemompaan yang digambarkan oleh kurva kinerja pompa.
Kecuali, jika hendak mengoperasikan dua pompa sentrifugal secara parallel, rentang besaran
hitungan friction head harus diperlebar guna melihat kinerja kurva gabungan.
Kinerja Kurva Gabungan Pompa
Apakah kinerja kurva gabungan pompa itu ?. Yaitu kurva kinerja pompa yang dibuat karena
terjadinya operasi yang bersamaan dari 2 pompa atau lebih. Operasi pemompaan lebih dari satu
pompa umumnya dilakukan karena hal-hal berikut, yaitu adanya kebutuhan untuk menaikkan laju
alir pemompaan serta adanya kebutuhan untuk menaikkan tekanan sembur pompa sehingga
cairan dapat dialirkan pada laju alir yang dikehendaki.
Kebutuhan pertama dapat dipenuhi dengan mengoperasikan pompa secara paralel, sedangkan
kebutuhan yang kedua dapat dipenuhi dengan mengoperasikan pompa secara seri.
Operasi Pompa Paralel
Jika dua buah pompa identik dioperasikan secara paralel, maka pada semua rentang daerah
operasi di kurva pompa, untuk head yang sama, maka akan memberikan angka laju alir
sebesar dua kali lipat jika dibandingkan dengan hanya satu pompa yang beroperasi.
Perhatikan, pernyataan ini sering menjebak bahwa jika kita mempunyai 2 buah pompa,
katakanlah masing-masing berkapasitas 20.000 bpd, maka jika pompa kedua yang identik
dioperasikan secara parallel dengan pompa pertama, maka kita pasti mendapatkan laju alir
pemompaan sebesar 2 x 20.000 bpd = 40.000 bpd. Ini tidak benar!.
Perhatikan pernyataan di atas bahwa untuk head yang sama, maka akan memberikan angka
laju alir sebesar dua kali lipat jika dibandingkan dengan hanya satu pompa yang beroperasi,
hanya berlaku pada daerah operasi di kurva kinerja pompa. Padahal, yang menentukan laju alir
pemompaan adalah titik perpotongan antara kurva kinerja pompa dengan system head.
Sekarang kita akan coba membuat kurva gabungan pompa yang dioperasikan secara paralel.
Untuk memparalel-kan dua pompa identik dengan data kinerja pompa di atas, maka didapatkan
tabel seperti berikut:
dP , psi
562
540
520
490
440
380
300
Jika data tersebut digambarkan dalam suatu kurva, maka jadilah seperti berikut:
500
KURVA POMPA
GABUNGAN PARALEL
KURVA POMPA
TUNGGAL
dP, PSI
400
300
200
100
Q3
Q1
Q4 = 2 X Q3
Q2 = 2 X Q1
0
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
Jika memperhatikan garis merah dan biru, maka pernyataan: Jika dua buah pompa identik
dioperasikan secara paralel, maka pada semua rentang daerah operasi di kurva pompa, untuk
head yang sama, maka akan memberikan angka laju alir sebesar dua kali lipat jika
dibandingkan dengan hanya satu pompa yang beroperasi, jelaslah sudah.
Jika hendak membuktikan pernyataan bahwa jika dua buah pompa sentrifugal identik yang
dioperaskan secara paralel tidak akan menghasilkan laju alir sebesar dua kalinya, maka
perhatikan kurva di bawah yang menggabungkan kurva di atas dengan system head perpipaan.
500
KURVA GABUNGAN
PARALEL
dP, PSI
400
300
KURVA POMPA
TUNGGAL
200
SYSTEM HEAD
100
0
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
Satu pompa sentrifugal akan menghasilkan laju alir sekitar 32.000 bpd sedangkan gabungan
parallel 2 pompa sentrifugal akan menghasilkan laju alir bukan 64.000 bpd tetapi hanya sekitar
40.000 bpd. Ini sekali lagi untuk menjelaskan bahwa laju alir dan tekanan sembur pompa
ditentukan oleh system head dan bukan oleh kurva kinerja pompanya.
Maka, dengan demikian seharusnya pertanyaan nomor 4 dari halaman sebelumnya, yaitu mencoba menaikkan kapasitas pompa dua kali lipat dengan menjalankan pompa stand-by
tetapi kenaikkan dua kali kapasitas tidak pernah terjadi- sudah terjawab.
Sekarang, marilah kita sedikit lebih membumi dengan mencoba menganalisa persoalan praktis di
lapangan. Jika instalasi di lapangan sudah terpasang dengan sistem pemompaannya
memperbolehkan operasi untuk menggunakan pompa sentrifugal secara paralel, bagaimana
operator atau operation engineer tahu laju alir yang dihasilkan oleh 2 pompa tersebut padahal
tidak ada flowmeter yang terpasang ?.
Catatan:
1. Operasi pemompaannya adalah continue dan tidak dapat dibuat batch.
2. Kinerja pompa dapat dikatakan handal dan mirip dengan kinerja kurva originalnya.
Apakah operator atau engineer di lapangan harus menghitung system head dulu ?. Apakah juga
harus membuat kurva gabungan dua pompa dahulu ?.
Hanya berbekal kurva original kinerja pompa tunggal serta data tekanan hisap dan tekanan
sembur, sudah cukup bagi kita untuk dapat menjawabnya. Silakan mencoba.
Untuk mengoperasikan pompa secara seri dari dua pompa identik dengan data kinerja pompa di
atas, maka didapatkan tabel seperti berikut:
dP , psi
562
540
520
490
440
380
300
200
2 x dP, psi
1124
1080
1040
980
880
760
600
400
2 x dP1
pada Q1
900
800
700
dP, PSI
KURVA POMPA
GABUNGAN SERI
2 x dP1
pada Q2
600
500
KURVA POMPA
TUNGGAL
dP1
pada Q1
400
300
dP1
pada Q2
200
100
Q2
Q1
0
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
Garis biru dan hijau menjelaskan pernyataan, bahwa jika dua buah pompa identik dioperasikan
secara seri, maka pada semua rentang daerah operasi di kurva pompa, untuk laju alir yang sama,
akan memberikan angka differential pressure sebesar dua kali lipat jika dibandingkan dengan
hanya satu pompa yang beroperasi.
Bagaimana jika kurva pompa seri tersebut digabungkan dengan system head perpipaan ?.
Kurvanya dapat dilihat di bawah ini.
KURVA POMPA
GABUNGAN SERI
900
800
dP, PSI
700
600
500
400
300
200
SYSTEM HEAD
KURVA POMPA
TUNGGAL
100
0
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
Perhatikan bahwa laju alir dari pompa gabungan yang disusun secara seri ternyata juga
menaikkan laju alir pompa secara keseluruhan. Satu pompa sentrifugal akan menghasilkan laju
alir sekitar 32.000 bpd sedangkan gabungan seri 2 pompa sentrifugal akan menghasilkan laju alir
sekitar 42.000 bpd.
Point of interests:
Selain menaikkan tekanan sembur, ternyata penggabungan operasi pompa yang disusun seri akan
menghasilkan kenaikan laju alir pompa secara keseluruhan.
Jika dibandingkan dengan penggabungan pompa secara parallel, untuk kasus di atas,
penambahan laju alir pompa operasi seri lebih besar daripada pompa yang dioperasikan
secara parallel.
Pernyataan di atas hanya valid untuk kasus system head yang mempunyai kurva yang curam.
Untuk system head yang mempunyai kurva yang landai, hasilnya adalah sebaliknya.
Kurva berikut mencoba menjelaskannya.
KURVA POMPA
GABUNGAN SERI
800
dP, PSI
700
SYSTEM HEAD 1
600
500
KURVA POMPA
GABUNGAN PARALEL
400
300
200
SYSTEM HEAD 2
100
0
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
Dari gambar di atas terlihat bahwa untuk system head yang curam, gabungan pompa seri
akan menghasilkan laju alir pompa yang lebih besar dari gabungan pompa paralel
(diwakilkan oleh garis merah jambu). Untuk system head yang landai, gabungan pompa
paralel akan menghasilkan laju alir yang lebih besar daripada pompa seri (diwakilkan oleh
garus merah dan biru).
Lalu, apakah untuk system head yang curam kita selalu memilih pompa yang disusun seri supaya
dapat meningkatkan laju alir ?.
Melihat gambar di atas, perhatikan untuk kurva gabungan seri, harga tekanannya jauh melebihi
yang disusun seri. Jikalau dikatakan perpipaannya menggunakan material carbon steel yang
umum, maka harga design pressure dari pipa untuk pompa yang disusun seri sekitar dua kali dari
yang paralel. Implikasinya? Adalah Rp, US$, yuan, .uang!
Jikalau anda paham tentang spesifikasi pipa, terlihat jelas untuk kurva di atas maka material pipa
untuk pompa yang disusun seri membutuhkan kelas pipa paling tidak ANSI 600 (MAWP = 1480
psig) sedangkan untuk yang paralel dibutuhkan hanya yang sekelas ANSI 300 (MAWP = 745
psig).
Kelihatannya, pendapat di atas memenangkan operasi pompa yang disusun paralel terhadap yang
disusun seri. Pendapat ini, pada kasus pompa yang mempunyai kurva kinerja yang cenderung flat,
punya kelemahan sejati. Seorang reliability engineer, biasanya akan menentang habis-habisan
untuk tidak mengoperasikan pompa-pompa yang mempunyai kurva yang cenderung flat secara
terus menerus secara paralel. Kenapa? Seperti diketahui pada pompa sentrifugal, Salah satu
kriteria kehandalan pompa adalah operasi pemompaan sedekat mungkin dengan BEP atau best
efficiency point. Semakin menjauh dari BEP, akan semakin meningkatkan internal recirculation
sehingga meningkatkan pula stress pada impeller, seal dan bearing.
Jika pada gambar di atas kita cermati untuk pompa tunggal. Satu pompa untuk system head 1
mempunyai laju alir sekitar 40.000 bpd. Desain engineer yang baik, akan menetapkan angka ini
dalam memilih pompa, dengan menggunakan kurva kinerja pompa yang mempunyai BEP pada
laju alir sekitar harga tersebut. Akan tetapi jika diparalel, dua pompa vs system head 1 akan
menghasilkan laju alir sekitar 56.000 bpd, atau masing-masing pompa hanya akan mengalirkan
56.000 bpd/2 = 28.000 bpd. Angka ini sangat mungkin relatif jauh di bawah dari BEP. Dan ada
kemungkinan malah melewati minimum recirculation pompa yang dipersyaratkan pabrik
pembuatnya. Jadi, kemungkinan besar, pompa akan sering rusak. Jadi keputusannya akan kembali
ke anda, pilih laju alir yang besar atau pilih kehandalan atau reliability pompa! Kasus terburuk,
pompa dapat terbakar *)!
Minimum Re-circulation
Adalah laju alir terkecil yang harus dialirkan ke sebuah pompa sentrifugal guna memproteksi
pompa tersebut dari kerusakan serius, seperti vibrasi. Harga minimum recirculation umumnya
berkisar di 25 sampai dengan 30% dari BEP pompa.
Misalnya, jika di daerah BEP pompa di desain berlaju alir 35.000 bpd, maka laju alir resirkulasi
minimumnya adalah 30% x 35.000 bpd.
Set @ minimum
6000 bpd
FC
FE
PC
Control Valve B
METER AT
DESTINATION
POINT
driver
Gambar 7 menjelaskan bahwa jika suatu sebab ada hambatan di destination point sehingga
membuat tekanan sembur atau discharge pressure naik yang mengakibatkan laju alir pompa
menurun, maka control valve yang berada pada pipa yang menuju tangki minyak akan membuka
jika didapati alu alir pompanya mencapai 6000 bpd.
Ketika start-up, maka control valve yang ke tangki akan dalam posisi membuka dan menutup
secara perlahan sampai akhirnya menutup total setelah FE mendeteksi laju alir pompa sudah di
atas 6000 bpd.
Kalau pompa kedua seperti pada gambar 8 dioperasikan dan 2 pompa beroperasi pada harga laju
alir minimumnya, apakah konsekuensinya ?. Melihat gambar 8, maka laju alir minimum untuk
masing-masing pompa jadi berkurang drastis, dan ini yang membahayakan pompa tersebut.
Kalau anda pada posisi yang bertanggung jawab atas operasi pompa dengan konfigurasi seperti
di bawah ini, apa yang akan anda lakukan ?. Apakah operasi seperti ini diperbolehkan
berkepanjangan ?.
Gambar 8 P&ID sederhana dua pompa sentrifugal dengan laju alir minimumnya.
driver
Set @
FC minimum
FE
6000 bpd
PC
Control Valve B
METER AT
DESTINATION
POINT
driver
OFF GAS TO
FLARE
PC
FO
SEPARATOR
LSLL
LC
LALL
Set @ minimum FC
2000 bpd
PI
TI
ZLO
FE
PI
TANGKI
MINYAK
ZSO
Control Valve A
ZSO
ZLC
FE
FC
ZSC
S/D
driver
Step a head
Siapa yang menentukan kebutuhan energi pompa ?. Kebutuhan energi pompa adalah setara
dengan dp (discharge suction) x laju alir (gpm) / (effisiensi pompa x konstanta) = BHP.
Artinya, besaran Break Horse Power atau BHP atau energi pompa ditentukan oleh dp atau laju
alir. Hubungan antara dP dan laju alir pompa adalah tidak linear dan berkebalikan. Keterangan
sederhana ini terkadang dilupakan, bahkan ada mitos orang takut menutup penuh valve di
discharge pompa karena takut motornya terbakar, padahal sebenarnya pada saat itu laju alir
pompanya adalah hampir nol, sehingga kebutuhan energi pompanya menjadi minimum. Dan ini
Bab 2 tentang pompa selesai. Keseluruhan bab harusnya menjawab pertanyaan nomor 6 dan 7.
Bagaimana dengan pertanyaan nomor 5 ?. Nampaknya anda harus mencarinya sendiri
Departemen Maintenance adalah yang capable untuk menjawabnya.
Bab 3 akan mengulas tentang Kompresor Sentrifugal.