Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh
hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.
Pasien dengan mood yang meninggi (elevated), yaitu mania menunjukkan sikap
meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan
kebutuhan tidur, peninggian harga diri, dan gagasan kebesaran. Pasien dengan
mood terdepresi, yaitu-depresi merasakan hilangnya energi-energi dan minat,
perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran
tentang kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain dari gangguan mood
adalah perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan, dan fungsi
vegetative (seperti tidur, nafsu makan, aktivitas seksual, dan irama biologis
lainnya). Perubahan tersebut hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi
interpersonal, sosial, dan pekerjaan.(1)
Mood mungkin normal, meninggi, atau terdepresi. Orang normal
mengalami berbagai macam mood dan memiliki ekspresi afektif yang sama
luasnya; mereka merasa mengendalikan, kurang lebih, mood dan afeknya.(1)
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.(1)
BAB II
1
GANGGUAN DEPRESIF
1. Definisi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri. (1)
2. Epidemiologi
1. Jenis Kelamin
Perempuan 2x lipat lebih besar disbanding laki-laki. Diduga adanya
perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan stresor psikososial antara
laki-laki
ketidakberdayaan. (1)
2. Usia
Pada umumnya, rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah
kira-kira 40 tahun, dimana 50% dari semua pasien mempunyai onset antara usia
20 dan 50 tahun. Gangguan depresif berat juga memiliki onset selama masa anakanak atau pada lanjut usia. Beberapa data epidemiologis menyatakan bahwa
insidensi gangguan depresif berat mungkin meningkat pada orang-orang yang
berusia kurang dari 20 tahun (Kaplan, 2010). Pada penelitian lain yang dilakukan
oleh Akhtar (2007) didapatkan bahwa tingkat prevalensi tertinggi terjadi pada
kelompok usia 20-24 tahun (14,3%) dan yang terendah pada kelompok usia >75
tahun (4,3%), sementara data yang didapatkan dari NIMH (2002) menyebutkan
bahwa tingkat depresi terbanyak ditemukan pada kelompok usia >18
tahun
(10%).(1)
3. Status Perkawinan
2
Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang
yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat, pasangan yang bercerai
atau berpisah. (1)
3. Etiologi
Etiologi depresi terdiri dari:
1. Faktor genetik
Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola penurunan genetika
adalah jelas melalui mekanisme yang kompleks. Bukan saja tidak mungkin untuk
menyingkirkan efek psikososial, tetapi faktor non genetik kemungkinan
memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan mood pada
sekurangnya beberapa orang. Penelitian keluarga menemukan bahwa sanak
saudara derajat pertama dari penderita gangguan depresif berat berkemungkinan 2
sampai 3 kali lebih besar daripada sanak saudara derajat pertama. (1)
2. Faktor Kepribadian Premorbid
Personalitas siklotimik menjadi sasaran gangguan afek ringan selama
hidupnya, keadaan ini tidak berhubungan dengan penyebab eksterna. Kepribadian
depresi ditunjukkan dengan perilaku murung, pesimis dan kurang bersemangat.
Personalitas hipomania berperilaku lebih riang, energetik dan lebih ramah dari
rata-rata. (1,2)
Mereka dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya dan
dunia luar dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres besar,
mereka cenderung akan mengalami depresi. (1,2)
3. Faktor Lingkungan
Enam bulan sebelum depresi, pasien depresi mengalami lebih banyak
peristiwa dalam hidupnya. Mereka merasa kejadian ini tidak memuaskan dan
mereka keluar dari lingkungan social. 80% serangan pertama depresi didahului
oleh stress, tetapi angka ini akan jatuh menjadi hanya 50% pada serangan
3
berikutnya. Pasien depresi diketahui juga lebih sering pada anak yang kehilangan
orang tua di masa kanak-kanak dibandingkan dengan populasi lainnya. (1,2,3)
4. Klasifikasi
1. Episode Depresif
F32.0 Episode depresif ringan
Suasana perasaan mood yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan,
dan mudah menjadi lelah biasanya dipandang sebagai gejala depresi yang paling
khas; sekurang-kurangnya dua dari ini, ditambah sekurang-kurangnya dua gejala
lazim di atas harus ada untuk menegakkan diagnosis pasti. Tidak boleh ada gejala
yang berat di antaranya. Lamanya seluruh episode berlansung ialah sekurangkurangnya sekitar 2 minggu. (1,2,3)
Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah tentang
gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan biasa dan kegiatan
social, namun mungkin ia tidak akan berhenti berfungsi sama sekali. (1,2,3)
F32.1 Episode depresif sedang
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala yang paling khas yang
ditentukan untuk episode depresif ringan, ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan
sebaiknya empat) gejala lainnya. Beberapa gejala mungkin tampil amat menyolok,
namun ini tidak esensial apabila secara keseluruhan ada cukup banyak variasi
gejalanya. Lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu. (1,2,3)
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
Pada episode depresif berat, penderita biasanya menunjukkan ketegangan
atau kegelisahan yang amat nyata, kecuali apabila retardasi merupakan ciri
terkemuka. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tak berguna mungkin
mencolok, dan bunuh diri merupakan bahaya nyata terutama pada beberapa kasus
berat. Anggapan di sini ialah bahwa sindrom somatik hampir selalu ada pada
episode depresif berat. (1,3)
Semua tiga gejala khas yang ditentukan untuk episode depresif ringan dan
sedang harus ada, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lainnya, dan
beberapa diantaranya harus berintensitas berat. Namun, apabila gejala penting
(misalnya agitasi atau retardasi) menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau
tidak mampu utnuk melaporkan banyak gejalanya secara terinci. Dalam hal
demikian, penentuan menyeluruh dalam subkategori episode berat masih dapat
dibenarkan. Episode depresif biasanya seharusnya berlangsung sekurangkurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,
maka mungkin dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari
2 minggu. (1,3)
Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin penderita akan
mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali
pada taraf yang sangat terbatas.Kategori ini hendaknya digunakan hanya untuk
episode depresif berat tunggal tanpa gejala psikotik; untuk episode selanjutnya,
harus digunakan subkategori dari gangguan depresif berulang. (1,3)
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 terssebut di
atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Wahamnya biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan
pasien dapat merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau
olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran
atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada
stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan suasana perasaan (mood). (1,2,3)
F32.8 Episode depresif lainnya
Episode yang termasuk di sini adalah yang tidak sesuai dengan gambaran
yang diberikan untuk episode deprresif pada F32.0-F32.3, meskipun kesan
diagnostik menyeluruh menunjukkan sifatnya sebagai depresi. Contohnya
termasuk campuran gejala depresif (khususnya jenis somatik) yang berfluktuasi
dengan gejala non diagnostik seperti ketegangan, keresahan dan penderitaan; dan
campuran gejala depresif somatik dengan nyeri atau keletihan menetap yang
bukan akibat penyebab organik (seperti yang kadang-kadang terlihat pada
pelayanan rumah sakit umum). (1,3)
5
dijabarkan dalam episode depresif ringan, sedang, atau berat, tanpa riwayat
adanya episode tersendiri dari peninggian suasana perasaan dan hiperaktivitas
yang memenuhi kriteria mania dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria
hipomania segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya
dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi). Usia dari onset, keparahan,
lamanya berlangsung, dan frekuensi episode dari depresi, semuany sangat
bervariasi. Umumnya episode pertama terjadi pada usia lebih tua dibanding
dengangangguan bipolar, dengan usia onset rata-rata lima puluhan. Episode
masing-masing juga lamanya antara 3 dan 12 bulan (rata-rata lamanya sekitar 6
bulan) akan tetapi frekuensinya lebih jarang. (1,3,4)
Pemulihan keadaaan biasanya sempurna di antara episode, namun
sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap,
terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan).
Episode masing-masing dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan
oleh peristiwa kehidupan yang penuh sters; dalam berbagai budaya, baik episode
tersendiri maupun depresi menetap dua kali lebih banyak pada wanita daripada
pria. (1,3,4)
Bagaimanapun seringnya seseorang pasien gangguan depresif berulang
mengalami episode depresif sebagai penderitaan, tidak mustahil baginya akan
mengalami episode manik. Jika ternyata terjadi episode manik, maka diagnosisnya
harus diubahmenjadi gangguan afektif bipolar. (1,4)
5. Diagnosis
Karena perasaan sedih dan patah semangat merupakan respon normal pada
manusia, maka sangat penting untuk mampu membedakannya dengan keadaan
6
yang patologis. Sindrom depresi akan diikuti oleh gejala vegetatif seperti,
penurunan nafsu makan atau insomnia, sehingga menyebabkan penurunan berat
badan, meskipun pada beberapa orang keadaan depresi akan dilawan dengan
makan lebih banyak, atau mereka makan lebih banyak karena dipaksa oleh orang
tua ataupun pasangan sehingga penurunan berat badan menjadi minimal.(1,3)
DSM-IV juga menyebutkan mengenai kriteria diagnostik untuk episode
pertama gangguan depresif berat. Perbedaan antara pasien yang menderita episode
tunggal gangguan depresif berat dan pasien yang memiliki dua atau lebih episode
gangguan depresif berat adalah ditekankan karena ketidakpastian perjalanan
penyakit yang hanya menderita satu episode. (1,2)
Kriteria Diagnostik Gangguan Depresif Mayor, Episode Tunggal
A. Adanya episode depresif Mayor tunggal
B. Episode depresif Mayor tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan skizoaektif, dan
tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan
delusional atau gangguan psikotik YTT.
C. Tidak pernah terdapat episode manik, episode campuran, atau episode hipomanik.
Catatan: penyingkiran ini tidak berlaku jika semua episode mirip manik, mirip campuran,
atau mirip hipomanik adalah diakibatkan oleh zat atau terapi dan karena efek fisiologis
langsung dari kondisi medis umum.
Sebutkan (untuk episode sekarang atau paling akhir):
- Penentu keparahan/psikotik/remisi
- Kronik
- Dengan ciri katatonik
- Dengan ciri melankolik
- Dengan ciri atipikal
- Dengan onset pascapersalinan
Tabel 2. Kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat episode tunggal
menurut DSM-IV.(1,2,3)
Pasien yang mengalami sekurang-kurangnya episode kedua depresi
diklasifikasikan di dalam DSM-IV sebagai menderita gangguan depresif berat,
rekuren. Masalah utama di dalam mendiagnosis episode rekuren gangguan
depresif berat adalah memutuskan kriteria apa yang digunakan untuk menandakan
resolusi masing-masing periode. Dua variabel adalah derajat resolusi gejala dan
lamanya resolusi.
Gangguan depresif mayor, rekuren memiliki kriteria diagnosis
A. Terdapat dua atau lebih episode depresif mayor
Catatan: dipertimbangkan sebagai episode yang terpisah, harus terdapat suatu interval
paling kurang 2 bulan berturut-turut dimana kriteria episode depresif mayor tidak
terpenuhi.
B. Episode depresi mayor tidak lebih baik dijelaskan oleh ganguan skizoafektif dan tidak
bertumpang tindih dengan Skizofrenia, Gangguan Skizofreniform, Gangguan Waham, ata
Gangguan Psikotik yang Tak Ditentukan
C. Tidak pernah terdapat episode manik episode campuran, atau episode manik
Catatan: penyingkiran ini tidak digunakan jika episode mirip manik, mirip camputan,atau
mirip hipomanik yang diinduksi zat atau pengobatan atau karena efek fisiologis langsung
dari suatu kondisi medis umum.
Jika saat ini memenuhi kriteria suatu episode depresi mayor, sebutkan status dan/atau
gambaran klinis saat ini: Ringan, sedang, berat tanpa ciri psikotik/berat dengan ciri
psikotik, kronik, dengan ciri katatonik, dengan ciri melankolik, dengan ciri atipikal,
dengan onset post partum
Jika saat ini tidak memenuhi kriteria suatu episode depresi mayor, sebutkan status klinis
saat ini dari gangguan depresi mayor atau ciri pada episode paling akhir: dalam remisi
parsial, dalam remisi penuh, kronik, dengan ciri katatonik, dengan ciri melankolik,
dengan ciri atipikal, dengan onset post partum
Tabel 3. Kriteria diagnostik gangguan depresif mayor, rekuren menurut
DSM-IV(1,2,3)
DSM-IV mendefinisikan tiga ciri gejala tambahan yang dapat digunakan
untuk menggambarkan pasien dengan berbagai gangguan mood. Dua ciri gejala
cross-sectional (ciri melankolik dan ciri atipikal) adalah terbatas pada deskripsi
akhir, atau jika ciri tersebut menonjol selama 2 tahun terakhir gangguan distimik)
A. Reaktivitas mood (yaitu, mood menjadi terang sebagai respon kejadian positif yang
sesungguhnya atau kemungkinan terjadi )
B. Dua (atau lebih) ciri berikut, ditemukan pada sebagian besar waktu, selama sekurangnya
2 minggu:
(1) Penambahan berat badan yang bermakna atau peningkatan nafsu makan
(2) Hipersomnia
(3) Paralisis timah (Leaden paralysis) (yaitu, perasaan berat seperti timah pada lengan
atau tungkai)
(4) Pola kepekaan penolakan interpersonal yang berlangsung lama (tidak terbatas pada
episode gangguan mood) yang menyebabkan gangguan sosial atau pekerjaan yang
bermakna.
C. Kriteria tidak memenuhi ciri melankolik atau dengan ciri katatonik selama episode yang
sama.
Tabel 5. Kriteria diagnostik untuk penentu ciri atipikal menurut DSM-IV
(1,2,3)
(3) Negativisme yang ekstrim (suatu resistensi yang tampaknya tanpa motivasi terhadap
semua instruksi atau mempertahankan suatu postur yang kaku yang menentang semua
usaha untuk digerakkan) atau mutisme
(4) Gerakan volunter yang aneh seperti yang ditunjukkan oleh posturing (secara volunter
mengambil postur yang tidak sesuai atau aneh), gerakan stereotipik, mennerisme yang
menonjol, atau seringai yang menonjol
(5) Ekolalia atau ekopraksia
Tabel 6. Kriteria diagnostik untuk penentu ciri katatonik menurut DSM-IV
(1,2,3)
6. Diagnosis Banding
GANGGUAN MEDIS
Jika suatu kondisi medis nonpsikiatrik menyebabkan suatu gangguan
mood, diagnosis DSM-IV adalah gangguan mood karena kondisi medis umum.
Jika suatu zat menyebabkan gangguan mood, diagnosis DSM-IV adalah gangguan
mood akibat zat.(1,2)
Sebagian besar penyebab organik gangguan depresif dapat dideteksi
dengan riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik dan neurologis yang
lengkap, dan tes darah dan urine rutin. Pada gangguan mood akibat penggunaan
zat, aturan penting yang beralasan adalah bahwa tiap obat yang digunakan pasien
depresi harus dianggap sebagai faktor potensial di dalam hipertensi, sedatif,
hipnotik, antipsikotik, antiepileptik, obat antiparkinson, analgesik, antibakteri, dan
antineoplastik semuanya sering disertai gejala depresif(1).
KONDISI NEUROLOGIS
Masalah neurologis yang paling umum bermanifestasi sebagai gejala
depresif adalah penyakit parkinson, penyakit yang menimbulkan demensia
(termasuk demensia tipe Alzheimer), epilepsi, penyakit serebrovaskuler, dan
11
tumor.gejala depresif sering kali berespon terhadap obat antidepresan dan terapi
elektrokonvulsif (ECT)(1.3).
PSEUDODEMENSIA
Klinisi biasanya dapat membedakan pseudodemensia gangguan depresif
berat dari demensia suatu penyakit, serta demensia tipe Alzheimer, atas dasar
klinis. Gejala kognitif pada gangguan depresif berat memiliki onset yang tiba-tiba,
dan gejala lain dari gangguan depresif berat, seperti menyalahkan diri sendiri,
sering ditemukan. Pasien terdepresi dengan gangguan kognitif sering kali
mencoba menjawab pertanyaan (saya tidak tahu), sedangkan pasien demensia
sering kali berkonfabulasi. Pada pasien terdepresi, daya ingat belum lama adalah
lebih terganggu daripada daya ingat jauh. Dan pasien terdepresi sering kali dapat
dilatih dan didorong selama wawancara untuk mengingat, suatu kemampuan yang
tidak dimiliki oleh pasien demensia(1.3).
Gangguan mental yang tertulis dalam tabel di bawah ini adalah yang
utama harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding.
Gangguan Mental yang Sering Memiliki ciri depresif
Gangguan penyesuaian dengan mood terdepresi
Gangguan penggunaan alkohol
Gangguan kecemasan:
Gangguan kecemasan umum
Gangguan kecemasan-depresif campuran
Gangguan panik
Gangguan stres pascatraumatis
Gangguan obesesif-kompulsif
Gangguan makan:
Anoreksia nervosa
Bulimia nervosa
Gangguan mood
Gangguan bipolar I
Gangguan bipolar II
Gangguan siklotimik
Gangguan distimik
Gangguan depresif berat
Gangguan depresif ringan
Gangguan karena kondisi medis umum
Gangguan depresif singkat rekuren
12
tertentu seperti keju, anggur dan acar, MAOIs juga dapat menghambat enzimenzim di hati terutama sitokrom P450 yang akhirnya akan mengganggu
metabolisme obat di hati.(1,3)
Tetapi sekarang, diperkenalkannya bupropion dan serotonin-specific
reuptake inhibitors (SSRIs) sebagai contoh, fluoxetine, paroxetine (paxil), dan
setraline (Zoloft)- memberikan klinisi obat yang jauh lebih baik ditoleransi
daripada obat yang sebelumnya tetapi sama efektifnya(1,3).
Indikasi utama untuk antidepresan adalah episode depresif berat. Gejala
pertama yang membaik adalah pola tidur dan makan yang terganggu, walaupun
mungkin hal tersebut mungkin kurang benar jika SSRIs digunakan dibandingkan
digunakan obat trisiklik. Agitasi, kecemasan, episode depresif, dan keputusasaan
adalah gejala selanjutnya yang membaik. Gejala sasaran lainnya adalah energi
yang rendah, konsentrasi yang buruk, ketidakberdayaan, dan penurunan libido.
Terapi elektrokonvulsif (ECT) biasanya digunakan jika (1) pasien tidak
responsif
terhadap
farmakoterapi,
(2)
pasien
tidak
dapat
menoleransi
farmakoterapi, atau (3) situasi klinis adalah sangat parah sehingga diperlukan
perbaikan cepat yang terlihat pada ECT(1,3).
Edukasi pasien yang adekuat tentang kegunaan antidepresan sebagai hal
penting untuk kesuksesan terapi termasuk pemilihan obat dan dosis yang paling
sesuai. Dokter juga menekankan kepada pasien tidak akan ketergantungan dengan
obat antidepresa, karena obat tidak akan memberikan kepuasaan segera dan dosis
obat akan diturunkan secara perlahan-lahan sesuai dengan evaluasi gejala. (1,5,6)
Pada
pemberian
antidepresan,
obat
akan
memperlihatkan
efek
antidepresan
Beberapa penelitian
sering. Kira-kira 25 persen pasien mengalami suatu rekurensi dalam enam bulan
pertama setelah pulang dari rumah sakit, kira-kira 30 sampai 50 persen dalam dua
tahun pertama, dan kira-kira 50 sampai 75 persen dalam lima tahun. Insidensi
relaps adalah jauh lebih rendah daripada angka tersebut pada pasien yang
meneruskan terapi psikofarmakologis profilaksis dan pada pasien yang hanya
mengalami satu atau dua episode depresif. Pada umumnya, saat pasien mengalami
lebih banyak episode depresif, waktu antara episode memendek, dan keparahan
masing-masing episode meningkat(1,4).
Episode ringan, tidak adanya gejala psikotik, dan tinggal di rumah sakit
dalam waktu yang singkat adalah indikator prognostik baik. Indikator psikososial
perjalanan penyakit yang baik adalah riwayat persahabatan yang erat selama
remaja, fungsi keluarga yang stabil, dan fungsi sosial yang biasanya kokoh selama
lima tahun sebelum penyakit. Tanda prognostik baik tambahan adalah tidak
adanya gangguan psikiatrik komorbid, tidak adanya gangguan kepribadian, tidak
lebih dari satu kali perawatan di rumah sakit sebelumnya untuk gangguan depresif
berat, dan usia onset yang lanjut. Kemungkinan prognosis buruk meningkat oleh
adanya penyerta gangguan distimik, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, gejala
gangguan kecemasan, dan riwayat lebih dari satu episode depresif sebelumnya.
Laki-laki lebih mungkin mengalami perjalanan penyakit yang secara kronis
mengganggu dibandingkan wanita(1,2,3,4).
Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6 sampai 13 bulan;
sebagian besar episode yang diobati berlangsung kira-kira 3 bulan. Menghentikan
antidepresan sebelum 3 bulan hampir selalu menyebabkan kembalinya gejala.
Saat perjalanan penyakit berkembang, pasien cenderung menderita episode
depresif yang lebih sering dan berlangsung lama(1,3).
Kira-kira 5 sampai 10 persen pasien dengan diagnosis awal gangguan
depresif berat menderita suatu episode manik 6 sampai 10 tahun setelah episode
depresif awal. Usia rata-rata untuk pergantian tersebut adalah 32 tahun, dan
keadaan ini sering terjadi setelah dua sampai empat episode depresif(1,3).
17
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh
hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.
Gangguan mood terdiri dari episode yang mendasari gangguan tersebut, yaitu
episdoe depresi, manik, campuran, dan hipomanik.
Gangguan mood dikatakan sebagai Gangguan Depresif Mayor apabila
terdapat lima atau lebih gejala dari episode terdepresi tanpa ada gejala episode
manik, campuran, maupun hipomanik. Gangguan ini tidak memenuhi kriteria
episode campuran, serta tidak disebabkan oleh efek suatu zat maupun akibat
kondisi medis umum.
Terapi antidepresan hrus dipertahankan setidak-tidaknya 6 bulan atau
sesuai lamanya pengobatan pada episode sebelumnya.
Beberapa penelitian
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H.I, Sadock B.J, Greb J.A. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis, Edisi ke-7. Hal : 777-849. Bina rupa Aksara, Jakarta.
1997.
2. Diagnostic And Statistical Manual Of
deprresive
symptoms,and
education.
Published
at
19