Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
dari Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar yang menghimpun cita-cita
masyarakat untuk bisa mengaplikasikan praktek keadilan, kebenaran, dan sikap
toleransi. Dapat kita pahami Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan pintu masuk
dalam rangka stabilisasi kehidupan antar umat beragama di Indonesia. Masingmasing agama memberi argumentasi atas pemahaman tentang Ketuhanan dalam
wilayah dogmatis setiap agama. Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan ideologi
yang bisa dijadikan salah satu dasar dari kebebasan dan kerukunan antar umat
beragama
dalam
konteks
Indonesia.
Pecahnya
konflik-konflik
yang
yang personal secara konkrit. Wujud Tuhan dalam agama Buddha sangat berbeda
jauh dengan Tuhan dalam konsep agama-agama lain. Agama Buddha percaya
bahwa ada satu kekuatan yang menggerakkan dan mengatur
hidup setiap
stabilitas kerukunan antar umat beragama akan terjaga. Namun, fenomena yang
terjadi dalam konteks Indonesia adalah suatu kesenjangan antara agama dan
masyarakat. Kebebasan beragama seharusnya menjadi prioritas utama sebagai ciri
khas dalam tatanan bangsa yang majemuk berdasarkan agamanya, apalagi dengan
kokohnya didukung oleh konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dan penjabarannya
ke dalam konstitusi UUD 1945.
Pada kedua asumsi di atas, munculah perdebatan luas mengenai
Ketuhanan Yang Maha Esa, ada yang memandang sebagai credo/pengakuan iman
masing-masing agama serta ada yang memandang sebagai pernyataan politis.
Oleh karena Ketuhanan Yang Maha Esa telah menjadi asas bagi bangsa Indonesia,
maka secara tegas bangsa Indonesia dalam aktivitas hidupnya harus berdada pada
jalur yang telah diputuskan dan disepakati bersama.
Fakta normatif Ketuhanan Yang Maha Esa sangat ideal dalam
penerapannya konteks Indonesia, khususnya Sulawesi Utara. Walaupun banyak
gagasan yang memandang Pancasila sebagai asas politik dalam bentukannya
terutama sila pertama, namun tidak menjadi alasan setiap orang dan sekelompok
orang untuk bersikap subversif. Beberapa tahun terakhir kita dikejutkan dengan
rentetan
peristiwa
terorisme,
radikalisme,
dan
fanatisme.
Melunturnya
Yang Maha Esa sebagai sistem nilai yang bisa menjadi dasar pijakan semua
masyarakat.
Ketuhanan Yang Maha Esa seharusnya menjadi sistem nilai yang
berimplikasi terhadap kebebasan beragama di Indonesia.
Berdasarkan latar
belakang yang secara umum telah diuraikan di atas, maka penulis merasa tertarik
untuk mencari tahu posisi Rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa, apakah
diamalkan secara baik oleh masyarakat atau tidak. Masyarakat Kampung Jawa
Tomohon merupakan fokus penelitian dari penulis. Dilihat dari kuantitasnya,
mayoritas penduduk memeluk Agama Islam.
Masyarakat Kampung Jawa Tomohon memiliki pemahaman-pemahaman
tersendiri tentang Ketuhanan Yang Maha Esa. Ada yang mengatakan, Ketuhanan
Yang Maha Esa merupakan prioritas dari kelima sila dalam Pancasila, untuk itu
Pancasila diamalkan saja, bukan diperdebatkan. Pada umumnya, masyarakat
mengatakan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam rumusan Pancasila telah
mempersatukan dan memperdamaikan antar umar beragama yang ada di
Kampung Jawa, Lansot, Saroinsong dan daerah-daerah sekitarnya. Pemahaman
tentang Ketuhanan Yang Maha Esa secara konkrit mereka dapatkan dalam ajaran
agama Islam. Sementara dilain kesempatan, pemerintah turut mengambil bagian
dalam ceramah-ceramah tentang pentingnya Kerukunan Antar Umat beragama
sebagai wujud dan kesadaran terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa. Namun,
penulis juga akan melihat bagaimana wujud nyata dari pengamalan Masyarakat
terhadap sila Ketuhanan Yang Maha Esa, apakah ada relevansi antara teori yang
dianggap sangat ideal dengan aktualisasi diri dalam kehidupan bermasyarakat.
10
identifikasi
masalah-masalah
tersebut,
maka
penulis
11
kelompok Islam yang memperjuangkan Agama Islam sebagai ideologi dan dasar
Negara Indonesia?".
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
-
Mencari tahu serta mendalami (analisis) pemahaman dan praktek hidup umat
Muslim di Kampung Jawa Tomohon hubungannya dengan rumusan
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam realitas kehidupan beragama, bermasyarakat
dan bernegara.
Mendapatkan kajian teoritis dalam rangka menemukan perbandingan antara
fakta empiris (pemahaman umat muslim kampung jawa tomohon) dan fakta
normatif (rumusan teori) terhadap rumusan sila pertama Ketuhanan Yang
Maha Esa
Merumuskan suatu refleksi Teologis yang dialogis bertolak dari fakta
kehidupan dan pemikiran Umat Islam Kampung Jawa Tomohon terhadap Sila
Esa.
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metodologi Penelitian
a. Tempat / Lokasi Penelitian
12
13
14
sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Manfaat dari teknik
pengamatan ini untuk menangkap arti fenomena yang terjadi di lokasi penelitian.
Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati
oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data4.
2) Wawancara
Kepentingan teknik wawancara dalam jenis penelitian kualitatif adalah
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, tuntutan,
kepedulian, selanjutnya memferifikasi, mengubah dan memperluas informasi
yang diperoleh dari orang lain dalam rangka membangun dalam sebuah
pengembangan oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara. Jenis wawancara yang
dimaksud dalam wawancara ini mengharuskan peneliti membuat kerangka dan
garis besar pokok-pokok yang dirumuskan, tidak perlu ditanyakan secara
berurutan. Wawancara ada beberapa jenis, yaitu wawancara tertutup dan
wawancara terbuka. Wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak
mengetahui dan tidak menyadari bahwa mereka sedang diwawancarai. Mereka
tidak tahu tujuan peneliti adalah untuk mencari data. Sedangkan wawancara
terbuka para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dalam rangka
eksplorasi maksud dan tujuan dari sebuah penelitian. Di dalam penelitian ini
penulis melakukan wawancara terbuka demi mendapatkan hasil yang maksimal
dan terciptanya komunikasi yang leluasa antara peneliti dan orang yang
diwawancarai.
15
16
lapangan.
Dipihak
lain,
analisis
data
kualitatif
adalah
untuk
17
18
orang mewakili Pemerintah, 4 orang Pemuda dan orang tua 4 orang (orang tua
yang dimaksud adalah juga umat muslim yang sudah lama menetap di Kampung
Jawa Tomohon).
G. METODE STUDI AGAMA
Sebagai usaha untuk mendekati dan mempermudah penulisan skripsi ini,
penulis harus menggunakan metode pendekatan studi agama-agama. Setelah
dikaji, ternyata penelitian skripsi ini berkaitan dengan studi agama-agama. Ada
beberapa pendekatan yang digunakan dalam studi agama-agama. Pendekatan
Historis-Empiris untuk meneliti latar belakang sejarah mulai dari munculnya
sampai pada perkembangan keyakinan, ajaran dan ritual keagamaa, DoktrinalNormatif untuk mencari tahu doktrin-doktrin suatu agama , dan Fenomenologis
adalah pendekatan untuk mencari hakikat atau inti dari apa yang ada di balik
segala macam manifestasi agama dalam kehidupan manusia secara nyata di dalam
konteks yang hendak menjadi lokasi penelitian.10
Sementara, ada beberapa ahli yang menggambarkan pendekatan studi
agama dengan tujuh pendekatan, yakni; Pendekatan Antropologis, Feminisme,
Fenomenologis, Filosofis, Psikologis, Sosiologis, dan Teologis. Secara umum
ketujuh pendekatan studi agama-agama ini, bermaksud agar penelti memperoleh
pengetahuan tentang konsentrasi utama masing-masing disiplin kerangka kerja
yang digunakan para praktisi. Tujuan umum yang lebih sederhana adalah
membantu peneliti menentukan disiplin manakah yang paling cocok sebagaimana
mereka merefleksikan pilihan spesialisasi metodologis. Ini adalah kewajiban yang
10 Amin Abdullah, Studi Agama (Yogyakarta: Pustaka Peladjar, 1996), hlm. 27.
19
harus dilakukan peneliti studi agama, dan pada hakikatnya yang terpenting adalah
bagaimana setiap mahasiswa menghubungkan fenomena keagamaan yang mereka
minati dengan ide, wawasan dan teknik yang menjadi dasar penelitian.11
Berdasarkan pendapat-pendapat tentang pendekatan studi agama-agama,
dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Doktrinal (Teologi) dan
Fenomenologis. Pendekatan doktrinal adalah untuk melihat ajaran-ajaran yang
turut mempengaruhi Umat Muslim Kampung Jawa Tomohon dalam memahami
rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pendekatan fenomenologi adalah usaha-usah
peneliti dalam melihat realitas dan gejala-gejala yang terjadi di lokasi penelitian.
Gambaran fenomena ini sangat memberikan pengaruh bagi peneliti demi
mencapai maksud dan tujuan pokok penelitian yang hendak dicapai.
H. SISTEMATIKA PENULISAN
PENDAHULUAN : Dalam bagian ini berisi Latar Belakang Pemikiran Dan
Alasan Pemilihan Judul, Identifikasi Masalah, Pembatasan
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian dan Teknik Pengumpulan
Data dan Pendekatan Studi Agama-agama dan Sistematika
Penulisan.
BAB I:
11 Peter Connolly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta : LKIS). hlm. 1213.
20
PENUTUP
berdasarkan
hasil
kajian
dengan
usaha
BAB I
URAIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
21
22
Nama
Periode
Keterangan
.
1
Jasmani Tabiman
1930-1940
Hukum Tua
1940-1941
Hukum Tua
23
1941-1942
Hukum Tua
1942 - 1959
Hukum Tua
Logas Tagolan
1959-1963
Hukum Tua
Rebo Tubagus
1963-1964
Hukum Tua
Totong Masloman
1964-1966
Hukum Tua
Abdurahman Tubagus
1966-1972
Hukum Tua
Djaber Tubagus
1972-1977
Hukum Tua
10
Majid Tubagus
1977-1985
Hukum Tua
11
19785-1993
Hukum Tua
12
Abdullah Abusalam
1993-2001
Hukum Tua
13
Alo S. Saratiyono
2001-2009
nama
menjadi
Lurah
14
Munir Lihawa
2009-Sekarang
Lurah
Ket. Tabel ini bertujuan untuk menjelaskan proses perjalanan kepemimpinan dari Kampung
Jawa Tomohon sejak awal terbentuknya wilayah Kampung Jawa. Proses pergantian
hukum tua dan lurah dilihat sebagai hasil dari relasi yang baik antara penduduk
Kampung Jawa Tomohon dengan pemerintah sewaktu Kampung Jawa Tomohon masih
satu pemerintahan dengan Kec. Saroinsong, di dalamnya terdiri dari masyarakat yang
bersuku Minahasa. Pembentukan intitusi pemerintah dan periodesasi merupakan
keterbukaan dalam rangka memberikan kesempatan kepada masyarakat Kampung Jawa
Tomohon dalam eksistensinya untuk mengembangkan aspek-aspek kemasyarakatan.
Agama
Jumlah Jiwa
Islam
823 Jiwa
Katolik
1 Jiwa
Protestan
5 Jiwa
Ket. Tabel ini, memperlihatkan posisi jumlah masyarakat yang memeluk suatu agama. Terlihat
didominasi oleh agama Islam terhadap agama lain. Berdasarkan data, ada 1 Jiwa dari
Umat Katolik dan 5 Jiwa dari Protestan, walaupun jumlah agama Kristen Katolik dan
Kristen Protestan tidak seimbang dengan agama Islam, namun mereka menunjukkan
fenomena hidup yang rukun dan damai. Tidak pernah dijumpai konflik yang antar umat
beragama Islam dan Kristen.
24
No
Pendidikan
Jumlah
.
1
Taman Kanak-kanak
17 Orang
SD
128 Orang
SLTP
159 Orang
SMA
273 Orang
Diplomat
Sarjana
Pasca Sarjana
5 Orang
31 Orang
2 Orang
Ket. Tabel tingkatan pendidikan ini bertujuan untuk melihat berapa banyak penduduk yang
merasa pentingnya faktor pendidikan. Selanjutnya perlu untuk diketahui bahwa sebagian
besar masyarakat memiliki sekolah di tempat-tempat yang telah mengalami percampuran
agama dan budaya. Hal ini membuktikan, keberagamaan telah menjadi proses alamiah
yang tidak mengenal status agama. Fenomena ini sudah bisa menggambarkan pentingnya
kerukunan antar umat beragama.
25
Umat Muslim, jauh sebelum Pancasila, nilai Ketuhanan telah menjadi dasar
pijakan dalam perjalanan hidup orang beriman dan bertakwa. Pancasila kemudian
hadir sebagai ideologi yang mempertegas dan menyatukan keberagamaan Agama
dalam bingkai keIndonesiaan. 14
Agama Islam adalah agama yang sangat mendukung Pancasila dijadikan
dasar hidup bagi Negara Indonesia. Pancasila memiliki nilai-nilai moral yang
menjadi penuntun dan pedoman kehidupan bagi masyarakat Indonesia. Ketika kita
membicarakan tentang nilai Ketuhanan Yang Maha Esa maka kita sudah bisa
mengerti sila-sila yang lain.15
Sila pertama tentang Ketuhanan merupakan modal utama dan sila-sila
yang lain hanyalah pelengkap, sebab jika manusia berketuhanan pasti dia sudah
bisa bermusyawarah, berperikemanusiaan dan berkeadilan, artinya orang yang
berkeadilan pasti dia mengenal Tuhan. Masalah keyakinan adalah masalah yang
lebih ke dalam diri setiap orang, ketika seseorang yakin dengan adanya Tuhan
pasti memiliki sikap toleransi terhadap orang lain. Pada saat menjabarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa faktor pendidikan sangat mempengaruhi dan
menentukan makna yang ada di dalamnya.16
Di konteks Indonesia umat Islam adalah Mayoritas dan status Pancasila
masih bertahan sebagai ideologi negara, artinya umat Muslim merasa ada
relevansi antara Pancasila sebagai dasar negara dan dasar hidup manusia.
14 TT, IJ, Wawancara, 4 November 2011.
15 TT, HM, ML, Wawancara, 8 November 2011.
16 AT, US, Wawancara, 8 November 2011.
26
27
Ketuhanan dalam Agama Islam merupakan inti dari Ajaran Islam untuk
mengakui akan adanya Tuhan Yang Esa. Namun, bukan berarti Agama Islam tidak
menghargai agama-agama lain yang juga memiliki pemahaman dan rumusan
tersendiri terhadap Tuhan yang mereka anut. Berdasarkan kepercayaan kepada
Tuhan, umat muslim dituntut untuk menjalankan amal ibadah-Nya menurut
kepercayaan-Nya tanpa memaksakan orang lain untuk memeluk Agama Islam,
jika demikian yang terjadi, maka Agama Islam telah menjadi agama yang
memaksakan kehendak.19 Pada umumnya umat muslim Kampung Jawa Tomohon
mengenal dan mengetahui konsep Ketuhanan Yang Maha Esa diketahui dari
ajaran agama, di dalamnya dikatakan apabila seseorang tidak mengakui adanya
Tuhan, dengan demikian orang itu pun tidak beragama. 20 Ceramah-ceramah
keagamaan dilakukan oleh orang-orang yang telah ditunjuk untuk memimpin
Umat, mereka adalah Imam dan Ustad. Kampung Jawa Tomohon hanya memiliki
1 Imam dan 1 Ustad. Walaupun, jumlah para pemimpin umat di Kampung Jawa
Tomohon hanya terbatas tetapi kehidupan keagamaan dan bermasyarakat di
Kampung Jawa Tomohon sangat baik.21
Ketika kita mengakui adanya Tuhan dan percaya kepada Tuhan kita pun
dituntut harus mengasihi sesama kita. Seperti di dalam Al-Quran dikatakan,
sebelum kamu mengasihi Aku, terlebih dahulu kamu harus mengasihi manusia.
28
29
Beberapa bulan yang lalu ada jamaah-jamaah tabliq yang datang dari Jawa
dengan tujuan untuk membawa Dakwa di Kampung Jawa Tomohon, mereka
datang dengan membawa peralatan masak, namun karena telah ada himbauan
untuk berhati-hati dengan tamu-tamu yang datang berkunjung, mereka tidak
diberikan kesempatan untuk menginap di Mesjid karena Mesjid adalah tempat
ibadah. Pada Tabliq-tabli ini, diperbolehkan untuk mengajar, tetapi memberikan
pengajaran yang baik dan bisa mengarahkan umat bukan memberikan pengajaran
sesat. Akhirnya mereka dikenakkan aturan, setelah mengajar di rumah-rumah
harus pulang ke tempat mereka tidak boleh menetap dan bertempat tinggal di
Kampung Jawa Tomohon.26
Perdebatan yang muncul tentang kata Ketuhanan ini bukan pertama
kalinya Kampung Jawa Tomohon, dibeberapa daerah pernah terjadi konflik
kekerasan oleh karena persoalan tafsit tentang Ketuhanan Yang Maha Esa dan isu
ini juga diketahui oleh masyarakat terlebih khusus umat muslim di Kampung
Jawa Tomohon dan dampaknya sangat buruk, sangat mudah memicu kesalahan
dalam memandang sesuatu yang berhubungan dengan agama, dengan demikian
yang akan terjadi adalah konflik baik antar umat beragama dan terhadap
pemerintah. Seharusnya Pancasila khususnya Ketuhanan Yang Maha Esa tidak
harus diperdebatkan, masyarakat mengamalkan saja nilai-nilai dari Ketuhanan
Yang Maha Esa.27
30
31
seseorang akan sangat mudah untuk mengerti dan bahkan mempraktekan keempat
sila lainnya.30
Jika kita membahas konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
hubungannya dengan kebebasan Beragama dan Kerukukan Antar Umat
Beragama, maka itulah juga yang sementara dipertahankan oleh masyarakat
Kampung Jawa Tomohon. Dalam ajaran Islam, manusia yang bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa maka dia harus mampu berdampingan dengan orang lain
dengan tidak saling mencari masalah.31
Ketuhanan Yang Maha Esa telah menjadi dasar setiap masyarakat terhadap
Tuhan yang diyakininya. Memang beberapa tahun terakhir ini, banyak konflikkonflik yang mengatasnamakan Islam. Misalnya, ada beberapa kelompok yang
ingin mendirikan Negara Islam Indonesia, usulan-usulan peraturan daerah yang
diskriminasi dengan memihak kepada Islam. Oleh karena itu, di Kampung Jawa
Tomohon terus diberi himbauan untuk tidak terpengaruh dengan isu-isu yang
sedang dibicarakan di beberapa media berita. Kenyataan yang terjadi, kerukunan
antar umat beragama baik Kristen dan Islam terus terjaga dan terpelihara dengan
baik.32
Konflik antar umat beragama tidak pernah terjadi dalam perjalanan
kehidupan masyarakat di Kampung Jawa Tomohon. Sejak terbentuknya kampung
Jawa Tomohon tidak didapati ada konflik antar agama. Memang pada tahun 4
30 AT, AM, Wawancara, 30 November.
31 AT, ML, TT, Wawancara, 4 November.
32 DS, AA, RA, Wawancara, 7 Januari 2012.
32
November 2010 sempat terjadi kekacauan, itupun diakibatkan oleh ulah para
pemuda-pemuda yang sudah terpengaruh dengan minuman keras.33 Pemudapemuda ini berasal dari Kampung Jawa Tomohon dan Kelurahan Lansot, oleh
karena keadaan yang tidak stabil, maka pemuda-pemuda dari Kampung Jawa
Tomohon berusaha melindungi diri.34
Namun pemuda-pemuda dari Lansot pulang dan menyebarkan isu-isu
napa torang sementara da ba minum orang Islam dari Kampung Jawa so pukul.
Sekitar pukul 15.00 waktu itu, beberapa pemuda-pemuda dan juga masyarakat,
mereka datang ke Kampung Jawa Tomohon dengan membawa benda-benda tajam
seperti parang dan sejenisnya, selayaknya untuk berperang.35
Masyarakat Kampung Jawa Tomohon merasa bahwa mereka hanyalah
kelompok minoritas maka mereka memilih untuk tetap berada di dalam rumah
sambil menunggu polisi untuk mengamankannya. Memang beberapa kali
peristiwa seperti ini terjadi, namun tidak sampai kepada konflik yang besar,
apalagi membawa nama Agama.36
Sikap untuk mengalah dan tidak terpancing dengan keadaan merupakan
keharusan dan ajaran yan selalu didapatkan oleh para orang tua dan pemimpin
agama umat Muslim Kampung Jawa Tomohon. Sikap-sikap seperti ini bisa
33
melahirkan sebuah kesadaran dan mencairkan suasana menjadi lebih baik dan
tidak akan merugikan orang lain termasuk diri sendiri.37
Setelah terjadi peristiwa tersebut, maka suasana kembali menjadi stabil,
ketenangan yang dilakukan adalah sebuah kesadaran bahwa sebagian besar
masyarakat telah memiliki budaya Jawa-Minahasa, artinya torang kwa basudara,
Cuma tu torang pe anak-anak blum talalu tau, itu jelas terlihat dengan beberapa
marga Minahasa, misalnya marga Togas, Kapoyos, Pangkerego, Kalimata, dsb.
dalam kehidupan masyarakat Kampung Jawa Tomohon, apabila ada beberapa
keluarga yang hendak berpindah agama, misalnya dari agama Kristen berpindah
ke Islam dan agama Islam berpndah ke Kristen itu merupakan hal yang biasabiasa saja.38
Di hari-hari raya agama baik Kristen dan Islam saling bersilahturahmi
karena banyak memiliki ikatan darah (ikatan kekeluargaan). Tidak jarang
kampung jawa tomohon pada saat Hari Raya Idul Fitri, situasinya sangat ramai
dan padat di kunjungi oleh kerabat keluarga dan masyarakat dari kelurahankelurahan tetangga maupun dari luar kota tomohon. Pengamalan Nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa dilihat pada saat umat Kristiani melakukan
pengamanan dan penjagaan mesjid sebagai wujud kebersamaan dan menjaga
kerukunan. Begitupun sebaliknya, pada saat menjelang perayaan Natal, pemuda-
34
39 TT, HM, IJ, Wawancara, 8 November. ML, DS, Wawancara, 13 Desember 2011. AA,
RT, Wawancara, 7 Januari 2012. AA, Wawancara, 10 Januari 2012.
40 TT, AT, Wawancara, 4 November 2011. IJ, Wawancara, 7 Januari 2012.
41 RT, ML, Wawancara, 13 Desember 2011.
35
ini
meyakinkan
bahwa
Agama
Islam
dalam
ajarannya
tidak
36
37
38
39
Keesaan Tuhan. Pancasila lahir setelah agama Islam telah mengenal tentang
Ketuhanan. Para buangan-buangan dari banten telah menganut kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dibuktikan dengan, bertahannya mereka
ditengah-tengah kemajemukan agama dan budaya ketika berada di Tomohon.
Ekspansi ajaran menjadi berkembang dalam artian mendapatkan respon yang baik
dari penduduk-penduduk asli Tomohon yang bersuku Minahasa. Setelah sampai
pada tahap memdedah konteks sejarah dibantu dengan tanggapan-tanggapan para
responden, penulis berpikir bahwa Pancasila hanyalah ideologi bersama dalam
persyaratan untuk membentuk suatu Negara Republik Indonesia. Sila pertama
dalam Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa hanyalah penegasan kepada
masyarakat dalam penerapan moral-moral kehidupan bermasyarakat. Apabila
Pancasila tidak ada, maka Indonesia tidak terbentuk menjadi Negara Indonesia.
Harus dipertegas kembali, Umat Muslim Kampung Jawa Tomohon
memahami konsep Ketuhanan Yang Maha Esa bukan dari Pancasila, karena
rumusan ini telah ada di Al-Quran dan hal ini jauh diketahui serta diamalkan oleh
umat Muslim pada umumnya. Pancasila hadir untuk mengakomodir beragamnya
agama dalam berbagai kepercayaannya, maka Pancasila harus menjadi salah satu
pegangan dan ideologi terbuka dalam konteks kenegaraan untuk membentuk
tatanan masyarakat yang saling menghargai agama-agama lain.
Proses sejarah yang telah berlangsung harus dipahami sebagai pintu masuk
untuk melihat latar belakang dibalik realitas dan proses hidup yang telah terjadi
saat ini. Sangat perlu untuk mengangkat fakta sejarah sebagai awal terbentuknya
komunitas Kampung Jawa Tomohon. Ketika ketujuh buangan dari Banten datang
di Tomohon, mereka telah menganut suatu aliran kepercayaan dalam Islam. Di
40
dalam agama Islam, bukan hanya satu golongan saja, melainkan ada beberapa
aliran-aliran yang lahir dan berkembang di tengah-tengah keberagaman agama
dalam konteks Indonesia. Walaupun mereka berstatus sebagai buangan-buangan
Belanda yang dianggap pemberontak, mereka bisa hidup dan bersosialisasi di
dalam wilayah yang didominasi oleh budaya Minahasa dengan tetap memegang
identitas sebagai umat yang menganut kepercayaan Islam.
2. Analisis Sosial dan Budaya
Terbentuknya relasi sosial yang baik merupakan hasil pemaknaan umat
Muslim terhadap pokok-pokok dalam ajaran Islam. Apalagi faktor kebudayaan
telah memberi pintu masuk bagi hubungan sosial antara umat muslim Kampung
Jawa Tomohon dengan masyarakat disekitarnya. Perjumpaan antara budaya Jawa
dan Minahasa telah dibagun dan dipadukan pada saat ketujuh Buangan dari
Banten. Mereka berinteraksi dengan sebagian masyarakat Minahasa dan akhirnya
memutuskan untuk kawin. Dengan demikian terjadilah proses keturunan yang
sampai saat ini sebagian besar umat Muslim Kampung Jawa Tomohon bersuku
Minahasa. Ikatan keluarga yang terbentuk menjadi semangat dan dorongan bagi
masyarakat untuk menjalin kerukunan dan relasi sosial yang baik. Keyakinan
tidak lagi dipandang sebagai tembok-tembok pembatas, melainkan suatu kekayaan
yang bisa saling mengisi dan membangun satu sama lain.
Sikap saling memberikan pengertian dan rasa toleransi berdasar juga pada
kesadaran akan adanya hubungan keluarga dengan sebagian masyarakat yang
beragama Kristen. Dengan demikian, ketika telah membangun hubungan
keluarga, maka keinginan untuk berdamai dan hidup saling mengasihi akan timbul
41
dengan sendirinya. Hal inilah yang ingin ditampilkan oleh Umat Muslim di
Kampung Jawa Tomohon, demi kerukunan antar umat beragama.
Satu hal yang menarik adalah pada saat anggota keluarga ingin berpindah
keyakinan Agama, maka tidak ada larangan untuk berpindah agama. Persoalan
berpindah keyakinan merupakan kebebasan dari setiap manusia. Dalam Al-Quran
pun kaum muslimin tidak diperkenankan untuk memaksakan seseorang untuk
memeluk Islam. Sebuah kebebasan orang untuk beragama merupakan pemberian
penghormatan hubungan Tuhan dengan manusia. Oleh karena itu, pemahaman
seputar Pancasila khususnya Ketuhanan Yang Maha Esa menurut Umat Muslim
Kampung Jawa Tomohon memiliki berbagai pernyataan yang menarik.
Di Kampung Jawa Tomohon pernah terjadi konflik, konflik ini merupakan
kekacauan yang datang dari pemuda-pemuda Kampung Jawa Tomohon dengan
pemuda-pemuda dari kelurahan Lansot. Akar penyebab konflik antar pemuda
datang dari pengaruh minuman keras yang terlalu berlebihan, oleh karena melepas
kekesalan dan untuk mencari dukungan kuantitas dari orang lain maka mereka
menggunakan nama Agama untuk memprovokasi demi terjadinya konflik. Konflik
itu tidak terjadi, karena masyarakat Kampung Jawa Tomohon tidak ada yang
keluar dari rumah mereka. Penulis melihat, rupanya ada kesadaran dari umat
Muslim untuk tidak terpancing dengan undangan untuk berkonflik dari pemudapemuda dari Kelurahan tetangga.
Ungkapan Napa torang orang Islam so pukul merupakan kata-kata yang
bersifat provokatif, ternyata sebagian umat beragama sangat mudah menggunakan
nama-nama agama untuk memicu terjadinya konflik antar umat beragama.
42
Konflik ini tidak dilihat sebagai konflik antar agama, walaupun secara menonjol
para pemuda-pemuda menggunakan bahasa orang Islam secara umum. Benturan
yang terjadi, merupakan pengaruh dari pergaulan pemuda-pemuda yang telah
mengkomsumsi minuman keras secara berlebihan, akibatnya relasi sosial menjadi
kacau dan tidak terkendali.
Bahaya besar bisa terjadinya konflik baik internal dan eksternal di konteks
Umat Muslim Kampung Jawa Tomohon adalah sikap yang terlalu berlebihan,
menerima informasi yang tidak jelas kemudian melakukan perluasan isu-isu yang
tidak benar. Jika dikaji, penyebaran isu-isu yang tidak benar merupakan sikap
yang suka mencari-cari masalah. Namun, walaupun demikian yang terjadi, pada
umumnya masyarakat dan pemerintah setempat mampu untuk menyaring setiap
informasi yang berkembang dan dianalisa semaksimal mungkin untuk mencegah
pecahnya konflik, baik konflik sosial dan konflik agama.
3. Analisis Teologi
Secara umum dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia ideologi utama
yang mendasari hidup warga negara adalah Pancasila. Di dalam agama Islam,
ajaran utama adalah tentang Tauhid Ketuhanan. Pancasila terutama Ketuhanan
Yang Maha Esa merupakan cita-cita luhur dari bangsa Indonesia dalam konteks
kemajemukan dan keberagaman agama. Oleh karena terdapat beberapa agama di
Indonesia, maka masing-masing agama memberikan isi dan tafsiran terhadap
rumusan sila pertama.
Konsep Ketuhanan menurut Umat Islam Kampung Jawa Tomohon tidak
lain berasal dari Kitab Suci Al-Quran yang dianggap oleh umat muslim sebagai
43
wahyu dari Allah dengan perutusan Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya. Namun,
ada responden yang mengatakan bahwa, usaha-usaha memahami Ketuhanan Yang
Maha Esa dalam Pancasila sebenarnya sama dengan umat Kristen yang meyakini
Tuhan Yang Esa. Apalagi agama-agama Samawi dari fakta historikal memberikan
bukti jelas, tentang adanya hubungan baik antara Nabi-nabi terdahulu dalam
membangun sebuah wilayah masyarakat yang penuh kedamaian. Pada dasarnya
Umat Islam memiliki kajian tersendiri ketika hendak menjelaskan tentang konsep
Ketuhanan Yang Esa. Secara langsung ada yang memberikan tafsir tunggal yang
bisa berdampak eksklusivitas dan ada beberapa tanggapan yang memberikan
pernyataan bahwa Ketuhanan memiliki jangkauan yang universal.
Ketika Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi poros utama dalam mengisi
Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia muncullah berbagai
tafsiran yang pada dasarnya masing-masing memberikan penilaian terhadapnya.
Debat terbuka terjadi kalangan tertentu dengan berbagai kepentingan dan suksesi
dengan menggunakan Tema Agamis yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Umat Muslim di Kampung Jawa Tomohon merasa gelisah ketika
Ketuhanan Yang Maha Esa diperdebatkan secara terus-menerus. Beberapa
responden berpendapat bahwa Pancasila terutama Ketuhanan Yang Maha Esa
tidak harus diperdebatkan, apalagi perdebatan yang terlalu jauh dengan dasar yang
sempit, apalagi ada kepentingan dari orang-orang tertentu saja, hanya akan
memicu terjadinya kecemburuan dan kesenjangan di tengah-tengah antar umat
beragama.
44
Dewasa ini, Pancasila masih berdiri kokoh sebagai dasar bagi masyarakat
Indonesia didalam keanekaragaman yang ada baik agama maupun kehidupan
bermasyarakat terutama umat Muslim Kampung Jawa Tomohon. Hal ini
dibuktikan dengan stabilitas relasi sosial antara masyarakat Kampung Jawa
Tomohon dengan masyarakat di sekitarnya.
Ketuhanan merupakan pokok ajaran dalam Islam yang juga dikenal
sebagai Tauhid, maka semua bentuk aktivitas umat Muslim haruslah berdasarkan
Ketuhanan yang menjadi inti kepercayaan. Jangkauan Ketuhanan ternyata tidak
terbatas pada umat Muslim saja. Ketuhanan bersifat universal, itulah yang
menjadi kebutuhan dan kepentingan setiap umat beraama dimasa kini. Segala
bentuk pengetahuan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa sepenuhnya tertuang
dalam Al-Quran. Artinya, pemahaman Ketuhanan Yang Maha Esa tidak bisa
dilepaskan dengan Kitab Suci agama Islam. Walaupun keyakinan umat muslim
tentang Ketuhanan dalam Pancasila bersumber dalam Al-Quran, namun mereka
tidak bersikap eksklusif terhadap agama-agama lain yang ada disekitar mereka.
Dasar uatama yang dipegang oleh umat muslim adalah sebuah kesadaran bahwa
mereka berada ditengah-tengah kemajemukan dan pluralitas agama-agama. Itulah
realitas sebenarnya yang sedang dihadapi masyarakat saat ini.
Persoalan Ketuhanan Yang Maha Esa memang telah menjadi isu yang
klasik, karena perdebatan-perdebatan mengenai sila pertama ini tidak kunjung
selesai. Namun, dimasa kini nilai-nilai Ketuhanan terkadang dipandang biasabiasa saja dan seakan-akan tidak memiliki makna yang penting. Padahal, ketika
kita mengkaji lebih dalam, akar terjadinya konflik sosial dan konflik agama salah
satu bersumber dari ketidaktahuan masyarakat tentang makna Ketuhanan di dalam
45
agama yang mereka anut. Sebab, di dalam agama yang diyakini seseorang pasti
mengajarkan Ketuhanan menurut cara dan metode yang berbeda.
Umat Islam Kampung Jawa Tomohon mengisi makna Ketuhanan Yang
Maha Esa berdasarkan ajaran Islam yang mereka dapatkan dari kegiatan-kegiatan
peribadatan berdasarkan keyakinan dan kepercayaan mereka. Seseorang yang
telah mempelajari baik ajaran-ajaran agama dengan baik pasti akan mengamalkan
nilai-nilai Ketuhanan dalam kehidupan setiap hari. Hal ini ditunjukkan oleh umat
Muslim Kampung Jawa Tomohon, dengan cara menjaga kerukunan antar umat
beragama.
Sangat menarik ketika kita mendapatkan beberapa pernyataan tentang
makna dari Ketuhanan Yang Maha Esa dari satu wilayah tertentu yang
mayoritasnya adalah agama Islam, sementara disatu sisi mereka berada di tengahtengah Minoritas masyarakat yang beragama Kristen di Kota Tomohon secara
keseluruhan. Umat Muslim Kampung Jawa Tomohon berdasarkan kepercayaan
kepada Allah dan Kitab Suci sebagai wahyu tunggal memiliki keyakinan bahwa
Allah itu Esa/tunggal asyhadu an-laa ilaaha illallaah (Tiada Tuhan selain
Allah). Walaupun sebagian besar responden memberikan pernyataan secara tegas
bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa hanyalah bersumber dalam Al-Quran, namun
fakta yang terjadi adalah penjagaan stabilitas dalam bentuk toleransi terhadap
agama-agama lain.
Memang, konflik antar umat beragama dengan membawa nama agama
merupakan pergumulan besar yang sementara dihadapi oleh umat Muslim
Kampung Jawa Tomohon, mengapa tidak, ada beberapa kelompok-kelompok
46
47
di Kampung Jawa Tomohon memiliki penilaian yang baik tentang pergaulan baik
beragama dan bermasyarakat.
Dengan demikian, pemahaman Ketuhanan Yang Maha Esa dari umat
Muslim Kampung Jawa Tomohon, merupakan interpretasi antara Kitab Suci AlQuran direlevansikan dengan konteks beragama dan bermasyarakat masa kini.
Sepanjang sejarah tidak pernah terjadi Konflik antar agama di Kampung Jawa
Tomohon. Hal-hal sederhana itu memberikan sangat menyadari bahwa telah
terjadi perjumpaan agama-agama dan budaya-budaya. Untukmu agamamu, dan
untukkulah, agamaku merupakan interpretasi sebagian besar umat Muslim
termasuk para tokoh-tokoh Islam dalam membentuk sikap hidup yang memiliki
rasa toleransi terhadap agama lain dan memberikan kesempatan kepada orang lain
untuk memeluk agamanya tanpa ada paksakan dari orang lain.
Secara umum, rumusan sila pertama di dalam Pancasila merupakan bagian
penting bagi masyarakat Kampung Jawa Tomohon dalam memahami realitas
Indonesia yang majemuk. Masyarakat memahami Ketuhanan sebagai ideologi
bersama dalam membentuk nilai hidup yang cinta akan perdamaian, terlepas dari
hal ini Negara seharusnya tidak membatasi diri pada kesepakatan dan kesimpulan
politik tentang paham Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai nafas setiap agama,
hanya bisa dimiliki oleh 6 agama. Undang-undang dasar 1945 merupakan
konstitusi yang mengatur dan membentuk konteks sosial yang bebas dari
kepentingan politik dan agama tertentu.
Hal penting yang perlu ditegaskan, Pancasila yang di dalamnya termaktub
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa bukan merupakan sumber utama dalam
48
49
BAB II
KAJIAN TEORI
SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA MENURUT AGAMA ISLAM
A. Sejarah Lahirnya Pancasila
Pada tanggal 28 April 1945 pemerintahan Jepang membentuk sebuah
Badan Usaha Menyelidiki Usaha-usaha Persiapan Indonesia. Badan ini
beranggotakan
62
orang
anggota,
yang
50
diketuai
oleh
dr.
Radjiman
Wediodeningrat, seorang priyayi Jawa, dan bekas ketua Budi Utomo, didampingi
oleh dua orang wakil ketua, masing-masing berkebangsaan Jepang dan seorang
Indonesia. Tugas badan ini adalah untuk mempertimbangkan masalah-masalah
pokok dan kemudian merumuskan rencana-rencana pokok bagi Indonesia
merdeka. Hasilnya kemudian diserahkan, melalui pemerintah pendudukan Jepang.
Dalam dua sidang paripurnanya yang pertama dari tanggal 29 Mei sampai 1 Juni
dan yang kededua dari 10 Juli sampai 17 Juli, badan penyelidik itu membahas
prinsip-prinsip pokok yang akan menjadi dasar dari negara yang akan didirikan
itu. Pertanyaan pokok adalah yang dikemukakan oleh dr. Radjiman di dalam
pidato pembukaannya: Apakah dasar dari negara yang akan kita bentuk itu?`
Pada waktu itu ada 3 orang yang mengajukan pendapatnya tentang dasar
negara. Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato
singkatnya mengemukakan lima asas yaitu: Peri kebangsaan, peri ke Tuhanan,
kesejahteraan rakyat, peri kemanusiaan, peri kerakyatan. Pada tanggal 31 Mei
1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima asas yaitu: Persatuan, mufakat
dan demokrasi, keadilan sosial, kekeluargaan, musyawarah. Pada tanggal 1 Juni
1945 yang kemudian dikenal dengan hari lahirnya Pancasila, Ir. Soekarno
mengusulkan lima asas pula yang secara spontan Seokarno mengistilahkan
Pancasila
yaitu:
Kebangsaan
Indonesia,
internasionalisme
dan
peri
51
akhir rapat pertama, masih belum ditemukan kesepakatan untuk perumusan dasar
negara, sehingga akhirnya dibentuklah panitia kecil untuk menggodok berbagai
masukan. Panitia kecil beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia
Sembilan dengan susunan sebagai berikut: Ir. Soekarno (ketua), Drs. Moh. Hatta
(wakil ketua), Mr. Achmad Soebardjo (anggota), Mr. Muhammad Yamin
(anggota), KH. Wachid Hasyim (anggota), Abdul Kahar Muzakir (anggota),
Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota), H. Agus Salim (anggota) dan Mr. A.A.
Maramis (anggota).
Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan
(nasionalis) dan 4 orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Kecil
kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan
Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan: Pertama: Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Kedua:
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Ketiga: Persatuan Indonesia. Keempat:
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Meletakkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa mempunyai implikasi yang
menentukan bagi keseluruhan makna Pancasila. Panitia lima berpendapat bahwa
dasar Ketuhanan Yang Maha Esa memimpin cita-cita kenegaraan kita, yang
memberikan jiwa kepada usaha menyelenggarakan segala yang benar, adil dan
baik, sedangkan dasar kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kelanjutan
dalam perbuatan dan praktik hidup dari dasar yang memimpin tadi. Dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab harus menyusul, berangkaian dengan dasar
52
yang pertama. Letaknya tak dapat terpisah dari itu, sebab ia harus dipandang
sebagai kelanjutan dalam praktek dari cita-cita dan amal Ketuhanan Yang Maha
Esa. Dengan dasar-dasar ini pemerintah tidak boleh menyimpang dari jalan yang
lurus untuk mencapai keselamatan negara dan masyarakat, ketertiban dunia dan
persaudaraan bangsa-bangsa.47 Ketuhanan Yang Maha Esa tidak lagi hanya
sekedar hormat menghormati agama masing-masing, melainkan menjadi dasar
yang memimpin ke jalan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran, persaudaraan
dan lainnya, dengan demikian Negara itu memperkokoh fundamennya.48
B. Pemahaman di sekitar Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada perkembangannya telah terjadi perdebatan mengenai penggunaan
kata Allah dan Ketuhanan. Sejak awal telah digunakan kata Allah, dalam kalimat
Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dalam rumusan undang-undang
dasar Allah di sini menunjuk pada sebuah pribadi Allah, yang adalah Allah orangorang Islam (dan Allah orang-orang Kristen juga, tetapi khususnya bagi orangorang Islam). Persoalan sekitar penggunaan kata Allah, haruslah ditinjau dari
bawah terang perumusan sila pertama. Pertama-tama, amatlah jelas bahwa
Pancasila diusulkan dan kemudian diterima sebagai semacam kompromi di antara
dua pendapat, di antara pendapat yang menghendaki suatu negara agama dan
pendapat lain yang menghendaki suatu negara sekuler. Dalam hubungan ini, maka
rumusan sila pertama itu sangat menentukan dan berpengaruh. Itulah sebabnya,
53
54
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dari pembukaan Undangundang dasar, karena kesatuan territorial ditekankan, oleh karena walaupun Islam
dianut oleh mayoritas, namun ada beberapa bagian Indonesia yang penduduknya
sebagian besar tidak memeluk agama Islam.50 Mr. Latuharhary yang didukung
oleh Wongsonegoro dan Husein Djajadiningrat menyatakan keprihatinan apabila
Piagam Jakarta diterima akan mendorong fanatisme sebagian masyarakat Islam.51
Pada tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dikemukakan
dalam rapat pleno PPKI. Selain itu dalam rapat pleno terdapat usulan untuk
menghilangkan frasa menurut dasar dari Ki Bagus Hadikusumo. Rumusan dasar
negara yang terdapat dalam paragraf keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar
ini merupakan rumusan resmi kedua dan nantinya akan dipakai oleh bangsa
Indonesia hingga kini. UUD inilah yang nantinya dikenal dengan UUD 1945.
Rumusan itu berbunyi:
dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menurut tata atau dasar negara, setiap penyelenggara negara dan institusi
pemerintahan terikat pada Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam
Pancasila. Namun, dengan istilah ketuhanan, setiap tipu muslihat dan
pemutarbalikan makina, baik nats maupun semangat, konstitusi dalam bidang
keagamaan dimulai. Ketuhanan adalah istilah abstrak. Ia cocok dalam bidang
50 Panitia Lima, Op.Cit., hlm. 32.
51 DR. A. A. Yewangoe, Agama dan Kerukunan (Jakarta : Gunung Mulia, 2009), hlm. 7
55
56
negara, Pancasila berstatus sebagai kerangka berpikir yang harus diikuti dalam
menyusun undang-undang dan produk-produk hukum yang lain, dalam
merumuskan kebijakan pemerintah dan dalam mengatur hubungan formal antara
lembaga-lembaga dan perorangan yang hidup dalam kawasan negara ini. Justru
dalam stataus sebagai ideologi bangsa dan falsafah negara inilah dirasa adanya
tumpang-tindih antara Pancasila dengan sebagian sisi kehidupan beragama dan
berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki lingkup masing-masing yang
berjangkauan universal, berlaku seluruh umat manusia, sehingga terasa sulit untuk
dibatasi pada sisi ke-Indonesia-an belaka. Hal ini langsung tampak dalam upaya
Pancasila dalam menekankan isis kelapangan dada dan toleransi dalam kehidupan
antara umat beragama dan berkepercayaan terhadap TuhanYang Maha Esa. Jelas
setiap agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki visi
eksklusivistiknya sendiri, di samping visi universal yang mempersamakan semua
agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain,
wawasan Pancasila tentang kebersamaan antara agama-agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak sepenuhnya sama dengan wawasan sekian
agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang satu sama lain
saling berbeda itu.54
2. Mohamad Natsir
Menurut Mohamad Natsir, Pancasila di anut sebagai dasar rohani, akhlak,
dan susila oleh bangsa Indonesia. Persoalannya terletak pada pola tafsiran
54 Oetojo Oesman Alfian Pancasila sebagai Ideologi Menurut Abdurrahman Wahid
(Jakarta: Perum percetakan negara RI, 1991), hlm. 163-166.
57
tentang Pancasila. Tidak seorang pun, termasuk perumus Pancasila sendiri, yang
berhak memonopoli tentang tafsirannya. Pancasila adalah peryataan dari niat dan
cita-cita kebajikan yang harus kita laksanakan di dalam negara dan bangsa kita.
Maka, apabila di tinjau dari sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa itu maka akan
mendapat penegasan kepada semua warga negara dan penduduk dari negara luar,
bahwa sesunguhnya seorang manusia tidak akan dapat memulai kehidupannya
menuju kebajikan dan keutamaan hidup kalau ia belum dapat meyadarkan dan
mempersembahkan dirinya kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Maka, bagaimana
Al-Quran akan bertentangan dengan sila pertama itu sementara dalam pengakuan
di AL-Quran,Pancasila itu tetap hidup subur. Sebaiknya seorang Muslim tidak
mempertentangkan Pancasila khususnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa dengan
Islam, karena di mata seorang muslim, rumusan Pancasila bukan kelihatan sebagai
barang asing yang berlawanan dengan ajaran Al-Quran.55
D. Negara Indonesia Berdasarkan Kepada Ketuhanan Yang Maha Esa
Kita sementara hidup dalam suatu masyarakat yang berupaya untuk
berkemas menyongsong masa depannya. Di satu pihak kita mengakui fakta
sejarah bahwa Pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi bangsa dengan segala
keterbatasannya dalam menghadapi realitas negara yang tidak homogen. Proses
kerukunan antar umat beragama dan kebebasan beragama berakar dari
pengetahuan yang jelas tentang kehidupan keagamaan dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
55 Artikel (http://mohamadnatsir.wordpress.com/2011/01/13/natsir-dan-pancasila/).
58
Ajaran Ketuhanan menurut agama Islam, sering disebut juga sebagai ilmu
Tauhid. Tauhid menurut bahasa, artinya mengetahui dengan sebenarnya bahwa
Allah itu ada dan Esa. Menurut istilah Tauhid merupakan suatu ilmu yang
membentangkan kepada kita tentang adanya Allah, dengan sifat-sifatnya yang
wajib berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits untuk mempercayai dengan yakin. 56
Dalam agama Islam, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi titik berangkat dalam
memahami posisi manusia yang mengaku percaya dan bertaqwa kepada Tuhan.
Tauhid merupakan pokok ajaran yang berkonsepkan Keesaan Tuhan. Banyak
pandangan dalam member tafsir tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, apalagi
dikalangan umat Muslim yang mempertegas bahwa Tauhid berdasarkan pada
Kitab Suci Al-Quran.
Pengertian Tauhid yang digariskan oleh Al-Quran dengan pemikiran
ilmiah yang bersumber pada sejarah hidup Nabi, telah memberikan fakta-fakta
yang khas bagi pelaksanaan seluruh sila-sila dari Pancasila filsafat Negara
Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat, hingga dapat dikatakan, bahwa
Tauhid ajaran Quran dan Hadits sajalah yang dapat mengisi Pancasila sebagai
wadah dalam wujudnya didalam masyarakat dan negara. Oleh sebab itu dalam
usaha indoktrinasi Pancasila dalam masyarakat, harus diutamakan pelajaran,
pendidikan dan penerangan Iman dan Ibadat kepada Allah menuju taqwa karena
taqwa inilah yang dapat membina kekuasaan roh manusia menguasai nafsu-nafsu
naluriah dan benda dalam hidup dan kehidupan menurut kehidupan Tuhan, hingga
56 AP. Budiyono HD, Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama, (Yogyakarta:
Yayasan Kanisius, 1983), hlm. 151.
59
seseorang yang mutakin adalah orang-orang yang alim yang dapat menguasai
dirinya dari berbuat segala bentuk kejahatan.57
Drs. Imam Pratigno menafsirkan pengertian bahwa Ketuhanan Yang Maha
Esa memberikan dasar moral yang dikehendaki ialah Ketuhanan yang berbudaya,
yang penuh toleransi. Masing-masing manusia di Indonesia supaya ber-Tuhan
menurut agamanya masing-masing dan menjalankan ibadatnya sesuai dengan
ajaran agamanya. Ketuhanan Yang Maha Esa tidak dapat ditafsirkan dalam
pengertian agama ataupun adanya agama resmi menjadi agama negara atau
adanya penguasaan dari agama yang satu terhadap yang lain.58
Sebuah paham tentang ketuhanan menjawab bahwa masyarakat adalah
wadah kebudayaan, kebudayaan terbentuk dari hubungan antara manusia. Dalam
hubungan itu lahirlah cita-cita, perbuatan dan ciptaan, yang menjalin kebudayaan.
Prilaku atau perbuatan dan ciptaan diistilahkan amal saleh dalam Islamologi,
taqwah yang bersifat pasif menjadi aktiv dalam wujud amal yang saleh.
Kebudayaan dilahirkan dalam kesatuan sosial. Kesatuan sosial terbentuk dari
pergaulan hidup. Pergaulan hidup adalah hubungan antar manusia dan manusia.
Hubungan antar manusia adalah lanjutan antara manusia dengan dirinya sendiri
dan alam. Kehidupan yang luas, beragam dan amat berliku-liku ini dapat
berdampak pada hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan
manusia lain. Betapa pentingnya hubungan-hubungan itu, karena sangat relevan
57 Usman EL. Muhammady, Ilmu Ketuhanan Yang Maha Esa, (Jakarta : Pustaka
Agusalim, 1963), hlm. 194.
58 Drs. Imam Pratigno, Filsafat Negara: Pantja Sila (Jakarta : Usdek, 1963), hlm. 5456.
60
61
Suci yang diturunkan kepada kamu. Tuhan kami dan Tuhan kamu adalah satu, dan
kita semua pasrah kepada-Nya. 61
Oleh karena itu (Wahai Nabi) ajaklah dan tegaklah engkau sebagaimana
diperintahkan, serta janganlah engkau mengikuti keinginan nafsu mereka. dan
katakana kepada mereka. Aku beriman kepada kitab manapun yang diturunkan
Allah, dan aku diperintahkan untuk bersikap adil di antara kamu. Allah (Tuhan
Yang Maha Esa) adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu sekalian. Bagi kami alam
perbuatan kami, dan bagi kamu amal perbuatanmu. Tidak perlu perbantahan
antara kami dan kamu. Allah akan mengumpulkan antara kita semua, dan kepadaNya semua akan kembali. Memang Kitab Suci Islam mengajarkan sikap tidak
satu garis terhadap agama-agama lain, khususnya Yahudi dan Kristen.
Di suatu tempat dalam Kitab Suci disebutkan bahwa Allah menanamkan
dalam hati para pengikut Isa Al-Masih, rasa kasih dan sayang. Oleh karena itu
senantiasa tetap terbuka luas bagi agama-agama, di Indonesia khususnya dan di
dunia umumnya, untuk bertemu dan berpangkal tolak ajaran kesamaan, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, seperti dikehendaki oleh Al-Quran melalu Nabi
S.A.W dan kaum Muslim. Lebih-lebih lagi di Indonesia, dukungan kepada
optimisme itu lebih besar dan kuat, karena yang pertama, bagian terbesar
penduduk beragama Islam; dan kedua, seluruh bangsa sepakat untuk bersatu
dalam titik pertemuan besar, yaitu nilai-nilai dasar yang kita sebut Pancasila.
Pancasila merupakan pendukung besar, karena memang dari semua ia
mencerminkan tekad untuk bertemu dalam titik kesamaan antara berbagai
62
golongan di negeri kita. Sikap mencari titik kesamaan ini sendiri mempunyai nilai
keislaman.62 Pertama-tama, kita beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Iman itu melahirkan tata nilai berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa
(rabbaniyyah).63 Salah satu kesadaran yang sangat berakar dalam pandangan
seorang Muslim bahwa agama Islam adalah sebuah agama universal, untuk
sekalian umat manusia. Pokok pangkal kebenaran universal yang tunggal itu ialah
paham Ketuhanan Yang Maha Esa atau Tauhid yang secara harafiah
memahaesakan, yakni memahaesakan Tuhan dengan percikan nilai-nilai
Ketuhanan berdampak pada kebebasan beragama dan berdamai dengan sesama
manusia.64 Dalam konteks Indonesia, paham yang diberikan oleh dokumen negara
adalah bahwa agama adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
namun, ketika paham yang sama akan dikenakan kepada aliran kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa maka seluruh paham di atas sirna bukan karena
salah tetapi tidak boleh dikenakkan kepada aliran kepercayaan meskipun aliran
kepercayaan itu tetap dibenarkan untuk menyatakan bahwa mereka percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jika Ketuhanan Yang Maha Esa dinyatakan bukan
agama lantas apa yang dipercaya oleh agama-agama di Indonesia? Kalau
pertanyaan ini dikemukakan maka agama yang dipersoalkan di sini bukan lagi
62 Ibid., hlm. xcvii-xcviii.
63 Dalam Kitab Suci terdapat kata-kata rabbaniyyin, orang-orang yang berketuhanan.
Dari situ diambil kata-kata rabbayyah semangat ketuhanan, yaitu inti semua ajaran para
nabi dan rasul Tuhan: Tidaklah sepatutnya seorang manusia yang kepadanya Tuhan
menurunkan kitab suci, keputusan yang adil (al-hukum) dan martabat kenabian akan
berkata kepada umat manusia, Jadilah kamu sekalian orang-orang yang berketuhanan
dengan menyebarkan ajaran Kitab Suci dan dengan kajian pendalamannya oleh diri kamu
sendiri (Q., s. Alu Imran 3:79).
64 Madjid., Op.Cit., hlm. 177-180.
63
suatu keyakinan akan tetapi adalah sebuah perdebatan agama. Semuanya ini
berakibat bahwa mereka yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa itu harus
dibina agar tidak mengarah pada pembentukan agama baru.65 Jika dicermati
regulasi pemerintah di atas, negara telah menggalang pengakuan dengan jalan lain
adalah dengan politik pengabaian. Dalam hal ini bisa terjadi bahwa hal itu adalah
suatu aksi sendiri-sendiri atau bersama dengan tujuan mengeluarkan agama atau
kepercayaan lain sehingga tercipta suatu tanda entry barrier ke dalam wilayah
pengakuan. Dengan berbuat seperti itu agama-agama akan membuka suatu soal
yang begitu mendasar seperti; dengan melarang aliran kepercayaan hanya karena
mereka percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa maka pertanyaannya kalau
sekiranya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu bukan agama maka
apa yang diyakini agama-agama itu? Siapa Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai
oleh kaum aliran itu? Apakah itu Tuhan yang berbeda dari yang dipercaya oleh
agama-agama yang diakui negara? Kalau berbeda ada berapa Tuhan, dan kalau
sama mengapa mereka dilarang? Siapa sebenarnya yang berkuasa menentukan
kesamaan dan kebedaan itu?66
E.
sebagai sila pertama yang sangat berpengaruh sebagai ideologi terbuka dan
65 TAP MPR No.IV/MPR/1978 tentang garis-garis Besar Haluan Negara, Agama dan
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sosial Budaya, dalam Surat Kabar
Kompas, 3 April 1978.
66 Daniel Dhakidae, Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 559.
64
65
66
tetapi bagi seorang muslim, merupakan ajaran agama. Karena itu membela
kebebasan beragama bagi siapa saja dan menghormati agama dan kepercayaan
orang lain merupakan bagian dari kemusliman. Keharusan untuk membela
kebebasan beragama memang diisyarakatkan oleh Al-Quran sendiri yang
disimbolkan dalam sikap mempertahankan rumah-rumah peribadatan seperti
biara-biara dan gereja-gereja, sinagog-sinagog dan masjid-masjid (Al-Hajj, 40).
Islam mengakui adanya titik temu yang sifat-sifatnya esensian dari berbagai
agama khususnya agama-agama samawi, yakni kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa sebagai landasan untuk hidup bersama. (Ali Imran, 63).70 Perspektif
teologi Islam tentang kerukunan hidup antar agama dan konsekuensinya terhadap
anatarumat beragama sangat berkaitan erat dengan doktrin Islam tentang
hubungan antara sesama manusia dan hubungan antara Islam dengan agamaagama lain. Islam pada esensinya memandang manusia dan kemanusiaan secara
positif dan optimis. Menurut Islam, manusia berasal dari satu asal yang sama:
keturunan Adam dan Hawa. Perbedaan di antara umat manusia, dalam pandangan
Islam, bukanlah karena warna kulit dan bangsa, tetapi hanyalah tergantung pada
tingkat ketakwaan masing-masing (Al-Quran 49:13). Dengan demikian,
pluralisme keagamaan di antara umat manusia tidak terelakkan lagi, bahkan
pluralism ini merupakan hukum Tuhan (sunnatullah). Karena itu, agama Islam
tidak boleh dipaksakan oleh siapa pun kepada siapa pun. Sebab jika Tuhan
menghendaki, maka semua manusia akan beriman (Al-Quran 2:256; 10:99). Jika
Islam menolak pemaksaan agama, bagaimana halnya dengan dakwah. Islam
seperti agama-agama lain, tidak dapat menggelekkan diri dari penyebaran misinya
70 Ibid., hlm. 63.
67
68
69
pemikiran
dan
perkembangan
tercetusnya
rumusan
Pancasila,
merupakan suatu kajian terhadap realitas sosial dan keagamaan. Sila-sila dalam
Pancasila telah di jabarakan ke dalam konstitusi Undang-undang Dasar Negara
Indonesia dengan penilaian secara umum sangatlah ideal. Masing-masing sila
menyimpang makna dan nilai luhur dalam mengakomodir semua kelompok
masyarakat dalam beraktivitas berdasarkan aturan dan norma-norma yang berlaku
di Indonesia. Kemajemukan merupakan ciri khas dari bangsa Indonesia, semua
masyarakat dengan latar belakang kepercayaan berbeda terintegrasi dalam satu
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Fenomena ini tidak terbantahkan
dan tidak bisa kita hindari. Perjumpaan yang sementara terjalin dan terbangun
70
yang
beragam
agamanya
dan
kepercayaannya.
Tidak
72
terhadap agama lain. Biasanya, kedangkalan tafsiran Kitab Suci dilakukan oleh
kelompok fundamentalisme yang telah mengidiologisasikan suatu teks menjadi
pendukung dalam melakukan ekspansi pemikiran yang sangat keliru dan tidak
benar.
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sisi dogmatisnya memiliki gagasan ideal
untuk membangun kehidupan umat yang harmonis, agamis dan humanis. Konsep
Ketuhanan menjadi wilayah yang sensitif bagi setiap agama. Penjelasan dan ideide tentang Ketuhanan tidak bisa dijabarkan secara harafiah, apalagi telah ada
ideologi politik. Kemajemukan agama telah mencirikan identitas Ketuhanan,
karena masing-masing agama memberikan uraian dan konsep tentang Ketuhanan
itu. Paman Ketuhanan Yang Maha Esa menurut Islam tidak lain adalah mengaku
dan percaya bahwa Tuhan yang mereka sebut Allah adalah Esa/satu, tidak bisa
disandingkan dengan bentuk-bentuk allah lain. Namun, pemahaman ini tidak
menjadi alasan bagi agama Islam untuk tidak menghargai, menerima dan
mengakui keyakinan serta kepercayaan agama-agama lain. Apabila hal itu yang
terjadi, maka hanya agama Islam yang paling benar, sedangkan agama-agama lain
tidak. Pernyataan-pernyataan seperti itu sangat tidak relevan di tempatkan pada
konteks Indonesia yang beragam agama.
Umat muslim kampung Jawa Tomohon mengaplikasikan dengan baik
makna dari kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai-nilai kemanusian
hasil dari pemahaman ini menjadi prioritas utama dalam menjaga stabilitas
kerukunan antar umat beragama dengan tidak memaksakan orang yang bukan
agama Islam untuk memeluk agama Islam. Memang tidak mudah bagi masyarakat
kampung Jawa Tomohon untuk merealisasikan makna dari Ketuhanan Yang Maha
73
Esa, harus ada kesadaran dan pengetahuan yang luas mengenai rumusan ini, jika
tidak, kesenjangan sosial yang akan terjadi. Relasi sosial yang baik antara umat
muslim Kampung Jawa Tomohon dengan masyarakat disekitarnya merupakan
substansi dari makna Ketuhanan Yang Maha Esa.
Di tempat lain, Pancasila khususnya Ketuhanan Yang Maha Esa oleh
beberapa orang, memberikan pandangan bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa
merupakan pernyataan politis yang pada konteks itu adalah asas untuk
menyatukan keberagaman agama demi tercapainya kemerdekaan Indonesia.
Walaupun Ketuhanan Yang Maha Esa lahir dari konsensus politis, rumusan itu
telah menjadi wawasan terbuka yang mampu diterima oleh seluruh masyarakat
Indonesia untuk menjadi bagian dari bangsa yang berKetuhanan Yang Maha Esa.
Agama Islam dan Kristen memiliki argumentasi dalam mengasumsikan
prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Agama Kristen, nilai Ketuhanan Yang Maha
Esa salah satu diuraikan dalam Ulangan 6:4-6 Dengarlah, hai orang Israel:
TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan.
Dalam kalangan agama Yahudi kepercayaan kepada Tuhan Yang Esa, tidak hanya
berimplikasi di bidang agama (satu Allah dan satu Nama), tetapi juga
implikasinya dibidang kesusilaan (satu bangsa dan satu taurat). Ayat ini ingin
mempertegas dan meminta pengakuan kepada bangsa Israel bahwa Allah itu
adalah esa.
74
Ayat ini sering juga disebut Syema yang merupakan perintah penting yang
harus sungguh-sungguh diperhatikan. Kata syema berarti mendengar dengan
sungguh-sungguh dan menaatinya. Tuhan Yesus sendiri menyebut syema sebagai
hukum yang terutama dan pertama dalam hukum Taurat (Markus 12:28-30;
Matius 22:36-38).
Ayat dalam Ul. 6:4-6 diucapkan oleh Musa kepada bangsa Israel, ketika
Musa akan meninggalkan Israel karena mati. Ucapan ini sebenarnya mewujudkan
suatu pengakuan iman yang ditekankan kepada Israel pada waktu itu, agar supaya
Israel jangan melupakannya. Pengakuan iman ini bukanlah rumusan Musa sebagai
hasil pemikiran akalnya, yang diperolehnya dengan memandang kepada gejalagejala alam semesta, atau disimpulkan dari hukum akal, melainkan didasarkan
atas pengalaman-pengalaman Musa dan pengalaman-pengalaman umat Israel
sendiri, sejak Tuhan Allah memperkenalkan diri-Nya kepada Israel dengan
melepaskan Israel dari tanah perhambaan di Mesir.
Di sini diakui, bahwa Allah Israel adalah Tuhan. Arti nama ini yaitu bahwa
dengan nama ini Tuhan Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai sekutu Israel.
Sebagai sekutu Israel Tuhan Allah adalah Allah yang setia, yang memenuhi segala
janji-Nya. Dengan mengingatkan kepada nama itu Musa bermaksud menekankan,
bahwa Tuhan adalah setia, yang benar-benar telah memegang teguh kepada apa
yang telah difirmankan dan diperbuat. Bahwa TUHAN adalah Allah yang setia,
bukanlah suatu teori bagi Musa dan bagi bangsa Israel di dalam Firman dan karya
Tuhan Allah di sepanjang sejarah Israel hingga kini dan akan diteruskan di dalam
kelanjutan sejarah itu.
75
penjiwaan,
manusia
harus
mengasihi
sesamanya
sebagai
bentuk
keseimbangan dan aktualisasi konkrit atas pemaknaan terhadap sifat-sifat dan nilai
Ketuhanan yang menekankan perdamaian dengan semua orang.
Sejarah telah membuktikan bahwa perumusan Ketuhanan Yang Maha Esa
di letakkan sebagai sila pertama dalam Pancasila tidak lain adalah untuk
memberikan gambaran yang jelas bahwa bangsa Indonesia memiliki tolok ukur
untuk menjalankan dan mengamalkan sila-sila yang lain. Beberapa tahun terakhir,
kita perhadapkan dengan peristiwa-peristiwa, terorisme, ketidakadilan, fanatisme,
politik yang berpihak, tidak bebasnya masyarakat beragama, dsb, itulah realitas
dan kesenjangan sosial yang hadir di konteks bangsa Indonesia. Hadirnya
kelompok-kelompok garis keras dengan paham egaliter dan fundamentalisme
telah menjadi ancaman besar bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ironisnya, apabila kelompok-kelompok garis keras telah membawa simbol dan
tema agama tertentu. Dengan demikian masyarakat non-Muslim akan memberikan
76
stigmatisasi serta mengidentikan agama Islam sebagai agama yang suka tindakan
kekerasan dan pemaksaan.
Agama Islam dalam menjawab konsep Ketuhanan Yang Maha Esa harus
berdasarkan Kitab Suci Al-Quran, karena disitulah tersirat makna-makna teologis
yang dialogis. Umat Muslim Kampung Jawa Tomohon memiliki kesadaran,
bahwa mereka berada dalam konteks bangsa yang beragam. Hal utama yang harus
mereka lakukan adalah membuka ruang untuk saling menerima dan berdialog
dengan agama-agama lain, inilah esensi dari refleksi kepercayaan dan ketakwaan
terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa. Di dalam doktrin Islam, tidak ada ayat suci
Al-Quran yang mendorong seseorang untuk bertindak kejam dan tidak
berprikemanusiaan.
Dewasa ini, stigmatisasi terhadap suatu agama sering terjadi, hal ini
diakibatkan oleh ketidaktahuan masyarakat tentang nilai-nilai luhir yang
tersimpan oleh setiap agama. Pada dasarnya semua agama memberikan pengaruh
dan dorongan kepada umatnya untuk menerapkan nilai-nilai kemanusiaa. Dengan
demikian tidak menjadi alasan untuk melakukan penguasaan terhadap agama lain
dan hegemoni terhadap suatu kepercayaan. Kini umat Muslim sedang mengalami
krisis identitas yang diakibatkan oleh kelompok-kelompok garis keras yang
membawa
dakwah
eksklusivnya,
mereka
hadir
dengan
alasan
ingin
77
suatu agama. Jika kita melihat peta kehidupan antar umat beragama di Indonesia,
disatu sisi akan ditemukan beberapa masyarakat yang bersikap inklusif terhadap
agama-agama lain dan disisi lain telah ada saling curiga, ketertutupan, perasaan
dendam dsb.
Umat Muslim Kapung Jawa Tomohon, merupakan komunitas masyarakat
yang mayoritas beragama Islam, yang menjadikan Al-Quran sebagai Kitab Suci
dan sumber dogmatis. Dengan tegas umat Muslim menolak segala bentuk
tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama Islam, karena di dalam Islam
tidak pernah tertuang ayat-ayat Al-Quran yang menyerukan kepada setiap
umatnya untuk saling menumbangkan satu sama lain. Model utama sebagai wujud
pengetahuan yang luas tentang Ketuhanan Yang Maha Esa dibuktikan dengan
realitas hidup yang penuh dengan kerukunan dan kedamaian.
Kebebasan beragama dan kerukunan antar umat beragama merupakan
potensi utama dalam mewujudkan keharmonisan bangsa Indonesia. Wilayah
agama merupakan imanensi antara manusia dengan Tuhan. Negara pun dalam
konstitusi UUD 1945 pasal 29 menjamin kebebasan seseorang untuk memeluk
suatu agama Kepentingan masa kini, melihat situasi masyarakat Indonesia adalah
kebutuhan menjalin kerukunan antar umat beragama. Hal ini bisa diwujudkan
dengan berbagai langkah dan metode strategis, salah satunya adalah dialog antar
umat beragama. Dialog yang dimaksud bukan pertemuan yang akan melakukan
misi-misi agamis tertentu atau ideologisasi agama tertentu. Apabila yang demikian
terjadi, maka kepentingan dialog tidak lain adalah penyeragaman. Keterbukaan
dan melepaskan rasa curiga menjadi modal utama untuk memupuk kredibilitas
dalam membangun dialog antar umat beragama. Langkah ini, memberikan ruang
78
79
Pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa berarti ajakan kepada agamaagama dan kepercayaan-kepercayaan untuk bersama-sama mengembangkan
dasar-dasar moral yang positif, kreatif dan kritis bagi pembangunan kita. Sila ini
tidak merupakan dalil teologi. Negara tidak berteologi. Yang berteologi adalah
agama-agama. Dengan adanya sila pertama ini dijamin tempat yang wajar bagi
dimensi religius dalam kegidupan negara dan bangsa.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis memberikan uraian berdasarkan data wawancara dan studi
teoritis, maka dapat disimpukan dengan beberapa pandangan-pandangan umum
berikut ini:
1. Umat Muslim Kampung Jawa Tomohon memiliki pemahaman yang
universal tentang Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara dogmatis, penjelasan
tentang Ketuhanan Yang Maha Esa dikaji berdasarkan Al-Quran sebagai
sumber utama.
2. Pancasila diterima dengan baik oleh Umat Muslim di Kampung Jawa
Tomohon sebagai ideologi dan dasar dalam menjujung kebebasan
beragama demi terwujudnya kerukunan antar umat beragama.
3. Pancasila khususnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa mendapat tanggapan
positif dari umat Muslim Kampung Jawa Tomohon sebagai rumusan
terpenting untuk memperjelas identitas bangsa Indonesia yang berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
81
82
9. Kitab Suci Al-Quran tidak pernah memberi rujukan kepada setiap pemeluk
agama Islam untuk melakukan tindakan kekerasan dan pemaksaan
seseorang untuk memeluk agama Islam, tetapi kebebasan orang untuk
beragama menjadi bagian dari pengamalan iman terhadap Ketuhanan Yang
Maha Esa.
10. Pemerintah harus lebih aktif dalam mengamalkan Pancasila yang adalah
dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan UUD 1944 dalam rangka
menjawab kecemasan dan ketakutan masyarakat terhadap praktek-praktek
ketidakadilan kepada suatu agama.
11. Keberagaman agama terjadi secara alamiah tanpa ada intimidasi dari pihak
manapun, dipahami juga keberagamaan adalah realitas sosial yang harus
dijaga dan dikembangkan dalam rangka membentuk tatanan hidup yang
saling menghargai satu sama lain.
12. Dialog antar umat beragama merupakan kebutuhan dari masing-masing
agama sebagai antisipasi terjadinya salah pengertian baik dari sisi
dogmatis, interpetasinya dan aktualisasinya dalam realitas sosial dan
keagamaan.
B. Saran
Berdasarkan data hasil penelitian, analisis, serta pendalaman teoritis, maka
telah ada pokok-pokok pikiran yang akan dijadikan saran atau berupa sumbangan
pemikiran sebagai pengembangan studi agama-agama khususnya bagi Umat
Muslim di Kampung Jawa Tomohon.
1. Pengajaran tentang Ketuhanan Yang Maha Esa harus lebih diintensifkan
lagi oleh tokoh-tokoh agama dalam rangka membangun dan mendidik pola
pikir umat agar tidak terjebak pada eksklusivisme.
83
2. Dialog antar umat beragama harus berjalan secara efektif untuk menjaga
hubungan baik dengan agama-agama lain dalam rangka kerukunan antar
umat beragama.
3. Hubungan keluarga umat Muslim Kampung Jawa Tomohon dengan
keluarga yang berada di kelurahan-kelurahan tetangga, harus tetap dijaga
dengan baik demi terciptanya rasa saling pengertian satu sama lain.
4. Pendekatan budaya menjadi salah satu langkah efektif dalam membangun
hubungan sosial dengan orang lain, apalagi sebagian besar umat Muslim
Kampung Jawa Tomohon telah mengalami perpaduan budaya JawaMinahasa.
5. Pemerintah bisa menjadi mediator dalam rangka pertemuan antar agama.
Di dalamnya membicarakan langkah-langkah strategis untuk melihat
realitas-realitas sosial. Dalam pertemuan ini, konsentrasi lebih dipusatkan
untuk mengatasi kesenjangan-kesenjangan sosial yang tidak relevan
dengan nilai-nilai keagamaan.
6. Pemerintah harus lebih mengintensifkan dan memaksimalkan proses
pengamalan Pancasila berdasarkan butir-butir yang dipandang sangat ideal
dan relevan di tengah-tengah situasi Indonesia yang penuh dengan
kesenjangan dan ketimpangan sosial. Jika tidak demikian maka Pancasila
akan tidak bermakna apa-apa sebagai ideologi negara. Pemikiran ini,
berkaca dengan realitas sosial yang sedang dialami oleh negara. Harus ada
keseimbangan antara Pancasila yang menjadi dasar negara dengan praktek
dalam pemerintahan dan sosial kemasyarakatan.
84
DAFTAR PUSTAKA
REFERENSI:
LAI, Lembaga Alkitab Indonesia, 2008
Al-Quran, terjemahan Indonesia, Departemen Agama Republik Indonesia, 2002
LITERATUR:
Abdullah, Amin M., Studi Agama, Jakarta: Pustaka Pelajar, 1996
Arikunto, Suharmisi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineke Cipta, 1998
Bahar, Saafroedin, et.al. (Peny.), Risalah Sidang Badang Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta:
Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995
Banawiratma, J. B., Aspek-aspek Telogi Sosial, Yongyakarta:Kanisius 1989
Budiyono AP., Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama, Yogyakarta:
Yayasan Kanisius, 1983
Connolly, Peter (ed.)., Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta : LKIS
Dhakidae, Daniel, Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003
Darmaputera, Eka, Pancasila: Identitas dan Modernitas, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1987
Madjid, Nurcholish, Islam Doktrin dan Peradaban : Sebuah Telaah Kritis
Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan
Kemoderenan, Jakarta : Yayasan Wakaf Paramadina, 1992
Moleong, Lexy, J., Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Refisi, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009
Muhammady, Usman, EL., Ilmu Ketuhanan Yang Maha Esa, Jakarta : Pustaka
Agusalim, 1963
85
86
1. Menurut agama yang anda anut, apa yang anda pahami tentang Ketuhanan
Yang Maha Esa?
2. Apa yang anda pahami tentang Pancasila kaitannya dengan Ketuhanan Yang
Maha Esa?
3. Apa hubungan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan Agama?
4. Dimana anda mengetahui pemahaman tentang Ketuhanan Yang Maha Esa?
5. Apa dampak yang terjadi setelah anda mengetahui pemahaman Ketuhanan
Yang Maha Esa?
6. Menurut anda, apakah tepat Ketuhanan Yang Maha Esa dijadikan salah satu
dasar sebagai ideologi dalam konteks keberagamaan agama?
7. Bagaimana hubungan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan Kebebasan
Beragama dan Kerukunan Antar Umat Beragama?
8. Apakah umat Muslim Kampung Jawa Tomohon telah mengamalkan Pancasila
khususnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa?
9. Dalam bentuk apa umat Muslim membuktikan bahwa Ketuhanan Yang Maha
Esa telah dipahami dan diamalkan?
10. Apa tanggapan anda tentang konflik-konflik yang mengatas namakan agama
dan ajaran Islam?
11. Bagaimana situasi Kebebasan agama dan Kerukunan antar umat beragama di
Kampung Jawa Tomohon?
12. Apa yang telah institusi pemerintah dan institusi agama lakukan untuk
mempererat kerukunan antar umat beragama?
LAMPIRAN 2 (Data Informan)
MEWAKILI PEMERINTAH
1. Nama
Umur
Pendidikan Terakhir
: Munir Lihawa
: 57 Tahun
: S1
87
Pekerjaan
: Lurah Kampung Jawa Tomohon
2. Nama
: Hidayat Maskun, S.Pd
Umur
: 45 Tahun
Pendidikan Terakhir
: S1
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil
3. Nama
: Ratna Togas
Umur
: 42 Tahun
Pendidikan Terakhir
: S1
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil
MEWAKILI TOKOH-TOKOH AGAMA
4. Nama
: Hj. Tommy Tubagus
Umur
: 69 Tahun
Pendidikan Terakhir
: PG. SLP
Pekerjaan
: Ketua Majelis Ulama Indonesia di Tomohon
5. Nama
: Mohamad Solihi, S.Pd
Umur
: 37 Tahun
Pendidikan Terakhir
: S1
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil
6. Nama
: Imam Johari Likit
Umur
: 43 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Tokoh Agama
MEWAKILI TUA-TUA KAMPUNG JAWA
7. Nama
: Awad Tubagus
Umur
: 71 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan
:
8. Nama
: Ahmad Masjebeng
Umur
: 73 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SR
Pekerjaan
:9. Nama
: Darmawan S.
Umur
: 69 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SR
Pekerjaan
: Pensiunan Pegawai Negeri Sipil
10. Nama
: Ahmad Abusalam
Umur
: 70 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SR
Pekerjaan
:MEWAKILI PEMUDA PEMUDA
11. Nama
: Abdullah Abusalam
Umur
: 29 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Pegrajin
12. Nama
: Jein Pangkerego
88
Umur
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
13. Nama
Umur
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
14. Nama
Umur
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
: 29 Tahun
: S1
: Pegawai Swasta
: Abdurahman
: 34 Tahun
: SMP
: Pedagang
: Retno Abusalam
: 38 Tahun
: S1
: Pegawai Negeri Sipil
Keterangan:
Responden-responden yang telah diuraikan di atas merupakan orang-orang
yang telah dipilih berdasarkan konsultasi dengan Bpk. Munir Lihawa sebagai
Lurah Kampung Jawa Tomohon, mereka memiliki kompetensi dalam menjawab
tujuan dari penulis. Sebagian besar perpendidikan stratum satu, dan ada sebagian
yang berpendidikan terakhir SMA namun dalam pemahamannya respondenresponden ini memberikan pernyataan yang jelas dan berdasarkan fakta.
89