Banyak orang bilang, bisa menyukai membahagiakan yang pernah mereka rasakan.
seseorang
adalah hal paling
Memang, bila dilihat dengan sekilas, semuanya terlihat manisdimulai dari
proses awal. Ada sedikit ketertarikan, lalu dilanjut dengan rasa ingin tahu tentang orang yang dimaksud, perkenalan, dan dari situ berlanjut ke ujung yang sudah dinanti-nanti: hubungan. Jika bukan itu, ya, penolakan. Tetapi, dibalik rasa suka yang sederhana ini, ada beribu masalah yang jauh lebih kompleks. Hal pertama, tidak adanya keberanian. Laki-laki yang merasa percaya diri mungkin tidak mengerti dengan yang disebut takut ditolak. Mereka cukup meyakinkan diri mereka sendiri bahwa rasa sukanya akan dibalas, lalu mereka tinggal maju. Jika ditolak? Tidak apa-apa, tinggal menunggu waktu yang cukup sebelum mencari calon yang lain. Bagaimana dengan laki-laki yang tidak memiliki rasa percaya diri yang cukup? Mereka hanya bisa menghargai apa yang sudah mereka capai, tanpa melangkahkan kaki maju untuk lebih mendekatkan diri. Ada banyak alasan mengapa mereka enggan untuk maju, seperti: a. takut merusak apa yang mereka miliki sekarang. Ini sering menjadi permasalahan di antara dua sahabat, dan juga dua orang yang berada di dalam satu kelas (menghindari rasa canggung). b. mereka merasa tidak pantas untuk orang tersebut. Bisa dibilang, beda kalangan. c. yang disukai memiliki pacar, dan d. takut mendapat respon tidak sesuai dengan yang diinginkan. Poin terakhir dapat dijelaskan dengan contoh. Misal, memiliki ketertarikan dengan anak kelas sebelah, dan setelah sekian lama ragu, akhirnya memberanikan diri untuk memulai percakapan, walaupun hanya lewat sosial media, hanya untuk menyadari bahwa orang tersebut tidak akan pernah membalas perasaannya. Namun, ada ending lain yang memungkinkan di situasi tersebut. Cukup umum, dan akan dibahas di hal kedua. Kedua, ditinggal. Seperti sebelumnya, dimulai dari ketertarikan, memberanikan diri untuk memulai percakapan, bedanya berada di akhir: perempuan membalas perasaannya, namun justru yang pertama merasa bosan adalah si lakilaki. Awalnya chat setiap jam setiap hari, lama-lama semakin jarang, dan akhirnya berhenti. Biasanya, saat mencapai tahap berhenti bicara ini, setiap orang akan berada di fase penolakan, atau dalam bahasa Inggris, denial. Otak akan berusaha memikirkan sebanyak mungkin kemungkinan positif, seperti: Mungkin dia sibuk. Lagi makan, kali, ya? Paling HPnya mati.
Salah. Kenyataannya cukup sederhana: dia sadar bahwa mereka kurang
cocok. Tanpa merasa harus meminta maaf, ia memilih jalan yang jauh lebih pendek. Perpisahan tanpa pesan. Ketiga, ketidakpercayaan. Hal ketiga ini bisa diartikan ke dalam dua kemungkinan. Yang pertama, ketidakpercayaan terhadap pasangan. Bisa jadi tentang keterlibatan orang ketiga, atau juga ragu apabila dia benar-benar serius. Yang kedua, ketidakpercayaan akan mengapa bisa ada orang yang mau mendekati. Biasa terjadi pada perempuan-perempuan yang tidak pernah memikirkan tentang hubungan. Mereka akan merasa aneh terhadap orang yang menyukai mereka tersebut, berujung memendam ratusan kata mengapa sebelum kata tersebut terucap. Mungkin hal ini terdengar lucu, dan memang iya, apabila berujung bahagia. Masih banyak masalah yang bisa dibahas dalam tema ini, seperti ditikung, digantung, dan berbagai macam hal yang bisa membuat galau. Atau kisah tragis: jarang jatuh cinta, namun sekalinya terjadi, tidak kesampaian. Untuk lebih menyingkat, langsung saja ditarik kesimpulan. Intinya: Jangan pernah menganggap bahwa hubungan akan berjalan sesuai yang kita inginkan. Jalani saja.