Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MENINGOENCHEPALITIS BAKTERIALIS
Oleh:
E Jethro Solaiman, S. Ked
NIM. 04084821618224
Fadillah Amrina, S. Ked
NIM. 04084821618148
Pembimbing:
dr. Theresia Cristin, Sp. S
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh
E Jethro Solaiman, S. Ked
NIM. 04084821618224
Fadillah Amrina, S. Ked
NIM. 04084821618148
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian/Departemen Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi)
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Periode 30 Mei 2016- 4 Juli 2016.
Palembang,
Juni 2016
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulisan makalah laporan kasus yang berjudul
Meningoenchepalitis Bakterialis ini dapat diselesaikan. Pada Kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Theresia
Cristin, Sp.S, selaku pembimbing yang telah membantu penyelesaian laporan
kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus
ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................
ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................
iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1
BAB II STATUS PASIEN...............................................................................................
2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................
19
BAB IV ANALISIS KASUS ..........................................................................................
47
BAB V KESIMPULAN ..................................................................................................
49
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
50
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit yang menyerang otak merupakan masalah yang serius dalam
bidang kesehatan terutama di Indonesia. Penyakit meningoenchepalitis mulai
banyak ditemukan di masyarakat kita. Penyakit ini merupakan penyakit yang
serius yang menyerang selaput otak dan jaringan otak, penyakit ini juga bisa
menyebabkan penurunan kesadaran dari penderita hingga kematian.
Insidens Meningitis sebenarnya masih belum diketahui pasti. Meningitis
bakterial terjadi pada kira-kira 3 per 100.000 orang setiap tahunnya di negaranegara Barat. Studi populasi secara luas memperlihatkan bahwa meningitis virus
lebih sering terjadi, sekitar 10,9 per 100.000 orang, dan lebih sering terjadi pada
musim panas. Di Brasil, angka meningitis bakterial lebih tinggi, yaitu 45,8 per
100,000 orang setiap tahun.
meningitis meningokokus yang luas selama lebih dari satu abad, sehingga disebut
sabuk meningitis.
Encephalitis sendiri merupakan penyakit langka yang terjadi pada sekitar
0,5 per 100.000 orang, dan paling sering terjadi pada anak-anak, orang tua, dan
orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah (misalnya, orang dengan HIV /
AIDS atau kanker).1
Prognosis penyakit ini juga didukung oleh ketepatan dan kecepatan dokter
dalam memberikan terapi yang sesuai. Pada banyak kasus, penderita meningitis
yang ringan dapat sembuh sempurna walaupun proses penyembuhan memerlukan
waktu yang lama. Sedangkan pada kasus yang berat, dapat terjadi kerusakan otak
dan saraf secara permanen, dan biasanya memerlukan terapi jangka panjang 13
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Fisiologi
Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis
cairan yaitu cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
a. Piameter : Lapisan piameter berhubungan erat dengan otak dan sum-sum tulang
belakang, mengikuti tiap sulcus dan gyrus. Piameter ini
merupakan lapisan dengan banyak pembuluh darah dan terdiri
atas jaringan penyambung yang halus serta dilalui pemmbuluh
darah yang memberi nutrisi pada jaringan saraf.
b. Arachnoid : Lapisan ini merupakan suatu membran yang impermeable halus,
yang menutupi otak dan terletak diantara piameter dan
durameter. Mebran ini dipisahkan dari durameter oleh ruang
potensial yaitu spatium subdurale dan dari piameter oleh cavum
c. Durameter :
fibrous.
Secara
sepanjang
tempat-tempat
tertentu,
terpisah
dan
cranium.
Lapisan
meningeal
merupakan
lapisan
2.2 Meningitis
Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges, lapisan yang
tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung,
disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara
akut dan kronis.1
Meningitis bakterial (MB) adalah inflamasi meningen, terutama araknoid
dan piamater, yang terjadi karena invasi bakteri ke dalam ruang subaraknoid. Pada
MB, terjadi rekrutmen leukosit ke dalam cairan serebrospinal (CSS). Biasanya
proses inflamasi tidak terbatas hanya di meningen, tapi juga mengenai parenkim
otak (meningoensefalitis), ventrikel (ventriku litis), bahkan bisa menyebar ke
medula spinalis. Kerusakan neuron, terutama pada struktur hipokampus, diduga
sebagai penyebab potensial defisit neuropsikologik persisten pada pasien yang
sembuh dari meningitis bakterial.16
2.2.1 Etiologi
Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas : Nisseria meningitidis,
Streptococcus Pneumonia, dan Haemophylus Influenza.15
Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :
7
sawar darah otak. Sawar darah otak yang rusak akan memudahkan masuknya
leukosit dan komplomen ke dalam ruang subaraknoid disertsi masuknya albumin.
Hal ini akan menyebabkan timbulnya edema vasogenik di otak. Leukosit dan
mediatormediator pertahanan tubuh lainnya akan menyebabkan perubahan
perubahan patologis lebih lanjut (seperti trombosis vena dan dan vaskulitis )
sehingga akan terjadi iskemi otak dan dapat menimbulkan edema sitotoksik di
otak. Proses inflamasi lebih lanjut akan menyebabkan gangguan reabsorbsi cairan
serebrospinal di granula arakhnoid yang berakibat meningkatnya TIK sehingga
dapat menimbulkan edema interstisial di otak. Keadaan edema otak itu akan
diperberat dengan dihasilkannya asam arakhidonat dan metabolitnya yang
dikeluarkan oleh sel otak yang rusak dan adanya asam lemak yang dilepaskan dari
leukosit PMN15.
2.2.3. Manifestasi Klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh
mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu
tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap
hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda Kernigs dan Brudzinky positif.1
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia penderita serta
virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang
tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita
merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta
penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala pada bayi yang terkena meningitis,
biasanya menjadi sangat rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan
nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran
seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan.2
2.2.4. Diagnosis
1.
Segera lakukan pemeriksaan fisik umum dan nerologi pada kecurigaan
meningitis bakterialis untuk menemukan sumber infeksi, penyakit yang
2.
3.
4.
5.
Ampisilin
plus
Monocytogenes, Escherichia
coli
sefotaksim
2 bulan 18 tahun
Neisseria
meningitides,
Streptococcus
pneumonia,
Hemophilus influenza
Seftriaksonb
atau
c
sefotaksim ,
dapat
ditambahkan vankomisind
18 50 tahun
S. pneumonia, N. meningtidis
Seftriaksonb,
dapat
ditambahkan vankomisind
> 50 Tahun
S.
pneumonia,
L. vankomisind
monocytogenes, bakteri gram ampisiline,
negative
Seftriaksonb
ditambah
ditambah
Seftriakson
Siprofloksasinb
< 18 tahun :
direkomendasikan
Jangan diberikan pada ibu hamil, hati-hati pada ibu yang minum obat KB
Jangan diberikan kepada ibu hamil dan menyusui
2.2.7 Komplikasi
11
Prognosis
diagnostik
yang
mencerminkan
keadaan
tersebut,
seperti
meningoensefalitis.
Mengingat bahwa ensefalitis lebih melibatkan susunan saraf pusat
dibandingkan meningitis yang hanya menimbulkan rangsangan meningeal, seperti
kaku kuduk, maka penanganan penyakit ini harus diketahui secara benar.Karena
12
gejala sisanya pada 20-40% penderita yang hidup adalah kelainan atau gangguan
pada kecerdasan, motoris, penglihatan, pendengaran secara menetap. 3
Tentunya keadaan seperti diatas tidak terjadi dengan begitu saja,tetapi hal
tersebut dapat terjadi apabila infeksi pada jaringan otak tersebut mengenai pusatpusat fungsi otak. Karena ensefalitis secara difus mengenai anatomi jaringan otak,
maka sukar untuk menentukan secara spesifik dari gejala klinik kira-kira bagian
otak mana saja yang terlibat proses peradangan itu.
Angka kematian untuk ensefalitis masih relatif tinggi berkisar 35-50% dari
seluruh\ penderita.Sedangkan yang sembuh tanpa kelainan neurologis yang nyata
dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental dan
masalah tingkah laku.3
2.3.1. Etiologi
Berbagai
macam
mikroorganisme
dapat
menimbulkan
ensefalitis,
misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus. Penyebab yang
terpenting dan tersering ialah virus.
Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak atau reaksi
radang akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu. Berbagai jenis virus
dapat menimbulkan ensefalitis, meskipun gejala klinisnya sama sesuai dengan
jenis virus, serta epidemiologinya, diketahui berbagai macam ensefalitis virus.3
2.4. Meningoencephalitis
Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang
menutupi otak dan medula spinalis). Encephalitis adalah peradangan jaringan otak
yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medulla spinalis.
Meningoencephalitis adalah peradangan pada selaput meningen dan jaringan
otak.3
2.4.1. Epidemiologi
Meskipun meningitis adalah suatu penyakit yang harus dilaporkan di
banyak negara, insidens sebenarnya masih belum diketahui. Meningitis bakterial
terjadi pada kira-kira 3 per 100.000 orang setiap tahunnya di negara-negara Barat.
Studi populasi secara luas memperlihatkan bahwa meningitis virus lebih sering
terjadi, sekitar 10,9 per 100.000 orang, dan lebih sering terjadi pada musim panas.
13
Di Brasil, angka meningitis bakterial lebih tinggi, yaitu 45,8 per 100,000 orang
setiap
tahun. Afrika
Sub-Sahara sudah
mengalami
epidemik
meningitis
meningokokus yang luas selama lebih dari satu abad, sehingga disebut sabuk
meningitis. Epidemik biasanya terjadi dalam musim kering, dan gelombang
epidemik bisa berlangsung dua atau tiga tahun, mereda selama musim hujan.
Angka serangan dari 100800 kasus per 100.000 orang terjadi di daerah ini yang
kurang terlayani oleh pelayanan medis. Kasus-kasus ini sebagian besar
disebabkan oleh meningokokus. Epidemik terbesar yang pernah tercatat dalam
sejarah melanda seluruh wilayah ini pada 19961997, yang menyebabkan lebih
dari 250.000 kasus dan 25.000 kematian. 4
Epidemik penyakit meningokokus terjadi di daerah-daerah di mana orang
tinggal bersama untuk pertama kalinya, seperti barak tentara selama mobilisasi,
kampus perguruan tinggi dan ziarah Haji tahunan. Walaupun pola siklus epidemik
di Afrika tidak dipahami dengan baik, beberapa faktor sudah dikaitkan dengan
perkembangan epidemik di daerah sabuk meningits. Faktor-faktor itu termasuk:
kondisi medis (kerentanan kekebalan tubuh penduduk), kondisi demografis
(perjalanan dan perpindahan penduduk dalam jumlah besar), kondisi sosial
ekonomi (penduduk yang terlalu padat dan kondisi kehidupan yang miskin),
kondisi iklim (kekeringan dan badai debu), dan infeksi konkuren (infeksi
pernafasan akut). 4
Ada perbedaan signifikan dalam distribusi lokal untuk kasus meningitis
bakterial. Contohnya, N. meningitides grup B dan C menyebabkan kebanyakan
penyakit di Eropa, sedangkan grup A ditemukan di Asia dan selalu menonjol di
Afrika, di mana bakteri ini menyebabkan kebanyakan epidemik besar di daerah
sabuk meningitis, yaitu sekitar 80% hingga 85% kasus meningitis meningokokus
yang didokumentasikan.4
2.4.2. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau beberapa kasus yang
jarang disebabkan oleh jamur. Istilah meningitis aseptic merujuk pada meningitis
yang disebabkan oleh virus tetapi terdapat kasus yang menunjukan gambaran
yang sama yaitu pada meningitis yang disebabkan organisme lain (lyme disease,
14
sifilis dan tuberculosis); infeksi parameningeal (abses otak, abses epidural, dan
venous sinus empyema); pajanan zat kimia (obat NSAID, immunoglobulin
intravena); kelainan autoimn dan penyakit lainnya.
Bakteri
yang
sering
menyebabkan
meningitis
bacterial
sebelum
Kebocoran CSS
Kehamilan
Listeria monocytogenes
Imunode~ siensi
15
Jamus
(cryptococcus,
histoplasma,
dan
coccidioides),
dan
parasit
Eastern equine
Subakut
HIV
JC virus
Prion-associated encephalopathies
(Creutzfeldt-Jakob disease, kuru)
encephalitis
Western equine
2.
encephalitis
California encephalitis
Venezuelan equine
encephalitis
Japanese encephalitis
Tick-borne
encephalitis
Murray Valley
encephalitis
Enteroviruses
16
Herpesviruses
Herpes simplex
viruses
Epstein-Barr virus
Varicella-zoster virus
Human herpesvirus-6
Human herpesvirus-7
HIV
Influenza viruses
Lymphocytic choriomeningitis virus
Measles virus (native atau vaccine)
Mumps virus (native atau vaccine)
Virus rabies
Virus rubella
Virus adalah penyebab utama pada infeksi encephalitis akut. Encephalitis
juga dapat merupakan hasil dari jenis lain seperti infeksi dan metabolik, toksik
dan gangguan neoplastik. Penyebab yang paling sering menyebabkan encephalitis
di U.S adalah golongan arbovirus (St. Louis, LaCrosse, California, West nile
encephalitis viruses), enterovirus, dan herpesvirus. HIV adalah penyebab penting
encephalitis pada anak dan dewasa dan dapat berupa acute febrile illness.3
2.4.3. Patofisiologi
Dalam proses perjalanan penyakit meningitis yang disebabkan oleh
bakteri, invasi organisme harus mencapai ruangan subarachnoid. Proses ini
berlangsung secara hematogen dari saluran pernafasan atas dimana di dalam
lokasi tersebut sering terjadi kolonisasi bakteri. Walaupun jarang, penyebaran
dapat terjadi secara langsung yaitu dari fokus yang terinfeksi seperti (sinusitis,
mastoiditism, dan otitis media) maupun fraktur tulang kepala.
Penyebab paling sering pada meningitis yang mengenai pasien < 1 bulan
adalah Escherichia colli dan streptococcus group B. Infeksi Listeria
monocytogenes juga dapat terjadi pada usia < 1 bulan dengan frekuensi 5-10%
kasus. Infeksi Neisseria meningitides juga dapat menyerang pada golongan usia
ini. Pada golongan usia 1-2 bulan, infeksi golongan streptococcus grup B lebih
sering terjadi sedangkan infeksi enterik karena bakteri golongan gram negatif
frekuensinya
mulai
menurun.
Streptococcus
17
pneumonia,
Haemophilus
H.
influenzae)
terdiri
atas
kapsul
polisakarida
yang
Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.
19
Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tibatiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata5.
2.5. PEMERIKSAAN FISIK
Temuan pada pemeriksaan fisik bervariasi berdasarkan pada usia dan
organisme penyebab infeksi. Penting untuk diingat bahwa anak muda, jarang
menunjukan gejala spesifik.
-
spesifik:
a. Hipotermia atau mungkin bayi demam
b. Ubun-ubun membumbung, diastasis (pemisahan) pada sutura
-
jahitan, dan kaku kuduk tapi biasanya temuan ini muncul lambat.
Saat anak tumbuh lebih tua, pemeriksaan fisik menjadi lebih
mudah dicari.
a.
tanda-tanda meningeal lebih mudah di amati (misalnya, kaku
kuduk, tanda kernig positif dan Brudzinski juga positif)
20
d.
normal atau sedikit lebih tinggi, dan glukosa normal. Sedangkan pada encephalitis
menunjukkan pleositosis limfositik, ketinggian sedikit kadar protein, dan kadar
glukosa normal. Peningkatan eritrosit dan protein CSF dapat terjadi dengan HSV.
Extreme peningkatan protein dan rendahnya kadar glukosa menunjukan infeksi
tuberkulosis, infeksi kriptokokus, atau carcinomatosis meningeal. Cairan
serebrospinal harus dikultur untuk mengetahui bakteri, jamur, virus, dan
mikobakteri yang menginfeksi. PCR digunakan untuk mendiagnosis enterovirus
dan HSV karena lebih sensitif dan lebih cepat dari biakan virus. Leukositosis
adalah umum ditemukan. Kultur darah positif pada 90% kasus.8
Pemeriksaan Electroencephalogram (EEG) dapat mengkonfirmasi komponen
ensefalitis. EEG adalah tes definitif dan menunjukkan aktivitas gelombang
lambat, walaupun perubahan fokal mungkin ada. Studi neuroimaging mungkin
normal atau mungkin menunjukkan pembengkakan otak difus parenkim atau
kelainan fokal. 8
Serologi studi harus diperoleh untuk arbovirus, EBV, Mycoplasma
pneumoniae, cat-scratch disease, dan penyakit Lyme. Sebuah uji IgM serum atau
CSF untuk infeksi virus West Nile tersedia, tetapi reaktivitas silang dengan
flaviviruses lain (St Louis ensefalitis) dapat terjadi. pengujian serologi tambahan
untuk patogen kurang umum harus dilakukan seperti yang ditunjukkan oleh
perjalanan, sosial, atau sejarah medis. Selain pengujian serologi, sampel CSF dan
tinja dan usap nasofaring harus diperoleh untuk biakan virus. Dalam kebanyakan
kasus ensefalitis virus, virus ini sulit untuk mengisolasi dari CSF. Bahkan dengan
pengujian ekstensif dan penggunaan tes PCR, penyebab ensefalitis masih belum
ditentukan di satu pertiga dari kasus.12
Biopsi otak mungkin diperlukan untuk diagnosis definitif dari penyebab
ensefalitis, terutama pada pasien dengan temuan neurologik fokal. Biopsi otak
mungkin cocok untuk pasien dengan ensefalopati berat yang tidak menunjukkan
perbaikan klinis jika diagnosis tetap tidak jelas. HSV, rabies ensefalitis, penyakit
prion-terkait (Creutzfeldt-Jakob penyakit dan kuru) dapat didiagnosis dengan
pemeriksaan rutin kultur atau biopsi patologis jaringan otak. Biopsi otak mungkin
penting untuk mengidentifikasi arbovirus dan infeksi Enterovirus, tuberkulosis,
22
penyakit,serta
menetapkan
untuk
diagnose,
melakukan
test
Tekanan
200-300
Hitung
Kadar
Leukosit Glukosa
100-5000
<40
23
Kadar
Protein
>100
Mikrobiologi
Patogen spesifik pada
Bakteri
Meningitis
Viral
Meningitis
TB
Meningitis
Kriptokokus
90-200
180-300
180-300
Meningitis
aseptic
Keganasan
90-200
Nilai normal
80-200
> 80%
PMN
10-300
Limfosit
100-500
Limfosit
10-200
Limfosit
10-300
Limfosit
Mononuk
lear
0,5
Limfosit
Normal
Menuru
n, <40
Menuru
n
N / sedikit
meningkat
Meningkat,
>100
50-200
N
Menuru
n
50-75
N / sedikit
meningkat
Meningkat
15-40
Kejang demam
Kejang Demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal >38C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranial. Kejang demam dibagi atas kejang demam sederhana dan
kejang demam kompleks. Kejang demam kompleks adalah kejang
demam fokal, lebih dari 15 menit, atau berulang dalam 24 jam. Pada
kejang demam sederhana kejang bersifat umum, singkat, dan hanya
sekali dalam 24 jam 9
2.
Infark Cerebral
Infark otak merupakan kematian neuron, glia dan vaskulator yang disebabkan oleh
tiadanya oksigen atau nutrien atau terganggunya metabolisme. Tiap penyebab
infark (anoksia, iskemik atau hipoglikemia) memiliki gambaran khas tersendiri,
begitu pola zona predileksi dan gambaran histopatologinya. Infark anoksia
disebabkan oleh tiadanya oksigen walaupun sirkulasi darah tetap normal. Infark
hipoglikemik terjadi bila kadar glukosa darah turun dibawah angka kritis selama
periode yang berkepanjangan. Dari ketiga jenis infark tadi, yang paling sering
dijumpai adalah infark iskemik yang menyebabkan hipoksia sekunder,
2.9 Penatalaksanaan
a.
dosis
awal
10-20
mg/kg/kali
dengan
kecepatan
c.
25
e.
f.
2.
: Neonatus:
Dewasa
: 8 12 gram/hari
dibagi dalam 4 kali pemberian.
b. Gentamisin
Diberikan secara intravena
Dosis
: Prematur
: 5 mg/kg BB/hari
dibagi dalam 2 kali pemberian.
Neonatus
: 5 mg/kg BB/hari
dibagi dalam 3 kali pemberian.
c. Kloramfenikol
Diberikan secara intravena
Dosis
: Prematur
: 25 mg/kg BB/hari
dibagi dalam 2 kali pemberian.
: 50 mg/kg BB/hari
dibagi dalam 2 kali pemberian.
Anak
Dewasa
: 4 8 gram/hari
dibagi dalam 4 kali pemberian.
d. Ceftriaxon
-
Dewasa dan anak > 12 tahun dan anak BB > 50 kg : 1 2 gram satu kali sehari. Pada infeksi berat yang
disebabkan organisme yang moderat sensitif, dosis
dapat dinaikkan sampai 4 gram satu kali sehari.
27
Bila dilakukan kultur dan bakteri penyebab dapat ditemukan, biasanya antibiotika
yang digunakan adalah seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini
Kuman penyebab
H. influenzae
S. pneumoniae
N. meningitidis
S. aureus
S. epidermitis
Pilihan pertama
Ampisilin
Penisillin G
Penisillin G
Nafosillin
Sefotaksim
Alternatif lain
Cefotaksim
Kloramfenikol
Kloramfenikol
Vancomisin
Ampisillin bila sensitif dan atau
Enterobacteriaceae
Pseudomonas
Pipersillin +
intrateca.
Sefotaksim
7.
Streptococcus
Tobramisin
Penicillin G
Vankomisin
8.
Group A / B
Streptococcus
Ampisillin +
9.
Group D
L monocytogenes
Gentamisin
Ampisillin
6.
Trimetoprim
Sulfametoksasol
Dengan pengecualian dari HSV dan HIV, tidak ada terapi spesifik untuk
virusensefalitis . Manajemen mendukung dan sering membutuhkan masuk ICU,
yangmemungkinkan terapi agresif untuk kejang, deteksi tepat waktu kelainan
elektrolit dan bila perlu, pemantauan jalan napas dan perlindungan dan
pengurangan peningkatan tekanan
intrakranial.
Asiklovir
adalah
pilihan
perawatan untuk infeksi HSV. Infeksi HIV dapat diobatidengan kombinasi ARV.
Infeksi M. pneumoniae dapat diobati dengan doksisiklin, eritromisin, azitromisin,
klaritromisin atau, meskipun nilai mengobati penyakitmikoplasma SSP dengan agen
ini masih diperdebatkan. Perawatan pendukung sangat penting untuk menurunkan
tekanan intrakranial dan untuk mempertahankan tekanan perkusi
serebral
yang
DAFTAR PUSTAKA
29
1.
2.
3.
4.
Cambell W,
6.
7.
Posner JB, Schiff ND, Saper CB, Plum F, Plum and Posner Diagnosis of
Stupor and Coma fourth edition, Oxford University Press, Oxford, 2007;
38-42
8.
9.
10.
11.
12.
Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken., Lai, Susanna., and Braner, Dana. 2006.
Lumbar Puncture. The New England Journal of Medicine. 12 : 355
URL :http://content.nejm.org/cgi/reprint/355/13/e12.pdf
13.
14.
15. Ropper AH, Brown RH. Adam and Victors principles of neurology.
8 th ed. New York: McGraw-Hill; 2015.
31