Вы находитесь на странице: 1из 5

A.

Skenario
Alya (25 tahun), datang ke RSGMP Unsoed dengan keluhan gigi belakang bawah
berlubang dan ingin ditambal dengan tambalan sewarna gigi. Gigi tersebut terasa ngilu
saat minum minuman yang dingin. Rasa ngilu hilang, segera setelah minuman tertelan.
Pada pemeriksaan terlihat karies yang cukup luas pada permukaan oklusal, kedalaman
hingga mencapai dentin pada gigi 36/46. Dinding bukal, lingual, mesial dan distal utuh.
Perabaan pada area mukosa gingiva gigi 36/46 tidak ditemukan adanya lesi inflamasi.
Perkusi tidak terasa sakit. Pasien merasakan ngilu saat dilakukan pemeriksaan dengan
menggunakan Chlor Ethyl. Pasien ingin giginya direstorasi dengan baik.
B. Cara Diagnosa dan Diagnosa Pasien
Proses diagnosa merupakan proses yang dilakukan seorang ahli kesehatan untuk
menentukan jenis penyakit yang diderita pasien, kemudian menentukan diagnosis
penyakit pasien tersebut sehingga dapat menentukan rencana perawatan dan
memberikan pengobatan yang tepat sesuai dengan jenis penyakit pasien tersebut.
Terdapat 4 macam diagnosa, diantaranya; diagnosa dini yaitu diagnosa yang dilakukan
sedini mungkin berdasarkan anamnesa dan pengamatan, diagnosa sementara yang
dilakukan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis, diagnosa akhir yang dilakukan
setelah pemeriksaan penunjang atau setelah observasi beberapa waktu, dan diagnosa
banding yang dilakukan bila ada kelainan yang mempunyai gejala mirip dengan kelainan
lain.
1. Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif memberikan informasi mengenai riwayat pasien, meliputi
gejala yang dirasakan pasien. Anamnesa pada pemeriksaan ini dibagi menjadi 6,
yaitu:
a. Chief Complaint (keluhan utama), meliputi masalah atau keadaan pasien yang
dirasakan untuk memutuskan melakukan perawatan atau pengobatan.
b. Present illnes (riwayat penyakit yang diderita), meliputi uraian keluhan utama,
gejala lain yang ada, dan menunjukkan keparahan dari suatu masalah.
c. Past Medical History (riwayat penyakit dulu), biasanya menginformasikan
keadaan pasien terhadap infeksi, pendarahan, dan obat-obatan.
d. Past Dental History (riwayat penyakit dan perawatan gigi), biasanya dengan
menginformasikan ringkasan yang pernah atau sedang diderita terhadap
kesehatan gigi pasien.
e. Family History, untuk membantu diagnosa dengan menemukan adanya transmisi
f.

genetik, yaitu penyakit yang disebarkan oleh anggota keluarga.


Social History, meliputi pekerjaan, lingkungan, perokok, alkoholisme dan

penyalahgunaan obat.
2. Pemeriksaan Obyektif

Pemeriksaan yang dilakukan dokter terhadap pasien melalui berbagai uji atau tes,
yaitu:
a. Pemeriksaan visual
Pemeriksaan ini terdiri dari pemerikaan ekstra oral dan intra oral.
1) Pemeriksaan ekstra oral
Dilihat dari kondisi fisik, cara berjalan, maupun kebiasaan; kesimetrisan
wajah seperti adanya pembengkakan; adanya memar atau tanda pada
trauma lain; dan ukuran ukuran pupil yang menunjukkan adanya
penyakit sistemik dan rasa takut.
2) Pemeriksaan intra oral
Dilihat dari lebar pembukaan mulut pasien; adanya gigi yang karies,
berubah warna, gigi goyang, fraktur; mukosa bukal dan labial; dasar
mulut dan lidah; regio retromolar.
b. Palpasi
Palpasi adalah tindaan meraba dengan satu atau kedua tangan. Palpasi dapat
membedakan tekstur, dimensi, konsistensi, suhu, dan kondisi-kondisi lain.
Palpasi terdiri atas palpasi ekstra oral dan intra oral.
1) Palpasi ekstra oral, bertujuan untuk mengetahui; temperatur lokal,
tenderness, perluasan lesi, indurasi, dan fluktuasi. Ada 3 macam palpasi
ekstra oral; palpasi keleknjar saliva, palpasi TMJ, palpasi lymphonodes.
2) Palpasi intra oral, dilakukan pada rangsangan pada jaringan lunak;
bagian bukal dan lingual sekitar apeks gigi; perabaan dengan tekanan
ujung jari; dan untuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa
sakit, apakah jaringan terjadi fluktuasi, adanya intensitas dan lokasi rasa
sakit, lokasi limfadenopati, indurasi, dan adanya krepitus tulang.
c. Perkusi
Perkusi adalah mengetuk dengan tangan atau dengan alat pad suatu bagian
tubuh. Perkusi bertujuan untuk mengatahui apa yang terjadi dengan bunyi yang
dihasilkan. Perkusi pada gigi dilakukan dengan rangsangan pada jarinngan
periodontal untuk mengevaluasi status periodonsium sekitar gigi. Gigi diberi
pukulan cepat dan tidak keras, mula-mula dengan jari dengan intensitas rendah,
kemudian intensitas ditingkatkan dengan tangkai instrumen.
d. Tes Mobilitas
Tes mobilitas bertujuan untuk mengevaluasi tingkat mobilitas gigi dalam alveolus.
Teknik menggerakkan gigi ke arah lateral di dalam soket dengan menggunakan
jari atau menggunakan tangkai dua instrumen. Jumlah gerakan menunjukkan
kondisi periodonsium, semakin besar gerakan, semakin jelek pula status
priodontalnya. Pada tes depresibilitas, tes ini dilakukan untuk mengetahui

adanya gerakan gigi ke arah vertikal. Tes ini dilakukan dengan jari atau dengan
instrumen. Bila depresibilitas positif, kemungkinan untuk mempertahankan gigi
berkisar antara jelek dan tidak ada harapan gigi tersebut dapat bertahan. Derajat
mobilitas gigi / kegoyangan dikelompokkan menjadi: Grade 1, hanya dapat
dirasakan; Grade 2, mudah dirasakan dengan pergeseran labiolingual 1 mm;
Grade 3, pergeseran labiolingual lebih dari 1 mm, mobilitas dari gigi ke atas dan
ke bawah pada arah aksial.
e. Tes Vitalitas Gigi
Tes ini bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dan status patologi pulpa. Tes
vitalitas dilakukan ketika; sebelum dilakukan restorasi atau perawatan ortodonsi,
yang bertujuan untuk mengetahui status gigi meskipun asimptomatik dan
gambaran radiografi normal; konfirmasi area radiolusen pada regio apikal gigi
yang disebabkan karena berasal dari pulpa, keadaan patologis yang lain, struktur
anatomi normal; diagnosa nyeri oral; memeriksa status gigi yang sebelumnya
telah dilakukan perawatan pulp capping atau terdapat restorasi yang dalam;
menilai vitalitas gigi yang mengalami trauma. Terdapat 4 macam tes vitalitas
pulpa:
1) Tes Elektris
Tes elektris dilakukan dengan menggunakan Electronic Pulp Tester, dengan
cara: isolasi daerah gigi yang akan diperiksa dan keringkan semua gigi
dengan udara; letakkan elektrode EPT pada permukaan labial gigi yang
sudah kering; pasang clip pada bibir pasien; putar / tekan reostat perlahan
untuk memasukkan arus minimal ke dalam gigi; periksa gigi sebanyak 3 kali
dan dirata-rata.
Pada tes elektris kadang terjadi hasil tes yang menyesatkan, seperti
respon positif palsu (false positif) dan respon negatif palsu (false negatif).
Respon positif palsu dapat disebabkan karena: Isolasi yang kurang
maksimal; Kontak dengan jaringan lunak (gingiva) sekitar atau restorasi
metal yang besar; Gigi dengan alveolar abses.
Respon negatif palsu dapat disebabkan karena: Jika pengapuran di
dalam jaringan pulpa atau dentin telah meluas; Gigi dengan restorasi resin;
Obat sedatif, analgesik, narkotika, dan alkohol; Pasien dengan ambang rasa
sakit yang tinggi; Gigi yang baru erupsi dengan immature apex; Gigi yang
baru mengalami trauma; Baterai habis.
2) Tes Termal

Tes termal bertujuan untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan


termal. Tes termal terdiri atas aplikasi panas dan dingin. Tes termal positif
apabila bereaksi terhadap dingin atau panas. Tes termal dingin dilakukan
dengan menggunakan bahan Chlor etyl, Salju karbondioksida, diklorodifluoro metan (DDM), es, dan Frigident (-50). Tes termal dingin dapat
dilakukan dengan cara: gigi diisolasi dengan isolator karet; letakkan cotton
pelet yang telah dibasahi dengan chloretyl pada mahkota gig yang dentinnya
terbuka; hindari kontak dengan jaringan lunak rongga mulut.
Tes termal panas dilakukan dengan menggunakan bahan air panas,
burnisher panas, gutta-pecha panas, coumpound panas atau dengan
instrumen yang dapat menghantarkan temperatur. Tes termal panas dapat
dilakukan dengan cara: isolasi dan keringkan daerah yang akan dilakukan
tes; kenakan pada sepertiga oklusobukal mahkota menggunakan guttapercha panas; bila tidak timbul respon, bahan dipindahkan ke bagian sentral
mahkota atau lebih dekat dengan servikal gigi; bla timbul respon, segera
ambil benda panas.
3) Tes Kavitas
Tes kavitas dilakukan apabila cara diagnosa lain tidak berhasil. Tes ini
dilakukan dengan cara melubangi atap pulpa atau membuat kavitas sesuai
cavity enterance sampai timbul rasa sakit.
4) Tes Jarum
Tes jarum dilakukan apabila terdapat perforasi akibat karies. Tes ini
dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller, k-file ukuran kecil
(no.8/10) ke dalam saluran akar sampai timbul rasa sakit.
Diagnosa Pasien : dari hasil berbagai pemeriksaan, dapat dinyatakan bahwa
pasien tersebut mengalami pulpitis reversibel, hal ini dibuktikan dalam
beberapa hal seperti:
Kedalaman mencapai dentin. Hal ini disebabkan karena tubuli
dentin telah terbuka sehingga rangsangan sampai ke pulpa. Dan
setelah minuman dingin tersebut tertelan, rasa ngilu tersebut

hilang.
Tidak ditemukan adanya lesi inflamasi pada gingiva gigi setelah
dilakukan perabaan pada area mukosa. Pada lesi inflamasi dapat
disebabkan oleh nekrosis pulpa, sedangkan pada pulpitis reversibel
tidak ditemukan adanya lesi inflamasi.

Perkusi tidak terasa sakit. Jika perkusi dirasa sakit, hal tersebut
berarti terjadi kelainan periodonsium. Kelainan periodonsium dapat
disebabkan karena nekrosis pulpa. Sedangkan pada pulpitis

reversibel, tidak terjadi kelainan periodonsium.


Pasien mengalami ngilu saat dilakukan pemeriksaan dengan

menggunakan Chlor Ethyl.


C. Klasifikasi Karies Gigi Pasien
Berdasarkan kasus, jenis karies pada pasien tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan anatomi gigi, ditemukan karies pada pit dan fisure, termasuk permukaan
oklusal gigi posterior dan permukaan bukal dan lingual gigi molar.
2. Berdasarkan keparahan atau kecepatan berkembangnya, karies menyerang daerah
yang rentan terhadap karies, seperti permukaan oklusal gigi molar.
3. Berdasarkan kedalaman, karies yang mengenai enamel, sebagian dentin, atau
sampai dengan selapis tipis dentin yang menutupi ruang pulpa.
4. Berdasarkan sistem WHO, sudah terjadi karies kelas D3, dimana jika dilihat secara
klinis kedalaman kavitas susah sampai pada dentin.
5. Berdasarkan sistem Black, karies tersebut ialah karies kelas 1, dimana lesi terjadi
pada pit dan fisure permukaan oklusal molar, baik pada pit bukal dan lingual.
6. Berdasarkan G. J. Mount, karies tersebut ialah karies kelas #1.2, dimana karies
terdapat pada pit dan fisure permukaan oklusal gigi posterior, dan ada penyebaran
yang cukupsignifikan pada dentin.
D. Rencana Perawatan Gigi Pasien
E. Tahapan Kerja Pasien
1. Alat dan Bahan
2. Cara Kerja
3. Desain Preparasi

Вам также может понравиться