Вы находитесь на странице: 1из 24

EVALUASI HASIL LABAORATORIUM

STUDY KASUS DEMAM TYPOID (PENYAKIT TYPHUS)

KELOMPOK VI
NUR FITRIALMAITIN TILU (1411C2024)
YUDHA WIDIA NUGRAHA (1411C2025)

S-1 ANALIS MEDIS


SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH
BANDUNG
2014

STUDI KASUS DEMAM TIPOID


IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. A

Umur

: 6 tahun 3 bulan

Alamat

: Jl. cimpaeun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Tanggal masuk RS : 24 desember 2010


RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan : panas tinggi sejak 7 hari sebelum masuk RS
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan utama panas tinggi sejak
7 h a r i s e b e l u m masuk rumah sakit. Panas timbul mendadak tinggi
hingga 39 C, bersifat naik turun dan panas mulai meninggi ketika sore
menjelang malam hari, panas tidak d i s e r t a i k e j a n g . S a a t p a n a s
p a s i e n s e m p a t m e n g g i g i l , m e n g i g a u d a n t i d a k mengalami
penurunan kesadaran. Pasien sudah sempat dibawa ke dokter dan
diberi obat puyer penurun panas namun belum ada perbaikan dan panas kembali
meninggi. Pasien tidak mengeluh nyeri sendi, tidak ada mimisan
ataupun gusi berdarah dan tidak timbul bintik merah pada kulit. Pasien
juga kadang-kadang batuk berdahak sejak sakit tetapi tidak ada darah
namun disertai sedikit sesak napas.
Hari pertama panas, pasien mengeluh mual, nyeri pada
ulu hati dan ada muntah 1 kali, cair, ada sisa makanan, ada
l e n d i r , t i d a k a d a d a r a h , k i r a - k i r a sebanyak gelas aqua (100 cc).
Pasien juga mengeluh belum BAB 3 hari SMRS BAK normal.
Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini sebelu mnya. Di
keluarga d a n l i n g k u n g a n k e l u a r g a p a s i e n t i d a k a d a y a n g
m e n d e r i t a d e m a m b e r d a r a h ataupun mengalami sakit serupa.
Riwayat Makanan : S e b e l u m s a k i t p a s i e n m a k a n b a n y a k 3 k a l i
s e h a r i a t a u lebih, porsi cukup dan bervariasi. Kadangkadang pasien suka jajan makanan dan minuman di

luar rumah,seperti burger dan chiki-chikian. Namun, saat


sakitnafsu makan pasien berkurang.
Riwayat BAB : S e b e l u m s a k i t B A B p a s i e n l a n c a r , t e r a t u r
1 x s e h a r i , konsistensi lunak, warna coklat
kekuningan, darah (-), lendir (-). Saat sakit pasien
mengeluh susah BAB.
Riwayat BAK : L a n c a r , b a n y a k , k u n i n g , t i d a k n y e r i
sewaktu BAK.
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
Ada riwayat alergi terhadap debu, dingin. Biasanya berupa bersinbersindan sesak pada dada. Dan pada umur < 1 tahun alergi terhadap susu sapi.

Ada riwayat asma


Ada riwayat penyakit flek paru dan sudah dilakukan pengobatan selama

6 bulan
Tidak ada riwayat kejang

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


A. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Pasien dikandung cukup bulan dan sesuai masa
k e h a m i l a n . I b u p a s i e n memeriksakan kehamilannya secara
teratur selama hamil. Ibu pasien tidak m e m i l i k i k e l u h a n y a n g
berarti. Pasien dilahirkan di klinik di Bantu olehdokter.
Lahir spontan, langsung menangis, pergerakan aktif dan
t i d a k a d a cacat fisik maupun trauma lahir. Berat badan lahir 3600
gr, panjang badan lahir 51 cm.
Kesan : Riwayat kehamilan dan persalinan baik.
B. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Riwayat
a. Riwayat Pertumbuhan : Menurut ibu pasien pertambahan berat
badan dan tinggi badan pasien terus m e n i n g k a t s a m p a i
sekarang. Penimbangan berat dan panjang badan
padam a s a b a y i d i l a k u k a n p a d a w a k t u a k a n
m e l a k u k a n i m u n i s a s i d i R S o l e h dokter spesialis anak
hingga berumur 3 tahun. KMS pasien sudah hilang.
b. Riwayat perkembangan :

Mengangkat kepala : 4 bulan


tengkurap dan berbalik : 6 bulan
pertumbahan gigi pertama : 7 bulan
duduk : 8 bulan
merangkak : 9 bulan
Berdiri sendiri : 10 bulan
berjalan : 11 bulan
berbicara : 12 bulan
Kesan : riwayat tumbuh kembang baik
c. Riw ayat Imunisasi Dasar
Hepatitis B : 3 kali
BCG : 1 kali
DPT : 3 kali
Polio : 4 kali
Campak : 1
Kesan: Riwayat imunisasi dasar baik
d. Riwayat Makanan
0-3 bulan : ASI > 3x sehari, pasien minum ASI sampai tertidur dan
bergantian pada payudara.
3-12 bulan : ASI diganti oleh susu soya 3x sehari.
12-24 bulan : Susu sapi kaleng. makanan lunak, bubur nasi, hati ayam,
sayuran, telur, 3 piring sehari. Sekali-kali pasien diberikan
buah-buahan seperti pepaya dan pisang sekali sehari.
24- sekarang : Makan biasa nasi padat dengan lauk ikan/daging dan
sayuran, 3 kali sehari, buah-buahan sekali sehari.Susu
kaleng atau kemasan.
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita

f.

Penyakit
Diare
Otitis
Radang Paru
Tuberkulosis
Kejang
N Tgl lahir
Ginjal
Jantung
o
Cacingan
1 23-09-2004
Alergi
2 (biduran)
22-01-2006
g. Data Keluarga

Umur
Penyakit
Darah
Difteri
Morbili
+
Parotitis
Demam berdarah
JK
Hidup Typoid
Lahir
Demam
Operasi mati
- Pr
Kecelakaan
+
_
+ Laki-laki Lain-lain
+
_

Umur
Riwayat
keluarga
Abortu - Mati
Ket
- (sebab)
s
- _
_
_
- _
_
_

Perkawinan KeUmur saat menikah


Keadaan kesehatan

Ayah
1
30
Baik

Ibu
1
25
Baik

RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA


Di keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit tertentu.
Sekarangtidak ada yang menderita penyakit serupa dengan pasien.
PEMERIKSAAN FISIK Tanggal : 24 Desember 2010 Jam : 10.00
PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan umum: tampak sakit sedang


Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
Frekuensi nadi : 124x / menit
Tekanan darah : 120 / 80 mmH
Frekuensi napas : 24x / menit
Suhu tubuh : 37,1 C

DATA ANTROPOMETRI
Berat badan : 44 kg
Tinggi badan : 110 cm
Lingkar kepala : 54 cm
Lingkar lengan atas : 29 cm
PEMERIKSAAN SISTEMATIS KEPALA

Bentuk dan ukuran


: normocephal
Rambut dan kulit kepala : hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : palpebra superior tidak edema, mata tidak cekung, konjungtiva
tidak anemis, sclera tidak anemis, pupil bulat isokor, diameter

3mm,refleks cahaya +/+


Telinga : bentuk normal, liang telinga lapang, tidak adasekret
Hidung : bentuk normal, tidak ada septum deviasi, tidak ada sekret, tidak

ada pernapasan cupinghidung


Mulut : bentuk normal, bibir tidak kering, tidak adasianosis, tidak keluar

darah dari mulut,ditemukan adanya stomatitis,


lidah kotor dibagian tengah, tepi lidah hiperemis, tidak ada tremor lidah

Tenggorokan : faring tidak hiperemis, tonsil T1 tenang


Leher : trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba,kelenjar
submandibula, supra-infra claviculadan cervical tidak teraba

THORAX

Paru
Inspeksi : pergerakan dada simetris dalam
k e a d a a n s t a t i s d a n dinamis, tidak terdapat retraksi
intercostae dan suprasternal
Palpasi: stem fremitus kanan-kiri dan
depan-belakang sama kua
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru batas paru-hepar di

ICS VIMCL dektra


Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, ronkhi -/- , wheezing -/ Jantung
Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga V
midklavikula kir
Perkusi : redup, batas jantung
- kiri : sela iga V linea midclaviculasinistra
- k a n a n : p a r a st e r n a l a t a s :
i g a

I I

l i n e a

s e l a

p a r a s t e r n a l sinistra-

Auskultasi: BJ I dan II murni, murmur (-), Gallop (-).


ABDOMEN
Inspeksi : tampak datar
Palpasi : hepar teraba 2 cm di bawah arcus costae dextra,konsisitensi
kenyal, tepi tajam, permukaan licin, nyeritekan (+) lien tidak teraba defans
muskular (-)
Perkusi : timpani, shifting dullness (-), meteorismus (+)
A u s k u l t a s i : b i s i n g u s u s ( + ) n o r m a l
GENITALIA

: , bentuk normal

ANUS REKTUM : tidak tampak kelainan dari luar


EKSTREMITAS

: akral hangat, tidak sianosis, tidak ada edema, tidak ada


deformitas

KULIT

: turgor baik, petechiae (-).

KGB

: submandibula, cervical, supra-infra clavicula, axilla,inguinal


tidak teraba

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Refleks Fisiologis :
Tendo achilles : +/+ nomal
Lutut

: +/+ normal

Biceps

: +/+ normal

Triceps

: +/+ normal

Refleks Patologis
Babinski : -/- normal
Chaddock : -/- normal
Oppenheim : -/- normal
Gordon
: -/- normal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 24 Desember 2010
Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Hb

13,2 gr/dL

11,7-15,5

Hematokrit

40 vol %

35-47

Trombosit

279.000 L

150.000-440.000

Leukosit

6.300 / L

Hematologi

Serologi Widal
Salmonella Thyphi O

(+) 1/320

Salmonella Thyphi H

(-)

Salmonella Parahyphi A O

(-)

Salmonella Parahyphi A H

(-)

Salmonella Parahyphi B O

(-)

Salmonella Parahyphi B H

(-)

Salmonella Parahyphi C O

(+) 1/320

Salmonella Parahyphi C H

(-)

RESUME

3.600-11.000

Tel a h d i p e r i k s a s e o r a n g a n a k b e r u m u r 6 t a h u n 3 b u l a n
datang ke RS Sentra Medika dengan keluhan utama demam
tinggi mendadak yang hilang timbul sejak 7 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam bersifat naik turun teru tama sore
menjelang malam hari, menggigil dan mengigau. Saat
p a n a s pasien kadang-kadang batuk berdahak dan sedikit sesak.
Pasien juga menderitamual dan sempat muntah 1x cair, ada lendir
tidak ada darah, kira-kira sebanyak 1/2 gelas aqua sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh susah BAB sejak 3
hari SMRS, BAK pasien normal. Tidak ada yang menderita k e l a i n a n
serupa di keluarga dan lingkungan tetangga. Pasien
s e r i n j a j a n makanan di luar rumah. Pasien mempunyai riwayat alergi
terhadap debu, dingin dan susu sapi saat bayi.
Pada pemerisaan fisik didapatkan keadaan umum
l e m a h , t a m p a k s a k i t sedang, dengan kesadaran compos mentis. Tanda vital
:

Frekuensi nadi : 124 x/menit, reguler, isi, cukup, teraba kuat.


Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Napas : 24 x/menit
Suhu Tubuh
: 37C
Pada pemeriksaan sistematis didapatkan lidah yang

k o t o r p a d a b a g i a n permukaan dan hiperemis pada tepi lidah. Cor


dan pulmo dalam batas normal. P a d a p e m e r i k s a a n a b d o m e n
d i d a p a t k a n h e p a t o m e g a l i 2 c m d i b a w a h a r c u s costae, tepi
tajam, permukaan licin, konsistensi kenyal, dan nyeri tekan (+).
Pada pemriksaan laboratorium pada tanggal 24 November 2010
didapatkan hasil positif pada serologi Salmonella Thypi O (+) 1/320 dan
Salmonella Parathypi C O (+) 1/320.
DIAGNOSA
Susp. Demam tifoid
DIAGNOSA BANDING

DHF
ISK
Bronkitis
Influenza

TB paru
Demam paratifoid
Bronkopneumonia

PENATALAKSANAAN

Tirah baring selama 2 minggu


Diet makanan lunak cukup kalori, cukup protein, rendah serat.
Causal
- Kloramfenikol : 44 kg x 50 mg/kgBB/hari (dibagi 4
dosis): 4 x 550 mg sehari
Simptomatis
- Paracetamol
: 44 kg x 10 mg/kgBB/kali: 3 x 440 mg (bila demam)
- Metoclopramid
: 44 kg x 0,1 mg/kgBB/kali: 4,4 mg (bila mual)
- Gliseril Guaiakolat : 100 mg x6 (tiap 4 jam)

ANJURAN PEMERIKSAAN

Kultur darah (gaal)


Kultur feses
Pemeriksaan urine lengkap
Pemeriksaan foto thorax
Tes mantoux
Widal ulang

PROGNOSA
Ad vitam

: bonam

Ad fungtionam : bonam
Ad sanationam : bonam
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal 24 Desember 2010
S: Demam (+), mual (+), nyeri perut (+), batuk
( + ) , p i l e k ( - ) , t i d a k s a k i t menelan. BAB dan BAK lancar
normal.
O : Ku ; tampak sakit sedang
Kesadaran : CM

Tensi : 120/70 mmHg


Nadi : 116x/menit
Suhu : 38C
Respirasi : 30x/menit
Pemeriksaan fisik abdomen :
Kepala

: Normocephal

Mata

: CA -/- SI -/-

Telinga

: Serumen -/-

Hidung

: Sekret -/-

Mulut

: Perioral sianosis - ; Lidah kotor +

Tenggorok : Faring hiperemis


Turgor

: Normal ; Tonus normal

Extremitas : Akral hangat ; Normal ; Oedem Thorax

: BJ I-II +, regular Whz -/- ; Rh -/-

Abdomen BU : Normal
Laboratorium tanggal 24 Desember 2010
Hb
: 13,2 gr/dL
Ht
: 40%
Trombosit : 279.000 uL
Leukosit : 6.200 uL
Salmonella thypi O
(+) 1/320
Salmonella paratypi H
(-)
Salmonella Parathypi CO (+) 320
Tanggal 25 Desember 2010
S : D e m a m
p e r u t

( + ) ,
( + ) ,

m u a l
b a t u k

warna kuning jernih. BAB (-).


O : KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 37,7C
Respirasi : 28x/menit
Pemeriksaan fisik abdomen :
Kepala : Normocephal

( + ) ,
( + )

m u n t a h

( - ) ,

s a k i t

k a d a n g - kadang. BAK lancar,

Mata : CA -/- SI -/Telinga : Serumen -/Hidung

: Sekret -/-

Mulut

: Perioral sianosis - ; Lidah kotor +

Tenggorok : Faring hiperemis


Turgor

: Normal ; Tonus normal

Extremitas : Akral hangat ; Normal ; Oedem


Thorax

: BJ I-II +, regular . Whz -/- ; Rh -/-

Abdomen BU : Normal
Tanggal 26 Desember 2010
S:Demam (-), mual (-), muntah (-), batuk
k a d a n g - k a d a n g . O s s u s a h m a k a n tapi mau minum.
BAK lancar dan banyak. BAB (-)
O : KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
Tensi : 100/70 mmHg
Nadi : 96x/menit
Suhu : 37C
Respirasi : 30x/menit
Pemeriksaan fisik abdomen :
Kepala : Normocephal
Mata : CA -/- SI -/Telinga : Serumen -/Hidung

: Sekret -/-

Mulut

: Perioral sianosis - ; Lidah kotor +

Tenggorok : Faring hiperemis


Turgor

: Normal ; Tonus normal

Extremitas : Akral hangat ; Normal ; Oedem


Thorax

: BJ I-II +, regular . Whz -/- ; Rh -/-

Abdomen BU : Normal
Laboratorium tanggal 26 Desember 2010
Hb
Ht

: 12,8 gr/dL
: 41%

Trombosit : 231.000 uL
Leukosit : 5.400 uL
Tanggal 27 Desember 2010
S:Demam (-), mual (-), muntah (-), batuk
k a d a n g - k a d a n g . O s s u s a h m a k a n tapi mau minum.
BAK lancar dan banyak, BAB (-).
O : KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36,5C
Respirasi : 26x/menit
Pemeriksaan fisik abdomen :
Kepala : Normocephal
Mata

: CA -/- SI -/-

Telinga : Serumen -/Hidung

: Sekret -/-

Mulut

: Perioral sianosis - ; Lidah kotor +

Tenggorok : Faring hiperemis


Turgor

: Normal ; Tonus normal

Extremitas : Akral hangat ; Normal ; Oedem


Thorax

: BJ I-II +, regular . Whz -/- ; Rh -/-

Abdomen BU : Normal
Tanggal 28 Desember 2010
S :

D e m a m
b a t u k

( - ) ,

m u a l

b e r k u r a n g .

( - ) ,
B A K

m u n t a h

( - ) ,

l a n c a r

d a n banyak. BAB 1x konsistensi lunak, tidak ada darah dan lendir


O : KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : CM
Tensi : 100/70 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36C

Respirasi : 24x/menit
Pemeriksaan fisik abdomen :
Kepala : Normocephal
Mata

: CA -/- SI -/-

Telinga : Serumen -/Hidung

: Sekret -/-

Mulut

: Perioral sianosis - ; Lidah kotor +

Tenggorok : Faring hiperemis


Turgor

: Normal ; Tonus normal

Extremitas : Akral hangat ; Normal ; Oedem


Thorax

: BJ I-II +, regular . Whz -/- ; Rh -/-

Abdomen BU : Normal
Laboratorium tanggal 28 Desember 2010
Hb
: 13,4 gr/dL
Ht
: 42%
Trombosit : 331.000 uL
Leukosit : 7.000 uL

ANALISA KASUS
Demam typhoid pada anak biasanya memberikan gambaran
klinis yang ringan bahkan asimptomatis. Walaupun gejala klinis
sangat bervariasi, namun gejala yang timbul setelah inkubasi dapat dibagi
dalam (1) demam, (2) gangguan saluran pencernaan, (3) gangguan
kesadaran. Pada kasus khas terdapat demam remitten pada minggu
pertama, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat p a d a m a l a m
hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam
k e a d a a n demam, yang turun secara berangsur-angsur pada minggu ketiga.
Pada pasien ini di tegakkan diagnosa demam typhoid tanpa
komplikasi.Diagnosa ditegakkan berdasarkan Anamnesis :
1. Pasien demam 7 hari yang remitten. Demam menjelang
sore hari dandemam turun pagi harinya sehingga
p a s i e n d a p a t b e r s e k o l a h p a d a p a g i harinya (aktivitas pasien
tidak terganggu)
2. Demam disertai dengan gangguan pencernaan berupa mual dan konstipasi

3. Pasien sering jajan makanan dan minumam di luar rumah, yang tidak
jelaskebersihannya.
Pada pasien ini pemerikasaan fisiknya ditemukan :
1. Didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, keadaan umum yang
sedang, tanpa gangguan kesadaran
2. Pada lidah pasien ditemukan kotor pada tengahnya dan hiperemis
pada pinggirnya, tremor (-)
3. Hepatomegali 2 cm dibawah arcus costae, tepi tajam, permukaan
licin,konsistensi kenyal, dan nyeri tekan (+)
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa
d e m a m t y p h o i d dibagi dalam 3 kelompok, yaitu (1) isolasi kuman
penyebab demam typhoidmelalui biakan kuman dari spesimen
penderita seperti darah, sumsum tulang,urin, tinja, cairan duodenum
dan rose spot, (2) uji serologis untuk mendeteksi antibodi terhadap
antigen, (3) pemeriksaan melacak DNA kuman S. Tyhpi
Diagnosis demam typhoid dengan biakan
k u m a n s e b e n a r n y a a m a t diagnostik, namun identifikasi
k u m a n m e m e r l u k a n w a k t u 3 - 5 h a r i . B i a k a n darah positif pada
40-60% kasus yang diperiksa pada minggu pertama sakit,sedang kan
biakan feses atau urin akan positif setelah minggu pertama. Biakan
dari sumsum tulang akan positif pada penyakit stadium lanjut, dan
merupakan p e m e r i k s a a n y a n g p a l i n g s e n s i t i f . B i a k a n d a r a h
p o s i t i f m e m a s t i k a n d e m a m typhoid, tetapi biakan darah negatif
tidak menyingkirkan demam typhoid. Hal i n i d i s e b a b k a n k a r e n a
h a s i l b i a k a n d a r a h b e r g a n t u n g p a d a b e b e r a p a f a k t o r , antara
lain (1) jumlah darah yang diambil, (2) perbandingan volume darah danmedia
empedu, (3) waktu pengambilan darah.
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan kultur darah karena
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengetahui hasilnya dan
pemeriksaan melacak DNA tidak dilakukan karena biaya yang mahal dan fasilitas
rumah sakit yang terbatas.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan serologis dan
d i d a p a t k a n h a s i l positif pada serologi Salmonella typhi O dan Salmonella
paratyphi CO sebesar 1 / 3 2 0 . W a l a u p u n u j i s e r o l o g i W i d a l

u n t u k m e n u n j a n g d i a g n o s i s d e m a m typhoid telah luas


digunakan namun manfaatnya masih menjadi perdebatan.
Penatalaksanaan penderita dengan demam typhoid, terutama
pada pasien ini dengan perawatan bed rest, pemberian diet yang lunak yang
mudah dicernad e n g a n k a l o r i d a n p r o t e i n y a n g c u k u p d a n
r e n d a h s e r a t . P e m b e r i a a n o b a t - obatan diberikan antibiotik
kloramfenikol sebesar 550 mg perkali pemberian 4x sehari sebagai pengobatan
kausalnya. Selain itu diberikan antipiretik (paracetamol), anti mual
(metoklopramid), dan ekspektorant (Gliseril Guaiakolat) sebagai pengobatan
simptomatis.
Untuk memastikan diagnosa dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan kultur darah atau urin atau feses.
Pasien diperbolehkan pulang setelah perawatan di
rumah sakit karenatidak ada keluhan dan ada perbaikan
k l i n i s . N a m u n p a s i e n t e t a p d i a n j u r k a n untuk istirahat dan
mobilisasi bertahap, diet makanan lunak, dan melanjutkan antibiotik
sampai 5 hari bebas demam.

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Demam tifoid (Tifus abdominalis, Enterik fever, Eberth
disease) adalah penyakit infeksi akut pada usus halus (terutama
didaerah illeosekal) dengan gejala demam selama 7 hari atau
lebih, gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
Penyakit ini ditandai dengan oleh demam berkepanjangan,
ditopang dengan bakteriemia tanpa keterlibatan struktur
endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke
dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa,kelenjar limfe usus, dan
Peyers patch.
B. EPIDEMIOLOGI
Insiden, cara penyebaran dan konsekuensi demam enterik
sangat berbeda di negara maju dan yang sedang berkembang. Insiden
sangat menurun di negaram a j u . D e m a m t i f o i d m e r u p a k a n
penyakit endemis di Indonesia. 96% kasus d e m a m t i f o i d
disebabkan oleh Salmonella typhi, sisanya
d i s e b a b k a n o l e h Salmonella paratyphi. Sembilan puluh
persen kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian
meningkat setelah umur 5 tahun. Sebagian besar dari penderita (80%)
yang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM berumur di
atas lima tahun.
Penyebarannya tidak bergantung pada iklim maupun
musim. Penyakit ini sering merebak didaerah yang kebersihan
lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.
C. ETIOLOGI
Demam tifoid (termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kuman
Salmonella t y p h i , S a l m o n e l l a p a r a t y p h i A ,
S a l m o n e l l a p a r a t y p h i B , d a n S a l m o n e l l a paratyphi
C. Jika penyebabnya adalah Salmonella paratyphi,
g e j a l a n y a l e b i h ringan dibanding dengan yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Pada minggu pertama sakit, demam tifoid

sangat sukar dibedakan dengan penyakit demamlainnya. Untuk


memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan
kumanuntuk konfirmasi.
Salmonella typhi termasuk bakteri famili Enterobacteriaceae
dari genus S a l m o n e l l a . K u m a n S a l m o n e l l a t y p h i b e r b e n t u k
b a t a n g , G r a m n e g a t i f , t i d a k berspora, motile, berflagela,
berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu optimal 37C (15C41C),mbersifat fakultatif anaerob, dan hidup subur pada media
yangmengandung empedu. Kuman ini mati pada pemanasan suhu 54,4C
selama satu jam dan 60C selama 15 menit, serta tahan pada pembekuan
dalam jangka lama.Salmonella mempunyai karakteristik fermentasi
terhadap glukosa dan manosa, namun tidak terhadap laktosa atau
sukrosa.
Salmonella typhi dapat bertahan hidup lama dilingkungan kering dan
beku, peka terhadap proses klorinasi dan pasteurisasi pada suhu 63C.
Organisme ini juga dapat bertahan hidup beberapa minggu dalam
air, es, debu,sampah kering, pakaian, mampu bertahan disampah
mentah selama 1 minggu, d a n d a p a t b e r t a h a n s e r t a
berkembang biak dalam susu, daging, telur,
a t a u produknya tanpa merubah warna dan bentuknya.
Manusia merupakan satu-satunya sumber penularan
alami Salmonella typhi melalui kontak langsung maupun
tidak langsung dengan seorang penderita demam tifoid
a t a u k a r i e r kronis.
Bakteri ini berasal dari feses manusia yang sedang
menderita demamtifoid atau karier Salmonella typhi.
Mungkin tidak ada orang Indonesia yang tidak pernah
menelan bakteri ini. Bila hanya sedikit tertelan,
b i a s a n y a o r a n g tidak menderita demam tifoid. Namun bakteri
yang sedikit demi sedikit masuk ke tubuh menimbulkan suatu reaksi
serologi Widal yang positif dan bermakna.
Salmonella typhi sekurang-kurangnya mempunyai tiga
macam antigen, yaitu:

Antigen O = Ohne Hauch = Somatik antigen (tidak


menyebar)
Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan
bersifattermolabil.
Antigen Vi = Kapsul; merupakan kapsul yang meliputi tubuh
kumandan melindungi O antigen terhadap fagositosis.
Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan
menimbulkan pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut
aglutinin. Ada 3 spesies utama yaitu : Salmonella typhosa (satu serotype)
Salmonella choleraesius (satu serotype)
Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotype)
Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga
macam antigen tersebut. mempunyai makromolekuler lipopolisakarida
kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan
endotoksin. salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor R yang
berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotik.
Dosis infeksius S. enterica serotipe typhi pada pasien bervariasi dari
1000 h i n g g a 1 j u t a o r g a n i s m e . S t r a i n V i n e g a t i f d a r i
Salmonella enterica serotipetyphi ini kurang infeksius
dan kurang virulen dibandingkan strain Vi positif.Untuk
dapat mencapai usus halus biasanya Salmonella typhi
i n i h a r u s d a p a t bertahan melalui sawar asam lambung dan
kemudian melekat pada sel mukosa serta melakukan invasi. Sel M
sebagai sel epitel khusus yang melapisi sepanjang lapisan Peyer ini
merupakan tempat potensial Salmonella typhi untuk invasi dan sebagai
transpor menuju jaringan limfoid. Pasca penetrasi, bakteri ini menuju
ked a l a m f o l i k e l l i m f o i d i n t e s t i n a l d a n n o d u s l i m f e
m e s e n t e r i k d a n k e m u d i a n masuk dalam sel
retikuloendotelial dalam hati dan limpa. Pada keadaan
initerdapat perubahan degeneratif, proliferatif, dan
g r a n u l o m a t o s a p a d a v i l l i , kelenjar kript, lamina propria usus halus,
dan kelenjar limfe mesenterica.

Organisme Salmonella typhi mampu bertahan hidup dan


bermultiplikasid a l a m f a g o s i t m o n o n u k l e a r f o l i k e l l i m f o i d ,
h a t i , d a n l i m p a . F a k t o r p e n t i n g proses ini mencakup jumlah
bakteri, tingkat, tingkat virulensi dan respon tubuh.B a k t e r i i n i
kemudian dilepaskan dari habitat intraseluler masuk
aliran darah.M a s a i n k u b a s i i n i b e r k i s a r 7 - 1 4 h a r i .
P a d a f a s e b a k t e r i e m i , b a k t e r i a k a n menyebar dan
tempat infeksi sekunder paling sering ialah hati, limpa,
sumsumt u l a n g , k a n d u n g e m p e d u , d a n l a p i s a n P e y e r i l e u m
terminal. Invasi kandung empedu terjadi langsung dari
a s a m e m p e d u . J u m l a h b a k t e r i p a d a f a s e a k u t diperkirakan
1 bakteri /ml darah (sekitar 66 % dalam sel fagositik) dan
sekitar 1 0 b a k t e r i / m l s u m s u m t u l a n g . W a l a u p u n
S a l m o n e l l a t y p h i m e n g h a s i l k a n endotoksin namun
angka mortalitas stadium ini < 1 %. Studi
m e n u n j u k k a n peningkatan kadar proinflamasi dan sitokin anti inflamasi
dalam sirkulasi pasientifoid.
D. PATOFISIOLOGI
Kuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia
melalui mulut bersamaan dengan makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Setelah kuman sampai lambung maka mula-mula
timbul usaha pertahanan non spesifik yang bersifat kimiawi yaitu,
adanya suasana asam oleh asam lambung dan enzim yang
dihasilkannya.Ada beberapa faktor yang menentukan
apakah kuman dapat melewati barier asam lambung,
y a i t u ( 1 ) j u m l a h k u m a n y a n g m a s u k d a n ( 2 ) kondisi asam
lambung.
Keadaan asam lambung dapat menghambat multiplikasi
salmonella pada pH 2,0 sebagian besar kuman akan terbunuh
dengan cepat. Pada penderita yang mengalami gastrektomi,
hipoklorhidria atau aklorhidria maka akan mempengaruhi kondisi
asam lambung. Pada keadaan tersebut Salmonella typhi lebih
mudah melewati pertahanan tubuh.

Sebagian kuman yang tidak mati akan


m e n c a p a i u s u s h a l u s y a n g memiliki mekanisme
pertahanan lokal berupa motilitas dan flora normal usus.Tubuh
berusaha menghanyutkan kuman keluar dengan usaha
pertahanan tubuhnon spesifik yaitu oleh kekuatan peristaltik
usus. Di samping itu adanya bakteri anaerob di usus juga akan
merintangi pertumbuhan kuman dengan pembentukanasam lemak rantai
pendek yang akan menimbulkan suasana asam. Bila
kuman berhasil mengatasi mekanisme pertahanan tubuh di lambung, maka
kuman akan m e l e k a t p a d a p e r m u k a a n u s u s . S e t e l a h
m e n e m b u s e p i t e l u s u s , k u m a n a k a n masuk ke dalam kripti
lamina propria, berkembang biak dan selanjutnya
akand i f a g o s i t o s i s o l e h m o n o s i t d a n m a k r o f a g . N a m u n
d e m i k i a n S a l m o n e l l a typhi d a p a t b e r t a h a n h i d u p d a n
berkembang biak dalam fagosit karena
a d a n y a perlindungan oleh kapsul kuman. Melalui plak peyeri
pada ileum distal bakteri masuk ke dalam KGB mesenterium dan
mencapai aliran darah melalui duktus torasikus menyebabkan
bakteriemia pertama yg asimptomatis.
Kemudian kuman akan masuk kedalam organ-organ sistem
retikuloendotelial (RES) terutama di hepar dan limpa sehingga
organ tersebutakan membesar disertai nyeri pada perabaan. Dari
sini kuman akan masuk kedalam peredaran darah, sehingga
terjadi bakteriemia kedua yang simptomatis (menimbulkan gejala
klinis). Disamping itu kuman yang ada didalam hepar akan masuk ked a l a m
kandung empedu dan berkembang biak disana, lalu kuma
tersebut bersama dengan asam empedu dikeluarkan dan masuk
ke dalam usus halus. Kemudian kuman akan menginvasi epitel usus
kembali dan menimbulkan tukak yang berbentuk lonjong pada mukosa
diatas plaque nyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
perdarahan dan perforasi usus yang menimbulkan gejala peritonitis.

E. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :


1. Anamnesis
Demam yang naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu
tertinggi padaakhir minggu pertama, minggu kedua demam terus
menerus tinggi. Anak seringmengigau (delirium), malaise, letargi,
anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut, diarea t a u k o n s t i p a s i ,
muntah, perut kembung. Pada demam tifoid
b e r a t d a p a t dijumpai penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus
2. Pemeriksaan Fisik
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.
Bersifatf e b r i s r e m i t t e n t d a n t i d a k t e r l a l u t i n g g i . P a d a
m i n g g u I , s u h u t u b u h cenderung meningkat setiap hari, biasanya
menurun pada pagi hari danmeningkat pada sore hari dan malam
hari. Dalam minggu II, penderitaterus berada dalam keadaan demam.
Dalam minggu III suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali
pada akhir minggu III
b. Gangguan saluran cerna
ada mulut; nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecahpecah( r h a g a d e n ) , l i d a h d i t u t u p i o l e h s e l a p u t p u t i h k o t o r
( coated tongue) ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen
dapat dijumpai adanya kembung (meteorismus). Hepar dan
lien yang membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya
terdapat juga konstipasi pada anak yang lebihtua dan remaja, akan
tetapi dapat juga normal bahkan terjadi diare padaanak yang lebih
muda
3. Pemeriksaan penunjang
a. Darah tepi perifer
Anemia : Pada umumnya terjadi karena supresi sumsum
tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus.
Leukopenia : Namun jarang kurang dari 3000/ul
Limfositosis relatif
Trombositopenia : Terutama pada demam tifoid berat
b. Pemeriksaan serologi
Serologi widal : Kenaikan titer Salmonella typhi titer O 1:200 atau
kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens.
Kadar IgM dan IgG (typhidot)
c. Pemeriksaan biakan Salmonella

Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit.


Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke-4
d. Pemeriksaan penunjang lain
Pemeriksaan antibodi t e r h a d a p a n t i g e n O m er u p a k a n
I g M ya n g m e n d o m i n a s i , m u n c u l p a d a a wa l p e n ya k i t d a n
m e n g h i l a n g l e b i h d i n i . An t i b o d i t er h a d a p H baik IgM
maupun IgG muncul lebih lambat tetapi bertahan lebih lama.
Biasanya antibodi O muncul pada hari ke 6-8 sedangkan
antibodi H pada hari 10-12 darionset penyakit. Mengingat
tingkat sensitivitas dan spesifisitas tes Widal rendah
maka pemeriksaan serologis untuk diagnosis dini demam
tifoid mulai beralih dari tes Widal menuju pelacakan antibodi
terhadap antigen Salmonella typhi yang lebihspesifik seperti: # Dot
EIA ( Dot Enzyme Immunoabsorbent Assay) pemeriksaan ELISA
untuk mendeteksi protein spesifik pada membran luar atau
outer membrane protein (OMP) dimana OMP dengan berat
50 kDa ternyata sangat spesifik pada serum pasien tifoid.
Sensitivitas Dot EIA mencapai 95-100% jauh lebih baik
daripadas e n s i t i v i t a s W id a l ya n g h a n ya 6 0 % .
Pemeriksaan Dot EIA tidak ada reaksisilang dengan
s a l m o n e l o s i s n o n t if o i d d i b a n d i n g k a n d e n g a n W i d a l .
P r o d u k komersial pemeriksaan ini dikenal sebagai Typhidot.
Salah satu modifikasi Typ h i d o t d e n g a n i n a k t i v a s i I gG
d a l a m s a m p e l s e r u m u n t u k m e n yi n g k i r k a n kemungkinan
ikatan kompetitif dan memungkinkan akses antigen terhadap IgM s
pesifik, dikenal sebagai Typhidot M. D e n g a n k a t a l a i n ,
Typ h i d o t M h a n ya mendeteksi antibodi IgM spesifik sedangkan
Typhidot mendeteksi antibodi IgM d a n I g G t e r h a d a p
antigen. Salmonella typhi. Pemeriksaan typoid
membutuhkan waktu 3 jam.
F. KOMPLIKASI DEMAM TIFOID
Komplikasi pada demam tifoid dibagi menjadi komplikasi intestinal
dan ekstraintestinal.

- Intestinal : peritonitis, perdarahan intestinal dan perforasi


- Ekstraintestinal :
Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer
(renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau

koagulasi intravaskular diseminata dan sindrom uremia hemoltilik.


Komplikasi paru: pneuomonia, empiema dan pleuritis.
Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.
Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis.
Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, mengingismus, meningitis,
polineuritis perifer, sindrim Guillain-Barre, psikosis dan sindrom
katatonia.

G. PECEGAHAN
1. Higiene peorangan dan lingkungan Demam tifoid ditularkan melalui rute
fekal-oral, maka pencagahan utama memutuskan rantai tersebut dengan
meningkatkan higiene perorangan dan lingkungan, seperti mencuci
tangan sebelum makan, penyediaan air bersih, dan penanganan
pembuangan limbah feses.
2. Imunisasi Imunisasi aktif terutama diberikan bila terjadi kontak dengan
pasien demam tifoid, terjadi kejadian luar biasa dan untuk turis yang
bepergian ke daerah endemik.
a. Vaksin polisakarida (capsular Vi polysacharide), pada usia 2 tahun
atau lebih diberikan secara intramuscular dan diulang setiap 3 tahun.
b. Vaksin tifoid oral , diberikan pada usia >6 tahun dengan interval
selang sehari (hari 1,3 dan 5), ulangan setiap 3-5 tahun. Vaksin ini
belum beredar di Indonesia, terutama direkomendasikan untuk turis
yang bepergian ke daerah endemik.
H. PROGNOSIS
Prognosis terhadap pasien demam tifoid bergantung kepada
kecepatan penegakan diagnosis dan ketepatan terapi antibiotik. Faktor lain
yang mempengaruhi meliputi umur pasien, status kesehatan dan nutrisi,
serotype Salmonella dan munculnya komplikasi. Individu yang
mengekskresikan S.typhi 3bulan setelah infeksi dianggap sebagai karier
kronik. Bagaimanapun resiko untuk menjadi karier rendah pada anak-anak

dan meningkat dengan bertambahnya umur, namun secara umum < 2% dari
semua anak yang terinfeksi.

Вам также может понравиться