Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
sebagai
adanya jaringan kelenjar endometrium dan stroma di luar lokasi normal. Endometriosis paling
sering ditemukan pada peritoneum panggul, tetapi dapat juga ditemukan di ovarium, septum
rektovaginal, ureter, namun jarang ditemukan di vesika urinaria, perikardium, dan pleura.
Endometriosis merupakan penyakit yang pertumbuhannya tergantung pada hormone estrogen.
Insidensi endometriosis sulit dikuantifikasi oleh karena sering kali gejalanya
asimptomatis dan pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis sensitivitasnya
rendah. Perempuan dengan endometriosis bisa tanpa gejala, subfertil atau menderita rasa sakit
pada daerah pelvis terutama pada menstruasi (dismenorhea). Metode utama diagnosis adalah
laparoskopi, dengan atau tanpa biopsi untuk diagnosis histologis.
Pada wanita tanpa gejala, prevalensi endometriosis berkisar antara 2-22 persen,
tergantung pada populasi yang diteliti. Namun karena ada kaitan dengan infertilitas dan nyeri
panggul maka endometriosis lebih umum ditemukan pada wanita dengan keluhan ini. Pada
wanita subur, prevalensi telah dilaporkan antara 20 sampai 50 persen dan pada mereka dengan
nyeri panggul, 40 sampai 50 persen. Endometriosis secara signifikan memberikan pengaruh
terhadap kehidupan wanita, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam produktivitas kerja.
Dari penelitian yang dilakukan pada 16 rumah sakit di 10 negara, tahun 2008 sampai 2010, pada
3 grup pasien, endometriosis, dan 2 grup kontrol yaitu pasien yang mempunyai gejala namun
tidak terdapat endometriosis, dan pasien yang telah menjalani sterilisasi, didapatkan bahwa
1 | Page
kesehatan fisik pasien dengan endometriosis lebih buruk dibandingkan dengan pasien yang
memiliki gejala yang sama namun tidak terdiagnosis endometriosis.
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami tentang penyakit endometriosis yang dapat berguna di kemudian
hari dalam menangani pasien
2. Mengetahui dan memahami bagaimana alur diagnosis pasien dengan endometriosis
3. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada pasien endometriosis agar
tercapai tingkat kesehatan yang lebih baik di masyarakat
2 | Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3 | Page
Walaupun tidak ada perubahan stagingdari klasifikasi tahun 1985, sistem klasifikasi tahun
1996 memberikan deskripsi morfologi lesi endometriosis, yakni putih, merah, dan hitam.
Modifikasi ini didasarkan dari beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa terjadi beberapa
aktivitas biokimia di dalam implan dan mungkin prognosis penyakit dapat diprediksi melalui
morfologi implan.
Walaupun tidak ada perubahan stagingdari klasifikasi tahun 1985, sistem klasifikasi tahun
1996 memberikan deskripsi morfologi lesi endometriosis, yakni putih, merah, dan hitam.
Modifikasi ini didasarkan dari beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa terjadi beberapa
aktivitas biokimia di dalam implan dan mungkin prognosis penyakit dapat diprediksi melalui
morfologi implan.
Menurut ASRM, Endometriosis dapat diklasifikasikan kedalam 4 derajat keparahan
tergantung pada lokasi, luas, kedalaman implantasi dari sel endometriosis, adanya perlengketan,
dan ukuran dari endometrioma ovarium.
4 | Page
5 | Page
LOKASI ENDOMETRIOSIS
6 | Page
Saat ini patofisiologi dari endometriosis belum jelas didapatkan, namun terdapat beberapa
teori hipotesis yaitu:
Teori refluks haid dan implantasi sel endometrium didalam rongga peritoneum. Hal ini
pertama kali diterangkan oleh John Sampson (1921). Teori ini dibuktikan dengan
ditemukan adanya darah haid dalam rongga peritoneum pada waktu haid dengan
laparoskopi, dan sel endometrium yang ada dalam haid itu dapat dikultur dan dapat hidup
saudara kandung.
Patoimunologi, reaksi abnormal imunologi yang tidak berusaha membersihkan refluks
haid dalam rongga peritoneum, malah memfasilitasi terjadinya endometriosis. Apoptosis
sel sel endometrium ektopik menurun. Pada endometriosis ditemukan adanya
peningkatan jumlah makrofag dan monosit didalam cairan peritoneum, yang teraktifasi
menghasilkan factor pertumbuhan dan sitokin yang merangsang tumbuhnya endometrium
ektopik.
7 | Page
Dismenorhea
Nyeri haid yang disebabkan oleh reaksi peradangan akibat sekresi sitokin dalam
rongga perineum, akibat perdarahan local pada sarang endometriosis dan oleh adanya
infiltrasi endometriosis ke dalam syaraf pada rongga panggul.
Gangguan haid
Gangguan haid dan siklusnya dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan
pada ovarium demikian luasnya sehingga fungsi ovarium dapat terganggu.
Nyeri pelvik
Akibat perlengketan, lama lama dapat mengakibatkan nyeri pelvik yang kronis.
Rasa nyeri bisa menyebar jauh ke dalam panggul, punggung, dan paha dan bahkan dapat
menjalar sampai ke rectum. Dupertiga perempuan dengan endometriosis mengalami rasa
nyeri intramenstrual.
Inflamasi merupakan salah satu mekanisme yang menyebabkan nyeri viseral.
Endometriosis dianggap sebagai proses inflamasi pelvik yang menghasilkan respons
inflamasi yang signifikan, sehingga banyak hipotesis nyeri endometriosis dikaitkan
berasal dari proses inflamasi. Konsentrasi TNF-di cairan peritoneum wanita dengan
endometriosis lebih tinggi dibandingkan wanita normal. TNF akan menstimulasi ekspresi
prostaglandin
synthase-2
yang
akan
meningkatkan
produksi
PGE2
dan
Dispareunia
8 | Page
Paling sering timbul terutama bila endometriosis sudah tumbuh di sekitar cavum
douglasi dan ligamentum sakrouterina dan terjadi perlengketan sehingga uterus dalam
posisi retrofleksi.
Diskezia
Keluhan sakit buang air besar bila endometriosis sudah tumbuh dalam dinding
rekto sigmoid dan terjadi hematokezia pada saat siklus haid. Pada wanita dengan
endometriosis berat, sering didapatkan dyschezia (nyeri saat buang air besar)
dibandingkan pada wanita dengan endometriosis ringan.
Subfertilitas
Endometriosis sering disertai dengan infertilitas. Kadang-kadang diagnose
endometriosis baru terdeteksi setelah pemeriksaan infertilitas dengan menggunakan
laparoskopi.
Perlengketan pada ruang pelvis yang diakibatkan endometriosis dapat menggangu
pelepasan oosit dari ovarium atau menghambat perjalanan ovum untuk bertemu dengan
sperma.
Endometriosis meningkatkan volume cairan peritoneal, peningkatan konsentrasi
makrofag yang terakivasi, prostaglandin, interleukin-1, tumor nekrosis factor, dan
protease. Cairan peritoneum mengandung inhibitor penangkap ovum yang menghambat
interaksi normal fimbrial cumulus. Perubahan ini dapat memberikan efek buruk bagi
oosit, sperma, embrio, dan fungsi tuba. Kadar tinggi nitric oxidase akan memperburuk
motilitas sperma, implantasi, dan fungsi tuba.
Antibodi IgA dan IgG serta limfosit dapat meningkat di endometrium perempuan
yang terkena endometriosis. Abnormalitas ini dapat mengubah reseptivitas endometrium
dan implantasi embrio. Autoantibodi terhadap antigen endometrium meningkat dalam
serum, implant endometrium, dan cairan peritoneum dari penderita endometriosis. Pada
penderita endometriosis dapat terjadi gangguan hormonal (hiperprolaktinemia) dan
ovulasi, termasuk sindroma Luteinized Unruptured Follicle (LUF), defek fase luteal,
pertumbuhan folikel abnormal, dan lonjakan LH dini.
9 | Page
Sistem
Mekanisme
Fungsi koitus
Fungsi sperma
Kerusakan fimbriae
Penurunan motilitas tuba akibat prostaglandin
Fungsi ovarium
Anovulasi
Sindroma akibat luteinisasi folikel yang tidak pecah
Luetolisis akibat Prostaglandin F2
Pelepasan gonadotropin yang terganggu
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada endometriosis dimulai dengan melakukan inspeksi pada vagina
menggunakan spekulum, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan bimanual dan palpasi
rektovagina. Pemeriksaan bimanual dapat menilai ukuran, posisi dan mobilitas dari uterus.
Pemeriksaan rektovagina diperlukan untuk mempalpasi ligamentum sakrouterina dan septum
10 | P a g e
rektovagina untuk mencari ada atau tidaknya nodul endometriosis. Pemeriksaan saat haid dapat
meningkatkan peluang mendeteksi nodul endometriosis dan juga menilai nyeri.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi
USG hanya dapat digunakan untuk mendiagnosis endometriosis (kista endometriosis) > 1
cm, tidak dapat digunakan untuk melihat bintik-bintik endometriosis ataupun perlengketan.
Dengan menggunakan USG transvaginal kita dapat melihat gambaran karakteristik kista
endometriosis dengan bentuk kistik dan adanya interval eko didalam kista.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI tidak menawarkan pemeriksaan yang lebih superior dibandingkan dengan USG.
MRI dapat digunakan untuk melihat kista, massa ektraperitoneal, adanya invasi ke usus dan
septum rektovagina.
Pemeriksaan serum CA 125
Serum CA 125 adalah penanda tumor yang sering digunakan pada kanker ovarium. Pada
endometriosis juga terjadi peningkatan kadar CA 125. Namun, pemeriksaan ini mempunyai nilai
sensitivitas yang rendah. Kadar CA 125 juga meningkat pada keadaan infeksi radang panggul,
mioma, dan trimester awal kehamilan. CA 125 dapat digunakan sebagai monitor prognostic
pascaoperatif endometriosis bila nilainya tinggi berarti prognostic kekambuhannya tinggi. Bila
didapati CA 125 > 65 mIU/ml praoperatif menunjukkan derajat beratnya endometriosis.
Bedah Laparoskopi
Laparoskopi merupakan alat diagnostic baku emas untuk mendiagnosis endometriosis.
Lesi aktif yang baru berwarna merah terang, sedangkan lesi aktif yang sudah lama berwarna
merah kehitaman. Leis non-aktif terlihat berwarna putih dengan jaringan parut. Pada
endometriosis yang tumbuh diovarium dapat terbentuk kista yang disebut endometrioma.
Biasanya isinya berwarna coklat kehitaman, sehingga juga diberi nama kista cokelat. Sering
endometriosis ditemukan pada laparoskopik diagnostic, tetapi pasien tidak mengeluh.
11 | P a g e
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medikamentosa
Pengobatan endometriosis sulit mengalami penyembuhan karena adanya risiko
kekambuhan. Tujuan pengobatan endometriosis lebih disebabkan oleh akibat endometriosis itu
sendiri, seperti nyeri panggul dan infertilitas.
Pengobatan simptomatik
Pengobatan dengan memberikan anti nyeri seperti paracetamol 500 mg 3 kali sehari, Non
Steroid Anti Inflammatory Drugs (NSAID) seperti ibuprofen 400 mg 3 kali sehari, asam
mefenamat 500 mg 3 kali sehari. Tramadol, paracetamol dengan codein, GABA inhibitor
seperti gabapentin.
Kontrasepsi Oral
Penanganan terhadap endometriosis dengan pemberian pil kontrasepsi dosis rendah.
Kombinasi monofasik (sekali sehari selama 6 12 bulan) merupakan pilihan pertama
yang sering dilakukan untuk menimbulkan konsidi kehamilan palsu dengan timbulnya
amenorrhea dan desidualis jaringan endometrium.
Kombinasi pil kontrasepsi apa pun dalam dosis rendah yang mengandung 30-35 mikro
gram etinilestradiol yang digunakan secara terus-menerus bisa menjadi efektif terhadap
penanganan endometriosis. Tujuan pengobatan itu sendiri adalah induksi amenorrhea,
dengan pemberian berlanjut selama 6 12 bulan. Membaiknya gejala dismenorhea dan
nyei panggul dirasakan oleh 60 95% pasien. Tingkat kambuh pada tahun pertama
terjadi sekitar 17-18%.
12 | P a g e
Kontrasepsi oral merupakan pengobatan dengan biaya lebih rendah dibandingkan dengan
lainnya dan bisa sangat membantu terhadap penangannan endometriosis jangka pendek,
dengan potensi keuntungan yang bisa dirasakan dalam jangka panjang.
Progestin
Progestin memungkinkan efek antiendometriosis dengan menyebabkan desidualisasi
awal pada jaringan endometrium dan diikuti dengan atrofi. Progestin dapat dianggap
sebagai pilihan utama terhadap penanganan endometriosis karena efektif mengurangi rasa
sakit, seperti danazol.
Hasil dari pengobatan telah dievaluasi pada 3 6 bulan setelah terapi.
Medroxyprogesterone Acetate (MPA) adalah hal yang paling sering diteliti dan sangat
efektif dalam meringankan rasa nyeri. Dimulai dengan dosis 30 mg perhari dan kemudian
ditingkatkan sesuai dengan respon klinis dan pola perdarahan. MPA 150 mg yang
diberikan intramuskuler setiap 3 bulan, juga efektif terhadap penanganan rasa nyeri pada
endometriosis.
Pengobatan dengan suntikan progesterone. Pemberian suntikan progesterone depot
seperti suntikan KB dapat membantu mengurangi gejala nyeri dan perdarahan. Efek
samping progestin adalah peningkatan berat badan, perdarahan lecut, dan nausea. Pilihan
lain dengan menggunakan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) yang mengandung
progesterone, levonorgestrel dengan efek timbulnya amenorrhea dapat digunakan untuk
pengobatan endometriosis.
Strategi pengobatan lain meliputi didrogesteron (20-30 mg perhari baik itu terus-menerus
maupun pada hari ke 5-25) dan lynestrenol 10 mg perhari. Efek samping progestine
meliputi nausea, bertambahnya berat badan, depresi, nyeri payudara, dan perdarahan.
Danazol
Danazol merupakan suatu turunan 17 alpha ethinyltestosterone yang menyebabkan level
androgen dalam jumlah yang tinggi dan estrogen dalam jumlah yang rendah sehingga
menekan berkembangnya endometriosis dan timbul amenorrhea yang diproduksi untuk
implant baru pada uterus sampai ke rongga peritoneal. Cara praktis penggunaan danazol
adalah memulai perawatan dengan 400-800 mg perhari, dapat dimulai dengan
memberikan 200 mg dua kali sehari selama 6 bulan. Dosis dapat ditingkatkan bila perlu
untuk mencapai amenorrhea dan menghilangkan gejala gejala. Tingkat kambuh pada
13 | P a g e
endometriosis terjadi kira kira 5 20 % per tahun sampai ke tingkat kumulatif yaitu 40
% setelah 5 tahun.
Efek samping yang paling umum adalah peningkatan berat badan, munculnya jerawat,
hirsutisme, vaginitis atrofik, kelelahan, pengecilan payudara, gangguan emosi,
peningkatan kadar LDL kolesterol, dan kolesterol total.
Gestrinon
Gestrinon adalah 19 nortesteron yang termasuk androgenic, antiprogestagenik, dan
antigonadotropik. Gestrinon bekerja sentral dan perifer untuk meningkatkan kadar
testosterone dan mengurangi kadar Sex Hormone Binding Globuline (SHBG),
menurunkan nilai serum estradiol ketingkat folikular awal (antiestrogenik), mengurangi
kadar Luteinizing Hormone (LH), dan menghalangi lonjakan LH. Amenorhea sendiri
terjadi pada 50-100% perempuan. Gestrinon diberikan dengan dosis 2,5 10 mg, dua
sampai tiga kali seminggu selama 6 bulan. Efek sampingnya sama dengan danazol tapi
lebih jarang.
dengan
menurunnya
sekresi
FSH
dan
LH
mencapai
keadaan
Aromatase Inhibitor
Fungsinya menghambat perubahan C19 androgen menjadi C18 estrogen. Aromatase P450
banyak ditemukan pada perempuan dengan gangguan organ reproduksi seperti
endometriosis, adenomiosis, dan mioma uteri.
Penatalaksanaan Pembedahan
Pembedahan pada endometriosis adalah untuk menangani efek endometriosis itu
sendiri,
14 | P a g e
yaitu
nyeri
panggul,
subfertilitas,
dan
kista.
Pembedahan
bertujuan
Kasus infertilitas
Usia tua
TERAPI FERTILITAS
15 | P a g e
Tidak ada bukti bahwa terapi medik pada endometriosis bernilai pada kasus subfertilitas. Ablasi
sirurgis pada kasus endometriosis ringan tidak memperbaiki fertilitas, namun manfaat tindakan
tersebut untuk kasus fertilitas berat tidak diketahui secara pasti.
Terapi pembedahan untuk kista endometriotik besar memperbaiki kemungkinan terjadinya
kehamilan dan memungkinkan tindakan intervensi transvaginal bila akan dilakukan IVF sebagai
bagian dari assisted reproductive technique.
16 | P a g e
PROGNOSIS
Endometriosis sulit disembuhkan kecuali perempuan yang sudah menopause.
Setelah diberikan penanganan bedah konservatif, angka kesembuhan 10-20% pertahun.
Endometriosis sangat jarang menjadi ganas.
17 | P a g e
18 | P a g e
19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
20 | P a g e