Вы находитесь на странице: 1из 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Sungai


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian sungai
adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara
terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara).

Sedangkan

berdasar pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 38


tahun 2011 tentang sungai, pengertian sungai adalah alur atau wadah
air alami dan atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air
didalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan
kiri oleh garis sempadan (garis maya dikiri dan kanan palung sungai
yang ditetapkan sebagai pelindung sungai).
Sungai termasuk salah satu wilayah keairan. Wilayah keairan
dapat

dibedakan

menjadi

beberapa

kelompok

yang

berbeda

berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Sudut pandang yang


biasa digunakan dalam pengelompokan jenis wilayah keairan ini antara
lain adalah morfologi, ekologi, dan antropogenik (campur tangan
manusia pada wilayah keairan tersebut). Dari sudut pandang ekologi,
secara umum wilayah sungai juga dapat dimasukkan ke dalam wilayah
keairan, baik wilayah keairan diam (tidak mengalir) dan wilayah keairan
dinamis (mengalir).

1.2 Proses Terbentuknya Sungai


Sungai dapat terbentuk setelah melalui proses dimana air yang
berada di permukaan daratan, baik air hujan, mata air, maupun cairan
gletser, akan mengalir melalui sebuah saluran menuju tempat yang
lebih rendah. Mula-mula saluran yang dilalui ini relatif sempit dan
Page | 1

pendek. Namun, secara proses alamiah aliran ini mengikis darahdaerah yang dilaluinya. Akibatnya, saluran ini semakin lama semakin
lebar dan panjang dan terbentuklah sungai.

1.3 Fungsi Sungai


Secara ringkasnya, sungai memainkan peranan penting dalam
kehidupan seharian manusia serta flora dan fauna. Berikut beberapa

fungsi sungai:
Sungai sebagai Ekologi
Sungai mempunyai fungsi vital kaitaanya dengan ekologi, sungai dan
bantarannya biasanya merupakan habitat yang sangat kaya akan flora
dan fauna sekaligus sebagai barometer kondisi ekologi daerah tersebut.
Komponen ekologi sungai adalah vegetasi daerah badan tebing dan
bantaran sungai seperti kayu mati yang posisinya melintang atau

miring sungai.
Sungai sebagai Sumber Kehidupan
Peraturan Pemerintah nomor 35 tahun 1991 menyebutkan fungsi
sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam
yang mempunyai fungsi serbaguna bagi kehidupan dan penghidupan

manusia.
Sungai sebagai Transportasi
Menurut Agus Maryono 2005, fungsi sungai sebagai transportasi bisa di
lihat dari berbagai kelayakan, yaitu:
a. Kelayakan ekonomi; Transportasi sungai (kapal) memiliki keefektifan
yang sangat tinggi, karena kapal memiliki kapasitas angkut barang
paling efektif.
b. Kelayakan lingkungan; salah satu sebab hancurnya kualitas sungai
dan menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah karena sungai
tidak dimanfaatkan secara optimal sebagai sarana yang murah untuk
transportasi atau rekreasi sejarah dan kondisi di Indonesia.

Page | 2

Sungai sebagai Sumber Ekonomi


Mempunyai fungsi ekonomi, sebagai konsumsi dan kebutuhan berbagai
aktivitas seperti industri, perdagangan dan jasa,pertanian dan wisata
yang dapat menghasilkan nilai ekonomi.
1.4 Permasalahan Sungai
Fungsi sungai bagi kehidupan manusia sangatlah banyak, tetapi
tidak semua dari fungsi-fungsi sungai tersebut bisa terealisasikan bagi
kehidupan manusia, di karenakan banyaknya permasalahan pada
sungai itu sendiri. Berikut permasalahan-permasalahan yang terjadi

pada sungai, yaitu:


Pencemaran sungai
Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan
oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia
dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan

fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia.


Erosi
Erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang
disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan
organisme hidup.

Pendangkalan atau Sedimentasi


Secara umum, pendangkalan sungai dapat terjadi karena adanya
pengendapan partikel padatan yang terbawa oleh arus sungai, seperti
di kelokan sungai (meander), waduk atau dam, ataupun muara sungai.
Partikel ini bisa berupa padatan besar, seperti sampah, ranting, dan
lainnya.

1.5 Sungai di Pulau Bangka

Page | 3

Pulau Bangka merupakan pulau penghasil timah, akibat dari


penambangan timah tersebut maka banyak daerah aliran sungai (DAS)
tercemar dari yang berukuran kecil sampai yang besar termasuk dalam
Wilayah Sungai Baturusa, pada umumnya bagian muara terdapat
permukiman penduduk turun-temurun. Pada saat ini perkampungan
semakin berkembang, apalagi semenjak Bangka-Belitung telah menjadi
provinsi.

Masyarakat

yang

mendiami

muara

dengan

kondisi

keterbukaan saat ini, banyak mengeluh tentang masalah kebanjiran


dan kesulitan air baku yang serius.
Pulau

Bangka

ke

arah

laut

umumnya

berdataran

rendah,

perbedaan pasang surut air laut maksimum sampai 4,2 m, pada bulanbulan tertentu terjadi gelombang besar dan pasang tertinggi yaitu
sekitar bulan Oktober-Desember, menambah parahnya penyusupan air
payau sampai jauh ke daratan dan bertambah tingginya tumpukan
sendimentasi di muara. Bahkan pada sungai-sungai yang tergolong
besar, luasan rawa-rawa bertambah luas akibat tertahannya air di
daratan akibat sedimentasi muara. Disamping itu akibat kualitas air ini
telah menyulitkan penduduk mendapatkan air baku untuk kebutuhan
sehari-hari
Daerah berkembang umumnya terletak pada wilayah muara
sungai yang topografinya relatif datar. Permasalahan umum Pulau
Bangka adalah sungai-sungai yang pendek dan pasang yang tertinggi
menyusup jauh ke darat, maka terjadi kelangkaan air baku untuk
keperluan kehidupan penghuninya pada daerah pantai. Disamping itu
sungai yang pendek, luas daerah aliran yang kecil serta debit yang juga
kecil

pengaruh

arus

laut

yang

dominan

telah

menimbulkan

pendangkalan di muara-muara dan daerah aliran sungai.


Akibat penambangan timah di masa lalu telah terjadi lobanglobang besar yang menjadi penampungan air, bila musim hujan tibaPage | 4

tiba meluap dan mengalir ke daerah lebih rendah dan selanjutnya ke


daerah

aliran

sungai

membawa

sedimen

yang

tinggi

sehingga

membuat pendangkalan pada daerah aliran sungai dan muara sungai.


Bila dicermati dengan seksama tata air daerah ini telah sangat rusak,
antara mana yang sungai dan bekas galian tambang sudah bercampur
baur merusak daerah aliran sungai dan muara sungai. Daerah perairan
sungai di Bangka umumnya memiliki perairan yang dicirikan oleh warna
perairan cokelat tua sampai kehitaman yang disebabkan adanya asam
humat, pH yang relatif rendah, tidak keruh atau transparasi tinggi.

Page | 5

Gambar 1-1. Peta DAS Pulau Bangka

1.6 Sungai Mendo


DAS Mendo memiliki luas sebesar 431,43 km dengan debit sungai
maksimum (QMaks) 25,59 m3/detik, debit sungai minimum (QMin) 3,76

Page | 6

m3/detik serta debit Rata-rata (QRerata) sebesar 14,00 m3/detik


(sumber : analisis konsultan 2010, dinas PU Provinsi Bangka Belitung).
Sungai Mendo adalah sungai yang memiliki panjang sebesar
41,61 yang terletak di Kabupaten Bangka Tengah, yang mengalir secara
terus-menerus dari hulu yang berada di desa Petaling dengan evaluasi
hulu sebesar 50 m menuju hilir yang berada di kota kapur dengan
evaluasi 0 m (sumber : Data umum hidrolosi, analisis banjir DAS
Mendo,analis perhitungan 2010, PU Provinsi Bangka Belitung).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Khoirul Muslih
untuk Tesisnya pada tahun 2014 menunjukkan rerata suhu tertinggi
terdapat di Sungai Menduk yaitu 28.40C pada daerah hulu yang
terdapat aktivitas penambangan timah.
Tingkat kekeruhan di Sungai Menduk terbilang tinggi akibat
tingginya

partikel

tersuspensi

yang

bersumber

dari

aktivitas

penambangan timah. Kekeruhan ini menyebabkan rendahnya penetrasi


cahaya ke dalam kolom perairan. Sungai Menduk memiliki kecerahan
sangat rendah terutama di daerah hulu yang mendapat pengaruh
langsung penambangan timah yaitu hanya berkisar antara 140.59cm
(5.780.10%) dengan tingkat kekeruhan sebesar 45722.03 NTU
(sumber : Tesis Khoirul Muslih, Pengaruh Penambangan Timah Terhadap
Keanekaragaman Ikan Sungai dan Kearifan Lokal Masyarakat di
Kabupaten Bangka).
Hasil pengukuran padatan tersuspensi total (Total Suspended
Solid/TSS) di bagian Hulu Sungai Menduk yang berdekatan langsung
dengan aktivitas penambangan timah memiliki nilai TSS yang tertinggi
dengan rerata 559.2519.96 mg/l NTU (sumber : Tesis Khoirul Muslih,
Pengaruh Penambangan Timah Terhadap Keanekaragaman Ikan Sungai
dan Kearifan Lokal Masyarakat di Kabupaten Bangka).

Page | 7

Aktivitas penambangan yang terjadi di hulu Sungai Menduk


berakibat

pada

(overburden)

hilangnya

yang

material

menghasilkan

bagian

tailing

bawah

sehingga

permukaan

meningkatkan

sedimentasi pada aliran sungai. Penurunan kualitas air pun terjadi


seiring peningkatan laju sedimentasi. Selain menghambat penetrasi
cahaya matahari yang masuk ke perairan sehingga mengganggu
fotosintesis

(fitoplankton),

kekeruhan

yang

tinggi

juga

dapat

mengancam kehidupan organisme akuatik seperti dapat mengganggu


organ pernafasan (insang) dan organ penyaring makanan (sumber :
Tesis

Khoirul

Muslih,

Pengaruh

Penambangan

Timah

Terhadap

Keanekaragaman Ikan Sungai dan Kearifan Lokal Masyarakat di


Kabupaten Bangka).
Nilai pH menunjukkan derajat keasaman dan kebasaan suatu
perairan. Nilai pH dalam perairan sangat dipengaruhi oleh kapasitas
penyangga

(buffer),

yaitu

adanya

garam-garam

karbonat

dan

bikarbonat yang dikandungnya. Derajat keasaman air menjadi salah


satu parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap proses-proses
kehidupan dan susunan spesies dalam ekosistem. Nilai keasaman suatu
perairan nilainya dapat bervariasi tergantung pada suhu perairan,
oksigen terlarut, adanya anion dan kation serta adanya sumber-sumber
asam dari luar perairan seperti gunung berapi dan limbah dari industri.
Nilai pH yang berhasil diukur selama penelitian yang dilakukan Khoirul
Muslih pada tahun 2014 menunjukkan bahwa secara umum baik Sungai
Menduk maupun Sungai Jeruk memiliki pH yang rendah atau asam.
Kondisi perairan dengan pH rendah (asam) memang menjadi ciri
perairan di sebagian besar wilayah Pulau Bangka. Namun bila dicermati
Sungai Menduk memiliki nilai pH yang cenderung. Hal ini terlihat
terutama pH pada bagian hulu Sungai Menduk yang berkisar antara
4.72-4.82 (sumber : Tesis Khoirul Muslih, Pengaruh Penambangan

Page | 8

Timah Terhadap Keanekaragaman Ikan Sungai dan Kearifan Lokal


Masyarakat di Kabupaten Bangka).
Berdasarkan hasil analisis kualitas air, diketahui bahwa tidak
ditemukan adanya kandungan logam berat baik di Sungai Menduk.
Dugaan adanya logam berat di perairan sebagai dampak penambangan
timah ternyata tidak terdeteksi. Aktivitas penambangan timah hanya
berpengaruh nyata di daerah hulu dengan ditunjukkan oleh rusaknya
habitat akibat penebangan vegetasi dan perubahan morfologi sungai.
Sedangkan di bagian tengah dan hilir Sungai Menduk hanya terlihat
nyata pada tingkat kekeruhan, kecerahan dan TSS. Kondisi ekosistem di
sekitarnya yang masih terjaga sehingga masih memiliki karakteristik
habitat yang sama.

(sumber : Tesis Khoirul Muslih, Pengaruh

Penambangan Timah Terhadap Keanekaragaman Ikan Sungai dan


Kearifan Lokal Masyarakat di Kabupaten Bangka).
Sungai Menduk yang keruh akibat sedimentasi dari tailing
penambangan timah mengakibatkan rendahnya komposisi jenis ikan di
perairan tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khoirul Muslih
pada tahun 2014 menunjukkan bahwa hanya terdapat 22 jenis ikan dari
10 famili ikan yang tertangkap di sepanjang Sungai Menduk (sumber :
Tesis

Khoirul

Muslih,

Pengaruh

Penambangan

Timah

Terhadap

Keanekaragaman Ikan Sungai dan Kearifan Lokal Masyarakat di


Kabupaten Bangka).

Page | 9

Gambar 1-2. DAS Sungai Mendo

Page | 10

BAB II
DESKRIPSI KEGIATAN
2.1

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di sungai Mendo yang terletak di

Kabupaten Bangka Tengah, observasi sungai Mendo dilakukan di tiga


titik yaitu bagian hulu yang berada di desa Petaling, bagian tengah
sungai, dan bain dekat hilir sungai yang berada di desa Kotakapur.
Waktu kegiatan
Pengambilan data di PU Provisi Bangka Belitung

maret

2016
Pengambilan data di Fakutas FPPB
Survey lapangan

: 9 maret 2016
: 13 maret 2016

Analisis data
Diskusi kelompok

2.2

: 19 maret 2016
: 20 maret 2016

Sumber Data
Data yang digunakan untuk pembahasan dalam penelitian ini

berupa data sekunderdan data primer. Analisis lapangan lebih ditujukan


pada pengecekan data data yang sudah ada, seperti data sungai Mendo
dan kondisi sungai sesungguhnya, terutama penyebab perubahan yang
terjadi pada aliran air sungai Mendo.

Wawancara dilakukan kepada

masyarakat setempat yang pekerjaan kesehariannya berada di sungai


Mendo, seperti nelayan dan pekerja tailing timah yang benar-benar
memahami dan menguasai persoalan sungai Mendo.
2.3

Alat yang di gunakan

1.

Data awal obyek yang ditinjau

: peta situasi,dll.

2.

Peralatan perekam data

: kamera danperekam suara.

Page | 11

3.

Alat ukur

: meteran dan GPS.

4.

Alat tulis

: buku, bollpoint atau pensil.

2.4

Analisis Data
Analisis pada studi ini di lakukan dengan

menggunakan

metode kuantitatif berdasarkan data yang ada dan secara kualitatif di


lakukan pada saat survey.

Data dan informasi yang di jadikan objek

studi di kumpulkan dan di dapatkan bersumber pada beberapa


penelitian yang terdahulu.
Data

hasil wawancara di analisis dengan menggunakan

teori Teknik Sungai dan berdasarkan fakta-fakta yang ada yang di


jadikan pembanding dalam menganalisis studi ini.

BAB III
3.1

Karakteristik Sungai Mendo

Page | 12

3.1.1 Morfologi Sungai


Morfologi sungai adalah alur sungai yang terbentuk karena
pengaruh bentang alam baik itu hujan dan angin yang menyebabkan
erosi atau sedimentasi yang menciptakan alur sungai tersebut. Faktorfaktor yang mempengaruhi morfologi sungai ialah geometri sungai dan
curah hujan.
3.1.2 Geometri Sungai
Geometri sungai ialah ilmu yang mempelajari tentang bentuk
fisik sungai, umumnya geometri sungai dikelompokkan dalam 3
parameter yaitu : Alur (Planform), Tampang Melintang (Cross section),
dan Tampang Memanjang (Longitudinal profile). Pada sungai Menduk
terdapat alur yang berbentuk bekelok-kelok (Meander). Kemiringan
dasar sungai

(slope) relatif rendah yaitu berkisar antara 0% 15%.

Adapun tampang melintang sungai hanya berupa lebar sungai pada


hulu, tengah, dan hilir sungai yang masing-masing berkisar kurang lebih
20 m, 50 m, dan 70 m. Sedangkan untuk kedalaman sungai berkisar
antara 3 m pada hulu dan 5-7 m pada hilir sungai. Pada tampang
memanjang

sungai

diperoleh

panjang

Berdasarkan klasifikasi sungai menurut


sungai

sungai

yaitu

41,9

km.

Kern (1994) dengan lebar

20 m 70 m, sungai Menduk termasuk kategori sungai

menengah.

Gambar 3.1 Sungai Menduk

Page | 13

DAS

Gambar 2.5 Batas DAS Mendo


Gambar 3.2 Kemiringan Lereng DAS Mendo
3.1.3 Curah Hujan
Curah hujan (presipitasi) adalah banyaknya air hujan atau kristal
es yang jatuh ke permukaan bumi. Semakin banyaknya curah hujan di
daerah dataran tinggi(gunung/bukit) maupun di daerah aliran sungai,
akan mempengaruhi geometri sungai tersebut. Menurut data yang
diperoleh dari BP DAS Pangkalpinang, curah hujan pada sungai Menduk
berkisar dari 2750-3000 mm.

Page | 14

DAS

Gambar 3.3 Curah Hujan DAS Mendo


3.1.4 Morfometri Sungai
Merupakan ukuran kuantitatif karakteristik DAS yang terkait
dengan aspek geomorfologi suatu daerah. Karakteristik ini terkait
dengan proses pengaturan (drainase) air hujan yang jatuh di dalam
DAS. Parameter tersebut adalah luas DAS, bentuk DAS, jaringan sungai,
kerapatan aliran, pola aliran, dan gradien kecuraman sungai. Sungai
Menduk merupakan bagian dari DAS Mendo, dengan luas 410 km 2.
Jaringan sungai berbentuk paralel yang mana dua jalur aliran sungai
yang sejajar bersatu di bagian hilir.

Gambar 3.4 Pola Aliran Sungai DAS Mendo

Page | 15

Tabel 3.1 Inventarisasi Sungai-sungai di DAS


Mendo

Page | 16

3.1.5 Keadaan Tanah


Tanah sangat mendukung terhadap kehidupan tanaman yang
menyediakan hara dan air di bumi. Selain itu, tanah juga merupakan
tempat hidup berbagai mikroorganisme yang ada di bumi dan juga
Gambar 3.5 Batas DAS Mendo
merupakan tempat berpijak bagi sebagian mahluk hidup yang ada di
darat. Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai
penyimpan air dan mencegah terjadinya erosi. Tanah yang terkandung
pada daerah sungai Menduk merupakan jenis tanah type Edoaquepts
dan Hapludox. Edoaquepts yaitu berupa tanah liat dan campuran debu.
Sedangkan tanah Hapludox ialah tanah yang berkembang lanjut,
dengan bahan induk tuf vulkan, tekstur tanahnya ialah liat halus,
struktur gumpal, agak peka terhadap erosi.

Page | 17

DAS

Gambar 3.6 Pola Aliran Sungai DAS Mendo

3.1.6 Tutupan Lahan


Kondisi kenampakan biofisik permukaan bumi yang diamati.
Penggunaan lahan adalah pengaturan, kegiatan dan input terhadap
jenis tutupan lahan tertentu untuk menghasilkan sesuatu, mengubah
atau mempertahankannya. Analisis akan lebih efektif jika data yang
dihasilkan

dari

kedua

istilah

tersebut

digabungkan

karena

memungkinkan mendeteksi lokasi perubahan terjadi, perubahan tipe


dan bagaimana suatu lahan berubah (Jansen dan Gregorio,2002).
Berikut ini merupakan jenis lahan yang berada di DAS Mendo :

Page | 18

Tabel 3.2 Tata Guna Lahan DAS Mendo


3.1.7 Kualitas Air
Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air dilihat dari
karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air seringkali
menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan
kesehatan terhadap air minum. Berdasarkan tesis Khoirul Muslih (2014),
karena adanya aktifitas penambangan timah inkonvensional sungai
Menduk memiliki indeks pencemaran yang lebih tinggi daripada sungai
Jeruk walaupan kedua sungai tersebut masih dikategorikan dalam
kondisi tercemar ringan. Dari penelitian pada 3 stasiun di sungai
Menduk, indeks pencemaran rata-rata 4,21 yang dibandingkan dengan
sungai Jeruk yang indeks pencemarannya rata-rata 1,69. Secara umum,
pencemaran pada sungai Menduk sangat berdampak negatif terhadap
keanekaragaman ekosistem yang ada dan kualitas air sebagai sumber
kehidupan makhluk hidup yang menurun. Kondisi perairan dengan pH

Page | 19

rendah (asam) memang menjadi ciri perairan di sebagian besar


wilayah

Pulau

Bangka.

Namun

bila

dicermati

Sungai Menduk

memiliki nilai pH yang cenderung lebih asam dibandingkan Sungai


Jeruk. Hal ini terlihat terutama pH stasiun 1 Sungai Menduk yang
berkisar antara 4.72-4.82, sedangkan pH di stasiun 1 Sungai Jeruk
lebih tinggi yang berkisar antara 4.79-5.03.

Gambar 3.7 Stasiun Sungai Menduk pada Penelitian Khoirul Muslih

Grafik 3.1 Derajat Keasaman (pH) DAS Mendo

Page | 20

3.2 Sungai Mekong

Berasal dari kata Mae Nam Khong, Mekong merupakan sungai


yang mengalir di enam negara. Hulu sungai ini berada di Cina, tepatnya
di Tibet. Dari Tibet sungai mengalir ke Provinsi Yunan, provinsi Cina
Page | 21

yang berbatasan dengan kawasan Asia Tenggara. Kemudian sungai itu


berlanjut memasuki Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, dan bermuara
di Vietnam kemudian ke Laut Cina Selatan. Panjang sungai ini jauh lebih
panjang jika dibandingkan dengan sungai menduk, dimana sungai
Mekong

memiliki

panjang

yang

mencapai

4.909

kilometer

dan

menjadikan Sungai Mekong sebagai sungai terpanjang di Asia Tenggara


dan salah satu terpanjang di Asia dan dunia.

Page | 22

BAB IV
PERMASALAHAN SUNGAI
4.1 Masalah Sungai Menduk
Berdasarkan hasil survei lapangan dan penelusuran dari berbagai
sumber didapatkan bahwa Sungai Menduk telah mengalami banyak
perubahan jika dibandingkan dengan puluhan tahun silam, perubahan
tersebut tampak sangat nyata pada karakteristik sungai, ekosistem
sungai, menurunnya potensi sungai yang ummnya disebabkan oleh
aktivitas yang tidak berwawasan lingkungan. Adapun permasalahanpermasalahan yang terjadi di Sungai Menduk ditinjau daari beberapa
aspek sebagai berikut :
4.1.1 Aktivitas Tambang Inkonvensional di Hulu Sungai
Pulau Bangka merupakan salah satu daerah dengan deposit
timah terbesar di dunia. Menjadi bagian wilayah dari zona sabuk
timah Asia Tenggara (Southeast Asian Tin Belt) yang memanjang
dari utara ke selatan sepanjang 2800 km dan lebar 400 km,
membentang dari Burma, Thailand ke Semenanjung

Malaysia

dan Kepulauan Indonesia. Secara keseluruhan 9.6 juta ton timah

Page | 23

atau

setara 54% produksi timah dunia berasal dari daerah ini

(Schwartz et al.1995). Kegiatan penambangan timah di Pulau


Bangka tidak hanya melibatkan perusahaan skala besar seperti
PT Timah Tbk dan PT Koba Tin, tetapi juga melibatkan masyarakat
yang lebih dikenal dengan Tambang Inkonvensional (TI) atau
tambang rakyat. TI mulai muncul sejak terjadinya krisis ekonomi
pada tahun 1997. Selanjutnya pertambangan rakyat menjadi
semakin marak setelah diterbitkannya SK Bupati Bangka No.
540.K/271/Tamben/2001

tentang

pemberian

izin

usaha

pertambangan untuk pengolahan dan penjualan (ekspor).


Secara ekonomi aktivitas TI memberi kontribusi terhadap
peningkatan ekonomi masyarakat, karena tingginya pendapatan
masyarakat pelaku usaha TI dibandingkan dengan masyarakat
yang mempunyai jenis pekerjaan lainnya. Tetapi aktivitas tersebut
juga mempunyai pengaruh buruk bagi lingkungan terlebih lagi
ketika penambagan inkonvensional ini dilakukan di area hulu
sungai yang merupakan titik dengan peranan penting dalam
kehidupan sungai. Dapat dibayangkan apabila hulu sungai telah
mengalami kerusakan akibat tambang inkonvensional maka
kemungkinan besar juga memberikan pengaruh buruk terhadap
bagian sungai setelahnya. Kerusakan yang ditimbulkan seperti
sedimentasi

sungai,

menurunya

kualitas

air,

terganggunya

potensi ikan di sungai dan kerusakan lain sebagainya.


4.1.2 Ekosistem Hutan di Sekitar Sungai
Pada beberapa titik wilayah yang ditinjau, terlihat bahwa
hutan disekitar sungai telah dieksploitasi untuk tujuan tertentu
dan termasuk akibat dari aktvitas penambangan yang tidak
berwawasan

lingkungan

sehingga

mengakibatkan

ekosistem

Page | 24

hutan di sekitar sungai terganggu dan berpotensi menyebaban


terjadinya erosi sungai.

4.1.3 Sedimentasi Sungai


Sedimentasi

sungai

merupakan

proses

pengangkutan

material-material oleh aliran air yang kemudian diendapkan pada


suatu wilayah di daerah sungai, sedimentasi ini terjadi secara
alami untuk menjaga keseimbangan sungai. Akan tetapi pada
beberapa kasus peningkatan sedimentasi yang tidak ideal akan
menyebabkan pendangkalan sungai dalam waktu yang singkat

Page | 25

dibandingkan dengan pendangkalan secara alami. Salah satu


kasus di Sungai Menduk yang menyebabkan pendangkalan sungai
adalah akibat dari tambang inkonvensional di bagan hulu Sungai
Menduk tersebut, aktivitas ini menghasilkan limbah buangan
berupa pasir tailing yang kemudian terbawa arus air dan
menendap sebagai sedimen yang menyebaban pendangkalan
sungai secara besar-besaran.
Berdasaran pengamatan di lapangan mengenai aktivitas
sedimentasi, didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Pendangkalan sungai yang sangat drastis terjadi di bagian
hulu, menurut Pak Aleng (masyarakat sekitar Sungai Menduk)
pendangkalan terjadi hingga setengah dari kedalaman sungai
yang pada awalnya 6 meter menjadi 3 meter.
b. Aktivitas

penambangan

inkonvensional

menyebabkan

penumpukan sedimen pasir tailing di bagian tepian sungai


yang selanjutnya mengakibatkan penyempitan lebar sungai.
c. Sedimentasi sungai mengakibatkan aliran air dari hulu ke hilir
terganggu dan menyebabkan perubahan debit aliran.
d. Pendangkalan dan erosi yang terjadi di Sungai Menduk
menyebabkan sungai tidak mampu menampung pemasukan
debit aliran dalam jumlah banyak pada musim hujan. Hal ini
terbukti pada awal 2016 ketika terjadi banjir di Bangka, daerah
sekitar Sungai Menduk juga mengalami hal serupa karena
tidak mampu menampung debit hujan dan mengakibatkan
kerusakan akses jalan dan jembatan di sekitar sungai.

Page | 26

4.1.3 Kualitas Air Sungai


Berdasarkan pengamatan di titik hulu, titik tengah, dan titik
hilir, terlihat bahwa kualitas air di Sungai Menduk dikategorikan
buruk. Hal ini dikarenakan banyaknya suspensi terlarut di dalam
air yang diakibatkan dari akivitas penambangan di hulu seperti
logam berat dan pasir tailing. Penurnaan kualitas air di Sungai
Menduk ini berbanding lurus dengan laju sedimentasi sungai,
yaitu semakin besar laju sedimentasi maka tingkat kekeruhan air
juga semakin tinggi dan berbanding terbalik dengan tingkat
kecerahan perairan, yaitu semakin tinggi tingkat kekeruhan
perairan makan semakin menurun tingkat kecerahannya karena
sinar matahari akan terhalang oleh partikel-partikel yang terlarut
di dalam air.
Berdasarkan penelitian di lapangan terlihat bahwa kulaitas
air yang paling buruk terdapat di bagian hulu karena paling dekat
dengan aktivitas penambangan timah, dan kualitas air di bagian
hilir lebih baik dikarenakan sebagian besar partikel-partikel dari
aktivitas penambangan telah mengendap ketika di perjalanan
menuju hilir.
Page | 27

4.1.4 Kondisi Akuatik Sungai


Hasil wawancara terhadap beberapa narasumber yang
berprofesi sebagai nelayan di sekitar Sungai Menduk mengatakan
bahwa terjadinya penurunan potensi akuatik sebagai berikut :
1. Jumlah ikan yang didapatkan dari hasil nelayan berkurang
seiring waktu
2. Beberapa spesies ikan punah dikarenakan tidak mampu
beradaptasi

dengan

lingkungan

perairan

sungai

yang

terkontaminasi
Page | 28

Berdasarkan

penelitian

Khioirun

Muslih

(2014)

yang

membandingkan antara potensi akuatik Sungai Jeruk dan Sungai


Menduk mengatakan bahwa penurunan potensi akuatik di Sungai
Menduk menurun diarenakan kualitas air di Sungai Menduk
tercemar ringan hingga tercemar berat di bagian hulu. Berikut
adalah kesimpuan dari penelitian Khoirun Muslih (2014) :
1. Aktivitas penambangan timah berpengaruh terhadap kualitas
air Sungai Menduk terutama kecerahan, kekeruhan, dan TSS
yang berbeda dengan Sungai Jeruk yang masih alami. Sungai
Menduk berdasarkan IP dapat dinyatakan tercemar ringan,
sedangkan Sungai Jeruk juga tercemar ringan. Kondisi habitat
dilihat dari indeks habitat Sungai Menduk bagian hulu,
termasuk dalam kondisi gangguan berat. Sedangkan di bagian
lainnya dikategorikan optimal/minim gangguan. Sementara
itu, Sungai Jeruk secara keseluruhan masih dalam kondisi
optimal.
2. Komposisi jenis ikan yang ditemukan di Sungai Jeruk lebih
banyak dan beragam dibandingkan dengan Sungai Menduk.
Jenis yang ditemukan di Sungai Jeruk berjumlah 36 jenis ikan
dari 16 famili, sedangkan Sungai Menduk yang keruh akibat
sedimentasi tailing penambangan timah hanya ditemukan 21
jenis ikan dari 10 famili. Sungai Menduk memiliki nilai indeks
keanekaragaman yang lebih kecil bila dibanddingkan dengan
Sungai Jeruk.

4.1.5 Perekonomian Masyarakat

Page | 29

Berdasarkan survei yang dilakukan di sekitaran Sungai


Menduk, masyarakat memanfaatkan potensi sungai tersebut
sebagai area penambangan inkonvensional, nelayan, dan pada
bagian hulu direncanakan dibentuk area persawahan untuk
meningkatkan taraf perekonomian masyarakat di sekitar Sungai
Menduk yang merupakan bagian dari Proyek Pertahanan Pangan
Bangka Induk.
Perikanan merupakan potensi utama masyarakat di sekitar
Sungai Menduk pada saat ini namun pada kenyataannya dermaga
yang dibuat untuk kepentingan perikanan di daerah tersebut
telah rusak oleh potensi daya rusak air dan karena banjir pada
2016, oleh sebab itu diperlukan perencanaan ulang dermaga ikan
di daerah Sungai Menduk untuk meningkatkan kinerja perikanan
tersebut.

Page | 30

4.2 Masalah Sungai Mekong


Tenaga air adalah sumber utama energi di banyak negara Asia
Tenggara. Salah satu sumber air itu adalah Sungai Mekong. Tapi
pembuatan

bendungan

untuk

menampung

air

sungai

itu

akan

berdampak bagi habitat di kawasan itu.


Sungai Mekong diketahui sebagai sumber penting bahan pangan
dan habitat kehidupan sekitar 70 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara.
Sungai itu mengalir melalui enam negara. Cina, Myanmar yang dikenal
dengan Birma, Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam.

Page | 31

Akibat kebutuhan dan konsumsi energi di dalam kawasan Asia


Tenggara itu, empat bendungan pembangkit listrik tenaga air dibangun
di bagian hulu. Sungai Mekong di wilayah Cina. bendungan lainnya
direncanakan dibangun di Laos, Thailand dan Kamboja. Sejumlah studi
kini memprediksi, jika bendungan-bendungan itu dioperasikan, akan
merugikan

pembangunan,

perekonomian

lokal,

jaminan

pasokan

makanan, dan menggangu habitat hidup sebagian dari 70 juta


penduduk di kawasan itu.
Cina merencanakan membangun lebih dari empat bendungan di
kawasan hulu Sungai Mekong. Laos juga merencanakan membangun
lebih dari 20 bendungan pembangkit tenaga air sampai tahun 2020.
Bagaimanapun 90 persen dari potensi hidropower Sungai Mekong
berada di Cina, karena potensi bagian hilir sungai itu hanya sekitar 10
persen.
Carl Middleton, direktur program Asia Tenggara pada organisasi
International Rivers mengatakan "Akibat bendungan-bendungan itu
ketinggian air dan kualitas air sungai akan berubah. Ini akan
berdampak

pada

produksi

perikanan,

akan

berdampak

pada

Page | 32

penanaman sayuran di sepanjang sungai itu. Jadi secara keseluruhan


dapat berdampak pada ekonomi lokal. Ada 11 bendungan yang
direncanakan dibangun di bagian hilir sungai Mekong akan memblokir
migrasi utama ikan-ikan. Sekitar 70 persen penangkapan komersial
ikan-ikan di Sungai Mekong tergantung pada migrasi ikan. Jadi jika
dibangun bendungan di aliran Sungai Mekong, ini berarti ikan-ikan ini
tidak dapat bermigrasi dan akan berdampak pada jaminan pasokan
makanan jutaan orang di kawasan Sungai Mekong.

Kehidupan penduduk Vietnam sangat dekat dan tergantung pada Sungai Mekong

Banyak pakar berpendapat jika semua bendungan ini dibangun,


Sungai Mekong akan berubah menjadi sejumlah danau dan berfungsi
sungai itu hanya sebagai penyambung bendungan-bendungan tersebut.
Mereka percaya, jika ke-enam negara di kawasan Sungai Mekong tidak
membicarakan dan mencari solusi bersama, kawasan itu akan terancam
bencana ekologis.

Page | 33

BAB V
POTENSI SUNGAI
5.1 Potensi Sungai Menduk
Berdasarkan hasil diskusi kelompok, didapatkan potensi-potensi
Sungai Menduk sebagai berikut :
1. Sebagai tempat pembibitan benih-benih ikan untuk meningkatkan
taraf kehiduppan ekonomi masyarakat sekitar Sungai Menduk
2. Sebagai objek pariwisata mengingat Sungai Menduk berada di
daerah Kota Kapur yang merupakan kota bersejarah di Bangka
Belitung
3. Sungai Menduk dapat dijadikan akses laut yang lebih efektif
dibandingkan

dengan

akses

darat

karena

sungai

tersebut

menghubungkan beberapa wilayah seperti Kota Kapur, Air Pndan,


Labuh, Menduk dan Petaling karena apabia menggunakan akses
darat jarakya lebih jauh

Page | 34

4. Sungai Menduk dapat dijadikan jalur pelayaran menuju beberapa


tempat pariwisata seperti pulau lampu dan pulau-pulau kecil lain
yang dapat diakses melalui jalur perairan tersebut
5. Sebagai hutan wisata bakau karena Kota Kapur yang merupakan
salah satu wilayah yang berada di Sungai Menduk memiliki potensi
agro yang sangat berlimpah terkhusus buah-buahan seperti duku,
rambai, durian dan buahan lain sebagainya
6. Air sungai Menduk dapat dialirkan untuk mengairi persawahan yang
akan dibuat disekitar sungai tersebut yang merupakan agenda
pertahaan pangan kabutpaten Bangka Induk
5.2 Potensi Sugai Mekong
Sungai Mekong yang berdebit air maksimum 39.000 meter kubik
per detik, merupakan sungai yang menghidupi 100 suku bangsa di
pinggirannya. Ia juga menghasilkan 1,3 juta ton ikan dan membuat
subur lahan-lahan pertanian padi di pinggirannya. Beberapa negara
seperti Thailand dan Vietnam memanfaatkannya untuk mengairi sawahsawah yang kemudian diproduksi menjadi beras siap ekspor, termasuk
ke Indonesia. Di lingkungan sungai ini terdapat beberapa satwa
endemik seperti ikan patin mekong yang berukuran raksasa, lumbalumba air tawar irawaddy, dan buaya siam.
Sungai Mekong dan sungai Menduk sama-sama dimanfaatkan
menjadi sumber kehidupan bagi para nelayan, dimana sungai Mekong
dan sungai Menduk mengandung berbagai satwa endemic.

Page | 35

Nelayan Sungai Mekong

BAB VI
SARAN DAN SOLUSI
6.1 Saran dan solusi sungai Menduk

Page | 36

Berdasarkan hasil diskusi kelompok, didapatkan beberapa solusi


dan saran yang harus dilakukan untuk menjadikan Sungai Menduk lebih
berpotensi :
1. Menghentian penambangan inkonvensional di daerah hulu sungai
untuk mengembalikan kualitas air sungai yang tercemar oleh
partikel radioaktif limbah tailing hal ini juga dapat menguraki
distribusi seimen yag menyebabkan pendangkalan sungai
2. Diharapkan pemerintah ikut bekerjasama untuk melakukan fungsi
pengendaian

dan

pengawasan

terhadap

pelaku

tambang

inkonvensional agar tidak melakukan kerusakan di daerah Sungai


Menduk
3. Melakukan reboisasi di daerah sungai yang telah tandus dengan
berbagai macam tanaman sehingga mengurangi erosi di daerah
sungai
4. Memperbaiki dermaga/pelabuhan ikan di Kota Kapur agar nelayan
bisa lebih efektif dalam melakukan aktifitas pelayarannya, selain
sebagai tempat pelabuhan ikan juga dapat dijadikan pelabuhan
untuk pelayaran wisata
5. Membuat jembata baru yang lebih baik untuk menghubungkan
antar wilayah yang dipisahkan oleh Sungai Menduk karena akses
jembatan sebelunya telah rusak akibat banjir yag melanda pada
awal 2016.
6.2 Saran dan Solusi sungai Mekong
Carl

Middleton

dari

organisasi

Rivers

International

juga

mengusulkan solusi untuk masalah bendungan sungai Mekong :


"Saya pikir perlu adanya kesadaran lebih luas terhadap bentuk
kontribusi sungai itu untuk menjamin habitat kehidupan di kawasan
Sungai Mekong. Dan saya pikir juga harus benar-benar diselidiki cara-

Page | 37

cara alternatif untuk membangkitkan energi listrik. Yang juga tidak


kalah penting adalah di Thailand dan Vietnam terdapat banyak pilihan
untuk meningkatkan efisiensi energi.
Sungai Mekong dan sungai Menduk sama-sama dimanfaatkan
menjadi sumber kehidupan bagi para nelayan, dimana sungai Mekong
dan sungai Menduk mengandung berbagai satwa endemic.
Pengelolaan bagian hulu sungai Mekong dan Sungai Menduk
dikelola dengan cara yang berbeda, dimana jika di sungai menduk
bagian hulu banyak terdapat aktivitas penambangan timah yang
menyebabkan berkurangnya kualitas air di sepanjang sungai sehingga
ikan dan udang yang hidup di sungai menduk semakin berkurang dari
tahun

ke

tahun

akibat

terkontaminasi

dari

limbah

aktivitas

penambangan timah tersebut.


Sedangkan bagian hulu sungai Mekong dibangun lebih dari empat
bendungan di kawasan hulu Sungai Mekong, walupun bendungan
berfungsi untuk pembangkit listrik tenaga air "hydropower" namun
akibat bendungan-bendungan itu ketinggian air dan kualitas air sungai
akan berubah. Ini akan berdampak pada produksi perikanan, akan
berdampak pada penanaman sayuran di sepanjang sungai itu. Jadi
secara keseluruhan dapat berdampak pada ekonomi lokal.
Karena itulah, baik sungai Menduk dan sungai Mekong tetap
diperlukan kesadaran lebih luas oleh pemerintah dan masyarakat
terhadap

bentuk

kontribusi

sungai

itu

untuk

menjamin

habitat

kehidupan dan dampak pada ekonomi lokal di kawasan Sungai Mekong


dan sungai Menduk.

Page | 38

BAB VII
PENUTUP
7.1
Kesimpulan
1. Dasar permasalahan yang ada pada sungai menduk adalah keruh
dan berkurangnya pH air sungai yang di akibatkan oleh
penambangan timah dan mengakibatkan jumlah ikan dan udang
berkurang yang merugikan bagi masyarakat yang berprofesi
sebagai nelayan.
2. Kurangnya

kesadaran

masyarakat

untuk

tidak

melakukan

penambangan timah di hulu sungai Menduk.


3. Tidak adanya tindakan khusus untuk melakukan perawatan
maupun pemeliharaan dari Pemerintah.
4. Baik sungai Menduk dan sungai Mekong tetap diperlukan
kesadaran lebih luas oleh pemerintah dan masyarakat terhadap
bentuk kontribusi sungai itu untuk menjamin habitat kehidupan
dan dampak pada ekonomi lokal di kawasan Sungai Mekong dan
sungai Menduk.

Page | 39

LAMPIRAN

Gambar 1. Bagian Hulu Sungai Menduk yang berada di Desa


Petaling, Kecamatan Mendo Barat

Page | 40

Gambar 2. Aliran di Hulu Sungai Menduk yang


melintasi jembatan

Gambar 3. Aktivitas memancing warga sekitar di bagian hulu


Sungai Menduk

Page | 41

Gambar 4. Terlihat Tim kami sedang mencoba bertanya kepada warga sekitar yang
berada didekat sungai untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi terkini dari
sungai menduk

Page | 42

Gambar 5 . Sempadan sungai

Gambar 6. Kondisi Sungai Menduk di bagian pertengahan

Page | 43

Gambar 7. Jembatan putus akibat banjir beberapa waktu yang lalu

Gambar 8. Perahu Karet digunakan sebagai sarana penghubung sementara


pengganti jembatan putus

Page | 44

Page | 45

Gambar 9 Aktivitas nelayan sekitar di Sungai Menduk

Page | 46

Вам также может понравиться