Вы находитесь на странице: 1из 8

PEMANFAATAN DAUN SIRIH SEBAGAI OBAT UNTUK JERAWAT

(Anis Saadah, 141810301008, Kimia, FMIPA, UNEJ)

ABSTRAK
Jerawat yang timbul di wajah dapat diobati menggunakan bahan alami seperti
menggunakan daun sirih. Daun sirih merupakan tanaman yang banyak tumbuh subur di
Indonesia dengan banyak manfaat yang terkandung didalamnya. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui kandungan dari dari daun sirih sehingga dapat digunakan untuk mengobati
jerawat dan diperoleh penjelasan ilmiah mengenai kandungan tersebut. Metode dalam
penelitian ini dilakukan dengan mengekstrak daun sirih yang kemudian dilakukan uji efek
antibakteri ekstrak daun sirih dan klorheksidin terhadap bakteri E.coli. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ekstrak daun sirih, klorheksidin 0,2% dan 2% dapat menghambat
pertumbuhan bakteri E.coli, tetapi klorheksidin 2% memiliki efektivitas lebih baik, sehingga
didapatkan bahwa daun sirih mampu mengobati jerawat yang tumbuh karena adanya bakteri.
Kata kunci : jerawat, daun sirih, antibakteri, E.coli
PENDAHULUAN
Jerawat bisanya banyak dialami oleh para wanita baik pada remaja maupun orang
dewasa. Jerawat merupakan penyakit kulit dan hampir semua orang pernah mengalaminya.
Timbulnya jerawat biasanya disebabkan oleh peningkatan hormon atau adanya bakteri.
Beberapa cara dapat digunakan untuk mengilangkan jerawat seperti menggunakan kosmetik
berbahan kimia atau dengan cara tradisional. Cara teradisional ini dapat menggunakan bahan
bahan yang berasal dari alam. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai obat untuk
menghilangkan jerawat adalah famili Piperaceae. Salah satunya yaitu daun sirih yang secara
umum yang banyak dikenal dalam masyarakat yaitu sirih merah dan sirih hijau. Khasiat daun
sirih itu disebabkan oleh adanya sejumlah senyawa aktif yang dikandungnya, antara
lain flavonoid, alkaloid, polevenolad, tanin, dan minyak asiri. Senyawa flavonoid dan
polevenolad bersifat antioksidan, antidiabetik, antikanker, antiseptik, antifungal dan anti
inflamasi. Kandungan antiseptik dan antifungal tersebut dapat menghilangkan jerawat.
Sedangkan

senyawa alkoloid

mempunyai

sifat

antineoplastik

yang

juga

ampuh

menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.


Penggunaan daun sirih secara langsung untuk menghilangkan jerawat ini tidak banyak
dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat lebih tertarik menggunakan kosmetik bebahan kimia

serta perawatan di klinik-klinik kecantikan. Hal tersebut karena penggunaan daun dianggap
kurang praktis serta daun sirih mempunyai bau yang tidak enak. Namun akan lebih baik bila
menggunakan bahan alami karena agar dapat meminimalisir adanya efek samping. Cara
pengobatan menggunakan daun sirih ini cukup mudah hanya dengan cara merebus ataupun
menumbuknya.
Berdasarkan uraian yang telah disajikan tersebut menimbulkan pertanyaan seperti
tentang yang bagaimana kandungan yang ada pada daun sirih sebagai obat untuk jerawat, cara
mengolahnya, serta peningkatan kesembuhan setelah menggunakan daun sirih untuk
mengobati jerawat. Sehingga didapatkan tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
kandungan dari dari daun sirih sehingga dapat digunakan untuk mengobati jerawat dan
diperoleh penjelasan ilmiah mengenai kandungan tersebut.
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun sirih adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Species : P. Betle

(Pelczar, et al, 1986).


Sirih merupakan tanaman menjalar dan merambat pada batang pokok di sekelilingnya
dengan daunnya yang memiliki bentuk pipih seperti gambar hati, tangkainya agak panjang,
tepi daun rata, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan
daging daun yang tipis. Permukaan daunnya berwarna hijau dan licin, sedangkan batang
pohonnya berwarna hijau tua atau hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta
berkerut-kerut. Sirih hidup subur dengan ditanam di atas tanah gembur yang tidak terlalu
lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang mencukupi. Sirih merupakan
tumbuhan obat yang sangat besar manfaatnya. Dalam farmakologi Cina, sirih dikenal sebagai
tanaman yang memiliki sifat hangat dan pedas (Pelczar, et al, 1986).
Berdasarkan bentuk daun, rasa, dan aromanya, sirih dibedakan menjadi beberapa
jenis yaitu :

Daun sirih jawa

Daun sirih jawa berwarna hijau tua dan rasanya tidak begitu tajam. Daun sirih ini
merupakan jenis yang sering digunakan masyarakat untuk menyirih.

Daun sirih banda


Daun sirih banda berdaun besar, berwarna hijau tua dan kuning di beberapa bagian,

memiliki rasa dan aroma yang sengkak.

Daun sirih cengkeh

Daun sirih cengkeh berdaun kuning, dan rasanya tajam menyerupai rasa cengkeh.

Daun Sirih hitam

Daun sirih hitam rasanya sengkak, biasanya digunakan untuk campuran obat.
(Amalia, et al, 2002).
Daun sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas, sengak, dan tajam. Rasa dan
aroma yang khas tersebut disebabkan oleh kavikol dan bethelphenol yang terkandung dalam
minyak atsiri. Di samping itu, faktor lain yang menentukan aroma dan rasa daun sirih adalah
jenis sirih itu sendiri, umur sirih, jumlah sinar matahari yang sampai ke bagian daun, dan
kondisi dedaunan bagian atas tumbuhan. Daun sirih mengandung minyak atsiri di mana
komponen utamanya terdiri atas fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol, cavibetol,
carvacrol, eugenol, dan allilpyrocatechol. Selain minyak atsiri, daun sirih juga mengandung
karoten, tiamin, riboflavin, asam nikot inat, vitamin C, tannin, gula, pati, dan asam amino.
Daun sirih yang sudah dikenal sejak tahun 600 SM ini mengandung zat antiseptik yang dapat
membunuh bakteri sehingga banyak digunakan sebagai antibakteri dan antijamur. Hal ini
disebabkan oleh turunan fenol yaitu kavikol dalam sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif
dibandingkan fenol biasa. Selain hasil metabolisme gula, glukan juga merupakan salah satu
komponen dari jamur. Dengan sifat antiseptiknya, daun sirih banyak difunakan sebagai obat
untuk menghilangkan jerawat serta kandungan antifungal sebangai antijamur (Moeljantoro,
2004).
Jerawat merupakan penyakit kulit yang dikenal dengan acne vulgaris, hampir semua
orang pernah mengalaminya. Jerawat sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul
secara fisiologis. Hal ini umumnya terjadi pada umur sekitar 14-17 tahun pada wanita, 16-19
tahun pada pria dan akan menghilang dengan sendirinya pada usia sekitar 20-30 tahun.
Namun kadang-kadang terutama pada wanita, jerawat menetap sampai dekade umur 30 tahun
lebih (Djuanda, et al., 1999).
Jerawat adalah suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelanjar polisebasea yang
ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul dan nodul. Penyebaran jerawat terdapat pada
muka, dada, punggung yang mengandung kelenjar sebasues. Jerawat dapat disebabkan oleh

bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Bakteri ini tidak patogen
pada kondisi normal, tetapi bila terjadi perubahan kondisi kulit, maka bakteri tersebut berubah
menjadi invasif. Sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea yang menghasilkan air, asam
amino, urea, garam dan asam lemak merupakan sumber nutrisi bagi bakteri. Bakteri ini
berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi
sebum menjadi massa padat, yang menyebabkan terjadinya penyumbatan pada saluran
kelenjar sebasea (Harper,2007).
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan mulai dari bulan Januari 2015 pada minggu
pertama sampai minggu terakhir pada bulan Maret 2015. Tempat penelitian berada di
lingkungan Universitas Jember dan dipusatkan pada laboratorium Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Beralamat di Jl. Kalimantan No. 37, Kampus Tegalboto, Jember,
Jawa Timur. Data yang diperoleh dari penelitian ini didapatkan dari data kuantitatif.
1. Pembuatan ekstrak daun sirih
Daun sirih yang digunakan adalah daun sirih Hijau.Daun sirih segar yang telah dipetik
sebanyak 800 gram dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan air sampai bersih dan ditiriskan.
Selanjutnya, daun sirih tersebut dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 40-500 C.
Daun sirih

yang telah dikeringkan, dipotong potong kemudian ditimbang dengan

menggunakan timbangan simplisia sebanyak 140 gram. Pembuatan ekstrak ini menggunakan
cara maserasi, yaitu dengan merendam daun sirih kedalam bejana maserasi secara
terpisah kemudian diberi larutan etanol 96% sampai daun terendam sempurna. Bejana
maserasi tersebut ditutup rapat dan didiamkan selama 2 hari sambil diaduk satu kali
setiap hari. Hasil yang diperoleh disaring dan diulang sebanyak tiga kali, kemudian
ditampung dalam botol untuk selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan alat rotary
evaporator sampai diperoleh ekstrak etanol kental. Ekstrak yang diperoleh diuapkan dengan
menggunakan alat rotary evaporator pada suhu 700C. Proses ini bertujuan untuk
menguapkan etanol sehingga diperoleh ekstrak yang kental dari daun sirih.
2. Penentuan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) ekstrak daun sirih.
Ekstrak daun sirih diencerkan dengan rumus:
m=MxV
m : massa daun sirih (gram)
M: Konsentrasi larutan (gr/ml)
V: Volume Larutan (ml)

Untuk memperoleh ekstrak daun sirih konsentrasi 10%, 15%, 20%, 25%,

30%.

Ekstrak daun sirih ditimbang sebanyak 1 gram, 1,5 gram, 2 gram, 2,5 gram, 3 gram
kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 10 ml. Sebanyak lima buah tabung
disiapkan dan diisi dengan medium BHIB sebanyak 5 ml. Kemudian 0,2 ml bakteri
E.coli dimasukkan pada masing masing tabung. Setelah itu, masing masing ekstrak yang
telah diencerkan tersebut dimasukkan kedalam tabung dan diberi label sesuai konsentrasinya.
Semua tabung diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam dan kemudian dilakukan
pemeriksaan ada tidaknya pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan terjadinya kekeruhan
dalam tabung. Konsentrasi hambat minimal ditentukan dengan memperhatikan tabung
dengan

konsentrasi

yang

pertama

terlihat

jernih.

Tabung yang

terlihat

keruh

menunjukkan masih adanya pertumbuhan bakteri. Tabung yang pertama kali terlihat
jernih merupakan konsentrasi daun sirih yang akan digunakan pada pengujian terhadap
bakteri E.coli.
3. Uji efek antibakteri ekstrak daun sirih dan klorheksidin terhadap bakteri E.coli
Alat-alat disiapkan dan distrerilkan. Siapkan enam belas buah cawan petri yang berisi
medium Mueller Hinton Agar (MHA). Masukkan bakteri E.coli, Cotton swab dicelupkan
dalam biakan bakteri kemudian kapas ditekan pada sisi tabung agar tiris. Cotton swab
diulaskan pada seluruh permukan cawan petri yang berisi medium secara merata. Tiga
puluh dua buah paper disc, yang masing-masing dibagi empat kelompok untuk daun sirih,
klorheksidin 0,2%, klorheksidin 2% dan aquades kedalam enam belas cawan petri.
Kedalam masing-masing cawan petri diletakkan empat buah paper disk. Empat buah paper
disc tersebut diletakkan pada permukaan media yang terdapat biakan bakteri E.coli,
kemudian ditekan dengan menggunakan pinset agar paper disc benar-benar menempel
pada media, setelah itu paper disc tersebut ditetesi masing-masing larutan klorheksidin
0,2%, 2%, Aquades dan Ekstrak daun sirih konsentrasi sesuai KHM sebanyak satu kali
tetes (10 microliter) dengan menggunakan mikropipet. Cawan petri tersebut diinkubasi
dengan suhu 370 C selama 3x24 jam. Untuk mengetahui daya hambatnya dilakukan
pengukuran zona inhibisi yaitu daerah jernih pada permukaan medium Mueller Hinton
Agar (MHA) disekitar paper disc menggunakan kaliper.
PEMBAHASAN
Escherichia coli merupakan bakteri yang anaerob fakultatif dan merupakan anggota
golongan coliform yang termosstabil. Escherichia coli juga dianggap sebagai kuman yang

tidak patogen di dalam saluran pencernaan dan baru patogen apabila berada di luar saluran
pencernaan. Escherichia coli adalah suatu bakteri yang digunakan sebagai indikator. Dari
hasil penelitian penentuan konsentrasi hambat minimal ekstrak daun sirih terhadap bakteri
E.coli ditunjukkan data antara lain seperti yang nampak pada tabel.
Tabel 1. Tingkat kekeruhan bakteri E.coli pada medium BHIB setelah diberi ekstrak daun
sirih selama 72 jam
Ekstrak daun sirih
Diinkubasi

10%

15%

20%

25%

30%

72 jam

Ket : + = keruh
- = tidak keruh
Hasil medium BHIB setelah diberi Ekstrak Daun sirih (paper betle Linn) 72 jam
terdapat dua konsentrasi yang mengalami kekeruhan yaitu terdapat pada konsentrasi
10% dan 15%. Adapun yang tidak mengalami kekeruhan yaitu terdapat pada konsentrasi
20%, 25% dan 30%. Berdasarkan pengujian tersebut, dapat dikatakan bahwa Konsentrasi
Hambat Minimal Ekstrak daun sirih adalah konsentrasi 20%.
Pada penentuan konsentrasi hambat minimal (KHM) dari ekstrak daun sirih maka
dilakukan pengujian efek anti bakteri terhadap bakteri E.coli. Dalam hal ini dilakukan
pengukuran zona hambat yang terbentuk pada permukaan media biakan bakteri.
Tabel 2. Diameter Rata-rata zona hambat ekstrak daun sirih, klorheksidin 0,2%,
klorheksidin 2% dan aquades terhadap bakteri E.coli.
Ekstrak daun sirih
konsentrasi 20%
Rata-rata

15,65

Klorheksidin

Klorheksidin

0,2 %

2%

(mm)

(mm)

15,4

27,6

Akuades
(mm)
0

Kandungan ekstrak daun sirih terdiri dari senyawa fenol dan derivatnya
mempunyai daya antibakteri dengan cara menurunkan tegangan permukaan sel dan
denaturasi protein. Adanya fenol yang merupakan senyawa toksik mengakibatkan
struktur tiga dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya
kerusakan pada struktur kerangka kovalen. Hal ini mengakibatkan protein berubah sifat.
Deret asam amino protein tersebut tetap utuh setelah berubah sifat, namun aktivitas
biologis nya menjadi rusak sehingga protein tidak dapat melakukan fungsinya. Dengan
terdenaturasinya

protein sel maka semua aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh

enzim sehingga bakteri tidak dapat bertahan hidup. Kavikol dan kavibetol yang merupakan
turunan dari fenol yang mempunyai daya anti bakteri lima kali lipat dari fenol biasa.
Terdapat pula senyawa pada daun sirih yang memiliki efek anti bakteri antara
lain katekin, tannin, flavanoid dan saponin. Katekin bekerja dengan cara mendenaturasi
protein dari bakteri. Protein yang mengalami denaturasi akan kehilangan aktivitas
fisiologis sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Perubahan struktur protein pada
dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga pertumbuhan sel akan
terhambat dan kemudian sel menjadi rusak. Tannin merupakan polifenol yang larut
dalam air. Mekanisme antibakteri tannin antara lain menghambat enzim ekstra seluler
mikroba, mengambil alih substrat yang

dibutuhkan pada pertumbuhan mikroba,

atau

bekerja langsung pada metabolisme dengan cara menghambat fosforilasi oksidasi.


Flavonoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga berfungsi sebagai anti inflamasi.
Mekanisme kerja saponin pada mikroorganisme adalah berikatan dengan kompleks
polisakarida pada dinding sel, sehingga dapat merusak dinding sel dari bakteri tersebut.
Cara pengolahan daun sirih yang digunakan untuk mengobati jerawat yaitu, dengan
menyiapkan 2 sampai 3 lembar daun sirih yang sebelumnya sudah dicuci sampai bersih.
Rebus daun sirih tadi rebus dengan dua gelas air hingga mendidih lalu dinginkan. Setelah itu
gunakan air rebusan tersebut untuk mencuci wajah yang berjerawat dua kali sehari dan
lalukan secara rutin hingga jerawat di wajah benar-benar kempes dan hilang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan Ekstrak daun sirih

dan

Klorheksidin 0,2% mempunyai efektivitas sama dalam menghambat pertumbuhan bakteri


E.coli. Ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 20% juga memiliki efektivitas antibakteri.
Penelitian dihasilkan bahwa ekstrak daun sirih, klorheksidin 0,2% dan 2% dapat
menghambat pertumbuhan bakteri E.coli, tetapi klorheksidin 2% memiliki efektivitas lebih
baik. Sehingga didapatkan bahwa daun sirih mampu mengobati jerawat yang tumbuh karena
adanya bakteri.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dapat diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kandungan ekstrak daun sirih terdiri dari senyawa fenol dan derivatnya
mempunyai daya antibakteri. Terdapat pula senyawa pada daun sirih yang
memiliki efek anti bakteri antara lain katekin, tannin, flavanoid dan saponin.

2. Cara mengolah daun sirih sebagai obat untuk jerawat dapat dilakukan dengan
perebusan daun sirih. Air rebusan dari daun sirih tersebut digunakan untuk mencuci
muka secara rutin.
3. Penelitian dihasilkan bahwa ekstrak daun sirih, klorheksidin 0,2% dan 2% dapat
menghambat pertumbuhan bakteri E.coli, tetapi klorheksidin 2% memiliki efektivitas
lebih baik. Sehingga didapatkan bahwa daun sirih mampu mengobati jerawat yang
tumbuh karena adanya bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Erna, SSi. Apt. dan Fitriai Normasari, SP. 2002. Tata Cara PraktisBudidaya
Taanaman Obat dan Pembuatan Obat Tradisional (Sebuah Persembahan dari PJ
Sekar Kedhaton) .Yogyakarta: PJ Sekar Kedhaton.
Djuanda, A., Hamzah, M., dan Aisah, S. 1999. Ilmu penyakit kulit dankelamin. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Harper, J. C. 2007. Acne Vulgaris. Birmington: Departement of dermatology,University of
Alabama.
Moeljantoro, 2004. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih. Jakarta: AgromediaPustaka.
Pelczar, M. J., Chan. E. C. S, Pelczar, M. F., Penerjemah: Hadioetomo, R, S.Dkk. 1986.
Dasar-dasar Mikrobiologi, Jilid I. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Вам также может понравиться