Вы находитесь на странице: 1из 8

MANAJEMEN BENCANA

TANAH LONGSOR

Disusun Oleh:
Ulul Karima

14020113120054

Choiri Suhaila

14020113120062

Kiki Artadianti Rukmana

140201131200

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

A. Definisi Tanah Longsor


Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak kebawah atau keluar
lereng. Proses terjadinya tanah longsor diawali oleh air yang meresap ke dalam tanah
akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai ke tanah kedap air
yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan
diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
B. Jenis-Jenis Tanah Longsor
Ada enam jenis tanah longsor, yaitu longsor translasi, longsor rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Di indonesia jenis longsor
yang paling sering terjadi adalah longsor translasi dan longsor rotasi. Sementara itu,
jenis tanah longsor yang paling banyak memakan korban jiwa adalah aliran bahan
rombakan.

Berikut

uraian

dari

keenam

jenis

tanah

longsor

tersebut:

1. Longsor Translasi
Longsor ini terjadi karena bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsor Rotasi
Longsoran ini muncul akibat bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok terjadi karena perpindahan batuan yang bergerak pada bidang
gelincir berbentuk rata. Longsor jenis ini disebut juga longsor translasi blok batu.
4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi saat sejumlah besar batuan atau material lain bergerak
kebawah dengan cara jatuh bebas. Biasanya, longsor ini terjadi pada lereng yang
terjal sampai menggantung, terutama di daerah pantai. Runtuhan batu-batu besar
dapat menyebabkan kerusakan parah.
5. Rayapan Tanah
Longsor ini bergerak lambat serta serta jenis tanahnya berupa butiran kasar dan
halus. Longsor ini hampir tidak dapat dikenal. Setelah beberapa lama terjadi
longsor jenis rayapan, posisi tiang-tiang telepon, pohon-pohon, dan rumah akan
miring kebawah.
6. Aliran Bahan Rombakan
Longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air dan terjadi di
sepanjang lembah yang mencapai ratusan meter jauhnya. Kecepatan bergantung
pada kemiringan lereng, volume air, tekanan air dan jenis materialnya.
C. Faktor-faktor yang menyebabkan longsor

Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari
gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan
kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut
kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi
batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan
penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan
sebagai faktor alam dan faktor manusia:
1. Faktor Alam
- Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu
-

lempung, strukutur sesar dan kekar, gempa bumi, stragrafi dan gunung berapi.
Iklim : curah hujan yang tinggi.
Keadaan topografi : lereng yang curam.
Keadaan air : kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi

dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.


Tutup lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.
Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin, dan

getaran lalu lintas kendaraan.


2. Faktor Manusia
- Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.
- Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
- Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
- Penggundulan hutan.
- Budidaya kolam ikan diatas lereng.
- Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
- Pengembangan wilayah yang tidak di imbangi dengan kesadaran masyarakat,
-

sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan sendiri.


Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.

D. Tanda-Tanda Tanah Longsor


- Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing. Biasanya
-

terjadi setelah hujan.


Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
Jika musim hujan biasanya air tergenang, menjelang bencana itu, airnya langsung

hilang.
Pintu dan jendela yang sulit dibuka.
Runtuhnya bagian tanah dalam jumlah besar.
Pohon/tiang listrik banyak yang miring.
Halaman/dalam rumah tiba-tiba ambles.

E. Wilayah yang rawan tanah longsor di Indonesia


Di Indonesia, terdapat ratusan lokasi rawan longsor dengan kerugian setiap tahunnya
mencapai miliaran rupiah. Berikut daerah-daerah yang berpotensi rawan longsor
yaitu:
- Jawa Tengah ( 327 lokasi )
- Jawa Barat ( 276 lokasi )
- Sumatera Barat ( 100 lokasi )
- Sumatera Utara ( 53 lokasi )
- Yogyakarta ( 30 lokasi )
- Kalimantan Barat ( 23 lokasi )
F. Pencegahan terjadinya bencana alam tanah longsor
- Jangan membuka lahan persawahan dan membuat kolam di lereng bagian atas di
-

dekat pemukiman
Buatlah terasering ( sengkedan ) pada lereng yang terjal bila membangun

pemukiman.
Segera menutu retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah

dan melalui retakan tersebut.


Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak.
Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.
Jangan menebang pohon di lereng.
Jangan membangun rumah di bawah tebing.

G. Hal-hal yang dilakukan selama dan sesudah terjadi bencana


a. Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tangga darurat adalah penyelamatan dan
pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah.
b. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan
sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannay supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi
korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
c. Rekontruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak
menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh
tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada
jalur tanah longsor hampir 100%.
STUDI KASUS LONGSOR BANJARNEGARA
Bencana longsor tanah merupakan salah satu jenis bencana alam yang
banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar,

seperti: rusak-nya lahan pertanian, kawasan permukiman, jalan, jembatan, irigasi,


dan prasarana fisik lainnya. Menurut data Badan Geologi Kementerian ESDM,
Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah / kabupaten
dengan tingkat kerawanan paling tinggi dalam hal bencana longsor di Jawa
Tengah. Sejak tahun 1955 tercatat sudah tiga kali terjadi bencana longsor di
wilayah itu dengan jumlah korban mencapai angka 546 jiwa yang meninggal
dunia akibat bencan tanah longsor.
Pada tanggal 16 April 1955 pernah terjadi bencana tanah longsor di Dusun
Lagetang, Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. 351 orang
dinyatakan tewas akibat tertimbun tanah longsor di wilayah pegunungan Dieng
itu.
Pada tanggal 4 Januari 2006, kembali terjadi tanah longsor di Dusun
Gunungraja, Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara.
Sebanyak 90m orang dinyatakan tewas tertimbun tanah longsor dan hanya 76
orang yang berhasil ditemukan, sisanya terkubur di bawah longsoran bersama
dengan puluhan rumah tanpa diketahui di mana posisi tepatnya. Akibat peristiwa
longsor Sijeruk diperkirakan menelan kerrugian marterial hingga 7 milliar
rupiah.
Pada 12 Desember 2014 kembali terjadi tanah longsor di Dusun Jemblung,
Desa Sampang Kabupaten Banjarnegara. Korban jiwa sementara dinyatakan 105
jiwa yang tertimbun longsor, hingga kemarin (Senin, 15/12) siang baru ditemukan
51 orang, sisanya masih terkubur longsoran tanah, dan hingga hari ini masih
dalam proses pencarian / evakuasi. Ratusan rumah ikut terkubur longsoran tanah.
Bencana tanah longsor kembali terjadi di Desa Clapar, Kecamatan Madukoro,
Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah terus berlangung. Jumlah rumah
mengalami rusak berat terus bertambah hingga Ahad siang 27 Maret 2016.
Berdasarkan data BPBD Banjarnegara, 14 rumah rusak parah, 7 rumah rusak
sedang, dan 29 rumah rusak ringan. Selain itu, ada 98 rumah yang terancam.
Hingga kemarin tercatat 281 jiwa mengungsi di 24 lokasi pengungsian. Saat ini
beberapa diantaranya ibu hamil, bayi, balita, dan penduduk usia lanjut. Mereka
saat ini masih mengungsi di tempat yang lebih aman yang tersebar di beberapa
lokasi. Baik di rumah-rumah warga, dan fasilitas pendidikan. Menurut kondisi
geologi dan topografinya, daerah tersebut secara alamiah memang mudah
longsor. Longsor terjadi pada area yang cukup luas, yaitu lima hektar tanah yang

bergerak sejauh 1,2 kilometer. Bencana tersebut, terjadi berulang. Pada Jumat
pagi, terhitung sembilan rumah rusak berat, tiga rumah rusak sedang, dua rumah
rusak ringan, dan 29 rumah terancam longsor susulan. Sebanyak 158 jiwa warga
RT 3-5 di RW I mengungsi ke SD 2 Clapar, Madukara.
Sebanyak 300 personel gabungan dari BPBD Kabupaten Banjarnegara, bersama
Kodim 0704 Banjarnegara, Polres Banjarnegara, Banser, PMI, Tagana, Bela
Negara, dan relawan membantu evakuasi warga ke tempat yang aman.
Seorang warga, Ani, 32 tahun, khawatir longsor akan merembet ke tempat
tinggalnya. Warga RT 001/RW 001, itu sudah mengemasi barangnya. Nanti
malam atau besok akan kami bawa ke tempat pengungsian, kata saat ditemui di
rumahnya. Saat ini dia masih beraktifitas seperti biasanya sambil menunggu
instruksi dari petugas BPBD. Tipe longsoran yang terjadi adalah longsoran
merayap (soil creep) yang bergerak secara perlahan-lahan sehingga masyarakat
dapat mengantisipasi dengan melakukan evakuasi. (KOMPAS, 27 maret 2016)
"Gubernur Jawa Tengah telah memerintahkan BPBD Provinsi Jawa Tengah dan
BPBD terdekat, seperti BPBD Kabupaten Wonosobo, Banyumas, Purbalingga,
dan Cilacap membantu evakuasi dan pemenuhan kebutuhan dasar bagi pengungsi.
Logistik dan peralatan dikerahkan ke lokasi. Posko penting, seperti pengungsian
dan dapur umum, telah didirikan".
H. Rayapan (CREEP)
Tipe longsoran yang terjadi di banjarnegata yaitu , Rayapan (CREEP).
Rayapan atau rangkak didefinisikan sebagai gerakan tanah atau batuan pembentuk
lereng yang kurang lebih kontinyu dalam arah tertentu. Rayapan ini bisa terjadi pada
tanah didekat permukaan maupun dalam kedalaman tertentu. Proses rayapan sering
digambarkan sebagai pristiwa geser kental (viscous shear) yang menyebabkan
deformasi permanen, tapi tidak ada keruntuhan seperti longsoran.
Umumnya, besarnya gerakan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : kuat
geser lempung, sudut lereng, tinggi lereng, waktu kondisi kelembaban dan ketebalan
zona rayapan aktip (Lytton dan Dyke, 1980).
I. Macam-macam Rayapan
Ter-Stepanian (1966) membedakan deformasi oleh akibat rayapan menjadi
tiga macam , yaitu :
a. Rayapan Translasional (translational atau planar creep)
b. Rayapan rotasional (rotational creep)
c. Rayapan umum (general creep)

Gambar 1.1
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah di Jawa Tengah

DAFTAR PUSTAKA

Christady Hari. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Yogyakarta: GADJAH MADA
UNIVERSITY PRESS
Sudibyakno. 2011. Manajemen Bencana di Indonesia Kemana?. Yogyakarta: GADJAH
MADA UNIVERSITY PRESS

Referensi Lain :
http://regional.kompas.com/read/2016/03/25/20301391/Longsor.di.Banjarnegara.158.Orang.
Mengungsi
https://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsor
https://m.tempo.co/read/news/2016/03/27/058757192/tanah-longsor-di-banjarnegara-terusbergerak
http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_alam

Вам также может понравиться