Вы находитесь на странице: 1из 23

ANALISIS OBAT DALAM CAIRAN HAYATI (DARAH)

KELOMPOK II (DUA)
Anggota Kelompok
1. Nama: Fadilah Ayu Lestari
2. Nama: La Lio
3. Nama: Lili Handayani
14 022
4. Nama: Nurlela Sundari Z
5. Nama : Rezky Nahdiati Rianda
14 039

NIM: O1A1 14 013


NIM: O1A1 14 019
NIM: O1A1
NIM: O1A1 14 034
NIM: O1A1

LABORATORIUM FARMAKOLOGI & FARMASI KLINIK


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
2016

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

Nama/NIM

: Fadilah Ayu Lestari

/ O1A114013

La Lio

/ O1A114019

Lili Handayani

/ O1A114022

Nurlela Sundari Z.

/ O1A114034

Rezky Nahdiati RiandA

/ O1A114039

Kelompok

: II (Dua)

Tanggal

: 28 Mei 2016

Judul Percobaan : ANALISIS OBAT DALAM CAIRAN HAYATI


(DARAH)
I. Pendahuluan
1. Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui
langkah-langkah analisis obat dalam cairan hayati (darah).
2. Latar Belakang
Ilmu biofarmasetika dan farmakokinetika obat dan produk obat
bermanfaat dalam memahami hubungan antara sifat fisiko kimia obat
maupun

efek

farmakologi

dan

klinik

dari

obat

tersebut.

Studi

biofarmasetika memerlukan penyelidikan berbagai faktor yang mungkin


mempengaruhi laju serta jumlah obat yang juga mempengaruhi pelepasan
obat dari suatu produk obat (sediaan). Sedangkan farmakokinetika
mempelajari tentang absorbsi obat, distribusi serta eliminasinya ( proses
ekskresi dan metabolisme). Ketersediaan
diukur

pada

keadaan

dengan menentukan

pasien

kadar

hayati

suatu

yang bersangkutan

dalam

plasma

obat

dapat

(secara in vivo)

darah setelah mencapai

keseimbangan antara serum cairan tubuh (keadaan tunak). Ada kolerasi


yang baik antara kadar obat dalam plasma dengan efek terapi. Ketersediaan
hayati digunakan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan dan
kecepatan obat diabsorbsi dari bentuk sediaan dan digambarkan dengan

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

kurva kadar waktu setelah obat diminum dan berada pada jaringan
biologik atau larutan seperti darah dan urin. Data ketersediaan hayati dapat
pula digunakan untuk menentukan jumlah atau bagian obat yang diabsorbsi
dari bentuk sediaan, kecepatan obat diabsorbsi, masa kerja obat berada
didalam cairan biologik atau jaringan bila dihubungkan dengan respon
pasien dan hubungan antara kadar obat dalam darah dengan efektivitas
terapi/efek toksik (Firdaus, 2009 )
Profil farmakokinetik obat

dalam

jaringan

atau

profil

farmakokinetik fisiologi (physiologically based pharmacokinetic) suatu


senyawa obat adalah distribusi senyawa tersebut di dalam jaringan atau
organ tertentu yang diterangkan berdasarkan model fisiologi. Model ini
mampu menerangkan distribusi obat di dalam jaringan, namun belum
banyak digunakan karena memerlukan data-data fisiologi jaringan, sehingga
memerlukan banyak studi pendukung. Farmakokinetik fisiologis senyawasenyawa tetrasiklin dapat menerangkan sifat-sifat absorpsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi senyawa-senyawa tersebut dalam jaringan atau
organ tertentu dalam tubuh. Dengan mengetahui profil farmakokinetik obat
di dalam jaringan atau organ akan diperoleh banyak informasi yang
bermanfaat terutama untuk terapi penyakit tertentu, menentukan drug of
choice, managemen terapi dan analisis residu. Interaksi suatu molekul obat
pada reseptor menginisiasi suatu rangkaian proses yang menyebabkan
respon farmakologi. Menurut Shargel dan Yu (1993), farmakodinamik
merupakan hubungan antara kadar obat di tempat aksinya (reseptor) dan
respon farmakologi, dengan melibatkan efek fisiologi dan biokimia dari
struktur molekul obat. Menurut Rowland and Tozer (1989), dalam hal
pemberian obat, terdapat dua fase yaitu fase farmakokinetik yaitu hubungan
antara dosis, bentuk dosis, frekuensi dan cara pemberian dengan konsentrasi
dan waktu dalam tubuh, serta fase farmakodinamik yaitu mengenai efek dari

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

sejumlah konsentrasi obat pada tempat aksinya. Interaksi suatu molekul obat
pada reseptor menginisiasi suatu rangkaian proses yang menyebabkan
respon farmakologi. Menurut Shargel dan Yu (1993), farmakodinamik
merupakan hubungan antara kadar obat di tempat aksinya (reseptor) dan
respon farmakologi, dengan melibatkan efek fisiologi dan biokimia dari
struktur molekul obat. Menurut Rowland and Tozer (1989), dalam hal
pemberian obat, terdapat dua fase yaitu fase farmakokinetik yaitu hubungan
antara dosis, bentuk dosis, frekuensi dan cara pemberian dengan konsentrasi
dan waktu dalam tubuh, serta fase farmakodinamik yaitu mengenai efek dari
sejumlah konsentrasi obat pada tempat aksinya. ( Wijayanti, 2010).
Sejak beberapa tahun yang lalu, pola pengontrolan kualitas dan
pemakaian klinik obat dipengaruhi oleh suatu disiplin ilmu yang
mempelajari nasib obat dalam tubuh. Model-model kompartemen hanyalah
suatu representasi matematika yang tidak bisa dihubungkan dengan keadaan
fungsi- fungsi tubuh secara tegas. Oleh karena itu " volume distribusi" tadi
disebut " volume distribusi yang timbul" (apparent volume of distribution).
Manfaat lain dari farmakokinetika adalah mempelajari faktor-faktor yang
dapat menipengaruhi proses -proses biologik yang dialami oleh obat dalam
tubuh mulai dari absorpsi, distribusi, metabolisme maupun ekskresi.
Termasuk di sini misalnya faktor-faktor genetik maupun lingkungan baik
lingkungan internal maupun eksternal tubuh. Misalnya dengan mengukur
parameter kinetika eliminasi (khusus untuk metabolisme) suatu obat dalam
satu populasi, dapat diidentifikasi kemungkinan adanya sub populasi yang
lain dari umumnya anggota populasi dalam hal kemampuan metabolisme
obat tertentu (Sriwidodo, 1985).
Obat yang masuk ke dalam tubuh
pemberian

umumnya

mengalami

proses

melalui berbagai rute

absorpsi,

distribusi,

dan

pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek.


Kemudian, dengan atau tanpa proses biotransformasi, obat diekskresi dari

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut proses farmakokinetik dan berjalan
serentak. Farmakokinetika menujukkan kinetika absorpsi obat, distribusi
dan

eliminasi,

yakni ekskresi dan metabolisme. untuk menentukan

parameter farmakokinetika dimana pada umumnya penentuan parameter


farmakokinetika suatu obat dilakukan menggunakan data kadar obat
tersebut dalam darah atau saluran sistemik Sihabuddin dkk., 2011).
II.

Cara Kerja
1. Bahan dan Alat
Alat

Bahan

1. Batang pengaduk
2. Gelas kimia
3. Gelas ukur
4. Kuvet
5. Labu ukur 100 mL
6. Lumpang dan alu
7. Pipet tetes
8. Rak tabung
9. Sendok tanduk
10. Sentrifuge
11. Spektrometer
12. Spoit dan jarum suntik
13. Tabung Effendorf
14. Tabung Reaksi
15. Timbangan analitik
16. Vortex
2.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Akuades
Alkohol
Antalgin
Aluminium foil
Darah
Larutan EDTA
Larutan TCA
Metampiron murni
Tisu

Cara Kerja
a) Pembuatan Larutan Induk Metampiron Murni
- Ditimbang 0,05 g metampiron murni
- Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
METAMPIRON
- Ditambahkan sedikit akuades
- Diaduk sampai homogen
- Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL
- Diadkan sampai tanda tera
- Digojok sampai homogen
- Disimpan dalam gelas kimia dan dilabeli
-

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

Larutan Induk
b) Pembuatan larutan standar
LARUTAN INDUK METAMPIRON
- Diambil 1 mL larutan induk
- Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL
- Diadkan dengan akuades sampai tanda
tera
- Digojok sampai homogen
- Disimpan dalam gelas kimia dan
dilabeli (5 ppm)
- Diulangi untuk konsentrasi 10 ppm, 15

ppm, 20 ppm dan 25 ppm.


c) Pembuatan Larutan Stok Antalgin

- Digerus
2 tablet sampai halus dan homogen
ANTALGIN
Larutan Sampel
menggunakan lumpang dan alu
- Ditimbang 0,125 g
- Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
- Ditambahkan sedikit akuades
- Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL
- Diadkan sampai tanda tera
- Digojok sampai homogen
- Dimasukkan dalam gelas kimia dan dilabeli

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

Larutan stok antalgin


d) Pembuatan Larutan Seri Konsentrasi Antalgin
LARUTAN STOK ANTALGIN
-

Diambil 20 mL
Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL
Diadkan akuades sampai tanda tera
Digojok sampai homogen
Disimpan dalam gelas kimia kemudian

dilabeli (100 ppm)


- Diulangi prosedur untuk konsentrasi 200
ppm, 300 ppm dan 400 ppm.
-

Larutan antalgin

- Diikat lengan atas probandus


e) Pengambilan Sampel -Darah
Diikat lengan atas probandus
- Diusapkan bagian lengan yang akan diambil
PROBANDUS
darahnya dengan kapas yang mengandung
alkohol 70%
- Diambil darah probandus dengan spoit
sebanyak 1 ml
- Diusapkan kembali dengan alkohol
-

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

Sampel darah
f) Preparasi Larutan Blanko
DARAH
-

Diambil dari probandus sebanyak 1 mL


Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambahkan 5 tetes EDTA
Diaduk sampai homogen
Ditambahkan 4 mL larutan stok dengan
konsentrasi 4 ppm

- Diulangi prosedur untuk konsentrasi 200, 300

dan 400 ppm.

Larutan sampel

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

I. HASIL PERCOBAAN
1. Tabel Pengamatan
a) Larutan Baku
Kosentrasi (ppm)

Absorbansi

5 ppm

0,1736

10 ppm

0,3032

15 ppm

0,4303

20 ppm

0,5788

25 ppm

0,6354

b) Kurva Larutan Baku

Hubungan Antara Kadar vs Absorbansi


0.7

f(x) = 0.12x + 0.06


R = 0.99

0.6
0.5
0.4

Axis Title

absorbansi

0.3

Linear (absorbansi)

0.2
0.1
0
0

Axis Title

c) Larutan Sampel/Blanko

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

Sampel Darah
Sampel Darah

Absorbansi

Konsentrasi

100 ppm

1,4834

11,834

200 ppm

1,9259

15,525

300 ppm

2,3118

18,743

400 ppm

2,7855

22,694

Kurva Sampel Darah


ABSORBANSI
3
2.5

f(x) = 0x + 0.06
R = 1

2
1.5

absorbansi

Absorbansi

Linear (absorbansi)

1
0.5
0
20,000
10,000
30,000

Kadar

2. Perhitungan
a) Perhitungan Analisis Kadar
Y = 0,1199x + 0,0645

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

Jadi,
- C1
Y
= 0,1199x + 0,0645
1,4834 = 0,1199x + 0,0645
1,4189
X
= 0,1199
-

X
= 11,834 ppm
C2
Y
= 0,1199x + 0,0645
1,9259 = 0,1199x + 0,0645
1,8614
X = 0,1199
X = 15,525 ppm
C3
Y
= 0,1199x + 0,0645
2,3118 = 0,1199x + 0,0645
2,2473
X = 0,1199
X = 18,743 ppm
C4
Y
= 0,1199x + 0,0645
2,7855= 0,1199x + 0,0645
2,721
X = 0,1199
X

= 22,694 ppm

b) Analisa Data
1. Perhitungan perolehan kembali (recovery)
Diketahui : Sampel 1 = 100 ppm
Sampel 2 = 200 ppm
Sampel 3 = 300 ppm
Sampel 4 = 400 ppm
Kadar terukursampel 1 = 11,834
Kadar terukursampel 2 = 15,525

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

Ditanyakan :
Penyelesaian:

Kadar terukursampel 3 = 18,743


Kadar terukursampel 4 = 22,694
Kadar diketahuisampel 1 = 10
Kadar diketahuisampel 2 = 15
Kadar diketahuisampel 3 = 20
Kadar diketahuisampel 4 = 25
P% =.......?

Perolehan kembali =

N
o
1

Sampel

100 ppm

kadar terukur
kadar d iketa h ui

x 100 %

Hasil

Perhitungan
Perolehan kembali =

11,834
10

15,525
15

18,743
20

22,694
25

118,34 %

100 %
2

200 ppm

Perolehan kembali =

103,5 %

100 %
3

300 ppm

Perolehan kembali =

93,71 %

100 %
4

400 ppm

Perolehan kembali =
100 %

2. Kesalahan Sistemik
Diketahui

: P%sampel 1 = 118,34 %

90,77 %

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

P%sampel 2 = 103,5 %
P%sampel 3 = 93,71 %
P%sampel 4 = 90,77 %
Ditanyakan

: Kesalahan sistemik = . . . .?

Penyelesaian :
Kesalahan sistematik = 100 - % recovery
No

Sampel

Perhitungan

Hasil

100 ppm

Kesalahan sistematik = 100118,34 %

-18,34 %

200 ppm

Kesalahan sistematik = 100 103,5 %

-3,5 %

300 ppm

Kesalahan sistematik = 100 93,71%

6,29 %

400 ppm

Kesalahan sistematik = 100 90,77%

9,23 %

3. Kesalahan acak
SD
x 100
CV = kadar ratarata

SD =

( xix )
n1

SD =

(11,83417,199) + ( 15,52517,199 ) + ( 18,74317,199 ) +(22,69417,199)


41

SD =

(5,365 ) + (1,674 ) + (1,544 ) +(5,495)2


3

SD =

( 28,783 ) + ( 2,802 ) + ( 2,383 ) +(30,195)


3

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

SD =

SD =

21,387

64,163
3

SD = 4,624

Kadar rata-rata =

11,834 +15,525+18,743+22,694
4

Kadar rata-rata =

68,796
4

Kadar rata-rata = 17,199


SD
x 100
CV = kadar ratarata
CV =

4,624
x 100
17,199

CV = 26,88%
III.

Pembahasan
Parameter farmakokinetika suatu obat diperoleh berdasarkan hasil

pengukuran

kadar

utuh

dan

atau

metabolitnya

didalam

cairan

hayati(darah,urin,saliva,atau cairan tubuh lainnya). Oleh karena itu agar nilai-nilai


parameter kinetik obat dapat dipercaya metode penetapan kadar harus memenuhi
berbagai kriteria yaitu meliputi perolehan kembali(recovery), presisi dan akurasi.
Kepekaan dan selektivitas merupakan kriteria lain yang penting hal mana lainnya
tergantung dari alat ukur yang dipakai.
Selektivitas metode menempati prioritas karena bentuk obat yang akan
ditetapkan dalamcuplikan hayati adalah bentuk tak berubah atau metabolitnya.
Artinya metode analisis yang digunakan harus memiliki spesifitas yang tinggi
terhadap salah satu bentuk obat

yang akanditetapkan tersebut. Bahkan lebih

memperluas lagi pengertian selektivitas metode ini yakni kemampuan suatu


metode penetapan kadar untuk membedakan suatu obat dari metabolitnya.

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

Pemilihan metode yang memiliki selektivitas tinggi ini perlu mendapatkan


perhatian khusus.Mengapa?karena hal ini berkaitan dengan rumus-rumus
matematik yang akan diterapkan dalam

menghitung

farmakokinetika.

diturunkan berdasarkan data

Rumus

matematika

yang

parameter

pengukuran kadar obat tak berubah dalam cuplikan hayati berlainan dengan yang
diturunkan dari data kadar metabolitnya. Sensitivitas merupakan metode
berkaitan dengan kadar terendah yang dapat diukur oleh metode yang digunakan.
Dalam penelitian farmakokinetika pilihan metode analisis juga tergantung
pada

tingkat

sensitivitas

yang

dimiliki

oleh

metode.

Ini

dapat

dimengerti mengingat dalam menghitung parameter farmakokinetik suatu obat


diperlukan sederetan data kadar obat dari waktu kewaktu
tertinggi sampai

kadar

atau dari kadar

terendah dalam cuplikan hayati yang digunakan.

Ketelitian (akurasi) merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara


nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnya, atau
nilai rujukan. Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali
pada suatu pengukuran dengan
Untuk

pengujian

senyawa

melakukan
obat

spiking

pada

suatu

sampel.

akurasi diperoleh dengan membandingkan

hasil pengukuran dengan bahan rujukan standar. Suatu metode dikatakan tepat
jika ia menghasilka hasil yang sama dalam sederet penentuan ulangan (replikasi ).
Akurasi minimal dihitung minimal pada 5 kali konsentrasi. Hasil akurasi untuk
metode bioanalisis tidak boleh lebih besar dari 15%, kecuali untuk konsentrasi
rendah tidak boleh lebih besar dari 20%. Pada nilai akurasi dihitung kesalahan
sistemik yang merupakantolak ukur inakurasi penetapan kadar berupa kesalahan
konstan atau proposional. Persyaratanyang dituntut bagi suatu metode analisa
adalah jika kesalahan sistemik kurang dari 10%. Ketelitian
diketahui

dari

harga

perolehan

kembalinya

(recovery)

(akurasi) dapat
yang dinyatakan

sebagai % eror (harga sesungguhnya-harga uji, dibagi harga sesungguhnya, dikali


100%). Perolehan kembali adalah suatu tolak ukur efisiensi analisis dan dapat

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

bernilai positifdan negative.

Ketepatan

(presisi)

merupakan

ukuran

keterulangan metode analisis dan biasanya diekspresikan sebagai simpangan


bakurelatif dari sejumlah sampel yang berbeda signifikan secara statistic.
Sesuai dengan ICH (International Conference on Harmonization), presisi
harus dilakukan dengan tingkatan yang berbeda, yaitu:

Keterulangan yaitu

ketepatan pada kondisi percobaan yang sama (berulang) baikorangnya


,peralatan,tempat maupun waktunya. Presisi
kondisi

antara

yaitu ketepatan

pada

percobaan yang berbeda baik orangnya,peralatan, tempat maupun

waktunya. Ketertiruan merujuk pada hasil-hasildari labolatorium yang lain.


Dokumentasi presisi seharusnya mencakup: simpangan baku, simpangan baku
relativeatau koefisien variasi dan kisaran kepercayaan. Pengujian presisi pada saat
awal validasimetode seringkali hanya menggunakan 2 parameter yang pertama
yaitu keterulanagn danpresisi antara. Reprodusibilitas biasanya dilakukan ketika
akan melakukan uji banding antarlabolatorium .presisi seringkali diekspresikan
dengan SD atau standart deviasi relative danserangkaian data. Data untuk uji
menguji presisi seringkali dikumpulkan sebagai bagiankajian-kajian lain berkaitan
dengan presisi seperti linearitas atau akurasi.Biasanya replikasi 6-15 dilakuakan
pada sampel tunggal untuk tiap konsentrasi. Pada pengujian KCKT nilai RSD
antara 1-2% biasanya dipersyaratkan untuk senyawa-senyawa aktif dalam
jumlah yangbanyak, sedangkan untuk senyawa dengan kadar kecil RSD berkisar
antara 5-15%. Pada nilaipresisi dihitung kesalahan acak yang merupakan tolak
impresicion suatu analisis. Persyaratanyang dituntut bagi suatu metode analisa
adalah jika kesalahan acak kurang dari 10%.
Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami langkahlangkah analisis obatdalam cairan hayati. Obat yang dianalisis dalam praktikum
kali ini adalah sulfametoksazoldengan menggunakan metode Bratton-Marshall.
Metode Bratton-marshall merupakan caraumum untuk penetapan kadar senyawa
yang mempunyai amina aromatis primer.Analisis dalam percobaan ini bertujuan

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

untuk menguji seberapa besar ketepatan danketelitian metode yang digunakan.


Beberapa parameter farmakokinetik yang digunakan adalahrecovery,kesalahan
sistematik sebagai parameter ketelitian (presisi) serta perhitungan standar deviasi
(SD), dan kesalahan acak (CV) sebagai parameter ketepatan (akurasi). Parameter
farmakokinetik ini merupakan besaran yang diturunkan secara metematis dari
hasil pengukuran kadar obat atau metabolitnya dalam darah. Analisis ini dilakukan
dengan membuat seri kadar obat tertentu dalam darah yang kemudian diproses
lebih lanjut sehingga dapat dibaca absorbansinya dan dibuat kurva bakunya.
Langkah pertama yang dilakukan di ambil darah dari probandus. Darah
yang diambil kemudian ditampung dalam tabung reaksi yang kemudian
ditambahkan 4 mL larutan stok dengan konsentrasi 4 ppm yang sebelumnya telah
ditambahkan 5 tetes anti koagulan (EDTA). Tujuan dari penambahan anti
koagulan ini adalah untuk untuk mencegah darah agar tidak menggumpal. Jika
sampel darah yang diambil mengalami koagulasi/menggumpal maka yang akan
keluara dalah serumnya, sedangkan yang digunakan untuk pemeriksaan adalah
plasma darah karena obat akan berinteraksi dengan protein plasma untuk
membentuk suatu

kompleks

obat-makromolekul

yang

sering

disebut

ikatan obat-protein,dengan kata lain maka percobaan tidak dapat dilakukan bila
darah mengalami penggumpalan. Setelah selanjutnya di masukan dalam efendorf.
Tambahkan TCA

sebanyak

ml.

TCA

(Tri

Kloro

Asetat)

merupakan suatu asam organik yang cukup kuat. Dalam percobaan ini TCA
berfungsi untuk memberikan suasana asam bagi reaksi diazotasi; sebagai donor
proton untuk reaksi selanjutnya, serta merupakan senyawa yang dapat
menghentikan

kerja

akanmenyebabkan
protein

enzim yang
denaturasi

danmengendapkannya

dapat

protein
saat

me-metabolisme
plasma.

sentrifugasi

TCA

obat
akan

sehingga

protein tidakmengganggu pembacaan absorbansi nantinya.

sekaligus
mengikat
keberadaan

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

Setelah pemberian TCA, kemudian dilakukan vortex selama untuk


meng-homogenkan campuran dan disentrifugasi selama
kecepatan

2000

rpm

untuk

menyempurnakan

menit dengan

pengendapan.

Endapan

akan terpisah pada bagian bawah dan pada supernatan terdapat cairan bening yaitu
plasma darah. Kemudian supernatannya diambil

tanpa endapannya. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk mengambil obat yang bebas dari protein plasma
karena obat yang terikat pada protein plasma tidak akan aktif secara
farmakologiksehingga tidak memiliki efek terapeutik atau dengan kata
lain akan dapat menyebabkan data hasil pengamatan tidak valid.
Pada sampel darah dibuat blanko. Pada blanko tidak dilakukan
penambahan

larutan antalgin sehingga

untuk

menyamakan

volume

ditambahkan aquadest sebanyak volume larutan antalgin yang ditambahkan.


Blanko tersebut digunakan sebagai faktor koreksi terhadap hasil pembacaan
absorbansi larutan yang mengandung larutan obat, sehingga nantinya hasil
pembacaan absorbansi terhadap supernatan yang mengandung larutan obat harus
dikurangi terlebih dahulu dengan nilai absorbansi blanko-nya.
Dari data penetapan kadar dengan metode Bratton-marshall, maka
dapat

diperoleh perolehan kembali (recovery), kesalahan acak, dan kesalahan

sistematik. Perolehan kembali ataurecovery merupakan tolak ukur efisiensi


analisis, sedangkan kesalahan sistemik merupakan tolakukur penetapan kadar.
Dan keslahan acak merupakan tolak ukur inprecision suatu analisis, dandapat
bersifat

positif

negative. Kesalahan

acak

identik

dengan variabilitas

pengukuran dan dicerminkan oleh tetapan variasi. Untuk menilai farmakokinetik


obat di dalam tubuh, pendekatan langsung

yang paling baik adalah dengan

mengukur obat di dalam darah, serum atau plasma. Biasanya serum atau plasma
diambil dari supernatan darah yang disentrifugasi dengan ditambahkan
antikoagulan. Ada 3 jenis parameter farmakokinetik, yaitu parameter primer,
sekunder, dan turunan. Parameter farmakokinetik primer meliputi kecepatan

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

absorbsi, volume distribusi, dan klirens. Parameter farmakokinetik sekunder di


antaranya waktu paro eliminasi dan kecepatan konstanta eliminasi, sedangkan
parameter farmakokinetik turunan harganya tergantung dari dosis dan kecepatan
pemberian obat.
Untuk mendapatkan nilai nilai parameter farmakokinetik obat yang dapat
dipercaya, metode penetapan kadar harus memenuhi berbagai kriteria, yaitu
meliputi recovery (perolehan kembali), presisi, dan akurasi. Harga dari perolehan
kembali didapat dari perhitungan:
Recovery=

hargauji
x 100 =P
harga sesungguhnya

Perolehan kembali ini merupakan tolok ukur efisiensi analisis. Sedangkan


inpresisi penetapan kadar obat dapat dilihat dari kesalahan acak ( random
analytical error ). Kesalahan acak atau disebut juga kesalahan tidak tergantung
merupakan kesalahan yang nilainya tidak dapat diramalkan dan tidak ada aturan
yang mengaturnya serta nilainya berfluktuasi. Nilai dari kesalahan acak dapat
dicari dengan menggunakan rumus :
Kesalahan acak ( CV )=

simpangan baku
x 100
purata

Presisi menyatakan seberapa dekat nilai hasil dua kali atau lebih pengulangan
pengukuran. Semakin dekat nilainilai hasil pengulangan pengukuran maka
semakin presisi pengukuran tersebut. Sedangkan inakurasi penetapan kadar
dapat dilihat dari kesalahan sistematiknya yang dapat dihitung menggunakan
rumus:

Kesalahan sistemik =

harga sesungguhnyaharga uji


x 100
harga sesungguhnya

Kesalahan sistematik =100 P

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

Kesalahan ini bisa berupa kesalahan konstan atau proporsional karena


mempunyai nilai definitif ( nilai tertentu ) yang mana dapat menyebabkan hasil
dari analisis tersebut mengarah ke arah yang lebih kecil atau ke arah yang lebih
besar dari rata-rata. (Gholib, I.G., dan Rohman, A., 2012). Akurasi atau bisa
disebut dengan ketelitian sendiri dapat diartikan sebagai nilai kedekatan hasil
pengukuran dengan true value (nilai sesungguhnya).
Dari hasil analisis diharapkan mendapat hasil perolehan kembali/recovery
yang tinggi (75-90 % atau lebih). Maka dari itu, metode analisis kadar obat
merupakan kunci utama kesahihan data farmakokinetik yang diperoleh. Sehingga
sebelum melakukan studi, langkah awal yang harus dilakukan adalah menguji
suatu metode analisis. Ada 4 parameter yang digunakan untuk menilai validitas
metode

analisis,

yaitu

selektivitas,

sensitivitas,

akurasi

dan

presisi.

Akan tetapi ada yang menyebutkan bahwa parameter yang digunakan untuk
menguji validitas suatu metode ada 6, yaitu selektivitas, sensitivitas, akurasi,
presisi, kekasaran dan efisiensitas (praktis).
Sementara

itu,

kesalahan

sistematik

merupakan

kesalahan

yangmempunyai nilai definitif (nilai tertentu). Hasil percobaan dapat mengarahke


arah

yang

.Kesalahn

lebih

kecil

sistematis

atau
bersifat

arah

yang

konstan

lebih
dan

besar

dari

rata-rata

berhubungan

dengan

ketelitian(akurasi) . Kesalahan jenis ini mengakibatkan penyimpangan tertentu


darimean . Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesalahan sistematik,antara
lain :1. Kesalahan personil dan operasi2. Kesalahan alat dan bahan3. Kesalahan
metodeAdanya kesalahan sistematik, kadang kadang menyebabkan rata-rata
yang didapat menyimpang agak besar dari nilai sebenarnya. Walaupunkesalahan
ini tidak mungkin dihindari secara mutlak, tetapi dengan caratertentu

dapat

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

diperkecil

sehingga

hasil

yang

diperoleh

tidak

terlalumenyimpang dari

nilai sebenarnya .
Dalam percobaan ini akan dilakukan langkah langkah yang perlu dikerjakan untuk
optimasi analisis, yang meliputi:
1. Penentuan waktu jangka larutan obat yang memberi resapan tetap (khusus
untuk reaksi warna)
2. Penetapan panjang gelombang larutan obat yang memberikanresapan
maksimum atau penetapan eksitasi atau emisi
3. Pembuatan kurva baku
4. Perhitungan

nilai

perolehan

kembali,

kesalahan

acak

dan

kesalahan sistematik.
Ada 3 macam kesalahan yang dapat dilakukan selama praktikum :
1. Kesalahan gamblang ( gross eror )
2. Kesalahan acak ( random error )
3. Kesalahan sistematis (systematic error )
Kesalahan

gamblang

karenamelibatkan

merupakan

kesalahan

yang

kesalahan
besar,

yang

akibatnaya,

sudah

jelas

kita

harus

memutuskanuntuk mengabaikan percobaan yang telah kita lakukan dan


memuainyadari

awal

lagi

secara

menyeluruh. Contoh kesalahan gamblang

adalah sampel cuplikan hayati tumpah, pengambilan kadar obat salah, dan lain
lain

Kesalahan

acak

atau

disebut

juga

kesalahan

yang

tidak

tergantung(indeterminate error) merupakan kesalahan yang nilainya tidak


dapat diramalakan

dan

nilainyaberfluktuasi.
selaluterjadi

sebagai

tidak

Kesalahan
akibat

ada

aturan

acak

merupakan

adanaya

sedikit

yang

mengaturnya,

jenis

variasi

kesalahan

yang

tidak

serta
yang
dapat

dikontroldalam pelaksanaan prosedur. Kesalahan acak dapat digambarkan


sebagaikurva normal ( Gaussian curve ) (Gandjar, Rohman, 2010)Dari kurva,

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

dapat dikemukakan :1. Kesalahan yang kecil lebih sering terjadi2. Kesalahan yang
besar dapat dikatakan jarang terjadi3. Besarnya kesalahan positif dan negatif
sama.
IV.
V.

Kesimpulan
Daftar Pustaka
Firdaus, M.I. 2009. analisis kualitatif parasetamol pada sediaan jamu
serbuk pegal linu yang beredar di purwokerto. Pharmacy. Vol 6
(2)
Sihabuddin, M., dkk. 2011. Pharmacokinetic Parameters Determination of
Gendarusin A in Men Subject Urine after Administration of Ethanol
Extract of JusticiagendarussaBurm. f. Leaf. JurnalMedikaPlanta.
Vol. 1(4).
Sriwidodo. 1985. Cermin Dunia Kedokteran. Pusat Penelitian dan
Pengembangan PT. Kalbe Farma : Jakarta.
Wijayanti, A.D., Lukman H., Irkham W. 2010. Penentuan Efektifitas
Oksitetrasiklin Melalui Parameter Farmakokinetik/farmakodinamik
pada Plasma dan Jaringan Ayam Broiler. Jurnal Veteriner Volume
11(2).

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS FARMASI
Laboratorium Farmakologi & Farmasi
Klinik
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Jl. H.E.A. Mokodompit
Telp. (0401) 3194163, Fax (0401) 3190006 Kendari 93232, Website: uho.ac.id

Вам также может понравиться