Вы находитесь на странице: 1из 5

ANTRAKNOSA CABAI

Dua penyakit utama pada pertanaman cabai adalah antraknosa dan bercak
daun Cercospora. Kerugian yang disebabkan oleh antraknosa ini dapat mencapai
60 % atau lebih (Duriat et al., 1991; Hartman dan Wang, 1992; Setiyowati, 2007).
Pada kondisi lingkungan yang optimum bagi perkembangan patogen, penyakit ini
dapat menghancurkan seluruh areal pertanaman cabai (Prajnanta, 1999 dalam
Setiyowati 2007). Beberapa spesies penyebab antraknosa di Indonesia ialah
Colletotrichum acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici. Di antara spesies
tersebut C. acutatum adalah jenis yang pertama dilaporkan dan paling dominan di
Indonesia (AVRDC 2009). Spesies ini lebih virulen dibandingkan dengan C.
gloeosporioides dan C. capsici (Mongkolporn et al. 2010 dalam Rosidah 2014).
Penyakit antraknosa sukar dikendalikan karena infeksi patogennya bersifat
laten dan sistemik, penyebaran inokulum dilakukan melalui benih (seed borne)
atau angin serta dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit dalam tanah.
Cendawan C. capsici dapat menyerang inang pada segala fase pertumbuhan.
Serangan patogen antraknosa pada fase pembungaan menyebabkan persentase
benih terinfeksi tinggi walaupun benih tampak sehat (Sinaga, 1992 dalam
Setiyowati. 2007).
Cendawan pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak
cendawan menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. cendawan
menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah- buah. Cendawan
hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai
tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu cendawan

dapat mempertahankan diri dalam sisa - sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium
disebarkan oleh angin. Aservulus dangkal, seta bersekat 12. Konidium hialin,
berbentuk bulat telur dengan kedua ujungnya agak runcing (Sinaga, 2006).
Umumnya, spora cendawan patek disebarkan oleh angin. Bisa juga melalui
peralatan pertanian, bahkan manusia. Cendawan dapat menginfeksi biji dan
bertahan dalam sisa-sisa tanaman sakit. Tanaman inang lain lain yang diserang
oleh cendawan ini diantaranya yaitu bawang-bawangan, jambu mete, srikaya,
sirsak, teh, pepaya, tapak dara, beras tumpah (Dieffenbachia saguine).
Penyakit muncul dari spora yang dihasilkan pada buah atau daun tanaman
yang sakit. Guyuran air menjadi faktor pendorong penyebaran spora jamur pada
partikel tanah. Suhu optimum agar terjadi infeksi pada buah yaitu 20-24C dengan
kondisi kelembaban permukaan buah yang cukup. Semakin lama periode
kelembaban permukaan buah, maka semakin besar keparahan penyakit
antraknosa. Buah yang berada dekat dengan permukaan tanah adalah yang paling
mungkin terkena infeksi melalui kontak tanah akibat guyuran hujan atau secara
langsung.

Gambar 1. Gejala antraknosa

Gambar 2. Spora C.

gloeosporioides
Pengendalian Penyakit Antraknosa atau Patek dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain dengan melakukan:
1. Melakukan perendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama
30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan
pyrimidin (0.05-0.1%) sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati.
2. Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum pindah
tanam.
3. Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat
melakukan pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan
tidak menyentuh) luka pada tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang
sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu
banyak bersinggungan dengan tanaman/buah yang masih sehat.
4. Penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili
solanaceae(terong, tomat dll) atau tanaman inang lainnya misal pepaya karena
berdasarkan penelitian IPB patogen antraknosa pada pepaya dapat menyerang
cabai pada pertanaman.
5. Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada
periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi..
Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan
penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau
kontak atau bisa juga gabungan keduanya.

6. Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam


perak sinar matahari dapat dipantukan pada bagian bawah permukaan
daun/tanaman sehingga kelembaban tidak begitu tinggi.
7. Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang
70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi
kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman
semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar.
8. Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za,
ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi.
9. Penyiangan / sanitasi gulma atau rumput-rumputan agar kelembaban berkurang
dan tanaman semakin sehat.
10. Jangan menanam cabai dekat dengan tanaman cabai yang sudah terkena lebih
dahulu oleh antraknosa / patek, ataupun tanaman inang lain yang telah
terinfeksi.
11. Pengelolaan drainase yang baik di musim penghujan.

Asian Vegetable Research and Development Center [AVRDC]. 2009.


Development of Locally Adapted, Multiple DiseaseResistent and High
Yielding Chili (Capsicum annuum) Cultivars for China, India, Indonesia,
and Thailand Phase II. Taiwan (TW): AVRDC Publication.
Rosidah, S., dkk. 2014. Pendugaan Parameter Genetika Ketahanan Tanaman
Cabai terhadap Penyakit Antraknosa. J Fitopatol Indones Vol 10 (6) : 202209
Setiyowati, H., dkk. 2007. Pengaruh Seed Coating dengan Fungisida Benomil dan
Tepung Curcuma terhadap Patogen Antraknosa Terbawa Benih dan
Viabilitas Benih Cabai Besar (Capsicum annuum L.). Bul. Agron. Vol.35
(3) : 176 182

Вам также может понравиться