Вы находитесь на странице: 1из 2

DOKTER UNTUK INDONESIA BEBAS

ROKOK
Berdasarkan PP No. 109 tahun 2012, rokok adalah salah satu produk
tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/ atau dihirup asapnya,
termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari
tanaman nicotina tabacum, nicotina rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya
yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.
Merokok menimbulkan masalah kesehatan seperti kanker, penyakit jantung
koroner, impotensi, penyakit saluran nafas, dan lain-lain. Seringnya mengkonsumsi
rokok, dan mahalnya sebuah rokok juga menimbulkan masalah sosial dan ekonomi.
Dalam 1 hari perokok di Indonesia dapat menghabiskan 605 miliyar. Dan sangat
disayangkan ternyata pengguna rokok terbesar di Indonesia justru berasal dari
masyarakat berpendidikan rendah dan ekonomi rendah. Asap yang dihasilkan dari
rokok merusak lingkungan tidak hanya bagi pengguna rokok tersebut tetapi juga
orang lain. Hak orang lain untuk mendapatkan udara bersih pun menjadi
terabaikan.
Berdasarkan WHO tahun 2014 Merokok mengakibatkan 100 juta kematian di
dunia selama abad 20 ini dan akan terus membunuh sedikitnya 6 juta orang
pertahunnya, termasuk 600 ribu perokok pasif.
Jika ini terus berlanjut, maka sekitar 500 juta jiwa yang hidup saat ini akan
meninggal akibat pengunaan rokok. Pada tahun 2030, pengunaan rokok akan
menghasilkan sekitar 8 juta kematian di seluruh dunia setiap tahunnya.

Sekitar

80% kematian yang dapat dicegah ini terjadi di negara belum berkembang dan
Negara berkembang. 50% diantaranya terjadi di Negara berkembang termasuk
Indonesia.
Jumlah perokok di seluruh dunia kini mencapai 1,2 milyar orang dan 800 juta
diantaranya berada di Negara berkembang. Sungguh mencengangkan, menurut
data WHO, Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di
dunia setelah Cina dan India. 34, 7 % penduduk di Indonesia berusia 10 tahun ke
atas adalah perokok.

Peningkatan konsumsi rokok dikarenakan kesadaran masyarakat yang rendah


dengan membeli tanpa mempedulikan efek yang ditimbulkan. Padahal sudah jelas
tertera di semua kemasan rokok merokok membunuhmu. Efek adiktiflah yang
menggerakkan konsumen terus menerus membeli rokok. Bahkan rokok sudah
dianggap sebagai menu utama mereka sehari-hari. Para pengguna rokok pun tak
pandang bulu, tidak hanya orang dewasa, rokok telah dinikmati oleh kalangan di
bawah umur.
Dokter sebagai panutan masyarakat tentang kesehatan sudah seharusnya
menggerakan gerakan bebas rokok. Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
telah dimiliki, seorang dokter memegang peran kunci membantu masyarakat untuk
berhenti merokok. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat dimulai dari pusat
layanan primer kesehatan di Indonesia yaitu puskesmas dapat menjadi satu awal
langkah besar mewujudkan Indonesia bebas rokok. Dan juga sebagai profesi yang
terjun langsung ke masyarakat, dokter dapat mengedukasi secara langsung tentang
rokok kepada setiap pasien yang berkonsultasi. Sebuah survey yang diadakan di
Jakarta pada tahun 2009 dengan sampel 96 dokter secara acak didapatkan bahwa
38% dokter belum memberikan nasehat untuk berhenti merokok kepada pasien
yang merokok. Dan sangat disayangkan, 2,1 % dokter masih merokok setiap hari.
Fakta ini membuktikan bahwa masih ada dokter yang tidak terfokus terhadap
kesehatan pasien. Padahal, sumpah dokter mengaharuskan

dokter senantiasa

mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepentingan masyarakat


daripada kepentingan sendiri.
Sebagai dokter kita harus memberikan contoh kepada masyarakat, mulai dari
diri kita sendiri, yaitu tidak merokok, memberikan nasihat untuk mulai berhenti
merokok kepada perokok, melakukan penyuluhan tentang rokok dan bahaya yang
ditimbulkan. Selain masyarakat, kita juga dapat memberikan penyuluhan tentang
rokok kepada komunitas masyarakat yang lebih kecil lagi yaitu keluarga kita sendiri.

Oleh: Idama Asido Rohana Simanjuntak

Вам также может понравиться