Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
M.Taufiqurrahman
21100113130116
ANALISIS
Basement adalah Batuan terdiferensiasi yang menjadi dasar dan
diidentifikasikan sebagai batuan tertua di wilayah manapun. Pada soal latihan
yang diberikan pada praktikum, basement adalah batuan metamorf. Batuan
tersebut berumur kurang lebih 90 ma (million years ago). Batuan metamorf ini
menunjukkan bahwa batuan awal terbentuk pada masa ini, dimana lapisan lain
terbentuk bertahap diatasnya. Proses metamorfisme dapat berlangsung pada zona
magmatisme. Pada salah satu sumur, ditemukan batuan metamorf yang diintrusi
oleh batuan lain yaitu granit.
Gambar.1.0. Basement
Umur lapisan yang terendapkan ini adalah lebih dari 35 ma. lapisan ini
merupakan litologi dengan ukuran butir pasir dan terdapat struktur sedimen
berupa channel lag dibagian bawahnya. Hal ini mengindikasikan bahwa supply
sedimen pada saat itu yang banyak, diakibatkan oleh proses pelapukan, erosi dan
transpostasi yang intensif, didukung oleh iklim pada saat itu. Ukuran butir pada
section ini cenderung menghalus ke atas atau Finning Upward, diinterpretasikan
bahwa arus yang membawa sedimen ini mulanya sangat kecang sehingga hanya
mampu mentransportkan sedimen dengan ukuran butir yang kasar.Ukuran butir
yang lebih halus umumnya akan terendapkan pada arus yang tenang. Ciri
penampang lapisan pada section ini mempunyai ciri yang cocok dengan lapisan
pada daerah pointbar sungai pada umumnya. Diatas lapisan berupa pasir tersebut,
terdapat perselingan batupasir dan batulanau dengan kecenderungan ukuran yang
hampir sama atau mencirikan agradasi. Hal ini diperkirakan terbentuk akibat
supply sedimen yang mulai berkurang dan arus sungai yang mulai memiliki
kecenderungan atau pola. Hal ini dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim, dimana
tingkat pelapukan, erosi , permukaan air laut (relative sea level) dan arus sungai
sangat terpengaruh oleh iklim saat itu. Pola agradasi
menunjukkan pola Coarsening Upward lagi dengan struktur Chanel lag pada
Log A dan C. Sedangkan pada Log B justru menunjukan pola yang lain. Pada Log
B terdapat through cross bedding dan cross lamination. Ketiga Log tersebut
mempunyai
ciri
lingkungan
yang
cocok
sebagai
lingkungan
sungai.
Diinterpretasikan bahwa pada awalnya, ketiga Log ini merupakan sungai dengan
kondisi yang hampir sama tetapi kemudian berubah menjadi sungai dengan salah
satu bagian mengecil. (Log B). Diatas lapisan sebelumnya, pengendapan terus
berlanjut dengan perselingan batupasir dan batulanau dengan kecenderungan tebal
yang hampir sama. Selanjutnya, ketebalan batulanau pada akhir umur 35 Ma ini
semakin menebal. Sehingga diperkirakan kondisi arus setelah pola agradasi masih
terjadi perubahan. Lapisan batulanau yang lebih tebal mengindikasikan bahwa
arus berubah menjadi cenderung tenang untuk dapat mentransport dan
mengendapkan sedimen lanau. Supply sedimen lanau sendiri menjadi lebih
banyak karena pengaruh iklim saat itu. Diperkirakan saat itu iklim cenderung
hangat sehingga pelapukan intensif terjadi.
Selanjutnya, pada periode berbeda yaitu 28-35 ma terjadi perubahan iklim
lagi. Dari data log terlihat adanya pengendapan batupasir dalam jumlah yang
besar serta memilki pola coarsening Upward. Pola tersebut mengindikasikan
terjadinya
pasir, sehingga pola pengendapan dimulai dari yang halus kemudian diikuti oleh
sedimen yang kasar. Kemudian, terjadi perubahan
arus
menjadi mengecil
sehingga material sedimen yang terendapkan pada Log kembali menjadi lebih
halus yaitu berupa lanau. Selain pola arus dan supply sedimen, data Log juga
menunjukkan adanya perubahan pada sungai setelah pengendapan lapisan
batulanau. Hal ini dilihat dari data log pada sumur A yang terdapat data batulanau
yang terbentuk mengalami erosi, sedangkan pada sumur log B dan C tidak terjadi.
Diperkirakan sumur A adalah kelokan sungai atau meander dari sungai. Karena
pada bagian meander cenderung akan terkena erosi dari arus sungai. Selanjutnya,
terjadi
berbentuk cekungan. Namun jika dilihat dari pola pengendapan secara umur dari
satu umur ini yang lebih didominasi oleh coarsenning Upward, maka diperkirakan
daerah pada ketiga sumur ini yang awalnya diperkirakan berupa sungai berubah
menjadi delta akibat perubahan supply sedimen yang sangat cepat, dimana
akomodasi tidak dapat mengimbangi supply tersebut.
sedimen yang berupa hasil galian dari organisme berupa burrow. Sehingga
diperkirakan daerah ini merupakan lingkungan yang tenang, sehingga organisme
dapat hidup. Diinterpretasikan bahwa daerah ini telah berubah menjadi daeah tepi
laut, dengan interpretasi berupa daerah Back reef.
Proses pengendapan
data pada Log menunjukkan telah terjadi perubahan lagi pada daerah ini. Ciri
struktur dan pelapisan ini cenderung menunjukkan daerah slope pada fasies
terumbu. Hal ini menunjukkan terjadinya transgresi kembali, dimana laut
mengalami pendalaman, begitu juga daerah ini. Transgresi ini terjadi akibat
pengaruh iklim dan dapat juga oleh subsidence.
lebih halus.
ini, terjadi perubahan lagi pada daerah Log A, B , dan C menjadi lebih dangkal,
yaitu dari daerah slope menjadi daerah reef kembali.
Kemudian proses sedimentasi terus berlanjut pada pada periode 2-8 ma.
Diperkiran kondisi arus laut saat tersebut masih tenang dan kurang mendapatkan
pengaruh sedimen dari darat, sehingga material sedimen yang berukuran halus
berupa lempung dapat terendapkan. Ditemukan hasil tumbuhan darat yang berupa
perselingan batulempung dan batubara. Jenis batubara yang ditemukan berupa
batubara yang autocton, yaitu batu bara yang terendap di tempat yang sama atau
tidak mengalami transportasi. Adanya lapisan batubara ini mengindikasikan
bahwa daerah ini telah menjadi daerah transisi, kemungkinan akibat terjadinya
regresi. Kemudian terjadi proses pengendapan batulempung yang lebih tebal dari
sebelumnya. Namun, lempung ini cenderung gelap dan tanpa organisme
foraminifera, hal ini menunjukkan bahwa sedimen ini cenderung berasal dari
darat.
KESIMPULAN
Setelah dianalisis, data pada ketiga sumur tersebut menunjukkan bahwa
terjadi perubahan pada suatu lingkungan. Perubahan tersebut sangat bergantung
pada perubahan muka air laut, supply sedimen dan arus yang membawa sedimen
dan bergantung pada iklim. Ciri perubahan lingkungan ini dapat di interpretasi
melalui korelasi antara suatu tempat (sumur) dengan tempat lain dengan
memperhatikan umur litologi, geometri litologi, dan cir fosilnya.
REFERENSI
Tim Asisten. 2014. Buku Panduan Praktikum Sedimentologi dan stratigrafi.
Semarang : UNDIP.