Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Uji Bioaktivitas
Kimia FMIPA Unmul
B. METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan berupa blender,
beaker glass, Erlenmeyer, pompa vakum, rotari
Bahan
Bahan bahan yang digunakan berupa daun
Andong (Cordyline terminalis Kunth), etanol,
etilasetat, akuades, n-heksana, DMSO,Pereaksi
dragendorff, FeCl3, kloroform, HCl pekat, H2SO4 pekat,
CH3COOH glasial, serbuk Mg, dietileter, HgCl 2,yeast,
pepton, nutrient agar, kloramfenikol, cakram kertas 6
mm,bakteri Escherichia coli, bakteri Bacillus cereus,
kertas saring whatman No. 1, kapas, lidi, kainkasa dan
telur udang.
2.3. Prosedur Penelitian
2.3.1. Persiapan Sampel
Sampel yang akan diekstraksi terlebih dahulu
dikeringanginkan di dalam ruangan agar tidak terkena
sinar matahari langsung selama kurang lebih 2 minggu
kemudian dihaluskan.
2.3.2. Maserasi dan Pemekatan Larutan
Daun Andong yang sudah halus ditimbang
sebanyak 100 gram, dimasukkan kedalam bejana
meserasi kemudian ditambah pelarut etanol hingga
seluruh sampel terendam. Setelah itu Bejana meserasi
ditutup agar terlindung dari cahaya matahari dan
dibiarkan 3 hari sambil diaduk, kemudian disaring
dengan menggunakan kertas saring, lalu ampasnya
dimeserasi lagi sampai diproleh larutan tidak berwarna
lagi. Hasil ekstrak dipekatkan dengan rotary evaporator
vakum, maka di proleh ekrtak kasar fraksi etanol.
2.3.3. Fraksinasi
Ekstrak kasar etanol daun Andong (Cordyline
terminalis Kunth) difraksinasi berdasarkan pada
perbedaan kepolaran pelarut-pelarut organik. Caranya
adalah
sebagai
berikut:
ekstrak
kasaretanol
ditambahkan etanol, kemudian difraksinasi dengan nheksana didalam corong pisah, sehingga diperoleh 2
fraksi, yaitu fraksi etanol dan fraksi n-heksana.
Dilakukan penambahan n-heksana secara berulang kali
hingga diperoleh fraksi n-heksana yang jernih. Fraksi
n-heksana dipekatkan dengan rotari evaporator dan
disebut sebagai ekstrak fraksi n-heksana.
Kemudian fraksi etanol ditambahkan air dengan
perbandingan 6:4, dan kemudian di fraksinasi dengan
etilasetat. Dilakukan penambahan etil asetat secara
berulang hingga diperoleh ekstraketilasetat yang jernih.
Dari fraksinasi keduaini diperoleh 2 fraksi, yaitu fraksi
etilasetat dan fraksi etanol-air. Kemudian kedua fraksi
tersebut dipekatkan dengan rotari evaporator dan
hasilnya masing-masing disebut sebagai ekstrak fraksi
etil asetat dan ekstrak fraksi etanol-air(Rismawati,
2010).
2.3.4. Uji Fitokimia
2.3.4.1. Uji alkaloid Uji Meyers dan Dragendorff)
Sebanyak 20 mg ekstrak kasar etanol daun
Andong itambah 10 mL kloroform-amoniak dan
89
ISSN 1693-5616
Fraksi Etanol-Air
_
Saponin
Steroid
Triterpenoid
Flavonoid
Fenol
ISSN 1693-5616
+
+
3.2. Hasil Uji mortalitas Larva Udang (Brine Shrimp Lethality Test)
Tabel 3. Nilai LC50 uji mortalitas larva udang ekstrak kasar dan masing-masing fraksi
Jenis Ekstrak
LC50 (ppm)
Ekstrak Kasar Etanol
26,8788
Fraksi n-Heksana
123,2828
Fraksi Etil Asetat
74,5244
Fraksi Etanol-Air
49,8893
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa
Pada ekstrak fraksi n-heksana, etil asetat dan
ekstrak kasar etanol memiliki bioaktivitas paling tinggi
etanol-air menunjukkan nilai LC50 yang lebih besar bila
terhadap larva udang, yang ditunjukkan dengan
dibandingkan dengan ekstrak kasar etanol. Berdasarkan
nilaiLC50 paling kecil yaitu 26,8788 ppm. Nilai ini
uji fitokimia, jenis senyawa metabolit sekunder pada
menunjukkan bahwa pada konsentrasi 26,8788 ppm
ekstrak kasar lebih banyak bila dibandingkan dengan
ekstrak kasar etanol mampu membunuh larva udang
ketiga ekstrak yang lain. Hal ini menunjukkan adanya
sampai 50% populasi. Semakin kecil nilai LC50 (Lethal
kerja sama yang sinergis antar senyawa metabolit
Concentration 50%) dari suatu sampel maka semakin
sekunder yang terkandung di dalamnya.
tinggi bioaktivitasnya.
3.3.
Gambar 1. Grafik aktivitas antibakteri pada ekstrak kasar etanol terhadap bakteri Bacillus cereus dan Escherichia coli.
Pada ekstak kasar, bakteriBacillus cereus
menunjukkan aktivitasnya pada konsentrasi 6%, dengan
diameter zona bening 7,2 mm. Pada bakteri Escherichia
col imenunjukkan aktivitasnya pada konsenterasi 4%
Gambar 2. Grafik aktivitas antibakteri pada fraksi n-heksan terhadap bakteri Bacillus cereus dan Escherichia coli.
Dari
hasil
pengujian,
kedua
bakteri
menunjukkan aktivitasnya pada konsentrasi 6% dengan
diameter zona bening 6,2 mm pada bakteri Bacillus
cereusdan zona bening 6,6 mm pada bakteri
91
Gambar 3. Grafik aktivitas antibakteri pada fraksi etanol-air terhadap bakteri Bacillus cereus.
Dari hasil pengujian terhadap Bacillus cereus
pada konsentrasi 2% sudah terlihat adanya aktivitas
antibakteri dengan diameter zona bening sekitar 6 mm.
Pada Escherichia coli, aktivitas antibakteri terlihat pada
Gambar 4. Grafik aktivitas antibakteri pada ekstrak fraksi etanol-air terhadap bakteri Bacillus cereus dan Escherichia
coli.
Pada fraksi etil asetat, untuk bakteri Bacillus
cereus pada konsentrasi 4% baru terlihat aktivitas
antibakteri dengan diameter zona bening 6 mm
sedangkan pada bakteri Escherichia coli sudah terlihat
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Kandungan senyawa metabolit sekunder pada
ekstrak kasar etanol daun Andong (Cordyline
terminalis Kunth) adalah fenol, saponin dan steroid.
Ekstrak fraksi n-heksana
hanya mengandung
senyawa steroid. Ekstrak fraksi etil asetat
mengandung senyawa fenol dan steroid. Ekstrak
fraksi etanol-air mengandung senyawa fenol dan
saponin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ardiansyah. 2007. 28 Januari 2009. Antioksidan dan Peranannya Bagi Kesehatan. Artikel Iptek.
http://ardiansyah.multiply.com/journal/item/14
2. Dalimarta, Setiawan. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta: Puspa Swara
3. Darwis, D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium dalam Penelitian Senyawa Bahan Alam Hayati. Workshop
Pengembangan Sumber Daya Manusia di dalam Bidang Kimia Organik Bahan Alam Hayati. FMIPA UNAND,
Padang.
4. Day, R. A. dan Underwood. A. L. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
5. Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
6. Hanani, Endang, Abdul Munim dan Ryany Sekarini. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons
Callyspongia SP dari kepulauan Seribu. Jurnal Majalah Ilmu Kefarmasian.
7. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : Penerbit ITB.
8. Hariaman, A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya.
Kimia FMIPA Unmul
92
ISSN 1693-5616
9.
Harun, N dan Syari W. 2002. Aktivitas antioksidan ekstrak daun dewa dalam menghambat sifat hepatotoksi
khalotan dengan dosis sub anastesi pada mencit. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. Padang : Genta Kirana
Grafika, 7(2):63-70.
10. Herbert, R.B. 1995. Biosintesis Metabolisme Sekunder edisi kedua Penerjemah Bambang Srigendono. Semarang :
IKIP Semarang Press.
93