Вы находитесь на странице: 1из 4

ATURAN PERMAINAN DALAM ILMU ALAM

Oleh: B. Suprapto

Perkembangan ilmu alam yang ada saat ini, salah satunya disebabkan oleh
adanya aturan permainan yang digunakan dalam proses pengembangannya.
Meskipun demikian, tidak ada perjanjian tertulis yang membatasi lingkup kerja
serta pola pengembang ilmu-ilmu alam, namun ada kesepahaman dan kesepakatan
bersama yang menjadi pegangan masyarakat pengembang ilmu alam. Berikut ini
akan diuraikan bagaimana pokok-pokok aturan yang telah menjadi kesepakatan
dalam bentuk yang sederhana.
1. Pengamatan Berulang
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, ilmu alam hanya mengkaji gejalagejala alam yang dapat diamati saja, meskipun dalam pengamatannya diperlukan
alat bantu. Hal ini dikarenakan terbatasnya panca indera yang dimiliki oleh
manusia. Misalnya, untuk mengamati sel, manusia memerlukan alat bantu optik
yang dapat memperbesar obyek yang diamati menjadi ratusan bahkan jutaan kali
dari ukuran yang sebenarnya agar dapat diamati oleh matanya yang terbatas.
Lebih lanjut, pengamatan terhadap gejala-gejala alam tersebut, haruslah dapat
diulangi oleh orang lain (reproducible). Jadi, jika seorang peneliti menemukan
sesuatu yang baru dalam khazanah ilmu pengetahuan alam maka ia perlu
memberitahukan semua informasi terkait penelitiannya baik berupa metode,
peralatan, lingkungan maupun cara pengamatan yang dilakukan, sehingga
memungkinkan peneliti lain mengamati kembali jika keadaan mengizinkan. Jadi,
suatu penemuan baru dalam khazanah ilmu alam, baru dapat disetujui
kebenarannya setelah melalui pengujian yang berulang kali.
Dalam sejarah, banyak sekali kita temukan penemuan gejala-gejala baru
namun tidak dapat diulangi oleh peneliti yang lain. Adakalanya penemuan itu
dibantah oleh peneliti lain namun lebih sering penemuan tersebut tidak
ditanggapi. Oleh karena itu, seorang peneliti mempertaruhkan nama baiknya pada
informasinya yang dapat diandalkan untuk pengembangan ilmu-ilmu alam sebagai
tempat bertumpu bagi pengembangan ilmu yang lebih lanjut. Mekanisme

penyaringan ini saat ini dipermudah oleh banyaknya jurnal ilmiah dengan
pembaca yang luas.
Meskipun demikian, tidak semua jurnal memiliki reputasi yang sama dalam
pandangan masyarakat ilmiah. Jurnal yang bereputasi baik hanya menerbitkan
informasi yang kiranya ada dalam lingkup aturan permainan yang berlaku dalam
ilmu-ilmu alam.
Pembatasan yang ketat dalam pembahasan gejala ilmu alam ini,
memungkinkan pengembangan ilmu yang tangguh. Meskipun demikian, hal ini
menimbulkan konsekuensi dengan mengharuskan ilmu alam melepaskan diri dari
masalah-masalah dengan spektur variabel yang luas dengan karateristik
pengamatan yang tidak menentu seperti pengamatan pada perangai manusia
sebagai individu.
2. Jalinan Antara Teori dengan Pengamatan
Setiap gejala alam tidak dapat berdiri sendiri namun setiap gejala tersebut
saling kait mengkait membentuk suatu pola sebab akibat yang dapat difahami
dengan penalaran yang seksama. Jika diteliti, sekelompok gejala dapat dirangkum
dalam suatu wadah yang meletakan masing-masing gejala pada jalur yang
berkaitan menurut penalaran yang serasi dari aturan sebab akibat yang dinamakan
hukum alam. Teori yang disusun tersebut, juga harus memiliki beberapa
persyaratan, yaitu:
a. harus bertumpu pada gejala alam yang syah
b. jika digarap terus menerus teori tersebut tetap bebas dari konflik penalaran,
sehingga untuk memudahkan dilakukan pengujian konsistensi yang cermat,
banyak teori ilmu dibahasakan menggunakan bahasa matematika, sehingga
memungkinkan penurunan penalaran dengan jangkauan yang amat jauh, seperti
jika A maka B, jika B maka C, jika C maka D dan seterusnya yang sudah
dibuktikan kebenarannya. Perumusan seperti ini membuat teori-teori yang
mengandung konflik penalaran dapat segera ditanggalkan dari khazanah ilmu
pengetahuan.
Adakalanya gejala alam yang tersedia masih berupa bahan mentah yang
belum bisa dirangkai dalam suatu teori, sehingga perlu dikembangkan konsepkonsep baru sebagai penolong. Konsep-konsep tersebut, meskipun kadang sangat
abstrak, namun harus tetap ada pengamatan atau pengukuran yang sanggup
memberi informasi tentang nilai konsep tersebut. Contoh sederhana adalah konsep

energi. Salah satu teori ilmu alam dirumuskan dengan mengatakan bahwa apapun
gejala atau proses alam yang terjadi, jumlah energi tidak berubah (hukum
kekekalan energi). Hukum ini hanya berarti setelah dirumuskan cara yang
operasional untuk mengaitkan nilai energi pada setiap komponen dan cara itu
tidak boleh berubah untuk kasus-kasus yang berbeda.
Kecermatan yang diperoleh dari perumusan teori ilmu-ilmu alam dengan
bahasa matematika, menyebabkan ilmu-ilmu alam menjadi tidak populer. Selain
itu, bersamaan dengan berkembangnya ilmu alam, marak juga perkembangan
kisah-kisah khayalan yang menggunakan istilah atau simbol yang mirip dengan
simbol ilmu alam. Sehingga, dinegara yang belum berkembang masih sering
terjadi masyarakat tertipu oleh berita seseorang menemukan konsep atau terori
ilmu yang baru. Cerita yang sangat terkenal tentang buah apel yang jatuh dan teori
gravitasi Isaac Newton sering mengesankan bahwa teori gravitasi hanya
disandarkan oleh argumentasi satu orang saja atau berdasar pada satu pengamatan
saja, padahal tidak begitu. Teori gravitasi Newton, lahir melalui proses yang
cukup panjang dari revolusi pemikiran Copernicus, didahului oleh teori dan
pengamatan Galileo dan dirintis oleh tumpukan data Tycho Brahe yang diulas
oleh Kepler. Demikian juga dengan teori-teori besar yang lain, seperti relativitas
Einstein, teori kuantum dan teori lainnya, umumnya lahir sebagai karya bersama
dari rentetan pengamatan dan teori yang saling menopang.
3. Kemampuan Meramalkan Gejala Alam yang Lain
Kegiatan keilmuan tidak hanya berhenti pada kegiatan pengumpulan gejalagejala alam serta menyusunnya dalam pola hubungan sebab akibat yang serasi
sehingga kita dapat memahami yang terjadi di alam ini. Namun, kegiatan
keilmuan akan selalu mengumpulkan gejala-gejala yang harus selalu digali lagi.
Jika penggalian yang dilaksanakan dengan coba-coba, maka area penggaliannnya
akan sangat terbatas, disamping itu, apakah teori yang merangkum seluruh gejala
yang terkumpul merupakan satu-satunya teori atau ada teori lain yang dapat
merangkum gejala-gejala tersebut. Hal ini tentunya menyebabkan diperlukannya
sebuah pedoman yang menuntut suatu teori ilmu alam tidak hanya dapat
merangkai gejala-gejala yang terjadi namun juga sanggup meramalkan gejala
alam lain yang belum dikenal sebagai konsekuensi logis dari pola penalaran yang
digunakan. Gejala yang diramalkan itu pun harus dirumuskan dalam bentuk
3

operasional sehingga memungkinkan untuk diuji dengan eksperimen. Sehingga,


dapat disaring teori yang paling meyakinkan dan sekaligus dapat membuka
cakrawala baru bagi usaha pengumpulan gejala-gejala alam seterusnya.
Sebagai contoh yang sederhana adalah kisah penemuan radio sebagai alat
komunikasi. Gejala kelistrikan dalam bentuk pengamatan dan teori ditemukan dan
diusahakan oleh banyak orang, seperti: Coulomb, Faraday, Ampere dan
sebagainya. Data hasil penelitian tersebut, kemudian dirangkai oleh Maxwel
kedalam bahasa matematika yang lebih bagus, sehingga didapati suatu
kekurangan jika teori tersebut harus menjadi teori yang bebas dari konflik
penalaran. Maka ditambahkannya sesuatu untuk menutup kekurangan itu, tetapi
tambahan ini akan membawa akibat adanya gejala baru, yaitu suatu getaran listrik
akan memancarkan pengaruh kesekelilingnya secara berantai tanpa memerlukan
media. Ramalan itu diamati oleh Hertz beberapa tahun kemudian setelah
peralatannya

memungkinkan,

sehingga ditemukanlah radio

sebagai

alat

komunikasi.
Kesimpulan
Ilmu-ilmu alam yang selalu berkembang, memerlukan aturan main yang
menjadi pedoman dalam proses perkembangannya. Beberapa aturan main
tersebut, diantaranya adalah dapat dilakukan pengamatan berulang oleh pengamat
yang berbeda, adanya jalinan antara teori dengan pengamatan dan kemampuan
untuk meramalkan gejala alam yang lain.

Вам также может понравиться