Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Osteoarthritis (OA) juga dikenal sebagai arthritis degeneratif atau penyakit
sendi degeneratif, adalah sekelompok kelainan mekanik degradasi yang melibatkan
sendi, tulang rawan artikular dan tulang subchondral. OA merupakan bentuk yang
paling umum dari arthritis. Penyakit ini memiliki prevelensi yang cukup tinggi,
terutama pada orang tua. Selain itu, osteoarthritis ini juga merupakan penyebab
kecacatan paling banyak pada orang tua. Faktor resiko utama penyakit ini adalah
obesitas.1
Osteoarthritis menyerang sendi- sendi tertentu. Sendi yang terkena meliputi
tulang belakang pada bagian servikal dan lumbosakral, pinggul, lutut, sendi
phalangeal metatarsal, sendi interphalangeal distal dan proximal dan pangkal ibu jari.
Biasanya sendi-sendi yang rentan terkena OA adalah pergelangan tangan, siku, dan
pergelangan kaki. Terjadinya OA pada sendi tersebut dimungkinkan karena sendi
tersebut mendapat beban yang cukup berat dari aktivitas sehari-hari.1
Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur anatomis atau
gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Terjadinya OA dilihat sebagai
berkurangnya/menyempitnya ruang sendi pada pemeriksaan radiologis sinar-x dan
osteofit. Banyak orang yang didiagnosis mengalami OA berdasarkan temuan
radiologis tidak menunjukkan gejala pada sendi.1
Prevelensi OA meningkat berbanding lurus dengan usia. Terlepas dari hal
tersebut, OA jarang terjadi pada orang dewasa dibawah usia 40 tahun dan sangat
lazim terjadi pada orang diatas usia 60 tahun. Penyakit ini juga lebih sering terjadi
pada wanita dibandingkan pria.1
1.2 Tujuan
Mahasiswa kepaniteraan klinik senior dapat mampu mengetahui, memahami, dan
menjelaskan tentang :
a. Anatomi dan fisiologi sendi
b. Definisi osteoarthritis
c. Epidemiologi osteoarthritis
d. Etiologi osteoarthritis
e. Klasifikasi osteoarthtritis
f. Faktor resiko osteoarthritis
g. Pathogenesis osteoarthritis
h. Diagnosis osteoarthritis
i. Penatalaksanaan osteoarthritis
j. Prognosis osteoarthtritis
1.3 Manfaat
a. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi, dan mengembangkan teori yang telah disampaikan
mengenai osteoarthritis.
b. Bagi institute pendidikan
Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi kegiatan
yang ada kaitanntya denga pelayanan kesehatan, khususnya yang berkaitan
dengan osteoarthritis.
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI
2.1 Anatomi Fisiologi Sendi
2.2 Patogenesis
Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan
OA sekunder. OA primer, atau dapat disebut OA idiopatik, tidak memiliki
penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit
sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder, berbeda
dengan OA primer, merupakan OA yang disebabkan oleh inflamasi, kelainan
sistem endokrin, metabolik,
pertumbuhan,
faktor
keturunan (herediter),
danimmobilisasi yang terlalu lama. Kasus OA primer lebih sering dijumpai pada
praktik sehari-hari dibandingkan dengan OA sekunder.5
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak
dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan
keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang
penyebabnya masih belum jelas diketahui. Kerusakan tersebut diawali oleh
kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme
lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera.6
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu :
Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya .
Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak
(Range of motion) sendi.6
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada permukaan
sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein
yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi
sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan apabila terjadi cedera dan
peradangan pada sendi.6
Ligamen,
bersama
dengan
kulit
dan
tendon,
mengandung
suatu
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Osteoarthritis
Osteoartritis adalah suatu kelainan sendi kronis dimana terjadi proses
pelemahan dan
pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada sendi. Kelainan ini merupakan
suatu proses degeneratif pada sendi yang dapat mengenai satu atau lebih sendi.7
Osteoartritis merupakan penyakit tersering yang menyebabkan timbulnya
nyeri dan disabilitas gerakan pada populasi usia lanjut. Osteoartritis merupakan
kelainan yang mengenai berbagai ras dan kedua jenis kelamin. Laki-laki dan
perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk terkena osteoartritis, namun
pada perempuan biasanya sendi yang terkena lebih banyak. Seiring dengan
bertambahnya usia, prevalensi osteoartritis juga semakin bertambah. Seperempat
dari seluruh populasi perempuan dan seperlima dari seluruh populasi laki-laki
dengan usia lebih dari 60 tahun dapat terkena osteoartritis. Osteoartritis dapat
menyerang semua sendi, namun predileksi yang tersering adalah pada sendisendi yang menanggung beban berat badan seperti panggul, lutut, dan sendi
tulang belakang bagian lumbal bawah.8
Pada tahun 1980, osteoartritis dianggap sebagai kelainan degeneratif primer
dan kejadian natural akibat proses wear and tear pada sendi sebagai hasil dari
proses penuaan. Berdasarkan penemuan-penemuan pada penelitian yang telah
banyak dilakukan,anggapan ini berubah. Osteoartritis adalah sebuah proses
penyakit aktif pada sendi yang dapat mengalami perubahan oleh manipulasi
mekanik dan biokimia.8
Osteoarthritis primer, adalah degeneratif artikular sendi yang terjadi pada sendi
tanpa adanya abnormalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi
penahan beban tubuh atau tekanan yang normal pada sendi dan kerusakan akibat
proses penuaan. Paling sering terjadi pada sendi lutut dan sendi panggul, tapi ini
juga ditemukan pada sendi lutut, sendi jari tangan, dan pada jari kaki.13
b.
Osteoarthritis sekunder, paling sering terjadi pada trauma atau akibat dari suatu
pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada kongenital dan adanya penyakit sistem
sistemik. Osteoarthritis sekunder biasanya terjadi pada umur yang lebih awal
daripada osteoarthritis primer.13
3.5 Faktor Resiko Osteoarthritis
a. Umur
Faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya Osteoartritis
semakin meningkat dengan bertambahanya umur. Osteoartritis hampir tidak
pernah pada anak-anak. Jarang dibawah umur 40 tahun dan sering pada umur
umur di atas 60 tahun.13
b. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena Osteoartritis lutut dan Osteoartritis banyak sendi,
dan lelaki lebih sering terkena Osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keseluruhan , dibawah 45 tahun frekuensi Osteoartritis kurang lebih sama
pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause)frekuensi
Osteoartritis lebih banyak pada wanita karena adanya peranan hormonal pada
patogenesis Osteoartritis.13
c. Genetik
Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat
dan proteoglikan dikatakan berperan dalam timbuuulnya kecendrungan familial
pada Osteoartritis tertentu (terutama Osteoartritis banyak sendi.13
d. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya Osteoartritis baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tak
berkaitan dengan Osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan sendi lain(tangan atau sternoclavicula). Oleh di samping faktor mekanis
yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis) di duga terdapat faktor lain
(metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut.peran faktor metabolik
hormonal pada kaitan antara Osteoartritis dan kegemukan juga di sokong oleh
adanya kaitan antara Osteoartritis dengan penyakit jantung koroner, diabetes dan
hipertensi.13
e. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga
Pekerjaan berat maupun dengan memakai satu sendi yang terus menerus
(misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan peningkatan resiko
Osteoartritis tertentu. Demikian juga dengan cedera sendi dan olah raga yang
sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan resiko Osteoartritis yang
lebih tinggi. Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya Osteoartritis
masih menjadi pertentangan. Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi
predisposisi Osteoartritis cedera traumatik (misalnya robek meniskus , ketidak
stabilan ligamen) yang dapat mengenai sendi.13
f. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha(misalnya penyakit perthes dan
dislokasi kingenital pada paha) telah dikaitkan dengan timbulnya Osteoartritis
paha pada usia muda. Mekanisme ini juga berperan pada lebih banyaknya
Osteoartritis paha pada laki-laki dan ras tertentu.13
3.6 Diagnosis Osteoarthritis
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang
cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini
umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan
adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.
Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak
tertentu.
e. Pembesaran sendi ( deformitas )
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar.
f. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk
permukaan sendi berubah.
g. Tanda tanda peradangan
Tanda tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada OA karena adanya
synovitis. Biasanya tanda tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan
penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut.
h. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan ancaman
yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan
ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan terutama
pada OA lutut.14
3.6.2 Pemeriksaan Diagnostik
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat
mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar
penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar persendiaanya tetap
terpakai. Hasil penelitian yang telah dilakukan Zhang et al., bahwa edukasi
memiliki manfaat sebesar 59% untuk terapi non farmakologi pada pasien OA.
2) Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini
dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan
melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit. Hasil penelitian yang telah
dilakukan Zhang et al, bahwa rehabilitasi memiliki manfaat sebesar 67% untuk
terapi non farmakologi pada pasien OA.
3) Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh
karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan
untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat badan berlebih.
3.7.2 Terapi Farmakologis
Penanganan terapi farmakologi meliputi penurunan rasa nyeri yang timbul,
memeriksa gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi
klinis dari ketidakstabilan sendi.
1) (Non-steroidanti-inflammatory drugs) NSAIDs, Inhibitor Siklooksigenase-2
(COX-2), dan Asetaminofen.
Hasil penelitian yang dilakukan Rahme et al., menunjukan proporsi
penggunaan NSAIDs di populasi geriatrik sebanyak 61% dan penggunaan
NSAIDs memiliki efek samping GI sebanyak 29,9% (Rahme et al., 2002). Untuk
mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA, penggunaan obat NSAIDs dan
Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun
karena risiko toksisitas obat NSAIDs lebih tinggi daripada asetaminofen,
asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri
pada OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari NSAIDs adalah
dengan cara mengkombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2.
Keterbatasan penggunaan NSAIDs adalah toksisitasnya. Toksisitas
NSAIDs yang sering dijumpai efek sampingnya pada traktus gastrointestinal,
terutama jika NSAIDs digunakan bersama obat lain, alkohol, kebiasaan merokok
atau dalam keadaaan stres. Usia juga merupakan faktor resiko untuk
mendapatkan efek samping gastrointestinal akibat NSAIDs. Bagi pasien yang
sensitif dapat digunakan preparat NSAIDs dalam bentuk supositoria, pro drug,
enteric coated, slow realease atau non-acidic. Preparat dalam bentuk ini kurang
berpengaruh pada mukosa lambung dibanding dengan preparat biasa. Pada pihak
lain walaupun NSAIDs dalam bantuk ini seringkali dianggap kurang
menyebabkan timbulnya iritasi gastrointestinal akibat kontak langsung dengan
gastroduodenal umumnya obat dalam bentuk ini tetap memiliki efek sistemik
terutama dalam menekan sintesis prostaglandin sehingga obat ini juga harus
digunakan secara hati-hati terutama pada pasien yang telah memiliki gangguan
mukosa gastroduodenal. Efek samping lain yang mungkin dijumpai pada
pengobatan NSAIDs antara lain adalah reaksi hipersensitivitas, gangguan fungsi
hati dan ginjal serta penekanan hematopoetik.14
2) Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obatobatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obatobatan yang
termasuk dalam kelompok obat ini adalah: tetrasiklin, asam hialuronat,
kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya.
a). Tetrasiklin dan derivatnya, contohnya doxycycline, mampu menghambat
kerja enzim MMP. Obat ini baru dipakai pada hewan, belum dipakai pada
manusia.
BAB III
PENUTUP
Osteoartritis ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat yang sampai saat inii tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat
beberapa faktor resiko yang berperan. Dari semua faktor resikountuk timbulnya
Osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Di samping itu juga terdapat peran
hormonal pada patogenesis Osteoartritis, sehingga wanita lebih banayak mengalami
Osteoartritis. Daripada laki-laki. Namun, berdasarkan hasil penelitian, adanya
predominasi wanita.
Penelitian Osteoartritis pada sendi-sendi tertentu, terutama sendi-sendi besar dan
sendi penyangga beban tubuh. Oleh sebab itu, obesitasmerupakan faktor resiko
timbulnya Osteoartritis dan perlu unntuk mendapatkan penatalaksanaan. Nyeri sendi
merupakan keluhan nutama yang seringkali membawa pasien kedokter dan pada
pemeriksaan fisik, yang khas adalah adanya krepitasi. Diagnosis Osteoartritis
ditegakan berdasarkan gejala klinis
DAFTAR PUSTAKA
1.
14. Aru, Sudoyo. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Interna
Publishing