Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ISSN : 2338-3011
E-mail:armila-kadek@yahoo.com
ABSTRACT
Explant sterilization is one of the important factors that need to be considered in tissue culture in order
to eliminate various sources of contaminants attaced in the explants, including for callus induction. One
of the plant growth regulators used for callus induction was 2,4-D (2,4-Dichlorophenoxyacetic acid).
The study was conducted in two stages. Explant sterilization experiment aims to find a better sterilizing
materials for sterilization explants local palu shallots. Research conducted using completely
randomized design (CRD) with treatment various detergentschemicals sterilizing such as fungicides,
cloroxs, tween 80, bactericide with or without burning (physical treatment) with 4 replications. Callus
induction stage aims to determine the better concentration of plant growth regulator 2,4-D in inducing
callus from explants local palu shallot. Research conducted using completely randomized design
(CRD) with various concentrations of the treatment of 2,4-D i.e M1 = 1.0 ppm, M2 = 1.5 ppm, M3 =
2.0 ppm and M4 = 2.5 ppm, repeated 3 times.The results showed that the use of sterilizing of 1g
bactericide, 1g fungicide, 10% cloroxs and 5% cloroxs with burning suppressed contaminants better
than other treatments. The use of media added 2 ppm 2,4-D produced callus inductionlocal palu onion
better than the other treatments. The use of those media promoted callus formation (25.66 days after
culture) with the percentage of callus formation reaches 91.67%.
Keywords: Local Palu Shallot, 2,4-D, Sterilization, CallusInduction, In Vitro.
ABSTRAK
Sterilisasi eksplan merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan
kultur jaringan, guna mengeliminir berbagai sumber kontaminan yang terbawa pada eksplan, termasuk
untuk induksi kalus. Salah satu zat pengatur tumbuh yang digunakan untuk induksi kalus adalah 2,4D(2,4-Dichlorophenoxyacetic acid). Penelitian dilakukan dalam dua tahap.Percobaan sterilisasi
eksplan bertujuan untuk mengetahui bahan sterilan yang lebih baik untuk sterilisasi eksplan umbi
bawang merah lokal Palu.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan
berbagai bahan kimia sterilan yaitu deterjen, fungisida, cloroxs, tween 80, bakterisida dengan atau
tanpa pembakaran(perlakuan fisik) dengan 4 ulangan.Tahap induksi kalus bertujuan untuk menentukan
konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-D yang baik dalam menginduksi kalus dari eksplan bawang merah
lokal Palu. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan berbagai
129
konsentrasi 2,4-D yaitu M1 = 1,0 ppm, M2 = 1,5 ppm, M3 = 2,0 ppm dan M4 = 2,5 ppm, yang diulang
4 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan sterilan 1g bakterisida, 1g fungisida,
10% cloroxs dan 5% cloroxs disertai pembakaranmampu menekan kontaminan yang lebih baik
dibandingkan perlakuan yang lain. Penggunaan media yang ditambahkan 2 ppm 2,4-D menghasilkan
induksi kalusbawang merah lokal Palu yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Penggunaan media tersebut mempercepat pembentukan kalus (25,66 hari setelah kultur) dengan
persentase pembentukan kalus mencapai 91,67%.
Kata kunci :Bawang Merah Lokal Palu, 2,4-D, Sterilisasi, Induksi Kalus, In Vitro.
PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium ascalonicum L.)
merupakansalah satu komoditas sayuran
rempah yang bernilai ekonomis tinggi. Di
Propinsi Sulawesi Tengah, khususnya di
Lembah Palu terdapat komoditas bawang
merah unggul lokal (Direktorat Perbenihan,
2004). Keunikan bawangmerah lokal Palu
yang membedakan dengan bawang merah
lainnya adalah umbinya mempunyai tekstur
yang padat,lebihgurih dengan aroma khas
yang tidak berubah walaupun disimpan lama
sehingga khusus digunakan untuk pembuatan
bawang goreng (Saleh, 2004).
Bahrudin (2004) melaporkan bahwa
potensi produksi bawang merah lokal Palu
berkisar 8,2-12 ton/ha, sedangkan hasil yang
dicapai petani hanya 4,3 ton/ha. Rendahnya
produksi bawang merah lokal Palu
diantaranya kekurangan jumlah bibit saat
musim tanam, kualitas bibit tidak terjamin
karena
masih
dibudidayakan
secara
konvensional sehingga bibit yang dihasilkan
tidak seragam, berdaya tumbuh rendah dan
mudah terserang hama penyakit (Limbongan
dan Maskar, 2003). Guna mengatasi
permasalahan tersebut, salah satu metode
yang
diharapkan
dapat
menunjang
ketersediaan bibit bawang merah lokal Palu
yang berkualitas adalah dengan melakukan
perbanyakan bibit melalui kultur jaringan.
130
131
S1
S2
Deterjen
Bakterisida+Fungisida
Clorox
Clorox
Deterjen
Bakterisida + Fungisida
Clorox
Clorox
Deterjen
Bakterisida + Fungisida
S3
S4
S5
Clorox
Clorox
Sunlight cair
Bakterisida + Fungisida
Clorox
Clorox
Deterjen
Bakterisida +
Fungisida + tween 80
Clorox
Clorox
Konsentrasi
Lama
Keterangan
bahan sterilan perendaman dan
pengocokan
1 g/l
30 menit
2 g/l + 2 g/l
1 jam
25%
10 menit
10%
5 menit
1 g/l
30 menit
1 g/l + 1 g/l
1 x 24 jam
15%
15 menit
5%
5 menit
1 g/l
1 jam
1 g/l + 1 g/l
1 x 24 jam
Umbi bawang
dibakar
sebelum
dikupas lapisan
kulit dalamnya.
10%
10 menit
5%
5 menit
10 ml
30 menit
0,5 g/l + 0,5g/l
1 x 24 jam
10%
10 menit
5%
5 menit
1 g/l
0,5 g/l + 0,5 g/l
+ 3 tetes
10%
5%
30 menit
30 menit
10 menit
5 menit
132
S2
50,00ab
S3
41,52a
S4
71,73b
S5
99,96c
13,59
Induksi Kalus
Saat Munculnya Kalus. Hasil sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan 2,4-D yang
dicobakan berpengaruh nyata terhadap saat
muncul kalus. Hasil uji BNJ (Tabel 3)
menunjukkan bahwa penggunaan 2 ppm
2,4-D menghasilkan saat muncul kalus lebih
cepat dibanding perlakuan lain, walaupun
tidak berbeda dengan M4 dan berbeda
dengan M1 dan M2.
S1
100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
75,00
M1
83,33
M2
91,67
91,67
M3
M4
Perlakuan
Gambar 1. Rata-Rata Persentase Eksplan Berkalus
pada Media Induksi Kalus
Gambar
diatas
menunjukkan
bahwa
penggunaan 2 dan 2,5 ppm 2,4-D
menghasilkan persentase berkalus yang lebih
banyak disbanding perlakuan lain.
Warna Kalus. Hasil pengamatan secara
visual menunjukkan bahwakalus yang
dihasilkan pada semua perlakuan umumnya
berwarna putih pada saat muncul kalus dan
umumnya berwarna putih kekuningan pada
akhir pengamatan (Tabel 4).
133
II
III
M1
kompak
kompak
kompak
M2
kompak
kompak
kompak
M3
intermediet
intermediet
intermediet
M4
intermediet
intermediet
intermedirt
Pembahasan
Sterilisasi Eksplan. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa eksplan terkontaminasi
oleh jamur dan bakteri.Eksplan yang
terkontaminasi oleh jamur terjadi pada
minggu pertama setelah tanam, ditandai
dengan adanya benang-benang hifa maupun
134
135
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bahan sterilan yang lebih baik untuk
sterilisasi eksplan bawang merah lokal
terdiri dari 1g bakterisida, 1g fungisida,
10% cloroxs dan 5% cloroxs disertai
dengan perlakuan fisik (pembakaran)
Saran
1. Disarankan untuk sterilisasi bawang
merah lokal Palu menggunakan bahan
sterilan terdiri dari 1g bakterisida, 1g
fungisida, 10% cloroxs dan 5% cloroxs
disertai
dengan
perlakuan
fisik
(pembakaran) pada eksplan bawang
merah lokal Palu
2. Disarankan untuk menginduksi kalus
bawang merah lokal Palu dengan
menggunakan
media
MS
yang
ditambahkan 2 ppm 2,4-D.
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin,2004. Penggunaan Taraf Naungan
dan Jenis Mulsa untuk Meningkatkan
Hasil
Bawang
Merah
(Allium
ascalonicum L.) Varietas Lokal Palu.
Jurnal Agroland 11 (2): 161-167.
Basri, Z., 2004. Kultur Jaringan Tanaman.
Universitas Tadulako Press, Palu.
136
137